SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
TUGAS DASAR MEKANIKA KALOR
PENGUKURAN FISIKA DASAR
OLEH
NAMA : LINDA ROSITA
NIM : 4173131020
KELAS : KIMIA DIK B 2017
JURUSAN : KIMIA
PROGRAM : S-1 PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
PEMBAHASAN
A. Pengertian Besaran
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur, dihitung, memiliki nilai dan satuan. Besaran menyatakan
sifat dari benda. Sifat ini dinyatakan dalam angka melalui hasil pengukuran. Oleh karena satu besaran
berbeda dengan besaran lainnya, maka ditetapkan satuan untuk tiap besaran. Satuan juga menunjukkan
bahwa setiap besaran diukur dengan cara berbeda.
Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Besaran fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran, karena diperoleh dari pengukuran maka harus
ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa.
2. Besaran non fisika yaitu besaran yang diperoleh dari perhitungan .dalam hal ini tidak perlukan alat ukur
tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh besaran non fisika adalah jumlah.
Besaran fisika sendiri dibagi menjadi 2 macam :
1. Besaran Pokok
Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak diturunkan
dari besaran lain. Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya didefinisikan sendiri dan sebagai
dasar untuk mendefinisikan besaran lainnya (Harsono, 1994).
2. Besaran turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran pokok atau besaran yang
didapat dari penggabungan besaran-besaran pokok.
No Besaran Pokok Satuan Internasional(SI) Alat Ukur
Nama Besaran Simbol
Besaran
Nama
Satuan
Simbol
satuan
Dimensi
1 Panjang L Meter M L Mistar,Jangka Sorong,Mikrometer
Sekrup
2 Massa M Kilogram Kg M Neraca
3 Waktu t Detik S T Arloji,Stopwatch
4 Suhu T Kelvin K - Termometer
5 Kuat Arus I Ampere A I Amperemeter
6 Intentitas Cahaya J Candela Cd J Lightmeter
7 Jumlah Zat n Mol Mol N -
Untuk lebih memperjelas pengertian besaran turunan, perhatikan beberapa besaran turunan yang
satuannya diturunkan dari satuan besaran pokok berikut ini
 Luas = panjang x lebar
= besaran panjang x besaran panjang
= m x m
= 𝑚2
 Volume = panjang x lebar x tinggi
= besaran panjang x besaran panjang x besaran Panjang
= m x m x m
= 𝑚3
 Kecepatan = jarak / waktu
= besaran panjang / besaran waktu
= m / s
Selain itu, berdasarkan ada tidaknya arah, besaran juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Besaran skalar yaitu besaran yang mempunyai besar dan satuan saja tanpa memiliki arah.
Contoh : panjang, massa, waktu
2. Besaran vektor yaitu besaran yang memiliki besar (nilai), satuan dan arah.
Contoh : kecepatan, gaya, perpindahan,dll.
B. Pengertian Satuan
Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari suatu besaran. Adanya
berbagai macam satuan untuk besaran yang sama akan menimbulkan kesulitan. Kalian harus
melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu untuk memecahkan persoalan yang ada. Dengan adanya
kesulitan tersebut, para ahli sepakat untuk menggunakan satu sistem satuan, yaitu menggunakan satuan
standar Sistem Internasional, disebut Systeme Internationale d’Unites (SI).
Satuan Internasional adalah satuan yang diakui penggunaannya secara internasional serta memiliki
standar yang sudah baku. Satuan ini dibuat untuk menghindari kesalahpahaman yang timbul dalam
bidang ilmiah karena adanya perbedaan satuan yang digunakan
No Besaran MKS CGS
1 Panjang m Cm
2 Massa kg gram, ons, pounds
3 Waktu detik menit, jam, hari
4 Gaya newton Dyne
5 Energi joule kalori, erg
6 Suhu kelvin Celcius, Fahrenheit, Reamur
Besaran Turunan Nama Satuan Lambang Satuan
Kecepatan meter/sekon m/s
Massa jenis kilogram/meter3 kg/m3
Luas meter2 m2
Volume meter3 m3
Gaya newton N
energi Newton.meter = joule N.m = j
Sistem Satuan Internasional (SI) : Sistem satuan yang berlaku secara internasional (mendunia). Sistem
Satuan Internasional (SI) di bagi menjadi dua, yaitu:
a) Sistem MKS : (Meter, kilogram, sekon, atau detik).
b) Sistem CGS : (Sentimeter, gram, sekon, atau detik).
C. Pengukuran
1. Pengertian pengukuran
Suryabrata (1984) mendefinisikan secara sederhana bahwa pengukuran terdiri atas aturan-aturan
untuk mengenakan bilangan-bilangan kepada sesuatu obyek untuk mempresentasikan kuantitas atribut
pada obyek tersebut. Hamalik (1989), menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas hasil pengukuran itu
banyak bergantung pada jenis dan mutu alat ukur yang digunakan.
Pengukuran adalah tindakan yang bertujuan untuk menentukan kuantitas dimensi suatu besaran
pada suatu sistem, dengan cara membandingkan dengan satu satuan dimensi besaran tersebut. Dalam
fisika, Pengukuran merupakan dasar utama guna mencari korelasi atau interpretasi dan juga untuk
membandingkan hasil pengukuran dengan prediksi teorirtis.
Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur
yang digunakan sebagai satuan. Sebagai contoh untuk mengukur besaran panjang digunakan alat ukur
mistar dan menggunakan satuan meter. Sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka
disebut besaran, sedangkan pembanding dalam suatu pengukuran disebut satuan. Satuan yang
digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua orang disebut
satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang tidak
sama untuk orang yang berlainan disebut satuan tidak baku.
Dalam fisika kegiatan mengukur memiliki peranan yang sangat penting. Semua besaran yang
dikaji dalam fisika dapat diukur baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran dalam fisika
bertujuan untuk memperoleh data empiris untuk mendukung suatu teori yang logis. Teori logis yang
sesuai dengan data empiris inilah yang dimaksud dengan pengetahuan ilmiah.
Pengukuran yang dilakukan dengan benar akan memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :
a. Membuat gambaran melalui karakteristik dari suatu object yang kita teliti.
b. Dalam industri dapat digunakan sebagai alat komunikasi dari mulai riset, operator, pengujian sampai
dengan jaminan mutu terhadap produk yang dihasilkan.
c. Dapat digunakan sebagai dasar melakukan prediksi terhadap sesuatu yang akan terjadi.
d. Sebagai pengendalian serta jaminan mutu.
2. Macam-macam alat ukur
a. Pengukuran panjang
1. Mistar
Mistar adala alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran panjang. Ada
beberapa jenis mistar sesuai dengan skalanya. Mistar yang skala terkecilnya 1
mm kita sebut mistar berskala mm. Mistar yang skala terkecilnya 1 cm kita sebut
dengan mistar berskala cm. Satu bagian skala terkecil mistar ini adalah 1 mm
atau 0,1 cm. Oleh karena itu ketelitian mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm.
Ketika kita akan mengukur panjang suatu objek dengan menggunakan sebuah
mistar kita letakan ujung mistar yang menunjukan nilai nol ke ujung objek yang
akan diukur, kemudian baca panjang skala yang terdekat dengan ujung objek yang diukur tersebut.
