THT.pdf3. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
PEMERIKSAAN TELINGA
• Pemeriksaan Otoskopi: melihat gambaran membrane timpani
• Inspeksi telinga :untuk melihat kelainan pada telinga luar,meliputi :
1. Kulit daun telinga : Normal/abnormal
2. Muara/lubang telinga : Ada atau tidak
3. Keberadaan telinga :
- Terbentuk/ tidak terbentuk
- Besarnya : kecil/ sedang/ besar atau normal/ abnormal.
- Adakah kelainan seperti hematoma pada daun telinga (cauliflower ear).
4. Liang telinga :
- Mengenal pars ossea, isthmus dan pars cartilaginea dari liang telinga
- Adakah tanda-tanda radang
- Apakah keluar cairan/tidak - Adakah kelainan di belakang/depan telinga
F
E
B
R
4
8
2
0
4. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
PEMERIKSAAN HIDUNG
• Pemeriksaan Rhinoskopi
• Lakukan inspeksi, mulai dari :
- Cuping hidung (vestibulum nasi)
- Bangunan di rongga hidung
- Meatus nasi inferior : normal/tidak
- Konka inferior : normal/tidak
- Meatus nasi medius : normal/tidak
- Konka medius : normal/tidak
- Keadaan septa nasi : normal/tidak, adakah deviasi septum
- Keadaan rongga hidung : normal/ tidak; sempit/ lebar; ada pertumbuhan abnormal: polip, tumor; ada benda
asing/ tidak : berbau/ tidak
- Adakah discharge dalam rongga hidung, bila ada bagaimana deskripsi discharge (banyak/ sedikit, jernih,
mucous, purulen, warna discharge, apakah berbau)
F
E
B
R
4
8
2
0
5. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
PEMERIKSAAN TENGGOROK
• PEMERIKSAAN BIBIR DAN RONGGA MULUT
Apakah ada kelainan di bibir dan rongga mulut :
• Bibir pecah-pecah
• Ulkus di bibir
• Drolling (ngiler)
• Tumor
• Sukar membuka mulut (trismus)
• PEMERIKSAAN TONSIL
• Besar tonsil
• Permukaan
• Besar tonsil kanan-kiri sama/ tidak,
• Disertai pembesaran kelenjar leher/ tidak.
• PEMERIKSAAN LIDAH
• Ada gangguan perasa/tidak.
• Ada kelainan-kelainan pada lidah : Paresis/ paralisis lidah mengakibatkan deviasi ke salah satu sisi, Atrofi papila lidah,
Abnormalitas warna mukosa lidah, Adanya ulcerasi, Tumor (berapa ukuran tumor, permukaan tumor licin atau berbenjol-benjol
kasar; kenyal padat atau keras, rapuh/ mudah berdarah)
• Pemeriksaan otot hipoglosus
• PEMERIKSAAN LEHER
• Inspeksi leher : simetris/ asimetris; tortikolis; tumor; limfadenopati
• Palpasi leher : - Ada tumor atau limfadenopati : single/ multiple, ukuran, konsistensi (lunak,kistik, padat, keras), permukaan (licin,
berbenjol-benjol); fiksasi (mudah digerakkan/ tidak); nyeri tekan; tanda radang; sakit pada saat digerakkan/ tidak. - Tiroid :
membesar/ tidak; bila ada pembesaran tiroid, apakah single/ multiple, berapa ukurannya, konsistensi (lunak, kistik, padat, keras),
permukaan (licin, berbenjol-benjol); fiksasi (mudah digerakkan/ tidak); nyeri tekan; tanda radang; sakit pada saat digerakkan/
tidak.disertai pembesaran limfonodi/ tidak; ikut bergerak pada saat menelan/tidak; disertai suara serak/tidak, adanya tanda
gangguan hormon tiroid (hipertiroid/ hipotiroid).
F
E
B
R
4
8
2
0
7. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Peradangan pada canalis akustikus eksterna
dan atau daun telinga yang disebabkan infeksi
bakteri, jamur, dan virus.
Etiologi:
• perubahan pH liang telinga
• udara hangat dan lembab
• trauma ringan saat mengorek telinga
• Imunokompromis
• Higenitas
Klasifikasi:
Otitis Eksterna 4A
Otitis
eksterna
Waktu
Akut
OE
Sirkumkripta
OE Difiusa
Kronis
OE maligna
OE kronis
Penyebab
Bakteri
Jamur
(Otomikosis)
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
8. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Manifestasi klinis:
• Nyeri telinga (otalgia) terutama saat
mengunyah dan membuka mulut
• Gatal
• telinga merasa penuh
• nyeri tekan tragus
• Otorea
Otitis Eksterna 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
9. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Otitis Eksterna 4A
SIRKUMKRIPTA
(FURUNCLE)
DIFUSA MALIGNA KRONIS
Lokasi 1/3 lateral 2/3 media Difusa Sepanjang CAE
Etiologi Flora normal Bakteri gram
negatif
Pseudomonas
aureginos
Infeksi tak tertangani
Klinis terdapat furunkel di
1/3 luar
CAE edema luas
dengan batas
kabur, pembesaran
KGB
paresis nervus VII,
granulasi. Faktor
resiko: penderita DM,
imunokompremais
edema CAE, Stenosis
atau penyempitan
CAE karena jaringan
parut atau, sikatriks
Terapi - Ear toilet
- antibiotik,
antiseptik
- Insisi drainase
- aspirasi pus bila
terbentuk abses
- simtomatik
(analgetik)
- Ear toilet
- Tampon
antibiotik
- Debridement
- antibiotik,
antiseptik
- simtomatik
(analgetik)
- Ear toilet
- debridement,
- antibiotik oral/
parenteral,
- Simtomatik
- Atasi penyebab
(DM/
imunokompremais
)
Operasi rekonstruksi
CAE/ liang telinga
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
F
E
B
R
4
8
2
0
10. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
KIE:
• Hindari pajanan air pada telinga
• Hindari manipulasi pada liang telinga
berupa pembersihan dengan cotton bud
atau bahan lainnya
• Pembersihan dan inspeksi rutin telinga oleh
dokter
4A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
Otitis Eksterna
F
E
B
R
4
8
2
0
11. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Suatu radang superfisial, subakut dan kronis
pada CAE luar karena jamur
Faktor predisposisi:
• Infeksi jamur di tempat lain spserti vaginitis,
canindiasis dll
• Faktor lingkungan (iklim panas dan lembab)
• Pasien dengan paska pembedahan operasi
mastoid
• Pasien dengan status immunokompromised
(AIDS, DM dll)
• Penggunaan antibiotika topikal dan steroid
• Berenang
• Trauma pada telinga
• Pemakaian alat bantu dengar
• Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh di
telinga
• Infeksi bakteri
Etiologi:
Aspergillus dan Candida.
