SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Download to read offline
METROLOGI INDUSTRI 
TUGAS 
PENGUKURAN KEBULATAN 
Kelompok 4 : 
Adittya Yuda H. 061910101020 
Yusca Permana Setya 061910101024 
Bahtiar Yudhistira 061910101030 
Rico Sutalin 061910101032 
Ahmad Arif Nur Ismi 061910101034 
PROGRAM STUDI STRATA 1 TEKNIK 
JURUSAN TEKNIK MESIN 
FAKULTAS TEKNIK 
UNIVERSITAS JEMBER 
2008
BAB 1 PENDAHULUAN 
Pengukuran dalam arti yang umum adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran acuan/pembanding/referensi. Proses pengukuran, akan menghasilkan angka yang diikuti dengan nama besaran acuan ini. Bila tidak diikuti nama besaran acuan, hasil pengukuran menjadi tidak berarti. Perhatikan dua kalimat berikut. 
- “Tinggi gedung itu tiga”. 
- “Tinggi gedung itu tiga pohon kelapa”. 
Pada kalimat yang kedua digunakan nama besaran acuan sehingga kalimat tersebut menjadi bermakna. Akan tetapi, besaran acuannya (pohon kelapa) tidak menggambarkan suatu hal yang pasti sehingga masih menimbulkan keraguan. Oleh sebab itu diperlukan suatu besaran acuan yang bersifat tetap, diketahui, dan diterima oleh semua prang. Besaran tersebut harus dibakukan distandarkan. Besaran standar yang dipakai sebagai acuan dalam proses pengukuran harus memenuhi syarat syarat berikut: Dapat didefinisikan secara fisik, Jelas dan „tidak berubah dalam kurun waktu tertentu”, Dan dapat digunakan sebagai pembanding, di mana saja di dunia ini. 
Besaran standar yang digunakan dalam setiap proses pengukuran dapat merupakan salah satu atau gabungan besaran-besaran dasar. Dalam sistem satuan yang telah disepakati secara internasional (Sl units,International System of units, Le Systeme Internasional d’unites) dikenal tujuh besaran dasar. Setiap besaran dasar mempunyai satuan standar dengan symbol / notasi yang digunakan sebagaimana yang diperlihatkan pada tabel 1.1. 
Tabel 1.1 Satuan standar bagi tujuh besaran dasar menurut sistem satuan internasional (SI units). 
Besaran dasar 
Nama satuan standar 
Simbol 
Panjang 
Massa 
Waktu 
Arus listrik 
Temperatur termodinamika 
Jumlah zat 
Intensitas cahaya 
meter (meter) 
kilogram (kilogram) 
sekon/detik (second) 
amper (ampere) 
Kelvin (kelvin) 
mol (mole) 
Jilin (candela) 
m 
kg 
s 
A 
K 
mol 
cd
Satuan tambahan Sudut bidang Sudut ruang 
radial (radian) steradial (steradien) 
tad sr 
 Satu radial berarti sudut yang dinyatakan pada suatu bidang (dinamakan “sudut bidang”) di antara dua garis radius (jari-jari suatu lingkaran) yang memotong lingkaran sehingga panjang busur lingkaran yang terpotong sama dengan panjang radius lingkaran yang dimaksud. Karena keliling lingkaran sama dengan 2π x radius maka 1 0 sama dengan 2π/360 rad. 
 Satu steradial adalah “sudut ruang” yang bermula dari titik pusat bola yang memotong permukaan bola sehingga luasnya sama dengan luas segi empat dengan sisi sama dengan radius bola yang dimaksud. 
Semua besaran standar bagi setiap pengukuran yang bukan merupakan besaran dasar tersebut di atas adalah merupakan turunan (gabungan) beberapa besaran dasar. Contoh besaran turunan adalah seperti yang tercantum pads tabel 1.2. 
Tabel 1.2 Contoh besaran turunan dengan satuan standarnya. 
Besaran turunan 
Nama satuan standar 
Simbol 
Luas bidang 
Volume 
Kecepatan 
Percepatan 
Gaya 
Tekanan 
Energi (kerja) 
Daya 
Potensial listrik 
Tahanan listrik 
meterpersegi 
meterkubik 
meterpersekon 
meter-per-sekonkuadrat 
newton 
pascal 
joule 
watt 
volt 
ohm 
m/s 
m/ 
N; kg . m/ 
Pa; N/m2 ; kg/(m.) 
J; N.m; kg.m2/ 
W; J/s; kg.m2/ 
V; W/A; kg.m2/(.A) 
Q; V/A; kg.m2/(.)
Untuk menyingkat penulisan (atau membulatkan) angka hasil pengukuran biasanya digunakan nama depan yang khusus dibuat untuk mengawali nama satuan standar. Dalam sistem satuan internasional ini dikenal beberapa nama depan yang berfungsi sebagai pernyataan hasil kali dengan bilangan pokok sepuluh bagi nama- nama satuan standar (balk untuk besaran dasar maupun turunan), lihat tabel 1.3. 
Tabel 1.3 Pemakaian nama depan sebagai cara untuk menyingkat/membulatkan penulisan angka hasil pengukuran. Digunakan bilangan pokok sepuluh sebagai pengali/pembagi angka yang dinyatakan dengan satuan standir, baik untuk besaran dasar maupun besaran turunan. 
Faktor pengali 
Nama depan 
Simbol 
Contoh 
1018 
1015 
1012 
109 
106 
103 
102 
101 
- 
10-1 
10-2 
10-3 
10-6 
10-9 
10-12 
10-15 
10-18 
eksa (exa) 
peta (peta) 
tera (tera) 
giga (giga) 
mega (mega) 
kilo (kilo) 
hekto (hecto) 
deka (deca) 
- 
desi (deci) 
senti (centi) 
mill (milli) 
mikro (micro) 
nano (nano) 
piko (pico) 
femto (femto) 
ato (afro) 
E 
P 
T 
G 
M 
K 
h 
da 
- 
d 
c 
m 
μ 
n 
p 
f 
a 
1 kg = 103 g 
1 MW = 106 W 
1 cm = 10-2 m 
1 mm = 10-3 m 
1 μm = 10-6 m 
1 nm = 109 m 
Catatan; nama depan ini tidak boleh diulang meskipun yang diperuntukkan bagi satuan standar massa. Karena satuan standar besaran dasar massa adalah 1 kg make, misalnya dalam menyatakan seribu kali 1 kg tidak boleh dituliskan dengan: 1 kkg
Alat ukur geometrik bisa diklasifikasikan menurut prinsip kerja, kegunaan, atau 
sifatnya. Dan cara klasifikasi ini yang lebih sederhana adalah klasifikasi menurut sifatnya, di 
mans alat ukur geometrik dibagi menjadi 5 jenis dasar dan 2 jenis turunan yaitu, 
Jenis Dasar: 
1. Alat ukur langsung; yang mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Kecermatannya 
rendah s.d. menengah (1 s.d. 0.002 mm). Hasil pengukuran dapat langsung dibaca pads 
skala tersebut. 
Gambar. Alat ukur langsung 
2. Alat ukur pembanding/komperator; yang mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. 
Umumnya memiliki kecermatan menengah (≥ 0.01 mm: cenderung disebut pembanding) 
s.d. tinggi (≥ 0.001) mm; lebih ser ing dinamakan komparator) tetapi kapasitas 
atau daerah skala ukurnya terbatas. Alat ukur ini hanya digunakan sebagai 
pembacaan besarnya se!isih suatu dimensi terhadap ukuran standar. 
Gambar. Alat ukur pembanding/komperator 
3. Alat ukur acuan/standar; yang mampu memberikan atau menunjukkan suatu harga 
ukuran tertentu. Digunakan sebagai, acuan bersamasama dengan alai ukur 
pembanding untuk menentukan dimensi suatu objek ukur. Dapat mempunyai 
skala sepert i yang dimiliki alai ukur standar yang dapat diatur harganya atau 
tak memiliki skala karena hanya mempunyai satu hence nominal. 
Gambar. Alat ukur acuan/standar 
4. Alat ukur batas (kaliber); yang mampu menunjukkan apakah suatu dimensi, 
bentuk, dan/atau posisi terletak di dalam atau di luar daerah toleransinya.
Dapat memiliki skala, tetapi lehih sering tak mempunyai skala karena memang 
dirancang untuk pemeriksaan toleransi suatu objek ukur yang tertentu (khas, spesifik). 
Gambar. Alat ukur batas (kaliber) 
5. Alat ukur bantu; yang tidak termasuk sebagai alai ukur dalam anti yang sesungguhnya 
akan tetapi memiliki peranan pent ing dalam pelaksanaan suatu proses pengukuran 
geometrik. 
Jenis Turunan: 
6. Alat ukur khas (khusus, spesifik); yang dibuat khusus untuk mengukur geometri 
yang khas misalnya kekasaran permukaan, kebulatan, profit gigs suatu roda - gigi 
dsb. Termasuk dalam kategori ini adalah yang dirancang untuk kegunaan tertentu, 
misalnya Koster Inter - Terometer untuk mengkalibrasi blok ukur. Selain 
mekanismenya yang khas, alai ukur jenis ini dapat memil iki skala dan dapat 
dilengkapi alat pencatat atau penganalisis data. 
Gambar. Alat ukur khas (khusus, spesifik) 
7. Alat ukur koordinat; yang memiliki sensor yang dapat digerakkan dalam ruang. 
Koordinat sensor dibaca matelot t iga skala yang disusvn sepert i koordinat 
kartesian (X,Y,Z). Dapat dilengkapi dengan sumbu cuter (koordinat polar). 
Memer lukan penganalisis data tit ik-t it ik koordinat untuk diproses menjadi 
informasi yang lebih jelas (diameter lubang, jarak sumbu dsb). 
Gambar. Alat ukur koordinat
Menghadapi masalah pengukuran membuat kita berpikir untuk menetapkan metoda atau cara pengukuran yang terbaik dan jenis alat ukur menurut sifatnya seperti di atas dipilih. Berdasarkan hal ini, proses pengukuran pun bisa diklasifikasikan sebagai berikut: 
1. Proses pengukuran langsung, 
2. Proses pengukuran tak langsung, 
3. Proses pemeriksaan toleransi (dengan kaliber betas). 
4. Proses perbandingan dengan bentuk acuan (standar), 
5. Proses pengukuran geometri khusus, dan 
6. Proses pengukuran dengan mesin ukur koordinat. 
Contoh Soal dan Soal Blok Ukur di Catatan 
- Buat susunan balok ukur tebal dasar 1 mm pada 159,8675 mm 
Selang 
Kenaikan 
Jumlah Blok 
1,001 – 1,009 
1,01 – 1,49 
0,5 – 24,5 
25 – 100 
1,0005 
0,001 
0,01 
0,5 
25 
- 
9 
49 
49 
4 
1 
Jawab : 159,8675 – 1,0005 – 1,007 – 1,36 – 6,5 – 100 – 50 = 0 
Jadi, balok ukur yang dipakai adalah 1,0005; 1,007; 1,36; 6,5; 100; 50 
- Soal – soal pada catatan : 
1. Buat susunan balok ukur tebal dasar 2 mm pada 159,8675 mm ? 
2. Jelaskan tentang skala nonius ? 
3. Jelaskan tentang kesalahan paralaks dan cara mengatasinya? 
4. Jelaskan tentang kalibrasi bertingkat serta keuntungan kalibrasi bertingkat?
BAB 2 PEMBAHASAN 
2.1 Pengukuran Kebulatan 
Pengukuran Kebulatan adalah pengukuran yang dilakukan untuk mencari diameter / kebulatan suatu benda. Berbeda dengan pemeriksaan secara perbandingan, pengukuran geometri khusus benar-benar mengukur geometri ybs. Dengan mernperhatikan imajinasi daerah toleransinya, alas ukur dan prosedur pengukuran dirancang dan dilaksanakan secara khusus. Berbagai masalah pengukuran geometri umumnya ditangani dengan cars ini, misalnya kekasaran permukaan, kebulatan poros atau lubang, geometri ulir, dan geometri roda gigi. Gambar 1 memperlihatkan contoh pengukuran kebulatan dan roda-gigi. Gambar dengan keterangan yang diberikan dimaksudkan untuk menunjukkan contoh kerumitan dan kedalaman permasalahan pengukuran geometri. Teknologi seperti ini akan diulas lebih lanjut serta perlu dikaji dan dipahami sepenuhnya. Dengan menghayati pengukuran, perancangan dan pembuatan berbagai komponen mesin dan peralatan pabrik akan lebih mudah untuk dikuasai. 
