SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
Jurgen Habermas
Serta Pemikirannya tentang Ranah Publik
Tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan
Semester Ganjil 2008/2009

Dosen: Dr. Akhyar Yusuf Lubis

Oleh: Satrio Arismunandar
NPM: 0806401916

Program S3 Ilmu Filsafat, Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Indonesia
Oktober 2008
1
Pendahuluan

Jurgen Habermas adalah anggota generasi kedua Sekolah Frankfurt, yang
merupakan figur paling terkemuka dan juga kontroversial, dalam dunia berdebatan
sosio-kritis dan filosofis Jerman. Ajaran Habermas banyak dipengaruhi gurunya, T.W.
Adorno, namun Habermas juga banyak mengangkat berbagai isu bersama gurunya itu.
Habermas mengabdikan karya kehidupannya untuk membela dan mengklaim
kembali proyek kritik pencerahan, atau apa yang disebutnya ―wacana filosofis tentang
modernitas.‖ Dalam karya awalnya, seperti Knowledge and Human Interests (1968),
ia mengadopsi pendekatan yang dipengaruhi aliran Marxis dan Kantian secara
meluas. Ia berusaha merekonstruksi genealogi ilmu pengetahuan kemanusiaan dan
ilmu pengetahuan alam modern, dengan mempertanyakan kembali kondisi
kemunculan ilmu-ilmu itu secara sosial, historis, dan epistemologis.
Karya

Habermas

sangat

banyak.

Namun,

karena

keterbatasan

dan

ketidaksanggupan makalah ini untuk membahas semuanya, maka bahasan di sini lebih
dipusatkan ke karya Habermas yang berkaitan dengan ranah publik (public sphere).
Fokus pilihan ini penulis kira sangat relevan dengan konteks Indonesia,
dengan makin tumbuhnya media elektronik (televisi) di berbagai kota, sejak era
reformasi. Saat ini sedikitnya ada 11 stasiun TV yang bersiaran secara nasional.
Belum lagi ditambah puluhan stasiun TV lokal, seperti TV Bali, TV Banten, Jak TV,
dan sebagainya.
Sementara ada keterbatasan alokasi frekuensi bagi keberadaan media-media
tersebut. Pada saat yang sama, banyak media TV dianggap belum menyajikan
program-program yang mendidik dan bermanfaat bagi masyarakat. Sementara mereka
memanfaatkan frekuensi yang terbatas (ranah publik) tersebut lebih untuk
kepentingan komersial dirinya sendiri.

Riwayat Jurgen Habermas

Jurgen Habermas lahir pada 18 Juni 1929 di Dusseldorf, North RhineWestphalia, Jerman. Ia adalah filsuf dan sosiolog Jerman dalam tradisi teori kritis dan
pragmatisme Amerika. Ia mungkin paling dikenal berkat karyanya tentang konsep
ranah publik, topik dan judul dari buku pertamanya.

2
Karya Habermas berfokus pada landasan-landasan teori sosial dan
epistemologi, analisis masyarakat kapitalistik maju dan demokrasi, penegakan hukum
(rule of law) dalam konteks sosial-evolusioner kritis, dan politik kontemporer—
khususnya politik Jerman.
Sistem teoretis Habermas diabdikan untuk mengungkapkan kemungkinan
nalar, emansipasi, dan komunikasi rasional-kritis --yang laten dalam institusi-institusi
modern dan dalam kapasitas manusia-- untuk mempertimbangkan secara sungguhsungguh dan mengejar kepentingan-kepentingan rasional.
Sampai kelulusannya dari gimnasium, Habermas tinggal di Gummersbach,
dekat Cologne. Ayahnya, Ernst Habermas, adalah Direktur Eksekutif Kamar Dagang
dan Industri Cologne. Jurgen Habermas belajar di Universitas Gottingen (1949/50),
Zurich (1950/51), dan Bonn (1951-54) dan meraih doktor filsafat dari Bonn pada
1954, dengan disertasi berjudul das Absolute und die Geschichte. Von der
Zwiepaltigkeit in Schellings Denken (Yang Absolut dan Sejarah: Tentang Kontradiksi
dalam Pemikiran Schelling).

Jurgen Habermas

Dari tahun 1956 dan seterusnya, ia belajar filsafat dan sosiologi di bawah
pengusung teori kritis Max Horkheimer dan Theodor Adorno di Institut untuk Riset
Sosial di Johann Wolfgang Goethe University, Frankfurt am Main. Namun, kemudian
terjadi perselisihan antara dua tokoh itu tentang disertasi Habermas.
Adorno yang bangga pada Habermas, relatif lebih bisa menerima disertasi
Habermas. Namun, Horkheimer, yang menganggap Habermas terlalu radikal,
3
menuntut revisi-revisi yang tak bisa diterima oleh Habermas. Adanya perselisihan itu,
serta keyakinan Habermas bahwa Sekolah Frankfurt sudah lumpuh oleh skeptisisme
politik dan kemuakan pada budaya modern, membuat Habermas memilih
menyelesaikan habilitasi (disertasi pasca-doktoral) dalam ilmu politik di Universitas
Marburg, di bawah bimbingan tokoh Marxis, Wolfgang Abendroth.
Karya habilitasi Habermas berjudul Strukturwandel der Offentlichkeit;
Untersuchungen zu einer Kategorie der Burgerlichen Gesellschaft (Transformasi
Struktural Ranah Publik: Suatu Penyelidikan ke dalam Kategori Masyarakat Borjuis),
yang terjemahan Inggrisnya terbit pada 1989.
Pada 1961, Habermas menjadi Privatdozent (dosen luar biasa) di Marburg,
dan –dalam langkah yang amat tidak biasa bagi dunia akademis Jerman pada waktu
itu—Habermas ditawari posisi ―profesor luar biasa‖ ilmu filsafat di Universitas
Heidelberg pada 1962. Tawaran itu ia terima. Pada 1964, Habermas dengan dukungan
kuat dari Adorno, kembali ke Frankfurt untuk mengambil alih kursi Horkheimer
dalam pengajaran filsafat dan sosiologi.
Habermas menerima posisi Direktur Institut Max Planck di Starnberg, dekat
Munich, pada 1971, dan bekerja di sana sampai 1983, dua tahun setelah terbitnya
karya utamanya, The Theory of Communicative Action (Teori Tindakan Komunikatif).
Habermas lalu kembali ke kursinya di Frankfurt dan jabatan Direktur Institut Riset
Sosial.
Sejak berhenti (pensiun) dari Frankfurt pada 1993, Habermas terus
menerbitkan karyanya secara meluas. Pada 1986, ia menerima Penghargaan Gottfried
Wilhelm Leibniz dari Deutsche Forschungsgemeinschaft, yang merupakan bentuk
penghargaan tertinggi untuk riset di Jerman. Habermas juga memegang jabatan
profesor ―tamu permanen‖ di Northwestern University di Evanston, Illinois, dan
―Profesor Theodor Heuss‖ di The New School, New York, Amerika.
Habermas mengunjungi Republik Rakyat Cina pada April 2001. Ia juga
menjadi penerima Penghargaan Kyoto 2004 dalam bidang Seni dan Filsafat. Ia
berkunjung ke San Diego, dan pada 5 Maret 2005 –sebagai bagian dari Simposium
Kyoto yang diadakan oleh Universitas San Diego—memberikan ceramah berjudul
―Peran Publik Agama dalam Konteks Sekuler.‖ Ceramah ini berkaitan dengan evolusi
pemisahan Gereja dan Negara, dari netralitas ke sekularisme yang intens. Habermas
menerima penghargaan Holberg International Memorial Prize pada 2005.

