PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
Analisis teori karl max dan max weber(2)
1. “Ananlisis Teori Umum,Teori Khusus,dan Metodologi dari KARL MARX
dan Analisis Tentang Sumbangan Metodologis Yang Diterapkan MAX
WEBER Pada Sosiologi Yang DIsebut Verstehen.”
Teori umum karl Max berbicara tentang determinisme ekonomi dan dialektika meterialisme.
Teori khususnya berbicara tentang perjuangan kelas dan alienasi (keterasingan, rasa asing diri).
Dan sumbangan metodologisnya tampak dari upayanya untuk mengembangkan sosialisme
ilmiah. Karl Max mendasarkan teorinya pada konflik material dari kekuatan-kekuatan ekonomi
yang saling bertegangan.
Teori Umum
Karl Marx dalam melihat masalah kemasyarakatan memiliki pusat perhatian pada
tingkat struktur sosial dan bukan pada tingkat kenyataan sosial budaya. Marx dalam hal
ini lebih memusatkan perhatiannya pada cara orang menyesuaikan diri dengan
lingkungan fisiknya. Dia juga melihat hubungan-hubungan sosial yang muncul dari
penyesuaian ini dan tunduknya aspek-aspek kenyataan sosial dan budaya pada asas
ekonomi. Marx memahami kenyataan sosial tidak ditemukan dalam ide-ide abstrak, tetapi
dalam pabrik-pabrik atau dalam tambang batu bara di mana para pekerja menjalankan
tugas yang luar biasa berat dan berbahaya, untuk menghindarkan diri dari mati kelaparan
dan berbagai penderitaan kaum buruh, inilah kenyataan sosial.
Teori kelas dari Marx berdasarkan pemikiran bahwa segala bentuk
masyarakat dari dahulu hingga sekarang adalah pertikaian antara golongan. Menurut
pandangannya, masyarakat mempunyai perbedaan-perbedaan fundamental antara
golongan yang bertikai di dalam mengejar kepentingannya masing-masing. Bagi
Marx, dasar dari sistem stratifikasi adalah tergantung dari hubungan kelompok-
kelompok manusia terhadap sarana produksi. Kelas dalam hal ini adalah suatu
kelompok orang-orang yang mempunyai fungsi, tujuan dan struktur sosial yang sama
dalam organisasi.
Kelas bagi marx selalu didefinisikan berdasarkan potensinya terhadap konflik.
Individu-individu membentuk kelas sepanjang mereka berada di dalam suatu konflik
biasa dengan individu-individu yang lain tentang nilai-surplus. Di dalam kapitalisme
terdapat konflik kepentingan yang inheren antara orang yang memberi upah para buruh
dan para buruh yang kerja pada mereka diupah kembali menjadi nilai surplus. Konflik
inheren inilah yang membentuk kelas-kelas.
Ada dua kelas yang menjadi perhatian Marx adalah proletariat dan borjuis.
Proletariat adalah para pekerja yang menjual jasa mereka dan tidak memiliki alat-alat
produksi sendiri. Kelas borjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam
2. ekonomi modern. Mereka memiliki alat-alat produksi dan memperkerjakan pekerja
upahan. Borjuis adalah para pemilik modal yang memberi upah ke kaum proletariat.
Dalam teorinya, Marx menemukan inti masyarakat kapitalis didalam komoditas. Suatu
masyarakat didominasi oleh objek-objek yang nilai utamanya adalah pertukaran yang
memproduksi kategori-kategori masyarakat tertentu.
Teori Khusus Teori Karl Marx menjelaskan tentang teori struktural fungsional.
Menurut Karl Marx, stratifikasi yang berbeda-beda itu mempunyai fungsi tersendiri. Karl
Marx melahirkan suatu aliran, yaitu aliran komunisme. Agama adalah candu yang terdapat
didalam masyarakat. Dalam prakteknya seperti orang katolik. Fungsi tersebut didalamnya
terdapat suatu konflik. Adanya pembagian masyarakat itu memicu terjadinya suatu
konflik. Mark juga menjelaskan tentang suatu revolusi karena menurutnya kita sebagai
masyarakat haruslah mengambil alih secara cepat dalam berbagai bidang apapun.
masyarakat juga tidak mempunyai stratifikasi kelas karena memiliki suatu alat, dalam
artian sama rata. Karl Marx mempunyai semboyan yang sangat khas, yaitu “sama rata
sama rasa”. Menurut Karl Marx, agama itu tidak boleh karena menimbulkan suatu konflik.
