Dokumen tersebut membahas tentang hukum Islam mengenai pernikahan, yang mencakup rukun-rukun nikah seperti adanya calon mempelai, wali, saksi, mahar, dan ijab-qabul. Selain itu juga membahas tentang hak dan kewajiban suami istri, proses perceraian seperti talak, khulu', dan fasakh, serta masa iddah bagi perempuan yang diceraikan atau ditinggal suaminya."
5. Menikah merupakan fitrah yang berarti sifat
asal dan pembawaan manusia sebagai makhluk
Allah SWT. Setiap manusia yang sudah balig dan
sehat jasmani rohaninya pasti membutuhkan
teman hidup. Teman hidup ini dapat memenuhi
kebetuhan biologis, dapat mencintai dan dicintai,
dapat mengasihi dan dikasihi, serta dapat diajak
bekerja sama untuk mewujudkan ketentraman,
kedamaian, kesejahteraan dalam hidup berumah
tangga.
6. Islam adalah agama fitrah, sehingga tidak
membelenggu perasaan kepada lawan
jenisnya. Akan tetapi islam memerintahkan
manusia untuk menjaga perasaan tersebut,
merawat dan melindunginya dari segala
perbuatan yang kotor dan hina. Oleh karena
itu, Islam menetapkan institusi pernikahan
untuk memelihara kesucian cinta dua orang
anak manusia itu.
Nikah dipandang perbuatan mulia karena
dapat mengantarkan manusia pada hidup
yang tenang, teratur, dan tentram. Dan Allah
akan membalasnya dengan pahala yang besar
bagi manusia yang melakukannya.
7. B. Hukum Pernikahan
Hukum dasarnya adalah sunnah. Tapi hukumnya bisa berubah
statusnya berdasarkan kondisi tertentu. Untuk lebih jelasnya
perhatikan hal-hal berikut ini:
1. Jaiz (dibolehkan), hal ini merupakan hukum asal nikah
seseorang boleh nikah, boleh tidak menikah asal masih
mampu menjaga kehormatannya.
2. Sunnah. Bagi orang yang ingin menikah, mampu pula
mengendalikan diri dari perzinahan dan mampu untuk
menafkahinya walaupun tidak segera menikah maka
hukum nikah adalah sunnah.
8. 3) Wajib
Bagi seseorang yang ingin menikah,
mampu menikah, dan ia khawatir
berbuat zina jika tidak segera menikah,
maka hukum nikah adalah wajib.
4) Makruh
Bagi seseorang yang ingin menikah,
tetapi belum mampu memberi nafkah
terhadap istri dan anak-anaknya, maka
hukum nikah adalah makruh.
5) Haram
Bagi orang yang bermaksud menyakiti
wanita yang akan di nikahi, hukum
nikah adalah haram.
9. C. RUKUN NIKAH
1. Adanya calon mempelai laki-laki dan perempuan
Syarat mempelai pria adalah :
a)
Laki-laki yang sudah dewasa (19 tahun)
b) Muslim & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka);
c)
Bukan mahrom dari calon istri
d) Tidak dipaksa
e)
Orangnya jelas.
f)
Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
Syarat mempelai wanita adalah :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Wanita yang sudah cukup umur (16 tahun)
Muslimah (atau beragama samawi, tetapi bukan kafirah/musyrikah) &
mukallaf
Tidak ada halangan syar’i (tidak bersuami, tidak dalam masa ‘iddah &
bukan mahrom dari calon suami).
Tidak dipaksa.
Orangnya jelas.
Tidak sedang melaksanakan ibadah haji
10. 2. Wali
Syarat wali adalah :
a) Muslim laki-laki & mukallaf (sehat
baligh-merdeka).
b) ‘Adil
c) Tidak dipaksa.
d) Tidaksedang melaksanakan ibadah haji.
Tingkatan dan urutan wali adalah sebagai berikut:
a) Ayah
b) Kakek
c) Saudara laki-laki sekandung
d) Saudara laki-laki seayah
e) Anak laki-laki dari saudara laki – laki sekandung
f) Anak laki-laki dari saudara laki – laki seayah
g) Paman sekandung
h) Paman seayah
i) Anak laki-laki dari paman sekandung
j) Anak laki-laki dari paman seayah.
k) Hakim
11. 3. Dua orang saksi
Meskipun semua yang hadir menyaksikan aqad nikah
pada hakikatnya adalah saksi, tetapi Islam
mengajarkan tetap harus adanya 2 orang saksi pria
yang jujur lagi adil agar pernikahan tersebut menjadi
sah. Syarat saksi adalah
a) Muslim laki-laki & mukallaf (sehat akal-balig-hmerdeka).
b) ‘Adil
c) Dapat mendengar dan melihat.
d) Tidak dipaksa.
e) Memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab-qabul.
f) Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
Pernikahan yang dilakukan tanpa saksi tidak sah.
