Materi Diskusi Ilmiah 1

1. DASAR PELUMASAN Diselenggarakan Oleh Masyarakat Pelumas Indonesia (MASPI) Indonesia Lubricant Society Jakarta, 6 Juni 2006

4. FUNGSI PELUMAS 1. Mencegah/mengendalikan/mengurangi gesekan 2. Mencegah/mengendalikan/mengurangi keausan 3. Mencegah/mengendalikan/mengurangi panas 4. Mencegah/mengendalikan/mengurangi kotoran sebagai pembersih dan reseptor kontaminasi 5. Mencegah/mengendalikan/mengurangi korosi 6. Sebagai peredam getaran 7. Sebagai pemindah tenaga 8. Sebagai perapat 9. Sebagai isolator listrik.

9. VISKOSITAS

13. VISKOSITAS vs TEMPERATUR Viskositas 40 o C 100 o C Pelumas A Pelumas B Perbedaan keduanya adalah pada Viscositas Index-nya Temperatur

14. PENGARUH KEKENTALAN TERHADAP KEAUSAN Wear Depth (  m/100h) Viscosity (mm 2 /s)

16. HUBUNGAN VISKOSITAS DENGAN SUHU Log (Viskositas kinematik) Suhu ( o C) Base oil naftenik Base oil parafinik

17. -30 -25 -20 -15 -10 SAE 50 SAE 20W/50 Kekentalan 100 o C 40 o C Temperatur 15W/40 5W/30 SAE 40 SAE 30 11 14 18 70 105 140 250 SAE 50 vs SAE 20W/50 SAE 40 vs SAE 15W/40 SAE 30 vs SAE 5W/30

18. KLASIFIKASI KEKENTALAN PELUMAS

20. SAE VISCOSITY GRADES FOR ENGINE OILS SAE J 300 REVISED DEC. 1999 a All values are critical specification as defined by ASTM D 3244 b ASTM D 5293 c ASTM D 4684 d ASTM D 445 e ASTM 4383, ASTM D 4741, CEC-L-L36-A90

21. SAE J 306 KLASIFIKASI KEKENTALAN PELUMAS RODA GIGI UNTUK APLIKASI TRANSMISI MANUAL DAN GARDAN OTOMOTIF SAE Remarks Viscosity Min Max Number 75W 4.1 - SAE 75W,80W and 85W designed for sub tropical areas while SAE 90,140,250 for tropical areas. 80W 7 - 85W 11 - 90 13.5 24 140 24 41 250 41 - Viscosity cSt. At 100 O C

22. KLASIFIKASI KEKENTALAN ISO UNTUK PELUMAS INDUSTRI ( INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR STANDARDIZATION ) Mid-Point Approximate Viscosity cSt Minimum Maximum Equivalent SUS 3446 ASTM D-2422 Units 2.2 1.98 2.42 32 3.2 2.88 3.52 36 4.6 4.14 5.06 40 6.8 6.12 7.48 50 ISO VG 10 10 9 11 60 ISO VG 15 15 13.5 16.5 75 ISO VG 22 22 19.8 24.2 105 ISO VG 32 32 28.8 35.2 150 ISO VG 46 46 41.4 50.6 215 ISO VG 68 68 61.2 74.8 315 ISO VG 100 100 90 110 465 ISO VG 150 150 135 165 700 ISO VG 220 220 198 242 1000 ISO VG 320 320 288 352 1500 ISO VG 460 460 414 506 2150 ISO VG 680 680 612 748 3150 ISO VG 1000 1000 900 1100 4650 ISO VG 1500 1500 650 1650 7000 Grade ISO Standard ISO VG 2 ISO VG 3 ISO VG 5 ISO VG 7 Kinematic Viscosity limit,cSt All viscosities at 40 o C , use ASTM D-341 charts to convert viscosities determined at other temperature Viscosity System

28. TOTAL BASE NUMBER (TBN) DAN DETERGENSI

31. Molekul kontaminan bersifat polar dan akan menepel dipermukaan logam Permukaan logam

32. Ujung polar dari detergent akan menempel kuat dipermukaan logam

33. Detergent yang lebih polar akan menempel lebih kuat dipermukaan dan menggeser kontaminan dari permukaan logam POLARITAS METAL DETERGENT > KONTAMINAN