2.2 Persyaratan Pengukuran Kebulatan 
Kebulatan dan diameter adalah dua karakter geometris yang berbeda, meskipun demikian keduanya saling berkaitan, ketidak bulatan akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter, sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan menunjukkan ketidak bulatan. Sebagai contoh, penampang-penampang poros dengan dua tonjolan beraturan (ellips) akan dapat diketahui kebulatannya bila diukur dengan sensor dengan posisi bertolak belakang (180), misalnya dengan mikrometer. Akan tetapi mikrometer tidak dapat menunjukkan ketidakbulatan bila digunakan untuk mengukur penampang poros dengan jumlah tonjolan beraturan ganjil (3, 5, 7 dan sebagainya). Tonjolan ganjil dengan jumlah dibawah 10 tidak dapat dilakukan pengukuran dengan dial indicator, karena akan mempengaruhi dari jarak ukur dari titik pusat dan juga ada beberapa bagian tidak dapat disentuh oleh jarum pengukur dial indicator. 
Pengukuran kebulatan dari poros tersebut adalah dengan cara meletakkan pada blok V dan kemudian memutarnya dengan menempelkan sensor jam ukur di atasnya, hal ini merupakan cara klasik untuk mengetahui kebulatan. Bila penampang poros berbentuk ellips maka jarum ukur tidak dapat menunjukkan penyimpangan yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa sewaktu benda ukur diputar di atas blok V terjadi perpindahan pusat
benda ukur, sehingga jarak perpindahan sensor jam ukur akan dipengaruhinya. 2.3 Alat Ukur Kebulatan Berdasarkan putarannya, maka alat ukur dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu: 
1. Jenis dengan sensor putar 
2. Jenis dengan meja putar 
Ciri-ciri dari kedua jenis tersebut adalah: Jenis dengan sensor putar: 
 Spindel (poros utama) yang berputar hanya menerima beban yang ringan dan tetap. Dengan demikian ketelitian yang tinggi bisa dicapai dengan membuat konstruksi yang cukup ringan. 
 Meja untuk meletakkan benda ukur tidak mempengaruhi sistem pengukuran. Benda ukur yang besar dan panjang tidak merupakan persoalan. 
Jenis dengan meja putar: 
 Karena sensor tidak berputar, maka berbagai pengukuran dengan kebulatan pengukuran dengan kebulatan dapat dilaksanakan, misalnya konsentris, kelurusan, kesejajaran dan ketegaklurusan. 
 Berat benda ukur terbatas, karena keterbatasan kemampuan spindel untuk menahan beban. Penyimpangan letak titik berat benda ukur relatif terhadap sumbu putar dibatasi. 
Gambar 1.a Pengukuran Kebulatan 
Keterangan : 
1. Lingkaran kiri atas → Lingkaran luar minimum 
2. Lingkaran kiri bawah → Lingkaran daerah minimum 
3. Lingkaran kanan atas → Lingkaran dalam maksimum 
4. Lingkaran kanan bawah → Lingkaran kuadrat terkecil 
Contoh profil kebulatan sebagai hasil pengukuran dengan alat ukur kebulatan dapat dianalisis berdasarkan empat cara yaitu cara lingkaran luar minimum, lingkaran dalam maksimum, lingkaran daerah minimum (MRZ) dan lingkaran kuadrat terkecil (masing-
masing bisa menghasilkan harga parameter kebulatan ΔR yang berbeda). Menurut ISO cara analisis WRZ (Minimum Radial Zone) adalah sesuai dengan makna toleransi kebulatan: perhatikan pernyataan toleransi kebulatan seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.d 
Gambar 1.b Pengukuran Kebulatan 
Keterangan: 
Gambar diatas terdiri dari : 
1. Spidel sensor putar. 
2. Lengan sensor putar. 
3. Sensor. 
4. Bagian benda ukur (crank-shaft) yang diukur kebulatannya. 
5. Pemutar untuk mengatur benda ukur (sentering dan leveling). 
Kebulatan hanya bisa diukur dengan benar dengan alat ukur kebulatan jenis sensor putar also meja puler. Berdasarkan profit kebulatan yang terekam pada grafik polar bisa ditentukan harga parameter kebulatannya (lihat gambar 1.a). Janis sensor polar bisa digunakan untuk mengukur benda yang panjang den berat. Titik berat benda tidak perlu harus berimpit dengan sumbu putar sensor, lihat gambar di samping. Pemakaian jenis meja putar dibatasi oleh berat benda serta titik beratnya tidak bisa terlalu jauh terhadap sumbu putar. Meskipun demikian, jenis meja putar (lihat gambar 1.c dan 1.d) lebih mudah dalam pemakaiannya (penyetelan kemiringan den kesenteran benda ukur). Penggabungan gerakan translasi sensor dapat dilakukan se- hingga bisa digunakan untuk pengukuran kelurusan serta kesalahan bentuk yang lain, lihat gambar 1.e. Pemakaian komputer untuk analis data memang sangat membantu seperti halnya dalam pengukuran kebulatan.
Gambar 1.c Pengukuran Kebulatan 
Keterangan : 
Contoh alat ukur kebulatan jenis meja putar yang terdiri dari : 
1. Sensor berfungsi ganda untuk pengukuran kebulatan dan kelurusan pada arah vertikal 
2. Meja putar dengan pengatur posisi benda ukur (sentering dan leveling). 
Gambar 1.d Pengukuran Kebulatan 
Keterangan : 
Contoh alat ukur kebulatan jenis meja putar yang terdiri dari : 
1. Unit peraga (CRT display) 
2. Unit komputer 
3. Unit elektronik 
4. Unit perekam 
5. Panel control 
Gambar 1.e Pengukuran Kebulatan 
Keterangan : 
Dengan alat ukur kebulatan jenis meja putar dimungkinkan pengukuran berbagai 
kesalahan bentuk. Misalnya, kebulatan, kesejajaran, ketegaklurusan, kesamaan sumbu dan 
kelurusan.
Gambar 1.f Pengukuran kebulatan 
Keterangan : 
Alat ukur variasi pits (pada lingkaran dasar) dengan tumpuan silinder / bola 
Gambar 1.g Pengukuran kebulatan 
Keterangan : 
Alat ukur variasi pits (pada lingkaran dasar) dengan tumpuan rahang 
Gambar 1.h Pengukuran Kebulatan 
Keterangan : 
Prinsip keria alat ukur profil involut dan contoh grafik hasil pengukuran. 
Roda Gigi disatukan dengan sektor lingkaran yang merupakan lingkaran dasar 
pembentuk involut bagi roda gigi ybs. Jika sektor lingkaran tsb diputar sebesar ψ maka 
komponen yang menempel diatasnya akan bergerak translasi sejauh rbψ. Sementara itu 
sensor yang ditempatkan persis pada tepinya juga akan ikut bergerak translasi sambil 
menggeser pada sisi roda-gigi. Karena gerakan sensor relatif terhadap sisi roda-gigi tsb 
merupakan gerakan involut murni maka kesalahan profil roda-gigi ybs akan terbaca oleh 
sensor. 
Contoh metrologi Roda-Gigi. Kesalahan Pits (jarak antar gigi) dapat diperiksa 
dengan lebih praktis dengan rnengukurnya pada lingkaran dasar. Kesalahan pits ini perlu 
dibatasi terutama bagi roda-gigi penerus daya dan penerus putaran yang teliti. Sementara itu, 
profil gigi yang berupa involute dapat diukur dengan alat ukur profil. Kesalahan bentuk
profil involute ini akan mengurangi keandalan roda-gigi dan kebisingan akan timbul jika roda gigi ybs. dioperasikan. 
2.4 Blok Ukur 
Blok ukur yang akan dikalibrasi terlebih dahulu diukur tebal/tinggi nominalnya dengan memakai komparator dengan kecermatan misalnya 1 μm. Dengan demikian, bila ada perbedaan ukuran nominal (yang tercantum pada blok ukur) terhadap ukuran sebenarnya paling tidak akan diketahui harganya yaitu sama dengan kecermatan komparator. Untuk memastikan perbedaan tersebut blok ukur ini dapat diukur dengan Koster Interferometer. 
Serupa dengan model Michelson. Koster Interferometer menggunakan pelat galas dengan orientasi 45° sebagai komponen pemisah clan pernersatu berkas sinar monokromatik. Gambar 2.a memperlihatkan skema bagian-bagian Koster Interferometer dengan penjelasan sebagai berikut. 
 Sumber cahaya; beberapa lampu tabung dengan isi gas mulls Ne, He, Ar, atau Kr dapat dipasang secara bergantian. Biasanya digunakan kombinasi 2 s.d. 4 macam lampu tabung dengan isi gas yang berbeda-beda untuk mengkalibrasi blok ukur dengan ukuran nominal 0.5 s.d. 120 mm. Suatu lampu dengan berkas cahaya putih (Halogen) dapat di unakan untuk mengkalibrasi blok ukur dengan panjang nominal ≥ 120 mm (lihat penjelasan berikut mengenai pemakaiannya). 
 Susunan prisma Fabry-Perrot; berkas cahaya yang telah disejajarkan oleh susunan lensa kolimator diarahkan ke susunan prisma yang akan memecah berkas cahaya ini menjadi fraksi berkas-berkas cahaya monokromatik dengan sudut bias yang beragam. Salah saw berkas cahaya monokromatik dengan panjang gelombang (warna) tertentu dib:askan dengan sudut 90° ke bawah. Janis berkas yang diteruskan ke bawah ini dapat dipilih (marsh, kuning, hijau, atau biru dengan memutar susunan prisma Fabry-Perrot. 
 Pelat gelas dan cermin interferator: berkas cahaya monokromatik dipisahkan dan digabungkan kembali (tidak tergabung kembali 100%, sebab ada yang terpantul dan terbias ke arah lain) oleh pelat gelas berorientasi 45º . Bila pada Michelson Interferometer penggabungan ini akan menyebabkan proses interferensi: yang sama untuk selebar penampang berkas, pada Koster Interferometer proses interferensi akan terjadi dengan bentuk baris-baris berkas gelap terang akibat posisi "cermin-bawah" dibuat sedikit miring (tidak tegak-lurus sempurna) terhadap 'sumbu" berkas sinar.
 Meja & blok ukur; blok ukur dengan ukuran nominal tertentu diletakkan di atas meja. Karena permukaan blok ukur clan permukaan meta dibuat rata dan halos (mirror finishing) berkas cahaya akan terpantulkan (berfungsi serupa dengan "cermin- bawah" pada Michelson Interferometer). Karena posisi meja sedikit dimiringkan maka berkas cahaya yang dipantulkan akan tergabung dengan berkas cahaya pantulan "cermin-kanan" yang menghasilkan proses interferensi baris-baris gelap-terang serupa dengan yang terjadi pada pelat gelas yang sedikit dimiringkan terhadap cermin dibawahnya. 
