4. Tidak menjadi imam yang baik
Gagal menjadikan istri nomor
satu dalam hidupnya
Suka membandingkan istri
dengan wanita lain
Kurang bisa mengontrol emosi
dan kebiasaan buruk
Tidak pernah meminta maaf
ketika berbuat salah
Gagal tunduk pada suami
Tidak menghargai suami
sebagai kepala rumah tangga
Gagal menunjukkan rasa
syukur pada suami
Suka membantah ucapan
suami
Tidak berbakti dan enggan
mengikuti pendapat suami
5. Perceraian
Yakni pemutusan ikatan perkawinan
antara suami dan istri, yang disebabkan
perselisihan yang sudah tidak dapat
didamaikan lagi, meski sudah
didatangkan hakim dari kedua pihak.
6. Perceraian
“Setiap wanita (istri) yang meminta cerai
pada suaminya tanpa alasan, haramlah
baginya wangi-wangi surga.”
(HR. Ashabus Sunan)
7. Talak
melepaskan ikatan perkawinan dengan
mengucapkan secara suka rela ucapan
talak dari pihak suami kepada istrinya
Talak Raj’i
Talak yang dijatuhkan suami pada istri untuk
pertama kali, dan suami boleh rujuk pada istri yang
ditalaknya selama masih dalam masa iddah
Talak Ba’i
Talak yang suami tidak boleh rujuk pada istri yang
ditalaknya, melainkan harus dengan akad nikah
baru
8. Yaitu durhakanya istri terhadap
kewajiban pada suaminya. Istri tidak
mau melayani suami tanpa alasan.
Suami berhak pisah ranjang (agar istri
sadar) atau memukul istri dengan
pukulan yang tidak membahayakan.
10. Fasakh
Pembatalan perkawinan dikarenakan:
Faktor Berbentuk Sebab
• Antara suami istri masih ada hubungan mahram
• Keluar dari agama Islam
Faktor Berbentuk Latar Belakang
• Gila dan KDRT
• Gangguan fungsi seksual
11. Khuluk
Talak yang diucapkan oleh suami dengan
pembayaran dari pihak istri pada suami.
Biasanya merupakan permintaan dari
istri, dengan sebab:
• Suami istri dikhawatirkan tak bisa menjalani hukum
Allah (menciptakan rumah tangga yang baik)
• Istri dikhawatirkan tidak akan mematuhi suaminya
12. Zihar
Yaitu seorang suami menyamakan
isterinya dengan ibunya sehingga haram
ucapan suami pada isteri: “Punggungmu
seperti punggung ibuku.”
Kifarat zihar meliputi:
• Memerdekakan hamba sahaya
• Puasa 2 bulan berturut-turut
• Memberi makan pada 60 orang miskin slama 2 bulan
13. Li’an
Sumpah suami yang menuduh istrinya
berzina (karena suami tidak bisa
mengajukan 4 saksi yang melihat istrinya
berzina). Jika Li’an diajukan, berlaku
hukum rajam pada istrinya.
14. Ila’
Sumpah suami bahwa ia tidak akan
meniduri istrinya selama 4 bulan/lebih.
Jika sebelum 4 bulan suami kembali pada istrinya, ia
wajib membayar kafarat.
Jika sesudah 4 bulan ia tak kembali, hakim memberi
pilihan yaitu kembali pada istri (dengan membayar
kafarat) atau mentalak istrinya.
17. Nikah Lintas Agama
Perempuan Muslim dengan Pria Non-muslim
Hukumnya HARAM.
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik,
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak
yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik hatimu.” (QS al-
Baqarah/2:221)
18. Nikah Lintas Agama
Pria Muslim dengan Perempuan Non-muslim
Hukumnya BOLEH.
“…makanan orang-orang yang diberi Al Kitab itu
halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi
mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita
yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita
yang beriman dan yang diberi al-Kitab sebelum
kamu...” (QS al-Maidah/5:5)
Dengan perempuan Ahli Kitab Agama Samawi
19. Nikah Lintas Agama
Pria Muslim dengan Perempuan Non-muslim
Hukumnya TIDAK BOLEH.
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik,
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak
yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik hatimu.” (QS al-
Baqarah/2:221)
Dengan perempuan non Ahli-Kitab
20. Kesimpulan
Suami Islam, istri ahli kitab = boleh
Suami ahli kitab, istri Islam = haram
Suami Islam, istri kafir bukan ahli kitab = haram
Suami kafir bukan ahli kitab, istri Islam = haram
21.
22. pernikahan dengan cara tukar-menukar calon istri di
antara para wali untuk dinikahkan dengan calon
suami yang telah disepakati atau untuk dirinya
masing-masing dengan suatu perjanjian tanpa mahar.
Hukumnya HARAM.
23. Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang nikah
syighar, yaitu seorang lelaki menikahkan anak
wanitanya dengan syarat lelaki tersebut menikahkan
anak wanitanya pula dan tidak ada mahar diantara
keduanya.” (Muttafaq alaihi)
24. Yaitu menikahnya laki-laki dengan wanita yang
sudah ditalak tiga oleh suami sebelumnya. Lalu laki-
laki tersebut mentalaknya. Hal ini bertujuan agar
wanita tersebut dapat dinikahi kembali oleh suami
sebelumnya (yang telah mentalaknya tiga kali)
setelah masa ‘iddah wanita itu selesai.
Hukumnya HARAM.
25. Rasulullah SAW, melaknat muhallil dan muhalla
lahu. ( HR. An-Nasa’I dan At- Tirmidzi)
Al Muhallal lah ⇾ suami pertama yang dihalalkan
kembali menikahi bekas istrinya
Al Muhallil ⇾ suami kedua yang menyebabkan
pernikahan suami pertama dengan bekas istri menjadi
halal
26. Laki-laki menikahi wanita dengan memberi sejumlah
harta dalam waktu tertentu, pernikahan ini akan
berakhir sesuai batas waktu yang telah ditentukan
tanpa talak serta tanpa kewajiban memberi nafkah
atau tempat tinggal dan tanpa adanya saling mewarisi
antara keduanya sebelum meninggal dan berakhirnya
masa nikah mut’ah itu.
Hukumnya HARAM.
"Ketahuilah, bahwa (nikah mut'ah) adalah haram
mulai hari ini sampai hari Kiamat, siapa yang telah
memberi sesuatu kepada perempuan yang
dinikahinya secara mut'ah, janganlah mengambilnya
kembali.” (HR. Imam Muslim).
27. ُابَتِكْال َغُلْبَي ٰىَّتَح ِاحَكِالن َةَدْقُع واُم ِزْعَت ََل َوَُُلََََ
“Dan janganlah kamu menetapkan akad nikah,
sebelum habis masa ‘iddahnya.” [Al-Baqarah : 235]
28. “Dan jangan kaum nikahi perempuan musyrik, sebelum
mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan
beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meski
ia menarik hatimu. Dan jangan kamu nikahkan orang
(laki-laki) musyrik (dengan perempuan beriman)
sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-
laki beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik
meskipun ia menarik hatimu..” [Al-Baqarah : 221]
29. Diharamkan kamu (menikahi) ibumu, anak
perempuanmu, saudara perempuanmu, saudara
perempuan ayahmu, saudara perempuan ibumu, anak
perempuan dari saudara laki-lakimu, anak perempuan
dari saudara perempuanmu, ibu yang menyusuimu,
saudara perempuan yang satu susuan denganmu, ibu
isterimu (mertua),
anak perempuan dari isterimu (anak tiri) yang dalam
pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tapi
jika kamu belum mencampurinya (dan sudah kamu ceraikan)
maka tidak berdosa atasmu (jika menikahinya), (dan
diharamkan bagimu) isteri anak kandungmu (menantu), dan
(diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada
masa lampau.” [An-Nisaa' : 23]
30. “Kemudian jika ia menceraikannya, maka perempuan itu
tidak halal lagi baginya sebelum ia menikah dengan
suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya
(suami pertama dan bekas isteri) untuk menikah kembali
jika keduanya berpendapat mampu menjalankan hukum
Allah. Itulah ketentuan Allah yang diterangkan-Nya
kepada orang yang berpengetahuan.” [Al-Baqarah : 230]
31. “Tidak boleh dikumpulkan antara wanita dengan
bibinya (dari pihak ayah), tidak juga antara wanita
dengan bibinya (dari pihak ibu).” (HR Bukhari &
Muslim)
32. “Orang yang sedang ihram tidak boleh menikah atau
melamar.” (HR Muslim & Tirmidzi)
33. “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan
perempuan yang berzina, atau perempuan yang
musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini
melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki
musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas
oran-orang yang mukmin”. [An-Nuur : 3]
34. “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana
kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau
empat…” [An-Nisaa' : 3])
“Tetaplah engkau bersama keempat isterimu dan
ceraikanlah selebihnya.” (HR. at-Tirmidzi)
36. Memenuhi kebutuhan seksual dengan cara yang diridai
Allah (cara yang islami), dan menghindari cara yang
dimurkai Allah seperti perzinaan atau homoseks
Pernikahan merupakan cara yang benar, baik, dan
diridai Allah untuk memperoleh anak serta
mengembangkan keturunan yang sah
Suami-istri dapat memupuk rasa tanggung jawab
dalam memelihara, mengasuh dan mendidik anak-
anaknya
37. Menjalin hubungan silaturahmi antara keluarga suami
dan keluarga istri, sehingga sesama mereka saling
menolong dalam kebaikan
Pernikahan merupakan jalan terbaik untuk
memuliakan anak, memperbanyak keturunan,
melestarikan hidup manusia, serta memlihara nasab.
Pernikahan akan mempererat tali kekeluargaan yang
dilandasi rasa saling menyayangi sebagai modal
kehidupan masyarakat yang aman dan sejahtera.