Otomikosis 4A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
F
E
B
R
4
8
2
0
12. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Manifestasi klinis:
• Gatal pada telinga
• Telinga terasa sakit
• Sekret pada telinga
• Pendengaran yang berkurang
• Tinnitus
Pemeriksaan fisik:
• Aspergillus: Jamur yang terlihat dengan hifa
halus dan spora biasanya terlihat.
Aspergillus niger kelihatan seperti
pertumbuhan kepala hitam berfilamen
• Aspergillus fumigates tampak berwarna biru
pucat atau hijau
• Candidiasis tampak seperti gumpalan keju
dengan debris yang menutupi kanal. CAE
tampak oedema dan memerah.
4A
Otomikosis
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
13. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Pemeriksaan penunjang:
• KOH 10%
• Pewarnaan PAS
• Sabouraud’s Dextrose
Terapi:
• Tipe non spesifik
- solusio pengasaman dan pengeringan
seperti asam borie, aluminium sulfat,
calcium asetat, gentian violet 2%,
• Tipe spesifik
Pada umumnya ada 4 klasifikasi obat anti
jamur yakni:
• Golongan polyenes: Terdiri atas ampoterisin
B, dan nystatin
• Golongan triazole: Terdiri dari fluconazole,
clotrimazole, dan miconazole
• Analog nukleosid: Terdiri dari flucytosin
• Analog echinocandins
4A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
Otomikosis
F
E
B
R
4
8
2
0
14. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Otitis Media
Non-
supurasi
Barotrauma
Otitis media
efusi
Supurasi
Otitis media
akut
OMA oklusi
OMA
hiperemis
OMA
supuratif
OMA
perforasi
OMA
resolusi
Otitis media
supuratif
kronis
OMSK
benigna
OMSK
maligna
Otitis Media 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
15. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Peradangan di telinga tengah dengan
pengumpulan cairan serosa atau mukoid di
rongga telinga tengah. Tidak terdapat tanda
infeksi akut dan tidak ada perforasi MT
Etiologi:
Gangguan fungsi tuba (biasa terjadi pada
anak dengan alergi berulang)
Manifestasi klinis:
Rasa penuh di telinga dan kurang
pendengaran, terdengar suara saat menguap
Pemeriksaan fisik:
• MT suram, keabuan atau kemerahan
• Gelembung udara atau cairan di kavum
timpani (air fluids level/air bubbles),
• MT retraksi atau terdorong ke luar atau pada
posisi normal
• MT menipis/menebal, vaskularisasi
bertambah.
3A
Otitis Media Efusi
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
16. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Otitis Media Efusi 3A
Terapi:
- Manuver valsava
- Dekongestan oral/topikal
- Antibiotik untuk mencegah OMA
- Miringotomi bila perlu ventilating tube (gormet)
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
17. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Otitis Media Akut 4A
Gangguan tuba
Etiologi:
Perubahan tekanan
udara tiba-tiba
Alergi
Infeksi
Sumbatan:
sekret,tampon, tumor
Tekanan negatif
telinga tengah
Efusi
OMA
OME
Gangguan tuba
menetap dengan
infeksi
Gangguan tuba
menetap tanpa
infeksi
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
19. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Stadium Oklusi Stadium
Hiperemis/Pre
supurasi
Stadium
Supuratif/bomba
ns
Stadium Perforasi Stadium
Resolusi
Patofisi
ologi
Fungsi tuba
terganggu,
terbentuk tekanan
negatif ditelinga
tengah, memicu
terjadinya efusi dan
retraksi membran
timpani
Patogen
masuk ke
telinga
tengah, terjadi
respon
inflamasi di
telinga tengah
Pus yang
terbentuk di
telinga tengah
semakin banyak
sehingga
tekanan di
telinga tengah
meningkat
Tekanan semakin
meningkat dan
menyebabkan
rupturnya
membran timpani
Fase
penyembuha
n. Penutupan
kembali MT
Gejala - Penurunan
pendengaran
- Sensasi penuh
ditelinga
- Otalgia ringan
- Otalgia
memberat
- Penurunan
pendengar
an
- Demam
tinggi
- Otalgia
semakin
memberat
- Pada anak
tampak
semakin
rewel
- Demam
- Otalgia
berkurang
- Pada anak
tampak lebih
tenang
- Demam
berkurang
- Keluar cairan
- Cairan dari
telinga
berkurang
- Penurunan
pendengar
an
Otitis Media Akut
F
E
B
R
4
8
2
0
20. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Stadium Oklusi Stadium
Hiperemis/Pre
supurasi
Stadium
Supuratif/bomb
ans
Stadium
Perforasi
Stadium
Resolusi
Tanda - MT retraksi, tampak
suram
- Refleks cahaya
hilang
- Tuli konduktif
MT tampak
hiperemis dan
kongesti
MT tampak
bulging/bomban
s/menonjol dan
hiperemis
Perforasi MT,
tampak discharge
dari telinga
tengah
Edem mukosa
berkurang,
discharge
berkurang
4A
F
E
B
R
4
8
2
0
21. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Stadium Oklusi Stadium
Hiperemis/Presupur
asi
Stadium
Supuratif/bomb
ans
Stadium Perforasi Stadium
Resolusi
Terapi - Tetes hidung
HCL efedrin
0,5-1%
- oksimethazol
in 0,025-
0,05%
- antibiotika
sesuai
etiologi
- Ampisilin
(dewasa 4x500
mg/hari, anak
4x25mg/kgBB)
- amoxcicillin
(dewasa
3x500mg/hari,
anak
3x10mg/kgBB)
- eritromisin
(dewasa
4x500mg/hari,
anak
4x10mg/kgBB
- Miringotomi
(kasus
rujukan)
- analgesik
- antibiotik
- Obat cuci
telinga H2O2
3% selama 3-5
hari
- Antibiotik
adekuat yang
tidak ototoksik
seperti
ofloxacin tetes
telinga
sampai 3
minggu
- Sekret
tenang →
observasi
- Bila menetap
lanjutkan
antibiotik
- Pertimbangk
an ke arah
OMSK bila
menetap
hingga 2
bulan
Otitis Media Akut
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
22. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Komplikasi:
1. Komplikasi intra-temporal: Labirinitis,
Paresis nervus fasialis, Petrositis,
Hidrosefalus otik
2. Komplikasi ekstra-temporal/intrakranial:
Abses subperiosteal, Abses epidura,
Abses perisinus, Abses subdura, Abses
otak, Meningitis, Trombosis sinus lateral
KIE:
1. Untuk bayi/anak, orang tua dianjurkan
untuk memberikan ASI minimal 6 bulan
sampai 2 tahun.
