1. PT Corelab Indonesia
SPECTROMETRIC OIL ANALYSIS PROGRAM
• MELIHAT KEDALAM KOMPONEN
MELALUI ANALISA PELUMAS UNTUK
MENCEGAH KERUSAKAN DAN
MENGHEMAT BIAYA PEMELIHARAAN
2. ANALOGI PEMERIKSAAN PELUMAS DAN
PEMERIKSAAN DARAH PADA MANUSIA
• Pemeriksaan Darah • Pemeriksaan Pelumas
Pasien Konsumen
Dokter Incoming Sample
Laboratorium Laboratorium
Hasil analisa Hasil analisa
Diagnosa evaluasi
pengobatan Corrective action
3. LATAR BELAKANG :
Dengan Spectometric Oil Analysis Program
memungkinkan manajemen perusahaan untuk
membuat rencana pemeliharaan peralatan
sehingga dapat mengurangi biaya dengan cara
mengetahui gejala keausan lebih awal
Gambaran dari keadaan suatu komponen dan
kemampuan ketahanan pelumas dapat dicapai
melalui kombinasi antara Analisa Spectrometri dan
Analisa fisik/ kimia pelumas.
4. MANFAAT :
Mendeteksi keausan abnormal pada tingkat awal.
Mengurangi kerusakan mesin pada waktu operasi.
Merencanakan waktu perbaikan yang efisien.
Mengidentifikasikan pemeliharaan yang tak
lengkap/kurang lengkap dan kesalahan dari pihak
operator.
Mengetahui kelaikan untuk pemakaian pelumas
yang lebih lama (Perpanjangan pemakaian
pelumas).
5. GAMBARAN SPECTROMETRIC OIL ANALYSIS
PROGRAM YANG EFEKTIF
Tentukan sasaran yang utama
Pilihlah laboratorium yang berkualitas dalam bidang
Spectromtric Oil Analysis Program
Jalur komunikasi yang jelas
Gunakan data laboratorium sebaik mungkin
Memberikan feed back yang tepat
Mengukur biaya operasi secara efisien
7. METODE PENGAMBILAN SAMPEL PELUMAS
I. Pengambilan sampel
• Sampel yang tepat adalah
sampel yang homogen tidak
terjadi kontaminasi dan
jumlahnya tidak kurang dari 1
Botol SOAP
• Untuk mendapatkan sampel
yang homogen mesin perlu
dihidupkan dahulu 15 menit
kemudian baru dilakukan
sampling.
II. Pengisian Formulir SOAP
dengan benar dan lengkap
8. Pengambilan Sampel Pelumas Bekas
• Kondisi Pengambilan sampel :
– Diambil saat mesin beroperasi atau langsung setelah mesin
dimatikan.
– Pada bagian dimana pelumas dalam kondisi mengalir.
– Before & After filter/purifier (bila ingin mengetahui
efektifitas filter/purifier).
– Alas sampling bersih, bebas kontaminan.
– Container sampel bersih
• Hindari sampling pelumas :
– Saluran drain, jika terpaksa biarkan pelumas mengalir
beberapa saat.
– Dasar sump tank.
– Pada saat topping up.
9. PENGISIAN FORMULIR SOAP
Nama Perusahaan, Alamat lengkap
Nama dan alamat Perusahaan/
pelanggan., kontak person
Data Model dan type Mesin, serial
number, Total hrs, running hrs.
Komponen
Jenis bahan bakar
Data pelumas yang digunakan (Merk
dan type pelumas, kekentalan).
Data – data spesifik lainnya.
10. PENGUJIAN FISIK & KIMIA PELUMAS BEKAS
Propertis Metoda
• K.Viscosity ASTM D – 445
• Water content ASTM D – 1744, D – 95
• Total Acid Number ASTM D – 644
• Total Base Number ASTM D – 2896
• Wear Metal AAS/ICP
• Fuel dilution ASTM D – 92
• Jelaga FTIR
• Nitrasi & Oksidasi FTIR
11. VISCOSITY
Kinematik Viskosity
Viskositas merupakan kecepatan alir dari pelumas pada temperatur yang
ditentukan. Dua hal yang perlu dicatat dalam melaporkan Kinematik
Viscosity yaitu Temperatur dan jumlah volume pelumas yang mengalir
melewati volume tertentu. Temperatur biasanya ditentukan pada 100 0
Celsius atau 210 0 Fahrenheit. Viscosity dilaporkan dalam centiStokes ( cSt)
. Viskositas diukur dengan alat Viskosimeter dengan metoda ASTM D 445.
Penurunan viskositas Kenaikan viskositas
Kontaminasi bahan bakar cair Kontaminasi padatan seperti soot
Kontaminasi air yang tidak Emulsi dengan air
membentuk emulsi Degradasi / oksidasi pelumas
Putusnya rantai polimer dari VI Kesalahan penambahan pelumas
improver
Kesalahan penambahan pelumas
12. SOOT (JELAGA)
– Dalam diesel engine padatan biasanya berupa soot / jelaga dari
hasil pembakaran yang kurang sempurna. Dalam jumlah
tertentu adanya soot normal saja karena dengan adanya aditive
soot dibiarkan tersuspensi dalam pelumas. Biasanya soot ini
ukurannya kurang dari satu Micron. Soot dapat terjadi karena :
• Fuel – soot , karena air intake yang tersumbat
• Kerusakan sprayer injektor ( Nozel yang tersumbat, dll)
• Ring, valve guide, turbocharger atau supercharger seal
yang telah cacat
• Produk oksidasi pelumas atau fuel
• Filter pelumas yang tersumbat
– Alat yang digunakan untuk mengukur SOOT adalah FTIR
13. FLASH POINT
Flash Point adalah temperatur terendah
dimana minyak mengeluarkan uap yang
akan tersulut ketika nyala api kecil secara
periodik dilewatkan diatas permukaan
minyak.