 Teleskop: fokus teleskop ditetapkan sehingga permukaan meja dan permukaan alas blok ukur terlihat dengan jelas. Melalui okuler pengamat dapat memperhatikan posisi baris-baris gelap di atas blok ukur relatif terhadap baris-baris gelap di atas meja. 
Gambar 2.a Blok Ukur 
Keterangan: 
Interferometer diatas terdiri dari : 
1. Teleskop 
2. Blok ukur 
3. Cermin 
4. Lampu cahaya putih 
5. Lensa pengarah 
6. Kollimator 
7. Prisma dispersi 
8. Lampu tabung : Ne; He; Ar; Kr 
9. Pengatur kemiringan dan ketinggian meja
Gambar 2.b Blok Ukur 
Keterangan : 
Berkas cahaya yang diteruskan kebawah bias dipilih dengan memutar prisma 
Gambar 2.c Blok Ukur 
Keterangan : 
Garis - garis interferensi yang terlihat pada permukaan blok ukur dapat mempunyai 
perbedaan posisi dengan yang terlihat pada permukaan meja. 
Gambar 2.d Blok Ukur 
Keterangan : 
Garis - garis interferensi pada permukaan blok ukur dan meja 
Gambar 2 adalah Koster Interferometer yang dimanfaatkan untuk 
mengkalibrasi blok-ukur (gauge/ gage block) . Me ja d i at as mana blok ukur 
di let akkan diatur sedik it mir ing. Akibatnya, terjadi interferensi yang terlihat 
sebagai garis-garis di permukaan meja dan di permukaan blok ukur. Berdasarkan 
posisi garis - garis ini, yang bisa menyatu atau sedikit menggeser, dilakukan 
interpolasi posisi garis di atas permukaan blok ukur terhadap garis di permukaan 
meja. Melalui perbandingan hasil yang diperoleh dari misalnya 3 berkas dengan 
spektrum yang berbeda dapat diketahui perbedaan tebal (ketinggian) blok-ukur terhadap 
harga nominalnya. 
analisis pengamatan; bila ket inggian permukaan blok ukur relat if
terhadap permukaan meja (t) benar-benar merupakan kelipatan setengah panjang gelombang berkas sinar; 
t = ( a + bi ) ½ λ 
di mana (a + bi) = bilangan genap atau ganjil; a bilangan mulai dari puluhan ke atas, bi bilangan satuan. Maka, interferensi di permukaan blok ukur akan segaris dengan interferensi di permukaan meja. 
Bila kondisi di atas tak dipenuhi, garis interferensi (baris gelap) di permukaan blok ukur tidak akan segaris dengan garis di permukaan meja. Jarak geseran garis (ditentukan berdasarkan kemiringan meja; dimulai dari posisi yang tinggi ke arah posisi yang rendah) dapat diperkirakan (diinterpolasikan; misalnya dengan kecermatan 0.2 jarak garis gelap ke garis gelap berikutnya) dan dinyatakan dengan suatu angka desimal f = fraksi). 
Jika pengukuran diulang dengan memakai tiga atau empat spektrum (warns cahaya; 1 = merah, 2 = kuning, 3 = hijau, 4 = biru; dengan memutar prisma Fabry-Perroti diperoleh persamaan: 
t = ( a + b1 + f1 ) ½ λ1 
t = ( a + b4 + f4 ) ½ λ4 
Berdasarkan pengamatan f, dengan mengetahui A, , setelah dikoreksi akibat perbedaan dengan kondisi udara standar (temperatur, tekanan, dan kelembaban) dapat diketahui harga b,. Sementara itu, harga a tak perlu dihitung sebab dalam hal ini yang kita inginkan adalah menentukan perbedaannya secara cermat (bisa sampai kecermatan 0.01 μm) setelah kita mengetahui ketinggian blok ukur sebagai hasil pengukuran dengan memakai komparator dengan kecermatan 1 pm. Dari 3 atau 4 harga b, dan f, inilah ditetapkan harga koreksi yang terbaik bagi ketinggian nominal blok ukur. 
Bila perlu, untuk menaikkan kepercayaan kita atas kebenaran kalibrasi blok ukur, proses pengukuran diulang dengan memakai lampu tabung gas yang lainnya (He. Ne, Ar. Kr, atau Cd). Hasil pengukuran mungkin dapat berbeda-beda (pada angka desimal tingkat tertentu). Hal seperti ini merupakan suatu kewajaran dalam proses pengukuran. Ketepatan proses pengukuran, yaitu sampai sejauh mana hasilnya bisa berbeda bila dilakukan
pengulangan, dapat didefinisikan serupa dengan usaha orang untuk mendefinisikan harga rata-rata. 
Bagi blok ukur dengan ukuran nominal > 120 mm pengaturan fokus teleskop akan menjadi sulit. Jika fokus diatur sehingga permukaan blok ukur terlihatjelas, pada seat itu permukaan meja akan terlihat kabur, dan demikian pula hal sebaliknya. Pada kondisi ini penentuan f,. jarak geseran garis-garis interferensi, akan menjadi sulit. Oleh sebab itu, kalibrasi dilakukan dengan membandingkan blok ukur dengan satu blok ukur (atau susunan blok ukur yang telah dikalibrasi) sebagai acuan yang memiliki kualitas yang sama (atau yang lebih tinggi). Kedua blok ukur ini diletakkan berdampingan di atas meja. Pada cars perbandingan ini digunakan berkas cahaya putih (prisms fabry-perrot diganti dengan cermin). 
Kualitas pembuatan blok ukur ditentukan oleh standar. Dalam hal ini kualitas tersebut dikaitkan dengan ketelitian ukuran nominalnya. Berdasarkan hasil kalibrasi dapat diketahui harga kesalahan ketinggian nominal blok ukur. Toleransi kesalahan ini dibuat sesuai dengan ketinggian/ketebalan nominalnya, L, yaitu: 
δ = ± α L ; μm 
Harga α ditetapkan sesuai dengan angka kualitas menurut standar kalibrasi yang dianut ( DIN, JIS, ISO, atau SNI ). Jadi, sebagai hasil kalibrasi dengan Koster Interferometer ini blok ukur tersebut dapat dianggap mempunyai angka kualitas tertentu misalnya 00, atau 0. 
Sementara itu, blok ukur kualitas 1, 2, 3. atau 4 biasanya dikalibrasi dengan teknik perbandingan dengan blok ukur kualitas 0 (atau 00) dengan memakai komparator dengan kecermatan 1 μm. Tentu sale, dalam hal yang terakhir ini blok ukur acuan tersebut harus telah lolos dari kalibrasi pada tingkat yang lebih tinggi (misalnya dengan Koster Interferometer) demi untuk menjaga sifat keterlacakan (traceability). 
Ketepatan proses kalibrasi/pengukuran hanya dapatdiketahui melalui pengulangan proses yang dimaksud. Ketelitian atau besarnya kesalahan menentukan kualitas blok ukur. 
2.5 Blok Ukur Presisi 
Blok ukur berbentuk persegi panjang, bulat atau persegi empat, mempunyai 2 sisi sejajar dengan ukuran yang tepat. Blok ukur dapat dibuat dari baja perkakas, baja khrom, baja tahan karat, khrom karbida atau karbida tungsten. Karbida tungsten adalah yang paling keras dan mahal. Dapat diperoleh blok ukur laboratorium dengan jaminan ketelitian + 0,050 μm dan – 0,025 μm untuk panjang nominal 1,5 sampai 25 mm. Blok – blok ini terutama digunakan sebagai pembanding pengukur ketelitian untuk mengukur perkakas, pengukur dan die, dan sebagai standard laboratorium induk untuk mengontrol ukuran selama produksi.
Ketelitiannya hanya berlaku pada 28° C. Dengan menggunakan suatu set yang terdiri dari 88 blok, hampir semua dimensi antara 1,001 sampai 700 mm dapat diukur dengan langkah imbuh sebesar 0,001 mm. 
Mikrometer dan instrument jangka sorong dapat digunakan untuk mengecek toleransi bila berkisar antara 0,0001 dan 0,0005 mm. Bila diperlukan ketelitian sampai micron, diperlukan laboratorium dengan suhu tetap, perlengkapan ukroptik atau elektronik untuk kalibrasi dan pembanding blok ukur. Dapat diperoleh pula blok ukur sudut dengan ketelitian yang menyamai blok ukur presisi. Suatu set yang terdiri dari 16 blok sudah memungkinkan pengukuran sudut dengan ketelitian 1 detik. 
Blok ukur teliti dirakit dengan proses putar. Mula-mula blok dibersihkan dengan cermat. Blok yang satu diletakkan tepat diatas lainnya kemudian diosilasikan sedikit, kemudian digeser dan diputar sedikit dibawah pengaruh tekanan. Selaput cairan antara permukaan blok menyebabkan blok tersebut melekat erat-erat. Blok baja perkakas akan mengalami keausan sebesar 0,001 mm setiap 1000 putaran oleh karena itu bila sering digunakan harus dipilih blok dari bahan yang lebih keras. Blok ukur yang dirangkaikan dengan cara seperti telah dijelaskan tadi harus dilepaskan kembali setelah beberapa jam. 
Dalam set blok ukur karbida terdapat 88 blok dengan dimensi berikut : 
 3 blok; 0,5; 1,00; 1,0005 mm. 
 9 blok dengan imbuhan sebesar 0,001 mm mulai dari 1,001 hingga 1,009 mm. 
 49 blok dengan imbuhan 0,01 mm mulai dari 1,01 hingga 1,49 mm. 
 17 blok dengan imbuhan sebesar 0,5 mm mulai dari 1,5 hingga 9,5 mm. 
 10 blok dengan imbuhan sebesar 10 mm mulai dari 10 hingga 100 mm.
BAB 3 PENUTUP 
Kesimpulan 
1. Pengukuran dalam arti yang umum adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran acuan/pembanding/referensi. 
2. Alat ukur geometrik bisa diklasifikasikan menurut prinsip kerja, kegunaan, atau sifatnya. Dan cara klasifikasi ini yang lebih sederhana adalah klasifikasi menurut sifatnya, di mans alat ukur geometrik dibagi menjadi 5 jenis dasar dan 2 jenis turunan 
3. Pengukuran Kebulatan adalah pengukuran yang dilakukan untuk mencari diameter / kebulatan suatu benda. 
4. Kebulatan dan diameter adalah dua karakter geometris yang berbeda, meskipun demikian keduanya saling berkaitan, ketidak bulatan akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter, sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan menunjukkan ketidak bulatan 
5. Berdasarkan putarannya, maka alat ukur dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu: Jenis dengan sensor putar Jenis dengan meja putar 
6. Untuk memastikan perbedaan ukuran nominal (yang tercantum pada blok ukur) terhadap ukuran sebenarnya paling tidak akan diketahui harganya yaitu sama dengan kecermatan komparator ini dapat diukur dengan Koster Interferometer. 
7. Blok ukur berbentuk persegi panjang, bulat atau persegi empat, mempunyai 2 sisi sejajar dengan ukuran yang tepat. Blok ukur dapat dibuat dari baja perkakas, baja khrom, baja tahan karat, khrom karbida atau karbida tungsten.
DAFTAR PUSTAKA 
Rochim, Taufiq. Spesifikasi, Metrologi, dan Kontrol Kualitas Geomatrik. Bandung : ITB 
Amstead, B.H. 1997. Teknologi Mekanin. Jakarta : Erlangga 
http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/mesn/2003/jiunkpe-ns-s1-2003-24497029-1611- 
bubut_silindris-chapter2.pdf