2. Menghindarkan bayi/anak dari paparan
asap rokok
3. Imunisasi Hib dan PCV perlu dilengkapi,
sesuai panduan IDAI
Otitis Media Akut 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
23. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Peradangan pada mukosa telinga tengah
dan ruang mastoid yang berlangsung lebih
dari 2 bulan ditandai dengan adanya
perforasi pada membran timpani dan
keluarnya cairan secara terus menerus atau
hilang timbul dari liang telinga.
Etiologi:
- Higenitas kurang
- Otitis media sebelumnya
- Infeksi saluran nafas yang tidak diobati
- Infeksi saluran tengah dan mastoid
(Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella,
Staphylococcus aureus, Proteus mirabilis.)
Klasifikasi:
OMSK dibagi menurut ada atau tidaknya
kolestatoma (kista epithelial berisi
deskuamasi epitel).
- Tipe benigna: tubotimpani
- Tipe maligna: antikoantral
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) 3A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
24. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) 3A
OMSK Benigna OMSK maligna
Sekret Mukoid, tidak berbau Purulent, berbau busuk
Perforasi Sentral Atik atau marginal
Granulasi Jarang Biasa terjadi
Polip Berwarna pucat Berwarna kemerahan
Kolesteato
ma
Tidak ada Ada
Komplikasi Jarang terjadi Sering terjadi
Audiogram Tuli konduktif ringan
hingga sedang
Tuli konduktif atau
campuran
Manifestasi Klinis:
- Chronically draining ear (> 2
minggu) dengan riwayat OMSA
yang berulang
- Keluarnya otorhea
tanpaotalgia atau demam
- Penurunan pendengaran
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
26. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Pemeriksaan penunjang:
• Pemeriksaan audiologi: menilai jenis tuli, bila
ada tuli campuran menandakan perburukan
• Pemeriksaan vestibular: dilakukan bila ada
keluhan vertigo
• Pemeriksaan radiologi: stenver’s view, schuller
view, CT scan
Terapi:
• Obat cuci telinga dapat berupa NaCl 0,9%,
Asam Asetat 2%, atau Hidrogen Peroksida 3%
• Antibiotik topikal golongan ofloxacin 2x 4 tetes
per hari di telinga yang sakit
• Antibiotik oral:
Dewasa lini pertama :
• Amoxicillin 3 x 500 mg per hari selama 7 hari
• Amoxicillin Asam clavulanat 3 x 500 mg per
hari selama 7 hari
• Ciprofloxacin 2x500 mg selama 7 hari.
3A
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)
F
E
B
R
4
8
2
0
27. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Dewasa lini kedua :
• Levofloxacin 1x 500mg per hari selama 7 hari
• Cefadroxil 2 x 500-100 mg per hari selama 7 hari.
Anak:
• Amoxicillin – Asam clavulanat 25-50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis per hari
• Cefadroxil 25-50 mg/ kgBB/hari, dibagi menjadi 2 dosis per hari.
F
E
B
R
4
8
2
0
28. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Operatif:
• Mastoidektomi sederhana.
• Mastoidektomi radikal.
• Mastoidektomi radikal dengan modifikasi.
• Miringoplasti.
• Timpanoplasti.
• Pendekatan ganda timpanoplasti.
KIE:
• Jangan mengorek telinga
• Saat mandi air jangan masuk ke telinga
• Dilarang berenang
• Saat memiliki gejala ISPA harus berobat
Komplikasi:
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) 3A
Ekstrakranial Intrakranial
Mastoiditis akut Meningitis
Parese nervus fasialis Abses intrakranial (exradural abses,
subdural abses, abses otak)
Labirinitis Lateral sinus tromboflebitis
Petrositis Otitic hydrocephalus
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
30. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Perdarahan dari hidung karena pecahnya
pembuluh darah anterior dan perdarahan
posterior, berdasarkan letak di mana
perdarahan berasal.
Klasifikasi:
• Epistaksis anterior: Lebih dari 90% dari
pendarahan terjadi anterior dan timbul dari
daerah Little, dimana pleksus kiesselbach
bentuk pada septum
• Epistaksis posterior: Berdarah posterior muncul
jauh ke belakang rongga hidung, biasanya
lebih banyak (misalnya, dari cabang-cabang
dari arteri sphenopalatina, etmoidalis post di
rongga hidung posterior atau nasofaring),
dan arteri etmoidalis posterior
Epistaksis 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
31. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Etiologi: Manifestasi klinis:
Keluar darah dari hidung atau riwayat keluar
darah dari hidung (harus ditanyakan secara
spesifik mengenai lokasi keluarnya darah
(depan rongga hidung atau ke
tenggorok), banyaknya perdarahan,
frekuensi, lamanya perdarahan)
Epistaksis 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
Lokal Sistemik
Idiopatik (85% kasus
pada anak dan
remaja)
Kardiovaskular (HT atau
kelainan pembuluh darah)
Trauma Infeksi (DB, Morbili)
Iritasi Kelainan endokrin
Pengaruh lingkungan Kelainan kongenital
Benda asing
Infeksi
Tumor
Iatrogenik
F
E
B
R
4
8
2
0
32. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Tata laksana:
1. Duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan ke arah
septum selama 3-5 menit (metode Trotter)
2. Suction bila ada clotting
3. Jila perdarahan tidak berhenti, masukkan kapas yang dibasahi ke dalam hidung
dengan larutan anestesi lokal yaitu 2 cc larutan Lidokain 2% yang ditetesi 0,2 cc
larutan Adrenalin 1/1000. Sesudah 10 sampai 15 menit kapas dalam hidung
dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.
4. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas,
dilakukan kaustik dengan lidi kapas yang dibasahi larutan Nitras Argenti 15 – 25%
atau asam Trikloroasetat 10%. Sesudahnya area tersebut diberi salep antibiotik
5. Tampon anterior dengan kapas atau kain kasa yang diberi Vaselin yang
dicampur betadin atau zat antibiotika. Tampon yang dipasang harus
menekan tempat asal perdarahan dan dapat dipertahankan selama 2 x 24
jam.
Epistaksis 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
33. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Tata laksana:
1. Untuk perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon posterior, yang
disebut tampon Bellocq. Tampon ini terbuat dari kasa padat berbentuk bulat
atau kubus berdiameter kira-kira 3 cm.
2. Pada tampon ini terdapat 3 buah benang, yaitu 2 buah pada satu sisi dan
sebuah pada sisi lainnya. Tampon harus dapat menutupi koana (nares posterior).
a. Lekatkan benang yang terdapat di rongga mulut dan terikat pada sisi lain dari
tampon Bellocq pada pipi pasien. Gunanya adalah untuk menarik tampon
keluar melalui mulut setelah 2-3 hari.
b. Berikan juga obat hemostatik selain dari tindakan penghentian perdarahan itu.
Epistaksis 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
35. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Komplikasi:
• Akibat pemasangan tampon anterior dapat
timbul sinusitis (karena ostium sinus tersumbat)
dan sumbatan duktus lakrimal.
• Akibat pemasangan tampon posterior dapat
timbul otitis media, haemotympanum, serta
laserasi palatum mole dan sudut bibir bila
benang yang dikeluarkan melalui mulut terlalu
kencang ditarik.
• Akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok dan
anemia.
KIE:
1. Mengidentifikasi penyebab epistaksis, karena
hal ini merupakan gejala suatu penyakit,
sehingga dapat mencegah timbulnya
kembali epistaksis.
2. Mengontrol tekanan darah pada penderita
dengan hipertensi.
3. Menghindari membuang lendir melalui hidung
terlalu keras.
4. Menghindari memasukkan benda keras ke
dalam hidung, termasuk jari sehingga
dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat pada
pasien anak.
5. Membatasi penggunaan obat-obatan yang
dapat meningkatkan perdarahan seperti aspirin
atau ibuprofen.
Epistaksis 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
37. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Rhinitis adalah gangguan yang sangat umum
yang disebabkan oleh peradangan atau
iritasi pada mukosa hidung.
Klasifikasi:
• Berdasarkan onset: akut dan kronis
• Berdasarkan etiologi: alergi dan non-alergi
Manifestasi Klinis:
• Keluar sekret dari hidung (rinorea)
• Hidung tersumbat
• Dapat disertai rasa panas atau gatal pada
hidung
• Bersin-bersin (Menonjol pada rhinitis alergi)
• Dapat disertai batuk
Rhinitis 3A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
38. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Rhinitis 3A
Rhinitis akut (kurang dari 2 minggu) Rhinitis kronis (lebih dari 2 minggu)
Rhinitis simpleks (pilek, salesma, common
cold, coryza)
Rhinitis hipertrofi
Rhinitis Sicca
Rhinitis spesifik :
- Rhinitis Difteri
- Rhinitis Atrofi
- Rinitis Sifilis
- Rhinitis Tuberkulosa
- Rhinitis akibat Jamur
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
39. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Rhinitis Alergi Rhinitis Non-alergi
Rhinitis alergi a. Idiopathic rhinitis (Rhinitis vasomotor)
b. Nonallergic rhinitis with eosinophilia
syndrome (NARES)
c. Estrogen-induced rhinitis (pregnancy,
menstrual cycle related, contraceptives)
d. Drug-induced rhinitis (topical α-adrenergic
agonists, vasodilators)
e. Atrophic rhinitis (one form, ozena, is
probably bacterial in origin)
f. Gustatory rhinitis (induced by spicy food)
g. Cold air–induced rhinitis (skier's nose)
h. Rhinitis due to anatomical abnormalities
i. Rhinitis associated with systemic conditions
(vasculitis, granulomatous diseases)
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
40. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI2020
Common cold Influenza Rinitis
eksantematous
Etiologi Rhinovirus Virus influenza A, B atau C
berperan dalam penyakit ini.
Morbili, varisela,
variola, dan pertusis,
sering berhubungan
dengan rinitis,
Gejala
klinis
Lebih ringan Lebih berat, demam lebih
dari 39 derajat, nyeri seluruh
badan, badan terasa lemah,
nyeri tenggorokan
dimana didahului
dengan eksantema
sekitar 2-3 hari. Infeksi
sekunder dan
komplikasi lebih sering
dijumpai dan lebih
berat.
Tata
laksana
Simtomatis Simtomatis Simtomatis, sesuai
etiologi
F
E
B
R
4
8
2
0
41. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI2020
Rhinitis Bakteri
Non-spesifik Spesifik
Rinitis bakteri primer Rinitis bakteri sekunder Rhinitis Difteri
Etiologi pneumococcus,
streptococcus atau
staphylococcus.
akibat dari infeksi bakteri
pada rinitis viral akut.
Corynebacterium
diphteriae
Gejala Membran putih keabu-
abuan yang lengket dapat
terbentuk di rongga
hidung, dan apabila
diangkat dapat
menyebabkan
pendarahan / epistaksis.
Ditemukan lesi di
tempat lain
F
E
B
R
4
8
2
0
42. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh
reaksi alergi pada pasien atopi yang
sebelumnya sudah tersensitisasi oleh alergen
yang sama serta dilepaskan suatu mediator
kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan
alergen spesifik dengan diperantarai IgE.
Etiologi:
a. Adanya riwayat atopi.
b. Lingkungan dengan kelembaban yang
tinggi merupakan faktor risiko untuk untuk
tumbuhnya jamur, sehingga dapat timbul
gejala alergis.
c. Terpaparnya debu tungau biasanya
karpet serta sprai tempat tidur, suhu
yang tinggi.
Manifestasi klinis:
• Rinorea
• Bersin
• Hidung tersumbat
• Rasa gatal pada hidung (trias alergi).
• mata gatal dan banyak air mata.
3A
Rhinitis Alergi
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
43. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Pemeriksaan fisik:
a. allergic salute: gerakan pasien
menggosok hidung dengan tangannya
karena gatal.
b. Allergic shiners: dark circles di sekitar mata
dan berhubungan dengan vasodilatasi atau
obstruksi hidung.
c. Nasal crease: lipatan horizontal (horizontal
crease) yang melalui setengah bagian
bawah hidung akibat kebiasaan menggosok
hidung keatas dengan tangan.
