SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
1
9. PEMBAYARAN
Dalam bab ini, kami mengulaspengeluaran uang yang dikumpulkan dari
pembiayaan (Bab 8). Semua organisasi yang mengalirkan dana untuk sektor
kesehatan harus memutuskan organisasi yang akan dibayar, alasan pembayaran
tersebut dan jumlah uang yang dibayarkan. Keputusan ini akan menciptakan insentif
kuat yang mempengaruhi tindakan semua organisasi dan personel dalam sistem
pelayanan kesehatan. Bukti empiris terus memperlihatkan bahwa insentif finansial
merupakan salah satu pengaruh paling penting terhadap perilaku organisasional dan
individual dalam sektor kesehatan (Cutler dan Zeckhauser 2000). Tidak seperti
regulasi, insentif finansial bergantung pada penghargaan moneter untuk memicu
perubahan perilaku. Insentif ini mengandung banyak efek terhadap sistem
pelayanan kesehatan, baik kuantitas maupun kualitas pelayanan. Pembayaran
berdampak besar pada jenis provider yang ada dalam sistem. Pembayaran juga
berdampak secara tidak langsung pada biaya sistem kesehatan, karena pengeluaran
total untuk perawatan kesehatan merupakan harga per unit pelayanan dikalikan
dengan jumlah volume pelayanan di seluruh negara. Pembayaran mempengaruhi
organisasi sistem, begitu pula sebaliknya. Diskusi kita dalam bab ini mengungkapkan
sifat politis dari kebijakan tentang pembayaran, karena efeknya sangat kuat.
Dampak Pembayaran terhadap Hasil
Pengaruh insentif dari sistem pembayaran sebagian tergantung pada bahaya moral,
baik dari sisi permintaan maupun persediaan (Arrow 1963; McGuire dan Pauly 1991).
Misalnya di sisi permintaan, jika pasien tidak harus membayar pelayanan kesehatan,
maka mereka akan meminta pelayanan dalam kuantitas lebih besar. Harga juga
mempengaruhi pasien tentang tempat dan saat mereka mencari perawatan. Bahkan
jika tidak ada provider lain, mereka akan memilih menghindari dokter dan merawat
sendiri penyakit yang tidak terlalu parah. Dari sisi persediaan, sistem pembayaran
mengundang respon kompleks dari dokter dan rumah sakit.Insentif dari pembayaran
dapat mendorong dokter untuk mengubah jumlah total jam kerja dan jumlah pasien
yang ditangani per jam, tempat kerja, bahkan cara mereka memperlakukan pasien
2
tertentu. Pembayaran juga mempengaruhi perilaku rumah sakit, mengubah jangka
waktu menginap, jumlah pendaftaran, dan kuantitas pelayanan yang disediakan.
Dampak pembayaran pada volume perawatan timbul karena dokter dapat
memancing permintaan terhadap pelayanan mereka. Pengetahuan dokter jauh lebih
superior daripada pasien, oleh karena ituprovider dapat menggunakan kelebihan
tersebut untuk menambah pendapatan mereka, meningkatkan pendirian profesional
mereka, mengurangi beban kerja mereka, atau apapun yang sesuai dengan
kepentingan mereka—melalui sistem pembayaran yang ada. Perubahan yang
ditimbulkan oleh pembayaran dalam perilaku pembeli dan penjual berdampak pada
hasil pada tingkat menengah maupun akhir. Misalnya harga yang dibayarkan pasien
berpengaruh pada volume pelayanan yang diterima, kemudian akan mempengaruhi
status kesehatan mereka. Pada kasus lain, jika perawatan diberikan secara gratis
maka pasien mungkin akan meminta obat atau perawtan yang tidak hemat biaya,
sehingga mengurangi efisiensi teknis dalam produksi perkembangan kesehatan dan
meningkatkan biaya pelayanan kesehatan. Pada akhirnya, publik juga akan mengeluh
terhadap pelayanan kesehatan karena menghabiskan banyak biaya.
Dampak pembayaran terhadap mutu perawatan juga sama besarnya. Jika
kualitas diterangkan seperti kuantitas perawatan, maka sistem pembayaran akan
meningkatkan kuantitas dan juga kualitas. Menggunakan pembayaran untuk
mempengaruhi kualitas klinis atau pelayanan itu lebih sulit. Melakukan pembayaran
berdasarkan mutu, entah itu pembuatan keputusan maupun hasilnya, sulit karena
bersifat kontroversif dan tidak dapat ditebak. Apalagi, mutu pelayanan sangat
multidimensi. Oleh karena itu, praktik pembayaran terhadap kualitas masih perlu
dikaji lebih dalam lagi.
Tarif pembayaran yang berbeda untuk pembayar yang berlainan dapat
berakibat secara signifikan pada akses pasien menuju pelayanan kesehatan. Di
negara-negara yang dokternya di samping bekerja untuk pemerintah juga berpraktik
swasta, biasanya mereka menetapkan harga tinggi yang tak terjangkau oleh rumah
tangga berpendapatan rendah. Akses kepada perawatan juga sangat dipengaruhi
oleh harga relatif yang dibayarkan untuk berbagai pelayanan. Jika suatu pelayanan
lebih menguntungkan daripada lainnya, maka pelayanan tersebut lah yang paling
mungkin tersedia. Riset di Jerman mengenai perubahan harga menunjukkan bahwa
3
keuntungan bukan satu-satunya faktor yang menentukan hal-hal yang dilakukan
dokter. Risiko yang dialami pasien pun merupakan hal penting, namun pengaruh
insentif terhadap harga relatif juga dijelaskan dengan jelas dalam penelitian tersebut
(Mattke 2001).
Pemilihan Rancangan
Dalam merancang sistem pembayaran, reformis kese hatan harus mengingat bahwa
insentif berpengaruh kuat terhadap perilaku pembeli dan penjual.
Metode Pembayaran
Setiap metode pembayaran memiliki unit aktivitas terkait yang digunakan. Pemilihan
unit aktivitas untuk pembayaran mempengaruhi persediaan, efisiensi dan mutu
pelayanan kesehatan.
Tarif Pembayaran
Setelah memilih metode pembayaran, tarif pembayaran ditentukan.Efek skema
pembayaran pada kinerja sektor kesehatan sangat dipengaruhi oleh penetapan tarif
pembayarannya. Sebagian besar negara menggunakan campuran pendekatan
penetapan tarif pembayaran. Mereka memilih dari lima teknik dasar: penetapan
harga, biaya, praktik yang lampau, negosiasi dan penawaran. Metode yang paling
jelas dan sederhana secara teknik adalah membayar provider berdasarkan harga
yang ditetapkan, karena hal ini mudah diamati. Menurut para ekonom, jika pasarnya
kompetitif, harga-harga ini akan mencerminkan biaya produksi dan persaingan akan
memaksa providermenekan biaya serendah mungkin. Sayangnya, pendapat tersebut
tidak berlaku pada pasar pelayanan kesehatan karena pasar tersebut tidak terlalu
bersaing dan mengalami banyak kegagalan pasar. Oleh karena itu, banyak
pemerintah atau dana asuransi sosial besar yang tidak mendasarkan pembayaran
pada harga.
Saat pembayar membayar, mereka mempunyai pilihan antara menggunakan
tarif dari setiap dokter atau rumah sakit dan menggunakan tetapan yang seragam
untuk masing-masing wilayah geografis. Cara lain di samping harga yang ditetapkan
adalah membuat tarif pembayaran dasar pada biaya masing-masing pelayanan. Lagi-
4
lagi di sini terdapat pilihan antara menggunakan biaya provider sendiri dan semacam
rata-rata wilayah atau kelompok. Dua hal yang memberatkan dari pembayaran
berdasarkan biaya adalah kesukaran teknis dan efek insentifnya. Idealnya, sistem
berbasis biaya memerlukan sistem akuntansi yang seragam di setiap rumah sakit,
juga peraturan seragam untuk menggolongkan aktivitas perawatan, dan kondisi
penyakit. Padahal, hanya sedikit rumah sakit yang memiliki sistem data yang
kompleks dan mahal seperti itu. Dari sudut pandang insentif, pembayaran
berdasarkan biaya juga menjadi masalah karena provider yang kurang efisien dan
berbiaya lebih tinggi menerima lebih banyak dana. Sistem berbasis biaya sering
mencoba untuk membatasi kemungkinan ini dengan hanya membayar biaya yang
“masuk akal”.
Cara lain untuk menahan pembengkakan biaya adalah menetapkan tarif
berbasis biaya secara prospektif, sehingga pembayaran tidak harus mencakup semua
biaya yang timbul. Pendekatan ketiga adalah dengan praktik yang lampau. Cara ini
juga relatif sederhana, namun efek insentif dan distributifnya sangat bergantung
pada penetapan tarifdasar tahunan. Pendekatan ini juga lemah dalam merespon
perubahan biaya, teknologi, pemanfaatan atau permintaan konsumen.
Dari tiga metode di atas, proses penetapan tarif relatif bersifat mekanis. Dua
pendekatan berikut lebih interaktif dan berorientasi pada proses. Pertama, beberapa
pembayar besar dan maju bernegosiasi untuk menetapkan tarif pembayaran. Kedua,
menggunakan penawaran kompetitif, yang juga interaktif. Meskipun cara ini secara
teori dapat menentukan tarif pembayaran yang mendekati biaya yang sebenarnya
dari penawar, provider sering berkeberatan dengan pendekatan ini karena yang tidak
