Teks ini membahas pendekatan sosiologis terhadap studi tentang wanita. Beberapa pendekatan yang dijelaskan adalah pendekatan fungsionalis dari teoretisi seperti Comte, Spencer, dan Durkheim yang memandang peran wanita dalam konteks stabilitas sosial. Pendekatan konflik dari Marx dan Weber menganalisis penindasan wanita. Model alternatif seperti karya sosial Addams dan interaksionisme Mead lebih menekankan pengalaman wanita. Pendek
objek kajian sosiologi menurut pandangan tokoh ahli. seperti Auguste Comte, Herbert Spencer, Peter L Berger dalan lain-lain. dengan penjelasan yang mendetail.
objek kajian sosiologi menurut pandangan tokoh ahli. seperti Auguste Comte, Herbert Spencer, Peter L Berger dalan lain-lain. dengan penjelasan yang mendetail.
Paradigma adalah suatu pandangan yg mendasar tentang apa yg menjadi pokok persoalan (subject matter) dari suatu cabang ilmu.
Normal Science adalah suatu periode akumulasi ilmu pengetahuan, dimana para ilmuan bekerja dan mengembangkan paradigma yang sedang berpengaruh.
Teori sosiologi menurut para ahli, serta kajian-kajian dalam sosiologi antara lain: perilaku menyimpang, pengendalian sosial, lembaga sosial, nilai dan norma, sosialisasi, konflik, dll. u
Paradigma adalah suatu pandangan yg mendasar tentang apa yg menjadi pokok persoalan (subject matter) dari suatu cabang ilmu.
Normal Science adalah suatu periode akumulasi ilmu pengetahuan, dimana para ilmuan bekerja dan mengembangkan paradigma yang sedang berpengaruh.
Teori sosiologi menurut para ahli, serta kajian-kajian dalam sosiologi antara lain: perilaku menyimpang, pengendalian sosial, lembaga sosial, nilai dan norma, sosialisasi, konflik, dll. u
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
2. BAB 1
PENDEKATANSOSIOLOGISTERHADAPSTUDITENTANG
WANITA
A.KEDUDUKAN WANITA DALAM SEJARH SOSIOLOGI
• Didalam studi sosiologi, studi tentang wanita telah dimasukkan dibawah tema
umum studi-studi mengenai kelarga atau seks dan jenis kelamin, smentara inti
kerya dalam bidang ini berpusat pada laki-laki da kehidupannya (smith, 1974;
Nebraska sociological fminist collective,1983). Dalam sosiologi wanita sebagai
objek studi banyak diabaikan. Hanya dibidang perkawinan dan keluarga ia dilihat
keneradaanya. Kedudukannya dalam sosiologi, dengan kata lain, berifat tradisional
sebagaimana ditugaskan kepadanya oleh masyarakat yang lebih besar, tempat
kaum wanita adalah dirumah” (Ehrlich, 1971:421)
B. TEORETISI POSITIVIS/FUNGSIONALIS
• August comte- Sosiologi Sebagai Ilmu Sosial
• August comte, sering disebut sebgai pendiri sosiologi, adalah orang penting
dalam analisis sejarah sosiologi, karena ia mengambil ide-ide inteektual dari
para penulis seperti Saint Simon dan Montesquieu, serta menggabungkannya ke
dalam suatu karya komprehensif. Ia mengkalim bahwa kita dapat mempelajari
kehidupan manusia dengan menggunakan teknik-teknik syang sama seperti ilu
alam.
3. • Wanita dikemukakan ada karya-karya awal itu hnaya didalam peranan
keluarga mereka, karena keluarga dipandang sebagai sebuah institusi yang
menunjukkan proses-proses sosial yang lebih besar. Umpamanya, dari analisis –
analisis paling awal tentang masyarakat, keluarga adalah unit masyarakat yang
paling fundamental, sama dengan konsep biologi mengenai sel. Wanita
diperbincangkan hanya dalam hubungan mereka terhadap unit tersebut.