4
Habermas tentang Ranah Publik

Dalam

bukunya,

Transformasi

Struktural

Ranah

Publik,

Habermas

mengembangkan konsepnya yang berpengaruh, tentang ranah publik. Karya
Habermas ini sangat kaya dan memberi dampak besar pada berbagai disiplin ilmu.
Buku ini juga menerima berbagai kritik yang rinci, membuka wawasan, serta
mendorong munculnya diskusi-diskusi yang sangat produktif, antara lain tentang
demokrasi liberal, masyarakat sipil, kehidupan publik, dan perubahan-perubahan
sosial pada abad ke-20.
Dalam buku itu, dengan menggeneralisasi perkembangan-perkembangan di
Inggris, Perancis, dan Jerman pada penghujung abad ke-18 dan ke-19, Habermas
pertama membuat sketsa sebuah model yang disebutnya ―ranah publik borjuis.‖ Ia
kemudian juga menganalisis kemunduran ranah publik ini pada abad ke-20.
Ranah publik borjuis, yang mulai muncul pada sekitar tahun 1700 dalam
penafsiran Habermas, adalah berfungsi untuk memperantarai keprihatinan privat
individu dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan keluarga, yang dihadapkan dengan
tuntutan-tuntutan dan keprihatinan dari kehidupan sosial dan publik.
Ini mencakup fungsi menengahi kontradiksi antara kaum borjuis dan citoyen
(kalau boleh menggunakan istilah yang dikembangkan oleh Hegel dan Marx awal),
mengatasi kepentingan-kepentingan dan opini privat, guna menemukan kepentingankepentingan bersama, dan untuk mencapai konsensus yang bersifat sosial.
Ranah publik di sini terdiri dari organ-organ informasi dan perdebatan politik,
seperti suratkabar dan jurnal. Serta institusi diskusi politik, seperti parlemen, klub
politik, salon–salon sastra, majelis publik, tempat minum dan kedai kopi, balai
pertemuan, dan ruang-ruang publik lain, di mana diskusi sosio-politik berlangsung.
Konsep ranah publik yang diangkat Habermas ini adalah ruang bagi diskusi
kritis, terbuka bagi semua orang. Pada ranah publik ini, warga privat (private people)
berkumpul untuk membentuk sebuah publik, di mana ―nalar publik‖ tersebut akan
bekerja sebagai pengawas terhadap kekuasaan negara.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, individu dan kelompok dapat
membentuk opini publik, memberikan ekspresi langsung terhadap kebutuhan dan
kepentingan mereka, seraya mempengaruhi praktik politik. Ranah publik borjuis
memungkinkan terbentuknya area aktivitas opini publik, yang menentang kekuasaan

5
negara yang opresif, serta kepentingan-kepentingan kuat yang membentuk masyarakat
borjuis.
Prinsip-prinsip ranah publik melibatkan suatu diskusi terbuka tentang semua
isu yang menjadi keprihatinan umum, di mana argumentasi-argumentasi diskursif
(bersifat informal, dan tidak ketat diarahkan ke topik tertentu) digunakan untuk
menentukan kepentingan umum

bersama.

Ranah

publik

dengan

demikian

mengandaikan adanya kebebasan berbicara dan berkumpul, pers bebas, dan hak untuk
secara bebas berpartisipasi dalam perdebatan politik dan pengambilan keputusan.
Sesudah terjadinya revolusi-revolusi demokratis, Habermas menyarankan,
agar ranah publik borjuis ini dilembagakan dalam aturan konstitusional, yang
menjamin hak-hak politik secara meluas. Serta, mendirikan sistem yudisial untuk
menengahi klaim-klaim antara berbagai individu atau berbagai kelompok, atau antara
individu dan kelompok dan negara.
Dalam konsep Habermas, media dan ranah publik berfungsi di luar sistem
politis-kelembagaan yang aktual. Fungsi media dan ranah publik ini sebagai tempat
diskusi, dan bukan sebagai lokasi bagi organisasi, perjuangan, dan transformasi
politik.
Dalam bukunya itu, Habermas juga mengkontraskan berbagai bentuk ranah
publik borjuis. Mulai dari ranah publik yang bersifat partisipatoris dan aktif di era
heroik demokrasi liberal, sampai dengan bentuk-bentuk ranah publik yang lebih privat
dari pengamat politik dalam masyarakat industri birokratis. Pada masyarakat
semacam itu, kalangan media dan elite mengontrol ranah publik.

Kemerosotan Ranah Publik

Sesudah menyatakan gagasan tentang ranah publik borjuis, opini publik, dan
publisitas, Habermas menganalisis struktur sosial, fungsi-fungsi politis, dan konsep
serta ideologi ranah publik. Kemudian, Habermas menggambarkan transformasi
sosial-struktural ranah publik, perubahan-perubahan dan fungsi publiknya, serta
pergeseran-pergeseran dalam konsep opini publik dalam tiga bab penyimpulan.
Dua tema utama dari buku Habermas itu mencakup analisis kelahiran historis
ranah publik borjuis, yang diikuti dengan ulasan tentang perubahan struktural ranah
publik di era kontemporer. Habermas menganalisis kemerosotan ranah publik itu pada
abad ke-20.
6
Yaitu, dengan bangkitnya kapitalisme negara, industri budaya, dan posisi yang
semakin kuat di pihak perusahaan ekonomi dan bisnis besar dalam kehidupan publik.
Dalam ulasannya ini, ekonomi besar dan organisasi pemerintah telah mengambil alih
ruang publik, di mana warga negara hanya diberi kepuasan untuk menjadi konsumen
bagi barang, layanan, administrasi politik, dan pertunjukan publik.
Menurut Habermas, berbagai faktor akhirnya mengakibatkan kemerosotan
ranah publik. Salah satu faktor itu adalah pertumbuhan media massa komersial, yang
mengubah publik menjadi konsumen yang pasif. Mereka menjadi tenggelam dalam
isu-isu yang bersifat privat, ketimbang isu-isu yang menyangkut untuk kebaikan
bersama dan partisipasi demokratis.
Faktor lain, adalah munculnya negara kesejahteraan, yang menyatukan negara
dan masyarakat sebegitu mendalam, sehingga ranah publik menjadi tertekan habis.
Negara mulai memainkan peran yang lebih fundamental dalam kehidupan sehari-hari
dan lingkungan aktivitas privat, sehingga mengikis perbedaan antara negara dan
masyarakat sipil, serta antara ranah publik dan privat.
Faktor-faktor ini juga mengubah ―ranah publik‖ menjadi sebuah situs bagi
kontestasi atas sumber-sumber negara, yang lebih ditujukan untuk kepentingan diri
sendiri, ketimbang menjadi ruang bagi pengembangan konsensus rasional yang
mendahulukan kepentingan publik.
Menurut analisis Habermas, dalam ranah publik borjuis, opini publik dibentuk
oleh konsensus dan perdebatan politik. Sedangkan dalam ranah publik yang sudah
merosot kualitasnya di kapitalisme negara kesejahteraan (welfare state capitalism),
opini publik diatur oleh para elite politik, ekonomi, dan media, yang mengelola opini
publik sebagai bagian dari manajemen sistem dan kontrol sosial.
Jadi, pada tahapan yang lebih awal dari perkembangan borjuis, opini publik
dibentuk dalam debat politik terbuka, berkaitan dengan kepentingan umum bersama,
dalam upaya membentuk sebuah konsensus yang menghargai kepentingan umum.
Sebaliknya, dalam tahapan kapitalisme kontemporer, opini publik dibentuk oleh
kalangan elite yang dominan, dan dengan demikian sebagian besar mewakili
kepentingan privat partikular mereka.
Tidak ada lagi konsensus rasional di antara para individu dan kelompok, demi
kepentingan artikulasi kebaikan bersama, yang dijadikan sebagai norma. Sebaliknya,
yang terjadi adalah pertarungan di antara berbagai kelompok untuk memajukan

