SlideShare a Scribd company logo
1 of 87
Download to read offline
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
MODUL TELINGA HIDUNG
TENGGOROK
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
DAFTAR KELUHAN PENYAKIT THT
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
PEMERIKSAAN TELINGA
• Pemeriksaan Otoskopi: melihat gambaran membrane timpani
• Inspeksi telinga :untuk melihat kelainan pada telinga luar,meliputi :
1. Kulit daun telinga : Normal/abnormal
2. Muara/lubang telinga : Ada atau tidak
3. Keberadaan telinga :
- Terbentuk/ tidak terbentuk
- Besarnya : kecil/ sedang/ besar atau normal/ abnormal.
- Adakah kelainan seperti hematoma pada daun telinga (cauliflower ear).
4. Liang telinga :
- Mengenal pars ossea, isthmus dan pars cartilaginea dari liang telinga
- Adakah tanda-tanda radang
- Apakah keluar cairan/tidak - Adakah kelainan di belakang/depan telinga
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
PEMERIKSAAN HIDUNG
• Pemeriksaan Rhinoskopi
• Lakukan inspeksi, mulai dari :
- Cuping hidung (vestibulum nasi)
- Bangunan di rongga hidung
- Meatus nasi inferior : normal/tidak
- Konka inferior : normal/tidak
- Meatus nasi medius : normal/tidak
- Konka medius : normal/tidak
- Keadaan septa nasi : normal/tidak, adakah deviasi septum
- Keadaan rongga hidung : normal/ tidak; sempit/ lebar; ada pertumbuhan abnormal: polip, tumor; ada benda
asing/ tidak : berbau/ tidak
- Adakah discharge dalam rongga hidung, bila ada bagaimana deskripsi discharge (banyak/ sedikit, jernih,
mucous, purulen, warna discharge, apakah berbau)
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
PEMERIKSAAN TENGGOROK
• PEMERIKSAAN BIBIR DAN RONGGA MULUT
Apakah ada kelainan di bibir dan rongga mulut :
• Bibir pecah-pecah
• Ulkus di bibir
• Drolling (ngiler)
• Tumor
• Sukar membuka mulut (trismus)
• PEMERIKSAAN TONSIL
• Besar tonsil
• Permukaan
• Besar tonsil kanan-kiri sama/ tidak,
• Disertai pembesaran kelenjar leher/ tidak.
• PEMERIKSAAN LIDAH
• Ada gangguan perasa/tidak.
• Ada kelainan-kelainan pada lidah : Paresis/ paralisis lidah mengakibatkan deviasi ke salah satu sisi, Atrofi papila lidah,
Abnormalitas warna mukosa lidah, Adanya ulcerasi, Tumor (berapa ukuran tumor, permukaan tumor licin atau berbenjol-benjol
kasar; kenyal padat atau keras, rapuh/ mudah berdarah)
• Pemeriksaan otot hipoglosus
• PEMERIKSAAN LEHER
• Inspeksi leher : simetris/ asimetris; tortikolis; tumor; limfadenopati
• Palpasi leher : - Ada tumor atau limfadenopati : single/ multiple, ukuran, konsistensi (lunak,kistik, padat, keras), permukaan (licin,
berbenjol-benjol); fiksasi (mudah digerakkan/ tidak); nyeri tekan; tanda radang; sakit pada saat digerakkan/ tidak. - Tiroid :
membesar/ tidak; bila ada pembesaran tiroid, apakah single/ multiple, berapa ukurannya, konsistensi (lunak, kistik, padat, keras),
permukaan (licin, berbenjol-benjol); fiksasi (mudah digerakkan/ tidak); nyeri tekan; tanda radang; sakit pada saat digerakkan/
tidak.disertai pembesaran limfonodi/ tidak; ikut bergerak pada saat menelan/tidak; disertai suara serak/tidak, adanya tanda
gangguan hormon tiroid (hipertiroid/ hipotiroid).
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Masalah 1: Otalgia dan Otorhea
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Peradangan pada canalis akustikus eksterna
dan atau daun telinga yang disebabkan infeksi
bakteri, jamur, dan virus.
Etiologi:
• perubahan pH liang telinga
• udara hangat dan lembab
• trauma ringan saat mengorek telinga
• Imunokompromis
• Higenitas
Klasifikasi:
Otitis Eksterna 4A
Otitis
eksterna
Waktu
Akut
OE
Sirkumkripta
OE Difiusa
Kronis
OE maligna
OE kronis
Penyebab
Bakteri
Jamur
(Otomikosis)
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Manifestasi klinis:
• Nyeri telinga (otalgia) terutama saat
mengunyah dan membuka mulut
• Gatal
• telinga merasa penuh
• nyeri tekan tragus
• Otorea
Otitis Eksterna 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Otitis Eksterna 4A
SIRKUMKRIPTA
(FURUNCLE)
DIFUSA MALIGNA KRONIS
Lokasi 1/3 lateral 2/3 media Difusa Sepanjang CAE
Etiologi Flora normal Bakteri gram
negatif
Pseudomonas
aureginos
Infeksi tak tertangani
Klinis terdapat furunkel di
1/3 luar
CAE edema luas
dengan batas
kabur, pembesaran
KGB
paresis nervus VII,
granulasi. Faktor
resiko: penderita DM,
imunokompremais
edema CAE, Stenosis
atau penyempitan
CAE karena jaringan
parut atau, sikatriks
Terapi - Ear toilet
- antibiotik,
antiseptik
- Insisi drainase
- aspirasi pus bila
terbentuk abses
- simtomatik
(analgetik)
- Ear toilet
- Tampon
antibiotik
- Debridement
- antibiotik,
antiseptik
- simtomatik
(analgetik)
- Ear toilet
- debridement,
- antibiotik oral/
parenteral,
- Simtomatik
- Atasi penyebab
(DM/
imunokompremais
)
Operasi rekonstruksi
CAE/ liang telinga
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
KIE:
• Hindari pajanan air pada telinga
• Hindari manipulasi pada liang telinga
berupa pembersihan dengan cotton bud
atau bahan lainnya
• Pembersihan dan inspeksi rutin telinga oleh
dokter
4A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
Otitis Eksterna
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Suatu radang superfisial, subakut dan kronis
pada CAE luar karena jamur
Faktor predisposisi:
• Infeksi jamur di tempat lain spserti vaginitis,
canindiasis dll
• Faktor lingkungan (iklim panas dan lembab)
• Pasien dengan paska pembedahan operasi
mastoid
• Pasien dengan status immunokompromised
(AIDS, DM dll)
• Penggunaan antibiotika topikal dan steroid
• Berenang
• Trauma pada telinga
• Pemakaian alat bantu dengar
• Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh di
telinga
• Infeksi bakteri
Etiologi:
Aspergillus dan Candida.
Otomikosis 4A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Manifestasi klinis:
• Gatal pada telinga
• Telinga terasa sakit
• Sekret pada telinga
• Pendengaran yang berkurang
• Tinnitus
Pemeriksaan fisik:
• Aspergillus: Jamur yang terlihat dengan hifa
halus dan spora biasanya terlihat.
Aspergillus niger kelihatan seperti
pertumbuhan kepala hitam berfilamen
• Aspergillus fumigates tampak berwarna biru
pucat atau hijau
• Candidiasis tampak seperti gumpalan keju
dengan debris yang menutupi kanal. CAE
tampak oedema dan memerah.
4A
Otomikosis
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Pemeriksaan penunjang:
• KOH 10%
• Pewarnaan PAS
• Sabouraud’s Dextrose
Terapi:
• Tipe non spesifik
- solusio pengasaman dan pengeringan
seperti asam borie, aluminium sulfat,
calcium asetat, gentian violet 2%,
• Tipe spesifik
Pada umumnya ada 4 klasifikasi obat anti
jamur yakni:
• Golongan polyenes: Terdiri atas ampoterisin
B, dan nystatin
• Golongan triazole: Terdiri dari fluconazole,
clotrimazole, dan miconazole
• Analog nukleosid: Terdiri dari flucytosin
• Analog echinocandins
4A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
Otomikosis
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Otitis Media
Non-
supurasi
Barotrauma
Otitis media
efusi
Supurasi
Otitis media
akut
OMA oklusi
OMA
hiperemis
OMA
supuratif
OMA
perforasi
OMA
resolusi
Otitis media
supuratif
kronis
OMSK
benigna
OMSK
maligna
Otitis Media 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Peradangan di telinga tengah dengan
pengumpulan cairan serosa atau mukoid di
rongga telinga tengah. Tidak terdapat tanda
infeksi akut dan tidak ada perforasi MT
Etiologi:
Gangguan fungsi tuba (biasa terjadi pada
anak dengan alergi berulang)
Manifestasi klinis:
Rasa penuh di telinga dan kurang
pendengaran, terdengar suara saat menguap
Pemeriksaan fisik:
• MT suram, keabuan atau kemerahan
• Gelembung udara atau cairan di kavum
timpani (air fluids level/air bubbles),
• MT retraksi atau terdorong ke luar atau pada
posisi normal
• MT menipis/menebal, vaskularisasi
bertambah.
3A
Otitis Media Efusi
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Otitis Media Efusi 3A
Terapi:
- Manuver valsava
- Dekongestan oral/topikal
- Antibiotik untuk mencegah OMA
- Miringotomi bila perlu ventilating tube (gormet)
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Otitis Media Akut 4A
Gangguan tuba
Etiologi:
Perubahan tekanan
udara tiba-tiba
Alergi
Infeksi
Sumbatan:
sekret,tampon, tumor
Tekanan negatif
telinga tengah
Efusi
OMA
OME
Gangguan tuba
menetap dengan
infeksi
Gangguan tuba
menetap tanpa
infeksi
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Perbedaan tuba eustachius
Anak Dewasa
Panjang Lebih pendek Lebih panjang
Lumen Lebih sempit Lebih lebar
Sudut tuba 10 derajat 45 derajat
Mucosal folds Lebih banyak Lebih sedikit
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Stadium Oklusi Stadium
Hiperemis/Pre
supurasi
Stadium
Supuratif/bomba
ns
Stadium Perforasi Stadium
Resolusi
Patofisi
ologi
Fungsi tuba
terganggu,
terbentuk tekanan
negatif ditelinga
tengah, memicu
terjadinya efusi dan
retraksi membran
timpani
Patogen
masuk ke
telinga
tengah, terjadi
respon
inflamasi di
telinga tengah
Pus yang
terbentuk di
telinga tengah
semakin banyak
sehingga
tekanan di
telinga tengah
meningkat
Tekanan semakin
meningkat dan
menyebabkan
rupturnya
membran timpani
Fase
penyembuha
n. Penutupan
kembali MT
Gejala - Penurunan
pendengaran
- Sensasi penuh
ditelinga
- Otalgia ringan
- Otalgia
memberat
- Penurunan
pendengar
an
- Demam
tinggi
- Otalgia
semakin
memberat
- Pada anak
tampak
semakin
rewel
- Demam
- Otalgia
berkurang
- Pada anak
tampak lebih
tenang
- Demam
berkurang
- Keluar cairan
- Cairan dari
telinga
berkurang
- Penurunan
pendengar
an
Otitis Media Akut
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Stadium Oklusi Stadium
Hiperemis/Pre
supurasi
Stadium
Supuratif/bomb
ans
Stadium
Perforasi
Stadium
Resolusi
Tanda - MT retraksi, tampak
suram
- Refleks cahaya
hilang
- Tuli konduktif
MT tampak
hiperemis dan
kongesti
MT tampak
bulging/bomban
s/menonjol dan
hiperemis
Perforasi MT,
tampak discharge
dari telinga
tengah
Edem mukosa
berkurang,
discharge
berkurang
4A
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Stadium Oklusi Stadium
Hiperemis/Presupur
asi
Stadium
Supuratif/bomb
ans
Stadium Perforasi Stadium
Resolusi
Terapi - Tetes hidung
HCL efedrin
0,5-1%
- oksimethazol
in 0,025-
0,05%
- antibiotika
sesuai
etiologi
- Ampisilin
(dewasa 4x500
mg/hari, anak
4x25mg/kgBB)
- amoxcicillin
(dewasa
3x500mg/hari,
anak
3x10mg/kgBB)
- eritromisin
(dewasa
4x500mg/hari,
anak
4x10mg/kgBB
- Miringotomi
(kasus
rujukan)
- analgesik
- antibiotik
- Obat cuci
telinga H2O2
3% selama 3-5
hari
- Antibiotik
adekuat yang
tidak ototoksik
seperti
ofloxacin tetes
telinga
sampai 3
minggu
- Sekret
tenang →
observasi
- Bila menetap
lanjutkan
antibiotik
- Pertimbangk
an ke arah
OMSK bila
menetap
hingga 2
bulan
Otitis Media Akut
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Komplikasi:
1. Komplikasi intra-temporal: Labirinitis,
Paresis nervus fasialis, Petrositis,
Hidrosefalus otik
2. Komplikasi ekstra-temporal/intrakranial:
Abses subperiosteal, Abses epidura,
Abses perisinus, Abses subdura, Abses
otak, Meningitis, Trombosis sinus lateral
KIE:
1. Untuk bayi/anak, orang tua dianjurkan
untuk memberikan ASI minimal 6 bulan
sampai 2 tahun.
2. Menghindarkan bayi/anak dari paparan
asap rokok
3. Imunisasi Hib dan PCV perlu dilengkapi,
sesuai panduan IDAI
Otitis Media Akut 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Peradangan pada mukosa telinga tengah
dan ruang mastoid yang berlangsung lebih
dari 2 bulan ditandai dengan adanya
perforasi pada membran timpani dan
keluarnya cairan secara terus menerus atau
hilang timbul dari liang telinga.
Etiologi:
- Higenitas kurang