Angka tersebut menunjukan panjang objek yang kita ukur Untuk pengukuran dengan menggunakan
mistar atau penggaris, kita harus membaca skala pada alat secara benar, yaitu posisi mata tepat di atas
tanda yang akan dibaca. Posisi yang salah akan menyebabkan kesalahan baca atau kesalahan paralaks.
Ada dua jenis mistar yang sering digunakan, yaitu stik meter dan mistar metrik. Stik meter memiliki
panjang 1 meter dan memiliki skala desimeter, sentimeter, dan milimeter. Mistar metrik memiliki
panjang 30 sentimeter
2. Jangka sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan
untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm.
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi
ketelitian jangka sorong adalah : ½ x 0,01 cm = 0,05 cm.
Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan
rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama
yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius yang terdapat pada rahanng geser.
Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak skala utama yang saling berdekatan
dalah 0,1cm. sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm. jadi beda satu skala utama
dengan satu skala nonius dalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. sehingga skala terkecil dari
jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. keuntungan pengggunaan jangka sorong adalah dapat
dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sbuah tabung atau cincin,
maupun kedalaman sebuah tabung.
Bagian-bagian Jangka Sorong
 Gigi luar: berfungsi untuk mengukur dimensi luar (tebal, lebar atau batang kayu)
 Gigi dalam: untuk pengukuran bagian dalam (lebar lubang pen, lubang bor, alur dll)
 Pengukur kedalaman: Paling baik untuk pengukuran dalam lubang pen danbor.
 Ukuran utama (cm): skala utama yang digunakan untuk membaca hasil pengukuran.
 Ukuran sekunder (inch): skala alternatif dalam satuan inch.
 Patokan pembacaan skala utama (cm)
 Patokan pembacaan skala sekunder (inch)
 Untuk menghentikan atau melancarkan geseran pengukuran.
3. Mikrometer sekrup
Mikrometer merupakan alat untuk mengukur ketebalan suatu benda.
Micrometer sekrup mempunyai dua skala, yaitu skala utama dan skala
nonius. Skala nonius ditunjukkan oleh selubung yang menyerupai
mur. Skala pada selubung dibagi menjadi 50 bagian, satu bagian skala
pada selubung mempunyai nilai 1/50 X 0,5 mm = 0,001 mm. skala
utama micrometer terdapat pada batangnya. Satu bagian pada skala
utama nilainya 0,1 mm.
Hasil pengukuran dengan micrometer sekrup (H) adalah (jumlah skala utama sampai atas skala nonius
x 0,5 mm) + (jumlah skala nonius sampai garis skala nonius yang segaris dengan garis horizontal pada
skalam tetap x 0,01 mm).
Mikrometer sekrup memiliki ketidakpastian pengukuran sebesar setengah dari nilai skala terkecil
(skala nonius). Skala terkecil dari micrometer sekrup adalah 0,01 mm. dengan demikian ketidakpastian
micrometer sekrup bisa didapat dengan menggunakan rumus: ∆X = 1/2 x nst ( nilai skala terkecil), ∆X
= 1/2 x 0,01 mm = 0,05 mm.
Mikrometer terdiri dari bentuk dasar bingkai U dengan landasan tetap, pada cabangnya terdapat batang
pengukur dan pada ujungnya terdapat rahang bergerak, dan melalui cabang lain dari bingkai U, terdapat
bidal/sarung pengukur yang terpasanga pada batang pengukur.
Fungsi Mikrometer Skrup
Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya tebal kertas.
Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur diameter kawat
yang kecil.
Mikrometer memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong. Ketelitiannya
sampai 0,01 mm. Kekurangan dari mikrometer ini adalah jarak pengukurannya pendek, hanya sampai
25 mm (bagian luar mikrometer).
b. Pengukuran massa
1. Neraca Ohaus
Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01
gram. Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa
benda yang akan diukur dengan anak timbangan. Anak timbangan
neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri. Kemampuan pengukuran
neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak timbangan
sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau
mendekati poros neraca .
Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan sepanjang
lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang. Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti
prinsip kerja tuas. Neraca ohauss memiliki lebih dari satu,misalnya kita gunakan neraca ohauss 3
lengan dengan skala lengan pertam 100 gr lengan kedua 10 gr lengan ketiga 1 gr.
c. Pengukuran waktu
1. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan dalam
kegiatan. Cara membaca dan menggunakan stopwatch: Memastikan stopwatch
dalam keadaan nol (sudah dikalibrasi), lalu menekan tombol start dan tekan
tombol stop jika pengukuran waktu telah selesai. Pada stopwatch analog, jika
pengukuran lebih dari 1 menit, maka yang pertama kali dilihat adalah jarum
penunjuk menit (jarum yang pendek) dan amati jarum penunjuk detik (jarum
yang panjang). Yang terakhir, jumlahkan nilai yang telah terbaca tersebut. Nilai
skala terkecil pada stopwatch yaitu 1 detik.
Jenis stopwatch
 Stopwatch digital
Pada stopwatch digital ketelitian alat sudah ditentukan sejak perakitan komponen-komponen dalam
stopwatch yaitu sebesar 0,0001 sekon.
 Stopwatch Analog
Pada gambar stopwatch yang di presentasikan diketahui jumlah skala utama satu putaran penuh adalah
1 dan jumlah skala nonius satu putaran penuh adalah 60. Dengan demikian dapat diperoleh Ketelitian
alat = 1/60.
Kelebihan pengukuran menggunakan stopwatch
 Proses perhitungan lebih cepat
 Setiap jenis gerakan waktunya diketahui
 Biayanya lebih murah
 Lebih praktis dalam mencatat data
 Data yang di peroleh lebih akurat
Kekurangan pengukuran menggunakan stopwatch
 Dibutuhkan ketelitian bagi seorang pengamat yang melakukan perhitungan, karena akan
mempengaruhi hasil perhitungan.
d. Pengukuran suhu
1. Termometer
Termometer digunakan untuk mengukur suhu. Cara membaca pada thermometer air raksa
ialah dengan mengamati ujung air raksa dengan mata tegak lurus, memperhatikan skala
yang ditunjuk, dan membaca angkanya sampai persepuluhan derajat celcius. Nilai skala
terkecilnya adalah 0,1 derajat celcius.
3. Metode Pengukuran
Berdasarkan metode pengukuran, jenis pengukuran dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Pengukuran Langsung
Pengukuran langsung adalah proses pengukuran dengan memakai alat ukur langsung dimana hasil
pengukuran langsung terbaca pada alat ukur tersebut. Contohnya ketika kita mengukur panjang buku
dengan mistar, berarti kita melakukan pengukuran langsung karena hasil pengukuran panjang buku
terbaca langsung pada skala mistar tersebut.
b. Pengukuran Tidak Langsung
Pengukuran tidak langsung adalah proses pengukuran suatu besaran dengan cara mengukur besaran
lain. Pada pengukuran tidak langsung, digunakan beberapa jenis alat ukur, dan hasil pengukuran