7
kepentingan privat mereka sendiri, dan inilah yang menjadi ciri panggung politik
kontemporer.
Karena itu, Habermas menjabarkan transisi dari ranah publik liberal, yang
berasal dari Pencerahan (Enlightenment) serta revolusi Amerika dan Perancis, ke
ranah publik yang didominasi media di era masa sekarang, yang disebutnya
―kapitalisme negara kesejahteraan dan demokrasi massa.‖
Transformasi historis ini, sebagaimana bisa kira catat, didasarkan pada analisis
Horkheimer dan Adorno tentang industri budaya. Yakni, kondisi di mana perusahaanperusahaan raksasa mengambil alih ranah publik, dan mengubah ranah publik itu dari
ranah perdebatan rasional menjadi ranah konsumsi yang manipulatif dan pasifitas.
Dalam transformasi ini, ―opini publik‖ bergeser dari konsensus rasional yang
muncul dari debat, diskusi, dan refleksi, menjadi opini yang direkayasa lewat jajak
pendapat atau pakar media. Jadi, perdebatan rasional dan konsensus telah digantikan
oleh diskusi yang diatur dan manipulasi lewat mekanisme periklanan dan badanbadan konsultasi politik.
Bagi Habermas, fungsi media dengan demikian telah diubah dari memfasilitasi
wacana dan perdebatan rasional dalam ranah publik, menjadi membentuk,
mengkonstruksi, dan membatasi wacana publik ke tema-tema yang disahkan dan
disetujui oleh perusahaan-perusahaan media. Maka, saling-hubungan antara ranah
debat publik dan partisipasi individu sudah patah, dan berubah bentuk ke dalam
lingkungan aktivitas informasi politik atau pertunjukan publik. Dalam lingkungan
semacam itu, warga-konsumen menyerap dan mencernakan hiburan dan informasi
secara pasif.
―Warga negara‖ dengan demikian sekadar menjadi penonton pertunjukan dan
wacana

media,

yang

membentuk

opini

publik,

dan

menurunkan

derajat

konsumen/warganegara itu menjadi sekadar obyek bagi berita, informasi, dan urusanurusan publik.
Dalam magnum opusnya, The Theory of Communicative Action (1981),
Habermas mengeritik proses modernisasi sepihak, yang dipimpin oleh kekuatankekuatan rasionalisasi ekonomi dan administratif. Habermas memandang, intervensi
yang semakin meningkat dari sistem formal terhadap kehidupan kita sehari-hari, itu
sejalan dengan pertumbuhan negara kesejahteraan, kapitalisme korporat, dan budaya
konsumsi massa.

8
Kecenderungan yang semakin kuat ini telah memberi pembenaran bagi
perluasan area kehidupan publik, dan menundukkan mereka di bawah logika pukul
rata tentang efisiensi dan kontrol.
Partai-partai politik, yang diregulerkan, dan kelompok-kelompok kepentingan
telah menjadi pengganti dari demokrasi partisipatoris. Masyarakat pun semakin diatur
pada tingkatan yang jauh dari masukan warga negara. Akibatnya, batas-batas antara
publik dan privat, antara individu dan masyarakat, serta antara sistem dan dunia
kehidupan, semakin memudar.
Proyek Habermas tentang ranah publik itu menggunakan berbagai disiplin
ilmu, termasuk filsafat, teori sosial, ekonomi, dan sejarah, dan dengan demikian
merintis gaya Institut untuk Riset Sosial, dalam menghasilkan teori sosial
supradisiplin. Pandangan historis proyek ini lalu menjadi landasan bagi proyekproyek yang dilakukan Institut tersebut, untuk pengembangan teori kritis era
kontemporer.
Aspirasi politik Habermas telah memposisikannya sebagai pengkritik atas
kemerosotan demokrasi di masa sekarang, dan imbauan bagi pembaruan demokrasi.
Ini adalah tema-tema yang tetap bersifat sentral dalam pemikiran Habermas.
Kehidupan publik demokratis hanya berkembang subur, manakala institusiinstitusi memungkinkan warga negara, untuk memperdebatkan masalah-masalah yang
menjadi kepentingan publik. Habermas menggambarkan jenis ideal dari ―situasi
bicara ideal‖ (ideal speech situation), adalah ketika para aktor secara setara dibekali
dengan kapasitas wacana, mengakui persamaan sosial dasar antara satu dengan yang
lain, dan pembicaraan mereka tidak terdistorsi oleh ideologi atau salah pengenalan
(misrecognition).
Habermas optimistis tentang kemungkinan menghidupkan kembali ranah
publik. Ia melihat harapan bagi masa depan di era baru komunitas politik, yang
melampaui negara-bangsa yang berbasis pada kesamaan etnik dan budaya, menuju ke
arah negara yang berdasarkan pada hak-hak setara dan kewajiban warga negara yang
melekat secara hukum.
Teori diskursif tentang demokrasi ini mensyaratkan komunitas politik, yang
secara kolektif dapat merumuskan kehendak politiknya, dan mengimplementasikan
kehendak politik itu menjadi kebijakan di tingkatan sistem legislatif. Sistem politik ini
mensyaratkan sebuah ranah publik aktivis, di mana hal-hal yang menjadi kepentingan

9
bersama dan isu-isu politik dapat didiskusikan, dan kekuatan opini publik dapat
mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