3. Mulut sering terbuka dengan lengkung
langit-langit yang tinggi, sehingga
akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid).
c. dinding posterior faring tampak granuler
dan edema (cobblestone appearance),
serta dinding lateral faring menebal.
d. Lidah tampak seperti gambaran peta
(geographic tongue).
e. Pada kulit kemungkinan terdapat
dermatitis atopi.
Rhinitis Alergi
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
44. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Pada pemeriksaan rinoskopi:
• Mukosa edema, basah, berwarna pucat
atau kebiruan (livide), disertai adanya
sekret encer, tipis dan banyak. Jika kental
dan purulen biasanya berhubungan
dengan sinusitis.
• Pada rhinitis alergi kronis atau penyakit
granulomatous, dapat terlihat adanya
deviasi atau perforasi septum.
• Ditemukan massa seperti polip dan tumor,
atau dapat juga ditemukan pembesaran
konka inferior yang dapat berupa edema
atau hipertropik. Dengan dekongestan
topikal, polip dan hipertrofi konka tidak
akan menyusut, sedangkan edema konka
akan menyusut.
Rhinitis Alergi
F
E
B
R
4
8
2
0
45. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Rhinitis alergi dibagi berdasarkan sifat berlangsungnya
menjadi:
a. Intermiten, yaitu bila gejala kurang dari 4 hari/minggu
atau kurang dari 4 minggu.
b. Persisten, yaitu bila gejala lebih dari 4 hari/minggu
dan/atau lebih dari 4 minggu.
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit,
rhinitis alergi dibagi menjadi:
a. Ringan, yaitu bila tidak ditemukan gangguan tidur,
gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar,
bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
b. Sedang atau berat, yaitu bila terdapat satu atau lebih
dari gangguan tersebut di atas.
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
46. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Terapi:
- Terapi topikal
a. dekongestan hidung topikal melalui
semprot hidung. Oxymetazolin atau
xylometazolin, namun hanya bila hidung
sangat tersumbat dan dipakai beberapa hari
(< 2 minggu) untuk menghindari rhinitis
medikamentosa.
b. kortikosteroid topikal: beklometason,
budesonid, flunisolid, flutikason, mometason
furoat dan triamsinolon.
c. Preparat antikolinergik topikal adalah
ipratropium bromida yang bermanfaat untuk
mengatasi rinorea karena aktivitas inhibisi
reseptor kolinergik pada permukaan sel
efektor.
- Terapi oral sistemik
a. Antihistamin
Anti histamin generasi 1: difenhidramin,
klorfeniramin, siproheptadin.
Anti histamin generasi 2: loratadin, cetirizine
b. Preparat simpatomimetik golongan agonis
alfa dapat dipakai sebagai dekongestan
hidung oral dengan atau tanpa kombinasi
antihistamin. Dekongestan oral:
pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin.
Rhinitis Alergi
F
E
B
R
4
8
2
0
48. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung
yang disebabkan oleh bertambahnya
aktivitas parasimpatis.
Etiologi:
- obat-obatan yang menekan dan
menghambat kerja saraf simpatis, seperti
ergotamin, chlorpromazin, obat anti
hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.
- faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok,
udara dingin, kelembaban udara yang
tinggi dan bau yang merangsang.
- faktor endokrin, sepeti keadaan kehamilan,
pubertas, pemakaian pil KB dan
hipotiroidisme
- faktor psikis, seperti stress, ansietas dan
fatigue.
Manifestasi klinis:
• Rinore yang hebat dan bersifat mukus atau
serous sering dijumpai.
• Gejala hidung tersumbat sangat bervariasi
yang dapat bergantian dari satu sisi ke sisi
yang lain, terutama sewaktu perubahan
posisi
• post nasal drip
• konka hipertrofi dan berwarna merah
gelap atau merah tua ( karakteristik ),
tetapi dapat juga dijumpai berwarna
pucat.
• Pada rongga hidung terdapat sekret
mukoid, biasanya sedikit.
Rhinitis Vasomotor
F
E
B
R
4
8
2
0
49. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Terapi:
1. Menghindari penyebab / pencetus (
Avoidance therapy )
2. Pengobatan konservatif ( Farmakoterapi ) :
- Dekongestan atau obat simpatomimetik
- Anti histamin
- Kortikosteroid topikal
- Anti kolinergik juga efektif pada pasien
dengan rinore sebagai keluhan utamanya.
Contoh : Ipratropium bromide ( nasal spray )
3. Terapi operatif ( dilakukan bila pengobatan
konservatif gagal )
- Kauterisasi konka yang hipertrofi dengan
larutan AgNO3 25% atau triklorasetat pekat (
chemical cautery ) maupun secara elektrik (
electrical cautery ).
- Diatermi submukosa konka inferior (
submucosal diathermy of the inferior
turbinate )
- Bedah beku konka inferior ( cryosurgery )
- Reseksi konka parsial atau total (partial or
total turbinate resection)
- Turbinektomi dengan laser ( laser
turbinectomy )
- Neurektomi n. vidianus ( vidian neurectomy
), yaitu dengan melakukan pemotongan
pada n. vidianus, bila dengan cara diatas
tidak memberikan hasil.
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
50. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
• Komplikasi:
1. Sinusitis
2. Eritema pada hidung sebelah luar
3. Pembengkakan wajah
• KIE:
1. Mengidentifikasi dan menghindari faktor pencetus, yaitu iritasi terhadap lingkungan non-
spesifik.
2. Berhenti merokok.
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
51. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI2020
Rhinitis alergi Rhinitis vasomotor
Mulai serangan Belasan tahun, riwayat paparan
alergen (+)
Dekade 3 atau 4, riwayat paparan alergen (-)
Etiologi Reaksi Ag-Ab terhadap rangsangan
spesifik
Reaksi neurovaskuler terhadap rangsangan
mekanis atau kimia juga psikologis
Gatal dan bersin menonjol Tidak menonjol
Gatal di mata Sering di jumpai Jarang dijumpai
Skin prick positif Negatif
Sekret hidung Peningkatan eosinofil Eosinofil tidak meningkat
Eosinofilia meningkat Normal
IgE darah + -
Neurektomi n.vidianus Tidak membantu membantu
F
E
B
R
4
8
2
0
52. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Infeksi mukosa hidung karena udara yang
kering
Patofisologi:
- defisiensi dan tidak aktifnya kelenjar
seromukus
- metaplasia epitel kolumnar bersilia menjadi
epitel kuboid atau epitel skuamosa
- terjadi defisiensi dari mucus blanket.