nantinya merupakan hasil operasi (bisa pembagian/perkalian) dari hasil pengukuran alat-alat ukur
tersebut.
Misalkan untuk mengukur kecepatan gerak suatu benda, maka besaran-besaran yang harus kita ukur
adalah panjangdan waktu (v = s/t). Jadi alat ukur yang digunakan adalah alat ukur panjang seperti
penggaris/rollmeter dan alat ukur waktu seperti stopwatch. Dan hasil pengukuran nantinya dalah hasil
pengukuran penggaris/rollmeter dibagi hasil pengukuran stopwatch.
4. Berdasarkan banyaknya pengukuran
a. Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang hanya dilakukan satu kali. Pengukuran tunggal dilakukan
jika:
 Besaran yang diukur tidak berubah-ubah, sehingga hanya dengan pengukuran tunggal, hasil
pengukuran dianggap cukup akurat.
 Kesempatan untuk melakukan pengukuran hanya satu kali.
b. Pengukuran Berulang
Pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan berkali-kali. Pengukuran tunggal dilakukan
karena:
 Pengukuran tunggal memberikan hasil yang kurang teliti
 Hasil Pengukuran tunggal lebih mendekati nilai yang sebenarnya
5. Instrumen Pengukuran
Instumen pengukuran adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Hasil akhir dari
proses pengukuran sangat tergantung pada kemampuan alat ukur yang digunakan. Kemampuan alat
ukur dapat diketahui dari berbagai kriteria yang ditetapkan, diantaranya adalah:
a. accuracy, adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil ukur yang mendekati hasil
sebenarnya.
b. Presisi, adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil yang sama dari pengukuran yang
dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama.
c. Sensitivitas, adalah tingkat kepekaan alat ukur terhadap perubahan besaraan yang akan diukur.
d. Kesalahan ( error ), adalah penyimpangan hasil ukur terhadap nilai yang sebenarnya
Idealnya sebuah alat ukur memiliki accuracy, presisi dan sensitivitas yang baik sehingga
tingkat kesalahannya relatif kecil dan data yang dihasilkan akan akurat.
6. Angka Berarti
Angka Berarti (AB) menunjukan jumlah digit angka yang akan dilaporkan pada hasil akhir pada
pengukuran. Angka berarti berkaitan dengan ketidakpastian relatif (dalam %). Semakin kecil
ketidakpastian relatif maka semakin tinggi mutu pengukuran atau semakin tinggi ketelitian hasil
pengukuran yang dilakukan
7. Angka penting
Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dinamakan angka penting atau angka tidak eksak.
Angka penting terdiri atas angka pasti dan angka ragu-ragu atau taksiran. Angka 1; 8 dan 1; 5 pada
contoh penggunaan mistar merupakan angka pasti karena ditunjukkan oleh skala. Sedangkan angka 5
dan 0 disebut angka ragu-ragu karena hasil menaksir.
8. Ketidakpastian Pengukuran
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut
antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan
paralaks, fluktuasi parameter pengukuran, dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta tingkat
keterampilan pengamat yang berbeda-beda. Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai
sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran sehingga sangat diperlukan beberapa panduan dalam
memperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin cara melaporkan ketidakpastian yang menyertainya.
Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian yang sempurna, tetapi adalah penting untuk
mengetahui ketelitian yang sebenarnya dan bagaimana kesalahan yang berbeda digunakan dalam
pengukuran.
Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena berbagai sebab dan umumnya dibagi dalam tiga jenis, yaitu:
a. Kesalahan umum (gross-errors): kebanyakan disebabkan oleh kesalahan manusia, diantaranya
adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat dan pemakaian instrumen yang
tidak sesuai, dan kesalahan penaksiran.
Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pemula adalah pemakaian instrumen yang tidak
sesuai. Umumnya instrumen-instrumen penunjuk berubah kondisi sampai batas tertentu setelah
digunakan mengukur sebuah rangkaian yang lengkap, dan akibatnya besaran yang diukur akan
berubah.
Sebagai contoh sebuah voltmeter yang telah dikalibrasi dengan baik dapat menghasilkan
pembacaan yang salah bila dihubungkan antara dua titik di dalam sebuah rangkaian tahanan tinggi;
sedang bila voltmeter tersebut dihubungkan ke sebuah rangkaian tahanannya rendah,
pembacaannya bisa berlainan bergantung pada jenis voltmeter yang digunakan .Contoh-contoh
berikut menunjukkan bahwa voltmeter menimbulkan sebuah “efek pembebanan” (loading effect)
terhadap rangkaian, yakni mengubah keadaan awal rangkaian tersebut sewaktu mengalami proses
pengukuran.
b. Kesalahan sistematis (systematic errors): disebabkan oleh kekurangan-kekurangan pada
instrumen sendiri seperti kerusakan atau adanya bagian-bagian yang aus dan pengaruh lingkungan
terhadap peralatan atau pemakai. Jenis kesalahan ini dapat dibagi dua bagian yakni :
Kesalahan instrumental (instrumental error) yaitu jenis kesalahan yang tidak dapat dihindarkan dari
instrumen karena akibat struktur mekanisnya. Misalnya tarikan pegas yang tidak teratur,
pembebanan instrumen secara berlebihan. Atau kesalahan kalibrasi akibatnya pembacaan yang
tidak tepat.
Kesalahan sistematis dapat pula dibagi atas kesalahan statis dan kesalahan dinamis. Contoh
mikrometer bila diberi tekanan yang berlebihan untuk memutar poros menyebabkan kesalahan
statis. Kesalahan dinamis akibat ketidakmampuan instrumen untuk memberikan respon yang cepat
bila terjadi perubahan dalam variable yang diukur.
c. Kesalahan yang tak disengaja (random errors): Selain kesalahan pengamat dan alat ukur,
kondisi lingkungan yang tidak menentu bias menyebabkan kesalahan pengukuran. Kesalahan
pengukuran yang disebabkan oleh kondisi lingkungan disebut kesalahan acak. Misalnya, fluktuasi-
fluktuasi kecil pada saat pengukuran e/m (perbandingan muatan dan massa elektron). Fluktuasi
(naik turun) kecil ini bisa disebabkan oleh adanya gerak Brown molekul udara, fluktuasi tegangan
baterai, dan kebisingan (noise) elektronik yang besifat acak dan sukar dikendalikan.
Daftar Pustaka
Harsono, 1994. Fisika 1 untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kelas 1, Balai pustaka, Jakarta.
Junaidi, 2013 , Komputerisasi Alat Ukur V-R Meter untuk Karakterisasi Sensor Gas Terkalibrasi NI DAQ
BNC-2110 , Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika, 01 (01), 59-64, ISSN, Lampung
Ahmad, F, dan WiyonoSri, E , 2013, Pengembangan Model Praktikum Fisika Berbasis Analisis
Ketidakpastian Pengukuran, Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF), 3 (2), ISSN, Surakarta
http://www.valenciap.com/2015/01/contoh-laporan-praktikum-pengukuran.html.
http://software-comput.blogspot.co.id/2013/04/makalah-fisika-besaran-dan-turunan.html
https://muhamadhimni.wordpress.com/2015/05/11/makalah-pembelajaran-besaran-dan-pengukuran/
https://www.academia.edu/11892158/Makalah_Pengukuran_dan_Ketidakpastian