• Menurut Comte, wanita “secara konsttitusional” bersifat interior terhadap
laki-laki, karena kedewasaan merka berakhir pada masa kanak-kanak. Karena iu,
Comte oercaya bahwa wanita menjadi subordint laki-laki manakala mereka
menikah. Perceraian ditiadakan bagi wanita, sebab secra sederhana mereka adalah
budak bagi laki-laki manja. Comte menegaskan bahwa untuk menyusun tatana
masyarakat yang baik dan maju bagi prancia, diperlukan otoritas ptriarkat dan
kediktatirak politik. Positivisme comte adlah sebuah filsafat mengenai stabilitas
yang berlandaskan pada keabadian tentang “kebenaran” unit keluarga.
4. • Herbert Spencer—Evolusi/Organisme
• Konsep positivis organisme berpusat pada gagasan mengenai evolusi sosial.
Menurut Spenser, individu-individu di dalam masyarakat, institusi-institusi sosial, dan
masyarakat-masyarakat itu sendiri berkembang dari keadaan sederhana menjadi
kompleks, sebagaimana sebuah sel amuba berkembang menjadi sector binatang atau
suatu organism yang lebih kompleks. Beberapa ahli teori menyangkal validitas karya
Spencer, khususnya sosiolog Prancis Emile Durkheim.
• Dua aspek dari positivis organism Spencer menyediakan model awal bagi
analisis sosiologi mengenai wanita. Aspek pertama ialah konsep organism itu sendiri
yang mengimplikasikan suatu equlilibrium atau keseimbangan. Wanita acap kali di
analisis dalam hubungan dengan kedudukan mereka di masyarakat, yaitu fungsi
mereka dalam keluarga. Kedua, kedudukan keluarga dan anggotanya berada dalam
keseimbangan dengan institusi-institusi lain. Aksi sosial atau gerakan-gerakan sosial
yang berupaya mengurangi penindasan-penindasan terhadap perseorangan atau kelas,
seperti gerakan-gerakan kaum feminis, merupakan kekuatan-kekuatan pengacau yang
menciptakan ketidak seimbangan.
•
5. • ` Aspek kedua dari model keseimbangan organik Spencer yang dapat di
terapkan untuk studi mengenai wanita ialah asumsi tentang perkembangan
linier (linearilty). Jika masyarakat berkembang secara linear (dari keadaan
sederhana menjadi kompleks), maka gangguan terhadap proses evolusi ini,
termasuk aksi sosial, revolusi, atau aktivitas-aktivitas lain yang bertujuan
mengubah tatanan sosial atau quo, bersifat disfungsional.
6. • Emile Durkheim---Hukum-hukum untuk
metode sosiologi
• Emile Durkheim sangat di di kenal mengaplikasikan metode ilmiah dalam
disiplin sosiologi. Durkheim mendefinisikan sosiologi sebagai “ilmu mengenai
institusi-institusi, asal kejadianny dan fungsinya”. Karya-karya Durkheim mengenai
solidaritas sosial, kohesi sosial dan anomie dapat di terapkan pada isu kontemporer
mengenai partisipasi wanita di dalam pasar tenaga kerja .
• Durkheim membicarakan wanita dalam dua konteks sempit,
- pertama, dalam konteks positif perkawinan dan keluarga : wanita memenuhi peran-
peran tradisional yang fungsional terhadap keluarga.
- Kedua, dalam koteks negative bunuh diri/perceraian dan seksualitas. Seksualitas
wanita memainkan suatu peranan dalam bunuh diri dan perceraian (lehmann 19990)
• Di dalam keluarga, wanita kehilangan otoritas terhadap laki-laki atau laki-laki
di anggap memegang otoritas karena keluarga membutuhkan seseorang “pemimpin”
(lehmann, 19990;33).
• Menurut setiap tinjauan mengenai para fungsionalis disini Durkheim, Spencer,
dan Comte—sifat-sifat alamiah wanita yang inheren menciptakan suatu pembagian
kerja, hierarki otoritas laki-laki, dan struktur moralitas.
7. C. TEORETISI KONLIK
• Karl Marx Dasar-dasar Teori konflik dan Penggunaan Dialektika
Sementara Durkheim memusatkan perhatiannya pada kohesi dan
solidaritas social, Karl Marx melihat masyarakat secara konstan berubah
komposisinya; kekuatan-kekuatan anti tesis menyebabkan perubahan social
melalui ketegangan-ketegangan dan perjuanagan antar kelas yang bertentangan.
