SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
Tugas II Pembiayaan Pembangunan




                                            Oleh:
                  Raditya Dwi Indrawan 3609-04
                    Alifiana Hafidian R. 3609-12
                           Sisca Henlita 3609-13
                   Hesti Martadwiprani 3609-14
                  Ainun Dita Febriyanti 3609-19
                       M. Emil Widya P. 3609-21




           Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
           Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
           Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
           2011
TEORI ANGGARAN DAN SISTEM ANGGARAN


1. Definisi Anggaran
         Menurut Mulyadi (2001, p.488), anggaran adalah suatu rencana kerja yang
   dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar ukuran yang
   lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.
         Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1989:6) , anggaran adalah
   suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab
   manajemen dalam perencanaan, koordinasi, dan pengawasan.
         Definisi anggaran, atau biasa disebut dengan pembiayaan publik di atas, dapat
   digunakan baik dalam lingkup rumah tangga maupun daerah/negara. Anggaran terbagi
   menjadi 2, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
   Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBN dikeluarkan oleh pemerintah pusat atas
   persetujuan DPR. Sedangkan APBD dikeluarkan oleh pemerintah daerah melalui
   persetujuan DPRD.


2. Sifat Hukum Anggaran
       Anggaran memiliki sifat hukum dimana hukum tersebut ditetapkan oleh perda.
   Adapun sifat hukum anggaran ditentukan dari periodisitas dan kontinuitas (memiliki
   periode waktu) dan materiil (hanya mengikat pemerintah).
       Berikut merupakan perbedaaan undang-undang perda tentang APBN/APBD dengan
   undang-undang lainnya adalah:
   ●   Periodisitas dan kontinuitas, artinya undang-undang anggaran hanya berlaku satu
       tahun. Sedangkan undang-undang lain berlaku secara terus menerus.
   ●   Materiil,   artinya   undang-undang anggaran   hanya berlaku   bagi   pemerintah.
       Sedangkan undang-undang lain mengikat semua masyarakat.


3. Asas Anggaran
       Pada umumnya, sistem anggaran mengalami perkembangan mulai dari zaman
   feodal, absolutisme, hingga zaman modern. Di zaman foedal pengeluaran dan
   pendapatan negara dianggap sebagai alat privat raja atau penguasa, dimana
   pendapatan maupun pengeluaran raja atau penguasa publik lain tidak dimasukkan ke
   dalam anggaran negara.
       Pada zaman absolutisme, sistem keuangan yang berlaku adalah sistem sportel yaitu
   sebagian besar pendapatan negara tidak masuk ke dalam kas pusat, melainkan ke


                                                                                           1
dalam kas pejabat umum yang secara langsung membiayai tindakan penyediaan negara.
  Semua pemasukan negara masuk ke dalam kas para pejabat sebagai imbalan bagi jasa
  yang mereka lakukan.
        Perkembangan pemikiran demokrasi yang menguasai ketatanegaraan berlangsung
  mulai abad ke-19 dan adanya perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya
  perubahan pada sistem anggaran yang dikenal dengan sistem anggaran modern.
  Pelaksanaan sistem ini bervariasi, terutama mengenai susunan anggaran dan
  periodisitas dan bentuk formilnya. Adapun asas-asas yang dipergunakan dalam sistem
  anggaran modern ini adalah (Bohari, 1995):
  3.1 Asas Kelengkapan
        Semua pengeluaran dan penerimaan secara tegas dimuat dalam anggaran. Tidak
        boleh ada penerimaan atau pengeluaran yang tidak dimasukkan ke dalam kas
        negara.
  3.2 Asas Spesialisasi/spesifikasi
        Susunan anggaran terdiri dari berbagai macam pengeluaran dan penerimaan
        sehingga perlu diadakan klasifikasi tertentu. Berbagai jenis kemungkinan klasifikasi
        ditentukan berdasarkan tujuan negara.
  3.3 Asas Berkala
        Anggaran yang ditetapkan memiliki jangka waktu tertentu dalam pelaksanaannya.
        Asaa ini juga berkaitan dengan sistem pengawasan dalam pelaksanaannya.
  3.4 Asas Formil
        Adanya keharusan setiap anggaran memerlukan bentuk tertentu yang mengikat
        semua pihak, dalam hal ini berbetuk undang-undang. Dengan demikian semua pihak
        dapat mengetahui secara pasti. Hal ini juga menjadi dasar untuk pelaksanaan
        pengawasan rakyat melalui wakil-wakilnya.
  3.5 Asas Publisitas
        Merupakan asas dalam demokrasi bahwa tidak ada urusan publik bersifat rahasia.
        Dasar keterbukaan penting bagi negara demokrasi terutama mengenai penerimaan
        dan pengeluaran negara.


4. Fungsi Anggaran
  4.1    Fungsi Politik
         Adanya kesempatan kekuatan-kekuatan politik di dalam (DPR) yang ikut
         menyusun/memilih keinginan mereka, serta memberi kuasa kepada pemerintah
         untuk melaksanakannya.


                                                                                               2
4.2    Fungsi Yuridis
         Dokumen      yang    berbentuk    undang-undang      yang    mengikat    khususnya
         pemerintah yang berhubungan dengan pengeluaran dan penerimaan negara.
         Fungsi yuridis merupakan sarana yang membatasi pemerintah dalam hal
         pengeluran yang melampaui batas-batas anggaran.
  4.3    Fungsi Ekonomi
         Anggaran mencerminkan besarnya skala pembangunan yang diperlukan sesuai
         dengan tuntutan ekonomi yang dapat digunakan oleh negara.


