2. Oxford
“An organized body of people with a
particular purpose.”
Malayu S.P. Hasibuan
Organisasi ad. Suatu sistem perserikatan
formal, berstruktur & terkoordinasi dr
sekelompok org yg bekerja sama dalam
mencapai tujuan tertentu.
Koontz & O’Donnel
Organisasi ad. Pembinaan hubungan
wewenang & dimaksudkan u/ mencapai
koordinasi struktural, vertikal & horizontal di
antara posisi yg telah diserahi tugas khusus
u/ mencapai tujuan perusahaan.
3. Mengapa organisasi sangat penting dalam
manajemen di tempat kerja?
1. Organisasi ad. syarat utama adanya
manajemen, tanpa organisasi, manajemen
tidak ada.
2. Organisasi merupakan wadah dan alat
pelaksanaan proses manajemen dalam
mencapai tujuan.
3. Organisasi ad. tempat kerja sama formal dari
sekelompok orang dlm melakukan tugas-
tugasnya.
4. Tujuan harus jelas.
Tujuan organisasi dipahami anggota
organisasi
Adanya kesatuan arah
Adanya kesatuan perintah
Adanya keseimbangan antara wewenang &
tanggung jawab individu
Adanya pembagian tugas
Struktur organisasi harus disusun sederhana
Pola dasar organisasi harus relatif permanen
Adanya jaminan jabatan
Balas jasa yg diberikan setimpal dg jasa yg
diberikan
Penempatan orang sesuai dg keahliannya
5. The Liang Gie
Kerangka yg mewujudkan pola tetap dari
hubungan-hubungan di antara bidang-
bidang kerja, maupun orang-orang yg
menunjukkan kedudukan & peranan
masing-masing dlm kebulatan kerja sama.
Malayu S.P. Hasibuan
Suatu gambar yang mengilustrasikan jenis
organisasi, pendepartemenan
organisasi, kedudukan & jenis wewenang
pejabat, bidang & hubungan
pekerjaan, garis perintah & tanggung
jawab, rentang kendali & sistem pimpinan
organisasi
6. Organisasi lini (line organization)
Pendelegasian wewenang dilakukan secara
vertikal melalui garis terpendek dari atasan
kpd bawahannya. Pelaporan tanggung jawab
dr bawahan kpd atasannya juga dilakukan
melalui garis vertikal yg terpendek.
Organisasi lini & staf (Line & Staff
Organization)
Kombinasi organisasi lini & fungsional. Asas
kesatuan komando tetap dipertahankan &
pelimpahan wewenang berlangsung secara
vertikal dari pucuk pimpinan kepada
pimpinan di bawahnya.
7. Organisasi fungsional (Functional
Organization)
Organisasi yg disusun berdasarkan sifat &
macam pekerjaan yg harus dilakukan.
Pembagian kerja didasarkan pd spesialisasi.
Organisasi lini, staf & fungsional
Kombinasi dari organisasi “lini, lini &
staf, fungsional” & diterapkan pada
perusahaan yg besar & kompleks.
Board of Director lini & staf
Middle Manager fungsional
8. Organisasi komite (Committee Organization)
Suatu organisasi yg masing-masing anggota
mempunyai wewenang yg sama & pimpinannya
kolektif. Bersifat plural executive & manajerial.
Executive committee & staf committee.
9. Susun semua daftar kegiatan kunci yg
dibatasi oleh misi & tujuan perawatan
pasien, meliputi:
- Aktivitas yang berhubungan langsung
perawatan pasien mis. proses perawatan
- Aktivitas penunjang termasuk
audit, anjuran & penyuluhan.
- Aktivitas pemeliharaan rumah & higiene.
- Aktivitas manajemen puncak termasuk
pandangan, nilai, standar & audit seperti
mengelola personel, pemasaran & inovasi
10. Analisiskeputusan pada unit organisasi
berdasarkan fungsi kerja yang ditampilkan.
Tentukan unit atau komponen mana yg akan
digabung dan dipisah. Gabungkan aktivitas yg
mempunyai kontribusi yg sama.
Tentukan ukuran & bentuk unit atau
komponen.
Tentukan penempatan yg sesuai & hubungan
antara unit atau komponen yg berbeda.
Gambarkan atau buat diagram desain &
tempatkan dalam penerapannya.
