SlideShare a Scribd company logo
1 of 167
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Anamnesis
Kesadaran Pasien
• Minta pasien mengangkat kedua lengan
• Tanyakan lokasi (ex: di RS / klinik) dan waktu saat ini (pagi/siang/malam)
• Penilaian Glasgow Coma Scale (apabila terdapat penurunan kesadaran)
KU dan Riw. Penyakit Sekarang
• Keluhan utama sesuai bidang neurologis
• Onset kejadian
• Hal yang memperberat dan memperingan
• Keluhan pada sistem terkait lainnya
Riw.Penyakti Dahulu dan Riw. Pengobatan
• Hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, faktor atheroma lain (ex: DVT), riwayat infeksi, riwayat
trauma, riwayat penyakit autoimun
• Obat apa saja yang telah diterima.
Riwayat Penyakit Keluarga
• Baik dari keturunan ayah maupun ibu
F
E
B
R
4
8
2
0
FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI
INDONESIA
PEMERIKSAAN
FISIK
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Fungsi Saraf Kranial
Diameter dan Reflek Pupil (N.II dan N.III)
Gerakan Bola Mata (N.III, IV, dan VI)
PENILAIAN REFLEKS KORNEA (N.V dan N.VII)
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Diameter dan Reflek Pupil
1. Minta pasien duduk dengan rileks
2. Jari telunjuk tangan kiri pemeriksa
berada 15 cm di depan mata pasien
3. Tangan kanan pemeriksa memegang
senter dan melihat reflek pupil dimulai
dari mata kanan dengan cara
sebagai berikut :
a) Menggerakkan senter dari lateral (sisi
temporal) ke medial (sisi nasal)
b) Lihat reflek pupil direk pada mata sisi
kanan dan reflek pupil indirek pada
mata kiri.
c) Kemudian, berganti pada mata kiri
dengan cara yang sama.
NORMAL apabila reflek pupil terjadi pada
kedua mata walau rangsangan hanya
berasal dari satu mata
NERVUS CRANIALIS II dan III/ OPTICUS dan
OKULOMOTOR
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Gerakan Bola Mata
1. Minta pasien duduk dengan rileks
2. Dengan tangan kiri, pasien menutup
mata kiri sedangkan jari telunjuk
tangan kanan pemeriksan berada ±10
cm didepan mata kanan pasien
3. Arahkan jari telunjuk sesuai gambar di
samping dan minta pasien untuk
mengikuti arah pergerakan telunjuk
4. NOTE : yang diperbolehkan hanya
lirikan bola mata tanpa pergerakan
kepala
5. Lakukan hal serupa pada mata
lainnya.
NERVUS CRANIALIS III, IV, dan VI /
OKULOMOTOR, TROKEAL, dan ABDUSENS
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Refleks Kornea
Bahan : kapas yang dipelintir atau cotton
bud
1. Minta pasien duduk dengan
pandangan lurus kedepan
2. Inspeksi apakah ditemukan kelainan
pada kornea (ex : ulkus atai jar. Sikatrik)
3. Goreskan lembut ujung kasa pada tepi
kornea dan lihat apakah terdapat reflex
memejamkan kedua mata pada pasien
4. Lakukan hal serupa pada mata kiri.
NERVUS CRANIALIS V dan VII/ TRIGEMINUS
dan FACIALIS
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Fungsi Saraf Kranial
INSPEKSI KESIMETRISAN WAJAH
PENILAIAN GERAKAN EKSPRESI WAJAH
PENILAIAN KEKUATAN OTOT TEMPORAL DAN MASSETER
PENILAIAN SENSASI WAJAH
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Simetrisitas Dan Gerakan Ekspresi
Wajah
1. Pasien duduk tegap dan berhadapan dengan
pemeriksa
2. Pemerika melakukan inspeksi simetrisitas upper
face (daerah hidung ke atas) dan lower face
(daerah hidung ke bawah) dengan cermat
3. Pemeriksa meminta pasien membentuk ekspresi
wajah sesuai dengan gambar disamping.
4. Kemudian pasien diminta tetap memejamkan
kedua mata saat pemeriksa mencoba membuka
kedua mata tersebut
5. Kedua tangan pemeriksa menekan kedua sisi pipi
saat pasien melakukan gerakan melembungkan
pipi.
Syarat :
1. Tidak ada kelainan anatomi maupun
riwayat penyakit kronik yang
berhubungan dengan pemeriksaan
2. Pasien kooperatif dan mampu
berkomunikasi dengan baik
NERVUS CRANIALIS VII / FACIALIS
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Sensasi Wajah
1. Pasien duduk tegap dan berhadapan dengan
pemeriksa.
2. Pemeriksaan dilakukan dengan benda berujung
tumpul dan tajam
3. Pemeriksa melakukan pemeriksaan pada masing-
masing area sesuai dengan gambar disamping.
4. Melakukan pada sisi wajah yang lain dengan cara
yang sama
5. Meminta pasien untuk menjawab apakah
merasakan sensasi wajah
Syarat :
1. Tidak ada kelainan anatomi maupun
riwayat penyakit kronik yang
berhubungan dengan pemeriksaan
2. Pasien kooperatif dan mampu
berkomunikasi dengan baik
NERVUS CRANIALIS V / TRIGEMINUS
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Fungsi Saraf Kranial
PENILAIAN UVULA, ARCUS FARING,
DAN KEMAMPUAN MENELAN
PENILAIAN LIDAH SAAT BERGERAK
DAN ISTIRAHAT
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Penilaian Uvula, Arcus Faring, Dan Kemampuan
Menelan
1. Pasien duduk tegap dan berhadapan dengan
pemeriksa
2. Pasien diminta membuka mulut lebar
3. Dengan tongue spatel di tangan kiri, pemeriksa
menekan lidah secara gentle dan melakukan
inspeksi rongga mulut
4. Melihat posisi uvula dan arcus faring saat istirahat
5. Meminta pasien mengucapkan “aaaa….” dan
melihat apakah kedua arcus faring terangkat
6. Meminta pasien meminum air dan melihat
kemampuan menelan pasien.
Syarat :
1. Tidak ada kelainan anatomi maupun
riwayat penyakit kronik yang
berhubungan dengan pemeriksaan
2. Pasien kooperatif dan mampu
berkomunikasi dengan baik
NERVUS CRANIALIS IX dan X /
GLOSSOFARINGEUS dan VAGUS
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Penilaian Lidah Saat Bergerak dan Beristirahat
Syarat :
1. Tidak ada kelainan anatomi maupun
riwayat penyakit kronik yang
berhubungan dengan pemeriksaan
2. Pasien kooperatif dan mampu
berkomunikasi dengan baik
NERVUS CRANIALIS XII / HYPOGLOSSUS
1. Pasien duduk tegap dan berhadapan dengan
pemeriksa
2. Pasien diminta membuka mulut lebar.
3. Inspeksi lidah saat istirahat
4. Minta pasien menjulurkan lidahnya seperti gambar di
samping dan tentukan apakah terdapat deviasi atau
tidak.
5. Minta pasien menggerakkan lidah kekiri dan kekanan
dan tentukan ada tidaknya kelemahan.
NOTE !! : saat istirahat, arah deviasi = sisi sehat
Saat dijulurkan, arah deviasi = sisi sakit
Penentuan UMN / LMN lihat ada tidaknya fasikulasi dan
atrofi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
REFERENSI VIDEO PEMBELAJARAN
https://www.youtube.com/watch?v=TOtdosAXuoI
https://www.youtube.com/watch?v=GE4euNnSSvk
https://www.youtube.com/watch?v=GzE-x8EZ910
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Lesi UMN / LMN
PENILAIAN REFLEKS FISIOLOGIS & PATOLOGIS
PENILAIAN TONUS OTOT
PENILAIAN ATROFI OTOT
PENILAIAN KLONUS
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Refleks Fisiologis
NORMAL
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Refleks Patologis
Babinski Chaddock
Oppenheim Gordon
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Refleks Babinski
1. Pasien berbaring
posisi supinasi
2. Ajak pasien
berbicara untuk
mengalihkan focus
3. Goreskan ujung
tumpul hammer reflex
dari telapak kaki sisi
posterolateral menuju
anteromedial.
Pada refleks patologis,
bernilai (+) apabila terjadi
dorsofleksi ibu jari diikuti
pemekaran (fanning)
keempat jari lainnya.
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Refleks Chaddock
1. Pasien berbaring
posisi supinasi
2. Ajak pasien
berbicara untuk
mengalihkan fokus
3. Goreskan ujung
tumpul hammer reflex
dari punggung kaki sisi
posterolateral menuju
anteromedial.
Pada refleks patologis,
bernilai (+) apabila terjadi
dorsofleksi ibu jari diikuti
pemekaran (fanning)
keempat jari lainnya.
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Tonus Otot
M. Deltoid M. Biceps
M. Triceps
M.
Quadriceps
Femoris
M. Triceps
Surae
OTOT YANG
DIPERIKSA :
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Intepretasi Pemeriksaan Tonus Otot
NORMAL
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pemeriksaan Klonus Otot
1. Pasien posisi duduk
tegap
2. Menggunakan tangan
kiri, tahan tangan pasien
3. Ajak pasien berbicara
untuk mengalihkan focus
4. Posisi tungkai pasien
seperti pada gambar di
samping
5. Secara mendadak,
berikan dorongan
dorsofleksi pada telapak
kaki dan lihat apa yang
terjadi
Pada pemeriksaan klonus,
bernilai (+) apabila terjadi
kontraksi reflektoris otot yang
bersangkutan selama reflek
(rangsangan) berlangsung.
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
REFERENSI VIDEO PEMBELAJARAN
https://youtu.be/ke_wK-d_ssg
https://youtu.be/noabtwcaDt8
F
E
B
R
4
8
2
0
Meningeal sign
suatu tanda adanya iritasi pada meninges.
INDIKASI
1. Nyeri kepala hebat
2. Demam yang sulit turun
dengan obat penurun panas
3. Mual / muntah
4. Riwayat infeksi tanpa terapi
adekuat
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
Kaku
kuduk
Brudzinsky
Sign
Kernig
sign
Laseque
sign
F
E
B
R
4
8
2
0
Kaku Kuduk
• Kontraindikasi : Trauma servikal dan kejang otot
• Prosedur :
1. Pasien berbaring terlentang di atas tempat tidur tanpa bantal (posisi kepala sejajar dengan
tubuh)
2. Inspeksi daerah servikal ada tidaknya trauma maupun kejang otot
3. Sebelum melakukan pemeriksaan, leher pasien secara pasif digerakkan ekstensi dan rotasi
untuk membedakan kaku kuduk dengan kuduk kaku.
4. Karena kaku kuduk yang nyata mengindikasikan iritasi meningeal, pemeriksa harus
membedakannya dari bentuk rigiditas servikal lainnya. Dengan kaku kuduk yang nyata,
leher hanya melawan fleksi. Pada gerakan rotasi maupun ekstensi, meninges, medulla
spinalis, dan radiks nervi spinales tidak teregang.
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
Brudzinsky sign I
• Kontraindikasi : Trauma servikal dan kejang otot
• Prosedur :
1. Pasien berbaring telentang tanpa bantal
2. Tangan kiri pemeriksa diletakkan di bawah kepala
pasien.
3. Lakukan gerakan fleksi pada kepala pasien dengan
cepat namun gentle, gerakan fleksi ini dilakukan
semaksimal mungkin.
4. Tanda Brudzinski 1 positif jika sewaktu dilakukan
gerakan fleksi kepala pasien timbul fleksi involunter
pada kedua tungkai.
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
Brudzinsky sign II
• Kontraindikasi : trauma persendian tungkai dan kejang
otot
• Prosedur :
1. Pasien berbaring terlentang.
2. Tungkai bawah pasien dilakukan fleksi secara pasif
pada sendi panggul dan sendi lutut (seperti Tanda
Kernig).
3. Tanda Brudzinski II positif jika sewaktu dilakukan
gerakan di atas tadi, tungkai yang kontralateral
secara involunter ikut fleksi
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
Brudzinsky sign III
• Kontraindikasi : trauma maksilofacial
• Prosedur :
1. Pasien berbaring terlentang
2. Melakukan penekanan secara bersamaan pada
kedua os zygomaticus dengan kedua ibu jari
3. Tanda Brudzinski III positif jika sewaktu dilakukan
penekanan kedua sisi os. Zygomaticus, kedua lengan
mengalami fleksi
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
Brudzinsky sign IV
• Kontraindikasi
• Prosedur :
1. Lakukan inform consent terlebih dahulu karena
melibatkan bagian vital penderita
2. Pasien berbaring terlentang
3. Melakukan penekanan di atas os pubis
dengan kedua ibu jari
4. Tanda Brudzinski IV positif jika sewaktu
dilakukan penekanan os. Pubis, kedua tungkai
mengalami fleksi
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
Kernig Sign
• Kontraindikasi : trauma persendian tungkai dan
kejang otot
• Prosedur :
1. Pasien berbaring terlentang.
2. Pemeriksa melakukan fleksi pada sendi
panggul dan sendi lutut dari pasien.
3. Kemudian dilakukan ekstensi pada sendi lutut.
4. Tanda Kernig positif jika pada waktu dilakukan
ekstensi pada sendi lutut <1350 timbul rasa
nyeri, sehingga ekstensi sendi lutut tidak bisa
maksimal.
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
Laseque Sign
• Kontraindikasi : trauma persendian tungkai dan kejang
otot
• Prosedur :
1. Pasien diminta untuk berbaring terlentang di atas
tempat tidur tanpa bantal.
2. Pemeriksa melakukan fleksi pada sendi panggul pasien
dengan cara salah satu tangan memegang tumit
pasien dan mengangkatnya sementara tangan yang
lain menekan lutut supaya tetap lurus (straight leg
raising test)
3. Tanda Lasque positif jika pada waktu dilakukan fleksi
panggul dengan sudut < 70° timbul rasa nyeri.
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
SEDIKIT PERBEDAAN
Kernig vs Brudzinsky II sign Kernig vs Laseque sign
• Pada brudzinsky II, bernilai
positif apabila tungkai
kontralateral nyeri yang
mengalami fleksi sedangkan
pada kernig sign, tungkai
ipsilateral yang merasakan
nyeri
• Pada kernig sign, posisi awal
sendi lutut fleksi kemudian
diekstensikan perlahan.
Sedangkan pada laseque sign,
posisi sendi lutut tetap ekstensi
hingga akhir
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI
INDONESIA
UMN & LMN
F
E
B
R
4
8
2
0
FUTURO
MIND
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
UMN VS LMN 4
Mardjono & Sidharta. 2010. Neurologi Klinik Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
UMN LMN
Tonus ↑ ↓/-
Reflek fisiologis ↑ ↓/-
Reflek patologis + -
Klonus + -
Atrofi otot N/disuse
atrophy
+
F
E
B
R
4
8
2
0
36
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
Y o u r L i f e l o n g L e a r n i n g P a r t n e r
f u t u r e d o c t o r i n d o n e s i a . c o m
INFEKSI
F
E
B
R
4
8
2
0
37
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
Meningitis bakterialis akut adalah infeksi meningitis yang terjadi dalam waktu
kurang dari 3 hari
Penyebab tersering adalah Streptococcus pneumoniae (“pneumococcus,” ~50%)
and Neisseria meningitidis (“meningococcus,” ~25%).
MENINGITIS 3B
Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education.
F
E
B
R
4
8
2
0
38
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
3B
MENINGITIS SEPTIK AKUT
Scheld, MW, Whitley R.J et al., 2014. Infection of Central Neurons System. Philadelphia: Wolters Kluwer Health
GEJALA KLINIS PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI
• Timbul akut / subakut
• Sakit kepala
• Kaku Kuduk, Kernig (+),
Brudzinski (+)
• Demam (40° - 40,5°)
• Muntah
• Letargi / kesadaran
menurun
• Kejang umum / fokal
• Pada S pneumococcus gejala
klinis lebih berat dibangdingkan
meningococcus / H influenza
(oleh karena mengeluarkan
toksin a.l. hemolisin,
imunoglobulin A protease,
neuroaminidase dan
hyaluronidase)
• Perubahan kesadaran dari
stupor / koma
• Kejang berulang
• Defisit neurologis terjadi
pada awal stadium
• Pemeriksaan darah
• Darah tepi : Lekositosis, LED meningkat,
gangguan pembekuan/perdarahan
• Ureum, kreatinin (bila akan menggunakan
cephalosporin)
• Pemeriksaan LCS
• Lekosit > 1000 / UL, 90% PMN
• Protein > 150 mg / dl
• Glukosa < 30 mg / dl
• Pewarnaan Gram
• Untuk identifikasi kuman, hasil (+) bila >
103 CFU (Colony Forming Unit)/cc LCS
• Lactat LCS
• Untuk membedakan bakteri/virus
1. Infeksi bakteri : kadar laktat
mendekati 30 mg/dl
2. Infeksi virus : < 25 mg/dl
• CRP : (+) ada inflamasi meningeal bila > 100
mg/ml
• Brain CT: bila ada tanda neurologis fokal/papil
edema
Pilihan I :
Cephalosporin generasi III
- Cefotaxim 6 x 2 gr IV
- Ceftriaxone 1 x 2 gr IV
Selama 15 hari
→ Meningokok, pneumokok
Pilihan II :
Untuk Listeria monocytogenes dapat
diberikan cotrimoxazole dengan dosis 10
mg/kgBB/hari selama 12 hari
• Dexamethason (0,15
• mg/kgBB) ± 4 hari
• Manitol / glycerol untuk
• menurunkan TIK
• Rifampisin dapat diberikan ± 2 hari
(pada kasus pneumokok yang
resisten terhadap b-lactam), dosis
20
• mg/kgBB/hari
F
E
B
R
4
8
2
0
39
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
Ensefalitis merupakan kegawat daruratan dalam bidang neurologi.
Ensefalitis yang terjadi umumnya disebabkan oleh HSV, VZV, EBV, mumps,
measles, dan enterovirus
ENSEFALITIS 3B
Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education.
F
E
B
R
4
8
2
0
40
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
ENSEFALITIS VIRUS 3B
PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi
Scheld, MW, Whitley R.J et al., 2014. Infection of Central Neurons System. Philadelphia: Wolters Kluwer Health
GEJALA KLINIS PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI
• Demam
• Nyeri kepala
• Perubahan kepribadian
• Penurunan kesadaran
• Defisit neurologis →
hemiparesis, afasia, ataksia,
gejala piramidal (refleks
tendon dan respon plantar
ekstensor), defisit saraf kranial
(okulomotor dan fasial),
gerakan-gerakan involunter
(nioklonus dan tremor), dan
kejang parsial.
• Kemerahan kulit
• Lesi membran mukosa
• Darah lengkap, Kimia klinik,
Lumbal punksi (pleositosis
dominan sel mononuclear,
peningkatan kadar protein)
• Serologi darah untuk HSV,
CMV, Japanesse encephalitis
• Serologi CSF untuk HSV dan
CMV
• PCR HSV, CMV, HHV-6.
• EEG (high voltage periodic
spike wave dankompleks slow
wave di temporal
menunjukkan infeksi HSV)
• CT scan kepala + kontras
• MRI kepala + Kontras
• Antivirus (sesuai penyebab)
• Simtomatis
• Mannitol 20% atau NaCl 3%
untuk menurunkan TIK jika ada
tanda peningkatan TIK
F
E
B
R
4
8
2
0
41
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
Meningitis Tuberkulosa adalah radang selaput otak akibat komplikasi
Tuberkulosa Primer. Apabila terjadi meningoensefalitis maka infeksi juga terjadi
pada parenkim otak
Disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Tuberculosa
MENINGITIS TUBERKULOSA 3B
PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi
F
E
B
R
4
8
2
0
42
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
MENINGITIS TUBERKULOSA 3B
PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi
Scheld, MW, Whitley R.J et al., 2014. Infection of Central Neurons System. Philadelphia: Wolters Kluwer Health
GEJALA KLINIS PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI
• Malaise
• Anoreksia
• Demam
• Nyeri kepala yang semakin
memburuk
• Defisit neurologis : kejang dan
atau penurunan kesadaran,
paralisis nervus kranialis II, III,
IV, VI, VII, dan VIII
• Meningeal sign (+)
• Papil edema sebagai tandan
peningkatan TIK
• Darah lengkap, Kimia klinik,
Lumbal punksi (pleositosis
dominan sel mononuclear,
peningkatan kadar protein)
• Roentgen thorax PA
• TES HIV 3 Metode
• Mikrobiologi : TCM dahak,
pewarnaa BTA, atau kultur
• CT scan kepala + kontras
• MRI kepala + Kontras
• Rawat di ruang intensif
(khusus)
• Diet TKTP
• Terapi medikamentosa :
standar pengobatan TB
ekstraparu +
• Steroid : Deksametason IV
(terutama bila ada edema
otak) dengan dosis 10 mg
setiap 4-6 jam, bila membaik
dapat diturunkan sampai 4
mg setiap 6 jam.
F
E
B
R
4
8
2
0
43
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
3B
F
E
B
R
4
8
2
0
44
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
ANALISA CSF PADA INFEKSI OTAK 3B
PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi
Scheld, MW, Whitley R.J et al., 2014. Infection of Central Neurons System. Philadelphia: Wolters Kluwer Health
INDIKATOR NORMAL VIRAL BAKTERIAL TUBERCULOSIS
Warna Jernih Jernih Keruh Xantokrom
Tekanan (cmH20) 5 – 20 N / meningkat Meningkat N / meningkat
Protein (g/L) 0,2 – 0,4 N / meningkat Meningkat N / meningkat
Glukosa (mmol/ L) 2,5 – 3,5 Normal Menurun Menurun
Leukosit total <3 10 – 500 100-5000 N / meningkat
Dominansi sel (-) MN (Limfosit) PMN (Neutrofil) MN (Monosit)
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Disebabkan tetanospasmin (neurotoksin) yang dihasilkan
Clostridium tetani
• Ditandai dengan spasme tonik persisten
• Spasme hampir selalu terjadi pada otot leher dan rahang
→ trismus, lockjaw
• Serta melibatkan tidak hanya otot ekstremitas, tetapi juga
otot-otot batang tubuh.
TETANUS 3B
PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
TETANUS
Lokal Sefalik Umum/generalisata Neonatorum
• Kekakuan dan
spasme yang
menetap disertai
rasa sakit pada
otot disekitar atau
proksimal luka.
• Dapat
berkembang
menjadi tetanus
umum.
• Mengenai wajah
dengan masa
inkubasi 1-2 hari,
• Gejalanya berupa
trismus, disfagia,
rhisus sardonikus
dan disfungsi
nervus kranial.
• Dapat
berkembang
menjadi tetanus
umum
• Trismus, iritable,
kekakuan leher,
susah menelan,
kekakuan dada
dan perut
(opistotonus), rasa
sakit, kecemasan
yang hebat dan
kejang umum
• Kesadaran yang
tetap baik
• Terjadi pada bayi
baru lahir, karena
infeksi tali pusat,
• Gejala yang sering
timbul adalah
ketidakmampuan
untuk menetek,
kelemahan,
irritable diikuti oleh
kekakuan dan
spasme.
MANIFESTASI KLINIS 3B
PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi
F
E
B
R
4
8
2
0
47
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
GRADING ABLLET
1. Afshar, Majid dan Raju, Mahesh dan Ansell, David dan Bleck, Thomas. 2011. Narrative Review: Tetanus-A Health Threat After
2. Natural Disasters in Developing Countries. Annals of internal medicine. 154. 329-35. 10.1059/0003-4819-154-5-201103010-00007.
3B
GRADE SEVERITY SYMPTOMS
1 Mild
Mild trismus, general spasticity, no respiratory
compromise, no spasms, no dysphagia
2 Moderate
Moderate trismus, rigidity, short spasms, mild
dysphagia, moderate respiratory involvement,
respiratory rate >30 breaths/min
3 Severe
Severe trismus, generalized rigidity, prolonged
spasms, severe dysphagia, apneic spells,
pulse >120 beats/min, respiratory rate >40
breaths/min
4 Very severe Grade 3 with autonomic dysfunction
F
E
B
R
4
8
2
0
48
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
PRINSIP TATALAKSANA LUKA
1. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2017
3B
Wajib irigasi luka
dengan cairan
fisiologis
Wajib
debridement
jaringan nekrosa
Wajib singkirkan
bahan
kontaminan
Wajib pemberian
antibiotik
topikal
Jahit luka
(terbuka /
tertutup)
1 2 3
4 5
F
E
B
R
4
8
2
0
49
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
TATALAKSANA
1. Jameson, J. L, et al. 2018. Harrison’s Principles of Internal Medicine. USA: McGraw-Hill Education
2. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016
3B
Status imunisasi Tetanus dan apa yang harus dilakukan:
Tahun terakhir
mendapat
imunisasi
Luka Perawatan Tetanus
<5
Bersih atau Rentan
Tetanus
Tidak perlu imunisasi Tetanus
>5 dan <10 Bersih Tidak perlu imunisasi Tetanus
>5 Rentan Tetanus Tetanus Toxoid 0.5ml IM
>10
Bersih atau Rentan
Tetanus
Tetanus Toxoid 0.5ml IM
Tidak pernah
imunisasi
Bersih
Mulai pemberian imunisasi tetanus
toxoid secara berkesinambungan
(0.5ml IM; ulangi dalam 4 minggu
dan 6-12 bulan setelah suntikan
kedua
Tidak pernah
imunisasi Rentan Tetanus
Mulai pemberian imunisasi tetanus
toxoid secara berkesinambungan
(0.5ml IM; ulangi dalam 4 minggu
dan 6-12 bulan setelah suntikan
kedua.
Human tetanus immunoglobulin 250
U, IM dalam - tidak di lokasi yang
sama dengan pemberian suntikan
tetanus toxoid.
Info Luka Rentan tetanus Tidak rentan Tetanus
Waktu sejak
terjadinya luka
>6 jam <6 jam
Kedalaman
luka
>1 cm <1 cm
Mekanisme
terjadinya
luka
Luka hancur, luka
bakar, luka
tembak, luka
karena suhu dingin
ekstrim, luka tusuk
yang menembus
baju
Potongan tajam
Jaringan mati Ya Tidak
Kontaminasi
benda asing
(rumput, tanah,
dsb.)
Ya Tidak
Terapi
• Antibiotik (Metronidazol atau Penicilin)
• Antitoksin (HTIG single dose atau ATS dosis terbagi)
• Antikonvulsan (benzodiazepin)
F
E
B
R
4
8
2
0
50
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
Miscellaneous Tetanus
(vaksinasi tetanus menurut CDC)
3B
WAJIB DIPERHATIKAN !! :
1. 3 dosis yang dimaksud pada tabel di atas adalah DPT 1, DPT 2, DPT 3 yang diberikan pada masa
kanak
2. Hal ini berbeda dengan dosis vaksin tetanus yang diberikan pada masa dewasa
1. Liang JL, Tiwari T, Moro P, et al. Prevention of Pertussis, Tetanus, and Diphtheria with Vaccines in the United States: Recommendations of the Advisory
Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2018;67(2):1–44.
2. Tetanus for clinicians. 2020. CDC
F
E
B
R
4
8
2
0
51
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
Miscellaneous Tetanus
(vaksinasi tetanus menurut CDC)
3B
Pemberian HTIG diberikan pada dua kondisi
utama :
1. Apabila riwayat vaksinasi tidak
diketahui atau tidak pernah dengan
luka rentan tetanus
2. Walaupun riwayat vaksinasi lengkap
(terakhir <5 tahun yang lalu) dengan
luka tidak rentan namun gejala tetanus
telah muncul (trismus, rhesus
sardonikus, atau opistotonus).
1. Liang JL, Tiwari T, Moro P, et al. Prevention of Pertussis, Tetanus, and Diphtheria with Vaccines in the United States: Recommendations of the Advisory
Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2018;67(2):1–44.
2. Tetanus for clinicians. 2020. CDC
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan
virus rabies
• Bersifat zoonotik, ditularkan melalui gigitan hewan
terinfeksi
• Infeksi menjalar ke otak melalui saraf perifer.
• Masa inkubasi dari penyakit ini 1-3 bulan, tapi dapat
bervariasi antara 1 minggu sampai beberapa tahun,
tergantung juga pada seberapa jauh jarak masuknya
virus ke otak
RABIES 3A
KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Stadium
Prodormal Sensoris Eksitasi Paralisis
Gejala awal
berupa demam,
malaise, mual dan
rasa nyeri di
tenggorokan
selama beberapa
hari.
Nyeri, panas
disertai kesemutan
pada tempat
bekas
luka disusul
dengan gejala
cemas, dan reaksi
yang berlebihan
terhadap
rangsang sensoris.
• Tonus otot dan aktivitas
simpatis meninggi dan
gejalla hiperhidrosis,
hipersalivasi, hiperlakrimasi,
dan pupil dilatasi.
• Hidrofobia.
• Kontraksi otot faring dan otot
pernapasan.
• Apneu, sianosis, konvulsan,
dan takikardia. Gejala
eksitasi terus berlangsung
sampai penderita
meninggal.
Paresis otot
yang terjadi
secara progresif
karena
gangguan
pada medulla
spinalis.
MANIFESTASI KLINIS 3A
KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
RESIKO RENDAH
• Jilatan pada kulit
• Luka dangkal
• Luka lecet / ekskoriasis
• Luka didaerah ekstremitas (lengan atas / bawah, tungkai atas/bawah) dan
badan (dada, perut, punggung atas/bawah)
RESIKO TINGGI
• Jilatan pada mukosa
• Luka lebar/dalam dan multiple
• Luka di atas bahu (daerah leher dan kepala)
• Luka pada jari tangan / kaki
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies
https://www.cdc.gov/rabies/index.html
KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia
3A
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
KEYWORD : Luka resiko
tinggi SELALU
mendapat SAR & VAR
tanpa melihat kondisi
hewan penggigit !
KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia
3A
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Luka RESIKO
RENDAH
Gigitan kecil pada
daerah tertutup
Lokasi : Badan,
Lengan, dan
Tungkai
Intramuskular
pada otot deltoid
atau anterolateral
paha
0,5 ml pada hari 0,
3, 7,14, 28 (sesuai
rekomendasi
WHO)
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies
KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia
3A
F
E
B
R
4
8
2
0
CARA PEMBERIAN “VAR” PASKA PAPARAN
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies
KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia
Gigitan kecil pada
daerah tertutup
0,5 ml pada hari 0,
3, 7,14, 28 (sesuai
rekomendasi WHO)
Intramuskular pada
otot deltoid atau
anterolateral paha
F
E
B
R
4
8
2
0
Luka RESIKO TINGGI
Luka mukosa, besar dan
dalam, atau bersifat multipel
Lokasi : di atas bahu (kepala
dan leher), dan jari tangan /
kaki
bila serum heterolog (berasal
dari serum kuda) Dosis 40 IU/
kgBB disuntikkan infiltrasi
pada luka sebanyak-
banyaknya, sisanya
disuntikkan secara IM.
Bila serum homolog (berasal
dari serum manusia) dengan
dosis 20 IU/ kgBB, dengan
cara yang sama.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies
KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia
F
E
B
R
4
8
2
0
FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI
INDONESIA
EPILEPSI DAN
KEJANG LAINNYA
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Epilepsi → keadaan yang ditandai oleh bangkitan epilepsi
berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa
provokasi.
• Bangkitan epilepsi → manifestasi klinis yang disebabkan
oleh aktivitas listrik yang abnormal dan berlebihan dari
sekelompok neuron di otak.
EPILEPSI 3A
PERDOSSI., 2014. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Edisi 5. Surabaya: Airlangga University Press
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
KEJANG UMUM
Tonik Kejang yang ditandai dengan kontraksi otot yang berlangsung selama beberapa detik sampai
beberapa menit.
Klonik Sentakan mioklonik sekelompok otot dengan pengulangan secara teratur lebih kurang 2-3 siklus
per detik serta berlangsung lama, biasanya melibatkan kedua sisi tubuh
Tonik-Klonik Kombinasi tonik dan klonik. Kontraksi tonik simetris, diikuti dengan kontraksi klonik bilateral otot-
otot somatis
Absans Hilangnya kesadaran yang bersifat sementara
Mioklonik Kontraksi otot tunggal atau multipel yang terjadi secara tiba-tiba, cepat (<100 milidetik)
Atonik Hilangnya tonus otot tanpa didahului kejang mioklonik atau tonik yang berlangsung ≥1-2 detik
KLASIFIKASI 3A
Fisher RS, Acevedo C, Arzimanoglou A, Bocagz A, Cross JH, Elger CE, dkk. ILAE official report: A practical clinical
definition of epilepsy. Epilepsia. 2014;55:475-82.
KEJANG PARSIAL
Kejang parsial sederhana Kejang fokal tanpa disertai gangguan kesadaran
Kejang parsial kompleks Kejang fokal disertai hilang atau perubahan kesadaran
Kejang parsial menjadi umum Kejang fokal yang diikuti kejang umum
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
TATALAKSANA 3A
Glauser, T., et al. 2013. Updated ILAE evidence review of antiepileptic drug efficacy and effectiveness as initial monotherapy for epileptic seizures and syndromes.
Epilepsia., pp: 1-13
Dewasa Anak
Level of
evidance
A B C D A B C D
KEJANG UMUM
Tonik
-
Carbamazepine
,
Lamotrigine,
Oxcarbazepine,
Phenobarbital,
Phenytoin,
Topiramate,
Valproic acid
Gabapentin,
Levetiracetam
,
Vigabatrin
-
Carbamazepine
,
Phenobarbital,
Phenytoin,
Topiramate,
Valproic acid
Oxcarbazepin
e
Klonik
Tonik-Klonik
Atonik
Mioklonik
-
Topiramate,
Valproic acid
Absans Ethosuximide,
Valproic acid
-
Lamotrigine -
KEJANG PARSIAL Carbamazepin
e,
Levetiracetam,
Phenytoin,
Zonisamide
Lansia:
Gabapentin,
Lamotrigine
Valproic
acid
Gabapentin,
Lamotrigine,
Oxcarbazepine,
Phenobarbital,
Topiramate,
Vigabatrin
Lansia:
Carbamazepine
Clonazepam,
Primidone
Lansia:
Topiramate,
Valproic acid
Oxcarbazepin
e
Carbamazepine
,
Phenobarbital,
Phenytoin,
Topiramate,
Valproic acid,
Vigabatrin
Clobazam,
Clonazepam,
Lamotrigine,
Zonisamide
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
PENGHENTIAN OAE 3A
PERDOSSI., 2014. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Edisi 5. Surabaya: Airlangga University Press
Syarat penghentian OAE:
• Setelah minimal 2 tahun bebas bangkitan dan gambaran EEG
normal
• Penghentian OAE disetujui oleh penyandang atau keluarganya
• Harus dilakukan secara bertahap, 25% dari dosis semula setiap
bulan dalam jangkat waktu 3-6 bulan
• Bila dilakukan lebih dari 1 OAE, maka penghentian dimulai dari 1
OAE yang bukan utama
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
STATUS EPILEPTIKUS 3B
PERDOSSI., 2014. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Edisi 5. Surabaya: Airlangga University Press
Bangkitan >30 menit
Atau
> 2 bangkitan tanpa pemulihan kesadaran
diantaranya
2 tipe SE:
• SE konvulsif
• SE non konvulsif
F
E
B
R
4
8
2
0
65
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
TATALAKSANA
PERDOSSI., 2014. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Edisi 5. Surabaya: Airlangga University Press
3B
Stadium 1 (0−10 menit) Stadium 2 (0−30 menit) Stadium 3 (0−60 menit) Stadium 4 (30−90 menit)
• Diazepam 10 mg IV bolus
lambat dalam 5 menit, stop
jika kejang berhenti, bila masih
kejang dapat diulang 1 kali lagi
atau Midazolam 0.2 mg/kgBB
IM
• Pertahankan patensi jalan
napas dan resusitasi
• Berikan oksigen
• Periksa fungsi kardiorespirasi
• Pasang infus
• Monitor pasien
• Pertimbangkan kemungkinan
kondisi non epileptik
• Pemeriksaan emergensi
laboratorium
• Berikan glukosa (D50% 50 ml)
dan/atau thiamine 250 mg i.v
bila ada kecurigaan
penyalahgunaan alkohol atau
defisiensi nutrisi
• Terapi asidosis bila terdapat
asidosis berat
• Pastikan etiologi
• Siapkan untuk rujuk ke ICU
• Identifikasi dan terapi
komplikasi medis yang terjadi
• Vasopressor bila diperlukan
• Phenytoin i.v dosis of 15–18
mg/kg dengan kecepatan
pemberian 50 mg/menit
dan/atau bolus Phenobarbital
10–15 mg/kg i.v.dengan
kecepatan pemberian100
mg/menit
• Pindah ke ICU
• Anestesi umum dengan salah
satu obat di bawah ini :
o Propofol 1–2 mg/kgBB
bolus, dilanjutkan 2–10
mg/kg/jam dititrasi naik
sampai SE terkontrol
o Midazolam 0.1–0.2 mg/kg
bolus, dilanjutkan 0.05–
0.5 mg/kg/jam dititrasi
naik sampai SE terkontrol
o Thiopental sodium 3–5
mg/kg bolus, dilanjut 3–5
mg/kg/jam dititrasi naik
sampai terkontrol
• Perawatan intensif dan monitor
EEG
• Monitor tekanan intrakranial
bila dibutuhkan
• Berikan antiepilepsi rumatan
jangka panjang
F
E
B
R
4
8
2
0
FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI
INDONESIA
PENYAKIT
NEUROVASKULER
F
E
B
R
4
8
2
0
Konsep Cerebrovascular Accident (CVA) / Stroke
Per Definisi
“Defisit neurologik akut (mendadak),
bersifat fokal atau global yang
berlangsung selama ≥24 jam karena
gangguan vaskular”
SEMUA KRITERIA HARUS TERPENUHI !
Selalu diawali pemeriksaan klinis (anamnesis dan
pemeriksaan fisik) + pemeriksaan penunjang.
1.Anamnesis : onset, riwayat / atheroma risk factor,
siriraj score.
2.Pemeriksaan Fisik : TTV, meningeal sign, lateralisasi,
refleks fisiologi + patologis, pola pernafasan.
3.Pemeriksaan penunjang : CT-scan (gold standard),
GDA, DL, PT/aPTT/INR.
Penegakan Diagnosa
Terbagi atas
1. Transcient Iscemic Attack (TIA)
2. Reversible Ischaemic Neurological
Deficit (RIND)
3. Prolonged RIND
4. Complete Stroke (definisi umum
stroke)
Perjalanan Klinis
1.Iskemik (akibat penyumbatan
pembuluh darah). Bentuk klinis :
thrombosis dan embolik.
2.Hemoragik (akibat pecahnya
pembuluh darah). Bentuk klinis :
ICH dan SAH
Klasifikasi Stroke
Prinsip Terapi pada Stroke
1.Stroke iskemik :
• Berikan antitrombus
(goal tehrapy)
• Reperfusi
• Neuroprotektor
• Perbaiki underlying
disease
2. Stroke hemoragik :
• Turunkan tensi (goal
therapy)
• Turunkan TIK
• Terapi kejang (bila
terjadi)
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
SIRIRAJ SCORE
(2,5 X kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 tekanan diastolik) – (3 x ateroma) – 12
SKORING 3B
Poungvarin N, Viriyavejakul A, Komontri C. Siriraj stroke score and validation study to distinguish supratentorial
intracerebral haemorrhage from infarction. BMJ. 1991; 302: 1565-7.
Komponen Skor
Kesadaran Kompos mentis 0
Somnolen 1
Sopor/koma 2
Vomitus Tidak da 0
Ada 1
Nyeri kepala Tidak ada 0
Ada 1
Ateroma Tidak ada 0
DM, angina, atau penyakit pembuluh darah 1
Skor Interpretasi
< -1 Stoke iskemik
-1 - 1 Meragukan
> 1 Stroke hemoragik
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Defisit neurologis akut yang
disebabkan oleh kelainan vaskular
serta pulih dalam jangka waktu <24
jam
• Ada 3 mekanisme yang dapat
menyebabkan TIA
• Aterosklerosis
• Emboli
• Oklusi pembuluh darah kecil
TRANSIENT ISCHAEMIC ATTACK 3B
Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI
TIA Sembuh <24 jam
RIND Sembuh <72 jam
P-RIND Sembuh <7 hari
COMPLETE Menetap, mendadak
PROGRESIF Menetap, bertahap
F
E
B
R
4
8
2
0
HEMIPARESE
Jenis
Hemiparese
Parese Wajah
Parese
Ekstremitas
Lesi Kesimpulan
Hemiparese
Tipikal
D D S (sisi parese
wajah =
ekstremitas) vs
lesi
S S D
Hemiparese
Alternans
D S D (sisi parese
wajah = lesi) vs
ekstremitas
S D S
Sisi merot / mencong = sisi NORMAL
Sisi lesi selalu berkebalikan dengan parese ekstremitas
Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Trombus
Emboli
Oklusi pembuluh darah kecil otak
STROKE ISKEMIK 3B
Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
EKG
CT Scan non kontras
MRI (pada fase akut stroke iskemik)
Doppler karotis dan vertebralis
Doppler transkranial
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Penunjang 3B
Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
PRINSIP TERAPI STROKE ISKEMIK
(1st) Anti
Trombus
(2nd)
Perbaikan
Perfusi
Perbaikan
Faktor
Sistemik
Patnaik, R., Kumar, A. and Ashish, T. 2019 Advancement in the Pathophysiology of Cerebral Stroke, Advancement in the Pathophysiology of
Cerebral Stroke. doi: 10.1007/978-981-13-1453-7.
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
ANTI
TROMBUS
Aspirin dosis tinggi :
150-320 mg / hari
Clopidogrel 75
mg/hr
Anti platelet
1. Heparin : resiko
perdarahan otak
(harus diberikan di
fasilitas kesehatan).
2. LMWH ( Fraxiparin)
3. Warfarin : 10
mg/hr (dapat
diberikan pada
rawat jalan)
Anti Koagulan
(diberikan pada kasus
emboli)
Diberikan pada
apabila FASE AKUT
(<4,5 jam, harus
diketahui pasti)
Dosis 0,6 – 0,9
mg/KgBB. Dosis
maksimal 90 mg
KI Absolut :
• Perdarahan GI
tract dalam 6
bulan terakhir
• Internal bleeding
• Riwayat stroke
hemoragik
• Riwayat operasi
kepala
Trombolitik : r-TPA (Tissue
Plasminogen Activator)
Patnaik, R., Kumar, A. and Ashish, T. 2019. Advancement in the Pathophysiology of Cerebral Stroke, Advancement in the Pathophysiology of
Cerebral Stroke. doi: 10.1007/978-981-13-1453-7.
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
TATALAKSANA DI RUMAH SAKIT
Optimalisasi TENSI
• Dilakukan pada hari 1-3
• Tensi diatur tinggi (Tidak lebih darI 20% MAP) untuk meningkatan CBF dan memperbaiki vaskularisasi otak.
• Tidak dilakukan apabila S≥220 atau D≥120.
• Target tensi hari ke-7 : S/ 160-180 D/90-100
Citicoline 2-4 x 250 mg IV/hari
• Berfungsi sebagai NEUROPROTEKTOR dilanjutkan dengan 2x500-1000 mg PO
Piracetam 12 gr IV / 20 menit
• Dilanjutkan dengan oral 2-4 x 1200 mg
Nimodipine 3-4 x 30 mg PO / hari
Patnaik, R., Kumar, A. and Ashish, T. 2019. Advancement in the Pathophysiology of Cerebral Stroke, Advancement in the Pathophysiology of
Cerebral Stroke. doi: 10.1007/978-981-13-1453-7.
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Trombolisis
Ya
<185/110
mmHg (pre)
<180/105
mmHg (post)
Tidak
TD >220/120
mmHg
Turunkan 15%
dalam 24 jam
pertama
Tatalaksana Hipertensi Stroke Iskemik 3B
Powers WJ, Rabinstein AA, Ackerson T, et al., Guidelines for the Early Management of Patients with Acute Ischemic
Stroke. AHA/ASA. 2018: 46-99
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
TATALAKSANA PUSKESMAS (kontrol/kondisi stabil)
Kontrol gula
darah
• Target GDA 100-
200 gr%
Kontrol
hiperlipidemia
• Menggunakan
golongan statin (
ex : Atrovastatin)
Edukasi
•Edukasi
penderita
bagaimana
menghindari
faktor resiko
reversibel
Patnaik, R., Kumar, A. and Ashish, T. (2019) Advancement in the Pathophysiology of Cerebral Stroke, Advancement in the Pathophysiology of
Cerebral Stroke. doi: 10.1007/978-981-13-1453-7.
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Stroke adalah defisit neurologis fokal (atau global) yang
terjadi mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam dan
disebabkan oleh faktor vaskuler
• Stroke hemoragik dapat disebabkan oleh adanya
perdarahan intraserebral (ICH) atau perdarahan
subaraknoid (SAH)
STROKE HEMORAGIK 3B
Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
EKG
CT Scan non kontras
MRI
Doppler karotis dan vertebralis
Doppler transkranial
Pemeriksaan laboratorium
PEMERIKSAAN PENUNJANG 3B
Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Kontrol tekanan darah → mencegah perdarahan ulang
1. Pada orang yang dasarnya normotensif diturunkan sampai
sistolik 160 mmHg
2. Pada orang dengan hipertensi, target sedikit lebih tinggi
(Sistolik 150-220 diturunkan menjadi 140 dalam 6 jam, sistolik
>220 diturunkan agresif 15 – 20% dengan antihipertensi IV
dalam 1 jam pertama)
• Tekanan intrakranial → diturunkan dengan cara
meninggikan posisi kepala 15-30 derajat (satu bantal)
sejajar dengan bahu dan mannitol 0,25 - 1 g/kgBB
dalam 30 – 60 menit
• Neuroprotektor → Sitikolin250 mg (tidak wajib)
TATALAKSANA 3B
Guideline for the Mangement of Spontaneous Intracerebral Hemorrhage. 2015 (AHA/ASA)
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Gambran klinik ICH SAH
Serangan Saat melakukan aktivitas Nyeri kepala sangat hebat,
mendadak, biasanya saat
aktivitas
Defisit
neurologis
Fokal, sangat akut disertai
tanda peningkatan tekanan
intrakranial (nyeri kepala,
muntah, kesadaran menurun,
kejang, dll)
Defisit neurologik fokal jarang
dijumpai
Dijumpai tanda rangsangan
selaput otak (kaku kuduk)
TD Hipertensi berat (sering) Hipertensi (jarang)
Temuan khusus Penyakit jantung hipertensif,
retinopati hipertensif
Perdarahan subhyaloid/preretinal
Perdarahan pada likuor
serebrospinal
CT scan kepala Area hiperdens intraserebral /
intraventricular
Area hiperdens di sisterna basalis
KLASIFIKASI 3B
Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Gangguan fungsi bahasa karena kerusakan pusat bahasa
di otak
• Penyebab utama → stroke
• Mempengaruhi fungsi bahasa:
• Kelancaran bicara (fluency)
• Pemahaman
• Kemampuan pengulangan (repetisi)
• Kemampuan menamakan benda (Naming)
AFASIA
Aninditha, T. & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Pengulangan
Pemahaman
Fluensi
Afasia
Ya
Ya
Ya
Anomik
Tidak
Konduksi
Tidak
Ya
Trans-
kortikal
sensorik
Tidak
Werni
cke
Tidak
Ya
Ya
Trans-
kortikal
motorik
Tidak
Broca
Tidak
Ya
Transkortikal
campuran
Tidak
Glob
al
KLASIFIKASI
Aninditha, T. & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI
F
E
B
R
4
8
2
0
FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI
INDONESIA
NYERI KEPALA
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Migrain Tanpa Aura 4
The Headache Classification Committee of International Headache Society: International Classification of Headache Disorders 3rd Edition.
Cephalalgia 2018; 38(1): 18-34
A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D
B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 – 72 jam (tidak diobati atau
tidak berhasil diobati).
C.Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut :
1. Lokasi unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita menghindari
aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
1. Nausea dan atau muntah
2. Fotofobia dan fonofobia
E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3 dan
transient ischemic attack harus dieksklusi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
A. Satu atau lebih aura berikut yang bersifat reversibel:
1. Visual
2. Sensorik
3. Bicara dan/atau Bahasa
4. Motorik
5. Batang otak
6. Retina
B. Tiga dari enam karakteristik di bawah ini:
1. Setidaknya satu gejala aura berkembang secara bertahap ≥5 menit
2. Dua atau lebih gejala aura terjadi berturut-turut
3. Setiap gejala aura berlangsung 5-60 menit
4. Setidaknya satu gejala aura bersifat unilateral
5. Setidaknya satu gejala merupakan aura positif
6. Aura disertai atau diikuti nyeri kepala dalam 60 menit
Migrain dengan Aura 4
The Headache Classification Committee of International Headache Society: International Classification of Headache Disorders 3rd Edition.
Cephalalgia 2018; 38(1): 18-34
Minimal dua serangan
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Tatalaksana 4
PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi
ABORTIF PREVENTIF
Non spesifik
• Aspirin 500 - 1000 mg per 4-6 jam (A)
• Ibuprofen 400 – 800 mg per 6 jam (A)
• Parasetamol 500 -1000 mg per 6-8 jam untuk
terapi migrain akut ringan sampai sedang (B)
• Kalium diklofenak (powder) 50 -100 mg per
hari dosis tunggal
Spesifik
• Sumatriptan 30mg, Eletriptan 40-80 mg atau
Rizatriptan 10 mg (A)
• Ergotamin (tidak direkomendasikan untuk
migrain akut) (A)
Beta bloker
• Propanolol 80-240 mg per hari sebagai terapi
profilaksi lini pertama (A)
• Timolol 10-15 mg dua kali/hari, dan metropolol
45- 200 mg/hari, dapat sebagai obat profilaksi
alternatif (A)
Antiepilepsi
• Topiramat 25-200 mg per hari untuk profilaksi
migrain episodik dan kronik (A)
• Asam valproat 400-1000 mg per hari untuk
profilaksi migrain episodik (A)
Antidepresi
• Amitriptilin 10-75mg, untuk profikasi migrain (B)
NSAID
• Ibuprofen 200 mg 2 kali sehari (B)
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata rata <1 hari/bulan (<12
hari/tahun), dan memenuhi kriteria B-D.
B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
1. Lokasi bilateral.
2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
3. Intensitasnya ringan atau sedang.
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
D. Tidak didapatkan:
1. Mual atau muntah.
2. Lebih dari satu keluhan: foto fobia atau fonofobia.
E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3.
TTH EPISODIK INFREKUEN 4
The Headache Classification Committee of International Headache Society: International Classification of
Headache Disorders 3rd Edition. Cephalalgia 2018; 38(1): 18-34
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata rata 1-14 hari/bulan
selama >3 bulan (>12 dan <180 hari/tahun), dan memenuhi kriteria B-D.
B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
1. Lokasi bilateral.
2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
3. Intensitasnya ringan atau sedang.
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
D. Tidak didapatkan:
1. Mual atau muntah.
2. Lebih dari satu keluhan: foto fobia atau fonofobia.
E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3.
TTH EPISODIK FREKUEN 4
The Headache Classification Committee of International Headache Society: International Classification of
Headache Disorders 3rd Edition. Cephalalgia 2018; 38(1): 18-34
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
A. Nyeri kepala muncul pada >15 hari/bulan selama >3 bulan (>180 hari/tahun),
dan memenuhi kriteria B-D.
B. Nyeri kepala berlangsung berjam-jam, berhari-hari, atau terus menerus
C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
1. Lokasi bilateral.
2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
3. Intensitasnya ringan atau sedang.
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
D. Tidak didapatkan:
1. Lebih dari satu antara fotofobia, fonofobia atau mual ringan
2. Mual atau muntah sedang atau berat.
E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3.
TTH KRONIK 4
The Headache Classification Committee of International Headache Society: International Classification of
Headache Disorders 3rd Edition. Cephalalgia 2018; 38(1): 18-34
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
•Aspirin 1000 mg/hari,
•Asetaminofen 1000 mg/hari,
•NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, asam
mefenamat, ibuprofen 800 mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari).
•Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg.
• Kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
• Kronik: Antidepresan, Antiansietas
Medikamentosa:
• Meyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan
fisik
• Mengurangi kecemasan atau depresi
Edukasi:
Tatalaksana 4
Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education.
PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
A. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan yang memenuhi kriteria b-d.
B. Nyeri hebat pada daerah orbita, supraorbita dan/atau temporal yang
berlangsung antara 15-180 menit jika tidak ditangani.
C.Nyeri kepala disertai setidaknya satu gejala berikut:
• Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi pada mata ipsilateral
• Kongesti nasal dan/atau rhinorrhea ipsilateral
• Edema palpebra ipsilateral
• Berkeringat pada daerah dahi dan wajah ipsilateral
• Miosis dan/atau ptosis ipsilateral
• Gelisah atau agitasi
• Frekuensi serangan 1-8 kali/hari
E. Tidak berhubungan dengan kelainan lain
CLUSTER HEADACHE 3A
PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Terapi
Akut:
• Inhalasi oksigen 100% 7-12 liter/menit selama 15 – 20 menit
• Dihidroergotamin (DHE ) 0,5–1,5 mg i.v
• Sumatriptan injeksi subkutan 6 mg
• Zolmitriptan 5 mg atau 10 mg per oral
• Anestesi lokal: 1 ml Lidokain intranasal 4%.
Tatalaksana 3A
Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education.
PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi
Profilaksis
• Verapamil (pilihan pertama) 120–160 mg t.i.d-q.i.d, selain itu bisa
juga dengan Nimodipin 240 mg/hari atau Nifedipin 40-120 mg/hari
• Steroid (80–90% efektif untuk prevensi serangan), tidak boleh
diberikan dalam waktu lama. 50–75 mg setiap pagi dikurangi 10%
pada hari ketiga
• Lithium 300–1500 mg/hari (rata-rata 600–900 mg)
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
NEURALGIA TRIGEMINAL 3A
PERDOSSI. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi
Medikamentosa → Antikonvulsan
Nervus trigeminus (V)
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Farmakologis
• Karbamazepin (200 – 1200 mg/hari) → lini pertama
• Oxcarbazepin (600 – 1800 mg/hari)
• Baclofen
• Lamotrigin
• Gabapentin
Non Farmakologis
• Outpatients Needle Procedure
• Radiofrekuensi rhizotomy
• Glycerol injection
• Balloon Compression
• Peripheral Neurectomy
Pembedahan
• Microvascular Decompression (MVD)
PERDOSSI. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi
3A
F
E
B
R
4
8
2
0
FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI
INDONESIA
PENYAKIT
NEUROMUSKULER DAN
NEUROPATI
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Neuropati akibat tekanan terhadap nervus medianus di
dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan
CARPAL TUNNEL SYNDROME 3A
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
GEJALA KLINIS 3A
• Parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti
terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3.
• Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam
hari.
• Berkurang bila penderita memijat atau menggerak-
gerakkan tangannya atau dengan meletakkan
tangannya pada posisi yang lebih tinggi
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
PEMERIKSAAN FISIK 3A
1. Phalen’s test Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila
dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong
diagnosis.
2. Torniquet’s test Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan tomiquet dengan
menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas
tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosis.
3. Tinel’s sign Tes ini mendukung diagnosis bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
4. Flick’s sign Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau
menggerakgerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau
menghilang akan menyokong diagnosis CTS.
5. Thenar wasting Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot
thenar.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
PEMERIKSAAN FISIK
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Pemeriksaan sensibilitas : Bila penderita tidak dapat
membedakan dua titik (two-point discrimination) pada
jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes
dianggap positif dan menyokong diagnosis
• Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan
apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau
licin yang terbatas pada daerah inervasi nervus
medianus. Bila ada akan mendukung diagnosis CTS.
PEMERIKSAAN FISIK 3A
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
TATALAKSANA 3A
KONSERVATIF OPERATIF
• Istirahatkan pergelangan tangan.
• Obat anti inflamasi non steroid.
• Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan
tangan (wrist splint). Bidai dapat dipasang terus-menerus
atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
• Nerve Gliding.
• Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg/ml atau
hidrokortison 10-25 mg atau metilprednisolon 20-40 mg
diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan
menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke
arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon muskulus palmaris longus dengan
membentuk sudut 30 derajat Sementara 24 suntikan
dapat diulang dalam 7 sampai 10 hari untuk total tiga
atau empat suntikan.
• Vitamin B6 (piridoksin)
• Fisioterapi
TIGA INDIKASI UTAMA:
• Tidak mengalami perbaikan
dengan terapi konservatif
• Terjadi gangguan sensorik yang
berat
• Adanya atrofi otot-otot thenar.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Ruang sempit yang berada di antara malleolus medial
dan tendon Achilles
• Sisi medial ankle
• Tarsal tunnel dilapisi oleh Ligament Flexor Retinaculum
• Di dalamnya ada N. Tibialis posterior dan Aretri Vena
Tibialis posterior
• Adanya kompresi pada tarsal tunnel → Tarsal Tunnel
Syndrome
• Etiologi : trauma, kelainan anatomi, ganglion, massa
TARSAL TUNNEL SYNDROME 3A
American College of Foot and Ankle Surgeons; Tarsal Tunnel Syndrome
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Gejala
- Nyeri terbakar
- Kesemutan
- Baal
- Lokasi di ankle dan telapak kaki
• Penunjang : EMG NCV
GEJALA KLINIS 3A
American College of Foot and Ankle Surgeons; Tarsal Tunnel Syndrome
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
- Rest
- Ice
- Immobilization
- Analgetik : NSAID Ibuprofen 2-3 x 400 mg/hari
- Injeksi steroid
- Fisioterapi
TATALAKSANA 3A
American College of Foot and Ankle Surgeons; Tarsal Tunnel Syndrome