Sabda Nabi SAW. :
“Tidak sah nikah melainkan dengan wali dan dua
orang saksi yang adil.” (Riwayat Ahmad.)
12. 4. Mahar
Mahar (mas kawin) merupakan lambang kesiapan dan
kesediaan suami untuk member nafkah secara lahir
kepada istri dan anak-anaknya. Karena hanya sekedar
lambang maka, mahar tidak harus besar nilainya.
Syari’at islam menganjurkan agar mas kawin merupakan
sesuatu yang bersifat materi. Bagi mereka yang tidak
memiliki kecukupan, boleh memberikan mahar sebatas
kemampuannya saja. Karena begitu pentingnya
kedudukan mahar dalam pernikahan, sampai-sampai
rosulillah bersabda,
“ ….carilah (mahar) walaupun cincin dari besi.” (H.R. anNisa’i)
Bahkan seandainya seorang calon mempelai pria tidak
memiliki harta sekalipun dan pernikahannya tidak bisa
ditunda lagi, maka maharnya boleh berupa mengajarkan
beberapa ayat Al-Qur’an.
13. 5. Ijab-Qabul
Islam menjadikan Ijab (pernyataan wali dalam menyerahkan
mempelai wanita kepada mempelai pria) dan Qabul
(pernyataan mempelai pria dalam menerima ijab) sebagai bukti
kerelaan kedua belah pihak. Al Qur-an mengistilahkan ijabqabul sebagai miitsaaqan ghaliizhaa (perjanjian yang kokoh)
sebagai pertanda keagungan dan kesucian, disamping
penegasan maksud niat nikah tersebut adalah untuk
selamanya.
Syarat ijab-qabul adalah :
a) Diucapkan dengan bahasa yang dimengerti oleh semua
pihak yang hadir.
b) Menyebut jelas pernikahan & nama mempelai priawanita
14. Nabi Muhammad saw berpesan kepada
umatnya agar mengatur segala urusan rumah
tangga dengan dilandasi niat baik, kerjasama,
positive thingking dan hal-hal yang mendukung
kemaslahatan antara suami istri. Usahakan sikapsikap ini selalu dikembangkan dalam rumah tangga
sehingga akan menciptakan kondisi yang sakinah,
mawaddah warohmah. Disamping itu, agar kondisi
ideal tersebut terwujud tentunya masing-masing
harus memenuhi kewajibannya dan haknya. Berikut
ini adalah hak dan kewajiban suami istri.
15. 1. Hak dan Kewajiban Suami Istri secara bersama:
a) Suami istri menasehati dalam kebaikan hendaknya
saling menumbuhkan suasana mawaddah warohmah
b) Hendaknya saling mempengaruhi dan memahami
sifat masing-masing pasangan
c) Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang
harmonis
d) Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan
e) Berpegang teguh pada dasar dan tujuan pernikahan
f) Saling menyimpan rahasia rumah tangga, dll.
16. 2. Kewajiban suami yang sekaligus menjadi hak
istri diantara adalah:
a) Memberi nafkah (makan, pakaian, dan sandang)
b) Menggaulinya dengan baik
c) Jika istri berbuat nuzusy (durhaka karena tidak taan
pada Allah), maka suami harus memberi nasehat
kalau masih tidak berubah pisah kamar. Selanjutnya
memukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan.
d) Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah
yang paling baik akhlaknya dan paling ramah
terhadap istri dan keluarganya.
e) Tidak boleh kikir dalam menafkahkan harta untuk
istri dan anaknya, dll.
17. 3. Kewajiban istri yang sekaligus menjadi hak
suami diantaranya adalah:
a) Menaati suami dalam hal-hal yang tidak
bertentangan dengan syariat
b) Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya
c) Tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami
d) Menggali suami dengan baik
e) Hendaknya mendahulukan hak suami atas orang
tuanya
f) Wajib menjaga harta suami dengan sebaik-sebaiknya
g) Hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu
menarik dihadapan suami
18.