Beberapa kritik terhadap Habermas

Sejumlah akademisi telah melontarkan berbagai kritik terhadap pernyataan
Habermas tentang ranah publik. John B. Thompson, pengajar sosiologi di Universitas
Cambridge, menunjukkan bahwa pernyataan Habermas tentang ranah publik itu kini
menjadi usang, jika kita melihat penyebaran komunikasi media massa.
Sedangkan Michael Schudson dari Universitas California, San Diego,
memberi argumen yang lebih umum. Ia menyatakan, ranah publik sebagai tempat
perdebatan independen yang murni rasional –seperti disebutkan Habermas-- adalah
tidak pernah ada.
Sejumlah pengeritik menyatakan, Habermas terlalu mengidealisasi ranah
publik borjuis di tahap-tahap awal, dengan menjabarkannya sebagai forum diskusi
dan debat yang rasional. Padahal, faktanya, kelompok-kelompok tertentu telah
disisihkan dari forum tersebut, dan dengan demikian partisipasi juga dibatasi.
Habermas sendiri kemudian mengakui bahwa ranah publik yang disebutkannya waktu
itu memang lebih sebagai ―jenis ideal,‖ dan bukan ideal normatif yang mau
dibangkitkan lagi dari ambang kematian.
Memang, Habermas terkesan agak mengidealisasi ranah publik borjuis
sebelumnya. Meskipun konsep ranah publik dan demokrasi mengasumsikan adanya
perayaan liberal dan populis tentang keanekaragaman (diversitas), toleransi,
perdebatan, dan konsensus, pada kenyataannya ranah publik borjuis didominasi oleh
kaum pria, pemilik properti, yang berkulit putih. Ranah publik kelas pekerja, kaum
perempuan, dan warga kelas bawah lain, yang berkembang seiring dengan ranah
publik borjuis untuk mewakili suara dan kepentingan kelas bawah, disisihkan dari
forum ranah publik borjuis tersebut.
Oskar Negt dan Alexander Kluge mengeritik Habermas, karena mengabaikan
ranah-ranah publik kaum proletar dan masyarakat kelas bawah. Dalam refleksinya,
Habermas menulis bahwa ia sekarang menyadari ―sejak dari awal, publik borjuis yang
dominan berbenturan dengan publik kelas bawah,‖ dan bahwa ia telah ―meremehkan‖
signifikansi ranah-ranah publik yang non-borjuis dan bersifat oposisional.

10
Maka, daripada membayangkan adanya sebuah ranah publik yang demokratis
atau liberal, adalah lebih produktif untuk membuat teori tentang berbagai macam
ranah publik, yang kadang-kadang tumpang-tindih namun juga bertentangan. Ini
mencakup juga ranah-ranah publik dari kelompok-kelompok yang disisihkan, serta
konfigurasi-konfigurasi yang lebih mewakili arus utama (mainstream). Ranah publik
itu sendiri bergeser dengan bangkitnya gerakan-gerakan sosial baru, teknologi baru,
dan ruang-ruang baru bagi interaksi publik, seperti Internet.
Sedangkan Mary Ryan mencatat adanya ironi bahwa bukan saja Habermas
telah mengabaikan ranah publik kaum perempuan. Namun, Habermas juga menandai
kemerosotan ranah publik persis pada momen ketika kaum perempuan mulai
mendapatkan kekuasaan politik dan menjadi aktor.
Vitalitas ranah publik kaum perempuan memang terjadi pada abad ke-19 di
Amerika. Terlihat dengan adanya usaha-usaha pengorganisasian oleh Susan B.
Anthony, Elizabeth Cary Stanton, dan lain-lain dari tahun 1840-an sampai masuk
abad ke-20, dalam suatu perjuangan yang berkelanjutan, demi memperoleh hak-hak
memberi suara dalam pemilu dan hak-hak kaum perempuan.
Selain kritik-kritik di atas, juga diragukan, apakah politik demokratis pernah
disemangati oleh norma rasionalitas atau opini publik, yang dibentuk lewat konsensus
dan perdebatan rasional, sampai ke tahapan ciri-ciri (ideal) konsep Habermas tentang
ranah publik borjuis. Politik di sepanjang era modern selalu menjadi permainan
kepentingan dan kekuasaan, serta diskusi dan perdebatan.
Mungkin hanya sedikit masyarakat borjuis Barat yang telah mengembangkan
ranah publik dalam ciri-ciri ideal yang dinyatakan Habermas. Meskipun patut
dihargai, usaha mengkonstruksi model masyarakat yang baik, yang bisa membantu
mewujudkan nilai-nilai egalitarian dan demokratis yang disepakati, adalah suatu
kekeliruan jika kita berlebih-lebihan mengidealisasi dan menguniversalkan suatu
ranah publik spesifik, sebagaimana yang dilakukan Habermas.
Proyek Habermas juga dilemahkan oleh pembedaan atau pembagian kategoris
yang terlalu kaku, antara ranah publik liberal klasik dan ranah publik kontemporer;
antara sistem dan dunia kehidupan; dan antara produksi dan interaksi. Konsepsikonsepsi dualistik seperti itu sendiri telah dinafikan oleh revolusi teknologi, di mana
media dan teknologi memainkan peran vital di kedua sisi dari pembagian kategoris
Habermas, dan dengan demikian merusak pembagian tersebut.

11
Pembedaan-pembedaan itu juga mengesampingkan usaha-usaha untuk
mentransformasikan sisi pembedaan Habermas, yang ia anggap sulit diubah atau
dipengaruhi, untuk kepentingan demokratis yang harus dilakukan, atau norma-norma
tindakan komunikatif.
Dari sudut pandang perumusan teori ranah publik, misalnya, Habermas
menyatakan, dari saat pengembangan pembedaan ini, ―Saya menganggap aparat
negara dan ekonomi adalah lahan-lahan tindakan yang terintegrasi secara sistematik,
yang tidak bisa lagi ditransformasikan secara demokratis dari dalam,…tanpa merusak
logika sistem mereka yang ada dan kemampuannya untuk berfungsi.‖
Douglas Kellner beranggapan, pada masyarakat teknologi-tinggi kontemporer,
muncul perumusan ulang dan perluasan ranah publik, yang melampaui konsep
Habermas. Ranah publik adalah tempat bagi informasi, diskusi, kontestasi, perjuangan
politik, dan organisasi, yang mencakup media siaran dan ruang maya (cyberspace)
baru, serta interaksi face-to-face dalam kehidupan sehari-hari. Perkembanganperkembangan ini, yang terutama berhubungan dengan teknologi multimedia dan
komputer, menuntut perumusan ulang dan perluasan konsep ranah publik.
Meski dengan adanya beberapa kekurangan tersebut, analisis Habermas telah
berjasa dalam memfokuskan perhatian kita pada hakikat dan transformasi struktural
ranah publik, serta fungsi-fungsinya dalam masyarakat kontemporer.
Analisis Habermas ini perlu dikembangkan,

dengan memperhitungkan

revolusi teknologi dan restrukturisasi kapitalisme global, yang terjadi saat ini. Serta,
meninjau ulang teori kritis tentang masyarakat dan politik demokratis, dengan melihat
perkembangan-perkembangan tersebut di atas. ***

Depok, September 2008

Referensi:
Honderich, Ted. 1995. The Oxford Companion to Philosophy. Oxford/New
York: Oxford University Press.
Kellner, Douglas. Habermas, the Public Sphere, and Democracy: A Critical
Intervention
(lihat:
http://www.gseis.ucla.edu/faculty/kellner/papers/
habermas.htm dan http://www.gseis.ucla.edu/faculty/kellner/kellner.html)

12

More Related Content

What's hot

Tindakan komunikasi
Tindakan komunikasiTindakan komunikasi
Tindakan komunikasiLauna Usni
 
Pierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan Simbolik
Pierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan SimbolikPierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan Simbolik
Pierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan SimbolikSatrio Arismunandar
 
Teori sosio antropologi
Teori sosio antropologiTeori sosio antropologi
Teori sosio antropologiAdy Setiawan
 
PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)
PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)
PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)Dadang DjokoKaryanto
 
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu PemerintahanSRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu PemerintahanSri Suwanti
 
Feminisme dan gerakan kesetaraan gender edit
Feminisme dan gerakan kesetaraan gender editFeminisme dan gerakan kesetaraan gender edit
Feminisme dan gerakan kesetaraan gender editbintarijoesman
 
