SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Tugas Farmasi Klinik: Resume Drug Induced Liver
Kelompok 3 :
1. Amelia Fiqrianty 10. Zakiah
2. Khairul Nazrin 11. Merisa Paska P.
3. Errena Erfena 12. Finlinda Hery R.
4. Wita Aguistha 13. Achmad Nabil
5. Nita Yulianti 14. Asmiliati
6. Nicki Rizki K. 15. M. Rahimi
7. Khairun Nafis 16. Angga M. R.
8. Siti Rahayu 17. M. Iqbal Fadillah
9. Rismaya Amini
1. Definisi
Kerusakan hati akibat obat (Drug Induced Liver Injury) adalah kerusakan
hati yang berkaitan dengan gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh karena
terpajan obat atau agen non-infeksius. Kerusakan hati didefinisikan sebagai
peningkatan level alanine aminotransferase (ALT/SGPT) lebih dari tiga kali dari
batas atas nilai normal, dan peningkatan level alkaline phosphatase (ALP) lebih
dari dua kali dari batas atas nilai normal, atau peningkatan level total bilirubine
(TBL) lebih dari dua kali dari batas atas nilai normal jika berkaitan dengan
peningkatan alanine aminotransferase atau alkaline phosphatase (Dhingra, 2006).
2. Epidemiologi
Angka kejadian DILI (Drug Induced Liver Injury) sebagian besar tidak
diketahui dengan pasti, hal ini dikarenakan penelitian secara prospektif pada
populasi yang mengalami kerusakan hati oleh obat masih relatif rendah. DILI
adalah kejadian yang jarang tetapi terkadang menjadi penyakit yang serius.
Diagnosis yang cepat dan akurat sangat penting di dalam praktek sehari-hari
(Tajri & Shimizu. 2008). Penyebab mayoritas DILI adalah obat antibiotik,
antikonvulsan dan agen psikotropika. Asetaminofen, amoksisilin/klavulanat, INH,
nitrofurantoin dan florokuinolons adalah penyebab DILI yang terbanyak. Herbal
dan suplemen diet adalah penyebab paling sering dari DILI (Fontana et al, 2010).
Kerusakan hati akibat obat termasuk relatif jarang, namun jika terjadi akan
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Banyak obat yang
diduga mengakibatkan masalah pada hati, dan spektrum hepatotoksisitas akibat
obat sangatlah luas. Rentang spektrum ini dapat dimulai dari perubahan reversibel
yang asimptomatis pada tes fungsi hati sampai dengan nekrosis hati akut yang
fatal, tetapi yang paling sering terjadi adalah jaundice dan hepatitis (Aslam et al,
2003).
3. Etiologi
Cedera hati dapat menyertai inhalasi, ingesti atau pemberian secara
parenteral dari sejumlah obat farmakologis dan bahan kimia. Terdapat kurang
lebih 900 jenis obat, toksin dan herbal yang telah dilaporkan dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel-sel hati. Penyebab dari Drug Induced Liver Injury diantaranya
adalah asetaminofen (16,9%), anti-HIV seperti Stavudine, Didanosine,
Nepirapine, Zidovudine (16,8%), Troglitazone (11,7%), anti konvulsan seperti
Asam Valproat dan phenitoin (10,3%), anti kanker (12,3%) yang meliputi
Flutamide (3,3%), Cyclophosphamide (3,1%), Methotrexate (3,0%) dan
Cytarabine (2,9%), Antibiotik (8,7%) seperti Trovafloxacin (3,2%),
Sulfa/trimethoprim (2,9%) dan Clarithromycin (2,8%), Anestesi seperti Halothane
(4,8%), Obat Anti-tuberculosis, Isoniazid (3,2%), Diklofenak (3,1%) dan
Oxycodone (3,1%) (Tajri & Shimizu. 2008).
4. Kerusakan Hepatosit
Kerusakan dari sel hepar terjadi pada pola spesifik dari organella
intraseluler yang terpengaruh antara lain:
a. Kerusakan hepatosit
Ikatan kovalen dari obat ke protein intraseluler dapat menyebabkan penurunan
ATP, menyebabkan gangguan aktin. Kegagalan perakitan benang-benang
aktin di permukaan hepatosit menyebabkan rupturnya membran hepatosit.
b. Gangguan protein transport
Obat yang mempengaruhi protein transport di membran kanalikuli dapat
mengganggu aliran empedu. Hilangnya proses pembentukan vili dan
gangguan pompa transport misal multidrug resistance associated protein 3
(MRP3) menghambat ekskresi bilirubin, menyebabkan kolestasis.
c. Aktivasi sel T sitolitik
Ikatan kovalen dari obat pada enzim P-450 dianggap imunogen, mengaktifkan
sel T dan sitokin dan menstimulasi respon imun multifaset.
d. Apoptosis hepatosit
Aktivasi jalur apoptosis oleh reseptor Fas TNF menyebabkan berkumpulnya
caspase interseluler, yang berakibat pada kematian sel terprogram (apoptosis).
e. Gangguan mitokondria
Beberapa obat menghambat fungsi mitokondria dengan efek ganda pada α-
oksidasi (mempengaruhi produk energi dengan cara menghambat sintesis
dinucleotide adenine nicotinamide dan dinucleotide adenine flavin yang
menyebabkan menurunnya produksi ATP dan enzim rantai respirasi.
f. Kerusakan duktus biliaris
Metabolit racun yang diekskresikan di empedu dapat menyebabkan kerusakan
epitel duktus biliaris.
(Lee, 2003).
5. Mekanisme Kerusakan Hati
Mekanisme kerusakan hati akibat obat dapat dibagi menjadi
hepatotoksisitas intrinsik dan hepatotoksisitas idiosinkratik. Walaupun demikian,
kedua tipe tersebut dapat menyebabkan pola kerusakan hati yang hampir sama
dan beberapa obat dapat menyebabkan lebih dari satu jenis kerusakan. Pada
umum, hepatotoksisitas akibat obat akan memberikan prognosa yang baik ketika
obat penyebabnya dihentikan, tetapi prognosa itu sendiri sebenarnya dipengaruhi
oleh tipe kerusakan hati, lamanya keadaan tersebut dan apakah kerusakan hati
tersebut irreversibel (Aslam et al, 2003).
a. Predictable Drug Reactions (intrinsik)
merupakan obat yang dapat dipastikan selalu akan menimbulkan
kerusakan sel hepar bila diberikan kepada setiap penderita dengan dosis yang
cukup tinggi. Dari golongan ini ada obat yang langsung merusak sel hati, ada
pula yang merusak secara tidak langsung yaitu dengan mengacaukan
metabolisme atau faal sel hati. Obat hepatotoksik predictable yang langsung
merusak sel hati umumnya tidak digunakan lagi untuk pengobatan. Contohnya
ialah karbon tetraklorid dan kloroform. Hepatotoksin yang predictable yang
merusak secara tidak langsung masih banyak yang dipakai misalnya