More Related Content

What's hot

Persentasi Cahaya Dan Optik
Persentasi Cahaya Dan OptikPersentasi Cahaya Dan Optik
Persentasi Cahaya Dan Optikguest3ae858
 
Rpp hk kekekalan energi mekanik
Rpp hk kekekalan energi mekanikRpp hk kekekalan energi mekanik
Rpp hk kekekalan energi mekanikVivii Charmeiliaa
 
Ppt pengukuran-salmi
Ppt pengukuran-salmiPpt pengukuran-salmi
Ppt pengukuran-salmilafika pbm
 
1. sma kelas x rpp kd 3.1 dan 4.1 pengukuran (karlina 1308233) final
1. sma kelas x rpp kd 3.1 dan 4.1 pengukuran (karlina 1308233) final1. sma kelas x rpp kd 3.1 dan 4.1 pengukuran (karlina 1308233) final
1. sma kelas x rpp kd 3.1 dan 4.1 pengukuran (karlina 1308233) finaleli priyatna laidan
 
Materi kuliah fisika teknik I : fisika dasar
Materi kuliah fisika teknik I : fisika dasarMateri kuliah fisika teknik I : fisika dasar
Materi kuliah fisika teknik I : fisika dasarMario Yuven
 
Fisika Kelas X: Besaran, Satuan, dan Pengukuran
Fisika Kelas X: Besaran, Satuan, dan PengukuranFisika Kelas X: Besaran, Satuan, dan Pengukuran
Fisika Kelas X: Besaran, Satuan, dan Pengukuran1000 guru
 
02. RPP FISIKA KD. 3.2 MATERI PENGUKURAN KELAS X SEMESTER 1
02. RPP FISIKA KD. 3.2 MATERI PENGUKURAN KELAS X SEMESTER 102. RPP FISIKA KD. 3.2 MATERI PENGUKURAN KELAS X SEMESTER 1
02. RPP FISIKA KD. 3.2 MATERI PENGUKURAN KELAS X SEMESTER 1badri rahmatulloh
 
Fisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanFisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanDavid Kurniawan
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikwindyramadhani52
 
3. sma kelas x rpp kd 3.3; 4.1; 4.3 glb;glbb (karlina 1308233) final
3. sma kelas x rpp kd 3.3; 4.1; 4.3 glb;glbb (karlina 1308233) final3. sma kelas x rpp kd 3.3; 4.1; 4.3 glb;glbb (karlina 1308233) final
3. sma kelas x rpp kd 3.3; 4.1; 4.3 glb;glbb (karlina 1308233) finaleli priyatna laidan
 
16. sma kelas xii rpp kd 3.9;4.9 teknologi digital
16. sma kelas xii rpp kd 3.9;4.9 teknologi digital16. sma kelas xii rpp kd 3.9;4.9 teknologi digital
16. sma kelas xii rpp kd 3.9;4.9 teknologi digitaleli priyatna laidan
 
Percobaan hukum ii newton
Percobaan hukum ii newtonPercobaan hukum ii newton
Percobaan hukum ii newtonWahyudi Oetomo
 
aplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknik
aplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknikaplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknik
aplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknikachmad yani
 
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retnoLap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retnoRetno AppleLienna
 

What's hot (20)

Persentasi Cahaya Dan Optik
Persentasi Cahaya Dan OptikPersentasi Cahaya Dan Optik
Persentasi Cahaya Dan Optik
 
Rpp hk kekekalan energi mekanik
Rpp hk kekekalan energi mekanikRpp hk kekekalan energi mekanik
Rpp hk kekekalan energi mekanik
 
Ppt pengukuran-salmi
Ppt pengukuran-salmiPpt pengukuran-salmi
Ppt pengukuran-salmi
 
1. sma kelas x rpp kd 3.1 dan 4.1 pengukuran (karlina 1308233) final
1. sma kelas x rpp kd 3.1 dan 4.1 pengukuran (karlina 1308233) final1. sma kelas x rpp kd 3.1 dan 4.1 pengukuran (karlina 1308233) final
1. sma kelas x rpp kd 3.1 dan 4.1 pengukuran (karlina 1308233) final
 
Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuan
 
Materi kuliah fisika teknik I : fisika dasar
Materi kuliah fisika teknik I : fisika dasarMateri kuliah fisika teknik I : fisika dasar
Materi kuliah fisika teknik I : fisika dasar
 
Fisika Kelas X: Besaran, Satuan, dan Pengukuran
Fisika Kelas X: Besaran, Satuan, dan PengukuranFisika Kelas X: Besaran, Satuan, dan Pengukuran
Fisika Kelas X: Besaran, Satuan, dan Pengukuran
 
02. RPP FISIKA KD. 3.2 MATERI PENGUKURAN KELAS X SEMESTER 1
02. RPP FISIKA KD. 3.2 MATERI PENGUKURAN KELAS X SEMESTER 102. RPP FISIKA KD. 3.2 MATERI PENGUKURAN KELAS X SEMESTER 1
02. RPP FISIKA KD. 3.2 MATERI PENGUKURAN KELAS X SEMESTER 1
 
Gerak translasi dan rotasi
Gerak translasi dan rotasiGerak translasi dan rotasi
Gerak translasi dan rotasi
 
Fisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanFisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan Satuan
 
Handout sumber energi
Handout sumber energiHandout sumber energi
Handout sumber energi
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
 
RPP angka penting K13 terbaru
RPP angka penting K13 terbaruRPP angka penting K13 terbaru
RPP angka penting K13 terbaru
 
