Pernikahan dalam Islam bertujuan untuk memenuhi tuntutan manusiawi, membentengi akhlak, dan mendapatkan keturunan shalih. Nikah wajib bagi yang mampu secara fisik, mental, dan finansial, sunnah bagi yang masih muda tetapi takut zina, dan makruh bagi yang khawatir menyakiti pasangan. Ada pula bentuk-bentuk pernikahan yang diharamkan.
3. • Secara bahasa arti nikah berarti “mengumpulkan, menggabungkan atau
menjodohkan”.
• Menurut KBBI, nikah diartikan sebagai perjanjian antara laki-laki dan perempuan
untuk bersuami istri dengan resmi ( Mitsaqan ghalidza).
• Menurut syari’ah “nikah” berarti akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki
dan perempuan yang bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajibannya
masing-masing.
• Dalam UU Pernikahan RI Nomor 1 Tahun 1974, pengertian pernikahan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri, dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pengertian Pernikahan
4. Perintah Menikah
⚫ Allah SWT memerintahkan kaum Mukmin
untuk menikahkan orang-orang yang belum
menikah termasuk kaum fakir di antara mereka
dan melarang mereka untuk mengkhawatirkan
kemiskinan, hal itu demi menjaga kesucian diri
dan masyarakat. Allah SWT berfirman,
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di
antara kamu dan orang-orang yang layak
(menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan
memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan
Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui”. (Q.S. An-Nur [24]: 32)
⚫ Tidak boleh menolak untuk menikah
Anas meriwayatkan kisah tiga orang. Salah satu di
antara mereka mengatakan, “Aku akan shalat
sepanjang malam terus menerus”. Yang lain
mengatakan “Aku akan berpuasa selamanya dan
tidak akan berbuka”. Yang terakhir mengatakan,
“Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan
menikah selamanya”.
⚫ Rasulullah SAW. Yang mendengar pembicaraan
mereka lalu berkata, Demi Allah, aku adalah
orang yang paling takut dan paling bertakwa
kepada Allah di antara kalian. Namun, aku
berpuasa dan juga berbuka, aku shalat malam
dan juga tidur, dan aku juga menikahi wanita.
Maka, siapa yang membenci sunnahku, berarti ia
bukan golonganku. (Bukhari, 5063; Muslim,
1401)
⚫ Rasulullah SAW mendorong anak-anak muda
agar segera menikah
Rasulullah SAW bersabda, Wahai para pemuda,
siapa yang telah mampu untuk menikah, tetapi
belum bisa, maka berpuasalah! Karena puasa
adalah perisai. (Shahih Bukhari, 5/4778;
Muslim, 2/1400)
⚫ Ada tiga golongan yang berhak mendapatkan
pertolongan Allah; Orang yang berjihad di jalan
Alla, hamba sahaya yang ingin memerdekakan
dirinya dan orang yang menikah demi menjaga
kesucian dirinya. (HR. At-Tirmidzi, 4/1655)
5. • Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi
ُُحَكْنُت
ُ
ُةَأ ْرَمْال
ُ
عَب ْرَأل : اَهِلـاَمِل
اَهِبَسَحِل َو
اَهِلاَمَجِل َو
اَهِنْيِدِل َو
،
ُْرَفْاظَف
ُِتاَذِب
ُِْنيِّدال
ُْتَب َِرت
ُ
َي
َُاكَد .
“Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya.
Nikahilah wanita karena agamanya, kalau tidak kamu akan celaka”. (HR Al-Bukhari dan Muslim)
• Untuk mendapatkan ketenangan hidup
ُْنِم َو
ُ
ِهِتاَيآ
ُْنَأ
َُقَلَخ
ُْمُكَل
ُْنِم
ُْمُكِسُفْنَأ
اًجا َو ْزَأ
واُنُكْسَتِل
اَهْيَلِإ
َُلَعَج َو
ُْمُكَنْيَب
َُم
ُ
ًةَّد َو
ُ
ًةَمْحَر َو
ُ
ۚ
َُّنِإ
يِف
َُكِلََٰذ
ُ
اتَي َ
َل
ُ
م ْوَقِل
َُونُرَّكَفَتَي
“Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu
sendiri agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan
sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Bagi kaum yang
berpikir”. (Q.S Ar-Rum [30]: 21)
• Untuk membentengi akhlak
Rasulullah SAW. Bersabda: “Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk nikah,
maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan
barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi
dirinya”. (Shahih Bukhari, 5/4779)
Tujuan Pernikahan
6. • Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT
Rasulullah SAW. Bersabda, “Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah!”.