- Otitis media sebelumnya
- Infeksi saluran nafas yang tidak diobati
- Infeksi saluran tengah dan mastoid
(Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella,
Staphylococcus aureus, Proteus mirabilis.)
Klasifikasi:
OMSK dibagi menurut ada atau tidaknya
kolestatoma (kista epithelial berisi
deskuamasi epitel).
- Tipe benigna: tubotimpani
- Tipe maligna: antikoantral
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) 3A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) 3A
OMSK Benigna OMSK maligna
Sekret Mukoid, tidak berbau Purulent, berbau busuk
Perforasi Sentral Atik atau marginal
Granulasi Jarang Biasa terjadi
Polip Berwarna pucat Berwarna kemerahan
Kolesteato
ma
Tidak ada Ada
Komplikasi Jarang terjadi Sering terjadi
Audiogram Tuli konduktif ringan
hingga sedang
Tuli konduktif atau
campuran
Manifestasi Klinis:
- Chronically draining ear (> 2
minggu) dengan riwayat OMSA
yang berulang
- Keluarnya otorhea
tanpaotalgia atau demam
- Penurunan pendengaran
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
3A
Perforasi total dengan
kolestetaoma
Terlihat tuba eustachius Tulang pendengaran
terlihat pada perforasi total
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Pemeriksaan penunjang:
• Pemeriksaan audiologi: menilai jenis tuli, bila
ada tuli campuran menandakan perburukan
• Pemeriksaan vestibular: dilakukan bila ada
keluhan vertigo
• Pemeriksaan radiologi: stenver’s view, schuller
view, CT scan
Terapi:
• Obat cuci telinga dapat berupa NaCl 0,9%,
Asam Asetat 2%, atau Hidrogen Peroksida 3%
• Antibiotik topikal golongan ofloxacin 2x 4 tetes
per hari di telinga yang sakit
• Antibiotik oral:
Dewasa lini pertama :
• Amoxicillin 3 x 500 mg per hari selama 7 hari
• Amoxicillin Asam clavulanat 3 x 500 mg per
hari selama 7 hari
• Ciprofloxacin 2x500 mg selama 7 hari.
3A
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Dewasa lini kedua :
• Levofloxacin 1x 500mg per hari selama 7 hari
• Cefadroxil 2 x 500-100 mg per hari selama 7 hari.
Anak:
• Amoxicillin – Asam clavulanat 25-50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis per hari
• Cefadroxil 25-50 mg/ kgBB/hari, dibagi menjadi 2 dosis per hari.
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Operatif:
• Mastoidektomi sederhana.
• Mastoidektomi radikal.
• Mastoidektomi radikal dengan modifikasi.
• Miringoplasti.
• Timpanoplasti.
• Pendekatan ganda timpanoplasti.
KIE:
• Jangan mengorek telinga
• Saat mandi air jangan masuk ke telinga
• Dilarang berenang
• Saat memiliki gejala ISPA harus berobat
Komplikasi:
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) 3A
Ekstrakranial Intrakranial
Mastoiditis akut Meningitis
Parese nervus fasialis Abses intrakranial (exradural abses,
subdural abses, abses otak)
Labirinitis Lateral sinus tromboflebitis
Petrositis Otitic hydrocephalus
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Masalah 2: Epitaksis
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Perdarahan dari hidung karena pecahnya
pembuluh darah anterior dan perdarahan
posterior, berdasarkan letak di mana
perdarahan berasal.
Klasifikasi:
• Epistaksis anterior: Lebih dari 90% dari
pendarahan terjadi anterior dan timbul dari
daerah Little, dimana pleksus kiesselbach
bentuk pada septum
• Epistaksis posterior: Berdarah posterior muncul
jauh ke belakang rongga hidung, biasanya
lebih banyak (misalnya, dari cabang-cabang
dari arteri sphenopalatina, etmoidalis post di
rongga hidung posterior atau nasofaring),
dan arteri etmoidalis posterior
Epistaksis 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Etiologi: Manifestasi klinis:
Keluar darah dari hidung atau riwayat keluar
darah dari hidung (harus ditanyakan secara
spesifik mengenai lokasi keluarnya darah
(depan rongga hidung atau ke
tenggorok), banyaknya perdarahan,
frekuensi, lamanya perdarahan)
Epistaksis 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
Lokal Sistemik
Idiopatik (85% kasus
pada anak dan
remaja)
Kardiovaskular (HT atau
kelainan pembuluh darah)
Trauma Infeksi (DB, Morbili)
Iritasi Kelainan endokrin
Pengaruh lingkungan Kelainan kongenital
Benda asing
Infeksi
Tumor
Iatrogenik
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Tata laksana:
1. Duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan ke arah
septum selama 3-5 menit (metode Trotter)
2. Suction bila ada clotting
3. Jila perdarahan tidak berhenti, masukkan kapas yang dibasahi ke dalam hidung
dengan larutan anestesi lokal yaitu 2 cc larutan Lidokain 2% yang ditetesi 0,2 cc
larutan Adrenalin 1/1000. Sesudah 10 sampai 15 menit kapas dalam hidung
dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.
4. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas,
dilakukan kaustik dengan lidi kapas yang dibasahi larutan Nitras Argenti 15 – 25%
atau asam Trikloroasetat 10%. Sesudahnya area tersebut diberi salep antibiotik
5. Tampon anterior dengan kapas atau kain kasa yang diberi Vaselin yang
dicampur betadin atau zat antibiotika. Tampon yang dipasang harus
menekan tempat asal perdarahan dan dapat dipertahankan selama 2 x 24
jam.
Epistaksis 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Tata laksana:
1. Untuk perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon posterior, yang
disebut tampon Bellocq. Tampon ini terbuat dari kasa padat berbentuk bulat
atau kubus berdiameter kira-kira 3 cm.
2. Pada tampon ini terdapat 3 buah benang, yaitu 2 buah pada satu sisi dan
sebuah pada sisi lainnya. Tampon harus dapat menutupi koana (nares posterior).
a. Lekatkan benang yang terdapat di rongga mulut dan terikat pada sisi lain dari
tampon Bellocq pada pipi pasien. Gunanya adalah untuk menarik tampon
keluar melalui mulut setelah 2-3 hari.
b. Berikan juga obat hemostatik selain dari tindakan penghentian perdarahan itu.
Epistaksis 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Komplikasi:
• Akibat pemasangan tampon anterior dapat
timbul sinusitis (karena ostium sinus tersumbat)
dan sumbatan duktus lakrimal.
• Akibat pemasangan tampon posterior dapat
timbul otitis media, haemotympanum, serta
laserasi palatum mole dan sudut bibir bila
benang yang dikeluarkan melalui mulut terlalu
kencang ditarik.
• Akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok dan
anemia.
KIE:
1. Mengidentifikasi penyebab epistaksis, karena
hal ini merupakan gejala suatu penyakit,
sehingga dapat mencegah timbulnya
kembali epistaksis.
2. Mengontrol tekanan darah pada penderita
dengan hipertensi.
3. Menghindari membuang lendir melalui hidung
terlalu keras.
4. Menghindari memasukkan benda keras ke
dalam hidung, termasuk jari sehingga
dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat pada
pasien anak.
5. Membatasi penggunaan obat-obatan yang
dapat meningkatkan perdarahan seperti aspirin
atau ibuprofen.
Epistaksis 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Masalah 3: Rhinorea
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Rhinitis adalah gangguan yang sangat umum
yang disebabkan oleh peradangan atau
iritasi pada mukosa hidung.
Klasifikasi:
• Berdasarkan onset: akut dan kronis
• Berdasarkan etiologi: alergi dan non-alergi
Manifestasi Klinis:
• Keluar sekret dari hidung (rinorea)
• Hidung tersumbat
• Dapat disertai rasa panas atau gatal pada
hidung
• Bersin-bersin (Menonjol pada rhinitis alergi)
• Dapat disertai batuk
Rhinitis 3A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Rhinitis 3A
Rhinitis akut (kurang dari 2 minggu) Rhinitis kronis (lebih dari 2 minggu)
Rhinitis simpleks (pilek, salesma, common
cold, coryza)
Rhinitis hipertrofi
Rhinitis Sicca
Rhinitis spesifik :
- Rhinitis Difteri
- Rhinitis Atrofi
- Rinitis Sifilis
- Rhinitis Tuberkulosa
- Rhinitis akibat Jamur
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Rhinitis Alergi Rhinitis Non-alergi
Rhinitis alergi a. Idiopathic rhinitis (Rhinitis vasomotor)
b. Nonallergic rhinitis with eosinophilia
syndrome (NARES)
c. Estrogen-induced rhinitis (pregnancy,
menstrual cycle related, contraceptives)
d. Drug-induced rhinitis (topical α-adrenergic
agonists, vasodilators)
e. Atrophic rhinitis (one form, ozena, is
probably bacterial in origin)
f. Gustatory rhinitis (induced by spicy food)
g. Cold air–induced rhinitis (skier's nose)
h. Rhinitis due to anatomical abnormalities
i. Rhinitis associated with systemic conditions
(vasculitis, granulomatous diseases)
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI2020
Common cold Influenza Rinitis
eksantematous
Etiologi Rhinovirus Virus influenza A, B atau C
berperan dalam penyakit ini.
Morbili, varisela,
variola, dan pertusis,
sering berhubungan
dengan rinitis,
Gejala
klinis
Lebih ringan Lebih berat, demam lebih
dari 39 derajat, nyeri seluruh
badan, badan terasa lemah,
nyeri tenggorokan
dimana didahului
dengan eksantema
sekitar 2-3 hari. Infeksi
sekunder dan
komplikasi lebih sering
dijumpai dan lebih
berat.
Tata
laksana
Simtomatis Simtomatis Simtomatis, sesuai
etiologi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI2020
Rhinitis Bakteri
Non-spesifik Spesifik
Rinitis bakteri primer Rinitis bakteri sekunder Rhinitis Difteri
Etiologi pneumococcus,
streptococcus atau
staphylococcus.
akibat dari infeksi bakteri
pada rinitis viral akut.
Corynebacterium
diphteriae
Gejala Membran putih keabu-
abuan yang lengket dapat
terbentuk di rongga
hidung, dan apabila
diangkat dapat
menyebabkan
pendarahan / epistaksis.
Ditemukan lesi di
tempat lain
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh
reaksi alergi pada pasien atopi yang
sebelumnya sudah tersensitisasi oleh alergen
yang sama serta dilepaskan suatu mediator
kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan
alergen spesifik dengan diperantarai IgE.
Etiologi:
a. Adanya riwayat atopi.
b. Lingkungan dengan kelembaban yang
tinggi merupakan faktor risiko untuk untuk
tumbuhnya jamur, sehingga dapat timbul
gejala alergis.
c. Terpaparnya debu tungau biasanya
karpet serta sprai tempat tidur, suhu
yang tinggi.
Manifestasi klinis:
• Rinorea
• Bersin
• Hidung tersumbat
• Rasa gatal pada hidung (trias alergi).
• mata gatal dan banyak air mata.
3A
Rhinitis Alergi
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Pemeriksaan fisik:
a. allergic salute: gerakan pasien
menggosok hidung dengan tangannya
karena gatal.
b. Allergic shiners: dark circles di sekitar mata
dan berhubungan dengan vasodilatasi atau
obstruksi hidung.
c. Nasal crease: lipatan horizontal (horizontal
crease) yang melalui setengah bagian
bawah hidung akibat kebiasaan menggosok
hidung keatas dengan tangan.
3. Mulut sering terbuka dengan lengkung
langit-langit yang tinggi, sehingga
akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid).
c. dinding posterior faring tampak granuler
dan edema (cobblestone appearance),
serta dinding lateral faring menebal.
d. Lidah tampak seperti gambaran peta
(geographic tongue).
e. Pada kulit kemungkinan terdapat
dermatitis atopi.
Rhinitis Alergi
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Pada pemeriksaan rinoskopi:
• Mukosa edema, basah, berwarna pucat
atau kebiruan (livide), disertai adanya
sekret encer, tipis dan banyak. Jika kental
dan purulen biasanya berhubungan
dengan sinusitis.
• Pada rhinitis alergi kronis atau penyakit
granulomatous, dapat terlihat adanya
deviasi atau perforasi septum.
• Ditemukan massa seperti polip dan tumor,
atau dapat juga ditemukan pembesaran
konka inferior yang dapat berupa edema
atau hipertropik. Dengan dekongestan
topikal, polip dan hipertrofi konka tidak
akan menyusut, sedangkan edema konka
akan menyusut.
