Dokumen tersebut memberikan panduan singkat tentang anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien neurologi, mencakup penilaian fungsi saraf kranial, refleks, tonus otot, dan tes lainnya untuk mendeteksi kelainan UMN atau LMN.
24. Meningeal sign
suatu tanda adanya iritasi pada meninges.
INDIKASI
1. Nyeri kepala hebat
2. Demam yang sulit turun
dengan obat penurun panas
3. Mual / muntah
4. Riwayat infeksi tanpa terapi
adekuat
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
Kaku
kuduk
Brudzinsky
Sign
Kernig
sign
Laseque
sign
F
E
B
R
4
8
2
0
25. Kaku Kuduk
• Kontraindikasi : Trauma servikal dan kejang otot
• Prosedur :
1. Pasien berbaring terlentang di atas tempat tidur tanpa bantal (posisi kepala sejajar dengan
tubuh)
2. Inspeksi daerah servikal ada tidaknya trauma maupun kejang otot
3. Sebelum melakukan pemeriksaan, leher pasien secara pasif digerakkan ekstensi dan rotasi
untuk membedakan kaku kuduk dengan kuduk kaku.
4. Karena kaku kuduk yang nyata mengindikasikan iritasi meningeal, pemeriksa harus
membedakannya dari bentuk rigiditas servikal lainnya. Dengan kaku kuduk yang nyata,
leher hanya melawan fleksi. Pada gerakan rotasi maupun ekstensi, meninges, medulla
spinalis, dan radiks nervi spinales tidak teregang.
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
26. Brudzinsky sign I
• Kontraindikasi : Trauma servikal dan kejang otot
• Prosedur :
1. Pasien berbaring telentang tanpa bantal
2. Tangan kiri pemeriksa diletakkan di bawah kepala
pasien.
3. Lakukan gerakan fleksi pada kepala pasien dengan
cepat namun gentle, gerakan fleksi ini dilakukan
semaksimal mungkin.
4. Tanda Brudzinski 1 positif jika sewaktu dilakukan
gerakan fleksi kepala pasien timbul fleksi involunter
pada kedua tungkai.
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
27. Brudzinsky sign II
• Kontraindikasi : trauma persendian tungkai dan kejang
otot
• Prosedur :
1. Pasien berbaring terlentang.
2. Tungkai bawah pasien dilakukan fleksi secara pasif
pada sendi panggul dan sendi lutut (seperti Tanda
Kernig).
3. Tanda Brudzinski II positif jika sewaktu dilakukan
gerakan di atas tadi, tungkai yang kontralateral
secara involunter ikut fleksi
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
28. Brudzinsky sign III
• Kontraindikasi : trauma maksilofacial
• Prosedur :
1. Pasien berbaring terlentang
2. Melakukan penekanan secara bersamaan pada
kedua os zygomaticus dengan kedua ibu jari
3. Tanda Brudzinski III positif jika sewaktu dilakukan
penekanan kedua sisi os. Zygomaticus, kedua lengan
mengalami fleksi
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
29. Brudzinsky sign IV
• Kontraindikasi
• Prosedur :
1. Lakukan inform consent terlebih dahulu karena
melibatkan bagian vital penderita
2. Pasien berbaring terlentang
3. Melakukan penekanan di atas os pubis
dengan kedua ibu jari
4. Tanda Brudzinski IV positif jika sewaktu
dilakukan penekanan os. Pubis, kedua tungkai
mengalami fleksi
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
30. Kernig Sign
• Kontraindikasi : trauma persendian tungkai dan
kejang otot
• Prosedur :
1. Pasien berbaring terlentang.
2. Pemeriksa melakukan fleksi pada sendi
panggul dan sendi lutut dari pasien.
3. Kemudian dilakukan ekstensi pada sendi lutut.
4. Tanda Kernig positif jika pada waktu dilakukan
ekstensi pada sendi lutut <1350 timbul rasa
nyeri, sehingga ekstensi sendi lutut tidak bisa
maksimal.
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
31. Laseque Sign
• Kontraindikasi : trauma persendian tungkai dan kejang
otot
• Prosedur :
1. Pasien diminta untuk berbaring terlentang di atas
tempat tidur tanpa bantal.
2. Pemeriksa melakukan fleksi pada sendi panggul pasien
dengan cara salah satu tangan memegang tumit
pasien dan mengangkatnya sementara tangan yang
lain menekan lutut supaya tetap lurus (straight leg
raising test)
3. Tanda Lasque positif jika pada waktu dilakukan fleksi
panggul dengan sudut < 70° timbul rasa nyeri.
