Pernikahan menurut Islam memerlukan beberapa syarat utama, yaitu adanya calon mempelai pria dan wanita, penentuan mahar, kehadiran wali bagi wanita, dan saksi pernikahan yang adil. Selain itu, pernikahan hanya boleh dilakukan antara laki-laki dan wanita yang dihalalkan oleh agama, sedangkan wanita haram untuk dinikahi antara lain ibu, anak, dan saudara kandung.
6. Pengertian Pernikahan
Mempersatukan 2 perbedaan dan
menghalalkannya, dimana
diantara satu dengan yang lainnya
haruslah saling mengerti agar
tercipta kasih sayang (Wahyu)
8. Tujuan Pernikahan/Perkawinan
Melanjutkan keturunan
“ Dan Allah SWT menciptakan dari dirimu untukmu
jodoh-jodoh dan menciptakan diri jodohmu itu
anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu
rezeki yang baik “. (Q.S.an-Nahr:72).
9. Tujuan Pernikahan/Perkawinan (cont)
Menjaga diri dari perbuatan-perbuatan
yang dilarang Allah
“ Dari abdullah bin mas’ud, ia berkata : telah berkata
kepada kami rasullulah SAW : “Hai sekalian
pemuda, barang siapa yang telah sanggup diantara
kamu kawin, maka hendaklah ia kawin. Mak
sesungguhnya kawin itu menghalangi
pandangan (kepada yang dilarang
oleh agama) dan memelihara kehormatan. Dan
barang siapa yang tidak sanggup, hendaklah ia
berpuasa. Maka sesungguhnya puasa itu adalah perisai
baginya”. (H.R.Bukhari & Muslim).
10. Tujuan Pernikahan/Perkawinan (cont)
Menciptakan Kasih Sayang
“Dan diantara tanda ( kebesaran dan kekuasaan)
Allah, bahwa ia menciptakan untukmu dari dirimu
jodoh-jodoh agar kamu cenderung kepadanya dan
menjadikan antara kamu rasa cinta dan kasih
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran dan kekuasaan)
Allah, bagi kaum yang berfikir”. (Q.S.ar-Ruum:21).
11. Hukum Perkawinan
• “. . . . . maka nikahilah olehmu wanita yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat”.
(Q.S.an-Nisaa’:3)
Mubah
Wajib
• orang yang sanggup untuk kawin, sedang ia hawatir terhadap dirinya akan
melakukan perbuatan yang dilarang Allah (lahir batin cukup, tapi tidak bisa
menahan syahwat)
• Orang yang disunahkan kawin, ialah orang yang mempunyai kesanggupan untuk
kawin dan sanggup memelihara diri dari kemungkinan melakukan perbuatan yang
Sunnah
terlarang
• orang yang makruh hukumnya kawin ialah orang yang tidak mempunyai
Makruh kesanggupan untuk kawin
• kalau ia kawin diduga akan menimbulkan kemadharatan terhadap pihak yang
lain, seperti orang gila, orang yang suka membunuh, atau mempunyai sifat-sifat
Haram
yang dapat membahayakan pihak yang lain dan sebagainya .
13. Sifat Wanita yang Dianjurkan untuk
dipinang
Nabi mensunnahkan
Wanita KB atau punya anak
banyak?
14. Sifat Wanita yang Dianjurkan untuk dipinang
“Nikahilah wanita yang
penyayang lagi yang bisa
memberi keturunan yang
banyak, sesungguhnya aku
bangga dengan banyaknya
kalian di hadapan Nabi-nabi
pada hari qiyamat”. [HR. Ahmad
juz 4, hal. 488, no. 13570]
16. Sifat Wanita yang Dianjurkan untuk dipinang
Dari Jabir bin „Abdullah, ia berkata : Rasulullah
SAW pernah bersabda kepadaku, “(Hai
Jabir), apakah kamu menikah ?”. Aku jawab, “Ya”.
