Obat Cytotec Denpasar Bali • obat penggugur kandungan Denpasar Bali 087776558899
Kolesteatoma MAE
1. Dita Ayu Permata Dewi
1818012084
Mini Clinical Examination
(Mini CEx)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JEND. AHMAD YANI
METRO
2020
PRECEPTOR :
dr. HADJIMAN YOTOSUDARMO, Sp. THT-KL
2. STATUS PASIEN
•Nama : Ny. I
•Jenis Kelamin : Perempuan
•Umur : 29 tahun
•Pendidikan : D-3
•Suku bangsa : Jawa
•Alamat : Metro
•Pekerjaan : Swasta
Identitas
ANAMNESIS
(Autoanamnesis dan Alloanamnesis)
3. ANAMNESIS
(Autoanamnesis dan Alloanamnesis)
• Keluar cairan kekuningan dari telinga kanan
hilang timbul, tanpa disertai nyeri telinga sejak 2
minggu.
Keluhan Utama
• Penurunan kemampuan mendengar, Terdengar
suara berdengung di telinga.
Keluhan Tambahan
4. ANAMNESIS
(Autoanamnesis dan Alloanamnesis)
• Pasien datang ke Poliklinik THT-KL RSUD Ahmad Yani untuk
melakukan kontrol ulang pada telinga pasien, saat ini pasien
mengatakan kondisi telinga dirasa lebih baik dan pasien masih
mengeluhkan adanya rasa penuh pada telinga dan kemampuan
mendengar pada telinga kanan menurun. 2 minggu yang lalu
pasien mengeluhkan adanya rasa penuh pada telinga disertai
dengan keluarnya cairan yang diktakan kekuningan namun
dikatakan tidak terus menerus dari telinga sebelah kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang
5. ANAMNESIS
(Autoanamnesis dan Alloanamnesis)
• Pasien tidak merasakan nyeri pada telinga, namun pasien
mengatakan adanya suara mendengung pada telinga kanan
pasien. Pasien mengatakam kemampuan mendengar dari telinga
kanan pasien berkurang. Pasien mengatakan sebelum keluhan itu
timbul, pasien sempat membersihan telinganya dengan coton but
yang kering. Sebelumnya pasien mengobati telinganya dengan
membeli obat warung, namun selama 1 minggu pasien tidak
mengalami perubahan pada keluhanya, pasien kemudian berobat
ke rumah sakit. Dan Pasien tidak mengeluhkan adanya cairan
telinga berbau
Riwayat Penyakit Sekarang
6. ANAMNESIS
(Autoanamnesis dan Alloanamnesis)
• Pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien menyangkal adanya keluhan dan penyakit serupa di keluarga
Riwayat Penyakit Keluarga
• Pasien membersihkan telinganya sendiri menggunakan coton but
Riwayat Pribadi
9. Pemeriksaan Fisik
TELINGA LUAR KANAN KIRI
Bentuk Telinga Luar Normotia Normotia
Daun Telinga
Normal, nyeri tarik (-), warna kulit sama
dengan sekitarnya
Normal, nyeri tarik (-), warna kulit sama
dengan sekitarnya
Preaurikular
Warna kulit sama dengan sekitar, nyeri
tekan (-), fistel (-), abses (-)
Warna kulit sama dengan sekitar, nyeri
tekan (-), fistel (-), abses (-)
Retroaurikular Normal, nyeri tekan (-), tidak ada benjolan Normal, nyeri tekan (-), tidak ada benjolan
Nyeri Tekan Tragus Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
10. Pemeriksaan Fisik
LIANG TELINGA KANAN KANAN
Lapang/Sempit Lapang Sempit
Warna Hiperemis (-) Hiperemis (+)
Sekret (-) (-)
Serumen (+) (+)
Kelainan Lain Tidak ditemukan Tidak ditemukan
MEMBRAN TIMPANI KANAN KANAN
Bentuk Intak (+) Intak (+)
Warna Hiperemis (-) Hiperemi (+)
Reflek Cahaya (+) (+)
Perforasi (-) (-)
Kelainan Lain Bulging (-) Bulging (-)
11. Pemeriksaan Fisik
Tes KANAN KANAN
Rinne (+) (-)
Weber Lateralisasi (-) Lateralisasi (+)
Kesan normal Tuli konduktif
HIDUNG LUAR KANAN KIRI
Kulit Warna sama dengan sekitarnya Warna sama dengan sekitarnya
Dorsum Nasi Terletak di linea mediana nasi Terletak di linea mediana nasi
Ala Nasi Edema (-) Edema (-)
Nyeri Tekan Frontal Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Nyeri Tekan Maksila Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Nares Anterior Normal, tidak sempit, simetris Normal, tidak sempit, simetris
Tumor, Fistel Tidak ditemukan Tidak ditemukan
12. Pemeriksaan Fisik
RHINOSKOPI ANTERIOR KANAN KIRI
Cavum Nasi
Lapang, perdarahan (-), mukosa
hiperemi (-)
Lapang, perdarahan (-), mukosa
hiperemi (-)
Sekret - -
Konka Inferior Normotrofi, edem (-) Normotrofi, edem (-)
Konka Media Normotrofi Normotrofi
Septum Nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Abses, Massa Tidak ditemukan Tidak ditemukan
13. Pemeriksaan Fisik
CAVUM ORIS Hasil Pemeriksaan
Mukosa Tidak hiperemis
Gingiva Ulkus (-), edema (-)
Gigi Karies dentis (-)
Lidah Bentuk normal, atrofi papil (-)
Palatum Durum Permukaan licin
Palatum Mole Permukaan licin
Uvula Posisi letak tengah
Tumor Tidak ditemukan
14. Pemeriksaan Fisik
FARING Hasil Pemeriksaan
Dinding Faring Edema (-), Granular (-)
Mukosa Hiperemis (-)
Uvula Ditengah
Arkus Faring Simetris, Hiperemis (-)
Sekret Tidak Ada
TONSIL Hasil Pemeriksaan
Pembesaran T1-T1
Kripta Tidak Melebar
Detritus Tidak Ada
Perlekatan Tidak Ada
Sikatrik Tidak Ada
Pemeriksaan rinoskopi posterior dan laring tidak dilakukan
15. • Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
• CT Scan
Pemeriksaan Anjuran
•-
Diagnosis banding
•Granuloma canal dengan kolesteatoma dextra
Diagnosis Kerja
20. TINJAUAN PUSTAKA
Granuloma adalah lesi makrofag epithelioid berupa nodul
kecil yang merupakan reaksi peradangan lokal dari suatu
jaringan tubuh. Granuloma kanal merupakan reaksi
peradangan lokal pada liang telinga.