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
32. SEDIKIT PERBEDAAN
Kernig vs Brudzinsky II sign Kernig vs Laseque sign
• Pada brudzinsky II, bernilai
positif apabila tungkai
kontralateral nyeri yang
mengalami fleksi sedangkan
pada kernig sign, tungkai
ipsilateral yang merasakan
nyeri
• Pada kernig sign, posisi awal
sendi lutut fleksi kemudian
diekstensikan perlahan.
Sedangkan pada laseque sign,
posisi sendi lutut tetap ekstensi
hingga akhir
1. Akaishi, T. et al. 2019. ‘Sensitivity and specificity of meningeal signs in patients with meningitis’, Journal of General and Family Medicine, 20(5), pp. 193–198. doi: 10.1002/jgf2.268.
2. Rosenberg, R.N. 2019. Atlas of Clinical Neurology, Mayo Clinic Proceedings. doi: 10.4065/73.8.809-a
3. Piiia-garza, J. E. and James, K. C. 2019. Pediatric Neurology Fenichel’s Clinical 8th edition
F
E
B
R
4
8
2
0
36. 36
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
Y o u r L i f e l o n g L e a r n i n g P a r t n e r
f u t u r e d o c t o r i n d o n e s i a . c o m
INFEKSI
F
E
B
R
4
8
2
0
37. 37
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
Meningitis bakterialis akut adalah infeksi meningitis yang terjadi dalam waktu
kurang dari 3 hari
Penyebab tersering adalah Streptococcus pneumoniae (“pneumococcus,” ~50%)
and Neisseria meningitidis (“meningococcus,” ~25%).
MENINGITIS 3B
Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education.
F
E
B
R
4
8
2
0
38. 38
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
3B
MENINGITIS SEPTIK AKUT
Scheld, MW, Whitley R.J et al., 2014. Infection of Central Neurons System. Philadelphia: Wolters Kluwer Health
GEJALA KLINIS PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI
• Timbul akut / subakut
• Sakit kepala
• Kaku Kuduk, Kernig (+),
Brudzinski (+)
• Demam (40° - 40,5°)
• Muntah
• Letargi / kesadaran
menurun
• Kejang umum / fokal
• Pada S pneumococcus gejala
klinis lebih berat dibangdingkan
meningococcus / H influenza
(oleh karena mengeluarkan
toksin a.l. hemolisin,
imunoglobulin A protease,
neuroaminidase dan
hyaluronidase)
• Perubahan kesadaran dari
stupor / koma
• Kejang berulang
• Defisit neurologis terjadi
pada awal stadium
• Pemeriksaan darah
• Darah tepi : Lekositosis, LED meningkat,
gangguan pembekuan/perdarahan
• Ureum, kreatinin (bila akan menggunakan
cephalosporin)
• Pemeriksaan LCS
• Lekosit > 1000 / UL, 90% PMN
• Protein > 150 mg / dl
• Glukosa < 30 mg / dl
• Pewarnaan Gram
• Untuk identifikasi kuman, hasil (+) bila >
103 CFU (Colony Forming Unit)/cc LCS
• Lactat LCS
• Untuk membedakan bakteri/virus
1. Infeksi bakteri : kadar laktat
mendekati 30 mg/dl
2. Infeksi virus : < 25 mg/dl
• CRP : (+) ada inflamasi meningeal bila > 100
mg/ml
• Brain CT: bila ada tanda neurologis fokal/papil
edema
Pilihan I :
Cephalosporin generasi III
- Cefotaxim 6 x 2 gr IV
- Ceftriaxone 1 x 2 gr IV
Selama 15 hari
→ Meningokok, pneumokok
Pilihan II :
Untuk Listeria monocytogenes dapat
diberikan cotrimoxazole dengan dosis 10
mg/kgBB/hari selama 12 hari
• Dexamethason (0,15
• mg/kgBB) ± 4 hari
• Manitol / glycerol untuk
• menurunkan TIK
• Rifampisin dapat diberikan ± 2 hari
(pada kasus pneumokok yang
resisten terhadap b-lactam), dosis
20
• mg/kgBB/hari
F
E
B
R
4
8
2
0
39. 39
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
Ensefalitis merupakan kegawat daruratan dalam bidang neurologi.
Ensefalitis yang terjadi umumnya disebabkan oleh HSV, VZV, EBV, mumps,
measles, dan enterovirus
ENSEFALITIS 3B
Hauser, S. L., 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education.