5. Komponen dan Format Anggaran (APBN)
  5.1 Pendapatan Negara dan Hibah
        Pendapatan negara meliputi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
        yang merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang
        disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci
        yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun
        anggaran (1 Januari-31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggung
        jawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan undang-undang.
  5.2 Belanja Negara
        Belanja negara terdiri atas dua jenis, yaitu:
        5.2.2   Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk
                membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan
                di pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja
                Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja
                Barang, Belanja Modal, Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi
                Non-BBM,     Belanja   Hibah,   Belanja   Sosial   (termasuk   Penanggulangan
                Bencana), dan Belanja Lainnya.
        5.2.3   Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah,
                untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan.
                Belanja Daerah meliputi:
                1. Dana Bagi Hasil
                2. Dana Alokasi Umum
                3. Dana Alokasi Khusus
                4. Dana Otonomi Khusus




                                                                                                3
5.3 Keseimbangan Primer
    Keseimbangan primer merupakan total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk
    pembayaran bunga.
5.4 Surplus/Defisit Anggaran
    5.4.1   Anggaran defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
            Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran
            lebih   besar     dari    pemasukan     negara    guna   memberi   stimulus   pada
            perekonomian. Pada umumnya sangat baik digunakan jika keadaan ekonomi
            sedang resesif.
    5.4.2 Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
            Anggaran        surplus    adalah     kebijakan   pemerintah   untuk    membuat
            pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Anggaran surplus
            dilaksanakan ketika perekonomian berada pada kondisi ekspansi yang mulai
            memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
5.5 Pembiayaan
    Pembiayaan meliputi:
    5.5.1 Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat
            Utang Negara, serta penyertaan modal negara.
    5.5.2 Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
            a. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan
                Pinjaman Proyek
            b. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo
                dan Moratorium.


5. Sistem Penyusunan Anggaran
    5.1     Traditional Budget System (TBS)
            TBS menggunakan prinsip anggaran bruto yang penyusunan anggarannya
            berdasarkan       pendekatan incrementalism dan line item. Artinya, proses
            penyusunan ini hanya mengacu pada besarnya realisasi anggaran tahun
            sebelumnya. Konsekuensinya tidak ada perubahan mendasar pada anggaran
            baru. Struktur dan susunan anggran TBS bersifat spesifikasi dan cenderung
            sentralistis.
    5.2     Performance Budget System (PBS)
            PBS menekankan pada konsep value for money dan pengawasan kinerja
            output untuk lebih mengetahui tolak ukur tujuan dan sasaran pelayanan


                                                                                                 4
publik sehingga penganggaran lebih efisien. Pada dasarnya, PBS merupakan
       system yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja
       unruk mencapai prioritas tujuan dalam pengambilan keputusan. Dalam
       implementasinya, PBS menggunakan teknik analisa antara biaya dan
       manfaat. Penerapan PBS dalam penyusunan anggaran adalah sebagai berikut
       : Perumusan program -> penyusunan struktur organisasi pemerintah sesuai
       dg program (penentuan unit kerja, penentuan indicator program)
5.3    Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS)
       PPBS menekankan pada alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi
       dengan pengelompokan aktivitas yang berorientasi pada output dan tujuan.
       PPBS merupakan model penganggaran yang ditujukan untuk membantu
       pemerintah dalam pembuatan keputusan pengalokasian sumber daya dengan
       cara memberikan kerangka untuk membuat pilihan tersebut.


                      Tabel Perbedaan Sistem Anggaran
KETERANGAN          TRADISIONAL           PERFORMANCE          PPBS
Pengertian          Prakiraan             System         yang Kebijakan         yang
                    pengeluaran      dan mencakup kegiatan menekankan           pada
                    penerimaan     dana penyusunan             alokasi        sumber
                    yang        mengacu program dan tolak daya           berdasarkan
                    pada        besarnya ukur kinerja untuk analisis        ekonomi
                    realisasi anggaran mencapai prioritas untuk           memenuhi
                    tahun sebelumnya      tujuan         dalam kebutuhan        yang
                                          pengambilan          tidak terbatas
                                          keputusan
Landasan            Besar-kecilnya        Performa        atau Keberhasilan
Pengukuran          pengeluaran;     jika prestasi        dari rencana/program
                    seimbang              tujuan/hasil         dalam       mencapai
                    dikatakan berhasil    anggaran       yang tujuan negara
                                          efisien


Orientasi           Pertanggung           Pendayagunaan        Penyusunan
                    jawaban               dana           untuk rencana           dan
                    pelaksanaan           mencapai        hasil program



                                                                                       5
anggaran      yang optimal
Pengelompokan      Berdasarkan   Berdasarkan              Berdasarkan tujuan-
pos-pos Anggaran   objek-objek   rencana       kegiatan tujuan yang telah
                   pengeluaran   dan            adanya dirumuskan
                                 penetapan        tolak
                                 ukur           berupa
                                 standar biaya dan
                                 hasil kerja




                                                                                6
KEBIJAKAN
                                   PENGANGGARAN
  UU 25/2004         UU 17/2003       UU 1/2004          UU 15/2004       UU 32/2004       UU 33/2004



                PP                           PP              PP
                                                                               Pasal 182
Misal : PP                                                                     & Pasal
24/2005                                                                        194 UU
                                                                               32/2004

                                 PP 58/ 2005 :
                               Pengelolaan Keuda
                                  (Omnibus Regulation)                            Pasal 69 & Pasal
                                                                                  86 UU 33/2004

                      Pasal 155 PP 58/2005

                               PERMENDAGRI
                                  13/2006
                             Pedoman Pengelolaan
                              Keuangan Daerah                                  Kandungan lokal
             Pasal                       Pasal 330 Permendagri             berdasarkan kesepakatan
             151 Ayat                    13/2006                               bersama yg tidak
             1 PP          Perda Pokok-pokok Pengelolaan                  bertentangan dgn peraturan
             58/2005             Keuangan Daerah                                   perUUan



                         Perkada tentang Sistem & Prosedur              SE tentang Pedoman
                                                                      Penyusunan RKA-SKPD
      Pasal 151 Ayat 1 PP Pengelolaan Keuangan Daerah
      58/2005




                                                                                                     7
6. Sistem Anggaran di Indonesia
   Sistem anggaran di Indonesia menggunakan sistem anggaran daerah dan terpusat.
   Pada saat berlangsungnya masa orde baru sistem anggaran di Indonesia merupakan
   sistem anggaran terpusat, dimana semua anggaran yang ada tercantum dalam
   APBN. Pada era reformasi, yakni sekitar tahun 1999 diberlakukan kebijakan otonomi
   daerah yang pada akhirnya mengharuskan pemerintah daerah untuk memiliki buku
   anggarannya sendiri atau biasa disebut APBD. APBN sendiri disahkan oleh
   Kementrian Keuangan sedangkan APBD disahkan oleh Kementrian Dalam Negeri.
   Karena Indonesia menggunakan sistem anggaran terpusat dan sistem anggaran
   daerah maka sistem anggaran di Indonesia disebut sistem anggaran yang terpadu.