Kemajuan social, karena itu diisi oleh perjuangan-perjuangan dan upaya kera
yang membuat konflik social menjadi inti dari proses sejarah. Sementara
Durkheim menulis tentang pengaruh kompleksnya pembagian kerja terhadap
solidaritas dari mekanik ke organic, Mark menulis mengenai eksploitasi tenaga
kerja yang menimbulkan alienasi dan pembentukan kelas yang saling
berlawanan.
Perkembangan maexisme secara kuat dipengaruhi oleh munculnya
gerakan-gerakan buruh di Inggris dan Prancis, mengiringi pertumbuhan
industry yang pesat dengan sistem produksi kapitalis. Tulisan-tulisan Marx
memperkenalkan sejumlah konsep kunci untuk disiplin sosiologi, termasuk
alienasi kaum buruh, materialisme dan dialetikia, pembentukan kelas dan
kesadaran kelas. Ia juga mengemukakan isu ideology dalam hubungannya
dengan kondisi-kondisi social, politik dan ekonomi, serta potensinya untuk
perubahan. Seluruh Marx mengikuti dialetika hegeiian dan humanism sebagai
kerangka kerja bagi proses-proses dan tujuan perubahan sosial (Swingewood,
1948)
8. Tulisan-tulisan Marxian memberi sumbangan pada studi tentang
wanita. Konsep-konsep kunci digunakan dalam analisis mengenai penindasan
terhadap kaum wanita, meliputi alienasi, penindasan ekonomi, nilai tambah,
buruh cadangan, dan dialetika (Benston, 1969;Rowbothan, 1973). Dalam
capital (1949), Marx membicarakan pengaruh umum mesin terhadap
kehidupan keluarga pada industry-industri domenstik. Dalam Communist
Maniesto (1970), Marx dan Engels menulis tentang wanita sebagai alat
produksi.
Frederick Engels dalam The Origin of The Family, Private
Property and The State, secara spesifik menulis tentang penindasan wanita di
dalam keluarga:
Dalam kasus-kasus besar utama kini, paling tidak dalam kelas-kelas
pemilik, suami bertanggung jawab mencari nafkah dan menghidupi
keluarganya; hal ini memberikan kepadanya suatu posisi supremasi, tanpa
membutuhkan titel-titel khusus dan hak istimewa. Di dalam keluarganya, ia
adalah borjuis dan istrinya mewakili proletariat.
9. • Max Weber – Konflik Status
Tulisan-tulisan Max Weber berpusat pada saling berhubungan di
antara kelas, status dan kekuasaan. Menurut Weber, kelas adalah basis
ekonomi ketidaksamaan; organisasi yang longgar sekitar kelas “kaya”
(the haves) dan kelas ”miskin” (the have-nots).
Untuk analisis mengenai wanita di dalam masyarakat,
merupakan suatu perkembangan penting, karena status atau posisi
seseorang pada suatu tatanan sosial berhubungan dengan kekuasaan.
Status wanita di dalam masyarakat kini dapat dianalisis dalam
hubugannya dengan kerugian mereka, baik dalam kekuasaan ekonomi
dan sosial maupun dalam pembentukan prestise sosial dikaitkan pada
jenis-jenis kelamin dan peran-peran pekerjaan.
10. D. Model-Model Alternatif dalam Sosiologi Tradisional
• Jane addams-Model Karya Sosial
Perkembangan sosiologi di amerika berbeda dari rekan rekannya di
eropa.sosiologi amerika menekankan cara-cara mengatasi masalah sosial
seperti kejahatan di perkotaan. Contoh terbaik diberikan Jene Addams
dengan permukiman Hull House di daaerah kumuh Chicago West Side
selama akhir 1800an dan awal 1900an.
Addams menerbitkan sebelas buku dan ratusan artikel,termasuk
lima artikel American Journal Of sociology. Yang paling terkemuka adalah
Hull House Maps and papers,hasil karya para penduduk Hull House pada
tahun 1893,yang kemudian mempengaruhi sejumlah seorang laki-laki di
Universitas Chicago,Addams adalah(seperti yang di sebut dengan sebagai
seorang feminis kultural) Menegaskan bahwa nilai nilai kewanitaan lebih
mulia dibandingkan nilai-nilai kelelakian,dan sebuah masyarakat di bangun
berlandaskan nilai nilai kewanitaan akan lebih “produktif damai, dan
adil(deegan 1988).
