Jurnal pertama membahas evaluasi pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Kulonprogo sejak 2010, menemukan bahwa kesejahteraan petani masih rendah akibat keterbatasan sarana prasarana. Jurnal kedua menganalisis potensi wilayah Langowan sebagai agropolitan dengan metode SWOT, menunjukkan komoditas unggulan padi dan strategi pengembangan melalui hubungan dengan kota sekitar.
2. 1
IDENTITAS JURNAL
JURNAL 1
JUDUL : Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo, Daerah
Istimewa Yogyakarta
PENULIS : Bambang Trihartanto Suroyo dan Wiwandari Handayani
JURUSAN/FAKULTAS : Magister Teknik Pembangunan dan Kota, Universitas
Diponegoro
JUMLAH HALAMAN : 19 Halaman
TAHUN : 2014
JURNAL 2
JUDUL : PENGEMBANGAN WILAYAH LANGOWAN SEBAGAI KAWASAN
AGROPOLITAN
PENULIS : PINGKAN ESTER DIEN
JURUSAN/FAKULTAS : FAKULTAS PERTANIAN/UNIVERSITAS SAM
RATULANGI
JUMLAH HALAMAN : 20 Halaman
TAHUN : 2014
3. 2
I. PENDAHULUAN
Kawasan agropolitan merupakan kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiayan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber
daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan
sauna sistem permukiman dan sistem agribisnis. Pada tugas ini saya mengambil jurnal yang
berjudul “Pengembangan Kawasan agropolitan di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa
Yogyakarta” dan “Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai Kawasan Agropolitan” untuk
dijadikan tugas critical review mata kuliah perencanaan wilayah. Dari kedua jurnal yang akan
saya review ini mempunya perbedaan yaitu pada jurnak pertama, penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji keberhasilan pengembangan kawasan Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo, Metode
analisis yang digunakan adalan berupa pengukuran tigkat kesejahteraan petani, skala likert dan
regeresi linear berganda, kesejahteraan petani padi, melon dan ketela pohon di kawasan ini masih
di bawah rata-rata Kabupaten Kulonprogo. Faktor yang mempengruhi adalah kurangnya
ketersediaan sarana dan prasarana agrbisnis hulu hilir seperti bahan baku, alat mesin pertanian,
irigasi pemasaran dan kondisi jalannya, sehingga menjadi adanya hambatan utama bagi petani
dalam peningkatan produktivitas serta daya beli petani.
Sedangkan pada jurnal kedua membahas tentang bertujuan untuk mengetahui potensi
serta strategi pengembagan wilayah Langowan sebagai kawasan agropolitan. Kemudian latar
belakang dari jurnal kedua ini adalah terjadinya kesenjangan antar desa dan kota mengakibatkan
terjadinya proses irban bias yaitu tersedotnya poteni perdesaan baik dari sisi sumber manusia,
sumber daya alam dan modal. Dan untuk analisa potensi pada jurnal ini meggunakan analisis
secara deskriptif berdasarkan data primer dan sekunder yang ada . untuk analisis strategi
pengembangan kawasan agropolitan digunakannya analisis SWOT.
II. REVIEW JURNAL
Jurnal 1
Semenjak kawasan Kabupaten Kulonprogo ditetapkan kawasan ini sebagai agropolitan pada
tahun 2010, pemerintah daerah belum secara signifikan memberikan adanya dorongan terdapat
ketersediaan sarana dan prasarana agribisnis dari hulu-hilir. Minimnya daya dukung tersebut
mengakibatkan lemahnya peran kawasan agropolitan pada Fase II terhadap engembangan
wilayah Kabupaten Kulonprogo. Konsep kawasan agropolitan ini adalahs alah satu konsep
perencanaan pengembangan iwlayah yang cukup popular pada beberapa dekade di negara
negara berkembang dan agraris seperti Indoensia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pengembangan Kawasan Agropolitan Fase II terhadap pembangunan desa
semenjak ditetapkan tahun 2010 melalui SK Bupati Kulonprogo. Yang perlu diketahui dalam
penelitian ini adalah tingkat kesejahteraan petani di kawasan ini karena tujuan utama
pembangunan desa meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
4. 3
Kawasan Agropolitan Fase II berada di sebelah selatan Kabupaten Kulonorogo dan di tetapkan
melalui SK Bupati Kulonprogo No.235 pada tahun 2010 meliputi Kecamatan Temon, Wates,
dan Kokap.