3. sma kelas x rpp kd 3.3; 4.1; 4.3 glb;glbb (karlina 1308233) final
3. sma kelas x rpp kd 3.3; 4.1; 4.3 glb;glbb (karlina 1308233) final3. sma kelas x rpp kd 3.3; 4.1; 4.3 glb;glbb (karlina 1308233) final
3. sma kelas x rpp kd 3.3; 4.1; 4.3 glb;glbb (karlina 1308233) final
 
Ppt alat ukur
Ppt alat ukurPpt alat ukur
Ppt alat ukur
 
16. sma kelas xii rpp kd 3.9;4.9 teknologi digital
16. sma kelas xii rpp kd 3.9;4.9 teknologi digital16. sma kelas xii rpp kd 3.9;4.9 teknologi digital
16. sma kelas xii rpp kd 3.9;4.9 teknologi digital
 
Percobaan hukum ii newton
Percobaan hukum ii newtonPercobaan hukum ii newton
Percobaan hukum ii newton
 
aplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknik
aplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknikaplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknik
aplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknik
 
Gelombang (fisika kelas xii)
Gelombang (fisika kelas xii)Gelombang (fisika kelas xii)
Gelombang (fisika kelas xii)
 
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retnoLap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retno
 

Similar to Pengukuran

Similar to Pengukuran (20)

Besaran, satuan, dan pengukuran
Besaran, satuan,  dan pengukuran   Besaran, satuan,  dan pengukuran
Besaran, satuan, dan pengukuran
 
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdfUNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
 
rpp besaran dan satuan.pdf
rpp besaran dan satuan.pdfrpp besaran dan satuan.pdf
rpp besaran dan satuan.pdf
 
Rpp fis 1.1
Rpp fis 1.1Rpp fis 1.1
Rpp fis 1.1
 
RPP Fisika Besaran dan Satuan
RPP Fisika Besaran dan SatuanRPP Fisika Besaran dan Satuan
RPP Fisika Besaran dan Satuan
 
Bab ii adi
Bab ii adiBab ii adi
Bab ii adi
 
VII 1 - OBJEK IPA DAN PENGAMATANNYA.pdf
VII 1 - OBJEK IPA DAN PENGAMATANNYA.pdfVII 1 - OBJEK IPA DAN PENGAMATANNYA.pdf
VII 1 - OBJEK IPA DAN PENGAMATANNYA.pdf
 
Pengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokokPengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokok
 
PENGUKURAN
PENGUKURANPENGUKURAN
PENGUKURAN
 
Alat ukur
Alat ukur Alat ukur
Alat ukur
 
Pengukuran ipa smp semester 1
Pengukuran ipa smp semester 1Pengukuran ipa smp semester 1
Pengukuran ipa smp semester 1
 
Pengukuran, Besaran, dan Satuan
Pengukuran, Besaran, dan SatuanPengukuran, Besaran, dan Satuan
Pengukuran, Besaran, dan Satuan
 
Pengukuran, besaran dan satuan
Pengukuran, besaran dan satuanPengukuran, besaran dan satuan
Pengukuran, besaran dan satuan
 
1. rpp pengukuran
1. rpp pengukuran1. rpp pengukuran
1. rpp pengukuran
 
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptxPPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
 
1. rpp pengukuran
1. rpp pengukuran1. rpp pengukuran
1. rpp pengukuran
 
Bab 1 besaran dan satuan
Bab 1 besaran dan satuanBab 1 besaran dan satuan
Bab 1 besaran dan satuan
 
Gambar alat ukur penggaris
Gambar alat ukur penggarisGambar alat ukur penggaris
Gambar alat ukur penggaris
 
Gambar alat ukur penggaris
Gambar alat ukur penggarisGambar alat ukur penggaris
Gambar alat ukur penggaris
 
PPT BAB 2 Pengukuran.pptx
PPT BAB 2 Pengukuran.pptxPPT BAB 2 Pengukuran.pptx
PPT BAB 2 Pengukuran.pptx
 

More from Linda Rosita

CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTWCJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTWLinda Rosita
 
ANALISIS INSTRUMEN TES
ANALISIS INSTRUMEN TESANALISIS INSTRUMEN TES
ANALISIS INSTRUMEN TESLinda Rosita
 
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...Linda Rosita
 
PPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
PPT POWER POINT UNSUR NITROGENPPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
PPT POWER POINT UNSUR NITROGENLinda Rosita
 
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYAMAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYALinda Rosita
 
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYACBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYALinda Rosita
 
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUMPROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUMLinda Rosita
 
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIANPENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIANLinda Rosita
 
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASIKONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASILinda Rosita
 
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASALinda Rosita
 
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIAANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIALinda Rosita
 
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASALinda Rosita
 
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASALinda Rosita
 
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROPREKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROPLinda Rosita
 
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERALTERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERALLinda Rosita
 
Kromatografi vakum cair
Kromatografi vakum cairKromatografi vakum cair
Kromatografi vakum cairLinda Rosita
 
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPISPEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPISLinda Rosita
 
PEMISAHAN ZONE MELTING
PEMISAHAN ZONE MELTINGPEMISAHAN ZONE MELTING
PEMISAHAN ZONE MELTINGLinda Rosita
 

More from Linda Rosita (20)

CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTWCJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
 
ANALISIS INSTRUMEN TES
ANALISIS INSTRUMEN TESANALISIS INSTRUMEN TES
ANALISIS INSTRUMEN TES
 
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
 
PPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
PPT POWER POINT UNSUR NITROGENPPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
PPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
 
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYAMAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
 
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYACBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
 
CBR BORON
CBR BORONCBR BORON
CBR BORON
 
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUMPROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
 
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIANPENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
 
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASIKONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
 
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
 
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIAANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
 
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
 
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
 
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROPREKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
 
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERALTERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
 
Kromatografi vakum cair
Kromatografi vakum cairKromatografi vakum cair
Kromatografi vakum cair
 
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPISPEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
 
PEMISAHAN ZONE MELTING
PEMISAHAN ZONE MELTINGPEMISAHAN ZONE MELTING
PEMISAHAN ZONE MELTING
 
CBR ZONE MELTING
CBR ZONE MELTINGCBR ZONE MELTING
CBR ZONE MELTING
 

Recently uploaded

Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxKelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxWitaadw
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaErvina Puspita
 
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfindigobig
 
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIAPPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIACochipsPJW
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdfMutiaraArafah2
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIariwidiyani3
 

Recently uploaded (6)

Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptxKelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
Kelompok 3_Materi Hormon Fisiologi Hewan.pptx
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
 
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
 
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIAPPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
PPT Metabolisme Karbohidrat II BIOLOGI KIMIA
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
 