Mendengar sabda Rasulullah para sahabat dan keheranan dan bertanya: “Wahai Rasulullah, seorang
suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala?” Nabi Muhammad
SAW. Menjawab, “Bagaimana menurut kalian jika mereka (para suami) bersetubuh dengan selain
istrinya, bukankah mereka berdosa?” Jawab para sahabat, “Ya, benar”. Beliau bersabda lagi, “Begitu pula
kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala!”.
(HR. Muslim)
• Untuk mendapatkan keturunan yang shalih
ُ
ُ َّ
ّللا َو
َُلَعَج
ُْمُكَل
ُْنِم
ُْمُكِسُفْنَأ
اًجا َو ْزَأ
َُلَعَج َو
ُْمُكَل
ُْنِم
ُْمُك ِاج َو ْزَأ
َُينِنَب
ُ
ًةَدَفَح َو
ُْمُكَقَز َر َو
َُنِم
ُِتاَبِّيَّالط
ُ
ۚ
ُِلِاطَبْالِبَفَأ
َُونُنِمْؤُي
َُمْعِنِب َو
ُِت
ُ
ِ َّ
ّللا
ُْمُه
َُونُرُفْكَي
“Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-
istrimu itu anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka
beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?”. (Q.S. An-Nahl [16]: 72)
• Untuk menegakkan rumah tangga yang islami
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya talaq (perceraian), jika suami istri
sudah tidak sanggup lagi mempertahankan keutuhan rumah tangga. Firman Allah SWT:
“Talaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara ma’ruf atau menceraikan
dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan
kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah,
maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya.
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar
hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang dzalim”. (Q.S Al-Baqarah [2]: 229)
7. • Wajib, yaitu apabila seseorang yang sudah mampu secara fisik, mental, finansial dan akhlak serta memiliki
dorongan syahwat yang besar dan jika tidak segera menikah, kemungkinan besar disalurkan dengan cara yang haram
• Sunnah, yaitu apabila orang yang sudah mampu namun masih merasa takut jatuh kepada zina, disebabkan karena
memang usianya yang masih muda ataupun lingkungannya yang cukup baik dan kondusif. Orang yang punya kondisi
seperti ini hanyalah disunnahkan untuk menikah namun tidak sampai wajib. Bila dia menikah, tentu dia akan
mendapatkan keutamaan yang lebih dibandingkan dengan tidak menikah.
...tetapi aku shalat (malam) dan tidur, berpuasa dan berbuka, dan aku menikahi perempuan. Siapa yang tidak menyukai
sunnahku, maka dia bukan umatku”. (HR. Muslim, 2/1401)
• Mubah, bagi yang mampu dan aman dari fitnah, tetapi tidak memiliki syahwat sama sekali
• Makruh, bagi seseorang yang mampu menikah tetapi khawatir akan menyakiti yang dinikahinya
• Haram, ada beberapa bentuk pernikahan yang diharamkan
⮚ Jika tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi hak-hak istri seperti: (1). Tidak mampu memberikan nafkah, (2).
Tidak mampu melakukan hubungan seksual, (3). Kalau menikah akan terpaksa mecari nafkah dari jalan yang haran
⮚ Jika calon suami/istri mengidap suatu penyakit menular yang mematikan seperti AIDS, pernikahan baginya
menjadi haram. Meskipun telah memberitahukan kepada calon pasangannya dan dia siap menerima resikonya
⮚ Jika pernikahan itu terjadi di antara orang-orang yang haram untuk menikah. Seperti dengan wanita-wanita yang
haram dinikahi (mahram), wanita yang punya suami, wanita yang dalam masa penantian (‘iddah), laki-laki menikah
dengan seorang perempuan musyrik atau muslimah yang menikah dengan laki-laki yang berlainan agama atau
atheis.