Materi 5 landasan normatif muhammadiyah
Materi 5  landasan normatif muhammadiyahMateri 5  landasan normatif muhammadiyah
Materi 5 landasan normatif muhammadiyahDewi Atin Surya
 
Komunikasi dan Perubahan Sosial
Komunikasi dan Perubahan SosialKomunikasi dan Perubahan Sosial
Komunikasi dan Perubahan SosialdanishEPratiwi
 
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Tri Widodo W. UTOMO
 
Materi 1 sistem sosial budaya indonesia
Materi 1  sistem sosial budaya indonesiaMateri 1  sistem sosial budaya indonesia
Materi 1 sistem sosial budaya indonesiadinnianggra
 
Ideologi ideologi besar
Ideologi ideologi besarIdeologi ideologi besar
Ideologi ideologi besaridbloginfo
 
KEKUASAAN, POLITIK, DAN KEPEMIMPINAN
KEKUASAAN, POLITIK, DAN KEPEMIMPINANKEKUASAAN, POLITIK, DAN KEPEMIMPINAN
KEKUASAAN, POLITIK, DAN KEPEMIMPINANFitri117
 
Administrasi Negara &Public Policy
Administrasi Negara &Public Policy Administrasi Negara &Public Policy
Administrasi Negara &Public Policy Kasmiah Ali
 
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]Siti Sahati
 
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIAAKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIAKuliahMandiri.org
 
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)Istiqomah Aisyiyah
 

What's hot (20)

Aksiologi kelompok 3
Aksiologi kelompok 3Aksiologi kelompok 3
Aksiologi kelompok 3
 
Masyarakat cyber
Masyarakat cyberMasyarakat cyber
Masyarakat cyber
 
Tindakan komunikasi
Tindakan komunikasiTindakan komunikasi
Tindakan komunikasi
 
Keputusan politik
Keputusan politikKeputusan politik
Keputusan politik
 
Pierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan Simbolik
Pierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan SimbolikPierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan Simbolik
Pierre Bourdieu dan Pemikirannya tentang Habitus, Doxa dan Kekerasan Simbolik
 
Teori sosio antropologi
Teori sosio antropologiTeori sosio antropologi
Teori sosio antropologi
 
PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)
PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)
PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)
 
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu PemerintahanSRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
 
Feminisme dan gerakan kesetaraan gender edit
Feminisme dan gerakan kesetaraan gender editFeminisme dan gerakan kesetaraan gender edit
Feminisme dan gerakan kesetaraan gender edit
 
Materi 5 landasan normatif muhammadiyah
Materi 5  landasan normatif muhammadiyahMateri 5  landasan normatif muhammadiyah
Materi 5 landasan normatif muhammadiyah
 
Komunikasi dan Perubahan Sosial
Komunikasi dan Perubahan SosialKomunikasi dan Perubahan Sosial
Komunikasi dan Perubahan Sosial
 
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
 
Materi 1 sistem sosial budaya indonesia
Materi 1  sistem sosial budaya indonesiaMateri 1  sistem sosial budaya indonesia
Materi 1 sistem sosial budaya indonesia
 
Paradigma Sosiologi
Paradigma SosiologiParadigma Sosiologi
Paradigma Sosiologi
 
Ideologi ideologi besar
Ideologi ideologi besarIdeologi ideologi besar
Ideologi ideologi besar
 
KEKUASAAN, POLITIK, DAN KEPEMIMPINAN
KEKUASAAN, POLITIK, DAN KEPEMIMPINANKEKUASAAN, POLITIK, DAN KEPEMIMPINAN
KEKUASAAN, POLITIK, DAN KEPEMIMPINAN
 
Administrasi Negara &Public Policy
Administrasi Negara &Public Policy Administrasi Negara &Public Policy
Administrasi Negara &Public Policy
 
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]
BIROKRASI [Sebuah Perbandingan]
 
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIAAKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
 
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
 

Similar to Ranah Publik Habermas

Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...Ahmad Ibrahim
 
Karl mark dan teori kritis
Karl mark dan teori kritisKarl mark dan teori kritis
Karl mark dan teori kritisimam prihadiyoko
 
Teori Tindakan Komunikatif dan Public Sphere Jurgen Habermas
Teori Tindakan Komunikatif dan Public Sphere Jurgen HabermasTeori Tindakan Komunikatif dan Public Sphere Jurgen Habermas
Teori Tindakan Komunikatif dan Public Sphere Jurgen HabermasAngga Prawadika Aji
 
Teori dan praxis
Teori dan praxisTeori dan praxis
Teori dan praxisDavid Jones
 
111679437 teori-sosiologi-klasik
111679437 teori-sosiologi-klasik111679437 teori-sosiologi-klasik
111679437 teori-sosiologi-klasikArdaniah II
 
13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx
13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx
13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docxMadi258747
 
Sejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologiSejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologiNovira Chaniago II
 
Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlMuhsin Hariyanto
 
Pertemuan 1 sosiologi sebagai ilmu.pptx
Pertemuan 1 sosiologi sebagai ilmu.pptxPertemuan 1 sosiologi sebagai ilmu.pptx
Pertemuan 1 sosiologi sebagai ilmu.pptxBudiartoHeruSayogo1
 
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptxKritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptxSosiologiFISIPUWKS
 
Sejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologiSejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologiYasirecin Yasir
 

Similar to Ranah Publik Habermas (20)

Tutorial marxisme
Tutorial marxismeTutorial marxisme
Tutorial marxisme
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
 
Emile Durkheim.pptx
Emile Durkheim.pptxEmile Durkheim.pptx
Emile Durkheim.pptx
 
David emile durkheim
David emile durkheimDavid emile durkheim
David emile durkheim
 
Karl mark dan teori kritis
Karl mark dan teori kritisKarl mark dan teori kritis
Karl mark dan teori kritis
 
Teori Tindakan Komunikatif dan Public Sphere Jurgen Habermas
Teori Tindakan Komunikatif dan Public Sphere Jurgen HabermasTeori Tindakan Komunikatif dan Public Sphere Jurgen Habermas
Teori Tindakan Komunikatif dan Public Sphere Jurgen Habermas
 
Media studies salman4
Media studies salman4Media studies salman4
Media studies salman4
 
Teori dan praxis
Teori dan praxisTeori dan praxis
Teori dan praxis
 
Sejarah komunikasi.ppt
Sejarah komunikasi.pptSejarah komunikasi.ppt
Sejarah komunikasi.ppt
 
Ajaran Karl Marx
Ajaran Karl Marx Ajaran Karl Marx
Ajaran Karl Marx
 
111679437 teori-sosiologi-klasik
111679437 teori-sosiologi-klasik111679437 teori-sosiologi-klasik
111679437 teori-sosiologi-klasik
 
03. karl marx
03. karl marx03. karl marx
03. karl marx
 
13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx
13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx
13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Sejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologiSejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologi
 
Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserl
 
Pertemuan 1 sosiologi sebagai ilmu.pptx
Pertemuan 1 sosiologi sebagai ilmu.pptxPertemuan 1 sosiologi sebagai ilmu.pptx
Pertemuan 1 sosiologi sebagai ilmu.pptx
 
Media studies salman #10
Media studies salman #10Media studies salman #10
Media studies salman #10
 
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptxKritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
 
Sejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologiSejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologi
 