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Penyakit dimana sistem kekebalan tubuh seseorang
menyerang sistem saraf tepi dan menyebabkan
kelemahan otot, apabila parah dapat mengakibatkan
kelumpuhan, bahkan otot-otot pernapasan.
GUILLAIN BARRE SYNDROME 3A
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
PATOFISIOLOGI 3A
• Autoantibodi yang memicu demielinisasi saraf tepi
• Faktor Risiko : Infeksi (Campylobacter jejuni → diare
berdarah, Epstein-Barr Virus → batuk pilek)
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
DIAGNOSIS 3A
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
• Kelemahan ascenden dan
simetris
• Anggota gerak bawah dulu
baru menjalar ke atas
• Kelemahan akut dan progresif
yang ditandai arefleksia
• Puncak defisit 4 minggu
• Pemulihan 2-4 minggu pasca
onset
• Gangguan sensorik pada
umumnya ringan
• Gangguan otonom dapat
terjadi
• Gangguan saraf kranial
• Gangguan otot-otot nafas
• Kelemahan saraf cranial (III, IV,
VI, VII, IX, X)
• Kelemahan anggota gerak
yang cenderung simetris dan
asendens
• Hiporefleksia atau arefleksia
• Tidak ada klonus atau refleks
patologis
• Laboratorium (untuk
menyingkirkan diagnosis
banding lain): Pemeriksaan
darah lengkap,
ureum/kreatinin, SGOT/SGPT,
elektrolit, Creatinin kinase,
Serologi
CMV/EBV/Micoplasma,
Antibodi glycolipid, Antibodi
GMI
• Pencitraan: MRI minimal
potongan sagital untuk
menyingkirkan diagnosis
banding lain
• Lumbal Pungsi → Disosiasi
sitoalbumin (peningkatan
protein tanpa peningkatan
leukosit)
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Pemberian IVIG 0,4 gram/ kg BB/ hari selama 5 hari atau
plasma exchange diguanakan sebagai lini pertama
pengobatan
• Pemberian IVIG memiliki efek samping yang lebih sedikit,
sehingga lebih banyak dipilih
• - Plasmafaresis
• - Kombinasi methylprednisolone dosis tinggi dan IVIG
memiliki manfaat singkat
TATALAKSANA 3A
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Definisi: Merupakan suatu penyakit autoimun
• Patofisiologi: Autoantibodi yang merusak reseptor
asetilkolin di neuromuscular junction
• Sering berkaitan dengan timoma
MYASTHENIA GRAVIS 3A
Ginsberg, L. 2010. Lecture Note: Neurology, 9th Edition
Aninditha dan Wiratman, 2014. Buku Ajar Neurologi FKUI
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
GEJALA KLINIS 3A
1. Gejala Okular Ptosis dan diplopia yang asimetris
2. Gejala Bulbar a. Disfoni dan disartria
b. Disfagia (gangguan menelan)
c. Pasien dapat mengalami kesulitan
menggerakkan rahang bawah saat
mengunyah makanan, sehingga harus
dibantu oleh tangan (tripod position)
d. Kelumpuhan otot-otot wajah
3. Leher dan
Ekstremitas
a. Leher terasa kaku, nyeri, dan sulit untuk
menegakkan kepala
b. Kelemahan lebih sering terjadi pada
ekstremitas atas dan mengenai otot-
otot proksimal
4. Gangguan
Pernapasan
Kesulitan menarik napas akibat kelemahan
otot-otot bulbar dan pernapasan
Ginsberg, L. 2010. Lecture Note: Neurology, 9th Edition
Aninditha dan Wiratman, 2014. Buku Ajar Neurologi FKUI
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
PEMERIKSAAN FISIK 3A
• Ptosis dan diplopia pada pemeriksaan mata
• Paresis pada tangan dan kaki
• Disartria dan disfagia
• Tensilon’s test (edrophonium chloride test →
asetilkolinesterase inhibitor) : Jika ada perbaikan kekuatan
otot menandakan myasthenia gravis, jika tidak ada
perbaikan kekuatan otot menandakan Lambert Eaton
syndrome (Antibodi pada sekresi asetilkolin, sehingga
sekresi asetilkolin sedikit)
Ginsberg, L. 2010. Lecture Note: Neurology, 9th Edition
Aninditha dan Wiratman, 2014. Buku Ajar Neurologi FKUI
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
1. Tes Wartenberg
→ Penderita diminta untuk melihat ke atas bidang
datar dengan sudut kurang lebih 30 derajat selama
60 detik  (+): bila terjadi ptosis
2. Iced pack eye test → Asetilkolinesterase akan berkurang
pada suhu rendah, jika terjadi perbaikan kekuatan otot
MG (+)
TES KLINIS SEDERHANA 3A
Ginsberg, L. 2010. Lecture Note: Neurology, 9th Edition
Aninditha dan Wiratman, 2014. Buku Ajar Neurologi FKUI
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
- Lab darah (mendeteksi antibodi dalam darah)
- Tes fungsi paru (mendeteksi gangguan pernapasan)
- EMG (mengukur aktivitas listrik dari saraf ke otot)
- Tes stimulasi saraf repetitif (mengukur kemampuan saraf
dalam mengirim sinyal ke otot)
- MRI atau CT Scan (untuk mendeteksi keberadaan tumor
dan kelainan pada timus)
PEMERIKSAAN PENUNJANG 3A
Ginsberg, L. 2010. Lecture Note: Neurology, 9th Edition
Aninditha dan Wiratman, 2014. Buku Ajar Neurologi FKUI
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Anticholinesterase/ acethylcholinesterase inhibitor →
Pyrydostigmine (30 – 60 mg, 3 -4 kali/hari)
• Immunosuppressive agents
• Thymectomy
• Plasmapheresis atau intravenous immunoglobulin (IVIg)
• Intubasi
• Ventilator
TATALAKSANA 3A
} Krisis myastenia
Ginsberg, L. 2010. Lecture Note: Neurology, 9th Edition
Aninditha dan Wiratman, 2014. Buku Ajar Neurologi FKUI
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Stimulasi berlebihan reseptor nikotinik dan muskarinik
PADA NMJ dan sinaps
• Disebabkan akumulasi asetilkolin berlebihan, seperti
miastenia gravis dalam pengobatan dengan inhibitor
asetilkolinesterase dosis tinggi
KRISIS KOLINERGIK 3B
Adeyinka, A., Kondamudi, NP., 2021. Cholinergic Crisis. StatPearls
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Muskarinik
• S- Salivation
• L- Lacrimation
• U -Urinary frequency
• D-Diarrhea
• G- Gastrointestinal cramping
and pain
• E- Emesis
• M- Miosis
MANIFESTASI KLINIS 3B
Adeyinka, A., Kondamudi, NP., 2021. Cholinergic Crisis. StatPearls
Nikotinik
• Kelemahan otot
• Kelelahan otot dan fasikulasi
• Kelemahan otot pernafasan
• Takikardia
• Hipertensi
SSP
• Kejang
• Koma
• Ataxia
• Bicara cadel
• Agitasi dan kegelisahan
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• ABC
• Antidotum:
• Atrofin
• Pralidoxime
TATALAKSANA 3B
Adeyinka, A., Kondamudi, NP., 2021. Cholinergic Crisis. StatPearls
F
E
B
R
4
8
2
0
FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI
INDONESIA
GANGGUAN
SISTEM VESTIBULAR
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Etiologi → otokonia pada canalis
semisircularis
BPPV 4
Pusing berputar yang dipicu oleh
perubahan posisi
Diagnosis
• Dix-Hallpike manuever (BPPV kanal
posterior)
• Supine roll test (BPPV kanal lateral)
Terapi
• Epley manuever
• Brant-Daroff exercises
Bhattacharyya, N., et al., 2017. Clinical Practice Guideline: Benign Paroxysmal Positional Vertigo (Update).Otolaryngology–Head and Neck Surgery. 156(3S). Pp: S1–S47
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
1. Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)
• Dimenhidrinat, dosis 25 mg-50 mg/4-8 jam
• Difenhidramin HCl, dosis 25 – 50 mg/4–8 jam
• Senyawa betahistin (suatu analog antihistamin):
• Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral
• Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi
dalam beberapa dosis.
3. Kalsium Antagonis
• Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular
dan dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular
dan linier. Dosis 15-30 mg/8 jam atau 1 x 75 mg sehari.
Medikamentosa 4
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Bhattacharyya, N., et al., 2017. Clinical Practice Guideline: Benign Paroxysmal Positional
Vertigo (Update). Otolaryngology–Head and Neck Surgery, 156(3S).
pp. S1–S47
Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd Ed. New York: McGraw-
Hill Education
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Disebabkan oleh adanya hidrops endolimfe
• Dengan gejala:
• Vertigo : bisa berputar, episodik, derajat ringan sampai berat,
rotasional, dengan durasi minimal 20 menit setiap episode
serangan, tidak pernah lebih dari 24jam
• Pendengaran menurun : berfluktuasi, tuli sensoris frekuensi
rendah, yang memberat saat serangan, dan makin lama bisa
semakin memberat.
• Tinitus : khas seperti dering bernada rendah atau roaringnoise di
telinga.
• Rasa penuh didalam telinga.
• TRIAS Meniere : Tinitus, Tuli, Vertigo (TTV)
• Apabila disertai infeksi telinga, diagnose menjadi LABIRINITIS
MENIERE DISEASE 3A
Basura, GJ., Adams, ME., et al. 2020. Clinical Practice Guideline: Meniere’s Disease. Otolaryngology–Head and
Neck Surgery, 162(2S): S1–S55
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• ≥ 2 episode vertigo spontan 20 menit sampai 12 jam
• SNHL frekuensi rendah sampai sedang, berdasarkan
audiometri, setidaknya satu kali, baik sebelum, selama,
ataupun setelah episode vertigo pertama
• Gejala aural (penurunan pendengaran, tinitus, atau
terasa penuh) yang berfluktuasi pada telinga yang
terkena
• Tidak termasuk pada diagnosis vestibular lainnya
DIAGNOSIS 3A
Basura, GJ., Adams, ME., et al. 2020. Clinical Practice Guideline: Meniere’s Disease. Otolaryngology–Head and
Neck Surgery, 162(2S): S1–S55
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Terapi diet:
• Diet rendah garam (1500-2300 mg)
• Batasi konsumsi alkohol
• Batasi asupan kafein
Farmakologis:
• Diuretik: hidrochlortiazid / asetozolamid 50mg/hari
• Betahistin mesilat 48 mg/hari
• Antihistamin: dimenhydrinate (25-50 mg/6 jam), meclizine
(12.5-25 mg/8 jam), atau diphenhydramine (25-50 mg/6 jam)
TATALAKSANA 3A
Basura, GJ., Adams, ME., et al. 2020. Clinical Practice Guideline: Meniere’s Disease. Otolaryngology–Head and
Neck Surgery, 162(2S): S1–S55
F
E
B
R
4
8
2
0
FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI
INDONESIA
TRAUMA
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Trauma pada tulang belakang yang menyebabkan lesi di
medulla spinalis sehingga menimbulkan gangguan
neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap
atau kematian
TRAUMA MEDULLA SPINALIS 3A
PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI
Lokasi cedera
tersering
1. C5
2. C4
3. C6
4. T12
5. L1
6. T10
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
ETIOLOGI 3A
- Kecelakaan bermotor
- Terjatuh saat beraktivitas
- Kecelakaan saat olahraga
- Mengalami kekerasan
- Kanker
- Radang sendi
- Osteoporosis
- Kelainan pertumbuhan tulang belakang sejak lahir
- Peradangan pada tulang belakang
PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
KLASIFIKASI 3A
• Ditegakkan pada saat 72 jam – 7 hari setelah trauma
berdasarkan impairment scale ASIA
GRADE TIPE GANGGUAN
A Komplit Fungsi motorik dan sensorik sampai S4-S5
terganggu
B Inkomplit Fungsi sensorik baik
Gangguan motorik sampai segmen Saktral
S4-S5
C Inkomplit Fungsi motorik terganggu di bawah level lesi,
Kekuatan otot motorik utama <3
D Inkomplit Fungsi motorik terganggu di bawah level lesi,
Kekuatan otot motorik utama >3
E Normal Fungsi sensorik dan motorik baik
PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
SINDROM KLINIS 3A
M: Motorik
S: Sensorik
Ekt: Ekteroseptif( nyeri, suhu)
Prop: propioseptif (getaran, posisi)
BROWN-SEQUARD
CENTRAL CORD
ANTERIOR CORD
Kausa utama: Trauma tembus, kompresi
ekstrinsik
M : Paresis UMN ipsilateral di bawah lesi,
LMN setinggi lesi
Ekt. : Gangguan kontralateral
Prop: Gangguan ipsi lateral
Kausa utama: Hematomielia, trauma spinal (fleksi-
ekstensi)
M : Paresis lengan > tungkai
S : Gangguan bervariasi (disestesia/ hiperestesia)
di ujung distal lengan
Disosiasi sensibilitas
Disfungsi miksi, defekasi, seksual
Kausa utama: Cedera menyebabkan HNP T4-6
M. : Paresis UMN di bawah lesi, LMN setinggi lesi
Ekt. : Gangguan kontralateral
Prop: Normal
Disosiasi sensibilitas, disfungsi spinkter
PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional
Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma
Spinal. Jakarta: PERDOSSI
F
E
B
R
4
8
2
0
131
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
3A
PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI
POSTERIOR CORD
Kausa utama: Trauma, infark a. spinalis posterior
M : Paresis ringan
Ekt. : Gangguan (nyeri/paresthesia) pada punggung, leher, dan
bokong
Prop: Gangguan bilateral
KONUS MEDULARIS
KAUDA EQUINA Kausa utama: Cedera akar saraf lumbosakral
M : Gangguan sedang-berat, asimetris, atropi (+), refleks fisiologis
menurun
S : Saddle anestesi lambat, disosiasi sensibilitas (-)
Nyeri menonjol, hebat, asimetris
Gangguan refleks, disfungsi seksual jarang
Kausa utama: Trauma lower sacral cord
M : Gangguan ringan, simetris, atropi (-)
S : Saddle anestesi awal, disosiasi sensibilitas
Refleks achilles (+), reflex patella (+)
Nyeri jarang/ringan, simetris, bilateral
Gangguan ereksi dan ejakulasi
M: Motorik
S: Sensorik
Ekt: Ekteroseptif( nyeri, suhu)
Prop: propioseptif (getaran,
posisi)
F
E
B
R
4
8
2
0
132
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
Transverse Cord Syndrome
PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI
3A
• Nama lain: complete spinal transection
• Penyebab: trauma, tumor, multiple
sclerosis, mielitis transversa
• Gejalah khas
• Hilangnya semua fungsi motorik
dan sensorik di bawah lesi
• Adanya spastisitas pada otot yang
diinervasi oleh segmen di bawah lesi
• Refleks tendon dalam dan autonom
yang berpusat pada segmen di
bawah lesi tatp ada
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
- Foto Rontgen
- CT Scan
- MRI
PEMERIKSAAN PENUNJANG 3A
PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
TATALAKSANA 3A
PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI
ABCDE
Fiksasi apabila terdapat fraktur
atau dislokasi kolumna vertebralis
dengan collar neck/ throcalumbar
brace/ lumbar corset
Analgetik kuat bila perlu (Tramadol,
Morfin Sulfat)
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
TATALAKSANA 3A
PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI
<3 jam
• Metilprednisolon 30 mg/kgBB i.v. bolus
selama 15 menit, dilanjutkan infus
selama 23 jam dengan dosis 5,4
mg/kgBB/ jam
3-8 jam
• Metilprednisolon 30 mg/kgBB i.v. bolus
selama 15 menit, dilanjutkan infus
selama 47jam dengan dosis 5,4
mg/kgBB/ jam
>8 Jam • Tidak diberikan steroid
F
E
B
R
4
8
2
0
FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI
INDONESIA
LESI SARAF KRANIAL
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Paralisis fasialis (N. VIII) perifer idiopatik, yang merupakan
penyebab tersering dari paralisis fasialis perifer unilateral.
• Dikaitkan dengan infeksi HSV tipe I dan reaktivasi VZV
BELL’S PALSY 4
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
BELL’S PALSY 4
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
GRADE DESKRIPSI Karakteristik
I Normal Fungsi normal
II Ringan Kelemahan ringan; tonus normal dan simetris
saat istirahat
III Sedang Kelemahan lebih mudah terlihat; dapat
menutup mata dengan usaha
IV Sedang-berat Kelemahan dan asimetris jelas; normal saat
istirahat; mata tidak tertutup sempurna
V Berat Asimetri saat istirahat
VI Paralisis total Tidak ada gerakan wajah
KLASIFIKASI 4
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Kelumpuhan muskulus fasialis
• Tidak mampu menutup mata
• Nyeri tajam pada telinga dan mastoid (60%)
• Perubahan pengecapan (57%)
• Hiperakusis (30%)
• Kesemutan pada dagu dan mulut
• Epiphora
• Nyeri ocular
• Penglihatan kabur
KLINIS 4
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
KLINIS 4
Segmen foramen
stylomastoideus
Paralisis wajah, tidak mampu
menutup mata dan
mengerutkan dahi, paralisis
M. Buccinator
Canalis facialis + Gangguan pengecapan
2/3 anterior lidah ipsilateral,
penurunan salivasi ipsilateral,
hiperakusis
Ganglion
geniculatum
+ Gangguan lakrimasi, nyeri
telinga
Meatus acusticus
internus
+ Gangguan pendengaran
Pons + Gangguan gerak bola
mata ipsilsteral, paralisis
motorik kontralateral
Jones, H. R., 2012. Netter’s Neurology. 2nd Ed. Philadelphia: Elsevier
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
TATALAKSANA 4
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Tujuan pengobatan: memperbaiki fungsi saraf VII (saraf fasialis) dan
menurunkan kerusakan saraf.
• Pengobatan dipertimbangkan untuk pasien dalam 1-4 hari onset.
• Pengobatan inisial:
1. Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/hari
selama 7 hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10 hari.
2. Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali
sehari selama 10 hari. Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis
tinggi 800 mg oral 5 kali/hari.
• Perawatan untuk perlindungan mata: lubrikasi okular topikal (air
mata buatan pada siang hari) dapat mencegah corneal exposure.
• Fisioterapi atau akupunktur: dapat mempercepat perbaikan dan
menurunkan sequelae.
TATALAKSANA 4
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
F
E
B
R
4
8
2
0
FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI
INDONESIA
GANGGUAN
PERGERAKAN
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Penyakit degenerasi otak
• Patofisiologi : penurunan jumlah dopamin di otak yang
berperan dalam mengontrol gerakan sebagai akibat
kerusakan sel saraf di substansia nigra pars kompakta di
mesencephalon.
PARKINSON DISEASE 3A
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
STADIUM HOEHN AND YAHR 3A
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
GEJALA KLINIS 3A
• Merasakan tubuh kaku dan berat
• Gerakan lebih kaku dan lambat
• Tulisan tangan mengecil dan tidak terbaca
• Ayunan lengan berkurang saat berjalan
• Kaki diseret saat berjalan
• Suara bicara pelan dan sulit dimengerti
• Tangan atau kaki gemetar
• Merasa goyah saat berdiri
• Merasakan kurang bergairah
• Berkurang fungsi penghidu/penciuman
• Keluar air liur berlebihan
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Tremor saat istirahat → khas : pill rolling tremor
• Rigiditas → khas : fenomena cog wheel (roda pedati)
• Akinesia
• Postural instability → berjalan dengan langkah kecil-kecil
• Wajah seperti topeng (masked face)
TRAP 3A
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
PEMERIKSAAN FISIK 3A
• Tremor saat istirahat, terlihat di tangan atau tungkai bawah.
• Ekspresi wajah seperti topeng / face mask (kedipan mata dan ekspresi
wajah menjadi datar),
• Postur tubuh membungkuk,
• Tremor dapat ditemukan di anggota tubuh lain (meskipun relatif jarang)
misalnya kepala, rahang bawah, lidah, leher atau kaki
• Kesulitan / tampak ragu-ragu saat mulai berjalan (hesitancy), berjalan
dengan kaki diseret (shuffling), jalan makin lama makin cepat (festination),
• Ayunan lengan berkurang baik pada 1 sisi anggota gerak maupun di
keduanya.
• Bradikinesia, rigiditas
• Instabilitas postural
• Refleks patologis (-)
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
1. Stadium awal
Terapi non-farmakologi:
• Nutrisi : diet yang sehat berupa buah-buahan dan sayur-
sayuran.
• Aktifitas : edukasi, aerobik, penguatan, peregangan,
latihan keseimbangan.
Farmakologi:
• Terapi untuk tujuan modifikasi penyakit dan neuroproteksi.
• Terapi simptomatis awal (motorik) : Levodopa, MAO-B
inhibitor (selegiline, rasagiline), agonis dopamin
(pramipexol, ropinirole, rotigotine).
TATALAKSANA 3A
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
2. Stadium lanjut
• Terapi farmakologi : levodopa, antivirus (amantadin),
MAO-B inhibitor (selegilin, rasagilin), COMT inhibitor
(entacapon), agonis dopamin (pramipeksol, ropinirol,
rotigotin)
• Pembedahan Fungsional : palidotomi unilatral, deep
brain stimulation (palidum posteroventral, nukleus
subtalamikus)
• Non farmakologi : fisioterapi, terapi okupasi, terapi
wicara dan bahasa.
3A
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic
Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education
F
E
B
R
4
8
2
0
F
E
B
R
4
8
2
0
FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI
INDONESIA
SKIZOFRENIA
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Skizofrenia 4
Rusdi Maslim. Buku saku diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. Jakarta: 2013.
Definisi
Klasifikasi
Tatalaksana
Berlaku ≥ 1 bulan, dan ada hendaya
SATU DARI....
A. Thought echo (isi pikiran berulang/bergema)
Thought insertion (isi pikiran asing masuk)
Thought withdrawl (isi pikiran diambil keluar)
Thought broadcasting (isi pikiran tersiar)
B. Delusion of control (dikendalikan sesuatu
dari luar)
Delusion of influence (dipengaruhi sesuatu
dari luar)
Delusion of passivity (tidak berdaya,
pasrah)
Delusion of perception (pengalaman
indrawi mistik, mukjizat)
C. Halusinasi auditorik
D. Waham menetap
DUA DARI....
A. Halusinasi yang menetap
B. Arus pikiran yang terputus,
inkoherensi, neologisme
C. Katatonik
Excitement (gaduh gelisah),
Posturing (posisi tubuh tertentu),
Fleksibilitas cerea, Negativisme,
Mutisme, stupor
D. Gejala negatif (apatis, bicara
jarang, respon emosional yang
menumpul)
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Skizofrenia 4
Rusdi Maslim. Buku saku diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. Jakarta: 2013.
Definisi
Klasifikasi
Tatalaksana
Afek tumpul, penarikan diri,
hipobulia, isi pikiran miskin
Halusinasi, waham, bicara ngaco,
ngamuk (raptus)
Gejala
NEGATIF
Gejala
POSITIF
Skizofrenia Paranoid
Dominan WAHAM dan
HALUSINASI AUDITORIK.
(waham kejar, kontrol, suara
mengancam, memberi
perintah)
Skizofrenia Hebefrenik
Afek dangkal dan tidak wajar,
cekikikan, senyum sendiri,
menangis sendiri, kata diulang-
ulang, inkoheren
Skizofrenia Katatonik
Stupor, gaduh gelisah,
posturing, negativisme,
rigiditas, fleksibilitas serea,
command automatism
Depresi Pasca Skizofrenia
• Riwayat skizofrenia
selama 1 tahun terakhir
• Gejala depresif >>,
minimal 2 minggu
• Ingat 3A! (afek,
anhedonia, anergi)
Skizofrenia Residual
•Gejala negatif
menonjol
•Ada riwayat
skizofrenia selama 1
tahun
Skizofrenia Simpleks
Gejala negatif TANPA
didahului riwayat gejala
psikotik (riwayat skizofrenia
tidak jelas)
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Skizofrenia 4
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No HK.02.02/MENKES/73/2015
Rusdi Maslim. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: 2014.
Definisi
Klasifikasi
Tatalaksana
Gejala
positif
dominan
Antipsikotik
tipikal
(APG-I)
Blokir reseptor
dopamin di sistem
limbik dan
ekstrapiramidal
(D2 dopamine
receptor
antagonist)
Gejala
negatif
dominan
Antipsikotik
atipikal
(APG-II)
Blokir reseptor
dopamin dan
reseptor
serotonin 5 HT2
F
E
B
R
4
8
2
0
FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI
INDONESIA
EFEK SAMPING
ANTIPSIKOTIK
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Suatu keadaan emergensi yang berhubungan dengan penggunaan
antipsikotik
• Gejala:
- Hipertermia/hiperpireksia
- Kaku otot/rigiditas
- Instabilitas otonomik (takikardia, tekanan darah meningkat, takipneu,
dan keringat berlebihan)
- Gangguan kesadaran
• Pemeriksaan penunjang: peningkatan kreatin fosfokinase,
rhabdomiolisis, mioglobinuria, gagal ginjal akut, transaminitis, leukositosis
• Tatalaksana: amantadine, bromokriptine, levodopa, dantrolene,
benzodiazepine
Sindrom Neuroleptik Maligna 3B
Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri Edisi 3. Badan Penerbit FK UI. Jakarta, 2017
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Tatalaksana Sindrom Neuroleptik Maligna
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No HK.02.02/MENKES/73/2015
3B
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Parkinsonisme
• Diskinesia tardiff
• Distonia akut
• Akatisia
Sindroma Ekstrapiramidal 4
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Resting tremor (tremor yang muncul
saat istirahat)
• Rigiditas
• Akinesia (sulit bergerak)
• Postural instability
• Wajah topeng (mimik wajah
menurun)
• Tatalaksana: Triheksilfenidil,
amantadin, difenhidramin
Parkinsonisme 4
Stahl’s Essential Psychopharmacology
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No HK.02.02/MENKES/73/2015
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Distonia akut
• Tatalaksana: Triheksilfenidil, difenhidramin, sulfas atropin
•Spasme otot badan, leher, kepala ➔
gerakan involunter
•Gejala:
- Opistotonus
- Rigiditas otot-otot belakang
- Tortikolis leher
- Krisis okulogirik
- Protrusi lidah
- Spasme laring
https://basicmedicalkey.com/antipsychotics-and-anxiolytics/
Stahl’s Essential Psychopharmacology
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No HK.02.02/MENKES/73/2015
4
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Ketidakmampuan pasien untuk duduk
diam,
• Sering mengubah-ubah posisi ketika
sedang duduk
• Jalan di tempat,
• Kaki tidak bisa diam,
• Dan pasien merasa gelisah secara
subjektif.
• Tatalaksana: Triheksilfenidil,
amantadin, propanolol, lorazepam,
difenhidramin
Akatisia
https://basicmedicalkey.com/antipsychotics-and-anxiolytics/
Stahl’s Essential Psychopharmacology
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No HK.02.02/MENKES/73/2015
4
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
• Merupakan sekumpulan
gejala yang ditandai dengan
gangguan gerakan involunter
dan berulang karena bokade
reseptor dopamin akibat
pengunaan antipsikotik jangka
panjang.
Diskinesia tardif
Vasan S, Padhy RK. Tardive Dyskinesia. [Updated 2020 Nov 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448207
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No HK.02.02/MENKES/73/2015
• Gangguan gerakan tersebut: akatisia, distonia, mioklonus, korea, tik
(bibir, leher, wajah, lidah, ekstrimitas)
• Bersifat ireversibel/menetap
• Tatalaksana: menurunkan dosis antipsikotik, jika tidak berhasil, hentikan
obat/ganti dengan antipsikotik generasi kedua (klozapin).
https://basicmedicalkey.com/antipsychotics-and-anxiolytics/
4
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Sindrom Ekstrapiramidal
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No HK.02.02/MENKES/73/2015
Efek
samping
Tatalaksana
Akatisia Triheksilfenidil, amantadin,
propanolol, lorazepam,
difenhidramin
Parkinsonisme Triheksilfenidil, amantadin,
difenhidramin
Distonia Triheksilfenidil,
difenhidramin, sulfas
atropin
Tardif
diskinesia
Switch Klozapin
SNM Suportif, TTV, dantrolen,
bromokriptin
https://basicmedicalkey.com/antipsychotics-and-anxiolytics/
4
F
E
B
R
4
8
2
0
F
U
T
U
R
E
D
O
C
T
O
R
I
N
D
O
N
E
S
I
A
.
C
O
M
© FDI 2022
Efek Samping Anti Psikotik Lain
https://www.grepmed.com/images/6305/antipsychotics-pharmacology-sideeffects-decisionaid-comparison-
psychiatry-profiles
F
E
B
R
4
8
2
0
FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI
INDONESIA
TERIMAKASIH
F
E
B
R
4
8
2
0