efisien di antara mereka akan kalah. Lagipula, penawaran kompetitif mungkin tidak
memberikan hasil memuaskan kecuali prosesnya dirancang dengan baik dan
informasi yang tepat diberikan kepada penawar potensial. Terlebih, ketika
pemerintah menjalankan pendekatan ini, politik dapat mengacau karena penjual
memanipulasi proses demi kepentingan mereka sendiri.
Masalah penetapan tarif menjadi semakin rumit karena sulitmenemukan
dasar objektif untuk menyelesaikan ketidaksepakatan. Salah satu pilihannya adalah
menyerahkan penetapan tarif pada badan otonom, sedapat mungkin terlepas dari
pengaruh politik. Saran kami, para reformis sektor kesehatan memikirkan
5
implementasi dan politik sebelum memutuskan suatu rencana. Dalam jangka
panjang, menggunakan metode yang kontroversial secara politik akan sulit karena
para stakeholder akan berusaha menghentikannya.
Metode Pembayaran dan Insentif Provider
Metode Pembayaran untuk Dokter dan Petugas Kesehatan Lainnya
Banyak pengelola pelayanan kesehatan yang diilhami oleh industri lain
merancang pendapatan finansial untuk menggalakkan perilaku hemat biaya. Riset
terbaru tentang pelayanan kesehatan dan teori organisasimenyoroti tiga faktor
dalam rancangan insentif bagi dokter: hampiran, intensitas dan interaksi
(Harshbarger 1999). Hampiran mengacu pada kedekatan hubungan antara
keputusan dokter untuk pasien dan keuntungan ekonominya. Intensitas mewakili
besarnya insentif yang pada setiap dokter. Interaksi mengacu pada dinamika perilaku
di antara para dokter.
Pembayaran atas pelayanan (PAP)
Dalam cara ini, unit pembayaran meliputi kunjungan atau aktivitas klinis
individual, misalnya suntikan, tes laboratorium, dan sinar-X. Metode ini memberikan
insentif kepada provider untuk melakukan lebih banyak pelayanan. Provider tidak
menanggung risiko biaya perawatan; pembayar, penjamin atau pasien lah yang
sepenuhnya berisiko. Secara teori, pasien dan pembayar pihak ketiga memiliki alasan
untuk mempertanyakan kebutuhan akan pelayanan tambahan dan menegosiasikan
pembayaran yang lebih rendah. Faktanya, pasien dan pembayar pihak ketiga jarang
dapat bernegosiasi secara efektif karena kuasa profesional dokter. Meski teori dan
fakta tentang biaya meningkatkan dampak metode pembayaran PAP, metode
tersebut masih banyak digunakan di negara-negara berkembang untuk membayar
rumah sakit swasta dan dokter. Provider mendirikan unit dan tingkat pembayaran
mereka sendiri, dan memilih PAP, karena metode ini paling mudah, menguntungkan
dan fleksibel.
Pungutan perorangan
6
Unit pembayaran dalam metode ini berlandaskan pada orang per orang.
Pembayaran ditetapkan untuk menebus semua layanan yang digunakan seseorang
selama waktu tertentu. Pungutan perorangan telah digunakan untuk membayar
perawatan primer, pelayanan spesialis dan untuk pelayanan rawat inap. Pembayaran
dengan cara ini memindahkan sebagian besar risiko finansial kepada provider,
bervariasi menurut ketentuan kontrak dan kesepakatan organisasional.
Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa insentif pada pungutan
perorangan mempengaruhi perilaku provider. Inversen (2000) mengevaluasi dampak
pungutan terhadap keputusan rujukandokter umum di Norwegia. Mereka
menemukan 42% peningkatan jumlah rujukan dari dokter umum kepada spesialis
setelah Norwegia memulai sistem baru yang menentapkan dokter umum hanya
dikontrak untuk perawatan primer dan dibayar melalui pungutan. Dalam penelitian
yang lain, Bitran (2001) menemukan bahwa program asuransi sosial Argentina
beralih ke pembelian pelayanan kesehatan melalui pungutan. Dengan metode ini,
provider dapat memilih untuk hanya menerima pasien yang sehat atau tidak terlalu
merepotkan, praktik yang dikenal dengan seleksi risiko. Ketika providermenerima
pembayaran yang ditetapkan untuk setiap pasien terdaftar, mereka cenderung
memilih pasien yang lebih sehat untuk meminimalkan risiko (Frank dkk. 1998).
Newhouse (1996) meneliti fasilitas panti jompo di Amerika Serikat dan
menyimpulkan bahwa pungutan mendorong provider untuk lebih efisien dalam
menggunakan sumber, tetapi juga menimbulkan masalah seleksi-risiko.
Gaji
Unit pembayaran ini didasarkan pada periode waktu yang mempekerjakan
para dokter di tempat kerja tanpa menghiraukan berapa banyak pasien yang
diperiksa, volume layanan, atau biaya layanan yang diberikan.para dokter yang
dbayar dengan gaji menanggung sedikit resiko keuangan tapi mungkin merubah
pembuatan keputusan mereka untuk meminimalisir waktu dan tenaga yang mereka
keluarga. Di Negara berkembang, pemilik, seringkali pemerintah, menanggung resiko
keuangan dan untuk memaksimalkan efisiensi mungkin meminta setiap dokter untuk
memeriksa sejumlah pasien per jam.
7
Para penulis (Gosden dkk 1999 dan 2001) menemukan b eberapa bukti tentative
bahwa pembayaran gaji berkaitan dengan produktifitas lebih rendah bila
dibandingkan dengan biaya untuk layanan dan metode pembayaran pajak
perseorangan.
Gaji plus Bonus
Skema bonus meningkatkan tingkat biaya administrative, dan pembayaran
untuk gerakan kinerja dalam industry dan perwatan kesehatan pastinya
menimbulkan kritik-kritik (Colliver 2002, Kohn 1999). Meskipun demikian, banyak
organisais penyedia di dunia menambahkan komponen bonus ke system berbasis
gaji.
Ringkasan
Setiap metode pembayaran bagi para dokter dan professional kesehatan
menciptakan seperangkat resiko dan insentif khusus bagi para penyedia.
Metode-Metode Pembayaran bagi Rumah Sakit dan Lembaga Penyedia
Per Izin Masuk
Metode pembayaran pertama bagi rumah sakit dan lembaga penyedia
menggunakan izin masuk seperti unit layanan. Jumlah pasti yang dibayarkan meliputi
semua jasa selama tinggal di rumah sakit tanpa menghiraukan layanan actual y ang
disediakan. Metode ini mentransfer porsi resiko keuangan bagi penyedianya.
Metode per ijin masuk memberikan rumah sakit insentif untuk memilih pasien
dengan penyakit kurang parah dan mengijinkan sebanyak mungkin pasien untuk
masuk, sejauh rumah sakit dapat menemukan pasien yang biaya tambahan ke rumah
sakit bagi pasien-pasien kurang dari pembayaran yang diterima untuk setiap pasien.
Kasus Gabungan yang disesuaikan per ijin masuk
Untuk memperbaiki beberapa kekuarangan dalam pembayaran per ijin
masuk, pembayaran yang disesuaikan dengan kasus gabungan memisahkan pasien
kedalam kategori penyakit dan perawatan dan membayar mereka yang membayar
lebih. Metode pengelompokan yang berkaitan dengan diagnotis (DRG) telah menjadi
pendekatan yang paling digunakan secara luas untuk melaksanakan pembayaran per
8
ijin masuk yang disesuaikan dengan penggabungan kasus ini. Dibawah system
tersebut, rumah sakit memiliki insentif untuk memperpendek panjang rawat inap,
memberikan perawatan kurang dan mengijinkan lebih banyak pasien. Mereka juga
memiliki insentif untuk berfokus pada pasien di setiap kelas yang relative sehat dan
mencari pasien di kelompok-kelompok dimana tingkatnya tinggi dibandingkan
dengan biayanya.
Per-Diem (Per hari)
Pembayaran pada dasar perhari umumnya digunakan rumah sakit-rumah
sakit. Tingkat pasti ini memberikan rumah sakit insentif untuk mengurangi baiaya
dan mengurangi uji dan prosedur. Rumah sakit juga memiliki insentif untuk
mempertahankan agar pasien tinggal di rumah sakit lebih lama. Pembayaran perhari
mendorong rumah sakit untuk memiliki tingkat rawat inap yang tinggi dan
memperluas kapasitas tempat tidur mereka.
Anggaran Item-Lini
Dalam metode pembayaran yang digunakan secara luas ini, unit pembayaran
adalah kategori pengeluaran, (misalnya gaji, suplai, transportasi, obat-obatan) untuk
satu organisasi. Jumlah yang dianggarakan tipikalnya berdasarkan beberapa muatan
kasus fasilitas, jumlah staf, dan anggaran masa lalu. Rumah sakit memiliki sedikit
insentif untuk mengijinkan lebih banyak pasien-kecuali jika indicator itu memainkan
peran utama dalam proses anggaran.
Langenbrunner and Wiley (1999) mempelajari pengaruh system pembayaran
anggaran item lini di Eropa Timur-sistem-sistem yang sekarang sedang dihilangkan
diseluruh negeri. Dia menyimpulkan bahwa: (1) sedikit insentif yang ada untuk
directur fasilitas menajdi sadar harga dan inovatif; (2) fasilitas-fasilitas cenderung
kearah dalam penyediaan pelayanan kesehataan; (3) sedikit perhatian diberikan