More Related Content

What's hot

Metrologi pengukuran
Metrologi pengukuranMetrologi pengukuran
Metrologi pengukuranartyudy
 
Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2Arief Efendi
 
Laporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuranLaporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuransholasido
 
1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukur
1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukur1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukur
1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukurWicah
 
1 pengukuran dan kesalahan
1 pengukuran dan kesalahan1 pengukuran dan kesalahan
1 pengukuran dan kesalahanSimon Patabang
 
Laporan pengujian
Laporan pengujianLaporan pengujian
Laporan pengujianChache Go
 
Laporan praktikum jangka sorong
Laporan praktikum jangka sorongLaporan praktikum jangka sorong
Laporan praktikum jangka sorongwindi pujiwati
 
01 pengukuran dan kesalahan1
01 pengukuran dan kesalahan101 pengukuran dan kesalahan1
01 pengukuran dan kesalahan1ocwunj_ft
 
5 pengukuran dan kesalahan
5 pengukuran dan kesalahan5 pengukuran dan kesalahan
5 pengukuran dan kesalahanSimon Patabang
 
Pengenalan alat ukur tanah sederhana
Pengenalan alat ukur tanah sederhanaPengenalan alat ukur tanah sederhana
Pengenalan alat ukur tanah sederhanainka -chan
 

What's hot (19)

Metrologi pengukuran
Metrologi pengukuranMetrologi pengukuran
Metrologi pengukuran
 
Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2
 
Laporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuranLaporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuran
 
Bab 2 teknik pengukuran
Bab 2   teknik pengukuranBab 2   teknik pengukuran
Bab 2 teknik pengukuran
 
2 standar pengukuran
2 standar pengukuran2 standar pengukuran
2 standar pengukuran
 
1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukur
1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukur1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukur
1.penggunaan dan pemeliharaan alat ukur
 
PENGUKURAN LINIER
PENGUKURAN LINIERPENGUKURAN LINIER
PENGUKURAN LINIER
 
1 pengukuran dan kesalahan
1 pengukuran dan kesalahan1 pengukuran dan kesalahan
1 pengukuran dan kesalahan
 
Laporan pengujian
Laporan pengujianLaporan pengujian
Laporan pengujian
 
Kalibrasi restu
Kalibrasi restuKalibrasi restu
Kalibrasi restu
 
Pengukuran, Besaran, dan Satuan
Pengukuran, Besaran, dan SatuanPengukuran, Besaran, dan Satuan
Pengukuran, Besaran, dan Satuan
 
Laporan praktikum jangka sorong
Laporan praktikum jangka sorongLaporan praktikum jangka sorong
Laporan praktikum jangka sorong
 
Bab 7- alat-alat-ukur
Bab 7- alat-alat-ukurBab 7- alat-alat-ukur
Bab 7- alat-alat-ukur
 
01 pengukuran dan kesalahan1
01 pengukuran dan kesalahan101 pengukuran dan kesalahan1
01 pengukuran dan kesalahan1
 
Alat ukur tanah
Alat ukur tanahAlat ukur tanah
Alat ukur tanah
 
1455612461 (1)
1455612461 (1)1455612461 (1)
1455612461 (1)
 
5 pengukuran dan kesalahan
5 pengukuran dan kesalahan5 pengukuran dan kesalahan
5 pengukuran dan kesalahan
 
Iuw 2 pengetahuan alat
Iuw   2 pengetahuan alatIuw   2 pengetahuan alat
Iuw 2 pengetahuan alat
 
Pengenalan alat ukur tanah sederhana
Pengenalan alat ukur tanah sederhanaPengenalan alat ukur tanah sederhana
Pengenalan alat ukur tanah sederhana
 

Viewers also liked

Laporan akhir METROLOGI INDUSTRI UNRI DIAN HARYANTO 1407123394
Laporan akhir METROLOGI INDUSTRI UNRI DIAN HARYANTO 1407123394Laporan akhir METROLOGI INDUSTRI UNRI DIAN HARYANTO 1407123394
Laporan akhir METROLOGI INDUSTRI UNRI DIAN HARYANTO 1407123394dian haryanto
 
Modul 3 dian haryanto 1407123394
Modul 3 dian haryanto 1407123394Modul 3 dian haryanto 1407123394
Modul 3 dian haryanto 1407123394dian haryanto
 
Prinsip pengukuran
Prinsip pengukuranPrinsip pengukuran
Prinsip pengukuranHabdi Rizki
 
ALAT UKUR LISTRIK PMMC
ALAT UKUR LISTRIK PMMCALAT UKUR LISTRIK PMMC
ALAT UKUR LISTRIK PMMCyosferdi
 
Agus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudut
Agus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudutAgus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudut
Agus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudutaguscepot
 
Pengukuran sudut bab3
Pengukuran sudut bab3Pengukuran sudut bab3
Pengukuran sudut bab3LAZY MAGICIAN
 
5 pengukuran kedataran dan kelurusan
5 pengukuran kedataran dan kelurusan5 pengukuran kedataran dan kelurusan
5 pengukuran kedataran dan kelurusanBisrul Tambunan
 
Macam2 alat ukur_penggunaanya
Macam2 alat ukur_penggunaanyaMacam2 alat ukur_penggunaanya
Macam2 alat ukur_penggunaanyasayidah mafisah
 
Modul menggunakan-alat-ukur1
Modul menggunakan-alat-ukur1Modul menggunakan-alat-ukur1
Modul menggunakan-alat-ukur1sumindak1993
 
Alat ukur & pengukuran listrik
Alat ukur & pengukuran listrikAlat ukur & pengukuran listrik
Alat ukur & pengukuran listrikfaqih12
 