                                                                                       8
LAMPIRAN
                     Diskusi Teori Anggaran dan Sistem Anggaran
                                  Senin, 3 Oktober 2011




Moderator : Hesti Martadwiprani
Penyaji    : 1. Raditya Dwi Indrawan
            2. Alifiana Hafidian R.
            3. Sisca Henlita
            4. Ainun Dita Febriyanti
            5. M. Emil Widya P.


Sesi Pertama
1. Apa kelemahan dari sistem anggaran di Indonesia? (Farid Nurrahman - 3608 100 023)
   Adapun kelemahan dari sistem anggaran di Indonesia yaitu lemahnya kontrolling
   pemerintah pusat terhadap sistem anggaran di masing-masing daerah karena adanya
   otonomi daerah, hal inilah yang menimbulkan celah untuk terjadi penyelewengan dana.
2. Apa maksud pernyataan dari kesinergian antara APBD dengan APBN? Apakah terdapat
   sektor khusus yang mencerminkan adanya kesinergian tersebut? (Dwi Retno Ariyanti –
   3609 100 041)
   Maksud pernyataan dari kesinergian antara APBD dengan APBN adalah di dalam
   penyusunan APBD berpedoman pada APBN, karena pembahasan yang ada di dalam
   APBN lebih makro daripada APBD. Setiap daerah memiliki keperluan daerah masing-
   masing, sehingga dari sini terlihat bahwa kebutuhan daerah tersebut bersinergi pada
   APBN.
3. Dalam asas kelengkapan yang terdapat di sistem anggaran, tercantum adanya dana
   hibah. Apakah dana hibah selalu dicantumkan dalam sistem anggaran, misalnya saja
   dana hibah yang terdapat di RAPBN ? Jika iya, dana tersebut sudah diterima apa belum?
   (Achmad Ghozali - 3609 100 048)
   Iya, dana hibah selalu dicantumkan dalam sistem anggaran. Misalnya saja di dalam
   APBN, jika dana hibah datang disaat telah tersusunnya APBN, dana hibah tersebut tetap
   dimasukkan tetapi dimasukkan ke dalam RAPBN.




                                                                                           9
Sesi Kedua
1. Apakah    memungkinkan     memakai     sistem   obligasi   dalam   suatu   pembiayaan
   pembangunan? Jika iya, seberapa besar prospeknya? Dan mengapa pemerintah tidak
   menggunakan sistem obligasi? (Fariz Arijuddin - 3608 100 052)
   Tidak. Berdasarkan pengertiannya, sistem obligasi merupakan suatu istilah yang
   digunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan utang dari penerbit
   obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang
   beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Negara
   apabila membutuhkan dana yang besar untuk pembangunan dan dalam keadaan yang
   terdesak pasti menerbitkan surat utang negara/obligasi dan ditujukan pada badan atau
   perseorangan, namun apabila kebutuhannya tidak mendesak, pemerintah masih dapat
   mengandalkan pembiayaan dari pajak, APBN, dll untuk membiayai pembangunan. Pada
   dasarnya apabila bekerja sama dengan pihak swasta tidak bisa dipungkiri lagi bahwa
   pihak swasta pasti menginginkan keuntungan yang maksimal dari suatu pembangunan.
   Karena swasta bersifat profitable sedangkan pemerintah bersifat non profitable. Hal ini
   yang membuat pemerintah untuk berhati-hati menyikapi, karena apabila tidak berhati-
   hati bekerja sama dengan swasta, rakyat Indonesia yang akan terkena dampak
   negatifnya.
2. Apakah terdapat dampak positif dari adanya otonomi daerah? Berikan contoh studi
   kasusnya apabila daerah tersebut belum mandiri! (Adinda Putri Siagian - 3609 100 701)
   Iya, ada. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah daerah dapat mengakomodasi
   segala macam keperluan rumah tangga daerah tersebut secara mandiri dan dapat
   mengeksplorasi kekayaan alam yang berada di daerah tersebut secara mandiri. Namun,
   apabila daerah tersebut belum mandiri maka pemerintah lebih memfokuskan untuk
   ‘membantu’ proses dalam mengelola sistem anggaran di daerah tersebut dan membantu
   untuk memberdayakan SDM yang menggerakkan sistem di daerah.
3. Dimana letak peluang adanya penyelewengan dana yang terjadi? (Veranita Hadyanti
   Utami - 3609 100 055)
   Dana pembiayaan yang berasal dari APBN dan APBD sangat rentan sekali terkena
   penyelewengan, adapun celah letak penyelewengan dana tersebut terjadi di dalam
   proses pelaksanaannya maupun waktu terjadinya proses lelang/tender. Misalnya: Dalam
   suat pembangunan bangunan A, di dalam anggaran yang diajukan pihak kedua yang
   disini sebagai pemenang tender sebesar 100 juta, namun dalam pelaksanaannya hanya
   menghabiskan 80 juta, sisa uang 20 juta itu nantinya akan dibagi-bagikan kepada pihak
   birokrasi maupun yang lain dan tidak dikembalikan kepada negara, yang bertujuan