pada hasil kesehatan dan kepuasan pasien; dan (4) tidak ada insentif nyata yang ada
untuk memperkecil tingakt sumber daya pasti (misalnya staf dan fasilitas)
Anggaran Global
Metode pembayran ini mengatur semua anggaran operasi inklusif di depan.
Dibawah system anggaran global, para manajer memiliki insentif untuk mengontrol
pengeluaran mereka selama mendapatkan target produksi mereka, walaupun
9
potensi selalu ada untuk mengubah keputusan untuk mencapai target-target itu
(Bishop dan Wallack 1996).
Sistem Pembayaran dan Pasien
Sistem pembayaran mempengaruhi pasien dan juga penyedia dengan
menentukan seberapa banyak yang harus dibayar konsumen untuk layanannya. Ada
dua kasus untuk dipertimbangkan-kasus dimana pemerintah mengoperasikan
system perawatan secara langsung dan yang bertindak secara tidak langsung pada
harga. Sebagian besar Negara yang secara langsung mengoperasikan perawatan
kesehatan menggunakan penghasilan pajak untuk mensubsidi biaya perawatan
kesehatan yang disediakan pada fasilitas public. Seringkali, suplai dan obat-obatan
harus disediakan oleh pasien, dan berbagai jenis uang sogok, persenan dan
pembayaran tidak formal lain diharapkan oleh penyedia. Semua biaya ini
memperkecil besarnya distorsi efiesiensi yang diciptakan dengan perawatan gratis.
Ada dua fenomena yang berinteraksi disini. Pertama, semua rencana asuransi
faktanya memperendah harga yang dibayar konsumen diwaktu mereka sakit. Selain
itu, asuransi kesehatan tidak dibeli atas dasar individu, tapi lebih melalui skema
asuransi social yang didukung pajak.
Pemerintah mensubsidi pembelian asuransi swasta yang memiliki efek
serupa. Hasilnya, Negara-negara yang mendanai perawatan kesehatan melalui
asuransi seringkali menggabungkan batas-batas deductible, c0-pembayaran, dan
batas-batas pembayaran. Semua mekanisme ini dimaksudkan untuk menciptakan
insentif bagi para pasien untuk mengurangi penggunaan perawatan tidak sesuai
mereka.
Deductible adalah pembayaran yang dibuat oleh pasien sebelum kebijakan
asuransi untuk menutup pengeluaran yang terjadi.Tingkat deductible diatur untuk
individu atau keluarga-keluarga dan kadang-kadang didasarkan pada tingkat
penghasilkan.
Co-pembayaran adalah pembayaran pasti yang dibuat oleh pasien untuk
setiap kunjungan dokter atau setiap hari rumah sakit.
Co-asuransi mengacu pada pasien yang bertanggung jawab untuk persentase
biaya tertentu.
10
Batas pembayaran adalah jumlah uang maksimum yang liable dibayar
penjamin asuransiper pasien setiap tahunnya.
Rata-rata, elastisitas permintaah harga untuk perawatan kesehatan tidaklah tinggi,
yang mengimplikasikan bahwa distorsi tersebut mungkin tidak serius. Dengan kata
lain, perubahan pada harga umumnya tidak menghasilkan perubahan besr pada pa
permintaan akan perawatan kesehatan. Nilai-nilai elastisitas ini mengimplikasikan
bahwa pasien yang diharuskan membayar pembayaran langsung diluar anggaran
seperti biaya pengguna, memiliki dampak merugikan lebih besar pada orang miskin
dan anak-anak melalui utilisasi yang dikurangi.
Bimbingan Bersyarat
Studi-studi empiris telah menemukan bahwa mekanisme pembayaran memiliki efek
yang dapat diukur pada banyak variable,t ermasuk: 1) jenis perawatan kesehatan
yang diberikan kepada pasien; 2) tipe dan jumlah obat yang diresepkan; 3) kuantitas
layanan yang diberikan per kunjungan atau per hari saat diopname; 4) panjang
tinggal di rumah sakit; 5) proporsi pasien yang dirawat pada pasien rawat jalan
versus pasien yang dirawat dirawat di rumah sakit untuk suatu penyakit; 6) nama
penyakit dan keparahannya; dan 7) frekuensi pasien mana yang bertemu spesialis
dan uji laboraturium. Efek-efek ini mengindikasi bahwa pilihan metode pembayaran
adalah keputusan kritis untuk bagi pembaharu sector kesehatan.
Memilih Metode Pembayaran
Berikut ini adalah lima pelajaran kritis mengenai pegangan control pembayaran
 Keputusan pada metode pembayaran harus dipertimbangkan dalam konteks
mengenai bagaimana system tersebut diatur; organisasi dan pembayaran
harus saling melengkapi.
 Metode pembayaran bebas layanan menyebabkan inflasi pengeluaran
kesehatan yang pesat
 Metode pembayran gaji plus bonus unggul hanya pada gaji.
11
 Pembayaran pajak perseorangan untuk perawatan utama memiliki cukup
banyak untuk direkomendasikan, khususnya saat ada layanan yang bersaing
dalam komunitas yang sama.
 Untuk negara0negara dengan pendapatan tinggi dan menengah, pembayaran
per ijin masuk dan pembayaran DRG sederhana ke rumah sakit memiliki efek
insentif yang diinginkan tapi juga menciptakan kompleksitas administrative.
Mengatur Tingkat Pembayaran
Membentuk tingkat pembayaran membutuhkan pembaharu untuk
mempertimbangkan seperangkat factor dan peraturan kompleks. Jika tingkat
pembayaran terlalu rendah, penyedia akan memilih untuk tidak berpartisipasi dalam
skema asuransi yang dibiayai pemerintah atau membebani jumlah tambahan bagi
pasien atau membebankan pembayaran bawah meja-tergantung pada apa yang
diijinkan oleh hukum. Mengatur tingkat pembayaran yang tepat adalah masalah
yang diperdebatkan dan sensitive. Tawaran kompetitif banyak direkomendasikan jika
ada penyedia bersaing dan proses bersaing dapat dikombinasikan dengan kontrak
selektif.
Tegangan mendasar ada dalam system pembayaran: para pembayar ingin
menjaga agar tingkat pembayaran serendah mungkin, sedangkan penyedia ingin
meningkatkan tingkatnya setinggi mungkin. Pengalaman internasional menunjukkan
bahwa negosiasi bilateral dapat menghasilkan hasil yang sama-sama dapat diterima
dalam kepentingan tertentu. Tapi sekali pemerintah menjadi terlibat dalam situasi
tersebut menjadi terpolitisi, pemerintah mungkin menemukannya dibawah tekanan
besar dari kelompok penyedia yang tersusun denganbaik untuk memberikan sumber
daya tambahan bagi gaji perawatan kesehatan.
Metode-Metode dan Ekuitas Pembayaran
Pembayaran berkaitan dengan ekuitas dalam dua cara berbeda, tergantung pada
apakah pasien tersebut membayar tagihan atau tidak. Saat pasien tidak membayar
tagihan mereka sendiri, ada resiko bahwa system pembayaran tidak akan
menggambarkan berbagai biaya pasien berbeda. Dalam situasi tersebut, pasien
dengan biaya tinggi dapat menjadi secara ekonomis kurang menarik untuk dilayani,
12
dan hasilnya mereka dapat menemui batasan terhadap akses. Batasan-batasan ini
munkin memiliki tingkatan dari tak kentara sampai eksplisit, dari secara budaya tidak
sensitive atau layanan tidak sesuai sampai penolakan seketika terhadap perawatan
kesehatan. Pola ini memiliki implikasi ekuitas, karena pasien dari strata social
ekonomi lebih rendah dan kelompok social termarginalisasi sering kurang sehat,
kurang tunduk dengan rezim perawatan dan secara psikologis lebih sulit bagi para
dokter dari latar belakang memiliki hak istimewa untuk menghadapinya.
Isu serupa dapat muncul saat pembayaran untuk layanan khusus yang tidak
sebanding digunakan oleh masyarakat termarginalisasi, diatur pada tingkat rendah
versus biaya mereka. Keseriusan dua permasalahan ini-pembayaran terlalu rendah
bagi pasien tersebut dan untuk tipe perawatan tertentu-sebagian tergantung pada
organisasi system penyampaiannya.
Ringkasan
Para ekonomi kadang-kadang terlalu menekankan efek insentif system
pembayaran,bahkan seperti bukan ekonom dalam menghargai pengaruh mereka.
Beberapa dokter dan rumah sakit menyediakan perawatan untuk pasien “tidak
menguntungkan” diluar tanggung jawab sosialnya. Dan di dunia, norma-norma
professional membatasi kesediaan dokter untuk menciptakan permintaan yang
dibujuk dengan permintaan.
Dilain pihak, tidak semua dimensi kinerja yang diperhatikan pembaharu
dapat dengan mudah dan dapat dipercaya untuk diukur, dan tidak semua dapat
dengan mudah dibayar. Resiko distorsi dan ketidakjujuran selalu ada. Masih saja,
system pembayaran menyisakan salah satu pegangan control paling hebat yang
tersedia bagi pembaharu sector kesehatan. “Anda mendapat apa yang anda bayar”
umumnya adalah tempat terbaik untuk mulai memahami ekonomi system
perawatan kesehatan nasional.Para pembaharu akan menjadi bijaksana untuk tidak
membentuk system pembayaran yang menciptakan insentif dengan ada kalanya
dengan tujuan-tujuan prioritas.
Sumber : Chapter 9 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving
Performance and equity