- ulserasi yang berpenetrasi ke bagian
anterior dari kartilago septum
Etiologi:
Lingkungan berdebu, panas, kering
<kelembaban kurang dari 50%, anemia,
alkohol, gizi buruk
Manifestasi klinis:
➢ Mukosa kering dan agak keputih-putihan
terutama bagian depan septum dan ujung
depan konka inferior
➢ krusta sedikit atau tidak ada
➢ kadang-kadang disertai epistaksis
Terapi:
Obat cuci hidung
Komplikasi:
Perforasi septum, rhinitis ozaena
Rhinitis Sicca
F
E
B
R
4
8
2
0
53. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Etiologi:
infeksi bakteri spesifik (Klebsila ozaena)
defisiensi besi, defisiensi vitamin A, sinusitis
kronik, kelainan hormonal, penyakit kolagen.
Faktor resiko:
Wanita lebih sering terkena terutama usia
dewasa muda. Banyak ditemukan pada
masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi
yang rendah dan lingkungan sanitasi yang
buruk.
Gejala dan tanda:
napas berbau, ingus kental kehijauan, krusta
hijau, gangguan menghidu, sakit kepala dan
hidung tersumbat.
Pemeriksaan fisik:
didapatkan rongga hidung sangat lapang,
konka inferior dan media menjadi atrofi, ada
sekret purulen dan krusta yang berwarna
kehijauan.
Pemeriksaan penunjang:
histopatologi berasal dari biopsi konka media,
pemeriksaan mikrobiologi dan uji resistensi
kuman dan tomografi komputer sinus
paranasal.
Terapi:
konservatif (antibiotik spektum luas, cuci
hidung), operatif (penutupan rongga hidung
atau penyempitan rongga hidung, BSEF)
Rhinitis Atrofi
F
E
B
R
4
8
2
0
54. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI2020
Rinitis Sika Atrofi
Penyebab Lingkungan berdebu, panas,
kering, anemia, alkohol, gizi buruk
Klebsiella ozaena, def Fe, vitamin
A, sinusitis kronis, kelainan hormon
Gejala ➢ Mukosa kering dan agak
keputih-putihan terutama
bagian depan septum dan
ujung depan konka inferior
➢ krusta sedikit atau tidak ada
➢ kadang-kadang disertai
epistaksis
➢ Nafas berbau (yang mencium
orang lain, pasien tidak)
➢ Hiposmia atau anosmia
➢ ingus kental hijau
➢ krusta hijau
➢ hidung tersumbat
• Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
• Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
• Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
55. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Adalah kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor yang diakibatkan oleh
pemakaian vasokonstriktor topikal (tetes hidung/semprot hidung) dalam waktu lama dan
berlebihan sehingga menyebabkan sumbatan hidung menetap.
Etiologi:
Penggunaan vasokontriktor topikal dalam waktu lama
Gejala dan tanda:
hidung tersumbat terus menerus dan berair
Pemeriksaan fisik:
tampak edem atau hipertrofi konka dengan sekret hidung berlebihan. Apabila diberi
tampon adrenalin, edem konka tidak berkurang.
Rhinitis Medikamentosa
F
E
B
R
4
8
2
0
56. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Tatalaksana:
• Hentikan pemakaian obat tetes hidung atau semprot vasokonstriktor hidung.
• Untuk mengatasi sumbatan berulang dapat diberikan kortikosteroid oral dosis tinggi jangka
pendek.
• Dekongestan oral
• Apabila tidak ada perbaikan dalam 3 minggu, pasien dirujuk ke spesialis THT
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
57. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Inflamasi pada selaput mukosa hidung dan
sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu
oleh rinitis sehingga sering disebut rhinosinusitis
Etiologi:Berbagai macam rhinitis
• Polip hidung
• Kelainan anatomi seperti deviasi septum
atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks
osti-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi,
Pada anak, hipertrofi adenoid
• lingkungan berpolusi, udara dingin dan
kering serta kebiasaan merokok.
Rhinosinusitis 3A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
F
E
B
R
4
8
2
0
58. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Manifestasi klinis:
• hidung tersumbat
• nyeri atau rasa tekanan pada muka
- Nyeri pada pipi, nyeri alih ke gigi dan
telinga bisa terjadi pada : sinusitis
maksila,
- nyeri di ke dua bola mata :sinusitiss
etmoid
- nyeri di dahi atau seluruh kepala:
sinusitiss frontal.
• sekret purulent
• post nasal drip
• sakit kepala, hiposmia atau anosmia,
halitosis.
• Khusus untuk sinusitis dentogenik:
a. Salah satu rongga hidung berbau
busuk
b. Dari hidung dapat keluar ingus kental
atau tidak beringus
c. Terdapat gigi di rahang atas yang
berlubang / rusak
Rhinosinusitis 3A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
F
E
B
R
4
8
2
0
64. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Faringitis merupakan peradangan dinding
faring.
Etiologi:
• virus (40-60%), bakteri (5-40%)
• Menurunnya daya tahan tubuh
• Konsumsi makanan dapat mengiritasi
• Gizi kurang
• Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol,
makanan, refluks asam lambung,inhalasi uap
yang merangsang mukosa faring
• Paparan udara yang dingin
Manifestasi klinis
• Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan
• Tenggorokan terasa kering dan gatal
• Demam
• Sekret dari hidung
• Dapat disertai atau tanpa batuk
• Nyeri kepala
• Mual
• Muntah
• Rasa lemah pada seluruh tubuh
• Nafsu makan berkurang
Faringitis 4A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
F
E
B
R
4
8
2
0
65. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Pemeriksaan Penunjang:
• Pemeriksaan darah lengkap.
• Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan
Gram.
• Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik
swab mukosa faring dengan pewarnaan KOH
Terapi:
• Istirahat cukup
• Minum air putih yang cukup
• Berkumur dengan air yang hangat dan
berkumur dengan obat kumur antiseptik untuk
menjaga kebersihan mulut
• Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk
antitusif atau ekspektoran.