4 pengukuran arus dan tegangan
4 pengukuran arus dan tegangan4 pengukuran arus dan tegangan
4 pengukuran arus dan teganganSimon Patabang
 
Kalibrasi - ISO 22000:2005 - HACCP
Kalibrasi - ISO 22000:2005 - HACCPKalibrasi - ISO 22000:2005 - HACCP
Kalibrasi - ISO 22000:2005 - HACCPTRiP Consultant
 
Soal Un kimia-2014-co2-v23
Soal Un kimia-2014-co2-v23Soal Un kimia-2014-co2-v23
Soal Un kimia-2014-co2-v23Annik Qurniawati
 
siapakah pi??
siapakah pi??siapakah pi??
siapakah pi??Lam RoNna
 

Viewers also liked (20)

Laporan akhir METROLOGI INDUSTRI UNRI DIAN HARYANTO 1407123394
Laporan akhir METROLOGI INDUSTRI UNRI DIAN HARYANTO 1407123394Laporan akhir METROLOGI INDUSTRI UNRI DIAN HARYANTO 1407123394
Laporan akhir METROLOGI INDUSTRI UNRI DIAN HARYANTO 1407123394
 
Laporan metro
Laporan metro Laporan metro
Laporan metro
 
Pengantar metrologi industri
Pengantar metrologi industriPengantar metrologi industri
Pengantar metrologi industri
 
Modul 3 dian haryanto 1407123394
Modul 3 dian haryanto 1407123394Modul 3 dian haryanto 1407123394
Modul 3 dian haryanto 1407123394
 
Prinsip pengukuran
Prinsip pengukuranPrinsip pengukuran
Prinsip pengukuran
 
Karakteristik geometris
Karakteristik geometrisKarakteristik geometris
Karakteristik geometris
 
ALAT UKUR LISTRIK PMMC
ALAT UKUR LISTRIK PMMCALAT UKUR LISTRIK PMMC
ALAT UKUR LISTRIK PMMC
 
Agus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudut
Agus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudutAgus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudut
Agus setiyawan tugas metrologi alat ukur linier sudut
 
Pengukuran sudut bab3
Pengukuran sudut bab3Pengukuran sudut bab3
Pengukuran sudut bab3
 
Kesalahan dalam pengukuran
Kesalahan dalam pengukuranKesalahan dalam pengukuran
Kesalahan dalam pengukuran
 
5 pengukuran kedataran dan kelurusan
5 pengukuran kedataran dan kelurusan5 pengukuran kedataran dan kelurusan
5 pengukuran kedataran dan kelurusan
 
Macam2 alat ukur_penggunaanya
Macam2 alat ukur_penggunaanyaMacam2 alat ukur_penggunaanya
Macam2 alat ukur_penggunaanya
 
Modul menggunakan-alat-ukur1
Modul menggunakan-alat-ukur1Modul menggunakan-alat-ukur1
Modul menggunakan-alat-ukur1
 
Quality control
Quality controlQuality control
Quality control
 
Alat ukur & pengukuran listrik
Alat ukur & pengukuran listrikAlat ukur & pengukuran listrik
Alat ukur & pengukuran listrik
 
4 pengukuran arus dan tegangan
4 pengukuran arus dan tegangan4 pengukuran arus dan tegangan
4 pengukuran arus dan tegangan
 
Kalibrasi - ISO 22000:2005 - HACCP
Kalibrasi - ISO 22000:2005 - HACCPKalibrasi - ISO 22000:2005 - HACCP
Kalibrasi - ISO 22000:2005 - HACCP
 
Quality Training
Quality TrainingQuality Training
Quality Training
 
Soal Un kimia-2014-co2-v23
Soal Un kimia-2014-co2-v23Soal Un kimia-2014-co2-v23
Soal Un kimia-2014-co2-v23
 
siapakah pi??
siapakah pi??siapakah pi??
siapakah pi??
 

Similar to OPTIMASI PENGUKURAN KEBULATAN

Bab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptx
Bab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptxBab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptx
Bab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptxssuser8403d0
 
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptxKranaSanz1
 
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptxHjMuliati
 
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptxPPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptxkurniafebrianti3
 
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)Jeremi Mitchell
 
Fisika dasar
Fisika dasarFisika dasar
Fisika dasarfebhy30
 
Fisika dasar
Fisika dasarFisika dasar
Fisika dasarfebhy30
 
Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2LAZY MAGICIAN
 
Besaran, satuan, dan pengukuran
Besaran, satuan,  dan pengukuran   Besaran, satuan,  dan pengukuran
Besaran, satuan, dan pengukuran Nadia Santosa
 
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdfUNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdfAgathaHaselvin
 
rpp besaran dan satuan.pdf
rpp besaran dan satuan.pdfrpp besaran dan satuan.pdf
rpp besaran dan satuan.pdfNurMahmudah14
 
Bab 1 Besaran dan Satuan.ppt
Bab 1 Besaran dan Satuan.pptBab 1 Besaran dan Satuan.ppt
Bab 1 Besaran dan Satuan.pptmarlina sihombing
 

Similar to OPTIMASI PENGUKURAN KEBULATAN (20)

Bab 1 fisika
Bab 1 fisikaBab 1 fisika
Bab 1 fisika
 
Bab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptx
Bab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptxBab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptx
Bab 01. Pengukuran, Besaran dan Satuan.pptx
 
@ Kd 3.2 kls x pengukuran
@ Kd 3.2 kls x pengukuran@ Kd 3.2 kls x pengukuran
@ Kd 3.2 kls x pengukuran
 
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
 
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
 
Besaran Satuan dan Pengukuran
Besaran Satuan dan PengukuranBesaran Satuan dan Pengukuran
Besaran Satuan dan Pengukuran
 
Pengukuran
PengukuranPengukuran
Pengukuran
 
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptxPPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
 
PPT BAB 2 Pengukuran.pptx
PPT BAB 2 Pengukuran.pptxPPT BAB 2 Pengukuran.pptx
PPT BAB 2 Pengukuran.pptx
 
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
 
Fisika dasar
Fisika dasarFisika dasar
Fisika dasar
 
Fisika dasar
Fisika dasarFisika dasar
Fisika dasar
 
Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2
 
Besaran, satuan, dan pengukuran
Besaran, satuan,  dan pengukuran   Besaran, satuan,  dan pengukuran
Besaran, satuan, dan pengukuran
 
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdfUNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
 
Bab I.pptx
Bab I.pptxBab I.pptx
Bab I.pptx
 
rpp besaran dan satuan.pdf
rpp besaran dan satuan.pdfrpp besaran dan satuan.pdf
rpp besaran dan satuan.pdf
 
BAB II
BAB IIBAB II
BAB II
 
Bab 1 Besaran dan Satuan.ppt
Bab 1 Besaran dan Satuan.pptBab 1 Besaran dan Satuan.ppt
Bab 1 Besaran dan Satuan.ppt
 
Bab1 klsx
Bab1 klsxBab1 klsx
Bab1 klsx
 

Recently uploaded

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 

Recently uploaded (20)