Rhinitis Alergi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Rhinitis alergi dibagi berdasarkan sifat berlangsungnya
menjadi:
a. Intermiten, yaitu bila gejala kurang dari 4 hari/minggu
atau kurang dari 4 minggu.
b. Persisten, yaitu bila gejala lebih dari 4 hari/minggu
dan/atau lebih dari 4 minggu.
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit,
rhinitis alergi dibagi menjadi:
a. Ringan, yaitu bila tidak ditemukan gangguan tidur,
gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar,
bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
b. Sedang atau berat, yaitu bila terdapat satu atau lebih
dari gangguan tersebut di atas.
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Terapi:
- Terapi topikal
a. dekongestan hidung topikal melalui
semprot hidung. Oxymetazolin atau
xylometazolin, namun hanya bila hidung
sangat tersumbat dan dipakai beberapa hari
(< 2 minggu) untuk menghindari rhinitis
medikamentosa.
b. kortikosteroid topikal: beklometason,
budesonid, flunisolid, flutikason, mometason
furoat dan triamsinolon.
c. Preparat antikolinergik topikal adalah
ipratropium bromida yang bermanfaat untuk
mengatasi rinorea karena aktivitas inhibisi
reseptor kolinergik pada permukaan sel
efektor.
- Terapi oral sistemik
a. Antihistamin
Anti histamin generasi 1: difenhidramin,
klorfeniramin, siproheptadin.
Anti histamin generasi 2: loratadin, cetirizine
b. Preparat simpatomimetik golongan agonis
alfa dapat dipakai sebagai dekongestan
hidung oral dengan atau tanpa kombinasi
antihistamin. Dekongestan oral:
pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin.
Rhinitis Alergi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Komplikasi:
• Polip hidung
• Sinusitis paranasal
• Otitis media
KIE:
• Menghindari alergen spesifik
• Pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani telah diketahui berkhasiat dalam
menurunkan gejala alergis
Rhinitis Alergi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung
yang disebabkan oleh bertambahnya
aktivitas parasimpatis.
Etiologi:
- obat-obatan yang menekan dan
menghambat kerja saraf simpatis, seperti
ergotamin, chlorpromazin, obat anti
hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.
- faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok,
udara dingin, kelembaban udara yang
tinggi dan bau yang merangsang.
- faktor endokrin, sepeti keadaan kehamilan,
pubertas, pemakaian pil KB dan
hipotiroidisme
- faktor psikis, seperti stress, ansietas dan
fatigue.
Manifestasi klinis:
• Rinore yang hebat dan bersifat mukus atau
serous sering dijumpai.
• Gejala hidung tersumbat sangat bervariasi
yang dapat bergantian dari satu sisi ke sisi
yang lain, terutama sewaktu perubahan
posisi
• post nasal drip
• konka hipertrofi dan berwarna merah
gelap atau merah tua ( karakteristik ),
tetapi dapat juga dijumpai berwarna
pucat.
• Pada rongga hidung terdapat sekret
mukoid, biasanya sedikit.
Rhinitis Vasomotor
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Terapi:
1. Menghindari penyebab / pencetus (
Avoidance therapy )
2. Pengobatan konservatif ( Farmakoterapi ) :
- Dekongestan atau obat simpatomimetik
- Anti histamin
- Kortikosteroid topikal
- Anti kolinergik juga efektif pada pasien
dengan rinore sebagai keluhan utamanya.
Contoh : Ipratropium bromide ( nasal spray )
3. Terapi operatif ( dilakukan bila pengobatan
konservatif gagal )
- Kauterisasi konka yang hipertrofi dengan
larutan AgNO3 25% atau triklorasetat pekat (
chemical cautery ) maupun secara elektrik (
electrical cautery ).
- Diatermi submukosa konka inferior (
submucosal diathermy of the inferior
turbinate )
- Bedah beku konka inferior ( cryosurgery )
- Reseksi konka parsial atau total (partial or
total turbinate resection)
- Turbinektomi dengan laser ( laser
turbinectomy )
- Neurektomi n. vidianus ( vidian neurectomy
), yaitu dengan melakukan pemotongan
pada n. vidianus, bila dengan cara diatas
tidak memberikan hasil.
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
• Komplikasi:
1. Sinusitis
2. Eritema pada hidung sebelah luar
3. Pembengkakan wajah
• KIE:
1. Mengidentifikasi dan menghindari faktor pencetus, yaitu iritasi terhadap lingkungan non-
spesifik.
2. Berhenti merokok.
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI2020
Rhinitis alergi Rhinitis vasomotor
Mulai serangan Belasan tahun, riwayat paparan
alergen (+)
Dekade 3 atau 4, riwayat paparan alergen (-)
Etiologi Reaksi Ag-Ab terhadap rangsangan
spesifik
Reaksi neurovaskuler terhadap rangsangan
mekanis atau kimia juga psikologis
Gatal dan bersin menonjol Tidak menonjol
Gatal di mata Sering di jumpai Jarang dijumpai
Skin prick positif Negatif
Sekret hidung Peningkatan eosinofil Eosinofil tidak meningkat
Eosinofilia meningkat Normal
IgE darah + -
Neurektomi n.vidianus Tidak membantu membantu
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Infeksi mukosa hidung karena udara yang
kering
Patofisologi:
- defisiensi dan tidak aktifnya kelenjar
seromukus
- metaplasia epitel kolumnar bersilia menjadi
epitel kuboid atau epitel skuamosa
- terjadi defisiensi dari mucus blanket.
- ulserasi yang berpenetrasi ke bagian
anterior dari kartilago septum
Etiologi:
Lingkungan berdebu, panas, kering
<kelembaban kurang dari 50%, anemia,
alkohol, gizi buruk
Manifestasi klinis:
➢ Mukosa kering dan agak keputih-putihan
terutama bagian depan septum dan ujung
depan konka inferior
➢ krusta sedikit atau tidak ada
➢ kadang-kadang disertai epistaksis
Terapi:
Obat cuci hidung
Komplikasi:
Perforasi septum, rhinitis ozaena
Rhinitis Sicca
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Etiologi:
infeksi bakteri spesifik (Klebsila ozaena)
defisiensi besi, defisiensi vitamin A, sinusitis
kronik, kelainan hormonal, penyakit kolagen.
Faktor resiko:
Wanita lebih sering terkena terutama usia
dewasa muda. Banyak ditemukan pada
masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi
yang rendah dan lingkungan sanitasi yang
buruk.
Gejala dan tanda:
napas berbau, ingus kental kehijauan, krusta
hijau, gangguan menghidu, sakit kepala dan
hidung tersumbat.
Pemeriksaan fisik:
didapatkan rongga hidung sangat lapang,
konka inferior dan media menjadi atrofi, ada
sekret purulen dan krusta yang berwarna
kehijauan.
Pemeriksaan penunjang:
histopatologi berasal dari biopsi konka media,
pemeriksaan mikrobiologi dan uji resistensi
kuman dan tomografi komputer sinus
paranasal.
Terapi:
konservatif (antibiotik spektum luas, cuci
hidung), operatif (penutupan rongga hidung
atau penyempitan rongga hidung, BSEF)
Rhinitis Atrofi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI2020
Rinitis Sika Atrofi
Penyebab Lingkungan berdebu, panas,
kering, anemia, alkohol, gizi buruk
Klebsiella ozaena, def Fe, vitamin
A, sinusitis kronis, kelainan hormon
Gejala ➢ Mukosa kering dan agak
keputih-putihan terutama
bagian depan septum dan
ujung depan konka inferior
➢ krusta sedikit atau tidak ada
➢ kadang-kadang disertai
epistaksis
➢ Nafas berbau (yang mencium
orang lain, pasien tidak)
➢ Hiposmia atau anosmia
➢ ingus kental hijau
➢ krusta hijau
➢ hidung tersumbat
• Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
• Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
• Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Adalah kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor yang diakibatkan oleh
pemakaian vasokonstriktor topikal (tetes hidung/semprot hidung) dalam waktu lama dan
berlebihan sehingga menyebabkan sumbatan hidung menetap.
Etiologi:
Penggunaan vasokontriktor topikal dalam waktu lama
Gejala dan tanda:
hidung tersumbat terus menerus dan berair
Pemeriksaan fisik:
tampak edem atau hipertrofi konka dengan sekret hidung berlebihan. Apabila diberi
tampon adrenalin, edem konka tidak berkurang.
Rhinitis Medikamentosa
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Tatalaksana:
• Hentikan pemakaian obat tetes hidung atau semprot vasokonstriktor hidung.
• Untuk mengatasi sumbatan berulang dapat diberikan kortikosteroid oral dosis tinggi jangka
pendek.
• Dekongestan oral
• Apabila tidak ada perbaikan dalam 3 minggu, pasien dirujuk ke spesialis THT
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Inflamasi pada selaput mukosa hidung dan
sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu
oleh rinitis sehingga sering disebut rhinosinusitis
Etiologi:Berbagai macam rhinitis
• Polip hidung
• Kelainan anatomi seperti deviasi septum
atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks
osti-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi,
Pada anak, hipertrofi adenoid
• lingkungan berpolusi, udara dingin dan
kering serta kebiasaan merokok.
Rhinosinusitis 3A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Manifestasi klinis:
• hidung tersumbat
• nyeri atau rasa tekanan pada muka
- Nyeri pada pipi, nyeri alih ke gigi dan
telinga bisa terjadi pada : sinusitis
maksila,
- nyeri di ke dua bola mata :sinusitiss
etmoid
- nyeri di dahi atau seluruh kepala:
sinusitiss frontal.
• sekret purulent
• post nasal drip
• sakit kepala, hiposmia atau anosmia,
halitosis.
• Khusus untuk sinusitis dentogenik:
a. Salah satu rongga hidung berbau
busuk
b. Dari hidung dapat keluar ingus kental
atau tidak beringus
c. Terdapat gigi di rahang atas yang
berlubang / rusak
Rhinosinusitis 3A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Tata laksana rhinosinusitis akut untuk faskes 1
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Dengan polip hidung
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Masalah 4: Batuk, nyeri
tenggorok, nyeri menelan
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Faringitis merupakan peradangan dinding
faring.
Etiologi:
• virus (40-60%), bakteri (5-40%)
• Menurunnya daya tahan tubuh
• Konsumsi makanan dapat mengiritasi
• Gizi kurang
• Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol,
makanan, refluks asam lambung,inhalasi uap
yang merangsang mukosa faring
• Paparan udara yang dingin
Manifestasi klinis
• Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan
• Tenggorokan terasa kering dan gatal
• Demam
• Sekret dari hidung
• Dapat disertai atau tanpa batuk
• Nyeri kepala
• Mual
• Muntah
• Rasa lemah pada seluruh tubuh
• Nafsu makan berkurang
Faringitis 4A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Pemeriksaan Penunjang:
• Pemeriksaan darah lengkap.
• Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan
Gram.
• Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik
swab mukosa faring dengan pewarnaan KOH
Terapi:
• Istirahat cukup
• Minum air putih yang cukup
• Berkumur dengan air yang hangat dan
berkumur dengan obat kumur antiseptik untuk
menjaga kebersihan mulut
• Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk
antitusif atau ekspektoran.
• Analgetik-antipiretik
• Kortikosteroid: untuk menekan reaksi inflamasi
sehingga mempercepat perbaikan klinis.
Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama
3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/ kgBB/hari
dibagi dalam 3 x/hari selama 3
KIE:
• Menjaga daya tahan tubuh dengan
mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga
teratur.
• Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang
merokok.
• Menghindari makan makanan yang dapat
mengiritasi tenggorok.
• Selalu menjaga higiene mulut dan tangan
Faringitis 4A
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer.
Cincin Waldeyer terdiri atas susunan jaringan limfoid yang terdapat di dalam rongga mulut
yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal
lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/ Gerlach’s tonsil).Penyakit ini