Gambar 1. Orientasi Wilayah Penelitian
Kunci keberhasilan dari sebuah pembangunan agropolitan yaitu memberlakukan setiap
distrik agropolitan sebagai suatu unit tunggal otonom mandiri tetapi teintegrasi secara sinergik
dengan keseluruhan sstempengembagan wilayahnya.
Soenarno (2003), mendefinisikan daerah agropolitan sebagai sistem fungsional pada
desa-desa, yang ditujukan dengan keberadaan hirarki ruang diperdesaan, pusat agropolitan dan
desa-desa disekitarnya yang membentuk daerah agropolitan
Gambar 2. Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan
Sokerano (2003) menyatakan sebaiknya pada daerah agropolitan dihubungkan dengan
keberadaan rencana tata ruang tingkat naisonal, tingkat provinsi, serta tingkat kabupaten.
Hubungan daerah pusat aktivitas secara regional pada tingkat provin
si da nasional.
5. 4
Gambar 3. Hubungan Antara Daerah Agropolitan Dengan Pusat Aktivitas Regional
Penelitian tentang kajian pengembangan kawasan agropolitan Fase II untuk
mendiring pembangunan desa di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta ini
menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif.
Penetapan komoditas unggulan di Kawasan Agropolitan Fase II ini ditentukan
berdasarkan tiga kriteria, dari ketiga kriteria tersebut maka dapat diketahui bahwa padi,
ketela pohon dan melon merupakan komoditas unggulan pertanian di Kawasan Agropolitan
Fase II.
No
Komoditas
Unggulan Lokasi Permintaan
1 Padi
Kulonprogo, Kota Yogyakarta, Pasar
Kramatjati-
Jakarta, Purworejo, Surakarta, Semarang.
2 Melon
Kulonprogo, Kota Yogyakarta, Pasar
Kramatjati-
Jakarta.
3 Ketela Pohon
Kulonprogo, Kota Yogyakarta, Pasar
Kramatjati-
Jakarta, Semarang
Semakin besar populasi penduduk yang menggantungkan ekonominya pada
sektor pertanian maka semakin besar pula suatu wilayah dikemabngkan menjadi kawasan
agropolitan.
Pelaksanaan agropolitan Fase II yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten
Kulonprogo selama ini terbukti belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
khususnya petani di kawasan ini secara signifikan
REVIEW JURNAL 2
Isi dari jurnal ini menjelaskan bahwa pengembangan kawasan agropolitan dapat
dijadikan alternative solusi dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan
6. 5
perkotaan. maka dari itu dengan melalui pengembangan agropolitan ini diharapkan terjadi
interaksi kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian sehingga
dapat meminimalisir ancaman yang terjadi karena adanya kesenjangan yang terjadi antara desa
dan kota. Produk pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahul di pusat kawasan
agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai tambah tetap berada
di kawasan agropolitan.
Wilayah Langwan merupakan salah satu wilayah yang dapat dikembangkan sebagai
kawasan agropolitan berdasarkan potensi yang ada yang ditunjang dengan rencana strategis
agropolitan PAKAKAAN tahun 2010-2030. Dilihat dari hasil-hasil pertanian agribisnis wilayah
langowan dapat menghasilkan produksi tanaman padi, tanaman palawija, dan tanaman
perkebunan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah potensi apa dan bagaimana strategi pengembangan
wilayah Langowan sebagai kawasan agropolitan.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian in I adalah metode
survey dengan menggunakan teknik wawancara. Dan untuk startegi pengembangan kawasan
agropolitan degan menggunakan analisis SWOT.
Menurut penelitian yang ada untuk komoditas unggulan yang ada di wilayah Langowan
dilihat dari produksi terbesar yaitu produksi tanaman padi. Pengumpulan bahan baku yaitu
penggilingan padi yang merupakan tempat dimana bahan baku yang diproduksi dikumpulkan
untik dapat diolah. Sentra produksi yang ada di wilayah Langowan terdapat di seluruh wilayah
Langowan yaitu pada keempat kecamatan.
