Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Latih logika-diktat-2
1. Langkah pertama melindungi
diri dengan logika
Kita sering mendengar bahwa manusia adalah makhluk yang logis. Hal ini tidak salah,
namun juga tidak sepenuhnya benar. Seperti yang telah dibahas dalam pelajaran
sebelumnya, manusia juga seringkali terpengaruh iklan atau perkataan seseorang yang
tampak meyakinkan.
Pelajaran 2
Maka dari itu, pernyataan yang lebih tepat adalah bahwa
manusia mampu berpikir logis. Namun, dibutuhkan
kesadaran dan upaya agar pemikiran logis tersebut tidak
kalah oleh penilaian instan atau emosi.
Kemampuan untuk berpikir logis adalah salah satu
kriteria mendasar dari seorang pemikir kritis. Karena itu,
dalam bab ini kita tidak akan langsung mempelajari
hal-hal yang bersifat teknis dulu. Kita akan mempelajari
satu kebiasaan sederhana yang akan membantu kita
menguasai keterampilan berpikir kritis, yaitu kebiasaan
untuk bertanya.
Saya yakin
bahwa berpikir logis
bukanlah sesuatu yang
alamiah bagi pikiran
manusia.?
- Neil deGrasse Tyson,
fisikawan
1
Latih Logika | Pelajaran 2 : Langkah pertama melindungi diri dengan logika
Berpikir Perlahan lebih baik daripada Berpikir Cepat
Manusia tidak dapat dikatakan sebagai makhluk yang sepenuhnya logis karena cara kerja
bawaan otak kita cenderung instan, dangkal, dan umumnya dipengaruhi oleh emosi. Cara
kerja ini disebut dengan pemikiran Sistem 1 atau Berpikir Cepat. Sistem 1 mengambil
kesimpulan atas informasi yang kita terima secara serta-merta.
Contoh dari pemikiran Sistem 1 yang sering kita lakukan adalah:
- Membandingkan ukuran objek yang bersebelahan.
- Memilih tempat duduk di ruang tunggu yang kosong.
- Menunjukkan rasa takut ketika melihat foto ular
- Menjawab 1+1= ?
- Memahami kalimat sederhana.
- Mengendarai mobil di jalanan yang sepi
2. 2
Latih Logika | Pelajaran 2 : Langkah pertama melindungi diri dengan logika
Dari contoh-contoh di atas, kita dapat menyimpulkan
bahwa Sistem 1 adalah pemikiran yang terjadi dalam
sekejap. Hal ini tidak menjadi masalah ketika kita memang
ingin melakukan penilaian atau membuat keputusan yang
sangat sederhana. Namun, karena cara berpikir ini lebih
dominan di otak manusia, seringkali tanpa sadar kita
menggunakannya ketika hendak melakukan penilaian
yang lebih rumit. Akibatnya, kualitas keputusan yang kita
hasilkan tidak akan baik. Kita tidak dapat mengandalkan
Sistem 1 untuk menghasilkan keputusan yang logis.
Untungnya, manusia juga memiliki kemampuan untuk
berpikir secara mendalam dan hati-hati serta
membutuhkan usaha ekstra. Pemikiran ini disebut dengan Sistem 2 atau Berpikir Perlahan.
Contoh penggunaan Sistem 2 yang sering kita lakukan adalah:
Iklan adalah contoh
komunikasi yang didesain
untuk menyentuh emosi
khalayak, sehingga
pemikiran Sistem 1 kita
sering terpengaruh
olehnya. Dapatkah Anda
menyebutkan contoh lain?
Diskusi
- Menemukan orang dengan topi hitam di antara kerumunan.
- Mencari kalimat inti dalam sebuah paragraf.
- Mengelompokkan buku-buku ke dalam rak sesuai dengan topiknya.
- Menilai patut tidaknya suatu perilaku dalam lingkungan sosial tertentu.
- Memarkir kendaraan di ruang yang sempit.
- Menilai apakah harga jual sebuah produk sebanding dengan kegunaannya.
Dengan melihat contoh-contoh tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya kita
sudah sering melakukan pemikiran Sistem 2. Namun, sebagian besar dari kita sering tidak
sadar saat kita sedang berpikir dalam Sistem 2. Oleh karena itu, kita perlu lebih sering
melakukannya agar kita makin terbiasa.
Hubungan antara pemikiran Sistem 1 dan Sistem 2 ibarat hubungan antara gajah dengan
manusia yang menjadi penunggangnya. Sebagai cara berpikir yang bersumber dari insting
dasar, Sistem 1 lebih dominan dan kuat, seperti gajah yang memiliki tubuh serta tenaga yang
besar. Namun, dengan latihan dan pembiasaan yang berulang, Sistem 2 yang awalnya lemah
dapat mengendalikan pemikiran Sistem 1, layaknya kusir yang dapat mengarahkan gajah
sesuai kehendaknya.
Untuk lebih jelas melihat manfaat pemikiran Sistem 2, mari kita lihat contoh-contoh
peningkatan kualitas keputusan yang terjadi ketika kita mengganti pemikiran Sistem 1
dengan Sistem 2:
Kesimpulan pemikiran Sist em 1
?Saya akan tetap menggunakan merek pasta gigi
yangbiasanya karena setelah saya bandingkan
bahan kandungannya sama saja dengan pasta
gigi X.?