banyak diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai 10 tahun.
Etiologi:
• Faktor usia, terutama pada anak
• Penurunan daya tahan tubuh
• Rangsangan menahun (misalnya rokok, makanan tertentu)
• Higiene rongga mulut yang kurang baik
• Riwayat alergi
Tonsilitis 4A
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI2020
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Hipertrofi tonsil Kissing tonsil
Tonsilitis kronis, pilar anterior hiperemis, kripta
melebar
Infeksi GABHS, cherry red tongue Tonsilitis akut
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
Rasio pembesaran tonsil:
1. T0: tonsil sudah diangkat.
2. T1: <25% volume tonsil / ¼ jarak
pilar anterior uvula.
3. T2: 25-50% volume tonsil /¼
jarak pilar anterior-uvula sampai
½ jarak pilar anterior-uvula.
4. T3: 50-75% volume tonsil /½ jarak
pilar anterior-uvula / sampai ¾
jarak pilar anterior-uvula.
5. T4: > 75% volume tonsil / batas
medial tonsilmelewati ¾ jarak
pilar F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Indikasi absolut Indikasi relatif
1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan
obstruksi saluran nafas, disfagia berat,
gangguan tidur dan komplikasi
kardiopulmonar
1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil
per tahun dengan terapi antibiotik adekuat
2. Abses peritonsil yag tidak mebaik dengan
pengobatan medis dan drainase
2. Halitosis akibat tonsilitis kronis yang tidak
membaik dengan terapi medis
3. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam 3. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier
streptococcus yang tidak membaik dengan
pemberian antibiotik laktamase persisten
4. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk
menentukan patologi anatomi
4A
Indikasi tonsilektomi:
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Perdangan di daerah laring dan mukosa pita
suara, merupakan kelanjutan dari rinofaringitis
(common cold), dimana pada anak sering
menyebabkan sumbatan jalan napas.
Etiologi:
• Ec Virus (Rhinovirus, Adenovirus,Influenza)
• Ec Bakteri (S. pneumonia, S. pyogenes, S.
aureus) Laringitis tuberculosis (4 stadium:
infiltrasi, ulserasi, perikondritis,
fibrotuberkulosis), Laringitis luetika
• GERD
Manifestasi klinis:
• Suara serak atau hilang suara (afonia)
• Sesak napas dan stridor
• Nyeri tenggorok
• Gejala common cold
• Obstruksi jalan napas ec edema laring
• Laringitis kronik ditandai dengan afonia yang
persisten
Laringitis 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Laringitis 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
Pemeriksaan penunjang:
• Apus tenggorok dan kultur
• Rontgen soft tissue leher AP lateral: + steeple sign
• Rontgen Toraks AP : lihat keterlibatan infeksi paru
• Pemeriksaan lab darah lengkap
Terapi:
• Analgetik dan antipiretik
• Antibiotik: bila terdapat peradangan paru atau
disebabkan oleh GABHS
• PPI, jika disebabkan oleh refluks laringofaringeal
• Kortikosteroid
• Laringitis tuberculosis: OAT
• Laringitis luetika: Penisilin dosis tinggi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Difteri merupakan penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh bakteri basil gram positif
Corynebacterium diphteriae.
Etiologi:
• Corynebacterium diphteriae: bakteri basil
gram positif anaerob
Manifestasi klinis:
• Malaise
• nyeri tenggorokan
• Anoreksia
• Demam
Pemeriksaan fisik:
• membran putih-kebiruan dan meluas
dengan ukuran bervariasi.
• Pseudomembran berwarna hijau-keabuan
atau hitam jika telah terjadi perdarahan.
Mukosa sekitar pseudomembran tampak
eritema. Pseudomembran yang luas dapat
berakibat obstruksi saluran napas.
• edema di area submandibular dan leher
bagian anterior sepanjang area
limfadenopati, sehingga menunjukkan
gambaran ”bullneck
Difteri 3B
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Pemeriksaan Penunjang:
• Kultur bakteri
• pewarnaan gram
• Bentuk : batang bergranula
• Susunan : seperti huruf v,x,y. seperti karakter china
• Pewarnaan : neisser
Difteri 3B
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Difteri 3B
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
Terapi:
• Serum Antitoksin Difteri (ADS)
• Antibiotik Penisilin G prokain diberikan secara IM sekali sehari (300.000 Unit/hari untuk berat
badan <10 kg dan 600.000 Unit/hari untuk berat badan >10 kg) selama 14 hari atau
eritromisin oral atau injeksi (40 mg/kg/hari dosis terbagi setiap 6 jam PO atau IV, maksimum
2 gram/ hari) selama 14 hari.
• penyakit berat, dapat diberikan prednison 1-1,5 mg/kg/hari selama 2 minggu untuk
mencegah miokarditis
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Komplikasi:
• Miokarditis: Miokarditis dapat bermanifestasi sebagai irama jantung abnormal pada awal
perjalanan penyakit atau beberapa minggu kemudian, dan dapat menyebabkan gagal
jantung.
• Neuritis: saraf motorik dan biasanya sembuh total. Paralisis palatum molle paling sering
terjadi pada minggu ke3. Paralisis otot mata, tungkai, dan diafragma dapat terjadi
setelah minggu ke-5.
• Pneumonia sekunder dan gagal napas dapat terjadi akibat paralisis diafragma.
• otitis media
• insufisiensi pernapasan akibat obstruksi, khususnya pada bayi.
Difteri 3B
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Masalah 5: Corpus Alienum
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh yang dalam keadaan normal
tidak ada pada telinga.
Etiologi:
• Faktor kesengajaan: pada anak-anak
• Faktor kecerobohan: sering terjadi pada
orang dewasa sewaktu menggunakan alat
alat pembersih telinga tertinggal
• faktor kebetulan: masuknya serangga, kecoa,
lalat dan nyamuk.
Manifestasi Klinis:
• Penurunan pendengaran
• Sekret purulen -> bila ada infeksi sekunder
• Tinnitus
• Nyeri di telinga
Corpal Telinga 3A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Tata laksana:
Corpal Telinga 3A
Benda asing baru Benda asing reaktif Benda asing serangga
Berikan anestesi lokal Hindari pemberian
cairan
Berikan anetesi
lokal/minyak ± 10 menit
agar serangga mati,
setelah itu ekstraksi dengan
forceps aligator/irigasi
sesuai suhu tubuh
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Komplikasi:
• Ruptur membran timpani
• Perdarahan CAE
• Otitis eksterna
• Tuli konduktif
KIE:
• Orang tua disarankan untuk menjaga
lingkungan anak dari benda- benda yang
berpotensi dimasukkan ke telinga atau
hidung.
3A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
Corpal Telinga
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Adanya benda yang seharusnya tidak ada di
hidung. Terdapat dua jenis benda asing, yaitu
benda hidup (organik) dan benda mati
(anorganik).
Etiologi:
• Umur: biasanya anak ≤ 5 tahun
• Adanya kegagalan mekanisme proteksi yang
normal
• Keadaan tidur, kesadaran menurun,
alkoholisme, epilepsi
• Adanya masalah kejiwaan, emosi, dan
gangguan psikiatrik
Manifestasi klinis:
• Hidung tersumbat yang tiba-tiba, umumnya
unilateral
• terdapat hiposmia atau anosmia
• setelah 2 – 3 hari keluar sekret mukoid /
mukopurulen dan berbau di satu sisi hidung,
• bila benda asing organik, terasa ada yang
bergerak-gerak di dalam rongga hidung.
• Khusus untuk lintah, sumbatan pada hidung
semakin memberat setiap hari
• adanya laporan dari pasien atau orang tua
mengenai adanya benda yang masuk atau
dimasukkan ke rongga hidung.
Corpal Nasi 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Tata laksana:
a. Tindakan ekstraksi benda asing secara
manual dengan menggunakan pengait
tumpul atau hook
b. Untuk lintah, sebelum ekstraksi, teteskan
air tembakau ke dalam rongga hidung
dan biarkan 5 menit hingga lintah
terlebih dahulu terlepas dari mukosa
hidung.
c. Jika corpal baterai jangan di beri cairan
• Medikamentosa
a. Pemberian antibiotik per oral selama 5
hari bila telah terjadi infeksi sekunder
Corpal Nasi 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Komplikasi:
• Obstruksi jalan napas akut: bila masuk
ke saluran napas yang lebih distal (laring,
trakea).
• destruksi mukosa dan kartilago hidung:
benda asing organik berupa larva / ulat
/ lintah,
• perforasi septum: Benda asing baterai
cepat merusak mukosa sehingga dapat
masuk ke dalam septum atau konka
inferior dalam beberapa jam
• Meningitis: (miasis hidung), dapat terjadi
invasi ke intrakranium dan, walaupun
jarang, dapat menyebabkan yang fatal.
KIE:
• Pada orang tua, dapat lebih berhatihati
dalam meletakkan benda-benda yang
mudah atau sering dimasukkan ke dalam
rongga hidung.
• Pada anak, dapat diingatkan untuk
menghindari memasukkan bendabenda
ke dalam hidung.
• Pada pekerja yang sering terpapar larva
atau benda-benda organik lain, dapat
menggunakan masker saat bekerja.
4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
Corpal Nasi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Benda asing di dalam suatu organ ialah benda
yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada
yang ada di saluran nafas.
Klasifikasi:
• Benda asing eksogen: kacang-kacangan
(yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan),
tulang (yang berasal dari kerangka
binatang), dan zat anorganik seperti paku,
jarum, peniti, batu, kapur barus (naftalen),
gigi palsu, dan lain-lain. Benda asing eksogen
cair dibagi dalam benda cair yang bersifat
iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair
noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
• Benda asing endogen, yaitu yang berasal
dari dalam tubuh. Benda asing endogen
dapat berupa sekret kental, darah atau
bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan,
membran difteri. Cairan amnion, mekonium
dapat masuk ke dalam saluran napas bayi
pada saat proses persalinan.
Corpal Saluran Nafas -
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Corpal Saluran Nafas -
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
Benda asing di
orofaring dan
hipofaring
Benda asing di laring Benda asing di trakea Benda asing di bronkus
rasa nyeri pada waktu
menelan (odinofagia)
Total: disfonia sampai
afonia, apneu dan
sianosis
Subtotal: suara parau,
disfonia sampai afonia,
batuk yang disertai
sesak, odinofagia,
mengi, sianosis,
hemoptisis dan rasa
subyektif dari benda
asing dan dispneu
dengan derajat
bervariasi.
batuk dengan tiba-tiba
yang berulang-ulang
dengan rasa tercekik,
rasa tersumbat di
tenggorok, terdapat
gejala patognomonik
yaitu audible slap,
palpatory thud dan
asthmatoid wheeze.
lebih banyak masuk ke
dalam bronkus kanan,
karena bronkus kanan
hampir merupakan
garis lurus dengan
trakea, sedangkan
bronkus kiri membuat
sudut dengan trakea.
Gejala asimtomatis
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Corpal Saluran Nafas -
Benda asing di saluran napas dilihat menggunakan foto thorax AP dan lateral Gambar 1. pasien dewasa, Gambar 2. pasien anak
Gambar 3. Bronkoskopi pasien dengan corpus alienum saluran napas
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Pemeriksaan penunjang:
• Foto thoraks postero anterior (PA) dan
lateral untuk mengetahui lokasi serta ukuran
benda asing. Foto thorak yang diambil
dalam waktu 24 jam pertama setelah
aspirasi benda asing radiolusen biasanya
menunjukkan gambaran normal.
• CT scan
Tata laksana:
• Benda asing di laring: pada sumbatan total
dapat dilakukan heeimlich maneuver atau
back blow bila subtotoal dilakukan dengan
laringoskopi
• Benda asing di orofaring: ekstraksi dengan
pinset corpal
• Benda asing di trakea: bronkoskopi
• Benda asing di bronkus: bronkoskopi
Komplikasi:
• Infeksi/abses
• Laserasi saat proses ekstraksi benda asing
Corpal Saluran Nafas -
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0