parasetamol, tetrasiklin, metotreksat, etanol, steroid kontrasepsi dan rifampisin
(Setiabudy, 1979).
Hepatotoksisitas intrinsik dapat diprediksi, tergantung dosis dan
melibatkan mayoritas individu yang menggunakan obat dalam jumlah tertentu.
Rentang waktu antara mulainya pengobatan dan timbulnya kerusakan hati
sangat bervariasi (dari beberapa jam sampai beberapa minggu).
Tabel 1. Contoh efek samping obat pada hati
Tipe masalah pada hati Obat yang terlibat
Nekrosis Karbon tetraklorida, dantrolen, penyalahgunaan
obat (kokain ‘ekstasi’), halotan, isoniazid,
parasetamol (pada overdosis)
Steatosis (Fatty liver)
Hepatitis
Amiodaron, natriun valproat, steoid, tetrasiklin
Alkohol (setelah konsumsi dalam jumlah sangat
besar pada suatu periode jangka pendek),
amiodaron, azatioprin, dantrolen, halotan dan
metoksifluran, isoniazid, penghambat monoamin
oksidase MAO), metildopa, nitrofurantoin,
rifampisin, salisilat, dan sulfasalazin, natrium
valproat
Hipersensitivitas Alopurinol, metidopa, penisilin, fenitoin, kuinidin,
sulfonamida
Kolestasis Amitriptilin, ko-amoksiclav (komponen asam
klavavulanat), siklosporin, eritromisin (paling
sering dilaporkan bersama sediaan estolat), asam
fusidat, glibenklamid, fenotiasin (contoh:
klorpromazin, proklorperazin, haloperidol), hormon
seks
Fibrosis Vitamin A (dosis tinggi untuk periode jangka
panjang), metotreksat (penggunaan jangka panjang)
Adenoma Kontrasepsi oral, anabolik steroid
Contohnya:
1. Parasetamol (asetaminofen) menyebabkan mekrosis hati yang dapat
diprediksi pada pemberian overdosis.
2. Metotreksat dapat menyebabkan fibrosis dan sirosis pada pengobatan
berkelanjutan jangka panjang.
3. Tetrasiklin menyebabkan microvesicular fatty liver.
4. Siklofosfamid dapat menyebabkan, walaupun jarang, nekrosis sel hati
akut.
5. Kontrasepsi oral dapat menyebabkan kolestasis (juga meningkatkan risiko
adenoma).
(Aslam et al, 2003)
b. Unpredictable Drug Reactions/Idiosyncratic drug reactions
Merupakan kerusakan hati yang timbul disini bukan disebabkan karena
toksisitas intrinsik dari obat, tetapi karena adanya reaksi idiosinkrasi yang
hanya terjadi pada orang-orang tertentu. Ciri dari kelainan yang bersifat
idiosinkrasi ini ialah timbulnya tidak dapat diramalkan dan biasanya hanya
terjadi pada sejumlah kecil orang yang rentan. Menurut sebab terjadinya, reaksi
yang berdasarkan idiosinkrasi ini dapat dibedakan dalam dua golongan yaitu
karena reaksi hipersensitivitas dan karena kelainan metabolisme (Setiabudy,
1979).
Respons ini tidak dapat diprediksi dan tidak tergantung pada dosis yang
diberikan. Hal ini terjadi pada kurang dari 1% individu yang terpapar. Masa
inkbasinya bervariasi, tetapi biasanya berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Contohnya:
a. Klorpromazin dapat menyebabkan kolestasis yang parah dan dapat terjadi
selama berminggu-minggu setelah obat dihentikan. Obat yang lain di
antaranya adalah ko-amoksiclav, eritromisin, asam fusidat, glibenklamid,
fenotiazin, natrium valproat.
b. Halotan biasanya mengakibatkan sedikit kenaikan serum transaminase
yang bersifat sementara. Walaupun jarang, halotan dapat menyebabkan
nekrosis sel hati yang dan mengarah pada gagal yang berat (fulminant
hepatic failure) dengan mortalitas yang tinggi.
c. Isoniazid dapat menyebakan peningkatan transaminase pada 10% pasien
dan menyebabkan jaundice pada 1% pasien dalam 2 bulan pertama.
Isoniazid dapat pula menyebabkan hepatitis akut maupun hepatitis aktif
kronis.
d. Hepatotoksisitas yang diakibatkan sulfonamid dapat menyerupai hepatitis
virus.
e. Nitrofurantoin menyebabkan kolestasis dan hepatitis akut maupun kronis.
(Aslam et al, 2003)
Tabel 2. Reaksi Obat Idiosinkrasi dan Sel-Sel yang dipengaruhinya
(Lee, 2003).
Beberapa Obat yang Dapat Mengakibatkan DILI
1. Hepatotoksisitas obat anti tuberkulosis (OAT)
Obat anti tuberculosis terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid,
dan etambutol/streptomisin, dan tiga obat yang disebut pertama bersifat
hepatotoksik. Faktor-faktor resiko hepatotoksisitas yang pernah dilaporkan
adalah usia lanjut, pasien perempuan, status nutrisi buruk, konsumsi tinggi
alkohol, memiliki dasar penyakit hati, karier hepatitis B, prevalensi hepatitis
viral yang meningkat di negara sedang berkembang, hipoalbuminemia,
tuberculosis lanjut, serta pemakaian obat yang tidak sesuai aturan dan status
asetilatornya. Sekitar 10% pasien tuberkulosis yang mendapatkan isoniazid
mengalami kenaikan konsentrasi aminotransferase serum dalam minggu-
minggu pertama terapi yang nampaknya menunjukkan respons adaptif terhadap
metabolit toksik obat (Bayupurnama, 2006).
2. Hepatotoksisitas obat kemoterapi
Jejas hati yang timbul selama kemoterapi kanker tidak selalu
disebabkan oleh kemoterapi itu sendiri. Klinisi harus memperhatikan faktor-
faktor lain seperti reaksi obat terhadap antibiotik, analgesik, antiemetik, atau
obat lainnya. Problem-problem medis yang sudah ada sebelumnya, tumor,
imunosupresi, virus hepatitis dan infeksi lain, serta defisiensi nutrisi atau
nutrisi parenteral total, semuanya mungkin mempengaruhi kerentanan hospes
terhadap terjadinya jejas hati. Sebagian besar reaksi hepatotoksisitas obat
bersifat idiosinkratik, melalui mekanisme imunologik atau variasi pada respons
metabolik pejamu (Bayupurnama, 2006).
3. Hepatotoksisitas obat anti inflamasi non steroid
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) merupakan salah satu obat
yang sering diresepkan meskipun penggunaannya tidak selalu tepat sasaran.
Resiko epidemiologik hepatotoksisitas golongan obat ini rendah (1-8 kasus per
100.000 pasien pengguna OAINS). Hepatotoksisitas karena OAINS dapat
terjadi kapan saja setelah obat diminum, tetapi efek samping berat sangat
sering terjadi dalam 6-12 minggu dari awal pengobatan. Ada dua pola klinis
