1. TUGAS DASAR MEKANIKA KALOR
PENGUKURAN FISIKA DASAR
OLEH
NAMA : LINDA ROSITA
NIM : 4173131020
KELAS : KIMIA DIK B 2017
JURUSAN : KIMIA
PROGRAM : S-1 PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
2. PEMBAHASAN
A. Pengertian Besaran
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur, dihitung, memiliki nilai dan satuan. Besaran menyatakan
sifat dari benda. Sifat ini dinyatakan dalam angka melalui hasil pengukuran. Oleh karena satu besaran
berbeda dengan besaran lainnya, maka ditetapkan satuan untuk tiap besaran. Satuan juga menunjukkan
bahwa setiap besaran diukur dengan cara berbeda.
Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Besaran fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran, karena diperoleh dari pengukuran maka harus
ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa.
2. Besaran non fisika yaitu besaran yang diperoleh dari perhitungan .dalam hal ini tidak perlukan alat ukur
tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh besaran non fisika adalah jumlah.
Besaran fisika sendiri dibagi menjadi 2 macam :
1. Besaran Pokok
Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak diturunkan
dari besaran lain. Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya didefinisikan sendiri dan sebagai
dasar untuk mendefinisikan besaran lainnya (Harsono, 1994).
2. Besaran turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran pokok atau besaran yang
didapat dari penggabungan besaran-besaran pokok.
No Besaran Pokok Satuan Internasional(SI) Alat Ukur
Nama Besaran Simbol
Besaran
Nama
Satuan
Simbol
satuan
Dimensi
1 Panjang L Meter M L Mistar,Jangka Sorong,Mikrometer
Sekrup
2 Massa M Kilogram Kg M Neraca
3 Waktu t Detik S T Arloji,Stopwatch
4 Suhu T Kelvin K - Termometer
5 Kuat Arus I Ampere A I Amperemeter
6 Intentitas Cahaya J Candela Cd J Lightmeter
7 Jumlah Zat n Mol Mol N -
3. Untuk lebih memperjelas pengertian besaran turunan, perhatikan beberapa besaran turunan yang
satuannya diturunkan dari satuan besaran pokok berikut ini
Luas = panjang x lebar
= besaran panjang x besaran panjang
= m x m
= 𝑚2
Volume = panjang x lebar x tinggi
= besaran panjang x besaran panjang x besaran Panjang
= m x m x m
= 𝑚3
Kecepatan = jarak / waktu
= besaran panjang / besaran waktu
= m / s
Selain itu, berdasarkan ada tidaknya arah, besaran juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Besaran skalar yaitu besaran yang mempunyai besar dan satuan saja tanpa memiliki arah.
Contoh : panjang, massa, waktu
2. Besaran vektor yaitu besaran yang memiliki besar (nilai), satuan dan arah.
Contoh : kecepatan, gaya, perpindahan,dll.
B. Pengertian Satuan
Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari suatu besaran. Adanya
berbagai macam satuan untuk besaran yang sama akan menimbulkan kesulitan. Kalian harus
melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu untuk memecahkan persoalan yang ada. Dengan adanya
kesulitan tersebut, para ahli sepakat untuk menggunakan satu sistem satuan, yaitu menggunakan satuan
standar Sistem Internasional, disebut Systeme Internationale d’Unites (SI).
Satuan Internasional adalah satuan yang diakui penggunaannya secara internasional serta memiliki
standar yang sudah baku. Satuan ini dibuat untuk menghindari kesalahpahaman yang timbul dalam
bidang ilmiah karena adanya perbedaan satuan yang digunakan
No Besaran MKS CGS
1 Panjang m Cm
2 Massa kg gram, ons, pounds
3 Waktu detik menit, jam, hari
4 Gaya newton Dyne
5 Energi joule kalori, erg
6 Suhu kelvin Celcius, Fahrenheit, Reamur
Besaran Turunan Nama Satuan Lambang Satuan
Kecepatan meter/sekon m/s
Massa jenis kilogram/meter3 kg/m3
Luas meter2 m2
Volume meter3 m3
Gaya newton N
energi Newton.meter = joule N.m = j
4. Sistem Satuan Internasional (SI) : Sistem satuan yang berlaku secara internasional (mendunia). Sistem
Satuan Internasional (SI) di bagi menjadi dua, yaitu:
a) Sistem MKS : (Meter, kilogram, sekon, atau detik).
b) Sistem CGS : (Sentimeter, gram, sekon, atau detik).