More Related Content

Viewers also liked

Critical success factors for quality
Critical success factors for qualityCritical success factors for quality
Critical success factors for qualityNasiatul Salim
 
Customer Driven Design
Customer Driven DesignCustomer Driven Design
Customer Driven DesignReme Pullicar
 
NSIT Moksha Brochure
NSIT Moksha BrochureNSIT Moksha Brochure
NSIT Moksha BrochureMoksha, NSIT
 
Magazine Inspiration PPT
Magazine Inspiration PPTMagazine Inspiration PPT
Magazine Inspiration PPTJohn Prescott
 
CareCircle Final Pitch
CareCircle Final PitchCareCircle Final Pitch
CareCircle Final PitchChris Jones
 
Eng.Ahmed El_Edwi's C.V 11 Dec 2016
Eng.Ahmed El_Edwi's C.V 11 Dec 2016Eng.Ahmed El_Edwi's C.V 11 Dec 2016
Eng.Ahmed El_Edwi's C.V 11 Dec 2016Ahmed El_Edwi
 
Podnikání nezletilých
Podnikání nezletilých Podnikání nezletilých
Podnikání nezletilých Firmin
 
Arun TB Resume
Arun TB ResumeArun TB Resume
Arun TB Resumearun balan
 
Connect to Care final pitch
Connect to Care final pitchConnect to Care final pitch
Connect to Care final pitchChris Jones
 
Chapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careNasiatul Salim
 
Chapter 8 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 8 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Chapter 8 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 8 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Nasiatul Salim
 
Koupit společnost
Koupit společnost Koupit společnost
Koupit společnost Firmin
 
ECUADOR AMA LA VIDA
ECUADOR AMA LA VIDAECUADOR AMA LA VIDA
ECUADOR AMA LA VIDAREA-2015
 
AmandaBecker Samples
AmandaBecker SamplesAmandaBecker Samples
AmandaBecker SamplesAmanda Becker
 
Nine frame analysis
Nine frame analysisNine frame analysis
Nine frame analysisangryfrog666
 
Codes for Coffee: Mock Starbucks Social Responsibility
Codes for Coffee: Mock Starbucks Social ResponsibilityCodes for Coffee: Mock Starbucks Social Responsibility
Codes for Coffee: Mock Starbucks Social ResponsibilityBrent A. Hamilton
 

Viewers also liked (19)

Critical success factors for quality
Critical success factors for qualityCritical success factors for quality
Critical success factors for quality
 
Customer Driven Design
Customer Driven DesignCustomer Driven Design
Customer Driven Design
 
NSIT Moksha Brochure
NSIT Moksha BrochureNSIT Moksha Brochure
NSIT Moksha Brochure
 
INVESTORS FOR EDUCATIONAL INSTITUTION
INVESTORS FOR EDUCATIONAL INSTITUTIONINVESTORS FOR EDUCATIONAL INSTITUTION
INVESTORS FOR EDUCATIONAL INSTITUTION
 
Magazine Inspiration PPT
Magazine Inspiration PPTMagazine Inspiration PPT
Magazine Inspiration PPT
 
MS_Portfolio
MS_PortfolioMS_Portfolio
MS_Portfolio
 
CareCircle Final Pitch
CareCircle Final PitchCareCircle Final Pitch
CareCircle Final Pitch
 
Eng.Ahmed El_Edwi's C.V 11 Dec 2016
Eng.Ahmed El_Edwi's C.V 11 Dec 2016Eng.Ahmed El_Edwi's C.V 11 Dec 2016
Eng.Ahmed El_Edwi's C.V 11 Dec 2016
 
Podnikání nezletilých
Podnikání nezletilých Podnikání nezletilých
Podnikání nezletilých
 
Arun TB Resume
Arun TB ResumeArun TB Resume
Arun TB Resume
 
Connect to Care final pitch
Connect to Care final pitchConnect to Care final pitch
Connect to Care final pitch
 
Chapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 6 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
 
Chapter 8 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 8 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Chapter 8 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 8 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
 
CV 29062015
CV 29062015CV 29062015
CV 29062015
 
Koupit společnost
Koupit společnost Koupit společnost
Koupit společnost
 
ECUADOR AMA LA VIDA
ECUADOR AMA LA VIDAECUADOR AMA LA VIDA
ECUADOR AMA LA VIDA
 
AmandaBecker Samples
AmandaBecker SamplesAmandaBecker Samples
AmandaBecker Samples
 
Nine frame analysis
Nine frame analysisNine frame analysis
Nine frame analysis
 
Codes for Coffee: Mock Starbucks Social Responsibility
Codes for Coffee: Mock Starbucks Social ResponsibilityCodes for Coffee: Mock Starbucks Social Responsibility
Codes for Coffee: Mock Starbucks Social Responsibility
 

Similar to Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance and equity

Chapter 5 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 5 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 5 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 5 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careNasiatul Salim
 
Chapter 2 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
Chapter 2 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...Chapter 2 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
Chapter 2 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...Nasiatul Salim
 
Asuransi Kesehatan Konvensional dan Managed Care-Saafirina Aulia Rahmi
Asuransi Kesehatan Konvensional dan Managed Care-Saafirina Aulia RahmiAsuransi Kesehatan Konvensional dan Managed Care-Saafirina Aulia Rahmi
Asuransi Kesehatan Konvensional dan Managed Care-Saafirina Aulia Rahmisafirinaauliarahmi1
 
213983128 modul-remuneration-system
213983128 modul-remuneration-system213983128 modul-remuneration-system
213983128 modul-remuneration-systemBASILIUSYWEU
 
Chapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careNasiatul Salim
 
Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...Nasiatul Salim
 
Chapter 8 Buku The Health care Quality Book
Chapter 8 Buku The Health care Quality BookChapter 8 Buku The Health care Quality Book
Chapter 8 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
MRS_BAB X - KONSEP PENETAPAN TARIF DAN INVESTASI.pdf
MRS_BAB X - KONSEP PENETAPAN TARIF DAN INVESTASI.pdfMRS_BAB X - KONSEP PENETAPAN TARIF DAN INVESTASI.pdf
MRS_BAB X - KONSEP PENETAPAN TARIF DAN INVESTASI.pdfJeffryRengku3
 
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem KesehatanLatar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem KesehatanNasiatul Salim
 
Chapter 12 Buku The Health care Quality Book
Chapter 12 Buku The Health care Quality BookChapter 12 Buku The Health care Quality Book
Chapter 12 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 2 Buku The Health care Quality Book
Chapter 2 Buku The Health care Quality BookChapter 2 Buku The Health care Quality Book
Chapter 2 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 3 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 3 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 3 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 3 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careNasiatul Salim
 
4. 2016_Sesi_4_YH_Priority_Setting_Membuat_Prioritas_dalam_Pelayanan_Kesehata...
4. 2016_Sesi_4_YH_Priority_Setting_Membuat_Prioritas_dalam_Pelayanan_Kesehata...4. 2016_Sesi_4_YH_Priority_Setting_Membuat_Prioritas_dalam_Pelayanan_Kesehata...
4. 2016_Sesi_4_YH_Priority_Setting_Membuat_Prioritas_dalam_Pelayanan_Kesehata...Ratna KP
 
Sistem pembayaran fasilitas kesehatan
Sistem pembayaran fasilitas kesehatanSistem pembayaran fasilitas kesehatan
Sistem pembayaran fasilitas kesehatanSutopo Patriajati
 
Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan
Konsep Dasar Mutu Pelayanan KesehatanKonsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan
Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatanpjj_kemenkes
 
SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...
SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...
SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...Aflita Anggraini
 
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careNasiatul Salim
 
Chapter 11 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...
Chapter 11 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...Chapter 11 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...
Chapter 11 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...Nasiatul Salim
 

Similar to Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance and equity (20)

Chapter 5 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 5 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 5 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 5 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
 
Chapter 2 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
Chapter 2 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...Chapter 2 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
Chapter 2 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
 