11. Mengenai praktik organisasi di tempat kerja
Rasa hormat, martabat, dan kebebasan perorangan.
Masalah ini berhubungan dengan cara organisasi
memperlakukan anggotanya. Dari sudut pandang
sebagian besar anggota oraganisasi, kepentingan
organisasi didahulukan dan kepentingan anggota
dijadikan yang paling akhir.
Kebijakan dan praktik personel. Masalah ini
berkenaan dengan etika kepegawaian, pemberian
gaji, kenaikan
pangkat, pendisiplinan, pemberhinetian dan masalah
pension anggota organisasi. Kewajiban umum
organisasi adalah berlaku adil pada anggota organisasi
yang prospektif disetiap jenjang karirnya.
12. Keleluasaan (privacy) dan pengaruh terhadap
keputusan pribadi. Perjanjian eksplisit dan
implisit antara pegawai dengan organisasi yang
memperkerjakan mereka, memberi peluang
kepada organisasi untuk memperhatikan faktor –
faktor yang secara jelas mempengaruhi prestasi
kerja pegawai. Namun masalah etika muncul bila
organisasi menaruh perhatian khusus pada
masalah kehidupan pribadi anggotanya yang
tidak secara langsung mempengaruhi prestasi
kerja mereka dalam organisasi, misalnya segala
sesuatu yang terjadi selama cuti yang mungkin
mempengaruhi citra organisasi, keikutsertaan
dalam masalah – masalah publik seperti kegiatan
masyarakat dan organisasi pelayanan, kontribusi
pada badan – badan amal, dan keterlibatan
dalam kelompok kegiatan politik.
13. Mengenai keputusan perseorangan
Ini akan terjadi apabila seseorang baik dari
tingkat atasan atau bagian terpenting dalam
suatu organisasi mengambil suatu keputusan
yang sepihak tanpa mendiskusikannya
terlebih dahulu. Permasalahan yang akan
timbul diantaranya ketidakpercayaan antar
anggota didalam organisasi sehingga
menimbulkan perpecahan dalam organisasi.
14. Koordinasi dalam Program kerja
Permasalahan ini bahkan terkadang muncul pada sebuah
organisasi yang sudah mapan dan memiliki pengalaman.
jika tidak ada koordinasi antar anggota organisasi maka
sering kali menyebabkan kesalahpahaman, yang tentunya
dapat menyebabkan kacaunya terlaksanya sebuah
program.
Kekacauan tersebut dapat terjadi ketika antar penanggung
jawab tidak mengetahui batasan-batasan jobnya, yang
seringkali hanya dapat diperoleh melalui koordinasi antar
penanggungjawab. Hal tersebut akan menimbulkan
terjadinya ketidakseimbangan dalam pelaksanaan tugas
kerja karena disaat ada anggota yang mengerjakan
tugas, yang lain mengalami kekosongan pekerjaan. Hal
tersebut tentunya yang tidak diinginkan terjadi dalam
sebuah organisasi, bahkan oleh yang sudah mapan
sekalipun.
15. Koordinasi antar Pimpinan
Parahnya lagi, koordinasi yang buruk dapat mengarah
pada komunikasi yang buruk pula. Komunikasi yang
buruk antar pimpinan tersebut dalam sebuah program
dapat berakibat pada program-program selanjutnya.
Maka seringkali terjadi salah sangka dan salah paham.
Peranan Konflik
Seperti yang saya kutip dari tulisan
Juanita, SE, M.Kes. ada berbagai pandangan
mengenai konflik dalam organisasi. Pandangan
tradisional mengatakan bahwa konflik hanyalah
merupakan gejala abnormal yang mempunyai akibat-
akibat negatif sehingga perlu dilenyapkan. Pendapat
tradisional ini dapat diuraikan sebagai berikut :
- Konflik hanya merugikan organisasi, karena itu harus
dihindarkan dan ditiadakan.
- Konflik ditimbulka karena perbedaan kepribadian
dan karena kegagalan dalam kepemimpinan.
- Konflik diselesaikan melalui pemisahan fisik atau
dengan intervensi manajemen
tingkat yang lebih tinggi.
16. Sedangkan pandangan yang lebih maju
menganggap bahwa konflik dapat berakibat baik
maupun buruk. Usaha penanganannya harus
berupaya untuk menarik hal-hal yang baik dan
mengurangi hal-hal yang buruk. Pandangan ini
dapat diuraikan sebagai berikut :
- Konflik adalah suatu akibat yang tidak dapat
dihindarkan dari interaksi organisasional dan
dapat diatasi dengan mengenali sumber-sumber
konflik.