                                                                                             10
untuk memuluskan proyek tender-tender berikutnya. Lalu dalam sebuah sistem
   anggaran di Indonesia, pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, neraca aktiva dan
   pasiva harus seimbang yang memungkinkan untuk menekan pengeluaran sehingga
   terdapat saldo yang pada akhirnya dibagi-bagikan kepada beberapa oknum yang
   terlibat, dan masih banyak sekali modus penyelewengan APBN atau APBD di dalam
   pembiayaan pembangunan.
4. Dalam kasus pembangunan publik, bagaimana peran kita sebagai planner dalam
   menanggapi adanya bangunan yang mangkrak dengan anggaran pemerintah yang
   terbatas? (Apridev Khomenie - 3609 100 057)
   Di dalam membiayai pembangunan, pemerintah seringkali berbenturan dengan
   keterbatasan dana yang pada akhirnya pembangunan tersebut macet dan menjadi
   bangunan yang tidak terurus/mangkrak. Kita sebagai planner, sebisa mungkin mengajak
   semua stakeholders bekerja sama untuk membiayai          pembangunan, baik       dari
   pemerintah, swasta, maupun partisipasi masyarakat dengan cara dan kapasitas yang
   berbeda-beda tentunya. Kita tidak harus menunggu pemerintah untuk mengucurkan
   dana apabila pembangunan macet, kita dapat mengajak swasta untuk bekerja sama
   namun dengan perjanjian kerjasama dan tidak memberatkan masyarakat. Masyarakat
   juga dapat membantu melalui partisipasi aktifnya menggerakkan masyarakat lainnya
   untuk peduli terhadap pembangunan dan membantu sebisanya untuk berpartisipasi.




                                                                                           11

More Related Content

What's hot

Organisasi sektor publik
Organisasi sektor publikOrganisasi sektor publik
Organisasi sektor publikAjeng Pipit
 
Pengantar Akuntansi Pemerintah
Pengantar Akuntansi PemerintahPengantar Akuntansi Pemerintah
Pengantar Akuntansi PemerintahSujatmiko Wibowo
 
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAAkuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAMahyuni Bjm
 
Perencanaan sektor publik
Perencanaan sektor publikPerencanaan sektor publik
Perencanaan sektor publikRini Pakpahan
 
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual PenuhAkuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual PenuhMahyuni Bjm
 
Perencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPerencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPSEKP - UGM
 
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajibanAkuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajibanSujatmiko Wibowo
 
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)Eka Wahyuliana
 
Penyusunan Anggaran
Penyusunan AnggaranPenyusunan Anggaran
Penyusunan AnggaraniyonZ
 
Akuntansi investasi
Akuntansi investasiAkuntansi investasi
Akuntansi investasiAdi Jauhari
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSujatmiko Wibowo
 
Persamaan dan Teknik Akuntansi Pemerintahan
Persamaan dan Teknik Akuntansi PemerintahanPersamaan dan Teknik Akuntansi Pemerintahan
Persamaan dan Teknik Akuntansi PemerintahanSujatmiko Wibowo
 
Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6Maiya Maiya
 
Akuntansi persediaan - PEMDA
Akuntansi persediaan - PEMDAAkuntansi persediaan - PEMDA
Akuntansi persediaan - PEMDAMahyuni Bjm
 
Akuntansi Kas dan Setara Kas PEMDA
Akuntansi Kas dan Setara Kas PEMDAAkuntansi Kas dan Setara Kas PEMDA
Akuntansi Kas dan Setara Kas PEMDAMahyuni Bjm
 
Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara Tatang Suwandi
 

What's hot (20)

Organisasi sektor publik
Organisasi sektor publikOrganisasi sektor publik
Organisasi sektor publik
 
Pengantar Akuntansi Pemerintah
Pengantar Akuntansi PemerintahPengantar Akuntansi Pemerintah
Pengantar Akuntansi Pemerintah
 
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAAkuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
 
Perencanaan sektor publik
Perencanaan sektor publikPerencanaan sektor publik
Perencanaan sektor publik
 
anggaran pemerintah
anggaran pemerintahanggaran pemerintah
anggaran pemerintah
 
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual PenuhAkuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
 
Perencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPerencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBN
 
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajibanAkuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
 
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
 
Penyusunan Anggaran
Penyusunan AnggaranPenyusunan Anggaran
Penyusunan Anggaran
 
Akuntansi investasi
Akuntansi investasiAkuntansi investasi
Akuntansi investasi
 
SAPP
SAPPSAPP
SAPP
 
Badan layanan umum
Badan layanan umumBadan layanan umum
Badan layanan umum
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
 
Persamaan dan Teknik Akuntansi Pemerintahan
Persamaan dan Teknik Akuntansi PemerintahanPersamaan dan Teknik Akuntansi Pemerintahan
Persamaan dan Teknik Akuntansi Pemerintahan
 
Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6
 
Akuntansi persediaan - PEMDA
Akuntansi persediaan - PEMDAAkuntansi persediaan - PEMDA
Akuntansi persediaan - PEMDA
 
Akuntansi Kas dan Setara Kas PEMDA
Akuntansi Kas dan Setara Kas PEMDAAkuntansi Kas dan Setara Kas PEMDA
Akuntansi Kas dan Setara Kas PEMDA
 
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - XRingkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
 
Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara
 

Viewers also liked

Jenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintahJenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintahfarums
 
Pro kontra budgeting in indonesia (KONSEP)
Pro kontra budgeting in indonesia (KONSEP)Pro kontra budgeting in indonesia (KONSEP)
Pro kontra budgeting in indonesia (KONSEP)DGT
 
Peran dan Fungsi Pemda dan DPRD dalam Penyusunan APBD berbasis Kinerja
Peran dan Fungsi Pemda dan DPRD dalam Penyusunan APBD berbasis Kinerja Peran dan Fungsi Pemda dan DPRD dalam Penyusunan APBD berbasis Kinerja
Peran dan Fungsi Pemda dan DPRD dalam Penyusunan APBD berbasis Kinerja Dadang Solihin
 
4 jurnal telematika_oliver_pengembangan technology acceptance model (tam)
4 jurnal telematika_oliver_pengembangan technology acceptance model (tam)4 jurnal telematika_oliver_pengembangan technology acceptance model (tam)
4 jurnal telematika_oliver_pengembangan technology acceptance model (tam)Asép Saépulloh
 
Penganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatPenganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatDanny Akbar
 
sistem penganggaran negara
sistem penganggaran negarasistem penganggaran negara
sistem penganggaran negaraAry Efendi
 
Pengelolaan Keuaanagan Daerah PP58 & Permen 13 /2006 & 59/2007
Pengelolaan Keuaanagan Daerah  PP58 & Permen 13 /2006 & 59/2007Pengelolaan Keuaanagan Daerah  PP58 & Permen 13 /2006 & 59/2007
Pengelolaan Keuaanagan Daerah PP58 & Permen 13 /2006 & 59/2007Kementerian Dalam Negeri
 
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan DaerahPeraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan DaerahPenataan Ruang
 
Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Daerah
Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan DaerahEvaluasi dan Pengendalian Pembangunan Daerah
Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan DaerahRusman R. Manik
 
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004Dadang Solihin
 
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan DaerahMekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan DaerahRandy Wrihatnolo
 
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShareSlideShare
 
What to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareWhat to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareSlideShare
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareSlideShare
 

Viewers also liked (17)

Jenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintahJenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintah
 
performance budgeting
performance budgetingperformance budgeting
performance budgeting
 
Pro kontra budgeting in indonesia (KONSEP)
Pro kontra budgeting in indonesia (KONSEP)Pro kontra budgeting in indonesia (KONSEP)
Pro kontra budgeting in indonesia (KONSEP)
 
Peran dan Fungsi Pemda dan DPRD dalam Penyusunan APBD berbasis Kinerja
Peran dan Fungsi Pemda dan DPRD dalam Penyusunan APBD berbasis Kinerja Peran dan Fungsi Pemda dan DPRD dalam Penyusunan APBD berbasis Kinerja
Peran dan Fungsi Pemda dan DPRD dalam Penyusunan APBD berbasis Kinerja
 
4 jurnal telematika_oliver_pengembangan technology acceptance model (tam)
4 jurnal telematika_oliver_pengembangan technology acceptance model (tam)4 jurnal telematika_oliver_pengembangan technology acceptance model (tam)
4 jurnal telematika_oliver_pengembangan technology acceptance model (tam)
 
Penganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatPenganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusat
 
Pedoman Pengelolan Keuangan daerah
Pedoman Pengelolan Keuangan daerah Pedoman Pengelolan Keuangan daerah
Pedoman Pengelolan Keuangan daerah
 
sistem penganggaran negara
sistem penganggaran negarasistem penganggaran negara
sistem penganggaran negara
 
Pengelolaan Keuaanagan Daerah PP58 & Permen 13 /2006 & 59/2007
Pengelolaan Keuaanagan Daerah  PP58 & Permen 13 /2006 & 59/2007Pengelolaan Keuaanagan Daerah  PP58 & Permen 13 /2006 & 59/2007
Pengelolaan Keuaanagan Daerah PP58 & Permen 13 /2006 & 59/2007
 
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan DaerahPeraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
 
02. apb desa
02. apb desa02. apb desa
02. apb desa
 
Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Daerah
Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan DaerahEvaluasi dan Pengendalian Pembangunan Daerah
Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Daerah
 
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004
 
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan DaerahMekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah
 
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
 
What to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareWhat to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShare
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShare
 

Similar to Sistem Anggaran

Anggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaraAnggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaragravity1992
 
akuntansi sektor publik
akuntansi sektor publikakuntansi sektor publik
akuntansi sektor publikAmrul Rizal
 
Jenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintahJenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintahAditya Arisandi
 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian IndonesiaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian IndonesiaSTIE EKUITAS BANDUNG
 
TEORI PENGANGGARAN PUBLIK.doc
TEORI PENGANGGARAN PUBLIK.docTEORI PENGANGGARAN PUBLIK.doc
TEORI PENGANGGARAN PUBLIK.docLairivRevyIwamony
 
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAREVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAMas CR
 
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
Anggaran Pendapatan Belanja NegaraAnggaran Pendapatan Belanja Negara
Anggaran Pendapatan Belanja Negararaniasma
 
keuangan publik dan kebijakan fiskal
keuangan publik dan kebijakan fiskalkeuangan publik dan kebijakan fiskal
keuangan publik dan kebijakan fiskalSrestha Anindyanari
 
SIKLUS APBN dan APBD.ppt
SIKLUS APBN dan APBD.pptSIKLUS APBN dan APBD.ppt
SIKLUS APBN dan APBD.pptPorimataPutri
 
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdfPendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdfFajar318789
 
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerahEfry Ghani
 
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMAAPBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMAPraktisiMadrasah
 
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaMakalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaYadhi Muqsith
 

Similar to Sistem Anggaran (20)

Anggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaraAnggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negara
 
Keuangan (anggaran)
Keuangan (anggaran)Keuangan (anggaran)
Keuangan (anggaran)
 
akuntansi sektor publik
akuntansi sektor publikakuntansi sektor publik
akuntansi sektor publik
 
1-Konsep Pembiayaan Pembangunan.pptx
1-Konsep Pembiayaan Pembangunan.pptx1-Konsep Pembiayaan Pembangunan.pptx
1-Konsep Pembiayaan Pembangunan.pptx
 
Jenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintahJenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintah
 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian IndonesiaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Perekonomian Indonesia
 
TEORI PENGANGGARAN PUBLIK.doc
TEORI PENGANGGARAN PUBLIK.docTEORI PENGANGGARAN PUBLIK.doc
TEORI PENGANGGARAN PUBLIK.doc
 
Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)
Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)
Bab 3 dan 4 akt. sektor publik (kelompok 2)
 
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAREVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
 
Apbd
Apbd  Apbd
Apbd
 
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
Anggaran Pendapatan Belanja NegaraAnggaran Pendapatan Belanja Negara
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
 
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 9
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 9EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 9
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 9
 
keuangan publik dan kebijakan fiskal
keuangan publik dan kebijakan fiskalkeuangan publik dan kebijakan fiskal
keuangan publik dan kebijakan fiskal
 