19. Thalaq secara bahasa berarti mengurai
ikatan,secara syari’at adalah memutus ikatan
pernikahan atas kehendak suami. Kata thalaq (cerai)
tidak bias digunakanuntuk bercanda
Menurut mayoritas ulama’,Thalaq tidak terjadi
jika hanya sebatas keinginan atau niat dan belum
dilafalkan.berangkat dari permasalahan ini,kata cerai
oleh para ulama dibagi dua :
1)Sharih adalah kata/kalimat yang bermakna cerai
dan tidak membutuhkan niat . contohnya dengan
menggunakan lafal talak ataupun cerai.
20. 2) Kinayah adalah kata/kalimat yang hanya
mengandung makna cerai.oleh karena
itu,agar kalimat tersebut bias berefek
cerai
harus
membutuhkan
niat,
contohnya pernyataan ini pernah
diungkapkan dimasa Rasulullah SAW
,yakni ketika ka’ab bin malik ra menjauhi
isterinya dengan berkata “ ilbaqi bi ‘abliki
(kembalilah kerumah orang tuamu)”,
Tatkala taubatnya diterima oleh ALLAH
SWT,Rasulullah tidak memisahkan antara
keduanya.hal ini disebabkan ‘illbaqi bi
‘ablaqi adalah kalimat atau kata kinayah.
21. Disamping itu, para ulama juga membagi Thalaq dari
segi waktu pelaksanaannya menjadi dua:
1, Thalaq sunni adalah mentalak isteri di waktu
suci ( tidak hamil ) yang tidak dicampurinya atau
mencarinya diwaktu hamil.
2. Thalaq bid’I adalah mencerai isteri diwaktu
haidh atau ketika suci dan telah dicampuri. Ketika
‘ibnu ‘umar ra menceraikan isterinya diwaktu
haidh,Rasulullah
saw
menyuruhnya
untuk
merujuknya kembali dan menunggunya hingga suci.
22. Sementara dari segi jumlah lafazh Thalaq yang
diucapkan,para ulama membaginya menjadi :
1) Thalaq Raj’I yaitu thalaq yang diucapkan oleh suami
dan boleh rujuk (kembali) tanpa perlu ada akhad
nikah baru, karena masih dalam masa ‘iddah / belum
habis. Talak jenis ini hanya terjadi untuk talak
yang ,masih jatuh sekali atau dua kali. Dalam hal ini
allah berfirman (Q.S al-baqarah/2:229)
2) Thalaq b’in yaitu perceraian yang mengakibatkan
hubungan suami isteri terputus dan tidak boleh ruju’
tanpa ada akad nikah. Thalaq ba’in sendiri dibagi
menjadi dua :
23. Thalaq Ba’in sughra, yaitu talaq yang masi jatuh satu
atau dua ,namun ketika rujuk sang suami harus
melakukn akad nikah baru. Hal ini terjadi karena dia
merujuk isterinya ketika masa ‘iddahnya telah
berakhir.
b) Thalaq ba’in kubra, yaitu talak yang jatuh sebanyak
tiga kali dalam kasus ini , seorang suami tidak bisa lagi
rujuk dengan isterinya, kecuali setelah sang isteri
menikah dengan pria lain dan telah melakukan
hubungan intim dengan suami barunya. Rujukpun
dapat dilakukan setelah sang isteri bercerai dengan
suami yang baru, dalam hal ini tidak boleh menyuruh
atau membayar orang untuk menikah sandiwara
dengan isteri yang tertalak tiga yang setelah itu
diminta untuk mencerainya.
a)
24. Khulu’ adalah proses perceraian yang
dilakukan atas permintaan sang istri. Hal
ini terjadi bisa apabila sang suami tidak
lagi memenuhi kewajiban atau bertindak
kasar kepada sang istri. Proses khulu’
diterapkan dengan cara sang istri
membayar sejumlah uang tebusan
kepada suaminya.
Sementara itu,
fasakh adalah pembatalan akad nikah
yang disebabkan adanya beberapa syarat
yang tidak terpenuhi atau karena ada hal
lain
yang
menyebabkan
proses
pernikahan tidak dapat dilanjutkan.
Misalnya karena salah seorang dari
pasangan mempelai ada yang murtad.
25. ‘Iddah merupakan masa tunggu yang dijalani
oleh seorang perempuan setelah dicerai atau
ditinggal wafat suaminya. Alasan Islam
menetapkam masa ‘Iddah bagi kaum perempuan
di antaranya adalah untuk memastikan apakah
di dalam rahimnya ada janin yang dikandung
atau tidak, ketika dia hendak menikah lagi
dengan pria lain. Masa ‘Iddah juga berfungsi
untuk memberikan kesempatan kepada kedua
belah pihak untuk melakukan ruju’.