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 

OPTIMASI PENGUKURAN KEBULATAN

  • 1. METROLOGI INDUSTRI TUGAS PENGUKURAN KEBULATAN Kelompok 4 : Adittya Yuda H. 061910101020 Yusca Permana Setya 061910101024 Bahtiar Yudhistira 061910101030 Rico Sutalin 061910101032 Ahmad Arif Nur Ismi 061910101034 PROGRAM STUDI STRATA 1 TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER 2008
  • 2. BAB 1 PENDAHULUAN Pengukuran dalam arti yang umum adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran acuan/pembanding/referensi. Proses pengukuran, akan menghasilkan angka yang diikuti dengan nama besaran acuan ini. Bila tidak diikuti nama besaran acuan, hasil pengukuran menjadi tidak berarti. Perhatikan dua kalimat berikut. - “Tinggi gedung itu tiga”. - “Tinggi gedung itu tiga pohon kelapa”. Pada kalimat yang kedua digunakan nama besaran acuan sehingga kalimat tersebut menjadi bermakna. Akan tetapi, besaran acuannya (pohon kelapa) tidak menggambarkan suatu hal yang pasti sehingga masih menimbulkan keraguan. Oleh sebab itu diperlukan suatu besaran acuan yang bersifat tetap, diketahui, dan diterima oleh semua prang. Besaran tersebut harus dibakukan distandarkan. Besaran standar yang dipakai sebagai acuan dalam proses pengukuran harus memenuhi syarat syarat berikut: Dapat didefinisikan secara fisik, Jelas dan „tidak berubah dalam kurun waktu tertentu”, Dan dapat digunakan sebagai pembanding, di mana saja di dunia ini. Besaran standar yang digunakan dalam setiap proses pengukuran dapat merupakan salah satu atau gabungan besaran-besaran dasar. Dalam sistem satuan yang telah disepakati secara internasional (Sl units,International System of units, Le Systeme Internasional d’unites) dikenal tujuh besaran dasar. Setiap besaran dasar mempunyai satuan standar dengan symbol / notasi yang digunakan sebagaimana yang diperlihatkan pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Satuan standar bagi tujuh besaran dasar menurut sistem satuan internasional (SI units). Besaran dasar Nama satuan standar Simbol Panjang Massa Waktu Arus listrik Temperatur termodinamika Jumlah zat Intensitas cahaya meter (meter) kilogram (kilogram) sekon/detik (second) amper (ampere) Kelvin (kelvin) mol (mole) Jilin (candela) m kg s A K mol cd
  • 3. Satuan tambahan Sudut bidang Sudut ruang radial (radian) steradial (steradien) tad sr  Satu radial berarti sudut yang dinyatakan pada suatu bidang (dinamakan “sudut bidang”) di antara dua garis radius (jari-jari suatu lingkaran) yang memotong lingkaran sehingga panjang busur lingkaran yang terpotong sama dengan panjang radius lingkaran yang dimaksud. Karena keliling lingkaran sama dengan 2π x radius maka 1 0 sama dengan 2π/360 rad.  Satu steradial adalah “sudut ruang” yang bermula dari titik pusat bola yang memotong permukaan bola sehingga luasnya sama dengan luas segi empat dengan sisi sama dengan radius bola yang dimaksud. Semua besaran standar bagi setiap pengukuran yang bukan merupakan besaran dasar tersebut di atas adalah merupakan turunan (gabungan) beberapa besaran dasar. Contoh besaran turunan adalah seperti yang tercantum pads tabel 1.2. Tabel 1.2 Contoh besaran turunan dengan satuan standarnya. Besaran turunan Nama satuan standar Simbol Luas bidang Volume Kecepatan Percepatan Gaya Tekanan Energi (kerja) Daya Potensial listrik Tahanan listrik meterpersegi meterkubik meterpersekon meter-per-sekonkuadrat newton pascal joule watt volt ohm m/s m/ N; kg . m/ Pa; N/m2 ; kg/(m.) J; N.m; kg.m2/ W; J/s; kg.m2/ V; W/A; kg.m2/(.A) Q; V/A; kg.m2/(.)
  • 4. Untuk menyingkat penulisan (atau membulatkan) angka hasil pengukuran biasanya digunakan nama depan yang khusus dibuat untuk mengawali nama satuan standar. Dalam sistem satuan internasional ini dikenal beberapa nama depan yang berfungsi sebagai pernyataan hasil kali dengan bilangan pokok sepuluh bagi nama- nama satuan standar (balk untuk besaran dasar maupun turunan), lihat tabel 1.3. Tabel 1.3 Pemakaian nama depan sebagai cara untuk menyingkat/membulatkan penulisan angka hasil pengukuran. Digunakan bilangan pokok sepuluh sebagai pengali/pembagi angka yang dinyatakan dengan satuan standir, baik untuk besaran dasar maupun besaran turunan. Faktor pengali Nama depan Simbol Contoh 1018 1015 1012 109 106 103 102 101 - 10-1 10-2 10-3 10-6 10-9 10-12 10-15 10-18 eksa (exa) peta (peta) tera (tera) giga (giga) mega (mega) kilo (kilo) hekto (hecto) deka (deca) - desi (deci) senti (centi) mill (milli) mikro (micro) nano (nano) piko (pico) femto (femto) ato (afro) E P T G M K h da - d c m μ n p f a 1 kg = 103 g 1 MW = 106 W 1 cm = 10-2 m 1 mm = 10-3 m 1 μm = 10-6 m 1 nm = 109 m Catatan; nama depan ini tidak boleh diulang meskipun yang diperuntukkan bagi satuan standar massa. Karena satuan standar besaran dasar massa adalah 1 kg make, misalnya dalam menyatakan seribu kali 1 kg tidak boleh dituliskan dengan: 1 kkg
  • 5. Alat ukur geometrik bisa diklasifikasikan menurut prinsip kerja, kegunaan, atau sifatnya. Dan cara klasifikasi ini yang lebih sederhana adalah klasifikasi menurut sifatnya, di mans alat ukur geometrik dibagi menjadi 5 jenis dasar dan 2 jenis turunan yaitu, Jenis Dasar: 1. Alat ukur langsung; yang mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Kecermatannya rendah s.d. menengah (1 s.d. 0.002 mm). Hasil pengukuran dapat langsung dibaca pads skala tersebut. Gambar. Alat ukur langsung 2. Alat ukur pembanding/komperator; yang mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Umumnya memiliki kecermatan menengah (≥ 0.01 mm: cenderung disebut pembanding) s.d. tinggi (≥ 0.001) mm; lebih ser ing dinamakan komparator) tetapi kapasitas atau daerah skala ukurnya terbatas. Alat ukur ini hanya digunakan sebagai pembacaan besarnya se!isih suatu dimensi terhadap ukuran standar. Gambar. Alat ukur pembanding/komperator 3. Alat ukur acuan/standar; yang mampu memberikan atau menunjukkan suatu harga ukuran tertentu. Digunakan sebagai, acuan bersamasama dengan alai ukur pembanding untuk menentukan dimensi suatu objek ukur. Dapat mempunyai skala sepert i yang dimiliki alai ukur standar yang dapat diatur harganya atau tak memiliki skala karena hanya mempunyai satu hence nominal. Gambar. Alat ukur acuan/standar 4. Alat ukur batas (kaliber); yang mampu menunjukkan apakah suatu dimensi, bentuk, dan/atau posisi terletak di dalam atau di luar daerah toleransinya.
  • 6. Dapat memiliki skala, tetapi lehih sering tak mempunyai skala karena memang dirancang untuk pemeriksaan toleransi suatu objek ukur yang tertentu (khas, spesifik). Gambar. Alat ukur batas (kaliber) 5. Alat ukur bantu; yang tidak termasuk sebagai alai ukur dalam anti yang sesungguhnya akan tetapi memiliki peranan pent ing dalam pelaksanaan suatu proses pengukuran geometrik. Jenis Turunan: 6. Alat ukur khas (khusus, spesifik); yang dibuat khusus untuk mengukur geometri yang khas misalnya kekasaran permukaan, kebulatan, profit gigs suatu roda - gigi dsb. Termasuk dalam kategori ini adalah yang dirancang untuk kegunaan tertentu, misalnya Koster Inter - Terometer untuk mengkalibrasi blok ukur. Selain mekanismenya yang khas, alai ukur jenis ini dapat memil iki skala dan dapat dilengkapi alat pencatat atau penganalisis data. Gambar. Alat ukur khas (khusus, spesifik) 7. Alat ukur koordinat; yang memiliki sensor yang dapat digerakkan dalam ruang. Koordinat sensor dibaca matelot t iga skala yang disusvn sepert i koordinat kartesian (X,Y,Z). Dapat dilengkapi dengan sumbu cuter (koordinat polar). Memer lukan penganalisis data tit ik-t it ik koordinat untuk diproses menjadi informasi yang lebih jelas (diameter lubang, jarak sumbu dsb). Gambar. Alat ukur koordinat
  • 7. Menghadapi masalah pengukuran membuat kita berpikir untuk menetapkan metoda atau cara pengukuran yang terbaik dan jenis alat ukur menurut sifatnya seperti di atas dipilih. Berdasarkan hal ini, proses pengukuran pun bisa diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Proses pengukuran langsung, 2. Proses pengukuran tak langsung, 3. Proses pemeriksaan toleransi (dengan kaliber betas). 4. Proses perbandingan dengan bentuk acuan (standar), 5. Proses pengukuran geometri khusus, dan 6. Proses pengukuran dengan mesin ukur koordinat. Contoh Soal dan Soal Blok Ukur di Catatan - Buat susunan balok ukur tebal dasar 1 mm pada 159,8675 mm Selang Kenaikan Jumlah Blok 1,001 – 1,009 1,01 – 1,49 0,5 – 24,5 25 – 100 1,0005 0,001 0,01 0,5 25 - 9 49 49 4 1 Jawab : 159,8675 – 1,0005 – 1,007 – 1,36 – 6,5 – 100 – 50 = 0 Jadi, balok ukur yang dipakai adalah 1,0005; 1,007; 1,36; 6,5; 100; 50 - Soal – soal pada catatan : 1. Buat susunan balok ukur tebal dasar 2 mm pada 159,8675 mm ? 2. Jelaskan tentang skala nonius ? 3. Jelaskan tentang kesalahan paralaks dan cara mengatasinya? 4. Jelaskan tentang kalibrasi bertingkat serta keuntungan kalibrasi bertingkat?