Pengukuran

  • 1. TUGAS DASAR MEKANIKA KALOR PENGUKURAN FISIKA DASAR OLEH NAMA : LINDA ROSITA NIM : 4173131020 KELAS : KIMIA DIK B 2017 JURUSAN : KIMIA PROGRAM : S-1 PENDIDIKAN PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2017
  • 2. PEMBAHASAN A. Pengertian Besaran Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur, dihitung, memiliki nilai dan satuan. Besaran menyatakan sifat dari benda. Sifat ini dinyatakan dalam angka melalui hasil pengukuran. Oleh karena satu besaran berbeda dengan besaran lainnya, maka ditetapkan satuan untuk tiap besaran. Satuan juga menunjukkan bahwa setiap besaran diukur dengan cara berbeda. Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu : 1. Besaran fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran, karena diperoleh dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa. 2. Besaran non fisika yaitu besaran yang diperoleh dari perhitungan .dalam hal ini tidak perlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh besaran non fisika adalah jumlah. Besaran fisika sendiri dibagi menjadi 2 macam : 1. Besaran Pokok Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain. Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya didefinisikan sendiri dan sebagai dasar untuk mendefinisikan besaran lainnya (Harsono, 1994). 2. Besaran turunan Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran pokok atau besaran yang didapat dari penggabungan besaran-besaran pokok. No Besaran Pokok Satuan Internasional(SI) Alat Ukur Nama Besaran Simbol Besaran Nama Satuan Simbol satuan Dimensi 1 Panjang L Meter M L Mistar,Jangka Sorong,Mikrometer Sekrup 2 Massa M Kilogram Kg M Neraca 3 Waktu t Detik S T Arloji,Stopwatch 4 Suhu T Kelvin K - Termometer 5 Kuat Arus I Ampere A I Amperemeter 6 Intentitas Cahaya J Candela Cd J Lightmeter 7 Jumlah Zat n Mol Mol N -
  • 3. Untuk lebih memperjelas pengertian besaran turunan, perhatikan beberapa besaran turunan yang satuannya diturunkan dari satuan besaran pokok berikut ini  Luas = panjang x lebar = besaran panjang x besaran panjang = m x m = 𝑚2  Volume = panjang x lebar x tinggi = besaran panjang x besaran panjang x besaran Panjang = m x m x m = 𝑚3  Kecepatan = jarak / waktu = besaran panjang / besaran waktu = m / s Selain itu, berdasarkan ada tidaknya arah, besaran juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Besaran skalar yaitu besaran yang mempunyai besar dan satuan saja tanpa memiliki arah. Contoh : panjang, massa, waktu 2. Besaran vektor yaitu besaran yang memiliki besar (nilai), satuan dan arah. Contoh : kecepatan, gaya, perpindahan,dll. B. Pengertian Satuan Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari suatu besaran. Adanya berbagai macam satuan untuk besaran yang sama akan menimbulkan kesulitan. Kalian harus melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu untuk memecahkan persoalan yang ada. Dengan adanya kesulitan tersebut, para ahli sepakat untuk menggunakan satu sistem satuan, yaitu menggunakan satuan standar Sistem Internasional, disebut Systeme Internationale d’Unites (SI). Satuan Internasional adalah satuan yang diakui penggunaannya secara internasional serta memiliki standar yang sudah baku. Satuan ini dibuat untuk menghindari kesalahpahaman yang timbul dalam bidang ilmiah karena adanya perbedaan satuan yang digunakan No Besaran MKS CGS 1 Panjang m Cm 2 Massa kg gram, ons, pounds 3 Waktu detik menit, jam, hari 4 Gaya newton Dyne 5 Energi joule kalori, erg 6 Suhu kelvin Celcius, Fahrenheit, Reamur Besaran Turunan Nama Satuan Lambang Satuan Kecepatan meter/sekon m/s Massa jenis kilogram/meter3 kg/m3 Luas meter2 m2 Volume meter3 m3 Gaya newton N energi Newton.meter = joule N.m = j
  • 4. Sistem Satuan Internasional (SI) : Sistem satuan yang berlaku secara internasional (mendunia). Sistem Satuan Internasional (SI) di bagi menjadi dua, yaitu: a) Sistem MKS : (Meter, kilogram, sekon, atau detik). b) Sistem CGS : (Sentimeter, gram, sekon, atau detik). C. Pengukuran 1. Pengertian pengukuran Suryabrata (1984) mendefinisikan secara sederhana bahwa pengukuran terdiri atas aturan-aturan untuk mengenakan bilangan-bilangan kepada sesuatu obyek untuk mempresentasikan kuantitas atribut pada obyek tersebut. Hamalik (1989), menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas hasil pengukuran itu banyak bergantung pada jenis dan mutu alat ukur yang digunakan. Pengukuran adalah tindakan yang bertujuan untuk menentukan kuantitas dimensi suatu besaran pada suatu sistem, dengan cara membandingkan dengan satu satuan dimensi besaran tersebut. Dalam fisika, Pengukuran merupakan dasar utama guna mencari korelasi atau interpretasi dan juga untuk membandingkan hasil pengukuran dengan prediksi teorirtis. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Sebagai contoh untuk mengukur besaran panjang digunakan alat ukur mistar dan menggunakan satuan meter. Sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan pembanding dalam suatu pengukuran disebut satuan. Satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua orang disebut satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang berlainan disebut satuan tidak baku. Dalam fisika kegiatan mengukur memiliki peranan yang sangat penting. Semua besaran yang dikaji dalam fisika dapat diukur baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran dalam fisika bertujuan untuk memperoleh data empiris untuk mendukung suatu teori yang logis. Teori logis yang sesuai dengan data empiris inilah yang dimaksud dengan pengetahuan ilmiah. Pengukuran yang dilakukan dengan benar akan memberikan manfaat antara lain sebagai berikut : a. Membuat gambaran melalui karakteristik dari suatu object yang kita teliti. b. Dalam industri dapat digunakan sebagai alat komunikasi dari mulai riset, operator, pengujian sampai dengan jaminan mutu terhadap produk yang dihasilkan. c. Dapat digunakan sebagai dasar melakukan prediksi terhadap sesuatu yang akan terjadi. d. Sebagai pengendalian serta jaminan mutu. 2. Macam-macam alat ukur a. Pengukuran panjang 1. Mistar Mistar adala alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran panjang. Ada beberapa jenis mistar sesuai dengan skalanya. Mistar yang skala terkecilnya 1 mm kita sebut mistar berskala mm. Mistar yang skala terkecilnya 1 cm kita sebut dengan mistar berskala cm. Satu bagian skala terkecil mistar ini adalah 1 mm atau 0,1 cm. Oleh karena itu ketelitian mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm. Ketika kita akan mengukur panjang suatu objek dengan menggunakan sebuah mistar kita letakan ujung mistar yang menunjukan nilai nol ke ujung objek yang