Dalam ajaran islam, ada beberapa macam masa
‘Iddah yang berlaku bagi perempuan:
26. 1)
2)
3)
4)
5)
‘Iddah perempuan hamil, hendaklah ia menunggu sampai
melahirkan janin yang dikandungnya.
Perempuan yang ditinggal wafat suaminya, maka masa
‘iddahnya selama 4 bulan 10 hari. Hal ini didasarkan pada
firman Allah swt pada surat al-Baqarah/2:234.
Perempuan yang masih mengalami haidh pada setiap
bulannya, maka masa ‘iddahnya selama 3 quru’, yakni tiga
kali suci dari haidh.
Perempuan yang tidak lagi mengalami masa haidh atau
sudah menepouse, Maka masa ‘iddahnya selama 3 bulan.
Perempuan yang dicerai dalam keadaan tidak haidh dan
belum dikumpuli. Oleh suaminya, maka dia tidak perlu
menjalani masa ‘iddah.
27. Ruju’ adalah keinginan seorang suami untuk
kembali kepada isterinya setelah sebelumnya
mentalak pasangannya tersebut. Ruju’ hanya boleh
dilakukan untuk jenis talaq raj’I dan talaq ba’in sugra,
yakni talak yang masih jatuh satu ataupun dua.
Sementara untuk talak yang telah jatuh tiga, yakni
ba’in kubra tidak diperkenankan ruju’ kecuali setelah
isterinya menikah dan digauli oleh suami lain.
Ruju’ berfungsi untuk memberi kesempatan
memperbaikihubungan yang sempat retak.
28. Tujuan menikah pada umumnya tergantung pada masingmasing individu yg akan melakukan, sebab tujuan itu bersifat
subjektif. Dengan menikah secara syah akan dapat meneruskan
keturunan, mendapatkan hidup berdasarkan cinta kasih, memperoleh
kebahagiaan dunia dan kesejahteraan di akherat. Firman Allah swt
29. ومنس آي اتهس أنس خلقس لكمس منس أنفسسكم أزواجس ا لتسس اوُناوا إليه ا
َ اَ لِ َهْ اَ لِ لِ اَ َهْ اَ اَ اَ اَ اوُ َهْ لِ َهْ اَ َهْ اوُ لِ اوُ َهْ اَ َهْ اَ اً لِ اَ َهْ ك اوُ لِ اَ َهْ ا
وجعل بينكم ماوَدة ورحمة إن ف ي ذلك لي ات لقاوم يتفكرون
َ اَ اَ اَ اَ اَ َهْ اَ اوُ َهْ اَ اَ وُرّ اً اَ اَ َهْ اَ اً لِ وُرّ لِ اَلِ اَ اَ ي ٍ لِ اَ َهْ ي ٍ اَ اَ اَ وُرّ اوُ ا
yang artinya:
“ Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu
sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadaNya, dan dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yg berfikir. (Q.S. arRum:21),
30. Dalam al-qur’an tujuan nikah diantaranya sbb:
1. Mengindahkan dan melaksanakan perintah
Allah (Q.S. an-Nisa’ :3)
2. Mengikuti dan melaksanakan sunah Nabi
(H.R Ibnu majjah)
3. Menciptakan keluarga sakinah
4. Mendapat keturunan yg syah dan saleh (Q.S.
an-Nisa : 1)
5. Melaksanakan libido seksualitas (nafsu
secara naluri) ( Q.S. al-Baqarah:223)
31. Surat al-Baqarah(2), ayat: 223
َ ا
ّوُر
نس اؤكم حرث لكم فأتاوا حرثكم أنش ى شئتم وقِدماوا لن اوُسكم واتقاوا الل
َُهْف لِ اوُ َهْ اَ وُرّ او
ُلِ اَ اوُ اوُ َهْ اَ َهْ ل ٌ اَ اوُ َهْ اَ َهْ اوُ اَ َهْ اَ اوُ َهْ اَ وُرّ لِ َهْ اوُ َهْ اَ اَ وُمّ او
(٢٢٣) واعلماوا أنكم مالقاوه وبِشر المؤمنين
َ اَ َهْ اَ اوُ اَ وُرّ اوُ َهْ اوُ اوُ اوُ اَ اَ وُمّ لِ َهْ اوُ َهْ لِ لِ ا
223. “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok
tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu
bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik)
untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa
kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orangorang yang beriman”.