Kolesteatoma meatus akustikus eksternus (MAE) adalah invasi
jaringan epitel skuamosa ke dalam tulang MAE yang
bersifat lokal dan mengerosi tulang.2 Tulang dinding inferior
dan posterior MAE paling sering terkena.
21. Anatomi Meatus Akustikus Eksternus
Meatus akustikus eksternus merupakan sebuah saluran berbentuk tabung
mulai dari dasar konka sampai membran timpani. Panjang dinding
posterior MAE kurang lebih 24 milimeter.
Meatus akustikus eksternus terdiri atas dua bagian yaitu bagian kartilago dan
bagian tulang. Pertemuan antara bagian kartilago dan bagian tulang
membentuk suatu penyempitan (ismus) yang merupakan bagian tersempit
dari MAE.
Epitel MAE merupakan kelanjutan dari epitel aurikula dan epitel membran
timpani. Kulit pada bagian ini tebal (0,5-1 mm) dan mempunyai kelenjar
serumen dan kelenjar pilosebaseus yang mensekresi serumen (earwax)
22.
23. Kolesteatoma Meatus Akustikus
Eksternus
• Kolesteatoma adalah lesi (massa) kistik yang dibatasi oleh
epitel skuamus berlapis berkeratin dan berisi debris keratin
yang terdapat pada tulang temporal (telinga tengah, apex
petrosa dan MAE). Lesi ini bersifat mengerosi tulangDefinisi
• insidensi 0,1%-0,5% dari seluruh penyakit telinga.
Kolesteatoma MAE dapat muncul secara spontan
(primer), atau sekunder (karena trauma telinga,
iatrogenik, pasca infeksi, dan pasca radioterapi).
• Primer 0,15 per 100.000 penduduk pertahun
• Sekunder 0,3 per 100.000 penduduk pertahun
Insidensi
24. Etiopatogenesis
• Etiologi kolesteatoma MAE primer masih belum jelas. Telah
dihipotesiskan bahwa kolesteatoma MAE primer merupakan
proses reaktif akibat osteitis.
• Teori Migrasi - Epitel MAE yang mengalami deskuamasi
bermigrasi ke arah lateral pada orang normal. Epitel gagal
bermigrasi ke arah lateral pada penderita kolesteatoma MAE.
Debris keratin yang terperangkap akan menumpuk di MAE
dan membentuk kantong.
• Enzim proteolitik yang terdapat pada dinding kantong
kolesteatoma menyebabkan
• periostitis sekuestrasi tulang
25. Klasifikasi
Peneliti Klasifikasi
Farrior (1990) 1. Akibat atresia MAE kongenital dan stenosis MAE
2. Berhubungan dengan tindakan timpanoplasti, operasi telinga tengah, atau trauma kulit MAE
3. Berhubungan dengan keratosis obturan
4. Berhubungan dengan osteitis fokal
Holt (1992) 1. Pasca operasi
2. Pasca trauma
3. Stenosis MAE (sering kongenital)
4. Obstruksi mae sekunder karena tumor atau osteoma
5. Penyebab yang belum diketahui
Tos (1997) 1. Primer
2. Sekunder (pasca operasi, pasca infeksi, dan pasca trauma)
3. Berhubungan dengan atresia MAE kongenital
Owen (2006) 1. Primer
2. Sekunder (pasca operasi, pasca infeksi, pasca radioterapi, dan pasca trauma)
26. Stadium
Stadium kolesteatoma MAE
Stadium I Hiperplasia dan hiperemi epitel MAE. Peningkatan kecepatan apoptosis pada permukaan kolesteatoma.
Stadium II Inflamasi lokal dari epitel yang mengalami hiperproliferasi dan gambaran periosteitis. Tidak terdapat
destruksi tulang MAE. Terdapat akumulasi debris keratin. Secara klinis terdapat keluhan nyeri tumpul
dan otore bila terjadi infeksi sekunder.
a. Permukaan epitel intak, tanpa terlihat tulang MAE.
b. Terdapat defek epitel, dan tulang MAE terlihat.
Stadium III Destruksi tulang MAE dengan disertai sekuestrasi tulang (osteonekrosis aseptik). Defek epitel sampai ke
tulang. Akumulasi debris keratin dengan disertai infeksi sekunder dan otore.
Stadium IV Destruksi spontan dari struktur yang berdekatan (sesuai subkelas) dengan disertai otore, gangguan
pendengaran, parese nervus fasialis, thrombosis sinus sigmoid, dan abses intrakranial.
Subkelas M : Mastoid
Subkelas S : Skull base (dasar tengkorak) dan sinus sigmoid
Subkelas J : Temporo-mandibular joint
Subkelas F : Nervus fasialis