Analisis Posisi Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai Kawasan Agropolitan
Melalui analisis SWOT dpat dibuat analisis posisi pengembangan wilayah Langowan sebagai
kawasan agropolian. Faktor internal diperoleh melalui selisih antara total kekuatan total skor
kelemahan (10-8=2). Sedangkan faktor eksternal diperoleh melalui selisih antara total skor
peluang dengan total skor ancaman (11-8=3)
Diagram Analisis Posisi Pengembangan Wilayah Langowan sebagai Kawasan Agropolitan
7. 6
Melihat posisi wilayah Langowan sebagai kawasan agropolitan pada diagram SWOT,
berada pada kuadran 1, atau dapat
dikatakan bahwa wilayah Langowan berada pada posisi yang menguntungkan karena memiliki
peluang dan kekuatan
Formulasi Strategi Matriks SWOT
SWOT Matrik Formulasi Strategi Pengembangan Wilayah Langowan sebagai
Kawasan Agropolitan
Strengths (S) Weakness (W)
1. Memiliki sumber daya 1. Jasa penunjang
Faktor Alam (perbankan) hanya terdapat
Internal 2. Sentra produksi padi di kecamatan Langowan
3. Adanya Sarana dan Timur
Prasarana 2. Penggunaan teknologi
4. Adanya jasa-jasa masih kurang
Penunjang 3. Adanya konversi lahan
Faktor 5. Mayoritas penduduk pertanian dibeberapa
Eksternal berprofesi sebagai petani
tempat
Opportunities (O)
1. Adanya kota sedang/besar
disekitar wilayah
2. Adanya kebijakan
pemerintah dalam
penetapan agropolitan
3. Adanya perencanaan
strategis Agropolitan
PAKAKAAN dalam
RTRW Minahasa 2010-
2030
Strategi S-O
Meningkatkan hubungan
yang baik dengan kota-
kota sedang/besardi
sekitar wilayah
Langowan (S1, S2, S3, S4,
S5, O1, O2, O3)
Menghasilkanhasil
produksi yang lebih
berkualitas (S1, S2, S3, S4,
S5, O1, O2, O3)
Strategi W-O
Menumbuhkembangkan
lembaga-lembaga ekonomi
di perdesaan (W1, O1, O2,
O3)
Melakukansosialisasi
kepadapetanidalam
penggunaan teknologi tepat
guna (W3,O1, O2, O3)
8. 7
Threats (T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Wilayah lain yang Menjaga serta Memberdayakan lahan
berpotensi sebagai kawasan melestarikan sumber daya pertanian yang ada sesuai
agropolitan alam (S1, S2, T1, T2, T3) dengan fungsinya ( W3,
2. Kerusakan kawasan T1, T3)
lindung
3. Perubahan fungsi lahan
pertanian berkelanjutan
III. CRITICAL REVIEW
Perbedaan Jurnal berjudul “Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo,
Daerah Istimewa Yogyakarta” dengan “PENGEMBANGAN WILAYAH LANGOWAN
SEBAGAI KAWASAN AGROPOLITAN
NO JURNAL 1 JURNAL 2
1 Jurnal ini membahas tentang pengakajian
keberhasilan pengembangan Kawasan
Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo
Jurnal yang kedua ini membahas tentang
bagaimana cara mengetahui potensi serta
trategi pengembangan wilayah Langowan
sebagai kawasan Agropolitan
2 Metode analisis yang digunakan yaitu
pengukuran tingkat kesejahteraan petani,
skala likert dan menggunakan metode
regresi linear berganda
Metode yang digunakan untuk mengetahui
analisis potensi agropolitan yaitu
menggunakan analisis deskriptif
berdasarkan data primer dan sekunder, dan
analisis strategi pengembangan kawasan
Agropolitan digunakan analisis SWOT
Bibit unggul pada produksi di Kabupaten
Kulorpogo yaiu padi, ketela pohon, dan
melon
Wilayah Langowan bertpotensi sebagai
kawasan agropolitan yang ditunjang oleh
potensi argo dan politan yaitu sumber daya
alam, sentra produksi padi.