More from Satrio Arismunandar

Kepemimpinan (Leadership) di Industri Media
Kepemimpinan (Leadership) di Industri MediaKepemimpinan (Leadership) di Industri Media
Kepemimpinan (Leadership) di Industri MediaSatrio Arismunandar
 
Memahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri Media
Memahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri MediaMemahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri Media
Memahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri MediaSatrio Arismunandar
 
Mass Communication 01 - Basic Concepts
Mass Communication 01 - Basic ConceptsMass Communication 01 - Basic Concepts
Mass Communication 01 - Basic ConceptsSatrio Arismunandar
 
Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...
Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...
Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...Satrio Arismunandar
 
Terciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - Israel
Terciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - IsraelTerciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - Israel
Terciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - IsraelSatrio Arismunandar
 
TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"
TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"
TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"Satrio Arismunandar
 
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)Satrio Arismunandar
 
WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...
WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...
WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...Satrio Arismunandar
 
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era ReformasiKorupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era ReformasiSatrio Arismunandar
 
Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern
Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak ModernSejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern
Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak ModernSatrio Arismunandar
 
Retaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab Saudi
Retaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab SaudiRetaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab Saudi
Retaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab SaudiSatrio Arismunandar
 
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik DemokratisPemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik DemokratisSatrio Arismunandar
 
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme BudayaKebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme BudayaSatrio Arismunandar
 
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi Identitas
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi IdentitasIndonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi Identitas
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi IdentitasSatrio Arismunandar
 
Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21
Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21
Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21Satrio Arismunandar
 
Ketika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia Lagi
Ketika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia LagiKetika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia Lagi
Ketika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia LagiSatrio Arismunandar
 
Pertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami I
Pertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami IPertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami I
Pertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami ISatrio Arismunandar
 
Hati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RI
Hati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RIHati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RI
Hati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RISatrio Arismunandar
 
Dekonstruksi Derrida dan Pengaruhnya pada Kajian Budaya
Dekonstruksi Derrida dan Pengaruhnya pada Kajian BudayaDekonstruksi Derrida dan Pengaruhnya pada Kajian Budaya
Dekonstruksi Derrida dan Pengaruhnya pada Kajian BudayaSatrio Arismunandar
 

More from Satrio Arismunandar (20)

Kepemimpinan (Leadership) di Industri Media
Kepemimpinan (Leadership) di Industri MediaKepemimpinan (Leadership) di Industri Media
Kepemimpinan (Leadership) di Industri Media
 
Memahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri Media
Memahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri MediaMemahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri Media
Memahami Integrasi, Merger, dan Akuisisi di Industri Media
 
Mass Communication 01 - Basic Concepts
Mass Communication 01 - Basic ConceptsMass Communication 01 - Basic Concepts
Mass Communication 01 - Basic Concepts
 
Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...
Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...
Strategi dan Teknologi Militer: Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Temp...
 
Terciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - Israel
Terciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - IsraelTerciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - Israel
Terciptanya Poros Arab Saudi - Mesir - Israel
 
TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"
TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"
TNI Bosan Menjadi "Macan Ompong"
 
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
 
WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...
WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...
WWF Indonesia 1962–2002: Melestarikan Alam Indonesia dengan Menyejahterakan M...
 
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era ReformasiKorupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
 
Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern
Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak ModernSejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern
Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern
 
Sejarah Filsafat Yunani
Sejarah Filsafat YunaniSejarah Filsafat Yunani
Sejarah Filsafat Yunani
 
Retaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab Saudi
Retaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab SaudiRetaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab Saudi
Retaknya Kemesraan Antara Dua Sekutu Lama, Amerika dan Arab Saudi
 
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik DemokratisPemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
 
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme BudayaKebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
Kebudayaan Materi dan Materialisme Budaya
 
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi Identitas
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi IdentitasIndonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi Identitas
Indonesia dan Keindonesiaan: Teks dan Konstruksi Identitas
 
Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21
Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21
Kurikulum 2013 dan Paradigma Belajar Abad 21
 
Ketika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia Lagi
Ketika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia LagiKetika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia Lagi
Ketika Presiden SBY Sudah Tidak Punya Rahasia Lagi
 
Pertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami I
Pertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami IPertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami I
Pertentangan Kelas dalam Lirik Lagu di Album Kelompok Musik Swami I
 
Hati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RI
Hati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RIHati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RI
Hati Nurani dan Etika: Kasus “korupsi berjamaah” anggota DPR-RI
 
Dekonstruksi Derrida dan Pengaruhnya pada Kajian Budaya
Dekonstruksi Derrida dan Pengaruhnya pada Kajian BudayaDekonstruksi Derrida dan Pengaruhnya pada Kajian Budaya
Dekonstruksi Derrida dan Pengaruhnya pada Kajian Budaya
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 