11. • George Herbert Mead-Interaksionisme Simbolik
• Interaksionisme simbolik,khususnya karya George Herbert
Mead,berakar pada aliran chicago yang mendominasi sosiologi di
Amerika Serikat selama dekade abad ke 19.
• Interaksionisme Simbolik merupakan suatu perspektif yang berpusat
pada hubungan personal serta hubungan personal dan struktural,yang
sering di sebut sebagai mikro-sosiologi.Segi penting dari
interaksionisme simbolik adalah dalam pengakuan terhadap arti saling
pengaruh antara struktural sosial (makro-sosiologi ) didefenisikan
sebagai proses dan kebiasaan atau bentuk-bentuk interaksi dengan
personalitas (mikro-sosiologi )( Mead,1934 ).
• Para interaksionis simbolik juga mengakui bahwa perbuatan-
perbuatan individu dan interpretasi-interpretasinya berada di dalam
konteks kelompok-kelompok atau institusi dimana individu itu
memiliki berbagai daya di dalamnya untuk menciptakan perubahan.
12. • E. PENDEKATAN TEORETIS KONTEMPORER TERHADAP
STUDI TENTANG WANITA
• Tiga pendekatan kontemporer dalam sosiologi secara spesifik
mengemukakan wanita di dalam masyarakat : pendekatan
struktural,fungsionalis ,prespektif peran-peran kelamin,dan perspektif
konflik.Masing-masing pendekatan itu di hubungkan pada suatu model
peran jenis kelamin.
• Teori Fungsionalis – Studi Tentang Budaya Laki-Laki
• Teori fungsionalis dalam masyarakat sosiologi secara
inheeren konservatif dan dihubungkan dengan karya-karya Aguste
Comte, Herbert Spencer, dan Emile Durkheim. Teoretisi
fungsionalis kontemporer memusatkan pada isu-isu mengenai
stabilitas sosial dan harmoni, khususnya faktor-faktor yang
menyumbang pada pemeliharaan stabilitas masyarakat atau
perubahan sosial dan stabilitas masyarakat atau perubahan sosial
secara bertahap. Perubahan sosial dilukiskan sebagai suatu evolusi
alamiah yang merupakan respon sosial.
13. • Kerangka karya ini memusatkan pada pembahasan
mengenai wanita dalam fungsi-fungsi dan peran-perannya
didalam masyarakat. Jika peran-peran wanita menyumbang
pada stabilitas, maka mereka dilihat sebagai fungsional, jika
mereka menyumbang pada perubahan sosial yang cepat, seperti
memasuki pasar tenaga kerja upahan dalam jumlah yang
semakin banyak, mereka dilihat sebagai disfugsional.
• Dalam karya klasiknya mengenai prostitusi (1967), Kingsley
Davis menyediakan suatu pendekatan fungsional untuk analisis
mengenai wanita. Secara klasik ia mengabaikan mengapa
wanita menjadi pelacur serta kehidupan sehari-hari mereka. Ia
berasumsi bahwa keberadaan wanita adalah untuk melayani
kebutuhan seksual laki-laki, dan memfokuskan pada fungsi
prostitusi, buksn pada pengalaman-pengalaman individual para
pelacur,
14. • Peran-peran Jenis Kelamin – Fokus Dalam Sosiologi Wanita
• Talcot Parsons meratakan jalan bagi diskusi mengenai pembagian kerja
secara seksual dalam bahasa peran-peran. Peran-peran jenis kelamin dalam tradisi
sosiologi berpusat pada dunia laki-laki dan kedudukan wanita di dalam lingkungan
patriarkat ini.
• Arlie Hochschild (1973) mengidentifikasi empat tipe penelitian yang
berpusat pada perbedaan-perbedaan jenis kelamin yang menganalisis perbedaan emotif
dan kognitif antara pria dan wanita. Kedua, Penelitian uang menganalisis ketegangan
peranan. Ketiga, meliputi penelitian-penelitian mengenai jenis kelamin yang
menganalisis wanita sebagai suatu kelompok minoritas, khususnya dalam kaitannya
dengan diskriminasi. Tipe keempat, adalah prespektif “politik kata” yang sama dengan
prespektif dan wanita sehubungan dengan perjuangan-perjuangan dalam kepentingan
tetap, ( vested interest ) dan kekuasaan.