  • 5. akan diukur, kemudian baca panjang skala yang terdekat dengan ujung objek yang diukur tersebut. Angka tersebut menunjukan panjang objek yang kita ukur Untuk pengukuran dengan menggunakan mistar atau penggaris, kita harus membaca skala pada alat secara benar, yaitu posisi mata tepat di atas tanda yang akan dibaca. Posisi yang salah akan menyebabkan kesalahan baca atau kesalahan paralaks. Ada dua jenis mistar yang sering digunakan, yaitu stik meter dan mistar metrik. Stik meter memiliki panjang 1 meter dan memiliki skala desimeter, sentimeter, dan milimeter. Mistar metrik memiliki panjang 30 sentimeter 2. Jangka sorong Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah : ½ x 0,01 cm = 0,05 cm. Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius yang terdapat pada rahanng geser. Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak skala utama yang saling berdekatan dalah 0,1cm. sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm. jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius dalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. keuntungan pengggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sbuah tabung atau cincin, maupun kedalaman sebuah tabung. Bagian-bagian Jangka Sorong  Gigi luar: berfungsi untuk mengukur dimensi luar (tebal, lebar atau batang kayu)  Gigi dalam: untuk pengukuran bagian dalam (lebar lubang pen, lubang bor, alur dll)  Pengukur kedalaman: Paling baik untuk pengukuran dalam lubang pen danbor.  Ukuran utama (cm): skala utama yang digunakan untuk membaca hasil pengukuran.  Ukuran sekunder (inch): skala alternatif dalam satuan inch.  Patokan pembacaan skala utama (cm)  Patokan pembacaan skala sekunder (inch)  Untuk menghentikan atau melancarkan geseran pengukuran. 3. Mikrometer sekrup Mikrometer merupakan alat untuk mengukur ketebalan suatu benda. Micrometer sekrup mempunyai dua skala, yaitu skala utama dan skala nonius. Skala nonius ditunjukkan oleh selubung yang menyerupai mur. Skala pada selubung dibagi menjadi 50 bagian, satu bagian skala pada selubung mempunyai nilai 1/50 X 0,5 mm = 0,001 mm. skala utama micrometer terdapat pada batangnya. Satu bagian pada skala utama nilainya 0,1 mm. Hasil pengukuran dengan micrometer sekrup (H) adalah (jumlah skala utama sampai atas skala nonius x 0,5 mm) + (jumlah skala nonius sampai garis skala nonius yang segaris dengan garis horizontal pada skalam tetap x 0,01 mm). Mikrometer sekrup memiliki ketidakpastian pengukuran sebesar setengah dari nilai skala terkecil (skala nonius). Skala terkecil dari micrometer sekrup adalah 0,01 mm. dengan demikian ketidakpastian
  • 6. micrometer sekrup bisa didapat dengan menggunakan rumus: ∆X = 1/2 x nst ( nilai skala terkecil), ∆X = 1/2 x 0,01 mm = 0,05 mm. Mikrometer terdiri dari bentuk dasar bingkai U dengan landasan tetap, pada cabangnya terdapat batang pengukur dan pada ujungnya terdapat rahang bergerak, dan melalui cabang lain dari bingkai U, terdapat bidal/sarung pengukur yang terpasanga pada batang pengukur. Fungsi Mikrometer Skrup Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya tebal kertas. Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur diameter kawat yang kecil. Mikrometer memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong. Ketelitiannya sampai 0,01 mm. Kekurangan dari mikrometer ini adalah jarak pengukurannya pendek, hanya sampai 25 mm (bagian luar mikrometer). b. Pengukuran massa 1. Neraca Ohaus Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan diukur dengan anak timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri. Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati poros neraca . Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang. Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas. Neraca ohauss memiliki lebih dari satu,misalnya kita gunakan neraca ohauss 3 lengan dengan skala lengan pertam 100 gr lengan kedua 10 gr lengan ketiga 1 gr. c. Pengukuran waktu 1. Stopwatch Stopwatch digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan dalam kegiatan. Cara membaca dan menggunakan stopwatch: Memastikan stopwatch dalam keadaan nol (sudah dikalibrasi), lalu menekan tombol start dan tekan tombol stop jika pengukuran waktu telah selesai. Pada stopwatch analog, jika pengukuran lebih dari 1 menit, maka yang pertama kali dilihat adalah jarum penunjuk menit (jarum yang pendek) dan amati jarum penunjuk detik (jarum yang panjang). Yang terakhir, jumlahkan nilai yang telah terbaca tersebut. Nilai skala terkecil pada stopwatch yaitu 1 detik. Jenis stopwatch  Stopwatch digital Pada stopwatch digital ketelitian alat sudah ditentukan sejak perakitan komponen-komponen dalam stopwatch yaitu sebesar 0,0001 sekon.  Stopwatch Analog
  • 7. Pada gambar stopwatch yang di presentasikan diketahui jumlah skala utama satu putaran penuh adalah 1 dan jumlah skala nonius satu putaran penuh adalah 60. Dengan demikian dapat diperoleh Ketelitian alat = 1/60. Kelebihan pengukuran menggunakan stopwatch  Proses perhitungan lebih cepat  Setiap jenis gerakan waktunya diketahui  Biayanya lebih murah  Lebih praktis dalam mencatat data  Data yang di peroleh lebih akurat Kekurangan pengukuran menggunakan stopwatch  Dibutuhkan ketelitian bagi seorang pengamat yang melakukan perhitungan, karena akan mempengaruhi hasil perhitungan. d. Pengukuran suhu 1. Termometer Termometer digunakan untuk mengukur suhu. Cara membaca pada thermometer air raksa ialah dengan mengamati ujung air raksa dengan mata tegak lurus, memperhatikan skala yang ditunjuk, dan membaca angkanya sampai persepuluhan derajat celcius. Nilai skala terkecilnya adalah 0,1 derajat celcius. 3. Metode Pengukuran Berdasarkan metode pengukuran, jenis pengukuran dibedakan menjadi 2 yaitu: a. Pengukuran Langsung Pengukuran langsung adalah proses pengukuran dengan memakai alat ukur langsung dimana hasil pengukuran langsung terbaca pada alat ukur tersebut. Contohnya ketika kita mengukur panjang buku dengan mistar, berarti kita melakukan pengukuran langsung karena hasil pengukuran panjang buku terbaca langsung pada skala mistar tersebut. b. Pengukuran Tidak Langsung Pengukuran tidak langsung adalah proses pengukuran suatu besaran dengan cara mengukur besaran lain. Pada pengukuran tidak langsung, digunakan beberapa jenis alat ukur, dan hasil pengukuran nantinya merupakan hasil operasi (bisa pembagian/perkalian) dari hasil pengukuran alat-alat ukur tersebut. Misalkan untuk mengukur kecepatan gerak suatu benda, maka besaran-besaran yang harus kita ukur adalah panjangdan waktu (v = s/t). Jadi alat ukur yang digunakan adalah alat ukur panjang seperti penggaris/rollmeter dan alat ukur waktu seperti stopwatch. Dan hasil pengukuran nantinya dalah hasil pengukuran penggaris/rollmeter dibagi hasil pengukuran stopwatch.