Tetapi jika agama dilarang, maka kita tidak akan mempunyai suatu pedoman untuk hidup
didalam dunia ini. Karl Marx juga menjelaskan tentang konsep kapitalisme. Paradigma
yang dianut oleh Karl Marx adalah paradigma fakta sosial. Jadi semakin miskin seseorang
sebagai rakyat maka semakin miskin juga seseorang dalam hal apapun. Tetapi semakin
kaya seseorang maka semakin kaya juga seseorang tersebut dalam hal apapun. Marx juga
berpendapat bahwa kolektifitas selalu menimbulkan suatu perbedaan. Sedangkan yang
mendorong adanya suatu kesadaran itu adalah setiap materi-materi yang diberikan dan
dipahami. Dalam teorinya Marx ini terdapat pemaksaan terhadap kelas bawah dan bukan
karena konsensus. Pemaksaan disini berarti stabilitas dalam teori konflik. Konflik dalam
teori ini merupakan konflik vertikal karena tentang suatu alat reprodusi
Metodologi dari Karl Max
Metodologi Marx Pada bagian sebelumnya juga telah dipaparkan bagaimana
penganutmetodologi Marx melihat nilai dan ideologi sebagai hal yang tidak terpisahkan
dari penelitiansosial. Bagi peneliti kritis, penelitian yang bebas nilai hanya akan membuat
sosiologi menjadi tidak manusiawi dan tidak mampu memberi solusi atas permasalahan
yang ada(Ritzer, 1996: 44-45).Metodologi yang bias nilai dan ideologi ini membuat Marx
tidak bisa diterima sepenuhnya sebagai pemikir sosiologi (Ritzer, 1996: 43). Akan tetapi
adakah pemikir yangbisa benar-benar bebas dari nilai dan ideologi? Durkheim yang
mengagungkan obyektivitaspun sudah mendasarkan metodologi yang dibangunnya dari
nilai yang ia anut: keyakinan bahwa manusia cenderung mencari kesenangan individu
dan karenanya dibutuhkan kekuatandi luar manusia untuk mengendalikan dan mengatur
manusia tersebut (Neuman, 2003: 72).Bahkan bisa dikatakan tak ada satupun pemikir
sosiologi yang bebas nilai.
Ideologi yang dibawa Marxpenuh dengan nilai pembebasan manusia, perlawanan
atas eksploitasi dan ketidakadilan. Metodologi dan teori-teori Marx memberi
sumbangan besar bagi ilmu sosiologi, sehingga tidak perlu diragukan bahwa dia jugalah
3. seorang pemikirsosiologi. Marx telah menempatkan metodologi sebagai upaya
memperjuangkan kemanusiaan. Perubahan adalah sebuah keniscayaan jika kondisi saat
ini hanya menghadirkan penindasan dan ketidakadilan. Sangat berbeda dengan
metodologi Durkheimyang melihat tatanan masyarakat sebagai hal yang harus dipertahankan dan
dijaga keseimbangannya demi menghindari kekacauan dan ketidak-teraturan.
Analisis Tentang Sumbangan Metodologis Yang Diterapkan
MAX WEBER Pada SosiologiYang DIsebut Verstehen.
Kata pemahaman dalam bahasa Jerman adalah verstehen. Pemakaian istilah ini
secara khusus oleh Weber dalam penelitian historis adalah sumbangan yang paling
banyak dikenal dan paling controversial, terhadap metodologi sosiologi kontemporer.
Ketika kita mengerti apa yang dimaksud Weber dengan kata verstehen, kita pun
menggarisbawahi beberapa masalah dalam menafsirkan maksud Weber, muncul dari
masalah umum dalam pemikiran metodologis Weber. Seperti dikemukakan Thomas
Burger, Weber tidak utuh dan konsisten dengan pernyataan metodologisnya. Ia
cenderung gegabah dan tidak tepat sasaran karena merasa bahwa ia sekedar mengulangi
gagasan-gagasannya yang pada zamannya terkenal dikalangan sejarawan Jerman.
Terlebih lagi, seperti ditegaskan diatas, Weber tidak terlalu memikirkan refleksi
metodologis.