F
E
B
R
4
8
2
0
40. 40
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
ENSEFALITIS VIRUS 3B
PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi
Scheld, MW, Whitley R.J et al., 2014. Infection of Central Neurons System. Philadelphia: Wolters Kluwer Health
GEJALA KLINIS PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI
• Demam
• Nyeri kepala
• Perubahan kepribadian
• Penurunan kesadaran
• Defisit neurologis →
hemiparesis, afasia, ataksia,
gejala piramidal (refleks
tendon dan respon plantar
ekstensor), defisit saraf kranial
(okulomotor dan fasial),
gerakan-gerakan involunter
(nioklonus dan tremor), dan
kejang parsial.
• Kemerahan kulit
• Lesi membran mukosa
• Darah lengkap, Kimia klinik,
Lumbal punksi (pleositosis
dominan sel mononuclear,
peningkatan kadar protein)
• Serologi darah untuk HSV,
CMV, Japanesse encephalitis
• Serologi CSF untuk HSV dan
CMV
• PCR HSV, CMV, HHV-6.
• EEG (high voltage periodic
spike wave dankompleks slow
wave di temporal
menunjukkan infeksi HSV)
• CT scan kepala + kontras
• MRI kepala + Kontras
• Antivirus (sesuai penyebab)
• Simtomatis
• Mannitol 20% atau NaCl 3%
untuk menurunkan TIK jika ada
tanda peningkatan TIK
F
E
B
R
4
8
2
0
41. 41
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
Meningitis Tuberkulosa adalah radang selaput otak akibat komplikasi
Tuberkulosa Primer. Apabila terjadi meningoensefalitis maka infeksi juga terjadi
pada parenkim otak
Disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Tuberculosa
MENINGITIS TUBERKULOSA 3B
PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi
F
E
B
R
4
8
2
0
42. 42
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
MENINGITIS TUBERKULOSA 3B
PERDOSSI., 2017. Panduan Praktik Klinis Neurologi
Scheld, MW, Whitley R.J et al., 2014. Infection of Central Neurons System. Philadelphia: Wolters Kluwer Health
GEJALA KLINIS PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI
• Malaise
• Anoreksia
• Demam
• Nyeri kepala yang semakin
memburuk
• Defisit neurologis : kejang dan
atau penurunan kesadaran,
paralisis nervus kranialis II, III,
IV, VI, VII, dan VIII
• Meningeal sign (+)
• Papil edema sebagai tandan
peningkatan TIK
• Darah lengkap, Kimia klinik,
Lumbal punksi (pleositosis
dominan sel mononuclear,
peningkatan kadar protein)
• Roentgen thorax PA
• TES HIV 3 Metode
• Mikrobiologi : TCM dahak,
pewarnaa BTA, atau kultur
• CT scan kepala + kontras
• MRI kepala + Kontras
• Rawat di ruang intensif
(khusus)
• Diet TKTP
• Terapi medikamentosa :
standar pengobatan TB
ekstraparu +
• Steroid : Deksametason IV
(terutama bila ada edema
otak) dengan dosis 10 mg
setiap 4-6 jam, bila membaik
dapat diturunkan sampai 4
mg setiap 6 jam.
F
E
B
R
4
8
2
0
47. 47
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
GRADING ABLLET
1. Afshar, Majid dan Raju, Mahesh dan Ansell, David dan Bleck, Thomas. 2011. Narrative Review: Tetanus-A Health Threat After
2. Natural Disasters in Developing Countries. Annals of internal medicine. 154. 329-35. 10.1059/0003-4819-154-5-201103010-00007.