Asuransi Kesehatan Konvensional dan Managed Care-Saafirina Aulia Rahmi
Asuransi Kesehatan Konvensional dan Managed Care-Saafirina Aulia RahmiAsuransi Kesehatan Konvensional dan Managed Care-Saafirina Aulia Rahmi
Asuransi Kesehatan Konvensional dan Managed Care-Saafirina Aulia Rahmi
 
213983128 modul-remuneration-system
213983128 modul-remuneration-system213983128 modul-remuneration-system
213983128 modul-remuneration-system
 
Tugas2
Tugas2Tugas2
Tugas2
 
Chapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 10 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
 
Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
 
Chapter 8 Buku The Health care Quality Book
Chapter 8 Buku The Health care Quality BookChapter 8 Buku The Health care Quality Book
Chapter 8 Buku The Health care Quality Book
 
MRS_BAB X - KONSEP PENETAPAN TARIF DAN INVESTASI.pdf
MRS_BAB X - KONSEP PENETAPAN TARIF DAN INVESTASI.pdfMRS_BAB X - KONSEP PENETAPAN TARIF DAN INVESTASI.pdf
MRS_BAB X - KONSEP PENETAPAN TARIF DAN INVESTASI.pdf
 
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem KesehatanLatar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
 
Chapter 12 Buku The Health care Quality Book
Chapter 12 Buku The Health care Quality BookChapter 12 Buku The Health care Quality Book
Chapter 12 Buku The Health care Quality Book
 
Pembayaran kapitasi
Pembayaran kapitasiPembayaran kapitasi
Pembayaran kapitasi
 
Chapter 2 Buku The Health care Quality Book
Chapter 2 Buku The Health care Quality BookChapter 2 Buku The Health care Quality Book
Chapter 2 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 3 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 3 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 3 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 3 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
 
4. 2016_Sesi_4_YH_Priority_Setting_Membuat_Prioritas_dalam_Pelayanan_Kesehata...
4. 2016_Sesi_4_YH_Priority_Setting_Membuat_Prioritas_dalam_Pelayanan_Kesehata...4. 2016_Sesi_4_YH_Priority_Setting_Membuat_Prioritas_dalam_Pelayanan_Kesehata...
4. 2016_Sesi_4_YH_Priority_Setting_Membuat_Prioritas_dalam_Pelayanan_Kesehata...
 
Sistem pembayaran fasilitas kesehatan
Sistem pembayaran fasilitas kesehatanSistem pembayaran fasilitas kesehatan
Sistem pembayaran fasilitas kesehatan
 
Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan
Konsep Dasar Mutu Pelayanan KesehatanKonsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan
Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan
 
SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...
SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...
SIM, Aflita Anggraini, Hapzi Ali, Penggunaan Conceptual Framework di Perusaha...
 
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
 
Chapter 11 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...
Chapter 11 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...Chapter 11 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...
Chapter 11 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...
 

More from Nasiatul Salim

PMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakit
PMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakitPMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakit
PMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakitNasiatul Salim
 
Kmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatan
Kmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatanKmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatan
Kmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatanNasiatul Salim
 
Lima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaan
Lima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaanLima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaan
Lima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaanNasiatul Salim
 
Chapter 19 Buku The Health care Quality Book
Chapter 19 Buku The Health care Quality BookChapter 19 Buku The Health care Quality Book
Chapter 19 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 18 Buku The Health care Quality Book
Chapter 18 Buku The Health care Quality BookChapter 18 Buku The Health care Quality Book
Chapter 18 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 17 Buku The Health care Quality Book
Chapter 17 Buku The Health care Quality BookChapter 17 Buku The Health care Quality Book
Chapter 17 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 16 Buku The Health care Quality Book
Chapter 16 Buku The Health care Quality BookChapter 16 Buku The Health care Quality Book
Chapter 16 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 15 Buku The Health care Quality Book
Chapter 15 Buku The Health care Quality BookChapter 15 Buku The Health care Quality Book
Chapter 15 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 14 Buku The Health care Quality Book
Chapter 14 Buku The Health care Quality BookChapter 14 Buku The Health care Quality Book
Chapter 14 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 13 Buku The Health care Quality Book
Chapter 13 Buku The Health care Quality BookChapter 13 Buku The Health care Quality Book
Chapter 13 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 11 Buku The Health care Quality Book
Chapter 11 Buku The Health care Quality BookChapter 11 Buku The Health care Quality Book
Chapter 11 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 10 Buku The Health care Quality Book
Chapter 10 Buku The Health care Quality BookChapter 10 Buku The Health care Quality Book
Chapter 10 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 9 Buku The Health care Quality Book
Chapter 9 Buku The Health care Quality BookChapter 9 Buku The Health care Quality Book
Chapter 9 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 7 Buku The Health care Quality Book
Chapter 7 Buku The Health care Quality BookChapter 7 Buku The Health care Quality Book
Chapter 7 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 6 Buku The Health care Quality Book
Chapter 6 Buku The Health care Quality BookChapter 6 Buku The Health care Quality Book
Chapter 6 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 5 Buku The Health care Quality Book
Chapter 5 Buku The Health care Quality BookChapter 5 Buku The Health care Quality Book
Chapter 5 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 4 Buku The Health care Quality Book
Chapter 4 Buku The Health care Quality BookChapter 4 Buku The Health care Quality Book
Chapter 4 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 3 Buku The Health care Quality Book
Chapter 3 Buku The Health care Quality BookChapter 3 Buku The Health care Quality Book
Chapter 3 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 1 Buku The Health care Quality Book
Chapter 1 Buku The Health care Quality BookChapter 1 Buku The Health care Quality Book
Chapter 1 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 13 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...
Chapter 13 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...Chapter 13 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...
Chapter 13 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...Nasiatul Salim
 

More from Nasiatul Salim (20)

PMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakit
PMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakitPMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakit
PMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakit
 
Kmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatan
Kmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatanKmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatan
Kmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatan
 
Lima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaan
Lima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaanLima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaan
Lima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaan
 
Chapter 19 Buku The Health care Quality Book
Chapter 19 Buku The Health care Quality BookChapter 19 Buku The Health care Quality Book
Chapter 19 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 18 Buku The Health care Quality Book
Chapter 18 Buku The Health care Quality BookChapter 18 Buku The Health care Quality Book
Chapter 18 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 17 Buku The Health care Quality Book
Chapter 17 Buku The Health care Quality BookChapter 17 Buku The Health care Quality Book
Chapter 17 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 16 Buku The Health care Quality Book
Chapter 16 Buku The Health care Quality BookChapter 16 Buku The Health care Quality Book
Chapter 16 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 15 Buku The Health care Quality Book
Chapter 15 Buku The Health care Quality BookChapter 15 Buku The Health care Quality Book
Chapter 15 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 14 Buku The Health care Quality Book
Chapter 14 Buku The Health care Quality BookChapter 14 Buku The Health care Quality Book
Chapter 14 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 13 Buku The Health care Quality Book
Chapter 13 Buku The Health care Quality BookChapter 13 Buku The Health care Quality Book
Chapter 13 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 11 Buku The Health care Quality Book
Chapter 11 Buku The Health care Quality BookChapter 11 Buku The Health care Quality Book
Chapter 11 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 10 Buku The Health care Quality Book
Chapter 10 Buku The Health care Quality BookChapter 10 Buku The Health care Quality Book
Chapter 10 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 9 Buku The Health care Quality Book
Chapter 9 Buku The Health care Quality BookChapter 9 Buku The Health care Quality Book
Chapter 9 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 7 Buku The Health care Quality Book
Chapter 7 Buku The Health care Quality BookChapter 7 Buku The Health care Quality Book
Chapter 7 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 6 Buku The Health care Quality Book
Chapter 6 Buku The Health care Quality BookChapter 6 Buku The Health care Quality Book
Chapter 6 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 5 Buku The Health care Quality Book
Chapter 5 Buku The Health care Quality BookChapter 5 Buku The Health care Quality Book
Chapter 5 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 4 Buku The Health care Quality Book
Chapter 4 Buku The Health care Quality BookChapter 4 Buku The Health care Quality Book
Chapter 4 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 3 Buku The Health care Quality Book
Chapter 3 Buku The Health care Quality BookChapter 3 Buku The Health care Quality Book
Chapter 3 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 1 Buku The Health care Quality Book
Chapter 1 Buku The Health care Quality BookChapter 1 Buku The Health care Quality Book
Chapter 1 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 13 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...
Chapter 13 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...Chapter 13 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...
Chapter 13 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performanc...
 