Beliau bertanya lagi, “Gadis atau janda ?”. Aku
jawab, “Janda”. Lalu Nabi SAW
bersabda, “Mengapa tidak yang gadis
saja, sehingga kamu dapat bercanda dengannya
dan diapun dapat bercanda denganmu ?”. [HR. Abu
Dawud juz 2, hal. 220, no. 2048]
18. Hukum Mahar
....(Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita
yang menjaga kehormatan diantara wanitawanita yang beriman dan wanita-wanita yang
menjaga kehormatan diantara orang-orang yang
diberi Al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah
membayar mas kawin mereka dengan
maksud menikahinya, tidak dengan maksud
berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundikgundik....... [QS. Al-Maaidah : 5]
20. Besarnya Mahar (Cont)
Dari „Ashim bin „Abdullah, ia berkata : Saya
mendengar „Abdullah bin „Amir bin Rabi‟ah, dari
ayahnya, bahwasanya pernah ada seorang wanita
dari Bani Fazarah yang dinikah dengan (mahar)
sepasang sandal, lalu Rasulullah SAW
bertanya, “Ridlakah kamu atas dirimu dan
hartamu dengan (mahar)
sepasang
sandal ?”. Ia menjawab, “Ya”. Maka
Rasulullah SAW memperkenankannya”. [HR.
Tirmidzi juz 2, hal. 290, no. 1120, dan ia berkata :
Hadits hasan shahih]
21. Besarnya Mahar (Cont)
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Tatkala „Ali menikah
dengan Fathimah, maka Rasulullah SAW bersabda
kepada „Ali, “Berilah ia sesuatu !”. „Ali
menjawab, “Saya
tidak punya apa-
apa”. Rasulullah SAW bertanya, “Mana baju
besimu dari Huthamiyah itu ?”. [HR. Abu Dawud
juz 2, hal. 240, no. 2125
22. PELAKSANAAN PEMBERIAN MAHAR
Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas
kamu, jika kamu menceraikan istri-istrimu
sebelum kamu bercampur dengan mereka
dan sebelum kamu menentukan maharnya. Dan
hendaklah kamu berikan suatu mut‟ah
(pemberian) kepada mereka. Orang yang mampu
menurut kemampuannya dan orang yang miskin
menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian
menurut yang patut. Yang demikian itu
merupakan ketentuan bagi orang-orang yang
berbuat kebajikan. (236)
23. PELAKSANAAN PEMBERIAN MAHAR (Cont)
Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum
kamu bercampur dengan mereka, padahal
sesungguhnya kamu sudah menentukan
maharnya, maka bayarlah seperdua dari
mahar yang telah kamu tentukan
itu, kecuali jika istri-istrimu itu memaafkan atau
dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan
nikah, dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada
taqwa. Dan janganlah kamu melupakan
keutamaan diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan.
(237) [QS. AlBaqarah]
24. Perwalian
Pengertian perwalian adalah
penguasaan penuh yang diberikan
oleh agama kepada seseorang
untuk menguasai dan melindungi
orang atau barang.
26. Tidak ada nikah tanpa Wali
Hukum Perwalian
Bagi Wanita
•Wajib
27. Tidak ada nikah tanpa Wali
Dari „Aisyah bahwasanya Nabi
SAW bersabda, “Siapa saja
wanita yang menikah tanpa
idzin walinya, maka
nikahnya bathal, maka
nikahnya bathal, maka
nikahnya bathal.
28. Tidak ada nikah tanpa Wali
Maka jika laki-laki itu sudah
mengumpulinya, maka si wanita
berhak mendapatkan
maharnya, karena apa yang telah
terjadi itu. Dan jika wali-walinya itu
berselisih (bertengkar), maka
penguasa (hakim) sebagai wali orang
yang tidak mempunyai wali”. [HR.
Daruquthni juz 3, hal. 221, no. 10]
31. Yang boleh menjadi wali
Menurut mahzab syafi’i urutannya adalah :
Bapak, kakek dan seterusnya keatas.