• Analgetik-antipiretik
• Kortikosteroid: untuk menekan reaksi inflamasi
sehingga mempercepat perbaikan klinis.
Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama
3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/ kgBB/hari
dibagi dalam 3 x/hari selama 3
KIE:
• Menjaga daya tahan tubuh dengan
mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga
teratur.
• Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang
merokok.
• Menghindari makan makanan yang dapat
mengiritasi tenggorok.
• Selalu menjaga higiene mulut dan tangan
Faringitis 4A
F
E
B
R
4
8
2
0
66. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer.
Cincin Waldeyer terdiri atas susunan jaringan limfoid yang terdapat di dalam rongga mulut
yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal
lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/ Gerlach’s tonsil).Penyakit ini
banyak diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai 10 tahun.
Etiologi:
• Faktor usia, terutama pada anak
• Penurunan daya tahan tubuh
• Rangsangan menahun (misalnya rokok, makanan tertentu)
• Higiene rongga mulut yang kurang baik
• Riwayat alergi
Tonsilitis 4A
F
E
B
R
4
8
2
0
69. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
Rasio pembesaran tonsil:
1. T0: tonsil sudah diangkat.
2. T1: <25% volume tonsil / ¼ jarak
pilar anterior uvula.
3. T2: 25-50% volume tonsil /¼
jarak pilar anterior-uvula sampai
½ jarak pilar anterior-uvula.
4. T3: 50-75% volume tonsil /½ jarak
pilar anterior-uvula / sampai ¾
jarak pilar anterior-uvula.
5. T4: > 75% volume tonsil / batas
medial tonsilmelewati ¾ jarak
pilar F
E
B
R
4
8
2
0
70. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Indikasi absolut Indikasi relatif
1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan
obstruksi saluran nafas, disfagia berat,
gangguan tidur dan komplikasi
kardiopulmonar
1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil
per tahun dengan terapi antibiotik adekuat
2. Abses peritonsil yag tidak mebaik dengan
pengobatan medis dan drainase
2. Halitosis akibat tonsilitis kronis yang tidak
membaik dengan terapi medis
3. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam 3. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier
streptococcus yang tidak membaik dengan
pemberian antibiotik laktamase persisten
4. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk
menentukan patologi anatomi
4A
Indikasi tonsilektomi:
F
E
B
R
4
8
2
0
71. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Perdangan di daerah laring dan mukosa pita
suara, merupakan kelanjutan dari rinofaringitis
(common cold), dimana pada anak sering
menyebabkan sumbatan jalan napas.
Etiologi:
• Ec Virus (Rhinovirus, Adenovirus,Influenza)
• Ec Bakteri (S. pneumonia, S. pyogenes, S.
aureus) Laringitis tuberculosis (4 stadium:
infiltrasi, ulserasi, perikondritis,
fibrotuberkulosis), Laringitis luetika
• GERD
Manifestasi klinis:
• Suara serak atau hilang suara (afonia)
• Sesak napas dan stridor
• Nyeri tenggorok
• Gejala common cold
• Obstruksi jalan napas ec edema laring
• Laringitis kronik ditandai dengan afonia yang
persisten
Laringitis 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
72. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Laringitis 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
Pemeriksaan penunjang:
• Apus tenggorok dan kultur
• Rontgen soft tissue leher AP lateral: + steeple sign
• Rontgen Toraks AP : lihat keterlibatan infeksi paru
• Pemeriksaan lab darah lengkap
Terapi:
• Analgetik dan antipiretik
• Antibiotik: bila terdapat peradangan paru atau
disebabkan oleh GABHS
• PPI, jika disebabkan oleh refluks laringofaringeal
• Kortikosteroid
• Laringitis tuberculosis: OAT
• Laringitis luetika: Penisilin dosis tinggi
F
E
B
R
4
8
2
0
73. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Difteri merupakan penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh bakteri basil gram positif
Corynebacterium diphteriae.
Etiologi:
• Corynebacterium diphteriae: bakteri basil
gram positif anaerob
Manifestasi klinis:
• Malaise
• nyeri tenggorokan
• Anoreksia
• Demam
Pemeriksaan fisik:
• membran putih-kebiruan dan meluas
dengan ukuran bervariasi.
• Pseudomembran berwarna hijau-keabuan
atau hitam jika telah terjadi perdarahan.
Mukosa sekitar pseudomembran tampak
eritema. Pseudomembran yang luas dapat
berakibat obstruksi saluran napas.
• edema di area submandibular dan leher
bagian anterior sepanjang area
limfadenopati, sehingga menunjukkan
gambaran ”bullneck
Difteri 3B
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
75. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Difteri 3B
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
Terapi:
• Serum Antitoksin Difteri (ADS)
• Antibiotik Penisilin G prokain diberikan secara IM sekali sehari (300.000 Unit/hari untuk berat
badan <10 kg dan 600.000 Unit/hari untuk berat badan >10 kg) selama 14 hari atau
eritromisin oral atau injeksi (40 mg/kg/hari dosis terbagi setiap 6 jam PO atau IV, maksimum
2 gram/ hari) selama 14 hari.
• penyakit berat, dapat diberikan prednison 1-1,5 mg/kg/hari selama 2 minggu untuk
mencegah miokarditis
F
E
B
R
4
8
2
0
76. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Komplikasi:
• Miokarditis: Miokarditis dapat bermanifestasi sebagai irama jantung abnormal pada awal
perjalanan penyakit atau beberapa minggu kemudian, dan dapat menyebabkan gagal
jantung.
• Neuritis: saraf motorik dan biasanya sembuh total. Paralisis palatum molle paling sering
terjadi pada minggu ke3. Paralisis otot mata, tungkai, dan diafragma dapat terjadi
setelah minggu ke-5.
• Pneumonia sekunder dan gagal napas dapat terjadi akibat paralisis diafragma.
• otitis media
• insufisiensi pernapasan akibat obstruksi, khususnya pada bayi.
Difteri 3B
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
78. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh yang dalam keadaan normal
tidak ada pada telinga.
Etiologi:
• Faktor kesengajaan: pada anak-anak
• Faktor kecerobohan: sering terjadi pada
orang dewasa sewaktu menggunakan alat
alat pembersih telinga tertinggal
• faktor kebetulan: masuknya serangga, kecoa,
lalat dan nyamuk.