3B
GRADE SEVERITY SYMPTOMS
1 Mild
Mild trismus, general spasticity, no respiratory
compromise, no spasms, no dysphagia
2 Moderate
Moderate trismus, rigidity, short spasms, mild
dysphagia, moderate respiratory involvement,
respiratory rate >30 breaths/min
3 Severe
Severe trismus, generalized rigidity, prolonged
spasms, severe dysphagia, apneic spells,
pulse >120 beats/min, respiratory rate >40
breaths/min
4 Very severe Grade 3 with autonomic dysfunction
F
E
B
R
4
8
2
0
48. 48
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
PRINSIP TATALAKSANA LUKA
1. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2017
3B
Wajib irigasi luka
dengan cairan
fisiologis
Wajib
debridement
jaringan nekrosa
Wajib singkirkan
bahan
kontaminan
Wajib pemberian
antibiotik
topikal
Jahit luka
(terbuka /
tertutup)
1 2 3
4 5
F
E
B
R
4
8
2
0
49. 49
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
TATALAKSANA
1. Jameson, J. L, et al. 2018. Harrison’s Principles of Internal Medicine. USA: McGraw-Hill Education
2. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016
3B
Status imunisasi Tetanus dan apa yang harus dilakukan:
Tahun terakhir
mendapat
imunisasi
Luka Perawatan Tetanus
<5
Bersih atau Rentan
Tetanus
Tidak perlu imunisasi Tetanus
>5 dan <10 Bersih Tidak perlu imunisasi Tetanus
>5 Rentan Tetanus Tetanus Toxoid 0.5ml IM
>10
Bersih atau Rentan
Tetanus
Tetanus Toxoid 0.5ml IM
Tidak pernah
imunisasi
Bersih
Mulai pemberian imunisasi tetanus
toxoid secara berkesinambungan
(0.5ml IM; ulangi dalam 4 minggu
dan 6-12 bulan setelah suntikan
kedua
Tidak pernah
imunisasi Rentan Tetanus
Mulai pemberian imunisasi tetanus
toxoid secara berkesinambungan
(0.5ml IM; ulangi dalam 4 minggu
dan 6-12 bulan setelah suntikan
kedua.
Human tetanus immunoglobulin 250
U, IM dalam - tidak di lokasi yang
sama dengan pemberian suntikan
tetanus toxoid.
Info Luka Rentan tetanus Tidak rentan Tetanus
Waktu sejak
terjadinya luka
>6 jam <6 jam
Kedalaman
luka
>1 cm <1 cm
Mekanisme
terjadinya
luka
Luka hancur, luka
bakar, luka
tembak, luka
karena suhu dingin
ekstrim, luka tusuk
yang menembus
baju
Potongan tajam
Jaringan mati Ya Tidak
Kontaminasi
benda asing
(rumput, tanah,
dsb.)
Ya Tidak
Terapi
• Antibiotik (Metronidazol atau Penicilin)
• Antitoksin (HTIG single dose atau ATS dosis terbagi)
• Antikonvulsan (benzodiazepin)
F
E
B
R
4
8
2
0
50. 50
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
Miscellaneous Tetanus
(vaksinasi tetanus menurut CDC)
3B
WAJIB DIPERHATIKAN !! :
1. 3 dosis yang dimaksud pada tabel di atas adalah DPT 1, DPT 2, DPT 3 yang diberikan pada masa
kanak
2. Hal ini berbeda dengan dosis vaksin tetanus yang diberikan pada masa dewasa
1. Liang JL, Tiwari T, Moro P, et al. Prevention of Pertussis, Tetanus, and Diphtheria with Vaccines in the United States: Recommendations of the Advisory
Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2018;67(2):1–44.
2. Tetanus for clinicians. 2020. CDC
F
E
B
R
4
8
2
0
51. 51
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
Miscellaneous Tetanus
(vaksinasi tetanus menurut CDC)
3B
Pemberian HTIG diberikan pada dua kondisi
utama :
1. Apabila riwayat vaksinasi tidak
diketahui atau tidak pernah dengan
luka rentan tetanus
2. Walaupun riwayat vaksinasi lengkap
(terakhir <5 tahun yang lalu) dengan
luka tidak rentan namun gejala tetanus
telah muncul (trismus, rhesus
sardonikus, atau opistotonus).
1. Liang JL, Tiwari T, Moro P, et al. Prevention of Pertussis, Tetanus, and Diphtheria with Vaccines in the United States: Recommendations of the Advisory
Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2018;67(2):1–44.
2. Tetanus for clinicians. 2020. CDC
F
E
B
R
4
8
2
0
57. CARA PEMBERIAN “VAR” PASKA PAPARAN
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies
KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia
Gigitan kecil pada
daerah tertutup
0,5 ml pada hari 0,
3, 7,14, 28 (sesuai
rekomendasi WHO)
Intramuskular pada
otot deltoid atau
anterolateral paha
F
E
B
R
4
8
2
0
58. Luka RESIKO TINGGI
Luka mukosa, besar dan
dalam, atau bersifat multipel
Lokasi : di atas bahu (kepala
dan leher), dan jari tangan /
kaki
bila serum heterolog (berasal
dari serum kuda) Dosis 40 IU/
kgBB disuntikkan infiltrasi
pada luka sebanyak-
banyaknya, sisanya
disuntikkan secara IM.