More Related Content

Similar to NEURO PSIKIATRI.pdf

ATLS (Chapter I dan II).pptx
ATLS (Chapter I dan II).pptxATLS (Chapter I dan II).pptx
ATLS (Chapter I dan II).pptxDokterAnestesi1
 
Crs selulitis orbita
Crs selulitis orbitaCrs selulitis orbita
Crs selulitis orbitaDessi Dessi
 
Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imaturKarin Survival
 
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.pptPPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.pptIwAn927910
 
Teknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricTeknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricNona Zesifa
 
Leaflatpemeriksaan genetalia
Leaflatpemeriksaan genetaliaLeaflatpemeriksaan genetalia
Leaflatpemeriksaan genetaliaWarung Bidan
 
Modul b3 pemeriksaan saraf kranialis
Modul b3   pemeriksaan saraf kranialisModul b3   pemeriksaan saraf kranialis
Modul b3 pemeriksaan saraf kranialisLia Amaliah
 
Bedah kuret anggi
Bedah kuret anggiBedah kuret anggi
Bedah kuret anggianggi123456
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary surveyIra Rahmawati
 
Soal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptx
Soal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptxSoal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptx
Soal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptxArdeliaEmily2
 
Laporan kasus pterigium
Laporan kasus pterigium Laporan kasus pterigium
Laporan kasus pterigium Tracey Rompas
 
Leaflatpemeriksaan genetalia reg 1
Leaflatpemeriksaan genetalia reg 1Leaflatpemeriksaan genetalia reg 1
Leaflatpemeriksaan genetalia reg 1Warung Bidan
 

Similar to NEURO PSIKIATRI.pdf (20)

Sop osce 1
Sop osce 1Sop osce 1
Sop osce 1
 
ATLS (Chapter I dan II).pptx
ATLS (Chapter I dan II).pptxATLS (Chapter I dan II).pptx
ATLS (Chapter I dan II).pptx
 
5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan 5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan
 
Pemeriksaan Palpebra.pptx
Pemeriksaan Palpebra.pptxPemeriksaan Palpebra.pptx
Pemeriksaan Palpebra.pptx
 
Crs selulitis orbita
Crs selulitis orbitaCrs selulitis orbita
Crs selulitis orbita
 
Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imatur
 
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.pptPPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
PPT. NURSING ROLE IN CATHLAB MBA ENI.ppt
 
Teknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricTeknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 Pediatric
 