• Tipe ketiga dan keempat “meradikalkan” penelitian mengenai peran-
peran jenis kelamin, dan merupakan suatu akibat dari pengaruh teori feminis pada
pemikiran sosiologis ( Rossi, 1969 ). Alice Rossi menegaskan bahwa para mahasiswi
menjembatani disiplin sosiologi dengan teori feminis, karena “tulisan-tulisan feminis
Kate Millet, Shulamith Firestone, dan Juliet Michell telah membuat pemikiran mereka
masuk ke dalam sosiologi hingga sampai pada generasi mahasiswi” ( 1969;3 ).
15. teori konflik dan hubungan antara peran-peran jenis
kelamin dan stratifikasi jenis kelamin
• teori stratifikasi jenis kelamin berkonsentrasi pada posisi wanita di dalam
pasar tenaga kerja upahan, untuk membedakannya dengan medel penelitian
mengenai peran-peran jenis kelamin (Chafetz, 1988). Rendall Collins
mengemukakan bahwa ketidakadilan berdasarkan jenis kelamin bervariasi
sesuai dengan tipe-tipe masyarakat, tetapi terdapat tiga fakta social yang
konstan yang menentukan wanita sebagai harta seksusal kepunyaan laki-laki.
Semua manusai memiliki dorongan kuat untuk kepuasan seksual, daya tahan
menghadapi kekerasan, biasanya laki-laki lebih besar dan lebih kuat dari pada
wanita, karena laki-laki menjadi agresor seksual dan wanita umumnya
mengambil sikap defensive.
• Bentuk dasar stratifikasi jenis kelamin, karena ialah institusi wanita
sebagai harta seksual, dan kesamarataan di dalam pasar kerja, dengan tuntutan
relatif permanen dari laki-laki untuk hak-hak seksual eksklusif terhadap wanita
tertentu. Lebih jauh Collins menyatakan bahwa ketidakadilan berdasarkan jenis
kelamin dan kekerasan bervariasi menurut dua struktur social, paksaan oleh
organisasi-organisasi politik terhadap masyarakat ( keluarga, hokum, dan
sebagainya) dan keadaan pasar, serta sumber penghasilan laki-laki dan wanita.
16. Teori-teori konflik, penggunaan dialektika dan teori feminis
• Teori konflik yang bersumber pada tulisan-tulisan Karl Marx,
mempertahankan bahwa perubahan social terjadi melalui suatu proses
dialektik. Beberapa teori konflik tersebut dalam sosiologi berkembang
menentang kepercayaan-kepercayaan yang berlaku secara tradisional.
Dialektika melukiskan kontradiksi dan konfli-konflik tak terelakan yang
membawa pada perubahan terhadap satu tesis ( ketidakadilam ) akan tumbuh
satu antitesis dan perubahan-perubahan di dalam masyarakat, teori, organisasi-
organisasi, kelompok-kelompok, dan sebagainya.
• Konflik kelompok-kelompok didalam masyarakat atas sumber-sumber
yang langka, atau juga ide-ide, akan menghasilkan perubahan focus teori
konflik ialah ekonomi, terutama persaingan untuk sumber-sumber yang langka
di antara kelompok-kelompok dan hal itu mempengaruhi semua hubungan
social lainnya. Teori-teori konflik kontemporer kerap memperluas focus
tersebut dengan memasukkan komponen-komponen multidimensional untuk
menggambarkan pertentangan dan ketidaksamaan di dalam struktur
masyarakat.
17. • F. keterbatasan teori-teori tradisional
• terdapat sebuah cacat inheren dalam penggunaan pandangan-
pandangan historis mengenai wanita tersebut. Teori-teori itu
didasarkan pada pengalaman laki-laki, struktur patriarkat, dan suatu
paradigm maskulin. Wanita di sesuaikan menurut suatu medel
teoritis yang di kembangkan tanpa melihat pengalaman-pengalaman
wanita sebagai kerangka karya atau batas keabsahan. Masalah ini
tidaklah sederhana, sebab teori politik liberal denfan epistemology
empirisnya, marxisme, teori kritis, psikoanalisis, hermentika, dan
kerangka-kerangka karya teoritis lain yang telah kami jelajahi, bisa
dan tidak bisa diterapkan pada wanita dan hubungan antara jenis
kelamin.