Flash point diukur dengan menggunakan
metoda ASTM D 92 dan ASTM D 93
14. TOTAL ACID NUMBER
Total Acid Number (TAN)
Secara sederhana TAN dinyatakan sebagai
jumlah asam yang bertindak sebagai asam dalam
pelumas. Ungkapan asam tidak perlu berkonotasi
dengan senyawa korosif. Banyak senyawa
termasuk oil aditive mempunyai nilai acid number.
Metode yang digunakan ASTM D 974
PENTING ! Kenaikan TAN pelumas yang telah
dipakai dari nilai awal pelumas baru (yang tidak
harus NOL) biasanya menunjukan adanya
oksidasi atau kontaminasi oleh asam korosif
15. TOTAL BASE NUMBER
Total Base Number (TBN)
TBN merupakan jumlah senyawa basa (umumnya sebagai
penetral asam) dalam pelumas.
Senyawa – senyawa basa dalam pelumas baru dibutuhkan
pada pelumas mesin dengan bahan bakar bersulfur tinggi
untuk menetralisir senyawa asam yang terbentuk.
Metode yang digunakan ASTM D – 2896
PENTING ! TBN sangat diperhatikan pada pelumas engine.
Sebagai aditive dalam pelumas untuk menetralkan asam -
asam korosif yang terbentuk dalam crankcase sebagai suatu
kejadian yang normal pada proses pembakaran.
16. FUEL / BAHAN BAKAR
– Kontaminasi bahan bakar diukur dalam % volume dari
bahan bakar yang tidak terbakar yang terdapat dalam
crankshaft. Diesel Fuel hanya terdapat dalam pelumas
mesin diesel.
– Pada setiap Mesin Diesel akan terdapat bahan bakar dalam
keadaan normal. Biasanya panas dari mesin akan
menguapkan bagian yang mudah menguap dari bahan
bakar dalam kecepatan yang seimbang. Jika keseimbangan
tidak tercapai maka kemungkinan ada masalah dalam:
injektor bocor, kegagalan karburasi, fuel pump, saluran
yang bocor, ring yang cacat dll.
– Metoda yang digunakan untuk mengukur Fuel/Bahan Bakar
dengan Flash Point Analysis ASTM - 93
17. WATER CONTENT
– Air biasanya terdapat dalam sistem tidak lebih dari 0.05
% atau 500 ppm. Kadar air dapat ditentukan sampai 50
ppm dengan metoda Karl Fisher. Kadar air yang rendah
(kurang dari 0.1 %) dalam pelumas engine mungkin
disebabkan oleh pengembunan, tapi kalau sudah lebih
besar dari 0.2 % mungkin disebabkan oleh kebocoran
bahan pendingin.
– Seringkali kita menemukan aditive bahan pendingin
padahal airnya tidak ada. Ini dikarenakan air mudah
menguap sedangkan logam yang terdapat dalam air akan
tertinggal dalam pelumas .
– Metoda yang digunakan dengan ASTM D-1744.
18. EVALUASI
• Evaluasi merupakan bagian yang paling penting dari
analisa pelumas.
• Hal - hal yang pelu diperhatikan dalam melakukan
evaluasi :
– Model mesin
– Tipe Komponen
– Lama pemakaian pelumas
– Jenis Pelumas yang digunakan
• Analisa yang berkesinambungan akan menghasilkan
historical data dari mesin yang digunakan.
• Historical data kemudian dijadikan sebagai batasan
tingkat keausan minimum yang dijinkan untuk jenis
mesin tersebut.
19. SPECTROMETRIC
1. Logam - logam keausan
Hasil-hasil gesekan dua permukaan, Korosi dari
komponen pada unit yang bersangkutan.
2. Logam - logam kontaminasi
Hasil abrasi, debu, Contaminasi pada penyimpanan
pelumas, pasir casting dari pabrik, logam bahan pendingin
3. Logam - logam additive
Logam Keausan Kontaminan Logam Additive
Besi Silikon/debu Magnesium
Kromium Sodium (pendingin) Kalsium
Alumunium Boron (pendingin) Barium
Tembaga Pospor
Timbal Seng
Perak
Nikel
20.
21.
22. KESIMPULAN
• SOAP merupakan salah satu perangkat dalam
melakukan program pemeliharaan mesin
• SOAP dapat digunakan untuk mendeteksi gejala akan
timbulnya kerusakan secara dini.
• SOAP dapat menghemat biaya pemeliharaan
• SOAP dapat memperpanjang umur mesin, mengurangi
konsumsi pelumas dan bbm
• Kerja sama yang baik antara manajemen, operator
dilapangan dan fihak laboratorium sangat penting guna
keberhasilan SOAP