Recently uploaded

mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARGregoryStevanusGulto
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfMeiRianitaElfridaSin
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptmutupkmbulu
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRJessieArini1
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docxhurufd86
 
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 

Recently uploaded (12)

mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
 
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 

Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance and equity

  • 1. 1 9. PEMBAYARAN Dalam bab ini, kami mengulaspengeluaran uang yang dikumpulkan dari pembiayaan (Bab 8). Semua organisasi yang mengalirkan dana untuk sektor kesehatan harus memutuskan organisasi yang akan dibayar, alasan pembayaran tersebut dan jumlah uang yang dibayarkan. Keputusan ini akan menciptakan insentif kuat yang mempengaruhi tindakan semua organisasi dan personel dalam sistem pelayanan kesehatan. Bukti empiris terus memperlihatkan bahwa insentif finansial merupakan salah satu pengaruh paling penting terhadap perilaku organisasional dan individual dalam sektor kesehatan (Cutler dan Zeckhauser 2000). Tidak seperti regulasi, insentif finansial bergantung pada penghargaan moneter untuk memicu perubahan perilaku. Insentif ini mengandung banyak efek terhadap sistem pelayanan kesehatan, baik kuantitas maupun kualitas pelayanan. Pembayaran berdampak besar pada jenis provider yang ada dalam sistem. Pembayaran juga berdampak secara tidak langsung pada biaya sistem kesehatan, karena pengeluaran total untuk perawatan kesehatan merupakan harga per unit pelayanan dikalikan dengan jumlah volume pelayanan di seluruh negara. Pembayaran mempengaruhi organisasi sistem, begitu pula sebaliknya. Diskusi kita dalam bab ini mengungkapkan sifat politis dari kebijakan tentang pembayaran, karena efeknya sangat kuat. Dampak Pembayaran terhadap Hasil Pengaruh insentif dari sistem pembayaran sebagian tergantung pada bahaya moral, baik dari sisi permintaan maupun persediaan (Arrow 1963; McGuire dan Pauly 1991). Misalnya di sisi permintaan, jika pasien tidak harus membayar pelayanan kesehatan, maka mereka akan meminta pelayanan dalam kuantitas lebih besar. Harga juga mempengaruhi pasien tentang tempat dan saat mereka mencari perawatan. Bahkan jika tidak ada provider lain, mereka akan memilih menghindari dokter dan merawat sendiri penyakit yang tidak terlalu parah. Dari sisi persediaan, sistem pembayaran mengundang respon kompleks dari dokter dan rumah sakit.Insentif dari pembayaran dapat mendorong dokter untuk mengubah jumlah total jam kerja dan jumlah pasien yang ditangani per jam, tempat kerja, bahkan cara mereka memperlakukan pasien
  • 2. 2 tertentu. Pembayaran juga mempengaruhi perilaku rumah sakit, mengubah jangka waktu menginap, jumlah pendaftaran, dan kuantitas pelayanan yang disediakan. Dampak pembayaran pada volume perawatan timbul karena dokter dapat memancing permintaan terhadap pelayanan mereka. Pengetahuan dokter jauh lebih superior daripada pasien, oleh karena ituprovider dapat menggunakan kelebihan tersebut untuk menambah pendapatan mereka, meningkatkan pendirian profesional mereka, mengurangi beban kerja mereka, atau apapun yang sesuai dengan kepentingan mereka—melalui sistem pembayaran yang ada. Perubahan yang ditimbulkan oleh pembayaran dalam perilaku pembeli dan penjual berdampak pada hasil pada tingkat menengah maupun akhir. Misalnya harga yang dibayarkan pasien berpengaruh pada volume pelayanan yang diterima, kemudian akan mempengaruhi status kesehatan mereka. Pada kasus lain, jika perawatan diberikan secara gratis maka pasien mungkin akan meminta obat atau perawtan yang tidak hemat biaya, sehingga mengurangi efisiensi teknis dalam produksi perkembangan kesehatan dan meningkatkan biaya pelayanan kesehatan. Pada akhirnya, publik juga akan mengeluh terhadap pelayanan kesehatan karena menghabiskan banyak biaya. Dampak pembayaran terhadap mutu perawatan juga sama besarnya. Jika kualitas diterangkan seperti kuantitas perawatan, maka sistem pembayaran akan meningkatkan kuantitas dan juga kualitas. Menggunakan pembayaran untuk mempengaruhi kualitas klinis atau pelayanan itu lebih sulit. Melakukan pembayaran berdasarkan mutu, entah itu pembuatan keputusan maupun hasilnya, sulit karena bersifat kontroversif dan tidak dapat ditebak. Apalagi, mutu pelayanan sangat multidimensi. Oleh karena itu, praktik pembayaran terhadap kualitas masih perlu dikaji lebih dalam lagi. Tarif pembayaran yang berbeda untuk pembayar yang berlainan dapat berakibat secara signifikan pada akses pasien menuju pelayanan kesehatan. Di negara-negara yang dokternya di samping bekerja untuk pemerintah juga berpraktik swasta, biasanya mereka menetapkan harga tinggi yang tak terjangkau oleh rumah tangga berpendapatan rendah. Akses kepada perawatan juga sangat dipengaruhi oleh harga relatif yang dibayarkan untuk berbagai pelayanan. Jika suatu pelayanan lebih menguntungkan daripada lainnya, maka pelayanan tersebut lah yang paling mungkin tersedia. Riset di Jerman mengenai perubahan harga menunjukkan bahwa
  • 3. 3 keuntungan bukan satu-satunya faktor yang menentukan hal-hal yang dilakukan dokter. Risiko yang dialami pasien pun merupakan hal penting, namun pengaruh insentif terhadap harga relatif juga dijelaskan dengan jelas dalam penelitian tersebut (Mattke 2001). Pemilihan Rancangan Dalam merancang sistem pembayaran, reformis kese hatan harus mengingat bahwa insentif berpengaruh kuat terhadap perilaku pembeli dan penjual. Metode Pembayaran Setiap metode pembayaran memiliki unit aktivitas terkait yang digunakan. Pemilihan unit aktivitas untuk pembayaran mempengaruhi persediaan, efisiensi dan mutu pelayanan kesehatan. Tarif Pembayaran Setelah memilih metode pembayaran, tarif pembayaran ditentukan.Efek skema pembayaran pada kinerja sektor kesehatan sangat dipengaruhi oleh penetapan tarif pembayarannya. Sebagian besar negara menggunakan campuran pendekatan penetapan tarif pembayaran. Mereka memilih dari lima teknik dasar: penetapan harga, biaya, praktik yang lampau, negosiasi dan penawaran. Metode yang paling jelas dan sederhana secara teknik adalah membayar provider berdasarkan harga yang ditetapkan, karena hal ini mudah diamati. Menurut para ekonom, jika pasarnya kompetitif, harga-harga ini akan mencerminkan biaya produksi dan persaingan akan memaksa providermenekan biaya serendah mungkin. Sayangnya, pendapat tersebut tidak berlaku pada pasar pelayanan kesehatan karena pasar tersebut tidak terlalu bersaing dan mengalami banyak kegagalan pasar. Oleh karena itu, banyak pemerintah atau dana asuransi sosial besar yang tidak mendasarkan pembayaran pada harga. Saat pembayar membayar, mereka mempunyai pilihan antara menggunakan tarif dari setiap dokter atau rumah sakit dan menggunakan tetapan yang seragam untuk masing-masing wilayah geografis. Cara lain di samping harga yang ditetapkan adalah membuat tarif pembayaran dasar pada biaya masing-masing pelayanan. Lagi-
  • 4. 4 lagi di sini terdapat pilihan antara menggunakan biaya provider sendiri dan semacam rata-rata wilayah atau kelompok. Dua hal yang memberatkan dari pembayaran berdasarkan biaya adalah kesukaran teknis dan efek insentifnya. Idealnya, sistem berbasis biaya memerlukan sistem akuntansi yang seragam di setiap rumah sakit, juga peraturan seragam untuk menggolongkan aktivitas perawatan, dan kondisi penyakit. Padahal, hanya sedikit rumah sakit yang memiliki sistem data yang kompleks dan mahal seperti itu. Dari sudut pandang insentif, pembayaran berdasarkan biaya juga menjadi masalah karena provider yang kurang efisien dan berbiaya lebih tinggi menerima lebih banyak dana. Sistem berbasis biaya sering mencoba untuk membatasi kemungkinan ini dengan hanya membayar biaya yang “masuk akal”. Cara lain untuk menahan pembengkakan biaya adalah menetapkan tarif berbasis biaya secara prospektif, sehingga pembayaran tidak harus mencakup semua biaya yang timbul. Pendekatan ketiga adalah dengan praktik yang lampau. Cara ini juga relatif sederhana, namun efek insentif dan distributifnya sangat bergantung pada penetapan tarifdasar tahunan. Pendekatan ini juga lemah dalam merespon perubahan biaya, teknologi, pemanfaatan atau permintaan konsumen. Dari tiga metode di atas, proses penetapan tarif relatif bersifat mekanis. Dua pendekatan berikut lebih interaktif dan berorientasi pada proses. Pertama, beberapa pembayar besar dan maju bernegosiasi untuk menetapkan tarif pembayaran. Kedua, menggunakan penawaran kompetitif, yang juga interaktif. Meskipun cara ini secara teori dapat menentukan tarif pembayaran yang mendekati biaya yang sebenarnya dari penawar, provider sering berkeberatan dengan pendekatan ini karena yang tidak efisien di antara mereka akan kalah. Lagipula, penawaran kompetitif mungkin tidak memberikan hasil memuaskan kecuali prosesnya dirancang dengan baik dan informasi yang tepat diberikan kepada penawar potensial. Terlebih, ketika pemerintah menjalankan pendekatan ini, politik dapat mengacau karena penjual memanipulasi proses demi kepentingan mereka sendiri. Masalah penetapan tarif menjadi semakin rumit karena sulitmenemukan dasar objektif untuk menyelesaikan ketidaksepakatan. Salah satu pilihannya adalah menyerahkan penetapan tarif pada badan otonom, sedapat mungkin terlepas dari pengaruh politik. Saran kami, para reformis sektor kesehatan memikirkan