APBN
APBNAPBN
APBN
 
SIKLUS APBN dan APBD.ppt
SIKLUS APBN dan APBD.pptSIKLUS APBN dan APBD.ppt
SIKLUS APBN dan APBD.ppt
 
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdfPendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
 
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
 
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMAAPBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
 
Fiskal
FiskalFiskal
Fiskal
 
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaMakalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
 

More from Ainun Dita Febriyanti

More from Ainun Dita Febriyanti (6)

Konsep Agropolitan
Konsep AgropolitanKonsep Agropolitan
Konsep Agropolitan
 
Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya
Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek SurabayaAnalisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya
Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya
 
Pengembangan Masyarakat
Pengembangan MasyarakatPengembangan Masyarakat
Pengembangan Masyarakat
 
Masyarakat Pesisir dan Pemberdayaannya
Masyarakat Pesisir dan PemberdayaannyaMasyarakat Pesisir dan Pemberdayaannya
Masyarakat Pesisir dan Pemberdayaannya
 
Pemberdayaan Masyarakat Kampung Batik Laweyan
Pemberdayaan Masyarakat Kampung Batik LaweyanPemberdayaan Masyarakat Kampung Batik Laweyan
Pemberdayaan Masyarakat Kampung Batik Laweyan
 
Kota Venesia
Kota VenesiaKota Venesia
Kota Venesia
 

Recently uploaded

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 

Sistem Anggaran

  • 1. Tugas II Pembiayaan Pembangunan Oleh: Raditya Dwi Indrawan 3609-04 Alifiana Hafidian R. 3609-12 Sisca Henlita 3609-13 Hesti Martadwiprani 3609-14 Ainun Dita Febriyanti 3609-19 M. Emil Widya P. 3609-21 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011
  • 2. TEORI ANGGARAN DAN SISTEM ANGGARAN 1. Definisi Anggaran Menurut Mulyadi (2001, p.488), anggaran adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1989:6) , anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen dalam perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Definisi anggaran, atau biasa disebut dengan pembiayaan publik di atas, dapat digunakan baik dalam lingkup rumah tangga maupun daerah/negara. Anggaran terbagi menjadi 2, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBN dikeluarkan oleh pemerintah pusat atas persetujuan DPR. Sedangkan APBD dikeluarkan oleh pemerintah daerah melalui persetujuan DPRD. 2. Sifat Hukum Anggaran Anggaran memiliki sifat hukum dimana hukum tersebut ditetapkan oleh perda. Adapun sifat hukum anggaran ditentukan dari periodisitas dan kontinuitas (memiliki periode waktu) dan materiil (hanya mengikat pemerintah). Berikut merupakan perbedaaan undang-undang perda tentang APBN/APBD dengan undang-undang lainnya adalah: ● Periodisitas dan kontinuitas, artinya undang-undang anggaran hanya berlaku satu tahun. Sedangkan undang-undang lain berlaku secara terus menerus. ● Materiil, artinya undang-undang anggaran hanya berlaku bagi pemerintah. Sedangkan undang-undang lain mengikat semua masyarakat. 3. Asas Anggaran Pada umumnya, sistem anggaran mengalami perkembangan mulai dari zaman feodal, absolutisme, hingga zaman modern. Di zaman foedal pengeluaran dan pendapatan negara dianggap sebagai alat privat raja atau penguasa, dimana pendapatan maupun pengeluaran raja atau penguasa publik lain tidak dimasukkan ke dalam anggaran negara. Pada zaman absolutisme, sistem keuangan yang berlaku adalah sistem sportel yaitu sebagian besar pendapatan negara tidak masuk ke dalam kas pusat, melainkan ke 1
  • 3. dalam kas pejabat umum yang secara langsung membiayai tindakan penyediaan negara. Semua pemasukan negara masuk ke dalam kas para pejabat sebagai imbalan bagi jasa yang mereka lakukan. Perkembangan pemikiran demokrasi yang menguasai ketatanegaraan berlangsung mulai abad ke-19 dan adanya perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya perubahan pada sistem anggaran yang dikenal dengan sistem anggaran modern. Pelaksanaan sistem ini bervariasi, terutama mengenai susunan anggaran dan periodisitas dan bentuk formilnya. Adapun asas-asas yang dipergunakan dalam sistem anggaran modern ini adalah (Bohari, 1995): 3.1 Asas Kelengkapan Semua pengeluaran dan penerimaan secara tegas dimuat dalam anggaran. Tidak boleh ada penerimaan atau pengeluaran yang tidak dimasukkan ke dalam kas negara. 3.2 Asas Spesialisasi/spesifikasi Susunan anggaran terdiri dari berbagai macam pengeluaran dan penerimaan sehingga perlu diadakan klasifikasi tertentu. Berbagai jenis kemungkinan klasifikasi ditentukan berdasarkan tujuan negara. 3.3 Asas Berkala Anggaran yang ditetapkan memiliki jangka waktu tertentu dalam pelaksanaannya. Asaa ini juga berkaitan dengan sistem pengawasan dalam pelaksanaannya. 3.4 Asas Formil Adanya keharusan setiap anggaran memerlukan bentuk tertentu yang mengikat semua pihak, dalam hal ini berbetuk undang-undang. Dengan demikian semua pihak dapat mengetahui secara pasti. Hal ini juga menjadi dasar untuk pelaksanaan pengawasan rakyat melalui wakil-wakilnya. 3.5 Asas Publisitas Merupakan asas dalam demokrasi bahwa tidak ada urusan publik bersifat rahasia. Dasar keterbukaan penting bagi negara demokrasi terutama mengenai penerimaan dan pengeluaran negara. 4. Fungsi Anggaran 4.1 Fungsi Politik Adanya kesempatan kekuatan-kekuatan politik di dalam (DPR) yang ikut menyusun/memilih keinginan mereka, serta memberi kuasa kepada pemerintah untuk melaksanakannya. 2