utama hepatotoksisitas karena OAINS. Pertama, adalah hepatitis akut dengan
ikterus, demam, mual, transaminase naik sangat tinggi, dan kadang-kadang
dijumpai eosinofilia. Tes fungsi hati dapat kembali normal dalam 4-8 minggu
sejak penghentian obat penyebab. Dua mekanisme utama bertanggungjawab
atas jejas hati oleh OAINS, yaitu hipersensitivitas dan aberasi metabolic
(Bayupurnama, 2006).
Reaksi hipersensitivitas sering mengalami titer anti-nuclear factor atau
antibodi anti smooth-muscle yang bermakna, limfadenopati, dan eosinofilia.
Aberasi metabolik dapat terjadi karena polimorfisisme genetic yang dapat
mengubah kerentanan terhadap bermacam-macam obat. Pasien yang
mengalami hepatotoksisitas karena OAINS harus dianjurkan untuk tidak
minum OAINS lagi selamanya. Parasetamol merupakan obat pilihan untuk
analgesic sedangkan aspirin dapat digunakan sebagai pengganti OAINS,
karena toksisitas OAINS berhubungan dengan struktur molekul cincin
diphenylamine yang tidak dimiliki aspirin (Bayupurnama, 2006).
6. Tes Fungsi Hati
Gangguan fungsi hati akibat obat adalah salah satu alasan untuk
menghentikan obat yang sudah diberikan. Para dokter harus waspada dalam
mengidentifikasi gangguan fungsi hati akibat obat, karena deteksi dini dapat
menurunkan tingkat keparahan jika obat tersebut dihentikan secepatnya.
Manifestasi klinis gangguan fungsi hati akibat obat umumnya bervariasi, mulai
dari peningkatan enzim hati yang asimtomatik sampai kegagalan hati fulminan.
Pengetahuan tentang obat yang terlibat serta kecurigaan yang tinggi sangat
dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis (Rianyta & Utami, 2013).
Tes fungsi hati hanyalah indikator tidak langsung dari fungsi hati yang
merupakan petunjuk yang lemah mengenai kapasitas hati untuk
memetabolisme obat. Tes ini sangat bermanfaat pada pemantauan arah
perkembangan penyakit hati (setelah diagnosa ditetapkan) dan respon pasien
terhadap pengobatan
a. Serum bilirubin
Bilirubin adalah pigmen empedu primer yang berasal dari perusakan sel
darah merah di limpa dan sumsum tulang. Bilirubin merupakan hasil akhir
degradasi bagian heme haemoglobin yang terkandung dalam sel darah
merah. Kenaikan konsentrasi serum bilirubin dapat disebabkan oleh
kerusakan sel hati, kolestasis (obstruksi aliran empedu) dan haemolysis
(perusakan sel darah merah). Kenaikan diatas 50 mikromol/liter akan
menyebabkan jaundice. Serum bilirubin berguna untuk memantau
perkembangan dan keparahan penyakit hati.
b. Serum transaminase
• Serum aspartate aminotransferase/transaminase (AST) atau
SerumGlutamic-Oxaloacetic Transaminase(SGOT)
• Serum alanine aminotransferase/transaminase (ALT) atau
Serum
Glutamic-Pyruvic Transaminase (SGPT)
AST dan ALT adalah indikator yang sensitif terhadap kerusakan sel hati.
Keduanya ada pada sel hati dan adanya proses penyakit akut (contoh :
hepatitis virus) yang merusak struktur sel hati akan mengakibatkan
pelepasan enzim tersebut ke dalam darah
c. Serum alkaline phosphatase (ALP)
Obstruksi saluran empedu akan menstimulasi produksi ALP dalam sel
hati. Jika ALP meningkat bersamaan dengan meningkatnya bilirubin maka
ini merupakan indikasi kolestasis. Jika ALP saja yang meningkat maka hal
ini dapat menjadi indikasi infiltrasi hati. ALP tidak spesifik untuk hati.
Konsentrasi ALP juga meningkat pada penyakit tulang dan trimester
ketiga kehamilan.
d. Gamma glutamyl transferase (GGT, γGT, transpeptidase)
Nilai GGT meningkat pada kebanyakan tipe penyakit hati, tetapi terutama
sekali pada obstruksi saluran empedu (kolestasis).
e. Albumin plasma
Albumin plasma disintesis di hati dan perubahan konsentrasi serumnya
merupakan petunjuk yang berguna terhadap fungsi sintesis hati maupun
tingkat penyakit hati kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun pada
penyakit hati kronis tetapi cenderung normal pada tingkat awal hepatitis
akut.
f. Prothombin time (PT)
Protombin adalah faktor pembekuan darah yang disintesis di hati dan
mempunyai waktu paruh dua sampe tiga hari. Prothombin time yaitu
waktu yang diperlukan untuk dihasilkannyakat fibrin clot dalam plasma
pada kondisi standar. Prothombin timesangat bermanfaat untuk
memperkirakan tingkat keparahan penyakit hati, baik yang akut maupun
yang kronis.
Tabel. Karakteristik rentang nilai baku dalam serum orang dewasa normal
Tes laboratorium Rentang nilai baku
Bilirubin
(bilirubin total)
Bilirubin (direct)
2-20 mmol/liter
(mengukur bilirubin yang
terkonjugasi)
Aspartate transaminase (AST)
Alanin transaminase (ALT)
Alkaline phospatase (ALP)
Gamma Glutamyl Transferase (GGT)
Albumin
Prothombin time (PT)
International Normalised Ratio (INR)
(Aslam et al, 2003)
3-17 mikromol/liter
0-35 unit/liter
0-35 unit/liter
25-100 unit/liter
5-45 UI/liter
35-55 g/liter
Sekitar 10-14 detik
1-1,2
Pustaka:
Aslam, M., C. K. Tan, & A. Prayitno. 2003. Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy).
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Bayupurnama, P. 2006. Hepatoksisitas Imbas Obat. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Dhingra, M. S. 2006. Drug Induced Liver Injury.
Fontanam, R. J., L. B. Seeff, R. J. Andrade, E. B. Msson, C. P. Day, & C.
Serrano. 2010. Meeting report: Standardization of Nomenclature and
Causality Assessment in Drug-Induced Liver Injury: Summary of a
Clinical Research Workshop. Hepatology. 52: 730−742
Lee, W.M. 2003. Drug Induced Hepatotoxicity. N Engl J Med (349): 474−485
Rianyta & S. Utami. 2013. Drug-Induced Liver Injury(DILI) pada Penggunaan
Propiltiourasil (PTU). CDK-203. vol. 40 no. 4
Setiabudy, R. 1979. Hepatitis Karena Obat. Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta.
Tajiri, K. & Shimizu Y. 2008. Practical Guidelines for Diagnosis and Early
Management of Drug-Induced Liver Injury. World J Gastroenterol. 14:
6774–6785.