  • 5. 5 implementasi dan politik sebelum memutuskan suatu rencana. Dalam jangka panjang, menggunakan metode yang kontroversial secara politik akan sulit karena para stakeholder akan berusaha menghentikannya. Metode Pembayaran dan Insentif Provider Metode Pembayaran untuk Dokter dan Petugas Kesehatan Lainnya Banyak pengelola pelayanan kesehatan yang diilhami oleh industri lain merancang pendapatan finansial untuk menggalakkan perilaku hemat biaya. Riset terbaru tentang pelayanan kesehatan dan teori organisasimenyoroti tiga faktor dalam rancangan insentif bagi dokter: hampiran, intensitas dan interaksi (Harshbarger 1999). Hampiran mengacu pada kedekatan hubungan antara keputusan dokter untuk pasien dan keuntungan ekonominya. Intensitas mewakili besarnya insentif yang pada setiap dokter. Interaksi mengacu pada dinamika perilaku di antara para dokter. Pembayaran atas pelayanan (PAP) Dalam cara ini, unit pembayaran meliputi kunjungan atau aktivitas klinis individual, misalnya suntikan, tes laboratorium, dan sinar-X. Metode ini memberikan insentif kepada provider untuk melakukan lebih banyak pelayanan. Provider tidak menanggung risiko biaya perawatan; pembayar, penjamin atau pasien lah yang sepenuhnya berisiko. Secara teori, pasien dan pembayar pihak ketiga memiliki alasan untuk mempertanyakan kebutuhan akan pelayanan tambahan dan menegosiasikan pembayaran yang lebih rendah. Faktanya, pasien dan pembayar pihak ketiga jarang dapat bernegosiasi secara efektif karena kuasa profesional dokter. Meski teori dan fakta tentang biaya meningkatkan dampak metode pembayaran PAP, metode tersebut masih banyak digunakan di negara-negara berkembang untuk membayar rumah sakit swasta dan dokter. Provider mendirikan unit dan tingkat pembayaran mereka sendiri, dan memilih PAP, karena metode ini paling mudah, menguntungkan dan fleksibel. Pungutan perorangan
  • 6. 6 Unit pembayaran dalam metode ini berlandaskan pada orang per orang. Pembayaran ditetapkan untuk menebus semua layanan yang digunakan seseorang selama waktu tertentu. Pungutan perorangan telah digunakan untuk membayar perawatan primer, pelayanan spesialis dan untuk pelayanan rawat inap. Pembayaran dengan cara ini memindahkan sebagian besar risiko finansial kepada provider, bervariasi menurut ketentuan kontrak dan kesepakatan organisasional. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa insentif pada pungutan perorangan mempengaruhi perilaku provider. Inversen (2000) mengevaluasi dampak pungutan terhadap keputusan rujukandokter umum di Norwegia. Mereka menemukan 42% peningkatan jumlah rujukan dari dokter umum kepada spesialis setelah Norwegia memulai sistem baru yang menentapkan dokter umum hanya dikontrak untuk perawatan primer dan dibayar melalui pungutan. Dalam penelitian yang lain, Bitran (2001) menemukan bahwa program asuransi sosial Argentina beralih ke pembelian pelayanan kesehatan melalui pungutan. Dengan metode ini, provider dapat memilih untuk hanya menerima pasien yang sehat atau tidak terlalu merepotkan, praktik yang dikenal dengan seleksi risiko. Ketika providermenerima pembayaran yang ditetapkan untuk setiap pasien terdaftar, mereka cenderung memilih pasien yang lebih sehat untuk meminimalkan risiko (Frank dkk. 1998). Newhouse (1996) meneliti fasilitas panti jompo di Amerika Serikat dan menyimpulkan bahwa pungutan mendorong provider untuk lebih efisien dalam menggunakan sumber, tetapi juga menimbulkan masalah seleksi-risiko. Gaji Unit pembayaran ini didasarkan pada periode waktu yang mempekerjakan para dokter di tempat kerja tanpa menghiraukan berapa banyak pasien yang diperiksa, volume layanan, atau biaya layanan yang diberikan.para dokter yang dbayar dengan gaji menanggung sedikit resiko keuangan tapi mungkin merubah pembuatan keputusan mereka untuk meminimalisir waktu dan tenaga yang mereka keluarga. Di Negara berkembang, pemilik, seringkali pemerintah, menanggung resiko keuangan dan untuk memaksimalkan efisiensi mungkin meminta setiap dokter untuk memeriksa sejumlah pasien per jam.
  • 7. 7 Para penulis (Gosden dkk 1999 dan 2001) menemukan b eberapa bukti tentative bahwa pembayaran gaji berkaitan dengan produktifitas lebih rendah bila dibandingkan dengan biaya untuk layanan dan metode pembayaran pajak perseorangan. Gaji plus Bonus Skema bonus meningkatkan tingkat biaya administrative, dan pembayaran untuk gerakan kinerja dalam industry dan perwatan kesehatan pastinya menimbulkan kritik-kritik (Colliver 2002, Kohn 1999). Meskipun demikian, banyak organisais penyedia di dunia menambahkan komponen bonus ke system berbasis gaji. Ringkasan Setiap metode pembayaran bagi para dokter dan professional kesehatan menciptakan seperangkat resiko dan insentif khusus bagi para penyedia. Metode-Metode Pembayaran bagi Rumah Sakit dan Lembaga Penyedia Per Izin Masuk Metode pembayaran pertama bagi rumah sakit dan lembaga penyedia menggunakan izin masuk seperti unit layanan. Jumlah pasti yang dibayarkan meliputi semua jasa selama tinggal di rumah sakit tanpa menghiraukan layanan actual y ang disediakan. Metode ini mentransfer porsi resiko keuangan bagi penyedianya. Metode per ijin masuk memberikan rumah sakit insentif untuk memilih pasien dengan penyakit kurang parah dan mengijinkan sebanyak mungkin pasien untuk masuk, sejauh rumah sakit dapat menemukan pasien yang biaya tambahan ke rumah sakit bagi pasien-pasien kurang dari pembayaran yang diterima untuk setiap pasien. Kasus Gabungan yang disesuaikan per ijin masuk Untuk memperbaiki beberapa kekuarangan dalam pembayaran per ijin masuk, pembayaran yang disesuaikan dengan kasus gabungan memisahkan pasien kedalam kategori penyakit dan perawatan dan membayar mereka yang membayar lebih. Metode pengelompokan yang berkaitan dengan diagnotis (DRG) telah menjadi pendekatan yang paling digunakan secara luas untuk melaksanakan pembayaran per
  • 8. 8 ijin masuk yang disesuaikan dengan penggabungan kasus ini. Dibawah system tersebut, rumah sakit memiliki insentif untuk memperpendek panjang rawat inap, memberikan perawatan kurang dan mengijinkan lebih banyak pasien. Mereka juga memiliki insentif untuk berfokus pada pasien di setiap kelas yang relative sehat dan mencari pasien di kelompok-kelompok dimana tingkatnya tinggi dibandingkan dengan biayanya. Per-Diem (Per hari) Pembayaran pada dasar perhari umumnya digunakan rumah sakit-rumah sakit. Tingkat pasti ini memberikan rumah sakit insentif untuk mengurangi baiaya dan mengurangi uji dan prosedur. Rumah sakit juga memiliki insentif untuk mempertahankan agar pasien tinggal di rumah sakit lebih lama. Pembayaran perhari mendorong rumah sakit untuk memiliki tingkat rawat inap yang tinggi dan memperluas kapasitas tempat tidur mereka. Anggaran Item-Lini Dalam metode pembayaran yang digunakan secara luas ini, unit pembayaran adalah kategori pengeluaran, (misalnya gaji, suplai, transportasi, obat-obatan) untuk satu organisasi. Jumlah yang dianggarakan tipikalnya berdasarkan beberapa muatan kasus fasilitas, jumlah staf, dan anggaran masa lalu. Rumah sakit memiliki sedikit insentif untuk mengijinkan lebih banyak pasien-kecuali jika indicator itu memainkan peran utama dalam proses anggaran. Langenbrunner and Wiley (1999) mempelajari pengaruh system pembayaran anggaran item lini di Eropa Timur-sistem-sistem yang sekarang sedang dihilangkan diseluruh negeri. Dia menyimpulkan bahwa: (1) sedikit insentif yang ada untuk directur fasilitas menajdi sadar harga dan inovatif; (2) fasilitas-fasilitas cenderung kearah dalam penyediaan pelayanan kesehataan; (3) sedikit perhatian diberikan pada hasil kesehatan dan kepuasan pasien; dan (4) tidak ada insentif nyata yang ada untuk memperkecil tingakt sumber daya pasti (misalnya staf dan fasilitas) Anggaran Global Metode pembayran ini mengatur semua anggaran operasi inklusif di depan. Dibawah system anggaran global, para manajer memiliki insentif untuk mengontrol pengeluaran mereka selama mendapatkan target produksi mereka, walaupun