Ranah Publik Habermas

  • 1. Jurgen Habermas Serta Pemikirannya tentang Ranah Publik Tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan Semester Ganjil 2008/2009 Dosen: Dr. Akhyar Yusuf Lubis Oleh: Satrio Arismunandar NPM: 0806401916 Program S3 Ilmu Filsafat, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Oktober 2008 1
  • 2. Pendahuluan Jurgen Habermas adalah anggota generasi kedua Sekolah Frankfurt, yang merupakan figur paling terkemuka dan juga kontroversial, dalam dunia berdebatan sosio-kritis dan filosofis Jerman. Ajaran Habermas banyak dipengaruhi gurunya, T.W. Adorno, namun Habermas juga banyak mengangkat berbagai isu bersama gurunya itu. Habermas mengabdikan karya kehidupannya untuk membela dan mengklaim kembali proyek kritik pencerahan, atau apa yang disebutnya ―wacana filosofis tentang modernitas.‖ Dalam karya awalnya, seperti Knowledge and Human Interests (1968), ia mengadopsi pendekatan yang dipengaruhi aliran Marxis dan Kantian secara meluas. Ia berusaha merekonstruksi genealogi ilmu pengetahuan kemanusiaan dan ilmu pengetahuan alam modern, dengan mempertanyakan kembali kondisi kemunculan ilmu-ilmu itu secara sosial, historis, dan epistemologis. Karya Habermas sangat banyak. Namun, karena keterbatasan dan ketidaksanggupan makalah ini untuk membahas semuanya, maka bahasan di sini lebih dipusatkan ke karya Habermas yang berkaitan dengan ranah publik (public sphere). Fokus pilihan ini penulis kira sangat relevan dengan konteks Indonesia, dengan makin tumbuhnya media elektronik (televisi) di berbagai kota, sejak era reformasi. Saat ini sedikitnya ada 11 stasiun TV yang bersiaran secara nasional. Belum lagi ditambah puluhan stasiun TV lokal, seperti TV Bali, TV Banten, Jak TV, dan sebagainya. Sementara ada keterbatasan alokasi frekuensi bagi keberadaan media-media tersebut. Pada saat yang sama, banyak media TV dianggap belum menyajikan program-program yang mendidik dan bermanfaat bagi masyarakat. Sementara mereka memanfaatkan frekuensi yang terbatas (ranah publik) tersebut lebih untuk kepentingan komersial dirinya sendiri. Riwayat Jurgen Habermas Jurgen Habermas lahir pada 18 Juni 1929 di Dusseldorf, North RhineWestphalia, Jerman. Ia adalah filsuf dan sosiolog Jerman dalam tradisi teori kritis dan pragmatisme Amerika. Ia mungkin paling dikenal berkat karyanya tentang konsep ranah publik, topik dan judul dari buku pertamanya. 2
  • 3. Karya Habermas berfokus pada landasan-landasan teori sosial dan epistemologi, analisis masyarakat kapitalistik maju dan demokrasi, penegakan hukum (rule of law) dalam konteks sosial-evolusioner kritis, dan politik kontemporer— khususnya politik Jerman. Sistem teoretis Habermas diabdikan untuk mengungkapkan kemungkinan nalar, emansipasi, dan komunikasi rasional-kritis --yang laten dalam institusi-institusi modern dan dalam kapasitas manusia-- untuk mempertimbangkan secara sungguhsungguh dan mengejar kepentingan-kepentingan rasional. Sampai kelulusannya dari gimnasium, Habermas tinggal di Gummersbach, dekat Cologne. Ayahnya, Ernst Habermas, adalah Direktur Eksekutif Kamar Dagang dan Industri Cologne. Jurgen Habermas belajar di Universitas Gottingen (1949/50), Zurich (1950/51), dan Bonn (1951-54) dan meraih doktor filsafat dari Bonn pada 1954, dengan disertasi berjudul das Absolute und die Geschichte. Von der Zwiepaltigkeit in Schellings Denken (Yang Absolut dan Sejarah: Tentang Kontradiksi dalam Pemikiran Schelling). Jurgen Habermas Dari tahun 1956 dan seterusnya, ia belajar filsafat dan sosiologi di bawah pengusung teori kritis Max Horkheimer dan Theodor Adorno di Institut untuk Riset Sosial di Johann Wolfgang Goethe University, Frankfurt am Main. Namun, kemudian terjadi perselisihan antara dua tokoh itu tentang disertasi Habermas. Adorno yang bangga pada Habermas, relatif lebih bisa menerima disertasi Habermas. Namun, Horkheimer, yang menganggap Habermas terlalu radikal, 3
  • 4. menuntut revisi-revisi yang tak bisa diterima oleh Habermas. Adanya perselisihan itu, serta keyakinan Habermas bahwa Sekolah Frankfurt sudah lumpuh oleh skeptisisme politik dan kemuakan pada budaya modern, membuat Habermas memilih menyelesaikan habilitasi (disertasi pasca-doktoral) dalam ilmu politik di Universitas Marburg, di bawah bimbingan tokoh Marxis, Wolfgang Abendroth. Karya habilitasi Habermas berjudul Strukturwandel der Offentlichkeit; Untersuchungen zu einer Kategorie der Burgerlichen Gesellschaft (Transformasi Struktural Ranah Publik: Suatu Penyelidikan ke dalam Kategori Masyarakat Borjuis), yang terjemahan Inggrisnya terbit pada 1989. Pada 1961, Habermas menjadi Privatdozent (dosen luar biasa) di Marburg, dan –dalam langkah yang amat tidak biasa bagi dunia akademis Jerman pada waktu itu—Habermas ditawari posisi ―profesor luar biasa‖ ilmu filsafat di Universitas Heidelberg pada 1962. Tawaran itu ia terima. Pada 1964, Habermas dengan dukungan kuat dari Adorno, kembali ke Frankfurt untuk mengambil alih kursi Horkheimer dalam pengajaran filsafat dan sosiologi. Habermas menerima posisi Direktur Institut Max Planck di Starnberg, dekat Munich, pada 1971, dan bekerja di sana sampai 1983, dua tahun setelah terbitnya karya utamanya, The Theory of Communicative Action (Teori Tindakan Komunikatif). Habermas lalu kembali ke kursinya di Frankfurt dan jabatan Direktur Institut Riset Sosial. Sejak berhenti (pensiun) dari Frankfurt pada 1993, Habermas terus menerbitkan karyanya secara meluas. Pada 1986, ia menerima Penghargaan Gottfried Wilhelm Leibniz dari Deutsche Forschungsgemeinschaft, yang merupakan bentuk penghargaan tertinggi untuk riset di Jerman. Habermas juga memegang jabatan profesor ―tamu permanen‖ di Northwestern University di Evanston, Illinois, dan ―Profesor Theodor Heuss‖ di The New School, New York, Amerika. Habermas mengunjungi Republik Rakyat Cina pada April 2001. Ia juga menjadi penerima Penghargaan Kyoto 2004 dalam bidang Seni dan Filsafat. Ia berkunjung ke San Diego, dan pada 5 Maret 2005 –sebagai bagian dari Simposium Kyoto yang diadakan oleh Universitas San Diego—memberikan ceramah berjudul ―Peran Publik Agama dalam Konteks Sekuler.‖ Ceramah ini berkaitan dengan evolusi pemisahan Gereja dan Negara, dari netralitas ke sekularisme yang intens. Habermas menerima penghargaan Holberg International Memorial Prize pada 2005. 4
  • 5. Habermas tentang Ranah Publik Dalam bukunya, Transformasi Struktural Ranah Publik, Habermas mengembangkan konsepnya yang berpengaruh, tentang ranah publik. Karya Habermas ini sangat kaya dan memberi dampak besar pada berbagai disiplin ilmu. Buku ini juga menerima berbagai kritik yang rinci, membuka wawasan, serta mendorong munculnya diskusi-diskusi yang sangat produktif, antara lain tentang demokrasi liberal, masyarakat sipil, kehidupan publik, dan perubahan-perubahan sosial pada abad ke-20. Dalam buku itu, dengan menggeneralisasi perkembangan-perkembangan di Inggris, Perancis, dan Jerman pada penghujung abad ke-18 dan ke-19, Habermas pertama membuat sketsa sebuah model yang disebutnya ―ranah publik borjuis.‖ Ia kemudian juga menganalisis kemunduran ranah publik ini pada abad ke-20. Ranah publik borjuis, yang mulai muncul pada sekitar tahun 1700 dalam penafsiran Habermas, adalah berfungsi untuk memperantarai keprihatinan privat individu dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan keluarga, yang dihadapkan dengan tuntutan-tuntutan dan keprihatinan dari kehidupan sosial dan publik. Ini mencakup fungsi menengahi kontradiksi antara kaum borjuis dan citoyen (kalau boleh menggunakan istilah yang dikembangkan oleh Hegel dan Marx awal), mengatasi kepentingan-kepentingan dan opini privat, guna menemukan kepentingankepentingan bersama, dan untuk mencapai konsensus yang bersifat sosial. Ranah publik di sini terdiri dari organ-organ informasi dan perdebatan politik, seperti suratkabar dan jurnal. Serta institusi diskusi politik, seperti parlemen, klub politik, salon–salon sastra, majelis publik, tempat minum dan kedai kopi, balai pertemuan, dan ruang-ruang publik lain, di mana diskusi sosio-politik berlangsung. Konsep ranah publik yang diangkat Habermas ini adalah ruang bagi diskusi kritis, terbuka bagi semua orang. Pada ranah publik ini, warga privat (private people) berkumpul untuk membentuk sebuah publik, di mana ―nalar publik‖ tersebut akan bekerja sebagai pengawas terhadap kekuasaan negara. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, individu dan kelompok dapat membentuk opini publik, memberikan ekspresi langsung terhadap kebutuhan dan kepentingan mereka, seraya mempengaruhi praktik politik. Ranah publik borjuis memungkinkan terbentuknya area aktivitas opini publik, yang menentang kekuasaan 5