More Related Content

Similar to THT.pdf

otitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxotitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptx
ZulAme
 

Similar to THT.pdf (20)

147325776 case-report-omsk
147325776 case-report-omsk147325776 case-report-omsk
147325776 case-report-omsk
 
LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx
LAPORAN KASUS tonsiltis.pptxLAPORAN KASUS tonsiltis.pptx
LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
CBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotorCBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotor
 
125477384 long-case-ujian-chand
125477384 long-case-ujian-chand125477384 long-case-ujian-chand
125477384 long-case-ujian-chand
 
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
 
Kolesteatoma MAE
Kolesteatoma MAE Kolesteatoma MAE
Kolesteatoma MAE
 
Cbd epiglotitis akut
Cbd epiglotitis akutCbd epiglotitis akut
Cbd epiglotitis akut
 
Askep indera pendengaran
Askep indera pendengaranAskep indera pendengaran
Askep indera pendengaran
 
lapkas dellla.pptx
lapkas dellla.pptxlapkas dellla.pptx
lapkas dellla.pptx
 
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
Leaflet amandel akper kab. muna
Leaflet amandel akper kab. munaLeaflet amandel akper kab. muna
Leaflet amandel akper kab. muna
 
CBD rhinitis alergi
CBD rhinitis alergiCBD rhinitis alergi
CBD rhinitis alergi
 
CBD Epistaksis Posterior
CBD Epistaksis PosteriorCBD Epistaksis Posterior
CBD Epistaksis Posterior
 
otitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxotitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptx
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
PPT soca .pptx
PPT soca .pptxPPT soca .pptx
PPT soca .pptx
 
Belajar THT.pdf
Belajar THT.pdfBelajar THT.pdf
Belajar THT.pdf
 
177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media
 

More from bocil9

More from bocil9 (6)

UU Nomor 50 Tahun 2009.pdf
UU Nomor 50 Tahun 2009.pdfUU Nomor 50 Tahun 2009.pdf
UU Nomor 50 Tahun 2009.pdf
 
alfiya.docx
alfiya.docxalfiya.docx
alfiya.docx
 
CARDIO PULMO.pdf
CARDIO PULMO.pdfCARDIO PULMO.pdf
CARDIO PULMO.pdf
 
NEURO PSIKIATRI.pdf
NEURO PSIKIATRI.pdfNEURO PSIKIATRI.pdf
NEURO PSIKIATRI.pdf
 
HKEK FORENSIK.pdf
HKEK FORENSIK.pdfHKEK FORENSIK.pdf
HKEK FORENSIK.pdf
 
MATA.pdf
MATA.pdfMATA.pdf
MATA.pdf
 

Recently uploaded

pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 

Recently uploaded (20)

pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 

THT.pdf

  • 3. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI PEMERIKSAAN TELINGA • Pemeriksaan Otoskopi: melihat gambaran membrane timpani • Inspeksi telinga :untuk melihat kelainan pada telinga luar,meliputi : 1. Kulit daun telinga : Normal/abnormal 2. Muara/lubang telinga : Ada atau tidak 3. Keberadaan telinga : - Terbentuk/ tidak terbentuk - Besarnya : kecil/ sedang/ besar atau normal/ abnormal. - Adakah kelainan seperti hematoma pada daun telinga (cauliflower ear). 4. Liang telinga : - Mengenal pars ossea, isthmus dan pars cartilaginea dari liang telinga - Adakah tanda-tanda radang - Apakah keluar cairan/tidak - Adakah kelainan di belakang/depan telinga F E B R 4 8 2 0
  • 4. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI PEMERIKSAAN HIDUNG • Pemeriksaan Rhinoskopi • Lakukan inspeksi, mulai dari : - Cuping hidung (vestibulum nasi) - Bangunan di rongga hidung - Meatus nasi inferior : normal/tidak - Konka inferior : normal/tidak - Meatus nasi medius : normal/tidak - Konka medius : normal/tidak - Keadaan septa nasi : normal/tidak, adakah deviasi septum - Keadaan rongga hidung : normal/ tidak; sempit/ lebar; ada pertumbuhan abnormal: polip, tumor; ada benda asing/ tidak : berbau/ tidak - Adakah discharge dalam rongga hidung, bila ada bagaimana deskripsi discharge (banyak/ sedikit, jernih, mucous, purulen, warna discharge, apakah berbau) F E B R 4 8 2 0
  • 5. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI PEMERIKSAAN TENGGOROK • PEMERIKSAAN BIBIR DAN RONGGA MULUT Apakah ada kelainan di bibir dan rongga mulut : • Bibir pecah-pecah • Ulkus di bibir • Drolling (ngiler) • Tumor • Sukar membuka mulut (trismus) • PEMERIKSAAN TONSIL • Besar tonsil • Permukaan • Besar tonsil kanan-kiri sama/ tidak, • Disertai pembesaran kelenjar leher/ tidak. • PEMERIKSAAN LIDAH • Ada gangguan perasa/tidak. • Ada kelainan-kelainan pada lidah : Paresis/ paralisis lidah mengakibatkan deviasi ke salah satu sisi, Atrofi papila lidah, Abnormalitas warna mukosa lidah, Adanya ulcerasi, Tumor (berapa ukuran tumor, permukaan tumor licin atau berbenjol-benjol kasar; kenyal padat atau keras, rapuh/ mudah berdarah) • Pemeriksaan otot hipoglosus • PEMERIKSAAN LEHER • Inspeksi leher : simetris/ asimetris; tortikolis; tumor; limfadenopati • Palpasi leher : - Ada tumor atau limfadenopati : single/ multiple, ukuran, konsistensi (lunak,kistik, padat, keras), permukaan (licin, berbenjol-benjol); fiksasi (mudah digerakkan/ tidak); nyeri tekan; tanda radang; sakit pada saat digerakkan/ tidak. - Tiroid : membesar/ tidak; bila ada pembesaran tiroid, apakah single/ multiple, berapa ukurannya, konsistensi (lunak, kistik, padat, keras), permukaan (licin, berbenjol-benjol); fiksasi (mudah digerakkan/ tidak); nyeri tekan; tanda radang; sakit pada saat digerakkan/ tidak.disertai pembesaran limfonodi/ tidak; ikut bergerak pada saat menelan/tidak; disertai suara serak/tidak, adanya tanda gangguan hormon tiroid (hipertiroid/ hipotiroid). F E B R 4 8 2 0
  • 7. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Peradangan pada canalis akustikus eksterna dan atau daun telinga yang disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Etiologi: • perubahan pH liang telinga • udara hangat dan lembab • trauma ringan saat mengorek telinga • Imunokompromis • Higenitas Klasifikasi: Otitis Eksterna 4A Otitis eksterna Waktu Akut OE Sirkumkripta OE Difiusa Kronis OE maligna OE kronis Penyebab Bakteri Jamur (Otomikosis) Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 8. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Manifestasi klinis: • Nyeri telinga (otalgia) terutama saat mengunyah dan membuka mulut • Gatal • telinga merasa penuh • nyeri tekan tragus • Otorea Otitis Eksterna 4A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 9. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Otitis Eksterna 4A SIRKUMKRIPTA (FURUNCLE) DIFUSA MALIGNA KRONIS Lokasi 1/3 lateral 2/3 media Difusa Sepanjang CAE Etiologi Flora normal Bakteri gram negatif Pseudomonas aureginos Infeksi tak tertangani Klinis terdapat furunkel di 1/3 luar CAE edema luas dengan batas kabur, pembesaran KGB paresis nervus VII, granulasi. Faktor resiko: penderita DM, imunokompremais edema CAE, Stenosis atau penyempitan CAE karena jaringan parut atau, sikatriks Terapi - Ear toilet - antibiotik, antiseptik - Insisi drainase - aspirasi pus bila terbentuk abses - simtomatik (analgetik) - Ear toilet - Tampon antibiotik - Debridement - antibiotik, antiseptik - simtomatik (analgetik) - Ear toilet - debridement, - antibiotik oral/ parenteral, - Simtomatik - Atasi penyebab (DM/ imunokompremais ) Operasi rekonstruksi CAE/ liang telinga Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 F E B R 4 8 2 0
  • 10. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI KIE: • Hindari pajanan air pada telinga • Hindari manipulasi pada liang telinga berupa pembersihan dengan cotton bud atau bahan lainnya • Pembersihan dan inspeksi rutin telinga oleh dokter 4A Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017 Otitis Eksterna F E B R 4 8 2 0
  • 11. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Suatu radang superfisial, subakut dan kronis pada CAE luar karena jamur Faktor predisposisi: • Infeksi jamur di tempat lain spserti vaginitis, canindiasis dll • Faktor lingkungan (iklim panas dan lembab) • Pasien dengan paska pembedahan operasi mastoid • Pasien dengan status immunokompromised (AIDS, DM dll) • Penggunaan antibiotika topikal dan steroid • Berenang • Trauma pada telinga • Pemakaian alat bantu dengar • Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh di telinga • Infeksi bakteri Etiologi: Aspergillus dan Candida. Otomikosis 4A Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017 F E B R 4 8 2 0
  • 12. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Manifestasi klinis: • Gatal pada telinga • Telinga terasa sakit • Sekret pada telinga • Pendengaran yang berkurang • Tinnitus Pemeriksaan fisik: • Aspergillus: Jamur yang terlihat dengan hifa halus dan spora biasanya terlihat. Aspergillus niger kelihatan seperti pertumbuhan kepala hitam berfilamen • Aspergillus fumigates tampak berwarna biru pucat atau hijau • Candidiasis tampak seperti gumpalan keju dengan debris yang menutupi kanal. CAE tampak oedema dan memerah. 4A Otomikosis Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 13. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Pemeriksaan penunjang: • KOH 10% • Pewarnaan PAS • Sabouraud’s Dextrose Terapi: • Tipe non spesifik - solusio pengasaman dan pengeringan seperti asam borie, aluminium sulfat, calcium asetat, gentian violet 2%, • Tipe spesifik Pada umumnya ada 4 klasifikasi obat anti jamur yakni: • Golongan polyenes: Terdiri atas ampoterisin B, dan nystatin • Golongan triazole: Terdiri dari fluconazole, clotrimazole, dan miconazole • Analog nukleosid: Terdiri dari flucytosin • Analog echinocandins 4A Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017 Otomikosis F E B R 4 8 2 0
  • 14. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Otitis Media Non- supurasi Barotrauma Otitis media efusi Supurasi Otitis media akut OMA oklusi OMA hiperemis OMA supuratif OMA perforasi OMA resolusi Otitis media supuratif kronis OMSK benigna OMSK maligna Otitis Media 4A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 15. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Peradangan di telinga tengah dengan pengumpulan cairan serosa atau mukoid di rongga telinga tengah. Tidak terdapat tanda infeksi akut dan tidak ada perforasi MT Etiologi: Gangguan fungsi tuba (biasa terjadi pada anak dengan alergi berulang) Manifestasi klinis: Rasa penuh di telinga dan kurang pendengaran, terdengar suara saat menguap Pemeriksaan fisik: • MT suram, keabuan atau kemerahan • Gelembung udara atau cairan di kavum timpani (air fluids level/air bubbles), • MT retraksi atau terdorong ke luar atau pada posisi normal • MT menipis/menebal, vaskularisasi bertambah. 3A Otitis Media Efusi Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 16. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Otitis Media Efusi 3A Terapi: - Manuver valsava - Dekongestan oral/topikal - Antibiotik untuk mencegah OMA - Miringotomi bila perlu ventilating tube (gormet) Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 17. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Otitis Media Akut 4A Gangguan tuba Etiologi: Perubahan tekanan udara tiba-tiba Alergi Infeksi Sumbatan: sekret,tampon, tumor Tekanan negatif telinga tengah Efusi OMA OME Gangguan tuba menetap dengan infeksi Gangguan tuba menetap tanpa infeksi Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 18. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Perbedaan tuba eustachius Anak Dewasa Panjang Lebih pendek Lebih panjang Lumen Lebih sempit Lebih lebar Sudut tuba 10 derajat 45 derajat Mucosal folds Lebih banyak Lebih sedikit F E B R 4 8 2 0
  • 19. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Stadium Oklusi Stadium Hiperemis/Pre supurasi Stadium Supuratif/bomba ns Stadium Perforasi Stadium Resolusi Patofisi ologi Fungsi tuba terganggu, terbentuk tekanan negatif ditelinga tengah, memicu terjadinya efusi dan retraksi membran timpani Patogen masuk ke telinga tengah, terjadi respon inflamasi di telinga tengah Pus yang terbentuk di telinga tengah semakin banyak sehingga tekanan di telinga tengah meningkat Tekanan semakin meningkat dan menyebabkan rupturnya membran timpani Fase penyembuha n. Penutupan kembali MT Gejala - Penurunan pendengaran - Sensasi penuh ditelinga - Otalgia ringan - Otalgia memberat - Penurunan pendengar an - Demam tinggi - Otalgia semakin memberat - Pada anak tampak semakin rewel - Demam - Otalgia berkurang - Pada anak tampak lebih tenang - Demam berkurang - Keluar cairan - Cairan dari telinga berkurang - Penurunan pendengar an Otitis Media Akut F E B R 4 8 2 0
  • 20. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Stadium Oklusi Stadium Hiperemis/Pre supurasi Stadium Supuratif/bomb ans Stadium Perforasi Stadium Resolusi Tanda - MT retraksi, tampak suram - Refleks cahaya hilang - Tuli konduktif MT tampak hiperemis dan kongesti MT tampak bulging/bomban s/menonjol dan hiperemis Perforasi MT, tampak discharge dari telinga tengah Edem mukosa berkurang, discharge berkurang 4A F E B R 4 8 2 0
  • 21. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Stadium Oklusi Stadium Hiperemis/Presupur asi Stadium Supuratif/bomb ans Stadium Perforasi Stadium Resolusi Terapi - Tetes hidung HCL efedrin 0,5-1% - oksimethazol in 0,025- 0,05% - antibiotika sesuai etiologi - Ampisilin (dewasa 4x500 mg/hari, anak 4x25mg/kgBB) - amoxcicillin (dewasa 3x500mg/hari, anak 3x10mg/kgBB) - eritromisin (dewasa 4x500mg/hari, anak 4x10mg/kgBB - Miringotomi (kasus rujukan) - analgesik - antibiotik - Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari - Antibiotik adekuat yang tidak ototoksik seperti ofloxacin tetes telinga sampai 3 minggu - Sekret tenang → observasi - Bila menetap lanjutkan antibiotik - Pertimbangk an ke arah OMSK bila menetap hingga 2 bulan Otitis Media Akut Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 22. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Komplikasi: 1. Komplikasi intra-temporal: Labirinitis, Paresis nervus fasialis, Petrositis, Hidrosefalus otik 2. Komplikasi ekstra-temporal/intrakranial: Abses subperiosteal, Abses epidura, Abses perisinus, Abses subdura, Abses otak, Meningitis, Trombosis sinus lateral KIE: 1. Untuk bayi/anak, orang tua dianjurkan untuk memberikan ASI minimal 6 bulan sampai 2 tahun. 2. Menghindarkan bayi/anak dari paparan asap rokok 3. Imunisasi Hib dan PCV perlu dilengkapi, sesuai panduan IDAI Otitis Media Akut 4A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 23. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Peradangan pada mukosa telinga tengah dan ruang mastoid yang berlangsung lebih dari 2 bulan ditandai dengan adanya perforasi pada membran timpani dan keluarnya cairan secara terus menerus atau hilang timbul dari liang telinga. Etiologi: - Higenitas kurang - Otitis media sebelumnya - Infeksi saluran nafas yang tidak diobati - Infeksi saluran tengah dan mastoid (Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella, Staphylococcus aureus, Proteus mirabilis.) Klasifikasi: OMSK dibagi menurut ada atau tidaknya kolestatoma (kista epithelial berisi deskuamasi epitel). - Tipe benigna: tubotimpani - Tipe maligna: antikoantral Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) 3A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 24. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) 3A OMSK Benigna OMSK maligna Sekret Mukoid, tidak berbau Purulent, berbau busuk Perforasi Sentral Atik atau marginal Granulasi Jarang Biasa terjadi Polip Berwarna pucat Berwarna kemerahan Kolesteato ma Tidak ada Ada Komplikasi Jarang terjadi Sering terjadi Audiogram Tuli konduktif ringan hingga sedang Tuli konduktif atau campuran Manifestasi Klinis: - Chronically draining ear (> 2 minggu) dengan riwayat OMSA yang berulang - Keluarnya otorhea tanpaotalgia atau demam - Penurunan pendengaran Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 25. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 3A Perforasi total dengan kolestetaoma Terlihat tuba eustachius Tulang pendengaran terlihat pada perforasi total F E B R 4 8 2 0
  • 26. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Pemeriksaan penunjang: • Pemeriksaan audiologi: menilai jenis tuli, bila ada tuli campuran menandakan perburukan • Pemeriksaan vestibular: dilakukan bila ada keluhan vertigo • Pemeriksaan radiologi: stenver’s view, schuller view, CT scan Terapi: • Obat cuci telinga dapat berupa NaCl 0,9%, Asam Asetat 2%, atau Hidrogen Peroksida 3% • Antibiotik topikal golongan ofloxacin 2x 4 tetes per hari di telinga yang sakit • Antibiotik oral: Dewasa lini pertama : • Amoxicillin 3 x 500 mg per hari selama 7 hari • Amoxicillin Asam clavulanat 3 x 500 mg per hari selama 7 hari • Ciprofloxacin 2x500 mg selama 7 hari. 3A Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) F E B R 4 8 2 0
  • 27. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Dewasa lini kedua : • Levofloxacin 1x 500mg per hari selama 7 hari • Cefadroxil 2 x 500-100 mg per hari selama 7 hari. Anak: • Amoxicillin – Asam clavulanat 25-50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis per hari • Cefadroxil 25-50 mg/ kgBB/hari, dibagi menjadi 2 dosis per hari. F E B R 4 8 2 0
  • 28. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Operatif: • Mastoidektomi sederhana. • Mastoidektomi radikal. • Mastoidektomi radikal dengan modifikasi. • Miringoplasti. • Timpanoplasti. • Pendekatan ganda timpanoplasti. KIE: • Jangan mengorek telinga • Saat mandi air jangan masuk ke telinga • Dilarang berenang • Saat memiliki gejala ISPA harus berobat Komplikasi: Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) 3A Ekstrakranial Intrakranial Mastoiditis akut Meningitis Parese nervus fasialis Abses intrakranial (exradural abses, subdural abses, abses otak) Labirinitis Lateral sinus tromboflebitis Petrositis Otitic hydrocephalus Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 30. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Perdarahan dari hidung karena pecahnya pembuluh darah anterior dan perdarahan posterior, berdasarkan letak di mana perdarahan berasal. Klasifikasi: • Epistaksis anterior: Lebih dari 90% dari pendarahan terjadi anterior dan timbul dari daerah Little, dimana pleksus kiesselbach bentuk pada septum • Epistaksis posterior: Berdarah posterior muncul jauh ke belakang rongga hidung, biasanya lebih banyak (misalnya, dari cabang-cabang dari arteri sphenopalatina, etmoidalis post di rongga hidung posterior atau nasofaring), dan arteri etmoidalis posterior Epistaksis 4A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 31. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Etiologi: Manifestasi klinis: Keluar darah dari hidung atau riwayat keluar darah dari hidung (harus ditanyakan secara spesifik mengenai lokasi keluarnya darah (depan rongga hidung atau ke tenggorok), banyaknya perdarahan, frekuensi, lamanya perdarahan) Epistaksis 4A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 Lokal Sistemik Idiopatik (85% kasus pada anak dan remaja) Kardiovaskular (HT atau kelainan pembuluh darah) Trauma Infeksi (DB, Morbili) Iritasi Kelainan endokrin Pengaruh lingkungan Kelainan kongenital Benda asing Infeksi Tumor Iatrogenik F E B R 4 8 2 0