More Related Content

What's hot

STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docxSTUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docxameetria
 
pharmaceutical care
pharmaceutical carepharmaceutical care
pharmaceutical careDokter Tekno
 
Macam-Macam Sediaan Larutan
Macam-Macam Sediaan LarutanMacam-Macam Sediaan Larutan
Macam-Macam Sediaan LarutanYulinda Kartika
 
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinis
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinisAplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinis
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinisMelviana94
 
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi PneumoniaStudi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi PneumoniaNesha Mutiara
 
Ekskresi obat - Anak-farmasi.com
Ekskresi obat - Anak-farmasi.comEkskresi obat - Anak-farmasi.com
Ekskresi obat - Anak-farmasi.comCholid Maradanger
 
Membuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan GalenikaMembuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan GalenikaWulung Gono
 
Sistem penghantaran obat
Sistem penghantaran obatSistem penghantaran obat
Sistem penghantaran obatMolinda Damris
 
Farmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik DigoxinFarmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik DigoxinTaofik Rusdiana
 
Kelompok 2 membran biologis dan mekanisme transport obat
Kelompok 2 membran biologis dan mekanisme transport obatKelompok 2 membran biologis dan mekanisme transport obat
Kelompok 2 membran biologis dan mekanisme transport obatRena Choerunisa
 

What's hot (20)

STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docxSTUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
 
Farmakologi bahan alam
Farmakologi bahan alamFarmakologi bahan alam
Farmakologi bahan alam
 
Ppt farmanestika
Ppt farmanestikaPpt farmanestika
Ppt farmanestika
 
pharmaceutical care
pharmaceutical carepharmaceutical care
pharmaceutical care
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
 
glikosida
glikosidaglikosida
glikosida
 
Macam-Macam Sediaan Larutan
Macam-Macam Sediaan LarutanMacam-Macam Sediaan Larutan
Macam-Macam Sediaan Larutan
 
Farmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik TeofilinFarmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik Teofilin
 
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinis
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinisAplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinis
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinis
 
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi PneumoniaStudi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
Studi Kasus Farmakoterapi Infeksi Pneumonia
 
Ekskresi obat - Anak-farmasi.com
Ekskresi obat - Anak-farmasi.comEkskresi obat - Anak-farmasi.com
Ekskresi obat - Anak-farmasi.com
 
Membuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan GalenikaMembuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan Galenika
 
Pengenalan resep
Pengenalan resepPengenalan resep
Pengenalan resep
 
Sistem penghantaran obat
Sistem penghantaran obatSistem penghantaran obat
Sistem penghantaran obat
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
 
Farmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik DigoxinFarmakokinetik Klinik Digoxin
Farmakokinetik Klinik Digoxin
 
Farmakognosi
FarmakognosiFarmakognosi
Farmakognosi
 
Biofarmasetika i
Biofarmasetika iBiofarmasetika i
Biofarmasetika i
 
Kelompok 2 membran biologis dan mekanisme transport obat
Kelompok 2 membran biologis dan mekanisme transport obatKelompok 2 membran biologis dan mekanisme transport obat
Kelompok 2 membran biologis dan mekanisme transport obat
 
Ekskresi dan klirens ginjal
Ekskresi dan klirens ginjalEkskresi dan klirens ginjal
Ekskresi dan klirens ginjal
 