34. DISPERSAN Mempunyai fungsi dan mekanisme yang relatif sama dengan detergen, tetapi dari jenis non metalik

37. KASIFIKASI MUTU (PERFORMANCE)

42. KLASIFIKASI PELUMAS MESIN KENDARAAN BENSIN BERDASARKAN API Beban berat, model 2004 keatas, perlindungan baik 2004 Berlaku SM Beban berat, model 1998 keatas, perlindungan baik 2001 Berlaku SL Beban berat, model 1998 keatas, perlindungan baik 1997 Berlaku SJ Beban sedang, model 1994-1997 kecuali disarankan oleh pembuat mesin, perlindungan baik 1994 Berlaku SH Beban sedang, model 1990-1993 kecuali disarankan oleh pembuat mesin, perlindungan baik 1989 Tidak berlaku SG Beban sedang, model 1980-1989 kecuali disarankan oleh pembuat mesin, perlindungan baik 1980 Tidak berlaku SF Beban sedang, model 1971-1979 kecuali disarankan oleh pembuat mesin, perlindungan baik 1972 Tidak berlaku SE Beban sedang, model 1968-1970 kecuali disarankan oleh pembuat mesin, perlindungan baik 1968 Tidak berlaku SD Beban sedang, model 1964-1967 kecuali disarankan oleh pembuat mesin, perlindungan baik 1964 Tidak berlaku SC Beban ringan, tidak boleh digunakan kecuali disarankan oleh pembuat mesin, perlindungan minimal 1930-an Tidak berlaku SB Beban ringan, tidak boleh digunakan kecuali disarankan oleh pembuat mesin Straight mineral oil Tidak berlaku SA Keterangan Tahun Status Klasifikasi

44. KLASIFIKASI PELUMAS MESIN BENSIN DUA LANGKAH BERPENDINGIN AIR Universal Semua mesin bensin outboard dengan atau tanpa timbal Berlaku NMMA TC-W3 Rendah Mesin bensin outboard dengan atau tanpa timbal sebelum 1992 Tidak berlaku NMMA TC-WII Rendah Mesin bensin outboard bertimbal sebelum 1985 Tidak Berlaku NMMA TC-W Unju k Kerja Pemakaian Status Klasifikasi

46. KLASIFIKASI PELUMAS MESIN KENDARAAN DIESEL BERDASARKAN API 2008 ultra low emissions, aftertreatment compatible 2008 Belum berlaku PC-10 2003 low emission, four stroke engine, high and low S fuel 2003 Berlaku CI-4 1998 low emission, four stroke engine, high and low S fuel 1998 Berlaku CH-4 1994 low emission, four-stroke engines using 0.05% S fuel 1994 Berlaku CG-4 Severe duty two-stroke cycle engines 1994 Berlaku CF-2 Turbocharged engines or high S fuel 1994 Berlaku CF 1991 low emission engines 1999 Berlaku CF-4 1983 and later turbocharged engines 1983 Tidak berlaku CE Two-stroke cycle engines ? Tidak berlaku CD-II Turbocharged engines or high sulfur fuel 1955 Tidak berlaku CD Moderate duty - diesel and gasoline 1951 Tidak berlaku CC Moderate duty or high sulfur fuel 1949 Tidak berlaku CB Light duty, low sulfur fuel 1940-an Tidak berlaku CA Keterangan Tahun Status Klasifikasi

47. PENGGOLONGAN KUALITAS PELUMAS MESIN KENDARAAN

50. BAHAN BAKU PELUMAS DAN PEMBUATANNYA

51. PEMBUATAN PELUMAS Base Oil Aditif Pelumas (Balance) + =

53. BASE OIL

59. JENIS ADITIF 1. Anti Oxidant 2. Detergent 3. Dispersant 4. Anti karat/anti korosi 5. Antiwear/Extreme pressure 6. Pour Point depressant 7. Friction Modifier 8. Anti Foam 9. Metal Deactivator 1. Mencegah terjadinya oksidasi pada molekul pelumas 2. Menjaga permukaan metal bebas dari kotoran dan menetralisisr asam. 3. Mengendalikan kotoran/Contaminant agar terdispersi secara merata dalam pelumas. 4. Mencegah terjadinya korosi/karat pada bagian metal yang berhubungan dengan pelumas. 5. Mencegah gesekan & keausan bagian mesin dalam kondisi beban berat. 6. Menekan titik beku pelumas agar mudah mengalir pada suhu rendah. 7. Meningkatkan tingkat kelicinan dari film pelumas 8. Mencegah pembentukan busa pada pelumas. 9. Mengundang efek “katalis” dari partikel keausan mesin dalam mencegah akselerasi proses oksidasi pelumas. Type Aditif Kegunaannya

62. GANGUAN MESIN DAN PELUMASAN

65. DEGRADASI (PELUMAS MULTIGRADE) Km Viscositas 100 C c.St. 5.000 10.000 Monograde (SAE 40) API CF Multigrade (SAE 15W-40) API CH4 SAE 30 SAE 40 SAE 50 9.3 12.5 16.0 15.000