?Saya akan mencoba merek pasta gigi Xkarena
iklannya sangat menarik secara visual dan
kata-katanya juga meyakinkan.?
Kesimpulan pemikiran Sist em 2
3. 3
Latih Logika | Pelajaran 2 : Langkah pertama melindungi diri dengan logika
?Saya akan lewat jalan ini untuk berangkat ke
kantor karena sudah terbiasa.?
?Saya memilih kandidat dari partai Ykarena saya
menyukai penampilan dan cara berbicaranya.?
?Saya memutuskan untuk mengecek GPSsebelum
berangkat agar terhindar dari kemacetan.?
?Saya memilih kandidat dari partai Ybukan karena
penampilan dan cara berbicaranya saja, tetapi juga
kualitasprogramnya.?
Kita harus memperkuat cara berpikir Sistem 2 yang perlahan, hati-hati, dan mendalam
sebelum lebih jauh mempelajari keterampilan berpikir kritis. Jika kita sudah terbiasa dengan
Sistem 2, akan lebih mudah untuk menerapkan cara berpikir kritis nantinya.
Membiasakan bertanya unt uk berpikir krit is
Bagian besar dari berpikir kritis adalah cara mengolah
informasi yang kita terima, baik melalui bacaan, tontonan,
atau pernyataan lawan bicara. Pengaruh dari kebiasaan
berpikir dengan Sistem 1 dapat mengakibatkan kita
terburu-buru mengambil kesimpulan atau membuat
keputusan berdasarkan informasi tersebut. Ini bisa
mengakibatkan salah paham dengan lawan bicara atau
penyebaran berita palsu karena kita terlalu cepat percaya.
Agar dapat bersikap kritis, kita harus memastikan bahwa
kita cukup mengerti topik yang dibicarakan, dan bahwa
kita memiliki pemahaman yang sama dengan pembuat
pernyataan tentang topik tersebut. Oleh karena itu,
sebelum bereaksi, kita harus menanyakan dua hal berikut:
Agar dapat bersikap
kritis, kita harus cukup
mengerti topik yang
dibicarakan, dan
memiliki pemahaman
yang sama dengan
pembuat pernyataan
tentang topik
tersebut.
1. Def inisi
Perhatikan kalimat yang kita baca atau dengar. Apakah kita sudah memahami arti dari
setiap kata yang menyusun kalimat tersebut?Jika belum, maka tentu saja kita tidak
dapat menyusun tanggapan yang baik. Dalam situasi seperti ini, yang harus kita
lakukan pertama-tama adalah mengidentifikasi kata-kata kunci dalam kalimat yang
bersangkutan, sehingga pemahaman kita sama dengan pemahaman si pembuat
pernyataan. Hal ini akan menghindari terjadinya kesalahpahaman dan memastikan
terjadinya diskusi yang produktif.
Contohnya, mari kita lihat pernyataan berikut:
?Kuota bukanlah solusi bagi kesetaraan gender.?
4. Dalam kalimat tersebut, arti dari kata ?kuota?tidak jelas. Setelah ditanyakan kepada si
pembuat pernyataan, barulah kita tahu bahwa yang dimaksud adalah ?penetapan
jumlah minimal anggota perempuan di DPR?. Dari informasi tersebut, barulah kita
dapat menentukan sikap atau menyusun tanggapan.
Selain itu, kita juga harus mewaspadai kata-kata yang ambigu atau memiliki lebih dari
satu arti. Misalnya, dalam kalimat berikut:
?Semua hukuman fisik yangdilakukan oleh guru dapat dikategorikan sebagai
kekerasan terhadap anak.?
Sepintas, maksud dari frasa ?hukuman fisik?sudah jelas. Namun, bisa saja ternyata
hukuman fisik yang kita bayangkan adalah mencubit, memukul, menampar, dan
sejenisnya, sementara si pembuat pernyataan menganggap bahwa berdiri di depan
kelas selama beberapa menit sudah termasuk hukuman fisik, sehingga dapat
digolongkan sebagai kekerasan.
Dari kedua contoh di atas, kita dapat melihat pentingnya menyamakan pemahaman
dengan pembuat pernyataan.
2. Konteks
Jika definisi berhubungan dengan arti dari sebuah kata atau frasa, maka konteks
berhubungan dengan alasan atau latar belakang di balik munculnya sebuah
pernyataan. Konteks dapat berupa kejadian-kejadian terkini, kepercayaan, atau
faktor-faktor lain yang mendorong seseorang untuk melontarkan pernyataan tertentu.
Contohnya, perhatikan kalimat berikut:
?Pemerintah sebaiknya melarangkonsumsi minuman beralkohol di
seluruh Indonesia.?