Similar to DILI Drug

farmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hatifarmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hatiwitanurma
 
Hepatitis toxic
Hepatitis toxicHepatitis toxic
Hepatitis toxicheldaaida
 
OBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITAS
OBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITASOBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITAS
OBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITASAisyah Asmara
 
Efek samping obat
Efek samping obat Efek samping obat
Efek samping obat Dedi Kun
 
makalah toksikologi
makalah toksikologimakalah toksikologi
makalah toksikologiHani Ani
 
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxNama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxBAksaSonita062
 
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakitFarmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakitajengninda
 
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdfAskep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdfnoragracesara
 
Farmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptxFarmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptxHelmiMildani
 
Tb dengan penyulit
Tb dengan penyulitTb dengan penyulit
Tb dengan penyulitELLY SALIM
 
Kejadian Tidak Diinginkan Selama Pengobatan
Kejadian Tidak Diinginkan Selama PengobatanKejadian Tidak Diinginkan Selama Pengobatan
Kejadian Tidak Diinginkan Selama PengobatanFina Ratih Wiraputri
 
Makalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaMakalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaUmy Meimei
 
Farmakologi di blok nefrouropoetika
Farmakologi di blok nefrouropoetikaFarmakologi di blok nefrouropoetika
Farmakologi di blok nefrouropoetikaFadhol Romdhoni
 
Pharmacogenomics fix.ppt
Pharmacogenomics fix.pptPharmacogenomics fix.ppt
Pharmacogenomics fix.pptfiqih22
 

Similar to DILI Drug (20)

farmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hatifarmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
 
Hepatitis toxic
Hepatitis toxicHepatitis toxic
Hepatitis toxic
 
OBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITAS
OBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITASOBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITAS
OBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITAS
 
Efek samping obat
Efek samping obat Efek samping obat
Efek samping obat
 
makalah toksikologi
makalah toksikologimakalah toksikologi
makalah toksikologi
 
Penyakit liver
Penyakit liverPenyakit liver
Penyakit liver
 
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxNama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
 
Farmakoterapi-BLOK15.pptx
Farmakoterapi-BLOK15.pptxFarmakoterapi-BLOK15.pptx
Farmakoterapi-BLOK15.pptx
 
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakitFarmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
 
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdfAskep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
 
PPT IOM KEL 4.pptx
PPT IOM KEL 4.pptxPPT IOM KEL 4.pptx
PPT IOM KEL 4.pptx
 
Jasmin AKPER PEMKAB MUNA
Jasmin  AKPER PEMKAB MUNA Jasmin  AKPER PEMKAB MUNA
Jasmin AKPER PEMKAB MUNA
 
Farmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptxFarmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 6.pptx
 
Analisis resep
Analisis resepAnalisis resep
Analisis resep
 
Tb dengan penyulit
Tb dengan penyulitTb dengan penyulit
Tb dengan penyulit
 
Kejadian Tidak Diinginkan Selama Pengobatan
Kejadian Tidak Diinginkan Selama PengobatanKejadian Tidak Diinginkan Selama Pengobatan
Kejadian Tidak Diinginkan Selama Pengobatan
 
Makalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaMakalah arf atau gga
Makalah arf atau gga
 
Farmakologi di blok nefrouropoetika
Farmakologi di blok nefrouropoetikaFarmakologi di blok nefrouropoetika
Farmakologi di blok nefrouropoetika
 
Pharmacogenomics fix.ppt
Pharmacogenomics fix.pptPharmacogenomics fix.ppt
Pharmacogenomics fix.ppt
 
Hasan_Sirosis.pptx
Hasan_Sirosis.pptxHasan_Sirosis.pptx
Hasan_Sirosis.pptx
 

Recently uploaded

materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 

Recently uploaded (20)

materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 

DILI Drug

  • 1. Tugas Farmasi Klinik: Resume Drug Induced Liver Kelompok 3 : 1. Amelia Fiqrianty 10. Zakiah 2. Khairul Nazrin 11. Merisa Paska P. 3. Errena Erfena 12. Finlinda Hery R. 4. Wita Aguistha 13. Achmad Nabil 5. Nita Yulianti 14. Asmiliati 6. Nicki Rizki K. 15. M. Rahimi 7. Khairun Nafis 16. Angga M. R. 8. Siti Rahayu 17. M. Iqbal Fadillah 9. Rismaya Amini 1. Definisi Kerusakan hati akibat obat (Drug Induced Liver Injury) adalah kerusakan hati yang berkaitan dengan gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh karena terpajan obat atau agen non-infeksius. Kerusakan hati didefinisikan sebagai peningkatan level alanine aminotransferase (ALT/SGPT) lebih dari tiga kali dari batas atas nilai normal, dan peningkatan level alkaline phosphatase (ALP) lebih dari dua kali dari batas atas nilai normal, atau peningkatan level total bilirubine (TBL) lebih dari dua kali dari batas atas nilai normal jika berkaitan dengan peningkatan alanine aminotransferase atau alkaline phosphatase (Dhingra, 2006). 2. Epidemiologi Angka kejadian DILI (Drug Induced Liver Injury) sebagian besar tidak diketahui dengan pasti, hal ini dikarenakan penelitian secara prospektif pada populasi yang mengalami kerusakan hati oleh obat masih relatif rendah. DILI adalah kejadian yang jarang tetapi terkadang menjadi penyakit yang serius. Diagnosis yang cepat dan akurat sangat penting di dalam praktek sehari-hari (Tajri & Shimizu. 2008). Penyebab mayoritas DILI adalah obat antibiotik, antikonvulsan dan agen psikotropika. Asetaminofen, amoksisilin/klavulanat, INH, nitrofurantoin dan florokuinolons adalah penyebab DILI yang terbanyak. Herbal dan suplemen diet adalah penyebab paling sering dari DILI (Fontana et al, 2010). Kerusakan hati akibat obat termasuk relatif jarang, namun jika terjadi akan mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Banyak obat yang diduga mengakibatkan masalah pada hati, dan spektrum hepatotoksisitas akibat obat sangatlah luas. Rentang spektrum ini dapat dimulai dari perubahan reversibel yang asimptomatis pada tes fungsi hati sampai dengan nekrosis hati akut yang
  • 2. fatal, tetapi yang paling sering terjadi adalah jaundice dan hepatitis (Aslam et al, 2003). 3. Etiologi Cedera hati dapat menyertai inhalasi, ingesti atau pemberian secara parenteral dari sejumlah obat farmakologis dan bahan kimia. Terdapat kurang lebih 900 jenis obat, toksin dan herbal yang telah dilaporkan dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel hati. Penyebab dari Drug Induced Liver Injury diantaranya adalah asetaminofen (16,9%), anti-HIV seperti Stavudine, Didanosine, Nepirapine, Zidovudine (16,8%), Troglitazone (11,7%), anti konvulsan seperti Asam Valproat dan phenitoin (10,3%), anti kanker (12,3%) yang meliputi Flutamide (3,3%), Cyclophosphamide (3,1%), Methotrexate (3,0%) dan Cytarabine (2,9%), Antibiotik (8,7%) seperti Trovafloxacin (3,2%), Sulfa/trimethoprim (2,9%) dan Clarithromycin (2,8%), Anestesi seperti Halothane (4,8%), Obat Anti-tuberculosis, Isoniazid (3,2%), Diklofenak (3,1%) dan Oxycodone (3,1%) (Tajri & Shimizu. 2008). 4. Kerusakan Hepatosit Kerusakan dari sel hepar terjadi pada pola spesifik dari organella intraseluler yang terpengaruh antara lain: a. Kerusakan hepatosit Ikatan kovalen dari obat ke protein intraseluler dapat menyebabkan penurunan ATP, menyebabkan gangguan aktin. Kegagalan perakitan benang-benang aktin di permukaan hepatosit menyebabkan rupturnya membran hepatosit. b. Gangguan protein transport Obat yang mempengaruhi protein transport di membran kanalikuli dapat mengganggu aliran empedu. Hilangnya proses pembentukan vili dan gangguan pompa transport misal multidrug resistance associated protein 3 (MRP3) menghambat ekskresi bilirubin, menyebabkan kolestasis. c. Aktivasi sel T sitolitik Ikatan kovalen dari obat pada enzim P-450 dianggap imunogen, mengaktifkan sel T dan sitokin dan menstimulasi respon imun multifaset. d. Apoptosis hepatosit
  • 3. Aktivasi jalur apoptosis oleh reseptor Fas TNF menyebabkan berkumpulnya caspase interseluler, yang berakibat pada kematian sel terprogram (apoptosis). e. Gangguan mitokondria Beberapa obat menghambat fungsi mitokondria dengan efek ganda pada α- oksidasi (mempengaruhi produk energi dengan cara menghambat sintesis dinucleotide adenine nicotinamide dan dinucleotide adenine flavin yang menyebabkan menurunnya produksi ATP dan enzim rantai respirasi. f. Kerusakan duktus biliaris Metabolit racun yang diekskresikan di empedu dapat menyebabkan kerusakan epitel duktus biliaris. (Lee, 2003). 5. Mekanisme Kerusakan Hati Mekanisme kerusakan hati akibat obat dapat dibagi menjadi hepatotoksisitas intrinsik dan hepatotoksisitas idiosinkratik. Walaupun demikian, kedua tipe tersebut dapat menyebabkan pola kerusakan hati yang hampir sama dan beberapa obat dapat menyebabkan lebih dari satu jenis kerusakan. Pada umum, hepatotoksisitas akibat obat akan memberikan prognosa yang baik ketika obat penyebabnya dihentikan, tetapi prognosa itu sendiri sebenarnya dipengaruhi oleh tipe kerusakan hati, lamanya keadaan tersebut dan apakah kerusakan hati tersebut irreversibel (Aslam et al, 2003). a. Predictable Drug Reactions (intrinsik) merupakan obat yang dapat dipastikan selalu akan menimbulkan kerusakan sel hepar bila diberikan kepada setiap penderita dengan dosis yang cukup tinggi. Dari golongan ini ada obat yang langsung merusak sel hati, ada pula yang merusak secara tidak langsung yaitu dengan mengacaukan metabolisme atau faal sel hati. Obat hepatotoksik predictable yang langsung merusak sel hati umumnya tidak digunakan lagi untuk pengobatan. Contohnya ialah karbon tetraklorid dan kloroform. Hepatotoksin yang predictable yang merusak secara tidak langsung masih banyak yang dipakai misalnya parasetamol, tetrasiklin, metotreksat, etanol, steroid kontrasepsi dan rifampisin (Setiabudy, 1979).