Leaflatpemeriksaan genetalia
Leaflatpemeriksaan genetaliaLeaflatpemeriksaan genetalia
Leaflatpemeriksaan genetalia
 
Soal simulasi 1
Soal simulasi 1Soal simulasi 1
Soal simulasi 1
 
Modul b3 pemeriksaan saraf kranialis
Modul b3   pemeriksaan saraf kranialisModul b3   pemeriksaan saraf kranialis
Modul b3 pemeriksaan saraf kranialis
 
Bedah kuret anggi
Bedah kuret anggiBedah kuret anggi
Bedah kuret anggi
 
Sop ekg
Sop ekgSop ekg
Sop ekg
 
ATLS.pptx
ATLS.pptxATLS.pptx
ATLS.pptx
 
Teori persyarafan
Teori persyarafanTeori persyarafan
Teori persyarafan
 
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASIPERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
 
Soal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptx
Soal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptxSoal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptx
Soal Ujuan Kompetensi Mata (21-02-24).pptx
 
Laporan kasus pterigium
Laporan kasus pterigium Laporan kasus pterigium
Laporan kasus pterigium
 
Leaflatpemeriksaan genetalia reg 1
Leaflatpemeriksaan genetalia reg 1Leaflatpemeriksaan genetalia reg 1
Leaflatpemeriksaan genetalia reg 1
 

More from bocil9

UU Nomor 50 Tahun 2009.pdf
UU Nomor 50 Tahun 2009.pdfUU Nomor 50 Tahun 2009.pdf
UU Nomor 50 Tahun 2009.pdfbocil9
 
alfiya.docx
alfiya.docxalfiya.docx
alfiya.docxbocil9
 
THT.pdf
THT.pdfTHT.pdf
THT.pdfbocil9
 
CARDIO PULMO.pdf
CARDIO PULMO.pdfCARDIO PULMO.pdf
CARDIO PULMO.pdfbocil9
 
HKEK FORENSIK.pdf
HKEK FORENSIK.pdfHKEK FORENSIK.pdf
HKEK FORENSIK.pdfbocil9
 
MATA.pdf
MATA.pdfMATA.pdf
MATA.pdfbocil9
 

More from bocil9 (6)

UU Nomor 50 Tahun 2009.pdf
UU Nomor 50 Tahun 2009.pdfUU Nomor 50 Tahun 2009.pdf
UU Nomor 50 Tahun 2009.pdf
 
alfiya.docx
alfiya.docxalfiya.docx
alfiya.docx
 
THT.pdf
THT.pdfTHT.pdf
THT.pdf
 
CARDIO PULMO.pdf
CARDIO PULMO.pdfCARDIO PULMO.pdf
CARDIO PULMO.pdf
 
HKEK FORENSIK.pdf
HKEK FORENSIK.pdfHKEK FORENSIK.pdf
HKEK FORENSIK.pdf
 
MATA.pdf
MATA.pdfMATA.pdf
MATA.pdf
 

Recently uploaded

Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatZuheri
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxhellokarin81
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaruPrajaPratama4
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAkompilasikuliahd3TLM
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxDwiHmHsb1
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxTULUSHADI
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanB117IsnurJannah
 

Recently uploaded (20)

Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 

NEURO PSIKIATRI.pdf

  • 2. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Anamnesis Kesadaran Pasien • Minta pasien mengangkat kedua lengan • Tanyakan lokasi (ex: di RS / klinik) dan waktu saat ini (pagi/siang/malam) • Penilaian Glasgow Coma Scale (apabila terdapat penurunan kesadaran) KU dan Riw. Penyakit Sekarang • Keluhan utama sesuai bidang neurologis • Onset kejadian • Hal yang memperberat dan memperingan • Keluhan pada sistem terkait lainnya Riw.Penyakti Dahulu dan Riw. Pengobatan • Hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, faktor atheroma lain (ex: DVT), riwayat infeksi, riwayat trauma, riwayat penyakit autoimun • Obat apa saja yang telah diterima. Riwayat Penyakit Keluarga • Baik dari keturunan ayah maupun ibu F E B R 4 8 2 0
  • 3. FUTUREDOCTORINDONESIA.COM PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI INDONESIA PEMERIKSAAN FISIK F E B R 4 8 2 0
  • 4. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Pemeriksaan Fungsi Saraf Kranial Diameter dan Reflek Pupil (N.II dan N.III) Gerakan Bola Mata (N.III, IV, dan VI) PENILAIAN REFLEKS KORNEA (N.V dan N.VII) F E B R 4 8 2 0
  • 5. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Pemeriksaan Diameter dan Reflek Pupil 1. Minta pasien duduk dengan rileks 2. Jari telunjuk tangan kiri pemeriksa berada 15 cm di depan mata pasien 3. Tangan kanan pemeriksa memegang senter dan melihat reflek pupil dimulai dari mata kanan dengan cara sebagai berikut : a) Menggerakkan senter dari lateral (sisi temporal) ke medial (sisi nasal) b) Lihat reflek pupil direk pada mata sisi kanan dan reflek pupil indirek pada mata kiri. c) Kemudian, berganti pada mata kiri dengan cara yang sama. NORMAL apabila reflek pupil terjadi pada kedua mata walau rangsangan hanya berasal dari satu mata NERVUS CRANIALIS II dan III/ OPTICUS dan OKULOMOTOR F E B R 4 8 2 0
  • 6. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Pemeriksaan Gerakan Bola Mata 1. Minta pasien duduk dengan rileks 2. Dengan tangan kiri, pasien menutup mata kiri sedangkan jari telunjuk tangan kanan pemeriksan berada ±10 cm didepan mata kanan pasien 3. Arahkan jari telunjuk sesuai gambar di samping dan minta pasien untuk mengikuti arah pergerakan telunjuk 4. NOTE : yang diperbolehkan hanya lirikan bola mata tanpa pergerakan kepala 5. Lakukan hal serupa pada mata lainnya. NERVUS CRANIALIS III, IV, dan VI / OKULOMOTOR, TROKEAL, dan ABDUSENS F E B R 4 8 2 0
  • 7. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Pemeriksaan Refleks Kornea Bahan : kapas yang dipelintir atau cotton bud 1. Minta pasien duduk dengan pandangan lurus kedepan 2. Inspeksi apakah ditemukan kelainan pada kornea (ex : ulkus atai jar. Sikatrik) 3. Goreskan lembut ujung kasa pada tepi kornea dan lihat apakah terdapat reflex memejamkan kedua mata pada pasien 4. Lakukan hal serupa pada mata kiri. NERVUS CRANIALIS V dan VII/ TRIGEMINUS dan FACIALIS F E B R 4 8 2 0
  • 8. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Pemeriksaan Fungsi Saraf Kranial INSPEKSI KESIMETRISAN WAJAH PENILAIAN GERAKAN EKSPRESI WAJAH PENILAIAN KEKUATAN OTOT TEMPORAL DAN MASSETER PENILAIAN SENSASI WAJAH F E B R 4 8 2 0
  • 9. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Pemeriksaan Simetrisitas Dan Gerakan Ekspresi Wajah 1. Pasien duduk tegap dan berhadapan dengan pemeriksa 2. Pemerika melakukan inspeksi simetrisitas upper face (daerah hidung ke atas) dan lower face (daerah hidung ke bawah) dengan cermat 3. Pemeriksa meminta pasien membentuk ekspresi wajah sesuai dengan gambar disamping. 4. Kemudian pasien diminta tetap memejamkan kedua mata saat pemeriksa mencoba membuka kedua mata tersebut 5. Kedua tangan pemeriksa menekan kedua sisi pipi saat pasien melakukan gerakan melembungkan pipi. Syarat : 1. Tidak ada kelainan anatomi maupun riwayat penyakit kronik yang berhubungan dengan pemeriksaan 2. Pasien kooperatif dan mampu berkomunikasi dengan baik NERVUS CRANIALIS VII / FACIALIS F E B R 4 8 2 0
  • 10. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Pemeriksaan Sensasi Wajah 1. Pasien duduk tegap dan berhadapan dengan pemeriksa. 2. Pemeriksaan dilakukan dengan benda berujung tumpul dan tajam 3. Pemeriksa melakukan pemeriksaan pada masing- masing area sesuai dengan gambar disamping. 4. Melakukan pada sisi wajah yang lain dengan cara yang sama 5. Meminta pasien untuk menjawab apakah merasakan sensasi wajah Syarat : 1. Tidak ada kelainan anatomi maupun riwayat penyakit kronik yang berhubungan dengan pemeriksaan 2. Pasien kooperatif dan mampu berkomunikasi dengan baik NERVUS CRANIALIS V / TRIGEMINUS F E B R 4 8 2 0
  • 11. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Pemeriksaan Fungsi Saraf Kranial PENILAIAN UVULA, ARCUS FARING, DAN KEMAMPUAN MENELAN PENILAIAN LIDAH SAAT BERGERAK DAN ISTIRAHAT F E B R 4 8 2 0
  • 12. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Penilaian Uvula, Arcus Faring, Dan Kemampuan Menelan 1. Pasien duduk tegap dan berhadapan dengan pemeriksa 2. Pasien diminta membuka mulut lebar 3. Dengan tongue spatel di tangan kiri, pemeriksa menekan lidah secara gentle dan melakukan inspeksi rongga mulut 4. Melihat posisi uvula dan arcus faring saat istirahat 5. Meminta pasien mengucapkan “aaaa….” dan melihat apakah kedua arcus faring terangkat 6. Meminta pasien meminum air dan melihat kemampuan menelan pasien. Syarat : 1. Tidak ada kelainan anatomi maupun riwayat penyakit kronik yang berhubungan dengan pemeriksaan 2. Pasien kooperatif dan mampu berkomunikasi dengan baik NERVUS CRANIALIS IX dan X / GLOSSOFARINGEUS dan VAGUS F E B R 4 8 2 0
  • 13. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Penilaian Lidah Saat Bergerak dan Beristirahat Syarat : 1. Tidak ada kelainan anatomi maupun riwayat penyakit kronik yang berhubungan dengan pemeriksaan 2. Pasien kooperatif dan mampu berkomunikasi dengan baik NERVUS CRANIALIS XII / HYPOGLOSSUS 1. Pasien duduk tegap dan berhadapan dengan pemeriksa 2. Pasien diminta membuka mulut lebar. 3. Inspeksi lidah saat istirahat 4. Minta pasien menjulurkan lidahnya seperti gambar di samping dan tentukan apakah terdapat deviasi atau tidak. 5. Minta pasien menggerakkan lidah kekiri dan kekanan dan tentukan ada tidaknya kelemahan. NOTE !! : saat istirahat, arah deviasi = sisi sehat Saat dijulurkan, arah deviasi = sisi sakit Penentuan UMN / LMN lihat ada tidaknya fasikulasi dan atrofi F E B R 4 8 2 0
  • 14. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 REFERENSI VIDEO PEMBELAJARAN https://www.youtube.com/watch?v=TOtdosAXuoI https://www.youtube.com/watch?v=GE4euNnSSvk https://www.youtube.com/watch?v=GzE-x8EZ910 F E B R 4 8 2 0
  • 15. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Pemeriksaan Lesi UMN / LMN PENILAIAN REFLEKS FISIOLOGIS & PATOLOGIS PENILAIAN TONUS OTOT PENILAIAN ATROFI OTOT PENILAIAN KLONUS F E B R 4 8 2 0
  • 17. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Pemeriksaan Refleks Patologis Babinski Chaddock Oppenheim Gordon F E B R 4 8 2 0
  • 18. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Pemeriksaan Refleks Babinski 1. Pasien berbaring posisi supinasi 2. Ajak pasien berbicara untuk mengalihkan focus 3. Goreskan ujung tumpul hammer reflex dari telapak kaki sisi posterolateral menuju anteromedial. Pada refleks patologis, bernilai (+) apabila terjadi dorsofleksi ibu jari diikuti pemekaran (fanning) keempat jari lainnya. F E B R 4 8 2 0
  • 19. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Pemeriksaan Refleks Chaddock 1. Pasien berbaring posisi supinasi 2. Ajak pasien berbicara untuk mengalihkan fokus 3. Goreskan ujung tumpul hammer reflex dari punggung kaki sisi posterolateral menuju anteromedial. Pada refleks patologis, bernilai (+) apabila terjadi dorsofleksi ibu jari diikuti pemekaran (fanning) keempat jari lainnya. F E B R 4 8 2 0
  • 20. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Pemeriksaan Tonus Otot M. Deltoid M. Biceps M. Triceps M. Quadriceps Femoris M. Triceps Surae OTOT YANG DIPERIKSA : F E B R 4 8 2 0
  • 21. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Intepretasi Pemeriksaan Tonus Otot NORMAL F E B R 4 8 2 0
  • 22. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Pemeriksaan Klonus Otot 1. Pasien posisi duduk tegap 2. Menggunakan tangan kiri, tahan tangan pasien 3. Ajak pasien berbicara untuk mengalihkan focus 4. Posisi tungkai pasien seperti pada gambar di samping 5. Secara mendadak, berikan dorongan dorsofleksi pada telapak kaki dan lihat apa yang terjadi Pada pemeriksaan klonus, bernilai (+) apabila terjadi kontraksi reflektoris otot yang bersangkutan selama reflek (rangsangan) berlangsung. F E B R 4 8 2 0
  • 23. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 REFERENSI VIDEO PEMBELAJARAN https://youtu.be/ke_wK-d_ssg https://youtu.be/noabtwcaDt8 F E B R 4 8 2 0
  • 24. Meningeal sign suatu tanda adanya iritasi pada meninges. INDIKASI 1. Nyeri kepala hebat 2. Demam yang sulit turun dengan obat penurun panas 3. Mual / muntah 4. Riwayat infeksi tanpa terapi adekuat 1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268. 2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a 3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition Kaku kuduk Brudzinsky Sign Kernig sign Laseque sign F E B R 4 8 2 0
  • 25. Kaku Kuduk • Kontraindikasi : Trauma servikal dan kejang otot • Prosedur : 1. Pasien berbaring terlentang di atas tempat tidur tanpa bantal (posisi kepala sejajar dengan tubuh) 2. Inspeksi daerah servikal ada tidaknya trauma maupun kejang otot 3. Sebelum melakukan pemeriksaan, leher pasien secara pasif digerakkan ekstensi dan rotasi untuk membedakan kaku kuduk dengan kuduk kaku. 4. Karena kaku kuduk yang nyata mengindikasikan iritasi meningeal, pemeriksa harus membedakannya dari bentuk rigiditas servikal lainnya. Dengan kaku kuduk yang nyata, leher hanya melawan fleksi. Pada gerakan rotasi maupun ekstensi, meninges, medulla spinalis, dan radiks nervi spinales tidak teregang. 1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268. 2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a 3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition F E B R 4 8 2 0
  • 26. Brudzinsky sign I • Kontraindikasi : Trauma servikal dan kejang otot • Prosedur : 1. Pasien berbaring telentang tanpa bantal 2. Tangan kiri pemeriksa diletakkan di bawah kepala pasien. 3. Lakukan gerakan fleksi pada kepala pasien dengan cepat namun gentle, gerakan fleksi ini dilakukan semaksimal mungkin. 4. Tanda Brudzinski 1 positif jika sewaktu dilakukan gerakan fleksi kepala pasien timbul fleksi involunter pada kedua tungkai. 1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268. 2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a 3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition F E B R 4 8 2 0
  • 27. Brudzinsky sign II • Kontraindikasi : trauma persendian tungkai dan kejang otot • Prosedur : 1. Pasien berbaring terlentang. 2. Tungkai bawah pasien dilakukan fleksi secara pasif pada sendi panggul dan sendi lutut (seperti Tanda Kernig). 3. Tanda Brudzinski II positif jika sewaktu dilakukan gerakan di atas tadi, tungkai yang kontralateral secara involunter ikut fleksi 1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268. 2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a 3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition F E B R 4 8 2 0
  • 28. Brudzinsky sign III • Kontraindikasi : trauma maksilofacial • Prosedur : 1. Pasien berbaring terlentang 2. Melakukan penekanan secara bersamaan pada kedua os zygomaticus dengan kedua ibu jari 3. Tanda Brudzinski III positif jika sewaktu dilakukan penekanan kedua sisi os. Zygomaticus, kedua lengan mengalami fleksi 1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268. 2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a 3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition F E B R 4 8 2 0
  • 29. Brudzinsky sign IV • Kontraindikasi • Prosedur : 1. Lakukan inform consent terlebih dahulu karena melibatkan bagian vital penderita 2. Pasien berbaring terlentang 3. Melakukan penekanan di atas os pubis dengan kedua ibu jari 4. Tanda Brudzinski IV positif jika sewaktu dilakukan penekanan os. Pubis, kedua tungkai mengalami fleksi 1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268. 2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a 3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition F E B R 4 8 2 0
  • 30. Kernig Sign • Kontraindikasi : trauma persendian tungkai dan kejang otot • Prosedur : 1. Pasien berbaring terlentang. 2. Pemeriksa melakukan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut dari pasien. 3. Kemudian dilakukan ekstensi pada sendi lutut. 4. Tanda Kernig positif jika pada waktu dilakukan ekstensi pada sendi lutut <1350 timbul rasa nyeri, sehingga ekstensi sendi lutut tidak bisa maksimal. 1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268. 2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a 3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition F E B R 4 8 2 0
  • 31. Laseque Sign • Kontraindikasi : trauma persendian tungkai dan kejang otot • Prosedur : 1. Pasien diminta untuk berbaring terlentang di atas tempat tidur tanpa bantal. 2. Pemeriksa melakukan fleksi pada sendi panggul pasien dengan cara salah satu tangan memegang tumit pasien dan mengangkatnya sementara tangan yang lain menekan lutut supaya tetap lurus (straight leg raising test) 3. Tanda Lasque positif jika pada waktu dilakukan fleksi panggul dengan sudut < 70° timbul rasa nyeri. 1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268. 2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a 3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition F E B R 4 8 2 0
  • 32. SEDIKIT PERBEDAAN Kernig vs Brudzinsky II sign Kernig vs Laseque sign • Pada brudzinsky II, bernilai positif apabila tungkai kontralateral nyeri yang mengalami fleksi sedangkan pada kernig sign, tungkai ipsilateral yang merasakan nyeri • Pada kernig sign, posisi awal sendi lutut fleksi kemudian diekstensikan perlahan. Sedangkan pada laseque sign, posisi sendi lutut tetap ekstensi hingga akhir 1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268. 2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a 3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition F E B R 4 8 2 0
  • 33. FUTUREDOCTORINDONESIA.COM PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI INDONESIA UMN & LMN F E B R 4 8 2 0
  • 35. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 UMN VS LMN 4 Mardjono & Sidharta. 2010. Neurologi Klinik Dasar. Jakarta: Dian Rakyat UMN LMN Tonus ↑ ↓/- Reflek fisiologis ↑ ↓/- Reflek patologis + - Klonus + - Atrofi otot N/disuse atrophy + F E B R 4 8 2 0
  • 36. 36 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 Y o u r L i f e l o n g L e a r n i n g P a r t n e r f u t u r e d o c t o r i n d o n e s i a . c o m INFEKSI F E B R 4 8 2 0
  • 37. 37 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 Meningitis bakterialis akut adalah infeksi meningitis yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 hari Penyebab tersering adalah Streptococcus pneumoniae (“pneumococcus,” ~50%) and Neisseria meningitidis (“meningococcus,” ~25%). MENINGITIS 3B Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education. F E B R 4 8 2 0
  • 38. 38 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 3B MENINGITIS SEPTIK AKUT Scheld, MW, Whitley R.J et al., 2014. Infection of Central Neurons System. Philadelphia: Wolters Kluwer Health GEJALA KLINIS PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI • Timbul akut / subakut • Sakit kepala • Kaku Kuduk, Kernig (+), Brudzinski (+) • Demam (40° - 40,5°) • Muntah • Letargi / kesadaran menurun • Kejang umum / fokal • Pada S pneumococcus gejala klinis lebih berat dibangdingkan meningococcus / H influenza (oleh karena mengeluarkan toksin a.l. hemolisin, imunoglobulin A protease, neuroaminidase dan hyaluronidase) • Perubahan kesadaran dari stupor / koma • Kejang berulang • Defisit neurologis terjadi pada awal stadium • Pemeriksaan darah • Darah tepi : Lekositosis, LED meningkat, gangguan pembekuan/perdarahan • Ureum, kreatinin (bila akan menggunakan cephalosporin) • Pemeriksaan LCS • Lekosit > 1000 / UL, 90% PMN • Protein > 150 mg / dl • Glukosa < 30 mg / dl • Pewarnaan Gram • Untuk identifikasi kuman, hasil (+) bila > 103 CFU (Colony Forming Unit)/cc LCS • Lactat LCS • Untuk membedakan bakteri/virus 1. Infeksi bakteri : kadar laktat mendekati 30 mg/dl 2. Infeksi virus : < 25 mg/dl • CRP : (+) ada inflamasi meningeal bila > 100 mg/ml • Brain CT: bila ada tanda neurologis fokal/papil edema Pilihan I : Cephalosporin generasi III - Cefotaxim 6 x 2 gr IV - Ceftriaxone 1 x 2 gr IV Selama 15 hari → Meningokok, pneumokok Pilihan II : Untuk Listeria monocytogenes dapat diberikan cotrimoxazole dengan dosis 10 mg/kgBB/hari selama 12 hari • Dexamethason (0,15 • mg/kgBB) ± 4 hari • Manitol / glycerol untuk • menurunkan TIK • Rifampisin dapat diberikan ± 2 hari (pada kasus pneumokok yang resisten terhadap b-lactam), dosis 20 • mg/kgBB/hari F E B R 4 8 2 0
  • 39. 39 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 Ensefalitis merupakan kegawat daruratan dalam bidang neurologi. Ensefalitis yang terjadi umumnya disebabkan oleh HSV, VZV, EBV, mumps, measles, dan enterovirus ENSEFALITIS 3B Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education. F E B R 4 8 2 0
  • 40. 40 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 ENSEFALITIS VIRUS 3B PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi Scheld, MW, Whitley R.J et al., 2014. Infection of Central Neurons System. Philadelphia: Wolters Kluwer Health GEJALA KLINIS PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI • Demam • Nyeri kepala • Perubahan kepribadian • Penurunan kesadaran • Defisit neurologis → hemiparesis, afasia, ataksia, gejala piramidal (refleks tendon dan respon plantar ekstensor), defisit saraf kranial (okulomotor dan fasial), gerakan-gerakan involunter (nioklonus dan tremor), dan kejang parsial. • Kemerahan kulit • Lesi membran mukosa • Darah lengkap, Kimia klinik, Lumbal punksi (pleositosis dominan sel mononuclear, peningkatan kadar protein) • Serologi darah untuk HSV, CMV, Japanesse encephalitis • Serologi CSF untuk HSV dan CMV • PCR HSV, CMV, HHV-6. • EEG (high voltage periodic spike wave dankompleks slow wave di temporal menunjukkan infeksi HSV) • CT scan kepala + kontras • MRI kepala + Kontras • Antivirus (sesuai penyebab) • Simtomatis • Mannitol 20% atau NaCl 3% untuk menurunkan TIK jika ada tanda peningkatan TIK F E B R 4 8 2 0
  • 41. 41 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 Meningitis Tuberkulosa adalah radang selaput otak akibat komplikasi Tuberkulosa Primer. Apabila terjadi meningoensefalitis maka infeksi juga terjadi pada parenkim otak Disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Tuberculosa MENINGITIS TUBERKULOSA 3B PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi F E B R 4 8 2 0
  • 42. 42 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 MENINGITIS TUBERKULOSA 3B PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi Scheld, MW, Whitley R.J et al., 2014. Infection of Central Neurons System. Philadelphia: Wolters Kluwer Health GEJALA KLINIS PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI • Malaise • Anoreksia • Demam • Nyeri kepala yang semakin memburuk • Defisit neurologis : kejang dan atau penurunan kesadaran, paralisis nervus kranialis II, III, IV, VI, VII, dan VIII • Meningeal sign (+) • Papil edema sebagai tandan peningkatan TIK • Darah lengkap, Kimia klinik, Lumbal punksi (pleositosis dominan sel mononuclear, peningkatan kadar protein) • Roentgen thorax PA • TES HIV 3 Metode • Mikrobiologi : TCM dahak, pewarnaa BTA, atau kultur • CT scan kepala + kontras • MRI kepala + Kontras • Rawat di ruang intensif (khusus) • Diet TKTP • Terapi medikamentosa : standar pengobatan TB ekstraparu + • Steroid : Deksametason IV (terutama bila ada edema otak) dengan dosis 10 mg setiap 4-6 jam, bila membaik dapat diturunkan sampai 4 mg setiap 6 jam. F E B R 4 8 2 0
  • 43. 43 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 3B F E B R 4 8 2 0
  • 44. 44 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 ANALISA CSF PADA INFEKSI OTAK 3B PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi Scheld, MW, Whitley R.J et al., 2014. Infection of Central Neurons System. Philadelphia: Wolters Kluwer Health INDIKATOR NORMAL VIRAL BAKTERIAL TUBERCULOSIS Warna Jernih Jernih Keruh Xantokrom Tekanan (cmH20) 5 – 20 N / meningkat Meningkat N / meningkat Protein (g/L) 0,2 – 0,4 N / meningkat Meningkat N / meningkat Glukosa (mmol/ L) 2,5 – 3,5 Normal Menurun Menurun Leukosit total <3 10 – 500 100-5000 N / meningkat Dominansi sel (-) MN (Limfosit) PMN (Neutrofil) MN (Monosit) F E B R 4 8 2 0
  • 45. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Disebabkan tetanospasmin (neurotoksin) yang dihasilkan Clostridium tetani • Ditandai dengan spasme tonik persisten • Spasme hampir selalu terjadi pada otot leher dan rahang → trismus, lockjaw • Serta melibatkan tidak hanya otot ekstremitas, tetapi juga otot-otot batang tubuh. TETANUS 3B PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi F E B R 4 8 2 0
  • 46. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 TETANUS Lokal Sefalik Umum/generalisata Neonatorum • Kekakuan dan spasme yang menetap disertai rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal luka. • Dapat berkembang menjadi tetanus umum. • Mengenai wajah dengan masa inkubasi 1-2 hari, • Gejalanya berupa trismus, disfagia, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial. • Dapat berkembang menjadi tetanus umum • Trismus, iritable, kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan perut (opistotonus), rasa sakit, kecemasan yang hebat dan kejang umum • Kesadaran yang tetap baik • Terjadi pada bayi baru lahir, karena infeksi tali pusat, • Gejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable diikuti oleh kekakuan dan spasme. MANIFESTASI KLINIS 3B PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi F E B R 4 8 2 0
  • 47. 47 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 GRADING ABLLET 1. Afshar, Majid dan Raju, Mahesh dan Ansell, David dan Bleck, Thomas. 2011. Narrative Review: Tetanus-A Health Threat After 2. Natural Disasters in Developing Countries. Annals of internal medicine. 154. 329-35. 10.1059/0003-4819-154-5-201103010-00007. 3B GRADE SEVERITY SYMPTOMS 1 Mild Mild trismus, general spasticity, no respiratory compromise, no spasms, no dysphagia 2 Moderate Moderate trismus, rigidity, short spasms, mild dysphagia, moderate respiratory involvement, respiratory rate >30 breaths/min 3 Severe Severe trismus, generalized rigidity, prolonged spasms, severe dysphagia, apneic spells, pulse >120 beats/min, respiratory rate >40 breaths/min 4 Very severe Grade 3 with autonomic dysfunction F E B R 4 8 2 0
  • 48. 48 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 PRINSIP TATALAKSANA LUKA 1. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2017 3B Wajib irigasi luka dengan cairan fisiologis Wajib debridement jaringan nekrosa Wajib singkirkan bahan kontaminan Wajib pemberian antibiotik topikal Jahit luka (terbuka / tertutup) 1 2 3 4 5 F E B R 4 8 2 0
  • 49. 49 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 TATALAKSANA 1. Jameson, J. L, et al. 2018. Harrison’s Principles of Internal Medicine. USA: McGraw-Hill Education 2. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016 3B Status imunisasi Tetanus dan apa yang harus dilakukan: Tahun terakhir mendapat imunisasi Luka Perawatan Tetanus <5 Bersih atau Rentan Tetanus Tidak perlu imunisasi Tetanus >5 dan <10 Bersih Tidak perlu imunisasi Tetanus >5 Rentan Tetanus Tetanus Toxoid 0.5ml IM >10 Bersih atau Rentan Tetanus Tetanus Toxoid 0.5ml IM Tidak pernah imunisasi Bersih Mulai pemberian imunisasi tetanus toxoid secara berkesinambungan (0.5ml IM; ulangi dalam 4 minggu dan 6-12 bulan setelah suntikan kedua Tidak pernah imunisasi Rentan Tetanus Mulai pemberian imunisasi tetanus toxoid secara berkesinambungan (0.5ml IM; ulangi dalam 4 minggu dan 6-12 bulan setelah suntikan kedua. Human tetanus immunoglobulin 250 U, IM dalam - tidak di lokasi yang sama dengan pemberian suntikan tetanus toxoid. Info Luka Rentan tetanus Tidak rentan Tetanus Waktu sejak terjadinya luka >6 jam <6 jam Kedalaman luka >1 cm <1 cm Mekanisme terjadinya luka Luka hancur, luka bakar, luka tembak, luka karena suhu dingin ekstrim, luka tusuk yang menembus baju Potongan tajam Jaringan mati Ya Tidak Kontaminasi benda asing (rumput, tanah, dsb.) Ya Tidak Terapi • Antibiotik (Metronidazol atau Penicilin) • Antitoksin (HTIG single dose atau ATS dosis terbagi) • Antikonvulsan (benzodiazepin) F E B R 4 8 2 0
  • 50. 50 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 Miscellaneous Tetanus (vaksinasi tetanus menurut CDC) 3B WAJIB DIPERHATIKAN !! : 1. 3 dosis yang dimaksud pada tabel di atas adalah DPT 1, DPT 2, DPT 3 yang diberikan pada masa kanak 2. Hal ini berbeda dengan dosis vaksin tetanus yang diberikan pada masa dewasa 1. Liang JL, Tiwari T, Moro P, et al. Prevention of Pertussis, Tetanus, and Diphtheria with Vaccines in the United States: Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2018;67(2):1–44. 2. Tetanus for clinicians. 2020. CDC F E B R 4 8 2 0
  • 51. 51 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 Miscellaneous Tetanus (vaksinasi tetanus menurut CDC) 3B Pemberian HTIG diberikan pada dua kondisi utama : 1. Apabila riwayat vaksinasi tidak diketahui atau tidak pernah dengan luka rentan tetanus 2. Walaupun riwayat vaksinasi lengkap (terakhir <5 tahun yang lalu) dengan luka tidak rentan namun gejala tetanus telah muncul (trismus, rhesus sardonikus, atau opistotonus). 1. Liang JL, Tiwari T, Moro P, et al. Prevention of Pertussis, Tetanus, and Diphtheria with Vaccines in the United States: Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2018;67(2):1–44. 2. Tetanus for clinicians. 2020. CDC F E B R 4 8 2 0
  • 52. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan virus rabies • Bersifat zoonotik, ditularkan melalui gigitan hewan terinfeksi • Infeksi menjalar ke otak melalui saraf perifer. • Masa inkubasi dari penyakit ini 1-3 bulan, tapi dapat bervariasi antara 1 minggu sampai beberapa tahun, tergantung juga pada seberapa jauh jarak masuknya virus ke otak RABIES 3A KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia F E B R 4 8 2 0
  • 53. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Stadium Prodormal Sensoris Eksitasi Paralisis Gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari. Nyeri, panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensoris. • Tonus otot dan aktivitas simpatis meninggi dan gejalla hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan pupil dilatasi. • Hidrofobia. • Kontraksi otot faring dan otot pernapasan. • Apneu, sianosis, konvulsan, dan takikardia. Gejala eksitasi terus berlangsung sampai penderita meninggal. Paresis otot yang terjadi secara progresif karena gangguan pada medulla spinalis. MANIFESTASI KLINIS 3A KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia F E B R 4 8 2 0
  • 54. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 RESIKO RENDAH • Jilatan pada kulit • Luka dangkal • Luka lecet / ekskoriasis • Luka didaerah ekstremitas (lengan atas / bawah, tungkai atas/bawah) dan badan (dada, perut, punggung atas/bawah) RESIKO TINGGI • Jilatan pada mukosa • Luka lebar/dalam dan multiple • Luka di atas bahu (daerah leher dan kepala) • Luka pada jari tangan / kaki https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies https://www.cdc.gov/rabies/index.html KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia 3A F E B R 4 8 2 0