Hukum Pernikahan
8. Orang-Orang Yang Tidak Boleh
Dinikahi
⚫ Mahram Muabbad, yaitu wanita yang
diharamkan untuk dinikahi selama-lamanya
seperti: keturunan, sepersusuan, mertua
perempuan, anak tiri, jika ibunya sudah
dicampuri, bekas menantu perempuan dan bekas
ibu tiri
⚫ Mahram Muaqqat, yaitu wanita yang tidak boleh
dinikahi sementara waktu
1. Saudara perempuan dari istri (ipar)
2. Bibi (dari jalur ayah atau ibu) dari istri
3. Istri yang telah bersuami dan istri orang kafir jika
ia masuk islam
4. Wanita yang telah ditalak tiga, maka ia tidak boleh
dinikahi suaminya yang dulu sampai ia menjadi
istri dari laki-laki lain
5. Wanita musyrik sampai ia masuk islam
6. Wanita pezina sampai ia bertaubat dan melakukan
istibra’ (pembuktian kosongnya rahim)
7. Tidak boleh menikahi wanita kelima, sedangkan
masih memiliki istri yang keempat
8. Wanita yang sedang ihram sampai ia tahallul.
Mahram (Orang yang tidak boleh dinikahi
Keturuna
n
Menikah Persusuan Dikumpul
/
Dimadu
⮚Ibu dan st
erusnya ke
atas
⮚Anak
perempuan
dst ke bawah
⮚Bibi, baik
dari bapak
atau ibu
⮚Anak
perempuan
dari saudara
perempuan/l
aki-laki
⮚Ibu dari
istri (mertua)
⮚Anak tiri,
bila ibunya
sudah
dicampuri
⮚Istri bapak
(ibu tiri)
⮚Istri anak
(menantu)
⮚Ibu yang
menyusui
⮚Saudara
perempuan
sepersusuan
⮚Saudara
perempuan
dari istri
⮚Bibi dari
istri
⮚Keponakan
perempuan
dari istri
9. Rukun dan Syarat Pernikahan
1) Calon Suami, syarat-syaratnya:
✔ Bukan mahram si wanita
✔ Orang yang dikehendaki
✔ Mu’ayyan (beridentitas jelas)
2) Calon istri, syarat-syaratnya:
✔ Bukan mahram si laki-laki
✔ Terbebas dari halangan nikah
3) Wali, syarat-syaratnya:
✔ Orang laki-laki yang dikehendaki
✔ Laki-laki, bukan perempuan atau banci
✔ Mahram si wanita
✔ Baligh lagi berakal
✔ Islam lagi merdeka
✔ Tidak buta dan tidak terhalang wali lain
✔ Adil dan tidak fasiq
4) Dua orang saksi, syarat-syaratnya:
✔ Laki-laki yang merdeka lagi adil (tidak fasiq)
✔ Berjumlah dua orang, bukan budak, bukan
wanita
✔ Suami dan wali tidak boleh merangkap sebagai
saksi
✔ Sunnah dalam keadaan rela dan tidak terpaksa
5) Sighah (Ijab Kabul), syarat-syaratnya:
✔ Tidak tergantung dengan syarat lain
✔ Tidak terikat dengan waktu tertentu
✔ Boleh dengan bahasa asing
✔ Dengan menggunakan kata “tazwij” atau “nikah”,
tidak boleh dalam bentuk kinayah (sindiran)
✔ Qabul harus didahulukan dengan ucapan
“Qabiltu nikahaha/tazwijaha” dan boleh
didahulukan dari ijab.
10. Pernikahan Yang Tidak Sah
1) Pernikahan Mut’ah, yaitu nikah yang dibatasi
dengan syarat waktu tertentu, seperti menikahi
wanita selama dua bulan atau tiga tahun. Disebut
dengan nikah Mut’ah karena dimaksudkan untuk
bersenang-senang sampai batas waktu tertentu.
1) Nikah Muhallil, yaitu menikahi wanita yang telah
jatuh talak tiga dengan tujuan untuk
menjadikannya halal kembali bagi suaminya
terdahulu, lalu menceraikannya setelah ia kembali.
1) Nikah Syighar (pernikahan barter), yaitu
menikahkan anak perempuannya (wanita di
bawah perwaliannya) kepada seorang laki-laki
dengan syarat laki-laki itu menikahkan anak
perempuannya kepadanya, masing-masing tidak
mengeluarkan mahar. (Shahih Bukhari, 5/4822;
Muslim, 2/1415)
1) Pernikahan orang yang ihram, yaitu pernikahan
orang yang sedang melaksanakan ihram haji atau
umrah serta belum memasuki waktu tahallul.