  • 4. Hepatotoksisitas intrinsik dapat diprediksi, tergantung dosis dan melibatkan mayoritas individu yang menggunakan obat dalam jumlah tertentu. Rentang waktu antara mulainya pengobatan dan timbulnya kerusakan hati sangat bervariasi (dari beberapa jam sampai beberapa minggu). Tabel 1. Contoh efek samping obat pada hati Tipe masalah pada hati Obat yang terlibat Nekrosis Karbon tetraklorida, dantrolen, penyalahgunaan obat (kokain ‘ekstasi’), halotan, isoniazid, parasetamol (pada overdosis) Steatosis (Fatty liver) Hepatitis Amiodaron, natriun valproat, steoid, tetrasiklin Alkohol (setelah konsumsi dalam jumlah sangat besar pada suatu periode jangka pendek), amiodaron, azatioprin, dantrolen, halotan dan metoksifluran, isoniazid, penghambat monoamin oksidase MAO), metildopa, nitrofurantoin, rifampisin, salisilat, dan sulfasalazin, natrium valproat Hipersensitivitas Alopurinol, metidopa, penisilin, fenitoin, kuinidin, sulfonamida Kolestasis Amitriptilin, ko-amoksiclav (komponen asam klavavulanat), siklosporin, eritromisin (paling sering dilaporkan bersama sediaan estolat), asam fusidat, glibenklamid, fenotiasin (contoh: klorpromazin, proklorperazin, haloperidol), hormon seks Fibrosis Vitamin A (dosis tinggi untuk periode jangka panjang), metotreksat (penggunaan jangka panjang) Adenoma Kontrasepsi oral, anabolik steroid Contohnya: 1. Parasetamol (asetaminofen) menyebabkan mekrosis hati yang dapat diprediksi pada pemberian overdosis.
  • 5. 2. Metotreksat dapat menyebabkan fibrosis dan sirosis pada pengobatan berkelanjutan jangka panjang. 3. Tetrasiklin menyebabkan microvesicular fatty liver. 4. Siklofosfamid dapat menyebabkan, walaupun jarang, nekrosis sel hati akut. 5. Kontrasepsi oral dapat menyebabkan kolestasis (juga meningkatkan risiko adenoma). (Aslam et al, 2003) b. Unpredictable Drug Reactions/Idiosyncratic drug reactions Merupakan kerusakan hati yang timbul disini bukan disebabkan karena toksisitas intrinsik dari obat, tetapi karena adanya reaksi idiosinkrasi yang hanya terjadi pada orang-orang tertentu. Ciri dari kelainan yang bersifat idiosinkrasi ini ialah timbulnya tidak dapat diramalkan dan biasanya hanya terjadi pada sejumlah kecil orang yang rentan. Menurut sebab terjadinya, reaksi yang berdasarkan idiosinkrasi ini dapat dibedakan dalam dua golongan yaitu karena reaksi hipersensitivitas dan karena kelainan metabolisme (Setiabudy, 1979). Respons ini tidak dapat diprediksi dan tidak tergantung pada dosis yang diberikan. Hal ini terjadi pada kurang dari 1% individu yang terpapar. Masa inkbasinya bervariasi, tetapi biasanya berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Contohnya: a. Klorpromazin dapat menyebabkan kolestasis yang parah dan dapat terjadi selama berminggu-minggu setelah obat dihentikan. Obat yang lain di antaranya adalah ko-amoksiclav, eritromisin, asam fusidat, glibenklamid, fenotiazin, natrium valproat. b. Halotan biasanya mengakibatkan sedikit kenaikan serum transaminase yang bersifat sementara. Walaupun jarang, halotan dapat menyebabkan nekrosis sel hati yang dan mengarah pada gagal yang berat (fulminant hepatic failure) dengan mortalitas yang tinggi. c. Isoniazid dapat menyebakan peningkatan transaminase pada 10% pasien dan menyebabkan jaundice pada 1% pasien dalam 2 bulan pertama.
  • 6. Isoniazid dapat pula menyebabkan hepatitis akut maupun hepatitis aktif kronis. d. Hepatotoksisitas yang diakibatkan sulfonamid dapat menyerupai hepatitis virus. e. Nitrofurantoin menyebabkan kolestasis dan hepatitis akut maupun kronis. (Aslam et al, 2003) Tabel 2. Reaksi Obat Idiosinkrasi dan Sel-Sel yang dipengaruhinya (Lee, 2003). Beberapa Obat yang Dapat Mengakibatkan DILI 1. Hepatotoksisitas obat anti tuberkulosis (OAT) Obat anti tuberculosis terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol/streptomisin, dan tiga obat yang disebut pertama bersifat hepatotoksik. Faktor-faktor resiko hepatotoksisitas yang pernah dilaporkan adalah usia lanjut, pasien perempuan, status nutrisi buruk, konsumsi tinggi alkohol, memiliki dasar penyakit hati, karier hepatitis B, prevalensi hepatitis viral yang meningkat di negara sedang berkembang, hipoalbuminemia, tuberculosis lanjut, serta pemakaian obat yang tidak sesuai aturan dan status
  • 7. asetilatornya. Sekitar 10% pasien tuberkulosis yang mendapatkan isoniazid mengalami kenaikan konsentrasi aminotransferase serum dalam minggu- minggu pertama terapi yang nampaknya menunjukkan respons adaptif terhadap metabolit toksik obat (Bayupurnama, 2006). 2. Hepatotoksisitas obat kemoterapi Jejas hati yang timbul selama kemoterapi kanker tidak selalu disebabkan oleh kemoterapi itu sendiri. Klinisi harus memperhatikan faktor- faktor lain seperti reaksi obat terhadap antibiotik, analgesik, antiemetik, atau obat lainnya. Problem-problem medis yang sudah ada sebelumnya, tumor, imunosupresi, virus hepatitis dan infeksi lain, serta defisiensi nutrisi atau nutrisi parenteral total, semuanya mungkin mempengaruhi kerentanan hospes terhadap terjadinya jejas hati. Sebagian besar reaksi hepatotoksisitas obat bersifat idiosinkratik, melalui mekanisme imunologik atau variasi pada respons metabolik pejamu (Bayupurnama, 2006). 3. Hepatotoksisitas obat anti inflamasi non steroid Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) merupakan salah satu obat yang sering diresepkan meskipun penggunaannya tidak selalu tepat sasaran. Resiko epidemiologik hepatotoksisitas golongan obat ini rendah (1-8 kasus per 100.000 pasien pengguna OAINS). Hepatotoksisitas karena OAINS dapat terjadi kapan saja setelah obat diminum, tetapi efek samping berat sangat sering terjadi dalam 6-12 minggu dari awal pengobatan. Ada dua pola klinis utama hepatotoksisitas karena OAINS. Pertama, adalah hepatitis akut dengan ikterus, demam, mual, transaminase naik sangat tinggi, dan kadang-kadang dijumpai eosinofilia. Tes fungsi hati dapat kembali normal dalam 4-8 minggu sejak penghentian obat penyebab. Dua mekanisme utama bertanggungjawab atas jejas hati oleh OAINS, yaitu hipersensitivitas dan aberasi metabolic (Bayupurnama, 2006). Reaksi hipersensitivitas sering mengalami titer anti-nuclear factor atau antibodi anti smooth-muscle yang bermakna, limfadenopati, dan eosinofilia. Aberasi metabolik dapat terjadi karena polimorfisisme genetic yang dapat mengubah kerentanan terhadap bermacam-macam obat. Pasien yang mengalami hepatotoksisitas karena OAINS harus dianjurkan untuk tidak