C. Pengukuran
1. Pengertian pengukuran
Suryabrata (1984) mendefinisikan secara sederhana bahwa pengukuran terdiri atas aturan-aturan
untuk mengenakan bilangan-bilangan kepada sesuatu obyek untuk mempresentasikan kuantitas atribut
pada obyek tersebut. Hamalik (1989), menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas hasil pengukuran itu
banyak bergantung pada jenis dan mutu alat ukur yang digunakan.
Pengukuran adalah tindakan yang bertujuan untuk menentukan kuantitas dimensi suatu besaran
pada suatu sistem, dengan cara membandingkan dengan satu satuan dimensi besaran tersebut. Dalam
fisika, Pengukuran merupakan dasar utama guna mencari korelasi atau interpretasi dan juga untuk
membandingkan hasil pengukuran dengan prediksi teorirtis.
Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur
yang digunakan sebagai satuan. Sebagai contoh untuk mengukur besaran panjang digunakan alat ukur
mistar dan menggunakan satuan meter. Sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka
disebut besaran, sedangkan pembanding dalam suatu pengukuran disebut satuan. Satuan yang
digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua orang disebut
satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang tidak
sama untuk orang yang berlainan disebut satuan tidak baku.
Dalam fisika kegiatan mengukur memiliki peranan yang sangat penting. Semua besaran yang
dikaji dalam fisika dapat diukur baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran dalam fisika
bertujuan untuk memperoleh data empiris untuk mendukung suatu teori yang logis. Teori logis yang
sesuai dengan data empiris inilah yang dimaksud dengan pengetahuan ilmiah.
Pengukuran yang dilakukan dengan benar akan memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :
a. Membuat gambaran melalui karakteristik dari suatu object yang kita teliti.
b. Dalam industri dapat digunakan sebagai alat komunikasi dari mulai riset, operator, pengujian sampai
dengan jaminan mutu terhadap produk yang dihasilkan.
c. Dapat digunakan sebagai dasar melakukan prediksi terhadap sesuatu yang akan terjadi.
d. Sebagai pengendalian serta jaminan mutu.
2. Macam-macam alat ukur
a. Pengukuran panjang
1. Mistar
Mistar adala alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran panjang. Ada
beberapa jenis mistar sesuai dengan skalanya. Mistar yang skala terkecilnya 1
mm kita sebut mistar berskala mm. Mistar yang skala terkecilnya 1 cm kita sebut
dengan mistar berskala cm. Satu bagian skala terkecil mistar ini adalah 1 mm
atau 0,1 cm. Oleh karena itu ketelitian mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm.
Ketika kita akan mengukur panjang suatu objek dengan menggunakan sebuah
mistar kita letakan ujung mistar yang menunjukan nilai nol ke ujung objek yang
5. akan diukur, kemudian baca panjang skala yang terdekat dengan ujung objek yang diukur tersebut.
Angka tersebut menunjukan panjang objek yang kita ukur Untuk pengukuran dengan menggunakan
mistar atau penggaris, kita harus membaca skala pada alat secara benar, yaitu posisi mata tepat di atas
tanda yang akan dibaca. Posisi yang salah akan menyebabkan kesalahan baca atau kesalahan paralaks.
Ada dua jenis mistar yang sering digunakan, yaitu stik meter dan mistar metrik. Stik meter memiliki
panjang 1 meter dan memiliki skala desimeter, sentimeter, dan milimeter. Mistar metrik memiliki
panjang 30 sentimeter
2. Jangka sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan
untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm.
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi
ketelitian jangka sorong adalah : ½ x 0,01 cm = 0,05 cm.
Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan
rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama
yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius yang terdapat pada rahanng geser.
Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak skala utama yang saling berdekatan
dalah 0,1cm. sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm. jadi beda satu skala utama
dengan satu skala nonius dalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. sehingga skala terkecil dari
jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. keuntungan pengggunaan jangka sorong adalah dapat
dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sbuah tabung atau cincin,
maupun kedalaman sebuah tabung.
Bagian-bagian Jangka Sorong
Gigi luar: berfungsi untuk mengukur dimensi luar (tebal, lebar atau batang kayu)
Gigi dalam: untuk pengukuran bagian dalam (lebar lubang pen, lubang bor, alur dll)
Pengukur kedalaman: Paling baik untuk pengukuran dalam lubang pen danbor.