Manifestasi Klinis:
• Penurunan pendengaran
• Sekret purulen -> bila ada infeksi sekunder
• Tinnitus
• Nyeri di telinga
Corpal Telinga 3A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
F
E
B
R
4
8
2
0
79. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Tata laksana:
Corpal Telinga 3A
Benda asing baru Benda asing reaktif Benda asing serangga
Berikan anestesi lokal Hindari pemberian
cairan
Berikan anetesi
lokal/minyak ± 10 menit
agar serangga mati,
setelah itu ekstraksi dengan
forceps aligator/irigasi
sesuai suhu tubuh
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
80. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Komplikasi:
• Ruptur membran timpani
• Perdarahan CAE
• Otitis eksterna
• Tuli konduktif
KIE:
• Orang tua disarankan untuk menjaga
lingkungan anak dari benda- benda yang
berpotensi dimasukkan ke telinga atau
hidung.
3A
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan II 2017
Corpal Telinga
F
E
B
R
4
8
2
0
81. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Adanya benda yang seharusnya tidak ada di
hidung. Terdapat dua jenis benda asing, yaitu
benda hidup (organik) dan benda mati
(anorganik).
Etiologi:
• Umur: biasanya anak ≤ 5 tahun
• Adanya kegagalan mekanisme proteksi yang
normal
• Keadaan tidur, kesadaran menurun,
alkoholisme, epilepsi
• Adanya masalah kejiwaan, emosi, dan
gangguan psikiatrik
Manifestasi klinis:
• Hidung tersumbat yang tiba-tiba, umumnya
unilateral
• terdapat hiposmia atau anosmia
• setelah 2 – 3 hari keluar sekret mukoid /
mukopurulen dan berbau di satu sisi hidung,
• bila benda asing organik, terasa ada yang
bergerak-gerak di dalam rongga hidung.
• Khusus untuk lintah, sumbatan pada hidung
semakin memberat setiap hari
• adanya laporan dari pasien atau orang tua
mengenai adanya benda yang masuk atau
dimasukkan ke rongga hidung.
Corpal Nasi 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
82. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Tata laksana:
a. Tindakan ekstraksi benda asing secara
manual dengan menggunakan pengait
tumpul atau hook
b. Untuk lintah, sebelum ekstraksi, teteskan
air tembakau ke dalam rongga hidung
dan biarkan 5 menit hingga lintah
terlebih dahulu terlepas dari mukosa
hidung.
c. Jika corpal baterai jangan di beri cairan
• Medikamentosa
a. Pemberian antibiotik per oral selama 5
hari bila telah terjadi infeksi sekunder
Corpal Nasi 4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
83. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Komplikasi:
• Obstruksi jalan napas akut: bila masuk
ke saluran napas yang lebih distal (laring,
trakea).
• destruksi mukosa dan kartilago hidung:
benda asing organik berupa larva / ulat
/ lintah,
• perforasi septum: Benda asing baterai
cepat merusak mukosa sehingga dapat
masuk ke dalam septum atau konka
inferior dalam beberapa jam
• Meningitis: (miasis hidung), dapat terjadi
invasi ke intrakranium dan, walaupun
jarang, dapat menyebabkan yang fatal.
KIE:
• Pada orang tua, dapat lebih berhatihati
dalam meletakkan benda-benda yang
mudah atau sering dimasukkan ke dalam
rongga hidung.
• Pada anak, dapat diingatkan untuk
menghindari memasukkan bendabenda
ke dalam hidung.
• Pada pekerja yang sering terpapar larva
atau benda-benda organik lain, dapat
menggunakan masker saat bekerja.
4A
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama IDI 2017.
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
Corpal Nasi
F
E
B
R
4
8
2
0
84. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Definisi:
Benda asing di dalam suatu organ ialah benda
yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada
yang ada di saluran nafas.
Klasifikasi:
• Benda asing eksogen: kacang-kacangan
(yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan),
tulang (yang berasal dari kerangka
binatang), dan zat anorganik seperti paku,
jarum, peniti, batu, kapur barus (naftalen),
gigi palsu, dan lain-lain. Benda asing eksogen
cair dibagi dalam benda cair yang bersifat
iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair
noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
• Benda asing endogen, yaitu yang berasal
dari dalam tubuh. Benda asing endogen
dapat berupa sekret kental, darah atau
bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan,
membran difteri. Cairan amnion, mekonium
dapat masuk ke dalam saluran napas bayi
pada saat proses persalinan.
Corpal Saluran Nafas -
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0
85. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Corpal Saluran Nafas -
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
Benda asing di
orofaring dan
hipofaring
Benda asing di laring Benda asing di trakea Benda asing di bronkus
rasa nyeri pada waktu
menelan (odinofagia)
Total: disfonia sampai
afonia, apneu dan
sianosis
Subtotal: suara parau,
disfonia sampai afonia,
batuk yang disertai
sesak, odinofagia,
mengi, sianosis,
hemoptisis dan rasa
subyektif dari benda
asing dan dispneu
dengan derajat
bervariasi.
batuk dengan tiba-tiba
yang berulang-ulang
dengan rasa tercekik,
rasa tersumbat di
tenggorok, terdapat
gejala patognomonik
yaitu audible slap,
palpatory thud dan
asthmatoid wheeze.
lebih banyak masuk ke
dalam bronkus kanan,
karena bronkus kanan
hampir merupakan
garis lurus dengan
trakea, sedangkan
bronkus kiri membuat
sudut dengan trakea.
Gejala asimtomatis
F
E
B
R
4
8
2
0
87. F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI
Pemeriksaan penunjang:
• Foto thoraks postero anterior (PA) dan
lateral untuk mengetahui lokasi serta ukuran
benda asing. Foto thorak yang diambil
dalam waktu 24 jam pertama setelah
aspirasi benda asing radiolusen biasanya
menunjukkan gambaran normal.
• CT scan
Tata laksana:
• Benda asing di laring: pada sumbatan total
dapat dilakukan heeimlich maneuver atau
back blow bila subtotoal dilakukan dengan
laringoskopi
• Benda asing di orofaring: ekstraksi dengan
pinset corpal
• Benda asing di trakea: bronkoskopi
• Benda asing di bronkus: bronkoskopi
Komplikasi:
• Infeksi/abses
• Laserasi saat proses ekstraksi benda asing
Corpal Saluran Nafas -
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala & Leher FK UI 2012
Diagnosis in Otorhinolaryngology. T. Metin Önerci 2009
F
E
B
R
4
8
2
0