  • 8. minum OAINS lagi selamanya. Parasetamol merupakan obat pilihan untuk analgesic sedangkan aspirin dapat digunakan sebagai pengganti OAINS, karena toksisitas OAINS berhubungan dengan struktur molekul cincin diphenylamine yang tidak dimiliki aspirin (Bayupurnama, 2006). 6. Tes Fungsi Hati Gangguan fungsi hati akibat obat adalah salah satu alasan untuk menghentikan obat yang sudah diberikan. Para dokter harus waspada dalam mengidentifikasi gangguan fungsi hati akibat obat, karena deteksi dini dapat menurunkan tingkat keparahan jika obat tersebut dihentikan secepatnya. Manifestasi klinis gangguan fungsi hati akibat obat umumnya bervariasi, mulai dari peningkatan enzim hati yang asimtomatik sampai kegagalan hati fulminan. Pengetahuan tentang obat yang terlibat serta kecurigaan yang tinggi sangat dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis (Rianyta & Utami, 2013). Tes fungsi hati hanyalah indikator tidak langsung dari fungsi hati yang merupakan petunjuk yang lemah mengenai kapasitas hati untuk memetabolisme obat. Tes ini sangat bermanfaat pada pemantauan arah perkembangan penyakit hati (setelah diagnosa ditetapkan) dan respon pasien terhadap pengobatan a. Serum bilirubin Bilirubin adalah pigmen empedu primer yang berasal dari perusakan sel darah merah di limpa dan sumsum tulang. Bilirubin merupakan hasil akhir degradasi bagian heme haemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah. Kenaikan konsentrasi serum bilirubin dapat disebabkan oleh kerusakan sel hati, kolestasis (obstruksi aliran empedu) dan haemolysis (perusakan sel darah merah). Kenaikan diatas 50 mikromol/liter akan menyebabkan jaundice. Serum bilirubin berguna untuk memantau perkembangan dan keparahan penyakit hati. b. Serum transaminase • Serum aspartate aminotransferase/transaminase (AST) atau SerumGlutamic-Oxaloacetic Transaminase(SGOT) • Serum alanine aminotransferase/transaminase (ALT) atau Serum Glutamic-Pyruvic Transaminase (SGPT)
  • 9. AST dan ALT adalah indikator yang sensitif terhadap kerusakan sel hati. Keduanya ada pada sel hati dan adanya proses penyakit akut (contoh : hepatitis virus) yang merusak struktur sel hati akan mengakibatkan pelepasan enzim tersebut ke dalam darah c. Serum alkaline phosphatase (ALP) Obstruksi saluran empedu akan menstimulasi produksi ALP dalam sel hati. Jika ALP meningkat bersamaan dengan meningkatnya bilirubin maka ini merupakan indikasi kolestasis. Jika ALP saja yang meningkat maka hal ini dapat menjadi indikasi infiltrasi hati. ALP tidak spesifik untuk hati. Konsentrasi ALP juga meningkat pada penyakit tulang dan trimester ketiga kehamilan. d. Gamma glutamyl transferase (GGT, γGT, transpeptidase) Nilai GGT meningkat pada kebanyakan tipe penyakit hati, tetapi terutama sekali pada obstruksi saluran empedu (kolestasis). e. Albumin plasma Albumin plasma disintesis di hati dan perubahan konsentrasi serumnya merupakan petunjuk yang berguna terhadap fungsi sintesis hati maupun tingkat penyakit hati kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun pada penyakit hati kronis tetapi cenderung normal pada tingkat awal hepatitis akut. f. Prothombin time (PT) Protombin adalah faktor pembekuan darah yang disintesis di hati dan mempunyai waktu paruh dua sampe tiga hari. Prothombin time yaitu waktu yang diperlukan untuk dihasilkannyakat fibrin clot dalam plasma pada kondisi standar. Prothombin timesangat bermanfaat untuk memperkirakan tingkat keparahan penyakit hati, baik yang akut maupun yang kronis. Tabel. Karakteristik rentang nilai baku dalam serum orang dewasa normal Tes laboratorium Rentang nilai baku Bilirubin (bilirubin total) Bilirubin (direct) 2-20 mmol/liter
  • 10. (mengukur bilirubin yang terkonjugasi) Aspartate transaminase (AST) Alanin transaminase (ALT) Alkaline phospatase (ALP) Gamma Glutamyl Transferase (GGT) Albumin Prothombin time (PT) International Normalised Ratio (INR) (Aslam et al, 2003) 3-17 mikromol/liter 0-35 unit/liter 0-35 unit/liter 25-100 unit/liter 5-45 UI/liter 35-55 g/liter Sekitar 10-14 detik 1-1,2 Pustaka: Aslam, M., C. K. Tan, & A. Prayitno. 2003. Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy). Elex Media Komputindo, Jakarta. Bayupurnama, P. 2006. Hepatoksisitas Imbas Obat. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Dhingra, M. S. 2006. Drug Induced Liver Injury. Fontanam, R. J., L. B. Seeff, R. J. Andrade, E. B. Msson, C. P. Day, & C. Serrano. 2010. Meeting report: Standardization of Nomenclature and Causality Assessment in Drug-Induced Liver Injury: Summary of a Clinical Research Workshop. Hepatology. 52: 730−742 Lee, W.M. 2003. Drug Induced Hepatotoxicity. N Engl J Med (349): 474−485 Rianyta & S. Utami. 2013. Drug-Induced Liver Injury(DILI) pada Penggunaan Propiltiourasil (PTU). CDK-203. vol. 40 no. 4 Setiabudy, R. 1979. Hepatitis Karena Obat. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta. Tajiri, K. & Shimizu Y. 2008. Practical Guidelines for Diagnosis and Early Management of Drug-Induced Liver Injury. World J Gastroenterol. 14: 6774–6785.