Ukuran utama (cm): skala utama yang digunakan untuk membaca hasil pengukuran.
Ukuran sekunder (inch): skala alternatif dalam satuan inch.
Patokan pembacaan skala utama (cm)
Patokan pembacaan skala sekunder (inch)
Untuk menghentikan atau melancarkan geseran pengukuran.
3. Mikrometer sekrup
Mikrometer merupakan alat untuk mengukur ketebalan suatu benda.
Micrometer sekrup mempunyai dua skala, yaitu skala utama dan skala
nonius. Skala nonius ditunjukkan oleh selubung yang menyerupai
mur. Skala pada selubung dibagi menjadi 50 bagian, satu bagian skala
pada selubung mempunyai nilai 1/50 X 0,5 mm = 0,001 mm. skala
utama micrometer terdapat pada batangnya. Satu bagian pada skala
utama nilainya 0,1 mm.
Hasil pengukuran dengan micrometer sekrup (H) adalah (jumlah skala utama sampai atas skala nonius
x 0,5 mm) + (jumlah skala nonius sampai garis skala nonius yang segaris dengan garis horizontal pada
skalam tetap x 0,01 mm).
Mikrometer sekrup memiliki ketidakpastian pengukuran sebesar setengah dari nilai skala terkecil
(skala nonius). Skala terkecil dari micrometer sekrup adalah 0,01 mm. dengan demikian ketidakpastian
6. micrometer sekrup bisa didapat dengan menggunakan rumus: ∆X = 1/2 x nst ( nilai skala terkecil), ∆X
= 1/2 x 0,01 mm = 0,05 mm.
Mikrometer terdiri dari bentuk dasar bingkai U dengan landasan tetap, pada cabangnya terdapat batang
pengukur dan pada ujungnya terdapat rahang bergerak, dan melalui cabang lain dari bingkai U, terdapat
bidal/sarung pengukur yang terpasanga pada batang pengukur.
Fungsi Mikrometer Skrup
Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya tebal kertas.
Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur diameter kawat
yang kecil.
Mikrometer memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong. Ketelitiannya
sampai 0,01 mm. Kekurangan dari mikrometer ini adalah jarak pengukurannya pendek, hanya sampai
25 mm (bagian luar mikrometer).
b. Pengukuran massa
1. Neraca Ohaus
Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01
gram. Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa
benda yang akan diukur dengan anak timbangan. Anak timbangan
neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri. Kemampuan pengukuran
neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak timbangan
sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau
mendekati poros neraca .
Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan sepanjang
lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang. Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti
prinsip kerja tuas. Neraca ohauss memiliki lebih dari satu,misalnya kita gunakan neraca ohauss 3
lengan dengan skala lengan pertam 100 gr lengan kedua 10 gr lengan ketiga 1 gr.
c. Pengukuran waktu
1. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan dalam
kegiatan. Cara membaca dan menggunakan stopwatch: Memastikan stopwatch
dalam keadaan nol (sudah dikalibrasi), lalu menekan tombol start dan tekan
tombol stop jika pengukuran waktu telah selesai. Pada stopwatch analog, jika
pengukuran lebih dari 1 menit, maka yang pertama kali dilihat adalah jarum
penunjuk menit (jarum yang pendek) dan amati jarum penunjuk detik (jarum
yang panjang). Yang terakhir, jumlahkan nilai yang telah terbaca tersebut. Nilai
skala terkecil pada stopwatch yaitu 1 detik.
Jenis stopwatch
Stopwatch digital
Pada stopwatch digital ketelitian alat sudah ditentukan sejak perakitan komponen-komponen dalam
stopwatch yaitu sebesar 0,0001 sekon.
Stopwatch Analog
7. Pada gambar stopwatch yang di presentasikan diketahui jumlah skala utama satu putaran penuh adalah
1 dan jumlah skala nonius satu putaran penuh adalah 60. Dengan demikian dapat diperoleh Ketelitian
alat = 1/60.