5) Pernikahan dalam masa iddah, yaitu
pernikahan dimana seorang laki-laki menikah
dengan seorang perempuan yang sedang dalam
masa iddah, baik karena perceraian ataupun
karena meninggal dunia.
5) Pernikahan tanpa wali, yaitu pernikahan yang
dilakukan seorang laki-laki dengan seorang wanita
tanpa seizin walinya
5) Pernikahan dengan seorang wanita yang kafir
5) Menikahi mahram, baik mahram untuk
selamanya, mahram karena pernikahan atau
karena sepersusuan
11. 1. Kewajiban timbal balik antara suami istri
a. Saling menikmati hubungan fisik antara suami istri
b. Timbulnya hubungan mahram di antara mereka berdua
c. Berlakunya hukum pewarisan antara keduanya
d. Dihubungkannya nasab anak mereka dengan suami (dengan syarat kelahiran paling sedkit 6 bulan
sejak berlangsungnya akad nikah dan dukhul/berhubungan suami istri)
e. Berlangsungnya hubungan baik antara keduanya
f. Menjaga penampilan lahiriah dalam rangka merawat keutuhan cinta dan kasih sayang
2. Kewajiban suami terhadap istri
a. Memberikan mahar
b. Memberikan nafkah untuk istri demi memenuhi keperluan hidup
c. Memimpin rumah tangga
d. Membimbing dan mendidik
3. Kewajiban istri terhadap suami
a. Taat kepada suami dalam hal kebaikan
b. Menjaga diri dan kehormatan keluarga
c. Merawat dan mendidik anak
Hak dan Kewajiban Suami Istri
12. 1. Menikah hukumnya wajib bagi orang yang….
a. Sudah mampu menikah secara lahir batin dan sanggup menghindarkan diri dari perbuatan
maksiat.
b. Sudah bekerja dan memiliki rumah.
c. Tidak ada alasan untuk menolak pernikahan.
d. Mampu mengendalikan diri dari perbuatan maksiat.
e. Sudah memiliki syarat-syarat sesuai dengan peraturan dilingkungan sekitar.
2. Berikut ini yang bukan merupakan hikmah mawaris adalah….
a. Ketaatan pada Allah SWT.
b. Yang tertua mendapatkan lebih banyak.
c. Hubungan keluarga lebih humoris.
d. Menegakkan keadilan.
e. Tidak menyengsarakan keluarga yang ditinggal.
3. Tujuan pernikahan sering diungkapkan dengan istilah sakina mawaddah warahmah,
maksud dari sakinah adalah….
a. Cinta kasih
b. Kasih sayang
c. Persaudaraan
d. Ketenangan hidup lahir batin
e. Kekeluargaan
13. 4. Pak Marwan menjatuhkan talak kepada istrinya yang sedang nifas. Talak yang
dijatuhkan Pak Marwan termasuk talak…
a. Raj’i
b. Sunni
c. Bain surga
d. Bid’I
e. Bain
5. Melepaskan ikatan, meninggal dan memisahkan merupakan pengertian…
a. Ijab
b. Ijab kabul
c. Pernikahan
d. Talak
e. Talak bain kubra
6. Berikut adalah perempuan yang boleh dipinang oleh pihak laki-laki untuk dijadikan
istri, kecuali…
a. Sudah baligh dan berakal sehat
b. Tidak terikat oleh akad nikah
c. Terikat oleh akad nikah
d. Tidak dalam dipinang orang lain
e. Benar-benar perempuan
14. 7. Pemberian wajib dari suami terhadap istri pada saat prosesi pernikahan disebut…
a. Hadiah
b. Kado
c. Perhiasan
d. Nafkah
e. Mahar
8. Kewajiban suami terhadap istri, kecuali…
a. Menafkahi
b. Menyayangi
c. Memberi mahar
d. Berlaku semena-mena
e. Membimbing
9. Nikah mut’ah adalah…
a. Pernikahan untuk masa selamanya
b. Perkawinan sampai tua
c. Perkawinan sampai mati
d. Perkawinan untuk masa yang ditentukan
e. Perkawinan pada anak yang masih kecil
10. Menantu tidak boleh dinikahi karena…
a. Ada hubungan perkawinan
b. Ada hubungan susuan
c. Ada hubungan darah
d. Teman
e. Baik dan perhatian