  • 4. 4.2 Fungsi Yuridis Dokumen yang berbentuk undang-undang yang mengikat khususnya pemerintah yang berhubungan dengan pengeluaran dan penerimaan negara. Fungsi yuridis merupakan sarana yang membatasi pemerintah dalam hal pengeluran yang melampaui batas-batas anggaran. 4.3 Fungsi Ekonomi Anggaran mencerminkan besarnya skala pembangunan yang diperlukan sesuai dengan tuntutan ekonomi yang dapat digunakan oleh negara. 5. Komponen dan Format Anggaran (APBN) 5.1 Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan negara meliputi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari-31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggung jawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan undang-undang. 5.2 Belanja Negara Belanja negara terdiri atas dua jenis, yaitu: 5.2.2 Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya. 5.2.3 Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Daerah meliputi: 1. Dana Bagi Hasil 2. Dana Alokasi Umum 3. Dana Alokasi Khusus 4. Dana Otonomi Khusus 3
  • 5. 5.3 Keseimbangan Primer Keseimbangan primer merupakan total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga. 5.4 Surplus/Defisit Anggaran 5.4.1 Anggaran defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Pada umumnya sangat baik digunakan jika keadaan ekonomi sedang resesif. 5.4.2 Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian berada pada kondisi ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. 5.5 Pembiayaan Pembiayaan meliputi: 5.5.1 Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang Negara, serta penyertaan modal negara. 5.5.2 Pembiayaan Luar Negeri, meliputi: a. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek b. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium. 5. Sistem Penyusunan Anggaran 5.1 Traditional Budget System (TBS) TBS menggunakan prinsip anggaran bruto yang penyusunan anggarannya berdasarkan pendekatan incrementalism dan line item. Artinya, proses penyusunan ini hanya mengacu pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya. Konsekuensinya tidak ada perubahan mendasar pada anggaran baru. Struktur dan susunan anggran TBS bersifat spesifikasi dan cenderung sentralistis. 5.2 Performance Budget System (PBS) PBS menekankan pada konsep value for money dan pengawasan kinerja output untuk lebih mengetahui tolak ukur tujuan dan sasaran pelayanan 4
  • 6. publik sehingga penganggaran lebih efisien. Pada dasarnya, PBS merupakan system yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja unruk mencapai prioritas tujuan dalam pengambilan keputusan. Dalam implementasinya, PBS menggunakan teknik analisa antara biaya dan manfaat. Penerapan PBS dalam penyusunan anggaran adalah sebagai berikut : Perumusan program -> penyusunan struktur organisasi pemerintah sesuai dg program (penentuan unit kerja, penentuan indicator program) 5.3 Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS) PPBS menekankan pada alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi dengan pengelompokan aktivitas yang berorientasi pada output dan tujuan. PPBS merupakan model penganggaran yang ditujukan untuk membantu pemerintah dalam pembuatan keputusan pengalokasian sumber daya dengan cara memberikan kerangka untuk membuat pilihan tersebut. Tabel Perbedaan Sistem Anggaran KETERANGAN TRADISIONAL PERFORMANCE PPBS Pengertian Prakiraan System yang Kebijakan yang pengeluaran dan mencakup kegiatan menekankan pada penerimaan dana penyusunan alokasi sumber yang mengacu program dan tolak daya berdasarkan pada besarnya ukur kinerja untuk analisis ekonomi realisasi anggaran mencapai prioritas untuk memenuhi tahun sebelumnya tujuan dalam kebutuhan yang pengambilan tidak terbatas keputusan Landasan Besar-kecilnya Performa atau Keberhasilan Pengukuran pengeluaran; jika prestasi dari rencana/program seimbang tujuan/hasil dalam mencapai dikatakan berhasil anggaran yang tujuan negara efisien Orientasi Pertanggung Pendayagunaan Penyusunan jawaban dana untuk rencana dan pelaksanaan mencapai hasil program 5
  • 7. anggaran yang optimal Pengelompokan Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan tujuan- pos-pos Anggaran objek-objek rencana kegiatan tujuan yang telah pengeluaran dan adanya dirumuskan penetapan tolak ukur berupa standar biaya dan hasil kerja 6
  • 8. KEBIJAKAN PENGANGGARAN UU 25/2004 UU 17/2003 UU 1/2004 UU 15/2004 UU 32/2004 UU 33/2004 PP PP PP Pasal 182 Misal : PP & Pasal 24/2005 194 UU 32/2004 PP 58/ 2005 : Pengelolaan Keuda (Omnibus Regulation) Pasal 69 & Pasal 86 UU 33/2004 Pasal 155 PP 58/2005 PERMENDAGRI 13/2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Kandungan lokal Pasal Pasal 330 Permendagri berdasarkan kesepakatan 151 Ayat 13/2006 bersama yg tidak 1 PP Perda Pokok-pokok Pengelolaan bertentangan dgn peraturan 58/2005 Keuangan Daerah perUUan Perkada tentang Sistem & Prosedur SE tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Pasal 151 Ayat 1 PP Pengelolaan Keuangan Daerah 58/2005 7
  • 9. 6. Sistem Anggaran di Indonesia Sistem anggaran di Indonesia menggunakan sistem anggaran daerah dan terpusat. Pada saat berlangsungnya masa orde baru sistem anggaran di Indonesia merupakan sistem anggaran terpusat, dimana semua anggaran yang ada tercantum dalam APBN. Pada era reformasi, yakni sekitar tahun 1999 diberlakukan kebijakan otonomi daerah yang pada akhirnya mengharuskan pemerintah daerah untuk memiliki buku anggarannya sendiri atau biasa disebut APBD. APBN sendiri disahkan oleh Kementrian Keuangan sedangkan APBD disahkan oleh Kementrian Dalam Negeri. Karena Indonesia menggunakan sistem anggaran terpusat dan sistem anggaran daerah maka sistem anggaran di Indonesia disebut sistem anggaran yang terpadu. 8