  • 8. BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengukuran Kebulatan Pengukuran Kebulatan adalah pengukuran yang dilakukan untuk mencari diameter / kebulatan suatu benda. Berbeda dengan pemeriksaan secara perbandingan, pengukuran geometri khusus benar-benar mengukur geometri ybs. Dengan mernperhatikan imajinasi daerah toleransinya, alas ukur dan prosedur pengukuran dirancang dan dilaksanakan secara khusus. Berbagai masalah pengukuran geometri umumnya ditangani dengan cars ini, misalnya kekasaran permukaan, kebulatan poros atau lubang, geometri ulir, dan geometri roda gigi. Gambar 1 memperlihatkan contoh pengukuran kebulatan dan roda-gigi. Gambar dengan keterangan yang diberikan dimaksudkan untuk menunjukkan contoh kerumitan dan kedalaman permasalahan pengukuran geometri. Teknologi seperti ini akan diulas lebih lanjut serta perlu dikaji dan dipahami sepenuhnya. Dengan menghayati pengukuran, perancangan dan pembuatan berbagai komponen mesin dan peralatan pabrik akan lebih mudah untuk dikuasai. 2.2 Persyaratan Pengukuran Kebulatan Kebulatan dan diameter adalah dua karakter geometris yang berbeda, meskipun demikian keduanya saling berkaitan, ketidak bulatan akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter, sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan menunjukkan ketidak bulatan. Sebagai contoh, penampang-penampang poros dengan dua tonjolan beraturan (ellips) akan dapat diketahui kebulatannya bila diukur dengan sensor dengan posisi bertolak belakang (180), misalnya dengan mikrometer. Akan tetapi mikrometer tidak dapat menunjukkan ketidakbulatan bila digunakan untuk mengukur penampang poros dengan jumlah tonjolan beraturan ganjil (3, 5, 7 dan sebagainya). Tonjolan ganjil dengan jumlah dibawah 10 tidak dapat dilakukan pengukuran dengan dial indicator, karena akan mempengaruhi dari jarak ukur dari titik pusat dan juga ada beberapa bagian tidak dapat disentuh oleh jarum pengukur dial indicator. Pengukuran kebulatan dari poros tersebut adalah dengan cara meletakkan pada blok V dan kemudian memutarnya dengan menempelkan sensor jam ukur di atasnya, hal ini merupakan cara klasik untuk mengetahui kebulatan. Bila penampang poros berbentuk ellips maka jarum ukur tidak dapat menunjukkan penyimpangan yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa sewaktu benda ukur diputar di atas blok V terjadi perpindahan pusat
  • 9. benda ukur, sehingga jarak perpindahan sensor jam ukur akan dipengaruhinya. 2.3 Alat Ukur Kebulatan Berdasarkan putarannya, maka alat ukur dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1. Jenis dengan sensor putar 2. Jenis dengan meja putar Ciri-ciri dari kedua jenis tersebut adalah: Jenis dengan sensor putar:  Spindel (poros utama) yang berputar hanya menerima beban yang ringan dan tetap. Dengan demikian ketelitian yang tinggi bisa dicapai dengan membuat konstruksi yang cukup ringan.  Meja untuk meletakkan benda ukur tidak mempengaruhi sistem pengukuran. Benda ukur yang besar dan panjang tidak merupakan persoalan. Jenis dengan meja putar:  Karena sensor tidak berputar, maka berbagai pengukuran dengan kebulatan pengukuran dengan kebulatan dapat dilaksanakan, misalnya konsentris, kelurusan, kesejajaran dan ketegaklurusan.  Berat benda ukur terbatas, karena keterbatasan kemampuan spindel untuk menahan beban. Penyimpangan letak titik berat benda ukur relatif terhadap sumbu putar dibatasi. Gambar 1.a Pengukuran Kebulatan Keterangan : 1. Lingkaran kiri atas → Lingkaran luar minimum 2. Lingkaran kiri bawah → Lingkaran daerah minimum 3. Lingkaran kanan atas → Lingkaran dalam maksimum 4. Lingkaran kanan bawah → Lingkaran kuadrat terkecil Contoh profil kebulatan sebagai hasil pengukuran dengan alat ukur kebulatan dapat dianalisis berdasarkan empat cara yaitu cara lingkaran luar minimum, lingkaran dalam maksimum, lingkaran daerah minimum (MRZ) dan lingkaran kuadrat terkecil (masing-
  • 10. masing bisa menghasilkan harga parameter kebulatan ΔR yang berbeda). Menurut ISO cara analisis WRZ (Minimum Radial Zone) adalah sesuai dengan makna toleransi kebulatan: perhatikan pernyataan toleransi kebulatan seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.d Gambar 1.b Pengukuran Kebulatan Keterangan: Gambar diatas terdiri dari : 1. Spidel sensor putar. 2. Lengan sensor putar. 3. Sensor. 4. Bagian benda ukur (crank-shaft) yang diukur kebulatannya. 5. Pemutar untuk mengatur benda ukur (sentering dan leveling). Kebulatan hanya bisa diukur dengan benar dengan alat ukur kebulatan jenis sensor putar also meja puler. Berdasarkan profit kebulatan yang terekam pada grafik polar bisa ditentukan harga parameter kebulatannya (lihat gambar 1.a). Janis sensor polar bisa digunakan untuk mengukur benda yang panjang den berat. Titik berat benda tidak perlu harus berimpit dengan sumbu putar sensor, lihat gambar di samping. Pemakaian jenis meja putar dibatasi oleh berat benda serta titik beratnya tidak bisa terlalu jauh terhadap sumbu putar. Meskipun demikian, jenis meja putar (lihat gambar 1.c dan 1.d) lebih mudah dalam pemakaiannya (penyetelan kemiringan den kesenteran benda ukur). Penggabungan gerakan translasi sensor dapat dilakukan se- hingga bisa digunakan untuk pengukuran kelurusan serta kesalahan bentuk yang lain, lihat gambar 1.e. Pemakaian komputer untuk analis data memang sangat membantu seperti halnya dalam pengukuran kebulatan.
  • 11. Gambar 1.c Pengukuran Kebulatan Keterangan : Contoh alat ukur kebulatan jenis meja putar yang terdiri dari : 1. Sensor berfungsi ganda untuk pengukuran kebulatan dan kelurusan pada arah vertikal 2. Meja putar dengan pengatur posisi benda ukur (sentering dan leveling). Gambar 1.d Pengukuran Kebulatan Keterangan : Contoh alat ukur kebulatan jenis meja putar yang terdiri dari : 1. Unit peraga (CRT display) 2. Unit komputer 3. Unit elektronik 4. Unit perekam 5. Panel control Gambar 1.e Pengukuran Kebulatan Keterangan : Dengan alat ukur kebulatan jenis meja putar dimungkinkan pengukuran berbagai kesalahan bentuk. Misalnya, kebulatan, kesejajaran, ketegaklurusan, kesamaan sumbu dan kelurusan.
  • 12. Gambar 1.f Pengukuran kebulatan Keterangan : Alat ukur variasi pits (pada lingkaran dasar) dengan tumpuan silinder / bola Gambar 1.g Pengukuran kebulatan Keterangan : Alat ukur variasi pits (pada lingkaran dasar) dengan tumpuan rahang Gambar 1.h Pengukuran Kebulatan Keterangan : Prinsip keria alat ukur profil involut dan contoh grafik hasil pengukuran. Roda Gigi disatukan dengan sektor lingkaran yang merupakan lingkaran dasar pembentuk involut bagi roda gigi ybs. Jika sektor lingkaran tsb diputar sebesar ψ maka komponen yang menempel diatasnya akan bergerak translasi sejauh rbψ. Sementara itu sensor yang ditempatkan persis pada tepinya juga akan ikut bergerak translasi sambil menggeser pada sisi roda-gigi. Karena gerakan sensor relatif terhadap sisi roda-gigi tsb merupakan gerakan involut murni maka kesalahan profil roda-gigi ybs akan terbaca oleh sensor. Contoh metrologi Roda-Gigi. Kesalahan Pits (jarak antar gigi) dapat diperiksa dengan lebih praktis dengan rnengukurnya pada lingkaran dasar. Kesalahan pits ini perlu dibatasi terutama bagi roda-gigi penerus daya dan penerus putaran yang teliti. Sementara itu, profil gigi yang berupa involute dapat diukur dengan alat ukur profil. Kesalahan bentuk
  • 13. profil involute ini akan mengurangi keandalan roda-gigi dan kebisingan akan timbul jika roda gigi ybs. dioperasikan. 2.4 Blok Ukur Blok ukur yang akan dikalibrasi terlebih dahulu diukur tebal/tinggi nominalnya dengan memakai komparator dengan kecermatan misalnya 1 μm. Dengan demikian, bila ada perbedaan ukuran nominal (yang tercantum pada blok ukur) terhadap ukuran sebenarnya paling tidak akan diketahui harganya yaitu sama dengan kecermatan komparator. Untuk memastikan perbedaan tersebut blok ukur ini dapat diukur dengan Koster Interferometer. Serupa dengan model Michelson. Koster Interferometer menggunakan pelat galas dengan orientasi 45° sebagai komponen pemisah clan pernersatu berkas sinar monokromatik. Gambar 2.a memperlihatkan skema bagian-bagian Koster Interferometer dengan penjelasan sebagai berikut.  Sumber cahaya; beberapa lampu tabung dengan isi gas mulls Ne, He, Ar, atau Kr dapat dipasang secara bergantian. Biasanya digunakan kombinasi 2 s.d. 4 macam lampu tabung dengan isi gas yang berbeda-beda untuk mengkalibrasi blok ukur dengan ukuran nominal 0.5 s.d. 120 mm. Suatu lampu dengan berkas cahaya putih (Halogen) dapat di unakan untuk mengkalibrasi blok ukur dengan panjang nominal ≥ 120 mm (lihat penjelasan berikut mengenai pemakaiannya).  Susunan prisma Fabry-Perrot; berkas cahaya yang telah disejajarkan oleh susunan lensa kolimator diarahkan ke susunan prisma yang akan memecah berkas cahaya ini menjadi fraksi berkas-berkas cahaya monokromatik dengan sudut bias yang beragam. Salah saw berkas cahaya monokromatik dengan panjang gelombang (warna) tertentu dib:askan dengan sudut 90° ke bawah. Janis berkas yang diteruskan ke bawah ini dapat dipilih (marsh, kuning, hijau, atau biru dengan memutar susunan prisma Fabry-Perrot.  Pelat gelas dan cermin interferator: berkas cahaya monokromatik dipisahkan dan digabungkan kembali (tidak tergabung kembali 100%, sebab ada yang terpantul dan terbias ke arah lain) oleh pelat gelas berorientasi 45º . Bila pada Michelson Interferometer penggabungan ini akan menyebabkan proses interferensi: yang sama untuk selebar penampang berkas, pada Koster Interferometer proses interferensi akan terjadi dengan bentuk baris-baris berkas gelap terang akibat posisi "cermin-bawah" dibuat sedikit miring (tidak tegak-lurus sempurna) terhadap 'sumbu" berkas sinar.
  • 14.  Meja & blok ukur; blok ukur dengan ukuran nominal tertentu diletakkan di atas meja. Karena permukaan blok ukur clan permukaan meta dibuat rata dan halos (mirror finishing) berkas cahaya akan terpantulkan (berfungsi serupa dengan "cermin- bawah" pada Michelson Interferometer). Karena posisi meja sedikit dimiringkan maka berkas cahaya yang dipantulkan akan tergabung dengan berkas cahaya pantulan "cermin-kanan" yang menghasilkan proses interferensi baris-baris gelap-terang serupa dengan yang terjadi pada pelat gelas yang sedikit dimiringkan terhadap cermin dibawahnya.  Teleskop: fokus teleskop ditetapkan sehingga permukaan meja dan permukaan alas blok ukur terlihat dengan jelas. Melalui okuler pengamat dapat memperhatikan posisi baris-baris gelap di atas blok ukur relatif terhadap baris-baris gelap di atas meja. Gambar 2.a Blok Ukur Keterangan: Interferometer diatas terdiri dari : 1. Teleskop 2. Blok ukur 3. Cermin 4. Lampu cahaya putih 5. Lensa pengarah 6. Kollimator 7. Prisma dispersi 8. Lampu tabung : Ne; He; Ar; Kr 9. Pengatur kemiringan dan ketinggian meja