- Konflik pada umumnya adalah hasil dari
kemajemukan sistem organisasi
- Konflik diselesaikan dengan cara pengenalan
sebab dan pemecahan masalah.
Konflik dapat merupakan kekuatan untuk
pengubahan positif di dalam suatu
organisasi.
17. Introspeksi diri
Mengevaluasi pihak yang terlibat
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui pihak-pihak
yang terlibat. Kita dapat mengidentifikasi kepentingan apa
saja yang mereka miliki, bagaimana nilai dan sikap mereka
atas konflik tersebut dan apa perasaan mereka atas
terjadinya konflik. Kesempatan kita untuk sukses dalam
menangani konflik semakin besar jika kita meliha konflik
yang terjadi dari semua sudut pandang.
Identifikasi sumber masalah
Sumber konflik sebaiknya dapat teridentifikasi sehingga
sasaran penanganannya lebih terarah kepada sebab
konflik.
Mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik
yang ada dan memilih yang tepat.
18. Spiegel (1994) menjelaskan ada lima tindakan
yang dapat kita lakukan dalam penanganan
konflik :
A. Berkompetisi
Tindakan ini dilakukan jika kita mencoba
memaksakan kepentingan sendiri diatas
kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa
sukses dilakukan jika situasi saat itu
membutuhkan keputusan yang
cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama
dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu
diperhatikan situasi menang – kalah (win-win
solution) akan terjadi disini. Pihak yang kalah
akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik
yang berkepanjangan. Tindakan ini bisa
dilakukan dalam hubungan atasan-
bawahan, dimana atasan menempatkan
kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas
kepentingan bawahan.
19. B.Menghindari konflik
Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari
dari situsasi tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat
tindakan ini hanyalah menunda konflik yang terjadi. Situasi
menag kalah terjadi lagi disini. Menghindari konflik bisa
dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk
mendinginkan suasana, mebekukan konflik untuk
sementara. Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat
yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi
jika salah satu pihak menjadi stres karena merasa masih
memiliki hutang menyelesaikan persoalan tersebut.
C.Akomodasi
Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa
kepentingan sendiri agar pihak lain mendapat keuntungan
dari situasi konflik itu. Disebut juga sebagai self sacrifying
behaviour. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa
kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap
menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut.
Pertimbangan antara kepentingan pribadi dan hubungan
baik menjadi hal yang utama di sini.
20. D.Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua
belah pihak merasa bahwa kedua hal
tersebut sama –sama penting dan hubungan
baik menjadi yang utama. Masing-masing
pihak akan mengorbankan sebagian
kepentingannya untuk mendapatkan situasi
menang-menang (win-win solution)
E.Berkolaborasi
Menciptakan situasi menang-menag dengan
saling bekerja sama
21. Carapemecahan masalah itu sendiri
tergantung seberapa kreatifkah kita
menyikapi masalah, dan bagaimana
mengambil cara yang terbaik dalam
memecahkan suatu masalah.
Sayangnya, pilihan pertama yang mereka
ambil seringkali bukanlah solusi
terbaik. Secara tipikal, dalam pemecahan
masalah, kebanyakan orang menerapkan
solusi yang kurang dapat diterima atau
kurang memuaskan, dibanding solusi yang
optimal atau yang ideal (Whetten &
Cameron, 2002). Pemecahan masalah yang
tidak optimal ini, bukan tidak mungkin dapat
memunculkan masalah baru yang lebih rumit
dibandingkan dengan masalah awal.
22. Hasibuan, Malayu, S. P., 2001. ORGANISASI
DAN MOTIVASI Dasar Peningkatan
Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara.
Jones, G. R., 1999. Organizational Theory:
Text & Cases. 2nd Ed. New York: Addison
Wesley.
Muninjaya, A. A. Gde, 2004. Manajemen
Kesehatan. Ed. 2. Jakarta: EGC.
Swanburg, 2004. Pengantar Kepemimpinan &
Manajemen Keperawatan untuk Perawat
Klinis. Jakarta: EGC.
Marquis & Huston, 2003. Leadership Roles
and Management Functions in Nursing:
Theory and Application. 4th Ed., Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.