  • 9. 9 potensi selalu ada untuk mengubah keputusan untuk mencapai target-target itu (Bishop dan Wallack 1996). Sistem Pembayaran dan Pasien Sistem pembayaran mempengaruhi pasien dan juga penyedia dengan menentukan seberapa banyak yang harus dibayar konsumen untuk layanannya. Ada dua kasus untuk dipertimbangkan-kasus dimana pemerintah mengoperasikan system perawatan secara langsung dan yang bertindak secara tidak langsung pada harga. Sebagian besar Negara yang secara langsung mengoperasikan perawatan kesehatan menggunakan penghasilan pajak untuk mensubsidi biaya perawatan kesehatan yang disediakan pada fasilitas public. Seringkali, suplai dan obat-obatan harus disediakan oleh pasien, dan berbagai jenis uang sogok, persenan dan pembayaran tidak formal lain diharapkan oleh penyedia. Semua biaya ini memperkecil besarnya distorsi efiesiensi yang diciptakan dengan perawatan gratis. Ada dua fenomena yang berinteraksi disini. Pertama, semua rencana asuransi faktanya memperendah harga yang dibayar konsumen diwaktu mereka sakit. Selain itu, asuransi kesehatan tidak dibeli atas dasar individu, tapi lebih melalui skema asuransi social yang didukung pajak. Pemerintah mensubsidi pembelian asuransi swasta yang memiliki efek serupa. Hasilnya, Negara-negara yang mendanai perawatan kesehatan melalui asuransi seringkali menggabungkan batas-batas deductible, c0-pembayaran, dan batas-batas pembayaran. Semua mekanisme ini dimaksudkan untuk menciptakan insentif bagi para pasien untuk mengurangi penggunaan perawatan tidak sesuai mereka. Deductible adalah pembayaran yang dibuat oleh pasien sebelum kebijakan asuransi untuk menutup pengeluaran yang terjadi.Tingkat deductible diatur untuk individu atau keluarga-keluarga dan kadang-kadang didasarkan pada tingkat penghasilkan. Co-pembayaran adalah pembayaran pasti yang dibuat oleh pasien untuk setiap kunjungan dokter atau setiap hari rumah sakit. Co-asuransi mengacu pada pasien yang bertanggung jawab untuk persentase biaya tertentu.
  • 10. 10 Batas pembayaran adalah jumlah uang maksimum yang liable dibayar penjamin asuransiper pasien setiap tahunnya. Rata-rata, elastisitas permintaah harga untuk perawatan kesehatan tidaklah tinggi, yang mengimplikasikan bahwa distorsi tersebut mungkin tidak serius. Dengan kata lain, perubahan pada harga umumnya tidak menghasilkan perubahan besr pada pa permintaan akan perawatan kesehatan. Nilai-nilai elastisitas ini mengimplikasikan bahwa pasien yang diharuskan membayar pembayaran langsung diluar anggaran seperti biaya pengguna, memiliki dampak merugikan lebih besar pada orang miskin dan anak-anak melalui utilisasi yang dikurangi. Bimbingan Bersyarat Studi-studi empiris telah menemukan bahwa mekanisme pembayaran memiliki efek yang dapat diukur pada banyak variable,t ermasuk: 1) jenis perawatan kesehatan yang diberikan kepada pasien; 2) tipe dan jumlah obat yang diresepkan; 3) kuantitas layanan yang diberikan per kunjungan atau per hari saat diopname; 4) panjang tinggal di rumah sakit; 5) proporsi pasien yang dirawat pada pasien rawat jalan versus pasien yang dirawat dirawat di rumah sakit untuk suatu penyakit; 6) nama penyakit dan keparahannya; dan 7) frekuensi pasien mana yang bertemu spesialis dan uji laboraturium. Efek-efek ini mengindikasi bahwa pilihan metode pembayaran adalah keputusan kritis untuk bagi pembaharu sector kesehatan. Memilih Metode Pembayaran Berikut ini adalah lima pelajaran kritis mengenai pegangan control pembayaran  Keputusan pada metode pembayaran harus dipertimbangkan dalam konteks mengenai bagaimana system tersebut diatur; organisasi dan pembayaran harus saling melengkapi.  Metode pembayaran bebas layanan menyebabkan inflasi pengeluaran kesehatan yang pesat  Metode pembayran gaji plus bonus unggul hanya pada gaji.
  • 11. 11  Pembayaran pajak perseorangan untuk perawatan utama memiliki cukup banyak untuk direkomendasikan, khususnya saat ada layanan yang bersaing dalam komunitas yang sama.  Untuk negara0negara dengan pendapatan tinggi dan menengah, pembayaran per ijin masuk dan pembayaran DRG sederhana ke rumah sakit memiliki efek insentif yang diinginkan tapi juga menciptakan kompleksitas administrative. Mengatur Tingkat Pembayaran Membentuk tingkat pembayaran membutuhkan pembaharu untuk mempertimbangkan seperangkat factor dan peraturan kompleks. Jika tingkat pembayaran terlalu rendah, penyedia akan memilih untuk tidak berpartisipasi dalam skema asuransi yang dibiayai pemerintah atau membebani jumlah tambahan bagi pasien atau membebankan pembayaran bawah meja-tergantung pada apa yang diijinkan oleh hukum. Mengatur tingkat pembayaran yang tepat adalah masalah yang diperdebatkan dan sensitive. Tawaran kompetitif banyak direkomendasikan jika ada penyedia bersaing dan proses bersaing dapat dikombinasikan dengan kontrak selektif. Tegangan mendasar ada dalam system pembayaran: para pembayar ingin menjaga agar tingkat pembayaran serendah mungkin, sedangkan penyedia ingin meningkatkan tingkatnya setinggi mungkin. Pengalaman internasional menunjukkan bahwa negosiasi bilateral dapat menghasilkan hasil yang sama-sama dapat diterima dalam kepentingan tertentu. Tapi sekali pemerintah menjadi terlibat dalam situasi tersebut menjadi terpolitisi, pemerintah mungkin menemukannya dibawah tekanan besar dari kelompok penyedia yang tersusun denganbaik untuk memberikan sumber daya tambahan bagi gaji perawatan kesehatan. Metode-Metode dan Ekuitas Pembayaran Pembayaran berkaitan dengan ekuitas dalam dua cara berbeda, tergantung pada apakah pasien tersebut membayar tagihan atau tidak. Saat pasien tidak membayar tagihan mereka sendiri, ada resiko bahwa system pembayaran tidak akan menggambarkan berbagai biaya pasien berbeda. Dalam situasi tersebut, pasien dengan biaya tinggi dapat menjadi secara ekonomis kurang menarik untuk dilayani,
  • 12. 12 dan hasilnya mereka dapat menemui batasan terhadap akses. Batasan-batasan ini munkin memiliki tingkatan dari tak kentara sampai eksplisit, dari secara budaya tidak sensitive atau layanan tidak sesuai sampai penolakan seketika terhadap perawatan kesehatan. Pola ini memiliki implikasi ekuitas, karena pasien dari strata social ekonomi lebih rendah dan kelompok social termarginalisasi sering kurang sehat, kurang tunduk dengan rezim perawatan dan secara psikologis lebih sulit bagi para dokter dari latar belakang memiliki hak istimewa untuk menghadapinya. Isu serupa dapat muncul saat pembayaran untuk layanan khusus yang tidak sebanding digunakan oleh masyarakat termarginalisasi, diatur pada tingkat rendah versus biaya mereka. Keseriusan dua permasalahan ini-pembayaran terlalu rendah bagi pasien tersebut dan untuk tipe perawatan tertentu-sebagian tergantung pada organisasi system penyampaiannya. Ringkasan Para ekonomi kadang-kadang terlalu menekankan efek insentif system pembayaran,bahkan seperti bukan ekonom dalam menghargai pengaruh mereka. Beberapa dokter dan rumah sakit menyediakan perawatan untuk pasien “tidak menguntungkan” diluar tanggung jawab sosialnya. Dan di dunia, norma-norma professional membatasi kesediaan dokter untuk menciptakan permintaan yang dibujuk dengan permintaan. Dilain pihak, tidak semua dimensi kinerja yang diperhatikan pembaharu dapat dengan mudah dan dapat dipercaya untuk diukur, dan tidak semua dapat dengan mudah dibayar. Resiko distorsi dan ketidakjujuran selalu ada. Masih saja, system pembayaran menyisakan salah satu pegangan control paling hebat yang tersedia bagi pembaharu sector kesehatan. “Anda mendapat apa yang anda bayar” umumnya adalah tempat terbaik untuk mulai memahami ekonomi system perawatan kesehatan nasional.Para pembaharu akan menjadi bijaksana untuk tidak membentuk system pembayaran yang menciptakan insentif dengan ada kalanya dengan tujuan-tujuan prioritas. Sumber : Chapter 9 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance and equity