Terlepas dari definisi kata-kata kunci dalam kalimat tersebut seperti ?pemerintah?,
?minuman beralkohol?, dan ?seluruh Indonesia?yang sudah cukup jelas, tanggapan
atau sikap kita bisa berbeda-beda, tergantung dari latar belakang munculnya
pernyataan yang bersangkutan, misalnya:
- Pembuat pernyataan menganggap bahwa
konsumsi minuman beralkohol tidak sesuai
dengan budaya bangsa Indonesia.
- Pembuat pernyataan baru saja membaca
berita tentang naiknya tindak
kekerasan di bawah pengaruh alkohol di
berbagai tempat di seluruh Indonesia.
Selain menghindari kesalahpahaman, mengetahui
konteks juga menjadi penting untuk bersikap atau
menyusun respons yang tepat sasaran.
Definisi berhubungan
dengan arti dari kata
atau frasa dalam sebuah
pernyataan.
Konteks berhubungan
dengan latar belakang
munculnya sebuah
pernyataan.
Konsep Pent ing
4
Latih Logika | Pelajaran 2 : Langkah pertama melindungi diri dengan logika
5. Maanfaat lain dari kebiasaan bertanya
Selain memperjelas arah pembicaraan dan memperkuat dasar dari tanggapan yang kita
bentuk, kebiasaan bertanya juga dapat melatih kita menjadi seorang pemikir kritis yang
bertenggang rasa. Dengan bertanya, kita menunjukkan kita ingin memahami persepsi dan
apa yang menjadi perhatian lawan bicara kita, dan bukan hanya ingin menang sendiri. Ini
sejalan dengan prinsip berpikir kritis yang bertujuan mencari kesimpulan terbaik, bukan
menunjukkan siapa yang lebih pintar. Dengan kata lain, melatih kebiasaan bertanya sekaligus
akan menepis anggapan orang bahwa pemikir kritis sama dengan tukang kritik yang suka
menyerang pemikiran orang lain.
5
Latih Logika | Pelajaran 2 : Langkah pertama melindungi diri dengan logika
Berpikir kritis adalah
aktivitas sosial, sehingga
dalam menerapkannya,
kita juga perlu
memperhatikan
hubungan kita dengan
orang lain.
Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua orang
merasa nyaman ketika kita mempertanyakan maksud
atau posisi mereka. Di sinilah kita perlu mengingat bahwa
berpikir kritis adalah aktivitas sosial, sehingga dalam
menerapkannya, kita juga perlu memperhatikan
hubungan kita dengan orang lain. Selain itu, jika
seseorang merasa tidak nyaman dengan pertanyaan kita,
ada kemungkinan ia justru akan menutup diri dan
menghindar dari diskusi yang lebih lanjut. Jika ini terjadi,
tujuan diskusi kita tentu tidak akan tercapai.
Dengan memperhatikan pemilihan kata dan nada bicara,
kita dapat menunjukkan bahwa kita menghargai lawan bicara sehingga mereka akan lebih
bersedia untuk membuka diri. Jika kita sudah memahami pentingnya kebiasaan bertanya dari
sisi penggalian informasi sekaligus menghargai lawan bicara, maka kita siap untuk
mempelajari konsep-konsep keterampilan berpikir kritis selanjutnya seperti argumen,
penalaran, dan kesesatan logika.
6. 6
Latih Logika | Pelajaran 2 : Langkah pertama melindungi diri dengan logika
Latih Logika di produksi oleh Yayasan Cahaya Guru bekerja
sama dengan The Asia Foundation. Dokumen elektronik ini
diunduh dari situs www.latihlogika.com.
Ciptaan disebar luaskan di bawah Lisensi Creative Commons
Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 4.0 Internasional.
Pelajaran 2
Soal Lat ihan
Dapatkah Anda membedakan penggunaan Sistem 1 dan Sistem 2 dari contoh-contoh
di bawah ini?
1. Menyimpulkan bahwa seorang bayi berjenis kelamin
perempuan karena selimutnya berwarna pink.
2. Bermain piano sambil membaca partitur.
3. Merasa takut ketika berpapasan dengan laki-laki
bertubuh besar dan bertato.
4. Memilih pakaian, perhiasan, dan riasan untuk
dikenakan ke pesta perkawinan.
5. Menyusun kepingan puzzle menjadi gambar
yang utuh.
Sistem 2
Sistem 2
Sistem 2
Sistem 2
Sistem 2
Sistem 1
Sistem 1
Sistem 1
Sistem 1
Sistem 1
Temukan kata-kata dan frasa-frasa kunci yang harus kita pahami sebelum bersikap dari
pernyataan-pernyataan berikut!
- Kita harus mewaspadai hal-hal yang dapat mengakibatkan disintegrasi bangsa.
- Pertumbuhan ekonomi riil dan pasar modal tidak selalu berjalan beriringan. Karena itu
angka IHSG tidak dapat dijadikan acuan pertumbuhan ekonomi.
- Belakangan ini, gaya bergaul yang eksklusif makin sering tampak di berbagai kampus.
- Sepertinya audiensi tersebut tidak lebih dari sekadar dari upaya manajemen impresi
saja, bahkan para hadirin sudah melalui proses screening terlebih dahulu.
- Jurang emosional dapat terbentuk di antara orangtua yang gagap teknologi dan
anak-anak mereka yang merupakan generasi digital native.