Bila serum homolog (berasal
dari serum manusia) dengan
dosis 20 IU/ kgBB, dengan
cara yang sama.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies
KEMENKES., 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia
F
E
B
R
4
8
2
0
65. 65
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
TATALAKSANA
PERDOSSI., 2014. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Edisi 5. Surabaya: Airlangga University Press
3B
Stadium 1 (0−10 menit) Stadium 2 (0−30 menit) Stadium 3 (0−60 menit) Stadium 4 (30−90 menit)
• Diazepam 10 mg IV bolus
lambat dalam 5 menit, stop
jika kejang berhenti, bila masih
kejang dapat diulang 1 kali lagi
atau Midazolam 0.2 mg/kgBB
IM
• Pertahankan patensi jalan
napas dan resusitasi
• Berikan oksigen
• Periksa fungsi kardiorespirasi
• Pasang infus
• Monitor pasien
• Pertimbangkan kemungkinan
kondisi non epileptik
• Pemeriksaan emergensi
laboratorium
• Berikan glukosa (D50% 50 ml)
dan/atau thiamine 250 mg i.v
bila ada kecurigaan
penyalahgunaan alkohol atau
defisiensi nutrisi
• Terapi asidosis bila terdapat
asidosis berat
• Pastikan etiologi
• Siapkan untuk rujuk ke ICU
• Identifikasi dan terapi
komplikasi medis yang terjadi
• Vasopressor bila diperlukan
• Phenytoin i.v dosis of 15–18
mg/kg dengan kecepatan
pemberian 50 mg/menit
dan/atau bolus Phenobarbital
10–15 mg/kg i.v.dengan
kecepatan pemberian100
mg/menit
• Pindah ke ICU
• Anestesi umum dengan salah
satu obat di bawah ini :
o Propofol 1–2 mg/kgBB
bolus, dilanjutkan 2–10
mg/kg/jam dititrasi naik
sampai SE terkontrol
o Midazolam 0.1–0.2 mg/kg
bolus, dilanjutkan 0.05–
0.5 mg/kg/jam dititrasi
naik sampai SE terkontrol
o Thiopental sodium 3–5
mg/kg bolus, dilanjut 3–5
mg/kg/jam dititrasi naik
sampai terkontrol
• Perawatan intensif dan monitor
EEG
• Monitor tekanan intrakranial
bila dibutuhkan
• Berikan antiepilepsi rumatan
jangka panjang
F
E
B
R
4
8
2
0
70. HEMIPARESE
Jenis
Hemiparese
Parese Wajah
Parese
Ekstremitas
Lesi Kesimpulan
Hemiparese
Tipikal
D D S (sisi parese
wajah =
ekstremitas) vs
lesi
S S D
Hemiparese
Alternans
D S D (sisi parese
wajah = lesi) vs
ekstremitas
S D S
Sisi merot / mencong = sisi NORMAL
Sisi lesi selalu berkebalikan dengan parese ekstremitas
Anindhita, T & Wiratman, W., 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI
F
E
B
R
4
8
2
0
131. 131
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
3A
PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI
POSTERIOR CORD
Kausa utama: Trauma, infark a. spinalis posterior
M : Paresis ringan
Ekt. : Gangguan (nyeri/paresthesia) pada punggung, leher, dan
bokong
Prop: Gangguan bilateral
KONUS MEDULARIS
KAUDA EQUINA Kausa utama: Cedera akar saraf lumbosakral
M : Gangguan sedang-berat, asimetris, atropi (+), refleks fisiologis
menurun
S : Saddle anestesi lambat, disosiasi sensibilitas (-)
Nyeri menonjol, hebat, asimetris
Gangguan refleks, disfungsi seksual jarang
Kausa utama: Trauma lower sacral cord
M : Gangguan ringan, simetris, atropi (-)
S : Saddle anestesi awal, disosiasi sensibilitas
Refleks achilles (+), reflex patella (+)
Nyeri jarang/ringan, simetris, bilateral
Gangguan ereksi dan ejakulasi
M: Motorik
S: Sensorik
Ekt: Ekteroseptif( nyeri, suhu)
Prop: propioseptif (getaran,
posisi)
F
E
B
R
4
8
2
0
132. 132
@futuredoctorindonesia 0821 4629 6023
Transverse Cord Syndrome
PERDOSSI., 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI
3A
• Nama lain: complete spinal transection
• Penyebab: trauma, tumor, multiple
sclerosis, mielitis transversa
• Gejalah khas
• Hilangnya semua fungsi motorik
dan sensorik di bawah lesi
• Adanya spastisitas pada otot yang
diinervasi oleh segmen di bawah lesi
• Refleks tendon dalam dan autonom
yang berpusat pada segmen di
bawah lesi tatp ada
F
E
B
R
4
8
2
0