Kelebihan pengukuran menggunakan stopwatch
Proses perhitungan lebih cepat
Setiap jenis gerakan waktunya diketahui
Biayanya lebih murah
Lebih praktis dalam mencatat data
Data yang di peroleh lebih akurat
Kekurangan pengukuran menggunakan stopwatch
Dibutuhkan ketelitian bagi seorang pengamat yang melakukan perhitungan, karena akan
mempengaruhi hasil perhitungan.
d. Pengukuran suhu
1. Termometer
Termometer digunakan untuk mengukur suhu. Cara membaca pada thermometer air raksa
ialah dengan mengamati ujung air raksa dengan mata tegak lurus, memperhatikan skala
yang ditunjuk, dan membaca angkanya sampai persepuluhan derajat celcius. Nilai skala
terkecilnya adalah 0,1 derajat celcius.
3. Metode Pengukuran
Berdasarkan metode pengukuran, jenis pengukuran dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Pengukuran Langsung
Pengukuran langsung adalah proses pengukuran dengan memakai alat ukur langsung dimana hasil
pengukuran langsung terbaca pada alat ukur tersebut. Contohnya ketika kita mengukur panjang buku
dengan mistar, berarti kita melakukan pengukuran langsung karena hasil pengukuran panjang buku
terbaca langsung pada skala mistar tersebut.
b. Pengukuran Tidak Langsung
Pengukuran tidak langsung adalah proses pengukuran suatu besaran dengan cara mengukur besaran
lain. Pada pengukuran tidak langsung, digunakan beberapa jenis alat ukur, dan hasil pengukuran
nantinya merupakan hasil operasi (bisa pembagian/perkalian) dari hasil pengukuran alat-alat ukur
tersebut.
Misalkan untuk mengukur kecepatan gerak suatu benda, maka besaran-besaran yang harus kita ukur
adalah panjangdan waktu (v = s/t). Jadi alat ukur yang digunakan adalah alat ukur panjang seperti
penggaris/rollmeter dan alat ukur waktu seperti stopwatch. Dan hasil pengukuran nantinya dalah hasil
pengukuran penggaris/rollmeter dibagi hasil pengukuran stopwatch.
8. 4. Berdasarkan banyaknya pengukuran
a. Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang hanya dilakukan satu kali. Pengukuran tunggal dilakukan
jika:
Besaran yang diukur tidak berubah-ubah, sehingga hanya dengan pengukuran tunggal, hasil
pengukuran dianggap cukup akurat.
Kesempatan untuk melakukan pengukuran hanya satu kali.
b. Pengukuran Berulang
Pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan berkali-kali. Pengukuran tunggal dilakukan
karena:
Pengukuran tunggal memberikan hasil yang kurang teliti
Hasil Pengukuran tunggal lebih mendekati nilai yang sebenarnya
5. Instrumen Pengukuran
Instumen pengukuran adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Hasil akhir dari
proses pengukuran sangat tergantung pada kemampuan alat ukur yang digunakan. Kemampuan alat
ukur dapat diketahui dari berbagai kriteria yang ditetapkan, diantaranya adalah:
a. accuracy, adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil ukur yang mendekati hasil
sebenarnya.
b. Presisi, adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil yang sama dari pengukuran yang
dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama.
c. Sensitivitas, adalah tingkat kepekaan alat ukur terhadap perubahan besaraan yang akan diukur.
d. Kesalahan ( error ), adalah penyimpangan hasil ukur terhadap nilai yang sebenarnya
Idealnya sebuah alat ukur memiliki accuracy, presisi dan sensitivitas yang baik sehingga
tingkat kesalahannya relatif kecil dan data yang dihasilkan akan akurat.
6. Angka Berarti
Angka Berarti (AB) menunjukan jumlah digit angka yang akan dilaporkan pada hasil akhir pada
pengukuran. Angka berarti berkaitan dengan ketidakpastian relatif (dalam %). Semakin kecil
ketidakpastian relatif maka semakin tinggi mutu pengukuran atau semakin tinggi ketelitian hasil
pengukuran yang dilakukan
7. Angka penting
Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dinamakan angka penting atau angka tidak eksak.
Angka penting terdiri atas angka pasti dan angka ragu-ragu atau taksiran. Angka 1; 8 dan 1; 5 pada
contoh penggunaan mistar merupakan angka pasti karena ditunjukkan oleh skala. Sedangkan angka 5
dan 0 disebut angka ragu-ragu karena hasil menaksir.