Pada jurnal pertama yang berjudul “Pembangunan Kawasan Agropolitan di Kabupaten
Kuloprogo,Daerah Istimewa Yogyakarta” sudah cukup baik pembahasan yang diberikan juga
sudah cukup jelas dan cukup lengkap dari pembhasan yang dibahas apa sampek metode yang
digunakan untuk menganalisis penelitian pada jurnal pertama ini dijelaskan secara urut dan
lengkap, terdapat tabel dan gambar gambar sebagai penunjang pada jurnnal pertama ini selain tabel
dan gambar juga terdapat bagan bagan yang menjelaskan tentang sistem kawasan agropolitan dan
kerangka analisis.
9. 8
Sedangkan pada jurnal kedua yang berjudul “Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai
Kawasan Agropolitan” pembahasannya sudah cukup baik, metode yang di gunakan jga jelas yaitu
menggunakan analisis desktiptif dan analisis pengembangan kawasannya mengunakan analisis
SWOT yang dilakukan dengan cara wawancara dengan warga setempat. Pada strategi
pengembangan kawasan agropolitannya di jelaskan secara detai dan terdapat tabelnya
IV. KESIMPULAN
Pada jurnal pertama semenjak ditetapkannya kawasan agropolitan fase II tahun 2010
sampai saat ini belum memebrikan pengaruh secara signifikan terhadap pembangunan desa di
Kabupaten Progo. Dimana pembangunan desa meruakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah
daerah dan masyarakat dengan tujuan untuk mewujudukan pedesaan yang maju, adil, makmur dan
sejahtera. Ketersebatasan sarana dan prasarana sb sistemhulu merupakan hamabatan utama dalam
pengembagan kawasan agropolitan.
Pada jurnal kedua mendapatkan kesimpulan bahwa wilayah Langowan berpotensi sebagai
kawasan agropolitan yang ditunjang oleh argo dan politan, yaitu sumber dya alam, sentra produksi
dan mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani, analisis posisi wilayah Langowan sbagai
kawasa agropolitan berada pada kuadran pertama yaitu pada posisi yang menguntungkann dan
strategi yang sesuai dengan kondisi wilayah Langowan adalah strategi integrasi horizontal.
Penerapan konsep Agropolitan diharapkan dapat mempercepat pembangunan perdesaan
dan mampu meberikan pelayanan sosial ekonomi serta berimbas pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat petani dan meminimalisisr adanya kesenjangan anatara penduduk desa dengan
penduduk kota.
V. LESSON LEARNED
Yang saya dapat dari jurnal ini bahwa menerapkan konsep agropolitan di sebuah wilayah
pedesaan itu penting karena yang diharapkan adalah dapat mempercepat pembangunan pedesaayan
dan memebrikan pelayanan sosial ekonomi, dan selain itu untuk meneliti sebuah penelitian yang
membahas tentang agropolitan tidak hanya menggunakan satu metode, tetapi terdapat banyak
metode yang dapat dugunakan salah satunya adalah metode yang menggunakan analisis likert dan
analisis SWOT. Nah dengan analisis SWOT ini kita akan berinterakso langsung dengan masyarakat
atau terjun langsung ke lapangan, dari situ kita akan mendapatkan banyak pengetahuan dan banyak
pengalaman yang akan di dapat.
Rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengmbangkan kawasan agropolitan yaitu perlu
dilakukan pemebnahan sub sitem hulu-hilir pertanian yang terkait dengan industri produksi
maupun penyediaan bibit unggul, pupul dll. Peningkatan produktivitas tanaman melalui inovasi
10. 9
teknologi pertaniaan penggunaan inovasi teknologi berupa aplikasi Benih Unggul Baru (BUB).
Pembenahan sub sitem penunjang yang dilakukan dengan penyuluhan serta pendampingan kepada
petani melalui balai penyuluhan kelompok tani guna mengatasi permasalahan di lapangan yang
dihadapi pertain serta pengembangan kompetensi petani dalam hal inovasi produk hasil pertanian
dan penggunakan alat mesin pertanian. Selain itu mempertahankan serta memelihara produksi
pertanian yang ada.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Friedmann, John dan Mike Douglass. (1975) Pengembangan Agropolitan : Sebuah Siasat Baru
Perencanaan Regional di Asia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia.
Suroyo BT dan Handayani W. (2014) Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten
Kulonprogo,Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Diponegoro :Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota
Dien PE. (2014) Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai Kawasan Agropolitan. Universitas
Sam Ratulangi : Fakultas Pertanian Manado