  • 10. LAMPIRAN Diskusi Teori Anggaran dan Sistem Anggaran Senin, 3 Oktober 2011 Moderator : Hesti Martadwiprani Penyaji : 1. Raditya Dwi Indrawan 2. Alifiana Hafidian R. 3. Sisca Henlita 4. Ainun Dita Febriyanti 5. M. Emil Widya P. Sesi Pertama 1. Apa kelemahan dari sistem anggaran di Indonesia? (Farid Nurrahman - 3608 100 023) Adapun kelemahan dari sistem anggaran di Indonesia yaitu lemahnya kontrolling pemerintah pusat terhadap sistem anggaran di masing-masing daerah karena adanya otonomi daerah, hal inilah yang menimbulkan celah untuk terjadi penyelewengan dana. 2. Apa maksud pernyataan dari kesinergian antara APBD dengan APBN? Apakah terdapat sektor khusus yang mencerminkan adanya kesinergian tersebut? (Dwi Retno Ariyanti – 3609 100 041) Maksud pernyataan dari kesinergian antara APBD dengan APBN adalah di dalam penyusunan APBD berpedoman pada APBN, karena pembahasan yang ada di dalam APBN lebih makro daripada APBD. Setiap daerah memiliki keperluan daerah masing- masing, sehingga dari sini terlihat bahwa kebutuhan daerah tersebut bersinergi pada APBN. 3. Dalam asas kelengkapan yang terdapat di sistem anggaran, tercantum adanya dana hibah. Apakah dana hibah selalu dicantumkan dalam sistem anggaran, misalnya saja dana hibah yang terdapat di RAPBN ? Jika iya, dana tersebut sudah diterima apa belum? (Achmad Ghozali - 3609 100 048) Iya, dana hibah selalu dicantumkan dalam sistem anggaran. Misalnya saja di dalam APBN, jika dana hibah datang disaat telah tersusunnya APBN, dana hibah tersebut tetap dimasukkan tetapi dimasukkan ke dalam RAPBN. 9
  • 11. Sesi Kedua 1. Apakah memungkinkan memakai sistem obligasi dalam suatu pembiayaan pembangunan? Jika iya, seberapa besar prospeknya? Dan mengapa pemerintah tidak menggunakan sistem obligasi? (Fariz Arijuddin - 3608 100 052) Tidak. Berdasarkan pengertiannya, sistem obligasi merupakan suatu istilah yang digunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Negara apabila membutuhkan dana yang besar untuk pembangunan dan dalam keadaan yang terdesak pasti menerbitkan surat utang negara/obligasi dan ditujukan pada badan atau perseorangan, namun apabila kebutuhannya tidak mendesak, pemerintah masih dapat mengandalkan pembiayaan dari pajak, APBN, dll untuk membiayai pembangunan. Pada dasarnya apabila bekerja sama dengan pihak swasta tidak bisa dipungkiri lagi bahwa pihak swasta pasti menginginkan keuntungan yang maksimal dari suatu pembangunan. Karena swasta bersifat profitable sedangkan pemerintah bersifat non profitable. Hal ini yang membuat pemerintah untuk berhati-hati menyikapi, karena apabila tidak berhati- hati bekerja sama dengan swasta, rakyat Indonesia yang akan terkena dampak negatifnya. 2. Apakah terdapat dampak positif dari adanya otonomi daerah? Berikan contoh studi kasusnya apabila daerah tersebut belum mandiri! (Adinda Putri Siagian - 3609 100 701) Iya, ada. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah daerah dapat mengakomodasi segala macam keperluan rumah tangga daerah tersebut secara mandiri dan dapat mengeksplorasi kekayaan alam yang berada di daerah tersebut secara mandiri. Namun, apabila daerah tersebut belum mandiri maka pemerintah lebih memfokuskan untuk ‘membantu’ proses dalam mengelola sistem anggaran di daerah tersebut dan membantu untuk memberdayakan SDM yang menggerakkan sistem di daerah. 3. Dimana letak peluang adanya penyelewengan dana yang terjadi? (Veranita Hadyanti Utami - 3609 100 055) Dana pembiayaan yang berasal dari APBN dan APBD sangat rentan sekali terkena penyelewengan, adapun celah letak penyelewengan dana tersebut terjadi di dalam proses pelaksanaannya maupun waktu terjadinya proses lelang/tender. Misalnya: Dalam suat pembangunan bangunan A, di dalam anggaran yang diajukan pihak kedua yang disini sebagai pemenang tender sebesar 100 juta, namun dalam pelaksanaannya hanya menghabiskan 80 juta, sisa uang 20 juta itu nantinya akan dibagi-bagikan kepada pihak birokrasi maupun yang lain dan tidak dikembalikan kepada negara, yang bertujuan 10
  • 12. untuk memuluskan proyek tender-tender berikutnya. Lalu dalam sebuah sistem anggaran di Indonesia, pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, neraca aktiva dan pasiva harus seimbang yang memungkinkan untuk menekan pengeluaran sehingga terdapat saldo yang pada akhirnya dibagi-bagikan kepada beberapa oknum yang terlibat, dan masih banyak sekali modus penyelewengan APBN atau APBD di dalam pembiayaan pembangunan. 4. Dalam kasus pembangunan publik, bagaimana peran kita sebagai planner dalam menanggapi adanya bangunan yang mangkrak dengan anggaran pemerintah yang terbatas? (Apridev Khomenie - 3609 100 057) Di dalam membiayai pembangunan, pemerintah seringkali berbenturan dengan keterbatasan dana yang pada akhirnya pembangunan tersebut macet dan menjadi bangunan yang tidak terurus/mangkrak. Kita sebagai planner, sebisa mungkin mengajak semua stakeholders bekerja sama untuk membiayai pembangunan, baik dari pemerintah, swasta, maupun partisipasi masyarakat dengan cara dan kapasitas yang berbeda-beda tentunya. Kita tidak harus menunggu pemerintah untuk mengucurkan dana apabila pembangunan macet, kita dapat mengajak swasta untuk bekerja sama namun dengan perjanjian kerjasama dan tidak memberatkan masyarakat. Masyarakat juga dapat membantu melalui partisipasi aktifnya menggerakkan masyarakat lainnya untuk peduli terhadap pembangunan dan membantu sebisanya untuk berpartisipasi. 11