8. Ketidakpastian Pengukuran
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut
antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan
9. paralaks, fluktuasi parameter pengukuran, dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta tingkat
keterampilan pengamat yang berbeda-beda. Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai
sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran sehingga sangat diperlukan beberapa panduan dalam
memperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin cara melaporkan ketidakpastian yang menyertainya.
Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian yang sempurna, tetapi adalah penting untuk
mengetahui ketelitian yang sebenarnya dan bagaimana kesalahan yang berbeda digunakan dalam
pengukuran.
Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena berbagai sebab dan umumnya dibagi dalam tiga jenis, yaitu:
a. Kesalahan umum (gross-errors): kebanyakan disebabkan oleh kesalahan manusia, diantaranya
adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat dan pemakaian instrumen yang
tidak sesuai, dan kesalahan penaksiran.
Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pemula adalah pemakaian instrumen yang tidak
sesuai. Umumnya instrumen-instrumen penunjuk berubah kondisi sampai batas tertentu setelah
digunakan mengukur sebuah rangkaian yang lengkap, dan akibatnya besaran yang diukur akan
berubah.
Sebagai contoh sebuah voltmeter yang telah dikalibrasi dengan baik dapat menghasilkan
pembacaan yang salah bila dihubungkan antara dua titik di dalam sebuah rangkaian tahanan tinggi;
sedang bila voltmeter tersebut dihubungkan ke sebuah rangkaian tahanannya rendah,
pembacaannya bisa berlainan bergantung pada jenis voltmeter yang digunakan .Contoh-contoh
berikut menunjukkan bahwa voltmeter menimbulkan sebuah “efek pembebanan” (loading effect)
terhadap rangkaian, yakni mengubah keadaan awal rangkaian tersebut sewaktu mengalami proses
pengukuran.
b. Kesalahan sistematis (systematic errors): disebabkan oleh kekurangan-kekurangan pada
instrumen sendiri seperti kerusakan atau adanya bagian-bagian yang aus dan pengaruh lingkungan
terhadap peralatan atau pemakai. Jenis kesalahan ini dapat dibagi dua bagian yakni :
Kesalahan instrumental (instrumental error) yaitu jenis kesalahan yang tidak dapat dihindarkan dari
instrumen karena akibat struktur mekanisnya. Misalnya tarikan pegas yang tidak teratur,
pembebanan instrumen secara berlebihan. Atau kesalahan kalibrasi akibatnya pembacaan yang
tidak tepat.
Kesalahan sistematis dapat pula dibagi atas kesalahan statis dan kesalahan dinamis. Contoh
mikrometer bila diberi tekanan yang berlebihan untuk memutar poros menyebabkan kesalahan
statis. Kesalahan dinamis akibat ketidakmampuan instrumen untuk memberikan respon yang cepat
bila terjadi perubahan dalam variable yang diukur.
c. Kesalahan yang tak disengaja (random errors): Selain kesalahan pengamat dan alat ukur,
kondisi lingkungan yang tidak menentu bias menyebabkan kesalahan pengukuran. Kesalahan
pengukuran yang disebabkan oleh kondisi lingkungan disebut kesalahan acak. Misalnya, fluktuasi-
fluktuasi kecil pada saat pengukuran e/m (perbandingan muatan dan massa elektron). Fluktuasi
(naik turun) kecil ini bisa disebabkan oleh adanya gerak Brown molekul udara, fluktuasi tegangan
baterai, dan kebisingan (noise) elektronik yang besifat acak dan sukar dikendalikan.
10. Daftar Pustaka
Harsono, 1994. Fisika 1 untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kelas 1, Balai pustaka, Jakarta.
Junaidi, 2013 , Komputerisasi Alat Ukur V-R Meter untuk Karakterisasi Sensor Gas Terkalibrasi NI DAQ
BNC-2110 , Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika, 01 (01), 59-64, ISSN, Lampung
Ahmad, F, dan WiyonoSri, E , 2013, Pengembangan Model Praktikum Fisika Berbasis Analisis
Ketidakpastian Pengukuran, Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF), 3 (2), ISSN, Surakarta
http://www.valenciap.com/2015/01/contoh-laporan-praktikum-pengukuran.html.
http://software-comput.blogspot.co.id/2013/04/makalah-fisika-besaran-dan-turunan.html
https://muhamadhimni.wordpress.com/2015/05/11/makalah-pembelajaran-besaran-dan-pengukuran/
https://www.academia.edu/11892158/Makalah_Pengukuran_dan_Ketidakpastian