  • 32. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Tata laksana: 1. Duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan ke arah septum selama 3-5 menit (metode Trotter) 2. Suction bila ada clotting 3. Jila perdarahan tidak berhenti, masukkan kapas yang dibasahi ke dalam hidung dengan larutan anestesi lokal yaitu 2 cc larutan Lidokain 2% yang ditetesi 0,2 cc larutan Adrenalin 1/1000. Sesudah 10 sampai 15 menit kapas dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi. 4. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas, dilakukan kaustik dengan lidi kapas yang dibasahi larutan Nitras Argenti 15 – 25% atau asam Trikloroasetat 10%. Sesudahnya area tersebut diberi salep antibiotik 5. Tampon anterior dengan kapas atau kain kasa yang diberi Vaselin yang dicampur betadin atau zat antibiotika. Tampon yang dipasang harus menekan tempat asal perdarahan dan dapat dipertahankan selama 2 x 24 jam. Epistaksis 4A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 33. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Tata laksana: 1. Untuk perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon posterior, yang disebut tampon Bellocq. Tampon ini terbuat dari kasa padat berbentuk bulat atau kubus berdiameter kira-kira 3 cm. 2. Pada tampon ini terdapat 3 buah benang, yaitu 2 buah pada satu sisi dan sebuah pada sisi lainnya. Tampon harus dapat menutupi koana (nares posterior). a. Lekatkan benang yang terdapat di rongga mulut dan terikat pada sisi lain dari tampon Bellocq pada pipi pasien. Gunanya adalah untuk menarik tampon keluar melalui mulut setelah 2-3 hari. b. Berikan juga obat hemostatik selain dari tindakan penghentian perdarahan itu. Epistaksis 4A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 35. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Komplikasi: • Akibat pemasangan tampon anterior dapat timbul sinusitis (karena ostium sinus tersumbat) dan sumbatan duktus lakrimal. • Akibat pemasangan tampon posterior dapat timbul otitis media, haemotympanum, serta laserasi palatum mole dan sudut bibir bila benang yang dikeluarkan melalui mulut terlalu kencang ditarik. • Akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok dan anemia. KIE: 1. Mengidentifikasi penyebab epistaksis, karena hal ini merupakan gejala suatu penyakit, sehingga dapat mencegah timbulnya kembali epistaksis. 2. Mengontrol tekanan darah pada penderita dengan hipertensi. 3. Menghindari membuang lendir melalui hidung terlalu keras. 4. Menghindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari sehingga dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat pada pasien anak. 5. Membatasi penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan perdarahan seperti aspirin atau ibuprofen. Epistaksis 4A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 37. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Rhinitis adalah gangguan yang sangat umum yang disebabkan oleh peradangan atau iritasi pada mukosa hidung. Klasifikasi: • Berdasarkan onset: akut dan kronis • Berdasarkan etiologi: alergi dan non-alergi Manifestasi Klinis: • Keluar sekret dari hidung (rinorea) • Hidung tersumbat • Dapat disertai rasa panas atau gatal pada hidung • Bersin-bersin (Menonjol pada rhinitis alergi) • Dapat disertai batuk Rhinitis 3A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 38. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Rhinitis 3A Rhinitis akut (kurang dari 2 minggu) Rhinitis kronis (lebih dari 2 minggu) Rhinitis simpleks (pilek, salesma, common cold, coryza) Rhinitis hipertrofi Rhinitis Sicca Rhinitis spesifik : - Rhinitis Difteri - Rhinitis Atrofi - Rinitis Sifilis - Rhinitis Tuberkulosa - Rhinitis akibat Jamur Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 39. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Rhinitis Alergi Rhinitis Non-alergi Rhinitis alergi a. Idiopathic rhinitis (Rhinitis vasomotor) b. Nonallergic rhinitis with eosinophilia syndrome (NARES) c. Estrogen-induced rhinitis (pregnancy, menstrual cycle related, contraceptives) d. Drug-induced rhinitis (topical α-adrenergic agonists, vasodilators) e. Atrophic rhinitis (one form, ozena, is probably bacterial in origin) f. Gustatory rhinitis (induced by spicy food) g. Cold air–induced rhinitis (skier's nose) h. Rhinitis due to anatomical abnormalities i. Rhinitis associated with systemic conditions (vasculitis, granulomatous diseases) Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 40. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI2020 Common cold Influenza Rinitis eksantematous Etiologi Rhinovirus Virus influenza A, B atau C berperan dalam penyakit ini. Morbili, varisela, variola, dan pertusis, sering berhubungan dengan rinitis, Gejala klinis Lebih ringan Lebih berat, demam lebih dari 39 derajat, nyeri seluruh badan, badan terasa lemah, nyeri tenggorokan dimana didahului dengan eksantema sekitar 2-3 hari. Infeksi sekunder dan komplikasi lebih sering dijumpai dan lebih berat. Tata laksana Simtomatis Simtomatis Simtomatis, sesuai etiologi F E B R 4 8 2 0
  • 41. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI2020 Rhinitis Bakteri Non-spesifik Spesifik Rinitis bakteri primer Rinitis bakteri sekunder Rhinitis Difteri Etiologi pneumococcus, streptococcus atau staphylococcus. akibat dari infeksi bakteri pada rinitis viral akut. Corynebacterium diphteriae Gejala Membran putih keabu- abuan yang lengket dapat terbentuk di rongga hidung, dan apabila diangkat dapat menyebabkan pendarahan / epistaksis. Ditemukan lesi di tempat lain F E B R 4 8 2 0
  • 42. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi oleh alergen yang sama serta dilepaskan suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik dengan diperantarai IgE. Etiologi: a. Adanya riwayat atopi. b. Lingkungan dengan kelembaban yang tinggi merupakan faktor risiko untuk untuk tumbuhnya jamur, sehingga dapat timbul gejala alergis. c. Terpaparnya debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu yang tinggi. Manifestasi klinis: • Rinorea • Bersin • Hidung tersumbat • Rasa gatal pada hidung (trias alergi). • mata gatal dan banyak air mata. 3A Rhinitis Alergi Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 43. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Pemeriksaan fisik: a. allergic salute: gerakan pasien menggosok hidung dengan tangannya karena gatal. b. Allergic shiners: dark circles di sekitar mata dan berhubungan dengan vasodilatasi atau obstruksi hidung. c. Nasal crease: lipatan horizontal (horizontal crease) yang melalui setengah bagian bawah hidung akibat kebiasaan menggosok hidung keatas dengan tangan. 3. Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid). c. dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral faring menebal. d. Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue). e. Pada kulit kemungkinan terdapat dermatitis atopi. Rhinitis Alergi Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 44. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Pada pemeriksaan rinoskopi: • Mukosa edema, basah, berwarna pucat atau kebiruan (livide), disertai adanya sekret encer, tipis dan banyak. Jika kental dan purulen biasanya berhubungan dengan sinusitis. • Pada rhinitis alergi kronis atau penyakit granulomatous, dapat terlihat adanya deviasi atau perforasi septum. • Ditemukan massa seperti polip dan tumor, atau dapat juga ditemukan pembesaran konka inferior yang dapat berupa edema atau hipertropik. Dengan dekongestan topikal, polip dan hipertrofi konka tidak akan menyusut, sedangkan edema konka akan menyusut. Rhinitis Alergi F E B R 4 8 2 0
  • 45. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Rhinitis alergi dibagi berdasarkan sifat berlangsungnya menjadi: a. Intermiten, yaitu bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu. b. Persisten, yaitu bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan/atau lebih dari 4 minggu. Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rhinitis alergi dibagi menjadi: a. Ringan, yaitu bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu. b. Sedang atau berat, yaitu bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 46. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Terapi: - Terapi topikal a. dekongestan hidung topikal melalui semprot hidung. Oxymetazolin atau xylometazolin, namun hanya bila hidung sangat tersumbat dan dipakai beberapa hari (< 2 minggu) untuk menghindari rhinitis medikamentosa. b. kortikosteroid topikal: beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, mometason furoat dan triamsinolon. c. Preparat antikolinergik topikal adalah ipratropium bromida yang bermanfaat untuk mengatasi rinorea karena aktivitas inhibisi reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor. - Terapi oral sistemik a. Antihistamin Anti histamin generasi 1: difenhidramin, klorfeniramin, siproheptadin. Anti histamin generasi 2: loratadin, cetirizine b. Preparat simpatomimetik golongan agonis alfa dapat dipakai sebagai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi antihistamin. Dekongestan oral: pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin. Rhinitis Alergi F E B R 4 8 2 0
  • 47. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Komplikasi: • Polip hidung • Sinusitis paranasal • Otitis media KIE: • Menghindari alergen spesifik • Pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani telah diketahui berkhasiat dalam menurunkan gejala alergis Rhinitis Alergi F E B R 4 8 2 0
  • 48. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis. Etiologi: - obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti ergotamin, chlorpromazin, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal. - faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang tinggi dan bau yang merangsang. - faktor endokrin, sepeti keadaan kehamilan, pubertas, pemakaian pil KB dan hipotiroidisme - faktor psikis, seperti stress, ansietas dan fatigue. Manifestasi klinis: • Rinore yang hebat dan bersifat mukus atau serous sering dijumpai. • Gejala hidung tersumbat sangat bervariasi yang dapat bergantian dari satu sisi ke sisi yang lain, terutama sewaktu perubahan posisi • post nasal drip • konka hipertrofi dan berwarna merah gelap atau merah tua ( karakteristik ), tetapi dapat juga dijumpai berwarna pucat. • Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Rhinitis Vasomotor F E B R 4 8 2 0
  • 49. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Terapi: 1. Menghindari penyebab / pencetus ( Avoidance therapy ) 2. Pengobatan konservatif ( Farmakoterapi ) : - Dekongestan atau obat simpatomimetik - Anti histamin - Kortikosteroid topikal - Anti kolinergik juga efektif pada pasien dengan rinore sebagai keluhan utamanya. Contoh : Ipratropium bromide ( nasal spray ) 3. Terapi operatif ( dilakukan bila pengobatan konservatif gagal ) - Kauterisasi konka yang hipertrofi dengan larutan AgNO3 25% atau triklorasetat pekat ( chemical cautery ) maupun secara elektrik ( electrical cautery ). - Diatermi submukosa konka inferior ( submucosal diathermy of the inferior turbinate ) - Bedah beku konka inferior ( cryosurgery ) - Reseksi konka parsial atau total (partial or total turbinate resection) - Turbinektomi dengan laser ( laser turbinectomy ) - Neurektomi n. vidianus ( vidian neurectomy ), yaitu dengan melakukan pemotongan pada n. vidianus, bila dengan cara diatas tidak memberikan hasil. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 50. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI • Komplikasi: 1. Sinusitis 2. Eritema pada hidung sebelah luar 3. Pembengkakan wajah • KIE: 1. Mengidentifikasi dan menghindari faktor pencetus, yaitu iritasi terhadap lingkungan non- spesifik. 2. Berhenti merokok. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 51. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI2020 Rhinitis alergi Rhinitis vasomotor Mulai serangan Belasan tahun, riwayat paparan alergen (+) Dekade 3 atau 4, riwayat paparan alergen (-) Etiologi Reaksi Ag-Ab terhadap rangsangan spesifik Reaksi neurovaskuler terhadap rangsangan mekanis atau kimia juga psikologis Gatal dan bersin menonjol Tidak menonjol Gatal di mata Sering di jumpai Jarang dijumpai Skin prick positif Negatif Sekret hidung Peningkatan eosinofil Eosinofil tidak meningkat Eosinofilia meningkat Normal IgE darah + - Neurektomi n.vidianus Tidak membantu membantu F E B R 4 8 2 0
  • 52. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Infeksi mukosa hidung karena udara yang kering Patofisologi: - defisiensi dan tidak aktifnya kelenjar seromukus - metaplasia epitel kolumnar bersilia menjadi epitel kuboid atau epitel skuamosa - terjadi defisiensi dari mucus blanket. - ulserasi yang berpenetrasi ke bagian anterior dari kartilago septum Etiologi: Lingkungan berdebu, panas, kering <kelembaban kurang dari 50%, anemia, alkohol, gizi buruk Manifestasi klinis: ➢ Mukosa kering dan agak keputih-putihan terutama bagian depan septum dan ujung depan konka inferior ➢ krusta sedikit atau tidak ada ➢ kadang-kadang disertai epistaksis Terapi: Obat cuci hidung Komplikasi: Perforasi septum, rhinitis ozaena Rhinitis Sicca F E B R 4 8 2 0
  • 53. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Etiologi: infeksi bakteri spesifik (Klebsila ozaena) defisiensi besi, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, penyakit kolagen. Faktor resiko: Wanita lebih sering terkena terutama usia dewasa muda. Banyak ditemukan pada masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah dan lingkungan sanitasi yang buruk. Gejala dan tanda: napas berbau, ingus kental kehijauan, krusta hijau, gangguan menghidu, sakit kepala dan hidung tersumbat. Pemeriksaan fisik: didapatkan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan media menjadi atrofi, ada sekret purulen dan krusta yang berwarna kehijauan. Pemeriksaan penunjang: histopatologi berasal dari biopsi konka media, pemeriksaan mikrobiologi dan uji resistensi kuman dan tomografi komputer sinus paranasal. Terapi: konservatif (antibiotik spektum luas, cuci hidung), operatif (penutupan rongga hidung atau penyempitan rongga hidung, BSEF) Rhinitis Atrofi F E B R 4 8 2 0
  • 54. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI2020 Rinitis Sika Atrofi Penyebab Lingkungan berdebu, panas, kering, anemia, alkohol, gizi buruk Klebsiella ozaena, def Fe, vitamin A, sinusitis kronis, kelainan hormon Gejala ➢ Mukosa kering dan agak keputih-putihan terutama bagian depan septum dan ujung depan konka inferior ➢ krusta sedikit atau tidak ada ➢ kadang-kadang disertai epistaksis ➢ Nafas berbau (yang mencium orang lain, pasien tidak) ➢ Hiposmia atau anosmia ➢ ingus kental hijau ➢ krusta hijau ➢ hidung tersumbat • Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 • Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. • Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 55. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Adalah kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor yang diakibatkan oleh pemakaian vasokonstriktor topikal (tetes hidung/semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan sehingga menyebabkan sumbatan hidung menetap. Etiologi: Penggunaan vasokontriktor topikal dalam waktu lama Gejala dan tanda: hidung tersumbat terus menerus dan berair Pemeriksaan fisik: tampak edem atau hipertrofi konka dengan sekret hidung berlebihan. Apabila diberi tampon adrenalin, edem konka tidak berkurang. Rhinitis Medikamentosa F E B R 4 8 2 0