Saudara laki-laki sekandung (seibu sebapak)
Saudara laki-laki sebapak
Anak dari saudara laki-laki sekandung dan seterusnya
kebawah
Anak dari saudara laki-laki sebapak dan seterusnya
kebawah
Paman (saudara dari bapak) sekandung
paman (saudara dari bapak) sebapak
anak laki-laki dari paman sekandung
anak laki-laki dari paman sebapak
32. Wajib Ada Saksi
Dari „Aisyah bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda, “Tidak ada nikah
melainkan dengan wali dan dua orang
saksi yang adil. Dan pernikahan yang
tidak seperti itu, pernikahan itu bathal.
Maka jika para walinya berselisih
(saling bertengkar), maka penguasa
(hakim) adalah wali bagi orang yang
tidak punya wali”. [HR. Ibnu Hibban juz
9, hal. 386, no. 4075]
33. Jumlah Saksi
“dan persaksikanlah dengan 2 orang
saksi dari orang laki-laki maka
(boleh) seorang laki-laki dan 2
orang perempuan dari saki-saksi
yang kamu ridla, agar jika yang
seorang lupa, maka seorang lagi
mengingatkan” (QS. Al Baqarah : 282)
34. Seorang wanita tidak boleh menikahkan
wanita lainnya
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata :
Rasulullah SAW
bersabda, “Janganlah wanita
menikahkan wanita dan
janganlah wanita menikahkan
dirinya sendiri, karena wanita
pezina itu ialah yang menikahkan
dirinya sendiri”. [HR. Daruquthni juz
3, hal. 227, no. 25]
35. Rangkuman
pengertian bahwa syarat pernikahan adalah
sebagai berikut :
Ada calon pengantin laki-laki dan wanita.
Ada maskawin/mahar.
Harus ada wali (Bagi yang berpendapat wali
itu wajib).
Ada saksi yang adil (dua orang laki-laki, atau
satu orang laki-laki dan dua wanita).
Ada ijab qabul
36. WANITA YANG HARAM DINIKAHI
Ibu. Yang dimaksud adalah wanita yang
melahirkannya. Termasuk juga
nenek, baik dari pihak ayah maupun dari
pihak ibu dan seterusnya keatas.
Anak perempuan. Yang dimaksud adalah
wanita yang lahir karenanya, termasuk
cucu perempuan dari pihak laki-laki
maupun dari pihak perempuan dan
seterusnya ke bawah.
Saudara perempuan, seayah seibu, seayah
saja atau seibu saja.
37. WANITA YANG HARAM DINIKAHI
„Ammah, yaitu saudara perempuan
ayah, baik saudara kandung, saudara
seayah saja atau saudara seibu saja.
Khoolah, yaitu saudara perempuan
ibu, baik saudara kandung, saudara seayah
saja atau saudara seibu saja.
Anak perempuan dari saudara laki-laki
(keponakan), dan seterusnya ke bawah.
Anak perempuan dari saudara perempuan
(keponakan), dan seterusnya ke bawah.
38. Pergaulan dengan Istri
Jangan Aneh-aneh
“dan bergaullah dengan mereka (isteri)
dengan cara yang patut, kemudian bila
kamu tidak menyukai mereka, maka
bersabarlah, karena mungkin
kamu tidak menyukai sesuatu, padahal allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak”
(Q.S. An Nisa : 19)
39. NAFKAH WAJIB
”para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya
selama 2 tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuannya. Dan
kewajiban bagi ayah memberi
makan dan pakaian kepada para
ibu dengan cara yang ma’ruf. Tidak
diberati seorang diri, kecuali menurut usahanya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena ank-anaknya, dan seorang ayah karena
anaknya dan warispun berkewajiban demikian....”
(Q.S. Al-Baqarah : 233)
40. REFERENSI
Asas_asas Hukum Islam
Tentang Perkawinan
Drs . Kamal Mukhtar cet. 3
Poligami Yuk !
Agus Mustofa Padma Press
Brosur Majlis Tafsir Al-Quran
Tentang Nikah
MTA Solo