Pemikiran Weber tentang verstehen lebih sering ditemukan di kalangan sejarawan
Jerman pada zamannya dan berasal dari bidang yang dikenal dengan hermeneutika.
Hermeneutika adalah pendekatan khusus terhadap pemahaman dan penafsiran tulisan-
tulisan yang dipublikasikan. Tujuannya adalah memahami pemikiran pengarang maupun
struktur dasar teks. Weber dan lainnya berusaha memperluas gagasannya dari
pemahaman teks kepada pemahaman kehidupan sosial: memahami aktor, interaksi dan
seluruh sejarah manusia. Satu kesalahpahaman yang sering terjadi menyangkut konsep
verstehen adalah bahwa dia dipahami sekedar sebagai penggunaan intuisi, irasional dan
subyektif. Namun secara kategoris Weber menolak gagasan bahwa verstehen hanya
melibatkan intuisi, keterlibatan berdasarkan simpati atau empati. Baginya, verstehen
melibatkan penelitian sitematis dan ketat, dan bukannya hanya sekedar merasakan teks
atau fenomena sosial. Dengan kata lain, bagi Weber, verstehen adalah prosedur studi
yang rasional. Sejumlah orang menafsirkan verstehen, pernyataan-pernyataan Weber,
tampaknya terbukti kuat dari sisi penafsiran level individu terhadap verstehen. Namun
sejumlah orang juga menafsirkan bahwa verstehen yang dinyatakan oleh Weber adalah
sebagai teknik yang bertujuan untuk memahami kebudayaan. Seiring dengan hal tersebut,
W.G. Runciman (1972) dan Murray Weax (1976) melibatkan verstehen sebagai alat
untuk mempelajari kebudayaan dan bahasa tertentu.
Max Weber juga memasukkan problem pemahaman dalam pendekatan
sosiologisnya, yang sebagaimana cenderung ia tekankan adalah salah satu tipe sosiologis
dari sekian kemungkinan lain. Karena itulah ia menyebutkan perspektifnya sebagai
4. sosiologi interpretatif atau pemahaman. Menjadi ciri khas rasional dan positivisnya
bahwa ia mentransformasikan konsep tentang pemahaman. Meski begitu, baginya
pemahaman tetap merupakan sebuah pendekatan unik terhadap moral dan ilmu-ilmu
budaya, yang lebih berurusan dengan manusia ketimbang dengan binatang lainnya atau
kehidupan non hayati. Manusia bisa memahami atau berusaha memahami niatnyasendiri
melalui instropeksi, dan ia bisa menginterpretasikan perbuatan orang lain sehubungan
dengan niatan yang mereka akui atau diduga mereka punyai.
Refleksi metodologis Weber jelas berhutang pada filsafat pencerahan. Titik tolak
dan unik, analisis paling utamanya adalah sosok individual. Sosiologi interpretatif
memandang individu dan tindakannya sebagai satuan dasar, sebagai “atomnya” sekiranya
perbandingan yang diperdebatkan bisa diterima. Dalam pendekatan ini individu juga
dipandang sebagia batas teratas dan pembawa tingkah laku yang bermakna. Weber
memilah berbagai “tipe” aneka tindakan bermotivasi. Tindakan-tindakan yang tercakup
dalam sikap kelaziman rasional ia nilai secara khas sebagi tipe yang paling bisa dipahami
dan perbuatan “manusia ekonomis” adalah contoh utamanya. Tindakan-tindakan yang
kurang rasional ooleh Weber digolongkan, kaitannya dengan pencarian tujuan-tujuan
absolute, sebagai berasal dari sentiment berpengaruh dalam (affectual sentiments) atau
sebagai “tradisional”. Karena tujuan absolute dipandang oleh sosiolog sebagai data yang
“terberi” (given) maka sebuah tindakan bisa menjadi rasional dengan mengacu pada
sarana yang digunakan, tetapi irasional jika dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Komentar
Dari teori-teori yang saya baca dari buku karangan karl max Beliau sangat antusias pada
perkembangan Status sosial di tengah-tengah masyarakat. Beliau juga memperhatikan
hubungan-hubungan antara masyarakat bagaimana dengan keadaan masyarakat tersebut
begitupula dengan keadaan struktur sosial masyarakat beliau juga banyak mengeluarkan teor-
teori mengenai kelas-kelas sosial diantara masyarakat.
Nama : Raphita Damayanti Simanjuntak
Npm : 16130010