  • 15. Gambar 2.b Blok Ukur Keterangan : Berkas cahaya yang diteruskan kebawah bias dipilih dengan memutar prisma Gambar 2.c Blok Ukur Keterangan : Garis - garis interferensi yang terlihat pada permukaan blok ukur dapat mempunyai perbedaan posisi dengan yang terlihat pada permukaan meja. Gambar 2.d Blok Ukur Keterangan : Garis - garis interferensi pada permukaan blok ukur dan meja Gambar 2 adalah Koster Interferometer yang dimanfaatkan untuk mengkalibrasi blok-ukur (gauge/ gage block) . Me ja d i at as mana blok ukur di let akkan diatur sedik it mir ing. Akibatnya, terjadi interferensi yang terlihat sebagai garis-garis di permukaan meja dan di permukaan blok ukur. Berdasarkan posisi garis - garis ini, yang bisa menyatu atau sedikit menggeser, dilakukan interpolasi posisi garis di atas permukaan blok ukur terhadap garis di permukaan meja. Melalui perbandingan hasil yang diperoleh dari misalnya 3 berkas dengan spektrum yang berbeda dapat diketahui perbedaan tebal (ketinggian) blok-ukur terhadap harga nominalnya. analisis pengamatan; bila ket inggian permukaan blok ukur relat if
  • 16. terhadap permukaan meja (t) benar-benar merupakan kelipatan setengah panjang gelombang berkas sinar; t = ( a + bi ) ½ λ di mana (a + bi) = bilangan genap atau ganjil; a bilangan mulai dari puluhan ke atas, bi bilangan satuan. Maka, interferensi di permukaan blok ukur akan segaris dengan interferensi di permukaan meja. Bila kondisi di atas tak dipenuhi, garis interferensi (baris gelap) di permukaan blok ukur tidak akan segaris dengan garis di permukaan meja. Jarak geseran garis (ditentukan berdasarkan kemiringan meja; dimulai dari posisi yang tinggi ke arah posisi yang rendah) dapat diperkirakan (diinterpolasikan; misalnya dengan kecermatan 0.2 jarak garis gelap ke garis gelap berikutnya) dan dinyatakan dengan suatu angka desimal f = fraksi). Jika pengukuran diulang dengan memakai tiga atau empat spektrum (warns cahaya; 1 = merah, 2 = kuning, 3 = hijau, 4 = biru; dengan memutar prisma Fabry-Perroti diperoleh persamaan: t = ( a + b1 + f1 ) ½ λ1 t = ( a + b4 + f4 ) ½ λ4 Berdasarkan pengamatan f, dengan mengetahui A, , setelah dikoreksi akibat perbedaan dengan kondisi udara standar (temperatur, tekanan, dan kelembaban) dapat diketahui harga b,. Sementara itu, harga a tak perlu dihitung sebab dalam hal ini yang kita inginkan adalah menentukan perbedaannya secara cermat (bisa sampai kecermatan 0.01 μm) setelah kita mengetahui ketinggian blok ukur sebagai hasil pengukuran dengan memakai komparator dengan kecermatan 1 pm. Dari 3 atau 4 harga b, dan f, inilah ditetapkan harga koreksi yang terbaik bagi ketinggian nominal blok ukur. Bila perlu, untuk menaikkan kepercayaan kita atas kebenaran kalibrasi blok ukur, proses pengukuran diulang dengan memakai lampu tabung gas yang lainnya (He. Ne, Ar. Kr, atau Cd). Hasil pengukuran mungkin dapat berbeda-beda (pada angka desimal tingkat tertentu). Hal seperti ini merupakan suatu kewajaran dalam proses pengukuran. Ketepatan proses pengukuran, yaitu sampai sejauh mana hasilnya bisa berbeda bila dilakukan
  • 17. pengulangan, dapat didefinisikan serupa dengan usaha orang untuk mendefinisikan harga rata-rata. Bagi blok ukur dengan ukuran nominal > 120 mm pengaturan fokus teleskop akan menjadi sulit. Jika fokus diatur sehingga permukaan blok ukur terlihatjelas, pada seat itu permukaan meja akan terlihat kabur, dan demikian pula hal sebaliknya. Pada kondisi ini penentuan f,. jarak geseran garis-garis interferensi, akan menjadi sulit. Oleh sebab itu, kalibrasi dilakukan dengan membandingkan blok ukur dengan satu blok ukur (atau susunan blok ukur yang telah dikalibrasi) sebagai acuan yang memiliki kualitas yang sama (atau yang lebih tinggi). Kedua blok ukur ini diletakkan berdampingan di atas meja. Pada cars perbandingan ini digunakan berkas cahaya putih (prisms fabry-perrot diganti dengan cermin). Kualitas pembuatan blok ukur ditentukan oleh standar. Dalam hal ini kualitas tersebut dikaitkan dengan ketelitian ukuran nominalnya. Berdasarkan hasil kalibrasi dapat diketahui harga kesalahan ketinggian nominal blok ukur. Toleransi kesalahan ini dibuat sesuai dengan ketinggian/ketebalan nominalnya, L, yaitu: δ = ± α L ; μm Harga α ditetapkan sesuai dengan angka kualitas menurut standar kalibrasi yang dianut ( DIN, JIS, ISO, atau SNI ). Jadi, sebagai hasil kalibrasi dengan Koster Interferometer ini blok ukur tersebut dapat dianggap mempunyai angka kualitas tertentu misalnya 00, atau 0. Sementara itu, blok ukur kualitas 1, 2, 3. atau 4 biasanya dikalibrasi dengan teknik perbandingan dengan blok ukur kualitas 0 (atau 00) dengan memakai komparator dengan kecermatan 1 μm. Tentu sale, dalam hal yang terakhir ini blok ukur acuan tersebut harus telah lolos dari kalibrasi pada tingkat yang lebih tinggi (misalnya dengan Koster Interferometer) demi untuk menjaga sifat keterlacakan (traceability). Ketepatan proses kalibrasi/pengukuran hanya dapatdiketahui melalui pengulangan proses yang dimaksud. Ketelitian atau besarnya kesalahan menentukan kualitas blok ukur. 2.5 Blok Ukur Presisi Blok ukur berbentuk persegi panjang, bulat atau persegi empat, mempunyai 2 sisi sejajar dengan ukuran yang tepat. Blok ukur dapat dibuat dari baja perkakas, baja khrom, baja tahan karat, khrom karbida atau karbida tungsten. Karbida tungsten adalah yang paling keras dan mahal. Dapat diperoleh blok ukur laboratorium dengan jaminan ketelitian + 0,050 μm dan – 0,025 μm untuk panjang nominal 1,5 sampai 25 mm. Blok – blok ini terutama digunakan sebagai pembanding pengukur ketelitian untuk mengukur perkakas, pengukur dan die, dan sebagai standard laboratorium induk untuk mengontrol ukuran selama produksi.
  • 18. Ketelitiannya hanya berlaku pada 28° C. Dengan menggunakan suatu set yang terdiri dari 88 blok, hampir semua dimensi antara 1,001 sampai 700 mm dapat diukur dengan langkah imbuh sebesar 0,001 mm. Mikrometer dan instrument jangka sorong dapat digunakan untuk mengecek toleransi bila berkisar antara 0,0001 dan 0,0005 mm. Bila diperlukan ketelitian sampai micron, diperlukan laboratorium dengan suhu tetap, perlengkapan ukroptik atau elektronik untuk kalibrasi dan pembanding blok ukur. Dapat diperoleh pula blok ukur sudut dengan ketelitian yang menyamai blok ukur presisi. Suatu set yang terdiri dari 16 blok sudah memungkinkan pengukuran sudut dengan ketelitian 1 detik. Blok ukur teliti dirakit dengan proses putar. Mula-mula blok dibersihkan dengan cermat. Blok yang satu diletakkan tepat diatas lainnya kemudian diosilasikan sedikit, kemudian digeser dan diputar sedikit dibawah pengaruh tekanan. Selaput cairan antara permukaan blok menyebabkan blok tersebut melekat erat-erat. Blok baja perkakas akan mengalami keausan sebesar 0,001 mm setiap 1000 putaran oleh karena itu bila sering digunakan harus dipilih blok dari bahan yang lebih keras. Blok ukur yang dirangkaikan dengan cara seperti telah dijelaskan tadi harus dilepaskan kembali setelah beberapa jam. Dalam set blok ukur karbida terdapat 88 blok dengan dimensi berikut :  3 blok; 0,5; 1,00; 1,0005 mm.  9 blok dengan imbuhan sebesar 0,001 mm mulai dari 1,001 hingga 1,009 mm.  49 blok dengan imbuhan 0,01 mm mulai dari 1,01 hingga 1,49 mm.  17 blok dengan imbuhan sebesar 0,5 mm mulai dari 1,5 hingga 9,5 mm.  10 blok dengan imbuhan sebesar 10 mm mulai dari 10 hingga 100 mm.
  • 19. BAB 3 PENUTUP Kesimpulan 1. Pengukuran dalam arti yang umum adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran acuan/pembanding/referensi. 2. Alat ukur geometrik bisa diklasifikasikan menurut prinsip kerja, kegunaan, atau sifatnya. Dan cara klasifikasi ini yang lebih sederhana adalah klasifikasi menurut sifatnya, di mans alat ukur geometrik dibagi menjadi 5 jenis dasar dan 2 jenis turunan 3. Pengukuran Kebulatan adalah pengukuran yang dilakukan untuk mencari diameter / kebulatan suatu benda. 4. Kebulatan dan diameter adalah dua karakter geometris yang berbeda, meskipun demikian keduanya saling berkaitan, ketidak bulatan akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter, sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan menunjukkan ketidak bulatan 5. Berdasarkan putarannya, maka alat ukur dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu: Jenis dengan sensor putar Jenis dengan meja putar 6. Untuk memastikan perbedaan ukuran nominal (yang tercantum pada blok ukur) terhadap ukuran sebenarnya paling tidak akan diketahui harganya yaitu sama dengan kecermatan komparator ini dapat diukur dengan Koster Interferometer. 7. Blok ukur berbentuk persegi panjang, bulat atau persegi empat, mempunyai 2 sisi sejajar dengan ukuran yang tepat. Blok ukur dapat dibuat dari baja perkakas, baja khrom, baja tahan karat, khrom karbida atau karbida tungsten.
  • 20. DAFTAR PUSTAKA Rochim, Taufiq. Spesifikasi, Metrologi, dan Kontrol Kualitas Geomatrik. Bandung : ITB Amstead, B.H. 1997. Teknologi Mekanin. Jakarta : Erlangga http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/mesn/2003/jiunkpe-ns-s1-2003-24497029-1611- bubut_silindris-chapter2.pdf