  • 8. 4. Berdasarkan banyaknya pengukuran a. Pengukuran Tunggal Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang hanya dilakukan satu kali. Pengukuran tunggal dilakukan jika:  Besaran yang diukur tidak berubah-ubah, sehingga hanya dengan pengukuran tunggal, hasil pengukuran dianggap cukup akurat.  Kesempatan untuk melakukan pengukuran hanya satu kali. b. Pengukuran Berulang Pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan berkali-kali. Pengukuran tunggal dilakukan karena:  Pengukuran tunggal memberikan hasil yang kurang teliti  Hasil Pengukuran tunggal lebih mendekati nilai yang sebenarnya 5. Instrumen Pengukuran Instumen pengukuran adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Hasil akhir dari proses pengukuran sangat tergantung pada kemampuan alat ukur yang digunakan. Kemampuan alat ukur dapat diketahui dari berbagai kriteria yang ditetapkan, diantaranya adalah: a. accuracy, adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil ukur yang mendekati hasil sebenarnya. b. Presisi, adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil yang sama dari pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. c. Sensitivitas, adalah tingkat kepekaan alat ukur terhadap perubahan besaraan yang akan diukur. d. Kesalahan ( error ), adalah penyimpangan hasil ukur terhadap nilai yang sebenarnya Idealnya sebuah alat ukur memiliki accuracy, presisi dan sensitivitas yang baik sehingga tingkat kesalahannya relatif kecil dan data yang dihasilkan akan akurat. 6. Angka Berarti Angka Berarti (AB) menunjukan jumlah digit angka yang akan dilaporkan pada hasil akhir pada pengukuran. Angka berarti berkaitan dengan ketidakpastian relatif (dalam %). Semakin kecil ketidakpastian relatif maka semakin tinggi mutu pengukuran atau semakin tinggi ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan 7. Angka penting Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dinamakan angka penting atau angka tidak eksak. Angka penting terdiri atas angka pasti dan angka ragu-ragu atau taksiran. Angka 1; 8 dan 1; 5 pada contoh penggunaan mistar merupakan angka pasti karena ditunjukkan oleh skala. Sedangkan angka 5 dan 0 disebut angka ragu-ragu karena hasil menaksir. 8. Ketidakpastian Pengukuran Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan
  • 9. paralaks, fluktuasi parameter pengukuran, dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta tingkat keterampilan pengamat yang berbeda-beda. Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran sehingga sangat diperlukan beberapa panduan dalam memperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin cara melaporkan ketidakpastian yang menyertainya. Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian yang sempurna, tetapi adalah penting untuk mengetahui ketelitian yang sebenarnya dan bagaimana kesalahan yang berbeda digunakan dalam pengukuran. Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena berbagai sebab dan umumnya dibagi dalam tiga jenis, yaitu: a. Kesalahan umum (gross-errors): kebanyakan disebabkan oleh kesalahan manusia, diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat dan pemakaian instrumen yang tidak sesuai, dan kesalahan penaksiran. Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pemula adalah pemakaian instrumen yang tidak sesuai. Umumnya instrumen-instrumen penunjuk berubah kondisi sampai batas tertentu setelah digunakan mengukur sebuah rangkaian yang lengkap, dan akibatnya besaran yang diukur akan berubah. Sebagai contoh sebuah voltmeter yang telah dikalibrasi dengan baik dapat menghasilkan pembacaan yang salah bila dihubungkan antara dua titik di dalam sebuah rangkaian tahanan tinggi; sedang bila voltmeter tersebut dihubungkan ke sebuah rangkaian tahanannya rendah, pembacaannya bisa berlainan bergantung pada jenis voltmeter yang digunakan .Contoh-contoh berikut menunjukkan bahwa voltmeter menimbulkan sebuah “efek pembebanan” (loading effect) terhadap rangkaian, yakni mengubah keadaan awal rangkaian tersebut sewaktu mengalami proses pengukuran. b. Kesalahan sistematis (systematic errors): disebabkan oleh kekurangan-kekurangan pada instrumen sendiri seperti kerusakan atau adanya bagian-bagian yang aus dan pengaruh lingkungan terhadap peralatan atau pemakai. Jenis kesalahan ini dapat dibagi dua bagian yakni : Kesalahan instrumental (instrumental error) yaitu jenis kesalahan yang tidak dapat dihindarkan dari instrumen karena akibat struktur mekanisnya. Misalnya tarikan pegas yang tidak teratur, pembebanan instrumen secara berlebihan. Atau kesalahan kalibrasi akibatnya pembacaan yang tidak tepat. Kesalahan sistematis dapat pula dibagi atas kesalahan statis dan kesalahan dinamis. Contoh mikrometer bila diberi tekanan yang berlebihan untuk memutar poros menyebabkan kesalahan statis. Kesalahan dinamis akibat ketidakmampuan instrumen untuk memberikan respon yang cepat bila terjadi perubahan dalam variable yang diukur. c. Kesalahan yang tak disengaja (random errors): Selain kesalahan pengamat dan alat ukur, kondisi lingkungan yang tidak menentu bias menyebabkan kesalahan pengukuran. Kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh kondisi lingkungan disebut kesalahan acak. Misalnya, fluktuasi- fluktuasi kecil pada saat pengukuran e/m (perbandingan muatan dan massa elektron). Fluktuasi (naik turun) kecil ini bisa disebabkan oleh adanya gerak Brown molekul udara, fluktuasi tegangan baterai, dan kebisingan (noise) elektronik yang besifat acak dan sukar dikendalikan.
  • 10. Daftar Pustaka Harsono, 1994. Fisika 1 untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kelas 1, Balai pustaka, Jakarta. Junaidi, 2013 , Komputerisasi Alat Ukur V-R Meter untuk Karakterisasi Sensor Gas Terkalibrasi NI DAQ BNC-2110 , Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika, 01 (01), 59-64, ISSN, Lampung Ahmad, F, dan WiyonoSri, E , 2013, Pengembangan Model Praktikum Fisika Berbasis Analisis Ketidakpastian Pengukuran, Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF), 3 (2), ISSN, Surakarta http://www.valenciap.com/2015/01/contoh-laporan-praktikum-pengukuran.html. http://software-comput.blogspot.co.id/2013/04/makalah-fisika-besaran-dan-turunan.html https://muhamadhimni.wordpress.com/2015/05/11/makalah-pembelajaran-besaran-dan-pengukuran/ https://www.academia.edu/11892158/Makalah_Pengukuran_dan_Ketidakpastian