  • 56. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Tatalaksana: • Hentikan pemakaian obat tetes hidung atau semprot vasokonstriktor hidung. • Untuk mengatasi sumbatan berulang dapat diberikan kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek. • Dekongestan oral • Apabila tidak ada perbaikan dalam 3 minggu, pasien dirujuk ke spesialis THT Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 57. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Inflamasi pada selaput mukosa hidung dan sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rhinosinusitis Etiologi:Berbagai macam rhinitis • Polip hidung • Kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks osti-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, Pada anak, hipertrofi adenoid • lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Rhinosinusitis 3A Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017 F E B R 4 8 2 0
  • 58. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Manifestasi klinis: • hidung tersumbat • nyeri atau rasa tekanan pada muka - Nyeri pada pipi, nyeri alih ke gigi dan telinga bisa terjadi pada : sinusitis maksila, - nyeri di ke dua bola mata :sinusitiss etmoid - nyeri di dahi atau seluruh kepala: sinusitiss frontal. • sekret purulent • post nasal drip • sakit kepala, hiposmia atau anosmia, halitosis. • Khusus untuk sinusitis dentogenik: a. Salah satu rongga hidung berbau busuk b. Dari hidung dapat keluar ingus kental atau tidak beringus c. Terdapat gigi di rahang atas yang berlubang / rusak Rhinosinusitis 3A Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017 F E B R 4 8 2 0
  • 59. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Tata laksana rhinosinusitis akut untuk faskes 1 F E B R 4 8 2 0
  • 63. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Masalah 4: Batuk, nyeri tenggorok, nyeri menelan F E B R 4 8 2 0
  • 64. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Faringitis merupakan peradangan dinding faring. Etiologi: • virus (40-60%), bakteri (5-40%) • Menurunnya daya tahan tubuh • Konsumsi makanan dapat mengiritasi • Gizi kurang • Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, makanan, refluks asam lambung,inhalasi uap yang merangsang mukosa faring • Paparan udara yang dingin Manifestasi klinis • Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan • Tenggorokan terasa kering dan gatal • Demam • Sekret dari hidung • Dapat disertai atau tanpa batuk • Nyeri kepala • Mual • Muntah • Rasa lemah pada seluruh tubuh • Nafsu makan berkurang Faringitis 4A Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017 F E B R 4 8 2 0
  • 65. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Pemeriksaan Penunjang: • Pemeriksaan darah lengkap. • Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram. • Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik swab mukosa faring dengan pewarnaan KOH Terapi: • Istirahat cukup • Minum air putih yang cukup • Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut • Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran. • Analgetik-antipiretik • Kortikosteroid: untuk menekan reaksi inflamasi sehingga mempercepat perbaikan klinis. Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/ kgBB/hari dibagi dalam 3 x/hari selama 3 KIE: • Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur. • Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok. • Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi tenggorok. • Selalu menjaga higiene mulut dan tangan Faringitis 4A F E B R 4 8 2 0
  • 66. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan jaringan limfoid yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/ Gerlach’s tonsil).Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai 10 tahun. Etiologi: • Faktor usia, terutama pada anak • Penurunan daya tahan tubuh • Rangsangan menahun (misalnya rokok, makanan tertentu) • Higiene rongga mulut yang kurang baik • Riwayat alergi Tonsilitis 4A F E B R 4 8 2 0
  • 68. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Hipertrofi tonsil Kissing tonsil Tonsilitis kronis, pilar anterior hiperemis, kripta melebar Infeksi GABHS, cherry red tongue Tonsilitis akut F E B R 4 8 2 0
  • 69. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 4A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 Rasio pembesaran tonsil: 1. T0: tonsil sudah diangkat. 2. T1: <25% volume tonsil / ¼ jarak pilar anterior uvula. 3. T2: 25-50% volume tonsil /¼ jarak pilar anterior-uvula sampai ½ jarak pilar anterior-uvula. 4. T3: 50-75% volume tonsil /½ jarak pilar anterior-uvula / sampai ¾ jarak pilar anterior-uvula. 5. T4: > 75% volume tonsil / batas medial tonsilmelewati ¾ jarak pilar F E B R 4 8 2 0
  • 70. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Indikasi absolut Indikasi relatif 1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran nafas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmonar 1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat 2. Abses peritonsil yag tidak mebaik dengan pengobatan medis dan drainase 2. Halitosis akibat tonsilitis kronis yang tidak membaik dengan terapi medis 3. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam 3. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptococcus yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik laktamase persisten 4. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi 4A Indikasi tonsilektomi: F E B R 4 8 2 0
  • 71. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Perdangan di daerah laring dan mukosa pita suara, merupakan kelanjutan dari rinofaringitis (common cold), dimana pada anak sering menyebabkan sumbatan jalan napas. Etiologi: • Ec Virus (Rhinovirus, Adenovirus,Influenza) • Ec Bakteri (S. pneumonia, S. pyogenes, S. aureus) Laringitis tuberculosis (4 stadium: infiltrasi, ulserasi, perikondritis, fibrotuberkulosis), Laringitis luetika • GERD Manifestasi klinis: • Suara serak atau hilang suara (afonia) • Sesak napas dan stridor • Nyeri tenggorok • Gejala common cold • Obstruksi jalan napas ec edema laring • Laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten Laringitis 4A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 72. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Laringitis 4A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 Pemeriksaan penunjang: • Apus tenggorok dan kultur • Rontgen soft tissue leher AP lateral: + steeple sign • Rontgen Toraks AP : lihat keterlibatan infeksi paru • Pemeriksaan lab darah lengkap Terapi: • Analgetik dan antipiretik • Antibiotik: bila terdapat peradangan paru atau disebabkan oleh GABHS • PPI, jika disebabkan oleh refluks laringofaringeal • Kortikosteroid • Laringitis tuberculosis: OAT • Laringitis luetika: Penisilin dosis tinggi F E B R 4 8 2 0
  • 73. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Difteri merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri basil gram positif Corynebacterium diphteriae. Etiologi: • Corynebacterium diphteriae: bakteri basil gram positif anaerob Manifestasi klinis: • Malaise • nyeri tenggorokan • Anoreksia • Demam Pemeriksaan fisik: • membran putih-kebiruan dan meluas dengan ukuran bervariasi. • Pseudomembran berwarna hijau-keabuan atau hitam jika telah terjadi perdarahan. Mukosa sekitar pseudomembran tampak eritema. Pseudomembran yang luas dapat berakibat obstruksi saluran napas. • edema di area submandibular dan leher bagian anterior sepanjang area limfadenopati, sehingga menunjukkan gambaran ”bullneck Difteri 3B Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 74. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Pemeriksaan Penunjang: • Kultur bakteri • pewarnaan gram • Bentuk : batang bergranula • Susunan : seperti huruf v,x,y. seperti karakter china • Pewarnaan : neisser Difteri 3B Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 75. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Difteri 3B Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 Terapi: • Serum Antitoksin Difteri (ADS) • Antibiotik Penisilin G prokain diberikan secara IM sekali sehari (300.000 Unit/hari untuk berat badan <10 kg dan 600.000 Unit/hari untuk berat badan >10 kg) selama 14 hari atau eritromisin oral atau injeksi (40 mg/kg/hari dosis terbagi setiap 6 jam PO atau IV, maksimum 2 gram/ hari) selama 14 hari. • penyakit berat, dapat diberikan prednison 1-1,5 mg/kg/hari selama 2 minggu untuk mencegah miokarditis F E B R 4 8 2 0
  • 76. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Komplikasi: • Miokarditis: Miokarditis dapat bermanifestasi sebagai irama jantung abnormal pada awal perjalanan penyakit atau beberapa minggu kemudian, dan dapat menyebabkan gagal jantung. • Neuritis: saraf motorik dan biasanya sembuh total. Paralisis palatum molle paling sering terjadi pada minggu ke3. Paralisis otot mata, tungkai, dan diafragma dapat terjadi setelah minggu ke-5. • Pneumonia sekunder dan gagal napas dapat terjadi akibat paralisis diafragma. • otitis media • insufisiensi pernapasan akibat obstruksi, khususnya pada bayi. Difteri 3B Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 78. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada telinga. Etiologi: • Faktor kesengajaan: pada anak-anak • Faktor kecerobohan: sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan alat alat pembersih telinga tertinggal • faktor kebetulan: masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk. Manifestasi Klinis: • Penurunan pendengaran • Sekret purulen -> bila ada infeksi sekunder • Tinnitus • Nyeri di telinga Corpal Telinga 3A Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017 F E B R 4 8 2 0
  • 79. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Tata laksana: Corpal Telinga 3A Benda asing baru Benda asing reaktif Benda asing serangga Berikan anestesi lokal Hindari pemberian cairan Berikan anetesi lokal/minyak ± 10 menit agar serangga mati, setelah itu ekstraksi dengan forceps aligator/irigasi sesuai suhu tubuh Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 80. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Komplikasi: • Ruptur membran timpani • Perdarahan CAE • Otitis eksterna • Tuli konduktif KIE: • Orang tua disarankan untuk menjaga lingkungan anak dari benda- benda yang berpotensi dimasukkan ke telinga atau hidung. 3A Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017 Corpal Telinga F E B R 4 8 2 0
  • 81. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Adanya benda yang seharusnya tidak ada di hidung. Terdapat dua jenis benda asing, yaitu benda hidup (organik) dan benda mati (anorganik). Etiologi: • Umur: biasanya anak ≤ 5 tahun • Adanya kegagalan mekanisme proteksi yang normal • Keadaan tidur, kesadaran menurun, alkoholisme, epilepsi • Adanya masalah kejiwaan, emosi, dan gangguan psikiatrik Manifestasi klinis: • Hidung tersumbat yang tiba-tiba, umumnya unilateral • terdapat hiposmia atau anosmia • setelah 2 – 3 hari keluar sekret mukoid / mukopurulen dan berbau di satu sisi hidung, • bila benda asing organik, terasa ada yang bergerak-gerak di dalam rongga hidung. • Khusus untuk lintah, sumbatan pada hidung semakin memberat setiap hari • adanya laporan dari pasien atau orang tua mengenai adanya benda yang masuk atau dimasukkan ke rongga hidung. Corpal Nasi 4A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 82. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Tata laksana: a. Tindakan ekstraksi benda asing secara manual dengan menggunakan pengait tumpul atau hook b. Untuk lintah, sebelum ekstraksi, teteskan air tembakau ke dalam rongga hidung dan biarkan 5 menit hingga lintah terlebih dahulu terlepas dari mukosa hidung. c. Jika corpal baterai jangan di beri cairan • Medikamentosa a. Pemberian antibiotik per oral selama 5 hari bila telah terjadi infeksi sekunder Corpal Nasi 4A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 83. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Komplikasi: • Obstruksi jalan napas akut: bila masuk ke saluran napas yang lebih distal (laring, trakea). • destruksi mukosa dan kartilago hidung: benda asing organik berupa larva / ulat / lintah, • perforasi septum: Benda asing baterai cepat merusak mukosa sehingga dapat masuk ke dalam septum atau konka inferior dalam beberapa jam • Meningitis: (miasis hidung), dapat terjadi invasi ke intrakranium dan, walaupun jarang, dapat menyebabkan yang fatal. KIE: • Pada orang tua, dapat lebih berhatihati dalam meletakkan benda-benda yang mudah atau sering dimasukkan ke dalam rongga hidung. • Pada anak, dapat diingatkan untuk menghindari memasukkan bendabenda ke dalam hidung. • Pada pekerja yang sering terpapar larva atau benda-benda organik lain, dapat menggunakan masker saat bekerja. 4A Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017. Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 Corpal Nasi F E B R 4 8 2 0
  • 84. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Definisi: Benda asing di dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada yang ada di saluran nafas. Klasifikasi: • Benda asing eksogen: kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang), dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur barus (naftalen), gigi palsu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. • Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan. Corpal Saluran Nafas - Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0
  • 85. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Corpal Saluran Nafas - Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 Benda asing di orofaring dan hipofaring Benda asing di laring Benda asing di trakea Benda asing di bronkus rasa nyeri pada waktu menelan (odinofagia) Total: disfonia sampai afonia, apneu dan sianosis Subtotal: suara parau, disfonia sampai afonia, batuk yang disertai sesak, odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa subyektif dari benda asing dan dispneu dengan derajat bervariasi. batuk dengan tiba-tiba yang berulang-ulang dengan rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, terdapat gejala patognomonik yaitu audible slap, palpatory thud dan asthmatoid wheeze. lebih banyak masuk ke dalam bronkus kanan, karena bronkus kanan hampir merupakan garis lurus dengan trakea, sedangkan bronkus kiri membuat sudut dengan trakea. Gejala asimtomatis F E B R 4 8 2 0
  • 86. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Corpal Saluran Nafas - Benda asing di saluran napas dilihat menggunakan foto thorax AP dan lateral Gambar 1. pasien dewasa, Gambar 2. pasien anak Gambar 3. Bronkoskopi pasien dengan corpus alienum saluran napas F E B R 4 8 2 0
  • 87. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI Pemeriksaan penunjang: • Foto thoraks postero anterior (PA) dan lateral untuk mengetahui lokasi serta ukuran benda asing. Foto thorak yang diambil dalam waktu 24 jam pertama setelah aspirasi benda asing radiolusen biasanya menunjukkan gambaran normal. • CT scan Tata laksana: • Benda asing di laring: pada sumbatan total dapat dilakukan heeimlich maneuver atau back blow bila subtotoal dilakukan dengan laringoskopi • Benda asing di orofaring: ekstraksi dengan pinset corpal • Benda asing di trakea: bronkoskopi • Benda asing di bronkus: bronkoskopi Komplikasi: • Infeksi/abses • Laserasi saat proses ekstraksi benda asing Corpal Saluran Nafas - Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012 Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009 F E B R 4 8 2 0