  • 55. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 KEYWORD : Luka resiko tinggi SELALU mendapat SAR & VAR tanpa melihat kondisi hewan penggigit ! KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia 3A F E B R 4 8 2 0
  • 56. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Luka RESIKO RENDAH Gigitan kecil pada daerah tertutup Lokasi : Badan, Lengan, dan Tungkai Intramuskular pada otot deltoid atau anterolateral paha 0,5 ml pada hari 0, 3, 7,14, 28 (sesuai rekomendasi WHO) https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia 3A F E B R 4 8 2 0
  • 57. CARA PEMBERIAN “VAR” PASKA PAPARAN https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia Gigitan kecil pada daerah tertutup 0,5 ml pada hari 0, 3, 7,14, 28 (sesuai rekomendasi WHO) Intramuskular pada otot deltoid atau anterolateral paha F E B R 4 8 2 0
  • 58. Luka RESIKO TINGGI Luka mukosa, besar dan dalam, atau bersifat multipel Lokasi : di atas bahu (kepala dan leher), dan jari tangan / kaki bila serum heterolog (berasal dari serum kuda) Dosis 40 IU/ kgBB disuntikkan infiltrasi pada luka sebanyak- banyaknya, sisanya disuntikkan secara IM. Bila serum homolog (berasal dari serum manusia) dengan dosis 20 IU/ kgBB, dengan cara yang sama. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia F E B R 4 8 2 0
  • 59. FUTUREDOCTORINDONESIA.COM PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI INDONESIA EPILEPSI DAN KEJANG LAINNYA F E B R 4 8 2 0
  • 60. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Epilepsi → keadaan yang ditandai oleh bangkitan epilepsi berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi. • Bangkitan epilepsi → manifestasi klinis yang disebabkan oleh aktivitas listrik yang abnormal dan berlebihan dari sekelompok neuron di otak. EPILEPSI 3A PERDOSSI., 2014. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Edisi 5. Surabaya: Airlangga University Press F E B R 4 8 2 0
  • 61. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 KEJANG UMUM Tonik Kejang yang ditandai dengan kontraksi otot yang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Klonik Sentakan mioklonik sekelompok otot dengan pengulangan secara teratur lebih kurang 2-3 siklus per detik serta berlangsung lama, biasanya melibatkan kedua sisi tubuh Tonik-Klonik Kombinasi tonik dan klonik. Kontraksi tonik simetris, diikuti dengan kontraksi klonik bilateral otot- otot somatis Absans Hilangnya kesadaran yang bersifat sementara Mioklonik Kontraksi otot tunggal atau multipel yang terjadi secara tiba-tiba, cepat (<100 milidetik) Atonik Hilangnya tonus otot tanpa didahului kejang mioklonik atau tonik yang berlangsung ≥1-2 detik KLASIFIKASI 3A Fisher RS, Acevedo C, Arzimanoglou A, Bocagz A, Cross JH, Elger CE, dkk. ILAE official report: A practical clinical definition of epilepsy. Epilepsia. 2014;55:475-82. KEJANG PARSIAL Kejang parsial sederhana Kejang fokal tanpa disertai gangguan kesadaran Kejang parsial kompleks Kejang fokal disertai hilang atau perubahan kesadaran Kejang parsial menjadi umum Kejang fokal yang diikuti kejang umum F E B R 4 8 2 0
  • 62. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 TATALAKSANA 3A Glauser, T., et al. 2013. Updated ILAE evidence review of antiepileptic drug efficacy and effectiveness as initial monotherapy for epileptic seizures and syndromes. Epilepsia., pp: 1-13 Dewasa Anak Level of evidance A B C D A B C D KEJANG UMUM Tonik - Carbamazepine , Lamotrigine, Oxcarbazepine, Phenobarbital, Phenytoin, Topiramate, Valproic acid Gabapentin, Levetiracetam , Vigabatrin - Carbamazepine , Phenobarbital, Phenytoin, Topiramate, Valproic acid Oxcarbazepin e Klonik Tonik-Klonik Atonik Mioklonik - Topiramate, Valproic acid Absans Ethosuximide, Valproic acid - Lamotrigine - KEJANG PARSIAL Carbamazepin e, Levetiracetam, Phenytoin, Zonisamide Lansia: Gabapentin, Lamotrigine Valproic acid Gabapentin, Lamotrigine, Oxcarbazepine, Phenobarbital, Topiramate, Vigabatrin Lansia: Carbamazepine Clonazepam, Primidone Lansia: Topiramate, Valproic acid Oxcarbazepin e Carbamazepine , Phenobarbital, Phenytoin, Topiramate, Valproic acid, Vigabatrin Clobazam, Clonazepam, Lamotrigine, Zonisamide F E B R 4 8 2 0
  • 63. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 PENGHENTIAN OAE 3A PERDOSSI., 2014. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Edisi 5. Surabaya: Airlangga University Press Syarat penghentian OAE: • Setelah minimal 2 tahun bebas bangkitan dan gambaran EEG normal • Penghentian OAE disetujui oleh penyandang atau keluarganya • Harus dilakukan secara bertahap, 25% dari dosis semula setiap bulan dalam jangkat waktu 3-6 bulan • Bila dilakukan lebih dari 1 OAE, maka penghentian dimulai dari 1 OAE yang bukan utama F E B R 4 8 2 0
  • 64. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 STATUS EPILEPTIKUS 3B PERDOSSI., 2014. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Edisi 5. Surabaya: Airlangga University Press Bangkitan >30 menit Atau > 2 bangkitan tanpa pemulihan kesadaran diantaranya 2 tipe SE: • SE konvulsif • SE non konvulsif F E B R 4 8 2 0
  • 65. 65 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 TATALAKSANA PERDOSSI., 2014. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Edisi 5. Surabaya: Airlangga University Press 3B Stadium 1 (0−10 menit) Stadium 2 (0−30 menit) Stadium 3 (0−60 menit) Stadium 4 (30−90 menit) • Diazepam 10 mg IV bolus lambat dalam 5 menit, stop jika kejang berhenti, bila masih kejang dapat diulang 1 kali lagi atau Midazolam 0.2 mg/kgBB IM • Pertahankan patensi jalan napas dan resusitasi • Berikan oksigen • Periksa fungsi kardiorespirasi • Pasang infus • Monitor pasien • Pertimbangkan kemungkinan kondisi non epileptik • Pemeriksaan emergensi laboratorium • Berikan glukosa (D50% 50 ml) dan/atau thiamine 250 mg i.v bila ada kecurigaan penyalahgunaan alkohol atau defisiensi nutrisi • Terapi asidosis bila terdapat asidosis berat • Pastikan etiologi • Siapkan untuk rujuk ke ICU • Identifikasi dan terapi komplikasi medis yang terjadi • Vasopressor bila diperlukan • Phenytoin i.v dosis of 15–18 mg/kg dengan kecepatan pemberian 50 mg/menit dan/atau bolus Phenobarbital 10–15 mg/kg i.v.dengan kecepatan pemberian100 mg/menit • Pindah ke ICU • Anestesi umum dengan salah satu obat di bawah ini : o Propofol 1–2 mg/kgBB bolus, dilanjutkan 2–10 mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE terkontrol o Midazolam 0.1–0.2 mg/kg bolus, dilanjutkan 0.05– 0.5 mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE terkontrol o Thiopental sodium 3–5 mg/kg bolus, dilanjut 3–5 mg/kg/jam dititrasi naik sampai terkontrol • Perawatan intensif dan monitor EEG • Monitor tekanan intrakranial bila dibutuhkan • Berikan antiepilepsi rumatan jangka panjang F E B R 4 8 2 0
  • 66. FUTUREDOCTORINDONESIA.COM PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI INDONESIA PENYAKIT NEUROVASKULER F E B R 4 8 2 0
  • 67. Konsep Cerebrovascular Accident (CVA) / Stroke Per Definisi “Defisit neurologik akut (mendadak), bersifat fokal atau global yang berlangsung selama ≥24 jam karena gangguan vaskular” SEMUA KRITERIA HARUS TERPENUHI ! Selalu diawali pemeriksaan klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik) + pemeriksaan penunjang. 1.Anamnesis : onset, riwayat / atheroma risk factor, siriraj score. 2.Pemeriksaan Fisik : TTV, meningeal sign, lateralisasi, refleks fisiologi + patologis, pola pernafasan. 3.Pemeriksaan penunjang : CT-scan (gold standard), GDA, DL, PT/aPTT/INR. Penegakan Diagnosa Terbagi atas 1. Transcient Iscemic Attack (TIA) 2. Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND) 3. Prolonged RIND 4. Complete Stroke (definisi umum stroke) Perjalanan Klinis 1.Iskemik (akibat penyumbatan pembuluh darah). Bentuk klinis : thrombosis dan embolik. 2.Hemoragik (akibat pecahnya pembuluh darah). Bentuk klinis : ICH dan SAH Klasifikasi Stroke Prinsip Terapi pada Stroke 1.Stroke iskemik : • Berikan antitrombus (goal tehrapy) • Reperfusi • Neuroprotektor • Perbaiki underlying disease 2. Stroke hemoragik : • Turunkan tensi (goal therapy) • Turunkan TIK • Terapi kejang (bila terjadi) F E B R 4 8 2 0
  • 68. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 SIRIRAJ SCORE (2,5 X kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 tekanan diastolik) – (3 x ateroma) – 12 SKORING 3B Poungvarin N, Viriyavejakul A, Komontri C. Siriraj stroke score and validation study to distinguish supratentorial intracerebral haemorrhage from infarction. BMJ. 1991; 302: 1565-7. Komponen Skor Kesadaran Kompos mentis 0 Somnolen 1 Sopor/koma 2 Vomitus Tidak da 0 Ada 1 Nyeri kepala Tidak ada 0 Ada 1 Ateroma Tidak ada 0 DM, angina, atau penyakit pembuluh darah 1 Skor Interpretasi < -1 Stoke iskemik -1 - 1 Meragukan > 1 Stroke hemoragik F E B R 4 8 2 0
  • 69. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Defisit neurologis akut yang disebabkan oleh kelainan vaskular serta pulih dalam jangka waktu <24 jam • Ada 3 mekanisme yang dapat menyebabkan TIA • Aterosklerosis • Emboli • Oklusi pembuluh darah kecil TRANSIENT ISCHAEMIC ATTACK 3B Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI TIA Sembuh <24 jam RIND Sembuh <72 jam P-RIND Sembuh <7 hari COMPLETE Menetap, mendadak PROGRESIF Menetap, bertahap F E B R 4 8 2 0
  • 70. HEMIPARESE Jenis Hemiparese Parese Wajah Parese Ekstremitas Lesi Kesimpulan Hemiparese Tipikal D D S (sisi parese wajah = ekstremitas) vs lesi S S D Hemiparese Alternans D S D (sisi parese wajah = lesi) vs ekstremitas S D S Sisi merot / mencong = sisi NORMAL Sisi lesi selalu berkebalikan dengan parese ekstremitas Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI F E B R 4 8 2 0
  • 71. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Trombus Emboli Oklusi pembuluh darah kecil otak STROKE ISKEMIK 3B Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI F E B R 4 8 2 0
  • 72. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 EKG CT Scan non kontras MRI (pada fase akut stroke iskemik) Doppler karotis dan vertebralis Doppler transkranial Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan Penunjang 3B Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI F E B R 4 8 2 0
  • 73. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 PRINSIP TERAPI STROKE ISKEMIK (1st) Anti Trombus (2nd) Perbaikan Perfusi Perbaikan Faktor Sistemik Patnaik, R., Kumar, A. and Ashish, T. 2019 Advancement in the Pathophysiology of Cerebral Stroke, Advancement in the Pathophysiology of Cerebral Stroke. doi: 10.1007/978-981-13-1453-7. F E B R 4 8 2 0
  • 74. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 ANTI TROMBUS Aspirin dosis tinggi : 150-320 mg / hari Clopidogrel 75 mg/hr Anti platelet 1. Heparin : resiko perdarahan otak (harus diberikan di fasilitas kesehatan). 2. LMWH ( Fraxiparin) 3. Warfarin : 10 mg/hr (dapat diberikan pada rawat jalan) Anti Koagulan (diberikan pada kasus emboli) Diberikan pada apabila FASE AKUT (<4,5 jam, harus diketahui pasti) Dosis 0,6 – 0,9 mg/KgBB. Dosis maksimal 90 mg KI Absolut : • Perdarahan GI tract dalam 6 bulan terakhir • Internal bleeding • Riwayat stroke hemoragik • Riwayat operasi kepala Trombolitik : r-TPA (Tissue Plasminogen Activator) Patnaik, R., Kumar, A. and Ashish, T. 2019. Advancement in the Pathophysiology of Cerebral Stroke, Advancement in the Pathophysiology of Cerebral Stroke. doi: 10.1007/978-981-13-1453-7. F E B R 4 8 2 0
  • 75. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 TATALAKSANA DI RUMAH SAKIT Optimalisasi TENSI • Dilakukan pada hari 1-3 • Tensi diatur tinggi (Tidak lebih darI 20% MAP) untuk meningkatan CBF dan memperbaiki vaskularisasi otak. • Tidak dilakukan apabila S≥220 atau D≥120. • Target tensi hari ke-7 : S/ 160-180 D/90-100 Citicoline 2-4 x 250 mg IV/hari • Berfungsi sebagai NEUROPROTEKTOR dilanjutkan dengan 2x500-1000 mg PO Piracetam 12 gr IV / 20 menit • Dilanjutkan dengan oral 2-4 x 1200 mg Nimodipine 3-4 x 30 mg PO / hari Patnaik, R., Kumar, A. and Ashish, T. 2019. Advancement in the Pathophysiology of Cerebral Stroke, Advancement in the Pathophysiology of Cerebral Stroke. doi: 10.1007/978-981-13-1453-7. F E B R 4 8 2 0
  • 76. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Trombolisis Ya <185/110 mmHg (pre) <180/105 mmHg (post) Tidak TD >220/120 mmHg Turunkan 15% dalam 24 jam pertama Tatalaksana Hipertensi Stroke Iskemik 3B Powers WJ, Rabinstein AA, Ackerson T, et al., Guidelines for the Early Management of Patients with Acute Ischemic Stroke. AHA/ASA. 2018: 46-99 F E B R 4 8 2 0
  • 77. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 TATALAKSANA PUSKESMAS (kontrol/kondisi stabil) Kontrol gula darah • Target GDA 100- 200 gr% Kontrol hiperlipidemia • Menggunakan golongan statin ( ex : Atrovastatin) Edukasi •Edukasi penderita bagaimana menghindari faktor resiko reversibel Patnaik, R., Kumar, A. and Ashish, T. (2019) Advancement in the Pathophysiology of Cerebral Stroke, Advancement in the Pathophysiology of Cerebral Stroke. doi: 10.1007/978-981-13-1453-7. F E B R 4 8 2 0
  • 78. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Stroke adalah defisit neurologis fokal (atau global) yang terjadi mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor vaskuler • Stroke hemoragik dapat disebabkan oleh adanya perdarahan intraserebral (ICH) atau perdarahan subaraknoid (SAH) STROKE HEMORAGIK 3B Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI F E B R 4 8 2 0
  • 79. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 EKG CT Scan non kontras MRI Doppler karotis dan vertebralis Doppler transkranial Pemeriksaan laboratorium PEMERIKSAAN PENUNJANG 3B Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI F E B R 4 8 2 0
  • 80. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Kontrol tekanan darah → mencegah perdarahan ulang 1. Pada orang yang dasarnya normotensif diturunkan sampai sistolik 160 mmHg 2. Pada orang dengan hipertensi, target sedikit lebih tinggi (Sistolik 150-220 diturunkan menjadi 140 dalam 6 jam, sistolik >220 diturunkan agresif 15 – 20% dengan antihipertensi IV dalam 1 jam pertama) • Tekanan intrakranial → diturunkan dengan cara meninggikan posisi kepala 15-30 derajat (satu bantal) sejajar dengan bahu dan mannitol 0,25 - 1 g/kgBB dalam 30 – 60 menit • Neuroprotektor → Sitikolin250 mg (tidak wajib) TATALAKSANA 3B Guideline for the Mangement of Spontaneous Intracerebral Hemorrhage. 2015 (AHA/ASA) F E B R 4 8 2 0
  • 81. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Gambran klinik ICH SAH Serangan Saat melakukan aktivitas Nyeri kepala sangat hebat, mendadak, biasanya saat aktivitas Defisit neurologis Fokal, sangat akut disertai tanda peningkatan tekanan intrakranial (nyeri kepala, muntah, kesadaran menurun, kejang, dll) Defisit neurologik fokal jarang dijumpai Dijumpai tanda rangsangan selaput otak (kaku kuduk) TD Hipertensi berat (sering) Hipertensi (jarang) Temuan khusus Penyakit jantung hipertensif, retinopati hipertensif Perdarahan subhyaloid/preretinal Perdarahan pada likuor serebrospinal CT scan kepala Area hiperdens intraserebral / intraventricular Area hiperdens di sisterna basalis KLASIFIKASI 3B Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI F E B R 4 8 2 0
  • 82. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Gangguan fungsi bahasa karena kerusakan pusat bahasa di otak • Penyebab utama → stroke • Mempengaruhi fungsi bahasa: • Kelancaran bicara (fluency) • Pemahaman • Kemampuan pengulangan (repetisi) • Kemampuan menamakan benda (Naming) AFASIA Aninditha, T. & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI F E B R 4 8 2 0
  • 84. FUTUREDOCTORINDONESIA.COM PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI INDONESIA NYERI KEPALA F E B R 4 8 2 0
  • 85. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Migrain Tanpa Aura 4 The Headache Classification Committee of International Headache Society: International Classification of Headache Disorders 3rd Edition. Cephalalgia 2018; 38(1): 18-34 A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 – 72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil diobati). C.Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut : 1. Lokasi unilateral 2. Kualitas berdenyut 3. Intensitas nyeri sedang atau berat 4. Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga). D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini : 1. Nausea dan atau muntah 2. Fotofobia dan fonofobia E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3 dan transient ischemic attack harus dieksklusi F E B R 4 8 2 0
  • 86. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 A. Satu atau lebih aura berikut yang bersifat reversibel: 1. Visual 2. Sensorik 3. Bicara dan/atau Bahasa 4. Motorik 5. Batang otak 6. Retina B. Tiga dari enam karakteristik di bawah ini: 1. Setidaknya satu gejala aura berkembang secara bertahap ≥5 menit 2. Dua atau lebih gejala aura terjadi berturut-turut 3. Setiap gejala aura berlangsung 5-60 menit 4. Setidaknya satu gejala aura bersifat unilateral 5. Setidaknya satu gejala merupakan aura positif 6. Aura disertai atau diikuti nyeri kepala dalam 60 menit Migrain dengan Aura 4 The Headache Classification Committee of International Headache Society: International Classification of Headache Disorders 3rd Edition. Cephalalgia 2018; 38(1): 18-34 Minimal dua serangan F E B R 4 8 2 0
  • 87. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Tatalaksana 4 PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi ABORTIF PREVENTIF Non spesifik • Aspirin 500 - 1000 mg per 4-6 jam (A) • Ibuprofen 400 – 800 mg per 6 jam (A) • Parasetamol 500 -1000 mg per 6-8 jam untuk terapi migrain akut ringan sampai sedang (B) • Kalium diklofenak (powder) 50 -100 mg per hari dosis tunggal Spesifik • Sumatriptan 30mg, Eletriptan 40-80 mg atau Rizatriptan 10 mg (A) • Ergotamin (tidak direkomendasikan untuk migrain akut) (A) Beta bloker • Propanolol 80-240 mg per hari sebagai terapi profilaksi lini pertama (A) • Timolol 10-15 mg dua kali/hari, dan metropolol 45- 200 mg/hari, dapat sebagai obat profilaksi alternatif (A) Antiepilepsi • Topiramat 25-200 mg per hari untuk profilaksi migrain episodik dan kronik (A) • Asam valproat 400-1000 mg per hari untuk profilaksi migrain episodik (A) Antidepresi • Amitriptilin 10-75mg, untuk profikasi migrain (B) NSAID • Ibuprofen 200 mg 2 kali sehari (B) F E B R 4 8 2 0
  • 88. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata rata <1 hari/bulan (<12 hari/tahun), dan memenuhi kriteria B-D. B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari. C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas: 1. Lokasi bilateral. 2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut). 3. Intensitasnya ringan atau sedang. 4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga. D. Tidak didapatkan: 1. Mual atau muntah. 2. Lebih dari satu keluhan: foto fobia atau fonofobia. E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3. TTH EPISODIK INFREKUEN 4 The Headache Classification Committee of International Headache Society: International Classification of Headache Disorders 3rd Edition. Cephalalgia 2018; 38(1): 18-34 F E B R 4 8 2 0
  • 89. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata rata 1-14 hari/bulan selama >3 bulan (>12 dan <180 hari/tahun), dan memenuhi kriteria B-D. B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari. C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas: 1. Lokasi bilateral. 2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut). 3. Intensitasnya ringan atau sedang. 4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga. D. Tidak didapatkan: 1. Mual atau muntah. 2. Lebih dari satu keluhan: foto fobia atau fonofobia. E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3. TTH EPISODIK FREKUEN 4 The Headache Classification Committee of International Headache Society: International Classification of Headache Disorders 3rd Edition. Cephalalgia 2018; 38(1): 18-34 F E B R 4 8 2 0
  • 90. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 A. Nyeri kepala muncul pada >15 hari/bulan selama >3 bulan (>180 hari/tahun), dan memenuhi kriteria B-D. B. Nyeri kepala berlangsung berjam-jam, berhari-hari, atau terus menerus C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas: 1. Lokasi bilateral. 2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut). 3. Intensitasnya ringan atau sedang. 4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga. D. Tidak didapatkan: 1. Lebih dari satu antara fotofobia, fonofobia atau mual ringan 2. Mual atau muntah sedang atau berat. E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3. TTH KRONIK 4 The Headache Classification Committee of International Headache Society: International Classification of Headache Disorders 3rd Edition. Cephalalgia 2018; 38(1): 18-34 F E B R 4 8 2 0
  • 91. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 •Aspirin 1000 mg/hari, •Asetaminofen 1000 mg/hari, •NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, asam mefenamat, ibuprofen 800 mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari). •Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg. • Kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein • Kronik: Antidepresan, Antiansietas Medikamentosa: • Meyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik • Mengurangi kecemasan atau depresi Edukasi: Tatalaksana 4 Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education. PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi F E B R 4 8 2 0
  • 92. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 A. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan yang memenuhi kriteria b-d. B. Nyeri hebat pada daerah orbita, supraorbita dan/atau temporal yang berlangsung antara 15-180 menit jika tidak ditangani. C.Nyeri kepala disertai setidaknya satu gejala berikut: • Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi pada mata ipsilateral • Kongesti nasal dan/atau rhinorrhea ipsilateral • Edema palpebra ipsilateral • Berkeringat pada daerah dahi dan wajah ipsilateral • Miosis dan/atau ptosis ipsilateral • Gelisah atau agitasi • Frekuensi serangan 1-8 kali/hari E. Tidak berhubungan dengan kelainan lain CLUSTER HEADACHE 3A PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi F E B R 4 8 2 0
  • 93. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Terapi Akut: • Inhalasi oksigen 100% 7-12 liter/menit selama 15 – 20 menit • Dihidroergotamin (DHE ) 0,5–1,5 mg i.v • Sumatriptan injeksi subkutan 6 mg • Zolmitriptan 5 mg atau 10 mg per oral • Anestesi lokal: 1 ml Lidokain intranasal 4%. Tatalaksana 3A Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education. PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi Profilaksis • Verapamil (pilihan pertama) 120–160 mg t.i.d-q.i.d, selain itu bisa juga dengan Nimodipin 240 mg/hari atau Nifedipin 40-120 mg/hari • Steroid (80–90% efektif untuk prevensi serangan), tidak boleh diberikan dalam waktu lama. 50–75 mg setiap pagi dikurangi 10% pada hari ketiga • Lithium 300–1500 mg/hari (rata-rata 600–900 mg) F E B R 4 8 2 0
  • 94. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 NEURALGIA TRIGEMINAL 3A PERDOSSI. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi Medikamentosa → Antikonvulsan Nervus trigeminus (V) F E B R 4 8 2 0
  • 95. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Farmakologis • Karbamazepin (200 – 1200 mg/hari) → lini pertama • Oxcarbazepin (600 – 1800 mg/hari) • Baclofen • Lamotrigin • Gabapentin Non Farmakologis • Outpatients Needle Procedure • Radiofrekuensi rhizotomy • Glycerol injection • Balloon Compression • Peripheral Neurectomy Pembedahan • Microvascular Decompression (MVD) PERDOSSI. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi 3A F E B R 4 8 2 0
  • 96. FUTUREDOCTORINDONESIA.COM PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI INDONESIA PENYAKIT NEUROMUSKULER DAN NEUROPATI F E B R 4 8 2 0
  • 97. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Neuropati akibat tekanan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan CARPAL TUNNEL SYNDROME 3A Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 98. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 GEJALA KLINIS 3A • Parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3. • Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. • Berkurang bila penderita memijat atau menggerak- gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 99. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 PEMERIKSAAN FISIK 3A 1. Phalen’s test Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis. 2. Torniquet’s test Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis. 3. Tinel’s sign Tes ini mendukung diagnosis bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi. 4. Flick’s sign Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerakgerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosis CTS. 5. Thenar wasting Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 100. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 PEMERIKSAAN FISIK Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 101. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Pemeriksaan sensibilitas : Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosis • Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah inervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosis CTS. PEMERIKSAAN FISIK 3A Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 102. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 TATALAKSANA 3A KONSERVATIF OPERATIF • Istirahatkan pergelangan tangan. • Obat anti inflamasi non steroid. • Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan (wrist splint). Bidai dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu. • Nerve Gliding. • Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg/ml atau hidrokortison 10-25 mg atau metilprednisolon 20-40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon muskulus palmaris longus dengan membentuk sudut 30 derajat Sementara 24 suntikan dapat diulang dalam 7 sampai 10 hari untuk total tiga atau empat suntikan. • Vitamin B6 (piridoksin) • Fisioterapi TIGA INDIKASI UTAMA: • Tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif • Terjadi gangguan sensorik yang berat • Adanya atrofi otot-otot thenar. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 103. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Ruang sempit yang berada di antara malleolus medial dan tendon Achilles • Sisi medial ankle • Tarsal tunnel dilapisi oleh Ligament Flexor Retinaculum • Di dalamnya ada N. Tibialis posterior dan Aretri Vena Tibialis posterior • Adanya kompresi pada tarsal tunnel → Tarsal Tunnel Syndrome • Etiologi : trauma, kelainan anatomi, ganglion, massa TARSAL TUNNEL SYNDROME 3A American College of Foot and Ankle Surgeons; Tarsal Tunnel Syndrome F E B R 4 8 2 0
  • 104. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Gejala - Nyeri terbakar - Kesemutan - Baal - Lokasi di ankle dan telapak kaki • Penunjang : EMG NCV GEJALA KLINIS 3A American College of Foot and Ankle Surgeons; Tarsal Tunnel Syndrome F E B R 4 8 2 0
  • 105. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 - Rest - Ice - Immobilization - Analgetik : NSAID Ibuprofen 2-3 x 400 mg/hari - Injeksi steroid - Fisioterapi TATALAKSANA 3A American College of Foot and Ankle Surgeons; Tarsal Tunnel Syndrome F E B R 4 8 2 0
  • 106. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Penyakit dimana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sistem saraf tepi dan menyebabkan kelemahan otot, apabila parah dapat mengakibatkan kelumpuhan, bahkan otot-otot pernapasan. GUILLAIN BARRE SYNDROME 3A Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi F E B R 4 8 2 0
  • 107. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 PATOFISIOLOGI 3A • Autoantibodi yang memicu demielinisasi saraf tepi • Faktor Risiko : Infeksi (Campylobacter jejuni → diare berdarah, Epstein-Barr Virus → batuk pilek) Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi F E B R 4 8 2 0
  • 108. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 DIAGNOSIS 3A Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang • Kelemahan ascenden dan simetris • Anggota gerak bawah dulu baru menjalar ke atas • Kelemahan akut dan progresif yang ditandai arefleksia • Puncak defisit 4 minggu • Pemulihan 2-4 minggu pasca onset • Gangguan sensorik pada umumnya ringan • Gangguan otonom dapat terjadi • Gangguan saraf kranial • Gangguan otot-otot nafas • Kelemahan saraf cranial (III, IV, VI, VII, IX, X) • Kelemahan anggota gerak yang cenderung simetris dan asendens • Hiporefleksia atau arefleksia • Tidak ada klonus atau refleks patologis • Laboratorium (untuk menyingkirkan diagnosis banding lain): Pemeriksaan darah lengkap, ureum/kreatinin, SGOT/SGPT, elektrolit, Creatinin kinase, Serologi CMV/EBV/Micoplasma, Antibodi glycolipid, Antibodi GMI • Pencitraan: MRI minimal potongan sagital untuk menyingkirkan diagnosis banding lain • Lumbal Pungsi → Disosiasi sitoalbumin (peningkatan protein tanpa peningkatan leukosit) Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi F E B R 4 8 2 0
  • 109. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Pemberian IVIG 0,4 gram/ kg BB/ hari selama 5 hari atau plasma exchange diguanakan sebagai lini pertama pengobatan • Pemberian IVIG memiliki efek samping yang lebih sedikit, sehingga lebih banyak dipilih • - Plasmafaresis • - Kombinasi methylprednisolone dosis tinggi dan IVIG memiliki manfaat singkat TATALAKSANA 3A Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi F E B R 4 8 2 0
  • 110. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Definisi: Merupakan suatu penyakit autoimun • Patofisiologi: Autoantibodi yang merusak reseptor asetilkolin di neuromuscular junction • Sering berkaitan dengan timoma MYASTHENIA GRAVIS 3A Ginsberg, L. 2010. Lecture Note: Neurology, 9th Edition Aninditha dan Wiratman, 2014. Buku Ajar Neurologi FKUI Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 111. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 GEJALA KLINIS 3A 1. Gejala Okular Ptosis dan diplopia yang asimetris 2. Gejala Bulbar a. Disfoni dan disartria b. Disfagia (gangguan menelan) c. Pasien dapat mengalami kesulitan menggerakkan rahang bawah saat mengunyah makanan, sehingga harus dibantu oleh tangan (tripod position) d. Kelumpuhan otot-otot wajah 3. Leher dan Ekstremitas a. Leher terasa kaku, nyeri, dan sulit untuk menegakkan kepala b. Kelemahan lebih sering terjadi pada ekstremitas atas dan mengenai otot- otot proksimal 4. Gangguan Pernapasan Kesulitan menarik napas akibat kelemahan otot-otot bulbar dan pernapasan Ginsberg, L. 2010. Lecture Note: Neurology, 9th Edition Aninditha dan Wiratman, 2014. Buku Ajar Neurologi FKUI Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 112. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 PEMERIKSAAN FISIK 3A • Ptosis dan diplopia pada pemeriksaan mata • Paresis pada tangan dan kaki • Disartria dan disfagia • Tensilon’s test (edrophonium chloride test → asetilkolinesterase inhibitor) : Jika ada perbaikan kekuatan otot menandakan myasthenia gravis, jika tidak ada perbaikan kekuatan otot menandakan Lambert Eaton syndrome (Antibodi pada sekresi asetilkolin, sehingga sekresi asetilkolin sedikit) Ginsberg, L. 2010. Lecture Note: Neurology, 9th Edition Aninditha dan Wiratman, 2014. Buku Ajar Neurologi FKUI Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 113. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 1. Tes Wartenberg → Penderita diminta untuk melihat ke atas bidang datar dengan sudut kurang lebih 30 derajat selama 60 detik  (+): bila terjadi ptosis 2. Iced pack eye test → Asetilkolinesterase akan berkurang pada suhu rendah, jika terjadi perbaikan kekuatan otot MG (+) TES KLINIS SEDERHANA 3A Ginsberg, L. 2010. Lecture Note: Neurology, 9th Edition Aninditha dan Wiratman, 2014. Buku Ajar Neurologi FKUI Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 114. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 - Lab darah (mendeteksi antibodi dalam darah) - Tes fungsi paru (mendeteksi gangguan pernapasan) - EMG (mengukur aktivitas listrik dari saraf ke otot) - Tes stimulasi saraf repetitif (mengukur kemampuan saraf dalam mengirim sinyal ke otot) - MRI atau CT Scan (untuk mendeteksi keberadaan tumor dan kelainan pada timus) PEMERIKSAAN PENUNJANG 3A Ginsberg, L. 2010. Lecture Note: Neurology, 9th Edition Aninditha dan Wiratman, 2014. Buku Ajar Neurologi FKUI Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 115. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Anticholinesterase/ acethylcholinesterase inhibitor → Pyrydostigmine (30 – 60 mg, 3 -4 kali/hari) • Immunosuppressive agents • Thymectomy • Plasmapheresis atau intravenous immunoglobulin (IVIg) • Intubasi • Ventilator TATALAKSANA 3A } Krisis myastenia Ginsberg, L. 2010. Lecture Note: Neurology, 9th Edition Aninditha dan Wiratman, 2014. Buku Ajar Neurologi FKUI Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 116. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Stimulasi berlebihan reseptor nikotinik dan muskarinik PADA NMJ dan sinaps • Disebabkan akumulasi asetilkolin berlebihan, seperti miastenia gravis dalam pengobatan dengan inhibitor asetilkolinesterase dosis tinggi KRISIS KOLINERGIK 3B Adeyinka, A., Kondamudi, NP., 2021. Cholinergic Crisis. StatPearls F E B R 4 8 2 0
  • 117. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Muskarinik • S- Salivation • L- Lacrimation • U -Urinary frequency • D-Diarrhea • G- Gastrointestinal cramping and pain • E- Emesis • M- Miosis MANIFESTASI KLINIS 3B Adeyinka, A., Kondamudi, NP., 2021. Cholinergic Crisis. StatPearls Nikotinik • Kelemahan otot • Kelelahan otot dan fasikulasi • Kelemahan otot pernafasan • Takikardia • Hipertensi SSP • Kejang • Koma • Ataxia • Bicara cadel • Agitasi dan kegelisahan F E B R 4 8 2 0
  • 118. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • ABC • Antidotum: • Atrofin • Pralidoxime TATALAKSANA 3B Adeyinka, A., Kondamudi, NP., 2021. Cholinergic Crisis. StatPearls F E B R 4 8 2 0
  • 119. FUTUREDOCTORINDONESIA.COM PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI INDONESIA GANGGUAN SISTEM VESTIBULAR F E B R 4 8 2 0
  • 120. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Etiologi → otokonia pada canalis semisircularis BPPV 4 Pusing berputar yang dipicu oleh perubahan posisi Diagnosis • Dix-Hallpike manuever (BPPV kanal posterior) • Supine roll test (BPPV kanal lateral) Terapi • Epley manuever • Brant-Daroff exercises Bhattacharyya, N., et al., 2017. Clinical Practice Guideline: Benign Paroxysmal Positional Vertigo (Update).Otolaryngology–Head and Neck Surgery. 156(3S). Pp: S1–S47 F E B R 4 8 2 0
  • 121. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 1. Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin) • Dimenhidrinat, dosis 25 mg-50 mg/4-8 jam • Difenhidramin HCl, dosis 25 – 50 mg/4–8 jam • Senyawa betahistin (suatu analog antihistamin): • Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral • Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis. 3. Kalsium Antagonis • Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis 15-30 mg/8 jam atau 1 x 75 mg sehari. Medikamentosa 4 F E B R 4 8 2 0
  • 122. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Bhattacharyya, N., et al., 2017. Clinical Practice Guideline: Benign Paroxysmal Positional Vertigo (Update). Otolaryngology–Head and Neck Surgery, 156(3S). pp. S1–S47 Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd Ed. New York: McGraw- Hill Education F E B R 4 8 2 0
  • 123. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Disebabkan oleh adanya hidrops endolimfe • Dengan gejala: • Vertigo : bisa berputar, episodik, derajat ringan sampai berat, rotasional, dengan durasi minimal 20 menit setiap episode serangan, tidak pernah lebih dari 24jam • Pendengaran menurun : berfluktuasi, tuli sensoris frekuensi rendah, yang memberat saat serangan, dan makin lama bisa semakin memberat. • Tinitus : khas seperti dering bernada rendah atau roaringnoise di telinga. • Rasa penuh didalam telinga. • TRIAS Meniere : Tinitus, Tuli, Vertigo (TTV) • Apabila disertai infeksi telinga, diagnose menjadi LABIRINITIS MENIERE DISEASE 3A Basura, GJ., Adams, ME., et al. 2020. Clinical Practice Guideline: Meniere’s Disease. Otolaryngology–Head and Neck Surgery, 162(2S): S1–S55 F E B R 4 8 2 0
  • 124. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • ≥ 2 episode vertigo spontan 20 menit sampai 12 jam • SNHL frekuensi rendah sampai sedang, berdasarkan audiometri, setidaknya satu kali, baik sebelum, selama, ataupun setelah episode vertigo pertama • Gejala aural (penurunan pendengaran, tinitus, atau terasa penuh) yang berfluktuasi pada telinga yang terkena • Tidak termasuk pada diagnosis vestibular lainnya DIAGNOSIS 3A Basura, GJ., Adams, ME., et al. 2020. Clinical Practice Guideline: Meniere’s Disease. Otolaryngology–Head and Neck Surgery, 162(2S): S1–S55 F E B R 4 8 2 0
  • 125. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Terapi diet: • Diet rendah garam (1500-2300 mg) • Batasi konsumsi alkohol • Batasi asupan kafein Farmakologis: • Diuretik: hidrochlortiazid / asetozolamid 50mg/hari • Betahistin mesilat 48 mg/hari • Antihistamin: dimenhydrinate (25-50 mg/6 jam), meclizine (12.5-25 mg/8 jam), atau diphenhydramine (25-50 mg/6 jam) TATALAKSANA 3A Basura, GJ., Adams, ME., et al. 2020. Clinical Practice Guideline: Meniere’s Disease. Otolaryngology–Head and Neck Surgery, 162(2S): S1–S55 F E B R 4 8 2 0
  • 126. FUTUREDOCTORINDONESIA.COM PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI INDONESIA TRAUMA F E B R 4 8 2 0
  • 127. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Trauma pada tulang belakang yang menyebabkan lesi di medulla spinalis sehingga menimbulkan gangguan neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap atau kematian TRAUMA MEDULLA SPINALIS 3A PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI Lokasi cedera tersering 1. C5 2. C4 3. C6 4. T12 5. L1 6. T10 F E B R 4 8 2 0
  • 128. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 ETIOLOGI 3A - Kecelakaan bermotor - Terjatuh saat beraktivitas - Kecelakaan saat olahraga - Mengalami kekerasan - Kanker - Radang sendi - Osteoporosis - Kelainan pertumbuhan tulang belakang sejak lahir - Peradangan pada tulang belakang PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI F E B R 4 8 2 0
  • 129. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 KLASIFIKASI 3A • Ditegakkan pada saat 72 jam – 7 hari setelah trauma berdasarkan impairment scale ASIA GRADE TIPE GANGGUAN A Komplit Fungsi motorik dan sensorik sampai S4-S5 terganggu B Inkomplit Fungsi sensorik baik Gangguan motorik sampai segmen Saktral S4-S5 C Inkomplit Fungsi motorik terganggu di bawah level lesi, Kekuatan otot motorik utama <3 D Inkomplit Fungsi motorik terganggu di bawah level lesi, Kekuatan otot motorik utama >3 E Normal Fungsi sensorik dan motorik baik PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI F E B R 4 8 2 0
  • 130. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 SINDROM KLINIS 3A M: Motorik S: Sensorik Ekt: Ekteroseptif( nyeri, suhu) Prop: propioseptif (getaran, posisi) BROWN-SEQUARD CENTRAL CORD ANTERIOR CORD Kausa utama: Trauma tembus, kompresi ekstrinsik M : Paresis UMN ipsilateral di bawah lesi, LMN setinggi lesi Ekt. : Gangguan kontralateral Prop: Gangguan ipsi lateral Kausa utama: Hematomielia, trauma spinal (fleksi- ekstensi) M : Paresis lengan > tungkai S : Gangguan bervariasi (disestesia/ hiperestesia) di ujung distal lengan Disosiasi sensibilitas Disfungsi miksi, defekasi, seksual Kausa utama: Cedera menyebabkan HNP T4-6 M. : Paresis UMN di bawah lesi, LMN setinggi lesi Ekt. : Gangguan kontralateral Prop: Normal Disosiasi sensibilitas, disfungsi spinkter PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI F E B R 4 8 2 0
  • 131. 131 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 3A PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI POSTERIOR CORD Kausa utama: Trauma, infark a. spinalis posterior M : Paresis ringan Ekt. : Gangguan (nyeri/paresthesia) pada punggung, leher, dan bokong Prop: Gangguan bilateral KONUS MEDULARIS KAUDA EQUINA Kausa utama: Cedera akar saraf lumbosakral M : Gangguan sedang-berat, asimetris, atropi (+), refleks fisiologis menurun S : Saddle anestesi lambat, disosiasi sensibilitas (-) Nyeri menonjol, hebat, asimetris Gangguan refleks, disfungsi seksual jarang Kausa utama: Trauma lower sacral cord M : Gangguan ringan, simetris, atropi (-) S : Saddle anestesi awal, disosiasi sensibilitas Refleks achilles (+), reflex patella (+) Nyeri jarang/ringan, simetris, bilateral Gangguan ereksi dan ejakulasi M: Motorik S: Sensorik Ekt: Ekteroseptif( nyeri, suhu) Prop: propioseptif (getaran, posisi) F E B R 4 8 2 0
  • 132. 132 @futuredoctorindonesia 0821 4629 6023 Transverse Cord Syndrome PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI 3A • Nama lain: complete spinal transection • Penyebab: trauma, tumor, multiple sclerosis, mielitis transversa • Gejalah khas • Hilangnya semua fungsi motorik dan sensorik di bawah lesi • Adanya spastisitas pada otot yang diinervasi oleh segmen di bawah lesi • Refleks tendon dalam dan autonom yang berpusat pada segmen di bawah lesi tatp ada F E B R 4 8 2 0
  • 133. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 - Foto Rontgen - CT Scan - MRI PEMERIKSAAN PENUNJANG 3A PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI F E B R 4 8 2 0
  • 134. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 TATALAKSANA 3A PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI ABCDE Fiksasi apabila terdapat fraktur atau dislokasi kolumna vertebralis dengan collar neck/ throcalumbar brace/ lumbar corset Analgetik kuat bila perlu (Tramadol, Morfin Sulfat) F E B R 4 8 2 0
  • 135. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 TATALAKSANA 3A PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI <3 jam • Metilprednisolon 30 mg/kgBB i.v. bolus selama 15 menit, dilanjutkan infus selama 23 jam dengan dosis 5,4 mg/kgBB/ jam 3-8 jam • Metilprednisolon 30 mg/kgBB i.v. bolus selama 15 menit, dilanjutkan infus selama 47jam dengan dosis 5,4 mg/kgBB/ jam >8 Jam • Tidak diberikan steroid F E B R 4 8 2 0
  • 136. FUTUREDOCTORINDONESIA.COM PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI INDONESIA LESI SARAF KRANIAL F E B R 4 8 2 0
  • 137. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Paralisis fasialis (N. VIII) perifer idiopatik, yang merupakan penyebab tersering dari paralisis fasialis perifer unilateral. • Dikaitkan dengan infeksi HSV tipe I dan reaktivasi VZV BELL’S PALSY 4 Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 138. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 BELL’S PALSY 4 Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 139. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 GRADE DESKRIPSI Karakteristik I Normal Fungsi normal II Ringan Kelemahan ringan; tonus normal dan simetris saat istirahat III Sedang Kelemahan lebih mudah terlihat; dapat menutup mata dengan usaha IV Sedang-berat Kelemahan dan asimetris jelas; normal saat istirahat; mata tidak tertutup sempurna V Berat Asimetri saat istirahat VI Paralisis total Tidak ada gerakan wajah KLASIFIKASI 4 Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 140. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Kelumpuhan muskulus fasialis • Tidak mampu menutup mata • Nyeri tajam pada telinga dan mastoid (60%) • Perubahan pengecapan (57%) • Hiperakusis (30%) • Kesemutan pada dagu dan mulut • Epiphora • Nyeri ocular • Penglihatan kabur KLINIS 4 Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 141. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 KLINIS 4 Segmen foramen stylomastoideus Paralisis wajah, tidak mampu menutup mata dan mengerutkan dahi, paralisis M. Buccinator Canalis facialis + Gangguan pengecapan 2/3 anterior lidah ipsilateral, penurunan salivasi ipsilateral, hiperakusis Ganglion geniculatum + Gangguan lakrimasi, nyeri telinga Meatus acusticus internus + Gangguan pendengaran Pons + Gangguan gerak bola mata ipsilsteral, paralisis motorik kontralateral Jones, H. R., 2012. Netter’s Neurology. 2nd Ed. Philadelphia: Elsevier Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 142. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 TATALAKSANA 4 Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 143. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Tujuan pengobatan: memperbaiki fungsi saraf VII (saraf fasialis) dan menurunkan kerusakan saraf. • Pengobatan dipertimbangkan untuk pasien dalam 1-4 hari onset. • Pengobatan inisial: 1. Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/hari selama 7 hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10 hari. 2. Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari selama 10 hari. Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg oral 5 kali/hari. • Perawatan untuk perlindungan mata: lubrikasi okular topikal (air mata buatan pada siang hari) dapat mencegah corneal exposure. • Fisioterapi atau akupunktur: dapat mempercepat perbaikan dan menurunkan sequelae. TATALAKSANA 4 Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic F E B R 4 8 2 0
  • 144. FUTUREDOCTORINDONESIA.COM PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI INDONESIA GANGGUAN PERGERAKAN F E B R 4 8 2 0
  • 145. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Penyakit degenerasi otak • Patofisiologi : penurunan jumlah dopamin di otak yang berperan dalam mengontrol gerakan sebagai akibat kerusakan sel saraf di substansia nigra pars kompakta di mesencephalon. PARKINSON DISEASE 3A Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education F E B R 4 8 2 0
  • 146. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 STADIUM HOEHN AND YAHR 3A Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education F E B R 4 8 2 0
  • 147. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 GEJALA KLINIS 3A • Merasakan tubuh kaku dan berat • Gerakan lebih kaku dan lambat • Tulisan tangan mengecil dan tidak terbaca • Ayunan lengan berkurang saat berjalan • Kaki diseret saat berjalan • Suara bicara pelan dan sulit dimengerti • Tangan atau kaki gemetar • Merasa goyah saat berdiri • Merasakan kurang bergairah • Berkurang fungsi penghidu/penciuman • Keluar air liur berlebihan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education F E B R 4 8 2 0
  • 148. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Tremor saat istirahat → khas : pill rolling tremor • Rigiditas → khas : fenomena cog wheel (roda pedati) • Akinesia • Postural instability → berjalan dengan langkah kecil-kecil • Wajah seperti topeng (masked face) TRAP 3A Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education F E B R 4 8 2 0
  • 149. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 PEMERIKSAAN FISIK 3A • Tremor saat istirahat, terlihat di tangan atau tungkai bawah. • Ekspresi wajah seperti topeng / face mask (kedipan mata dan ekspresi wajah menjadi datar), • Postur tubuh membungkuk, • Tremor dapat ditemukan di anggota tubuh lain (meskipun relatif jarang) misalnya kepala, rahang bawah, lidah, leher atau kaki • Kesulitan / tampak ragu-ragu saat mulai berjalan (hesitancy), berjalan dengan kaki diseret (shuffling), jalan makin lama makin cepat (festination), • Ayunan lengan berkurang baik pada 1 sisi anggota gerak maupun di keduanya. • Bradikinesia, rigiditas • Instabilitas postural • Refleks patologis (-) Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education F E B R 4 8 2 0
  • 150. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 1. Stadium awal Terapi non-farmakologi: • Nutrisi : diet yang sehat berupa buah-buahan dan sayur- sayuran. • Aktifitas : edukasi, aerobik, penguatan, peregangan, latihan keseimbangan. Farmakologi: • Terapi untuk tujuan modifikasi penyakit dan neuroproteksi. • Terapi simptomatis awal (motorik) : Levodopa, MAO-B inhibitor (selegiline, rasagiline), agonis dopamin (pramipexol, ropinirole, rotigotine). TATALAKSANA 3A Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education F E B R 4 8 2 0
  • 151. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 2. Stadium lanjut • Terapi farmakologi : levodopa, antivirus (amantadin), MAO-B inhibitor (selegilin, rasagilin), COMT inhibitor (entacapon), agonis dopamin (pramipeksol, ropinirol, rotigotin) • Pembedahan Fungsional : palidotomi unilatral, deep brain stimulation (palidum posteroventral, nukleus subtalamikus) • Non farmakologi : fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara dan bahasa. 3A Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologic Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education F E B R 4 8 2 0
  • 153. FUTUREDOCTORINDONESIA.COM PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI INDONESIA SKIZOFRENIA F E B R 4 8 2 0
  • 154. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Skizofrenia 4 Rusdi Maslim. Buku saku diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. Jakarta: 2013. Definisi Klasifikasi Tatalaksana Berlaku ≥ 1 bulan, dan ada hendaya SATU DARI.... A. Thought echo (isi pikiran berulang/bergema) Thought insertion (isi pikiran asing masuk) Thought withdrawl (isi pikiran diambil keluar) Thought broadcasting (isi pikiran tersiar) B. Delusion of control (dikendalikan sesuatu dari luar) Delusion of influence (dipengaruhi sesuatu dari luar) Delusion of passivity (tidak berdaya, pasrah) Delusion of perception (pengalaman indrawi mistik, mukjizat) C. Halusinasi auditorik D. Waham menetap DUA DARI.... A. Halusinasi yang menetap B. Arus pikiran yang terputus, inkoherensi, neologisme C. Katatonik Excitement (gaduh gelisah), Posturing (posisi tubuh tertentu), Fleksibilitas cerea, Negativisme, Mutisme, stupor D. Gejala negatif (apatis, bicara jarang, respon emosional yang menumpul) F E B R 4 8 2 0
  • 155. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Skizofrenia 4 Rusdi Maslim. Buku saku diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. Jakarta: 2013. Definisi Klasifikasi Tatalaksana Afek tumpul, penarikan diri, hipobulia, isi pikiran miskin Halusinasi, waham, bicara ngaco, ngamuk (raptus) Gejala NEGATIF Gejala POSITIF Skizofrenia Paranoid Dominan WAHAM dan HALUSINASI AUDITORIK. (waham kejar, kontrol, suara mengancam, memberi perintah) Skizofrenia Hebefrenik Afek dangkal dan tidak wajar, cekikikan, senyum sendiri, menangis sendiri, kata diulang- ulang, inkoheren Skizofrenia Katatonik Stupor, gaduh gelisah, posturing, negativisme, rigiditas, fleksibilitas serea, command automatism Depresi Pasca Skizofrenia • Riwayat skizofrenia selama 1 tahun terakhir • Gejala depresif >>, minimal 2 minggu • Ingat 3A! (afek, anhedonia, anergi) Skizofrenia Residual •Gejala negatif menonjol •Ada riwayat skizofrenia selama 1 tahun Skizofrenia Simpleks Gejala negatif TANPA didahului riwayat gejala psikotik (riwayat skizofrenia tidak jelas) F E B R 4 8 2 0
  • 156. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Skizofrenia 4 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No HK.02.02/MENKES/73/2015 Rusdi Maslim. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: 2014. Definisi Klasifikasi Tatalaksana Gejala positif dominan Antipsikotik tipikal (APG-I) Blokir reseptor dopamin di sistem limbik dan ekstrapiramidal (D2 dopamine receptor antagonist) Gejala negatif dominan Antipsikotik atipikal (APG-II) Blokir reseptor dopamin dan reseptor serotonin 5 HT2 F E B R 4 8 2 0
  • 157. FUTUREDOCTORINDONESIA.COM PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI INDONESIA EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK F E B R 4 8 2 0
  • 158. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Suatu keadaan emergensi yang berhubungan dengan penggunaan antipsikotik • Gejala: - Hipertermia/hiperpireksia - Kaku otot/rigiditas - Instabilitas otonomik (takikardia, tekanan darah meningkat, takipneu, dan keringat berlebihan) - Gangguan kesadaran • Pemeriksaan penunjang: peningkatan kreatin fosfokinase, rhabdomiolisis, mioglobinuria, gagal ginjal akut, transaminitis, leukositosis • Tatalaksana: amantadine, bromokriptine, levodopa, dantrolene, benzodiazepine Sindrom Neuroleptik Maligna 3B Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri Edisi 3. Badan Penerbit FK UI. Jakarta, 2017 F E B R 4 8 2 0
  • 159. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Tatalaksana Sindrom Neuroleptik Maligna Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No HK.02.02/MENKES/73/2015 3B F E B R 4 8 2 0
  • 160. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Parkinsonisme • Diskinesia tardiff • Distonia akut • Akatisia Sindroma Ekstrapiramidal 4 F E B R 4 8 2 0
  • 161. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Resting tremor (tremor yang muncul saat istirahat) • Rigiditas • Akinesia (sulit bergerak) • Postural instability • Wajah topeng (mimik wajah menurun) • Tatalaksana: Triheksilfenidil, amantadin, difenhidramin Parkinsonisme 4 Stahl’s Essential Psychopharmacology Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No HK.02.02/MENKES/73/2015 F E B R 4 8 2 0
  • 162. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Distonia akut • Tatalaksana: Triheksilfenidil, difenhidramin, sulfas atropin •Spasme otot badan, leher, kepala ➔ gerakan involunter •Gejala: - Opistotonus - Rigiditas otot-otot belakang - Tortikolis leher - Krisis okulogirik - Protrusi lidah - Spasme laring https://basicmedicalkey.com/antipsychotics-and-anxiolytics/ Stahl’s Essential Psychopharmacology Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No HK.02.02/MENKES/73/2015 4 F E B R 4 8 2 0
  • 163. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Ketidakmampuan pasien untuk duduk diam, • Sering mengubah-ubah posisi ketika sedang duduk • Jalan di tempat, • Kaki tidak bisa diam, • Dan pasien merasa gelisah secara subjektif. • Tatalaksana: Triheksilfenidil, amantadin, propanolol, lorazepam, difenhidramin Akatisia https://basicmedicalkey.com/antipsychotics-and-anxiolytics/ Stahl’s Essential Psychopharmacology Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No HK.02.02/MENKES/73/2015 4 F E B R 4 8 2 0
  • 164. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 • Merupakan sekumpulan gejala yang ditandai dengan gangguan gerakan involunter dan berulang karena bokade reseptor dopamin akibat pengunaan antipsikotik jangka panjang. Diskinesia tardif Vasan S, Padhy RK. Tardive Dyskinesia. [Updated 2020 Nov 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448207 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No HK.02.02/MENKES/73/2015 • Gangguan gerakan tersebut: akatisia, distonia, mioklonus, korea, tik (bibir, leher, wajah, lidah, ekstrimitas) • Bersifat ireversibel/menetap • Tatalaksana: menurunkan dosis antipsikotik, jika tidak berhasil, hentikan obat/ganti dengan antipsikotik generasi kedua (klozapin). https://basicmedicalkey.com/antipsychotics-and-anxiolytics/ 4 F E B R 4 8 2 0
  • 165. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Sindrom Ekstrapiramidal Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No HK.02.02/MENKES/73/2015 Efek samping Tatalaksana Akatisia Triheksilfenidil, amantadin, propanolol, lorazepam, difenhidramin Parkinsonisme Triheksilfenidil, amantadin, difenhidramin Distonia Triheksilfenidil, difenhidramin, sulfas atropin Tardif diskinesia Switch Klozapin SNM Suportif, TTV, dantrolen, bromokriptin https://basicmedicalkey.com/antipsychotics-and-anxiolytics/ 4 F E B R 4 8 2 0
  • 166. F U T U R E D O C T O R I N D O N E S I A . C O M © FDI 2022 Efek Samping Anti Psikotik Lain https://www.grepmed.com/images/6305/antipsychotics-pharmacology-sideeffects-decisionaid-comparison- psychiatry-profiles F E B R 4 8 2 0
  • 167. FUTUREDOCTORINDONESIA.COM PLATFORM TRY OUT UKMPPD ONLINE TERBAIK DAN TERMURAH DI INDONESIA TERIMAKASIH F E B R 4 8 2 0