  • 6. negara yang opresif, serta kepentingan-kepentingan kuat yang membentuk masyarakat borjuis. Prinsip-prinsip ranah publik melibatkan suatu diskusi terbuka tentang semua isu yang menjadi keprihatinan umum, di mana argumentasi-argumentasi diskursif (bersifat informal, dan tidak ketat diarahkan ke topik tertentu) digunakan untuk menentukan kepentingan umum bersama. Ranah publik dengan demikian mengandaikan adanya kebebasan berbicara dan berkumpul, pers bebas, dan hak untuk secara bebas berpartisipasi dalam perdebatan politik dan pengambilan keputusan. Sesudah terjadinya revolusi-revolusi demokratis, Habermas menyarankan, agar ranah publik borjuis ini dilembagakan dalam aturan konstitusional, yang menjamin hak-hak politik secara meluas. Serta, mendirikan sistem yudisial untuk menengahi klaim-klaim antara berbagai individu atau berbagai kelompok, atau antara individu dan kelompok dan negara. Dalam konsep Habermas, media dan ranah publik berfungsi di luar sistem politis-kelembagaan yang aktual. Fungsi media dan ranah publik ini sebagai tempat diskusi, dan bukan sebagai lokasi bagi organisasi, perjuangan, dan transformasi politik. Dalam bukunya itu, Habermas juga mengkontraskan berbagai bentuk ranah publik borjuis. Mulai dari ranah publik yang bersifat partisipatoris dan aktif di era heroik demokrasi liberal, sampai dengan bentuk-bentuk ranah publik yang lebih privat dari pengamat politik dalam masyarakat industri birokratis. Pada masyarakat semacam itu, kalangan media dan elite mengontrol ranah publik. Kemerosotan Ranah Publik Sesudah menyatakan gagasan tentang ranah publik borjuis, opini publik, dan publisitas, Habermas menganalisis struktur sosial, fungsi-fungsi politis, dan konsep serta ideologi ranah publik. Kemudian, Habermas menggambarkan transformasi sosial-struktural ranah publik, perubahan-perubahan dan fungsi publiknya, serta pergeseran-pergeseran dalam konsep opini publik dalam tiga bab penyimpulan. Dua tema utama dari buku Habermas itu mencakup analisis kelahiran historis ranah publik borjuis, yang diikuti dengan ulasan tentang perubahan struktural ranah publik di era kontemporer. Habermas menganalisis kemerosotan ranah publik itu pada abad ke-20. 6
  • 7. Yaitu, dengan bangkitnya kapitalisme negara, industri budaya, dan posisi yang semakin kuat di pihak perusahaan ekonomi dan bisnis besar dalam kehidupan publik. Dalam ulasannya ini, ekonomi besar dan organisasi pemerintah telah mengambil alih ruang publik, di mana warga negara hanya diberi kepuasan untuk menjadi konsumen bagi barang, layanan, administrasi politik, dan pertunjukan publik. Menurut Habermas, berbagai faktor akhirnya mengakibatkan kemerosotan ranah publik. Salah satu faktor itu adalah pertumbuhan media massa komersial, yang mengubah publik menjadi konsumen yang pasif. Mereka menjadi tenggelam dalam isu-isu yang bersifat privat, ketimbang isu-isu yang menyangkut untuk kebaikan bersama dan partisipasi demokratis. Faktor lain, adalah munculnya negara kesejahteraan, yang menyatukan negara dan masyarakat sebegitu mendalam, sehingga ranah publik menjadi tertekan habis. Negara mulai memainkan peran yang lebih fundamental dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan aktivitas privat, sehingga mengikis perbedaan antara negara dan masyarakat sipil, serta antara ranah publik dan privat. Faktor-faktor ini juga mengubah ―ranah publik‖ menjadi sebuah situs bagi kontestasi atas sumber-sumber negara, yang lebih ditujukan untuk kepentingan diri sendiri, ketimbang menjadi ruang bagi pengembangan konsensus rasional yang mendahulukan kepentingan publik. Menurut analisis Habermas, dalam ranah publik borjuis, opini publik dibentuk oleh konsensus dan perdebatan politik. Sedangkan dalam ranah publik yang sudah merosot kualitasnya di kapitalisme negara kesejahteraan (welfare state capitalism), opini publik diatur oleh para elite politik, ekonomi, dan media, yang mengelola opini publik sebagai bagian dari manajemen sistem dan kontrol sosial. Jadi, pada tahapan yang lebih awal dari perkembangan borjuis, opini publik dibentuk dalam debat politik terbuka, berkaitan dengan kepentingan umum bersama, dalam upaya membentuk sebuah konsensus yang menghargai kepentingan umum. Sebaliknya, dalam tahapan kapitalisme kontemporer, opini publik dibentuk oleh kalangan elite yang dominan, dan dengan demikian sebagian besar mewakili kepentingan privat partikular mereka. Tidak ada lagi konsensus rasional di antara para individu dan kelompok, demi kepentingan artikulasi kebaikan bersama, yang dijadikan sebagai norma. Sebaliknya, yang terjadi adalah pertarungan di antara berbagai kelompok untuk memajukan 7
  • 8. kepentingan privat mereka sendiri, dan inilah yang menjadi ciri panggung politik kontemporer. Karena itu, Habermas menjabarkan transisi dari ranah publik liberal, yang berasal dari Pencerahan (Enlightenment) serta revolusi Amerika dan Perancis, ke ranah publik yang didominasi media di era masa sekarang, yang disebutnya ―kapitalisme negara kesejahteraan dan demokrasi massa.‖ Transformasi historis ini, sebagaimana bisa kira catat, didasarkan pada analisis Horkheimer dan Adorno tentang industri budaya. Yakni, kondisi di mana perusahaanperusahaan raksasa mengambil alih ranah publik, dan mengubah ranah publik itu dari ranah perdebatan rasional menjadi ranah konsumsi yang manipulatif dan pasifitas. Dalam transformasi ini, ―opini publik‖ bergeser dari konsensus rasional yang muncul dari debat, diskusi, dan refleksi, menjadi opini yang direkayasa lewat jajak pendapat atau pakar media. Jadi, perdebatan rasional dan konsensus telah digantikan oleh diskusi yang diatur dan manipulasi lewat mekanisme periklanan dan badanbadan konsultasi politik. Bagi Habermas, fungsi media dengan demikian telah diubah dari memfasilitasi wacana dan perdebatan rasional dalam ranah publik, menjadi membentuk, mengkonstruksi, dan membatasi wacana publik ke tema-tema yang disahkan dan disetujui oleh perusahaan-perusahaan media. Maka, saling-hubungan antara ranah debat publik dan partisipasi individu sudah patah, dan berubah bentuk ke dalam lingkungan aktivitas informasi politik atau pertunjukan publik. Dalam lingkungan semacam itu, warga-konsumen menyerap dan mencernakan hiburan dan informasi secara pasif. ―Warga negara‖ dengan demikian sekadar menjadi penonton pertunjukan dan wacana media, yang membentuk opini publik, dan menurunkan derajat konsumen/warganegara itu menjadi sekadar obyek bagi berita, informasi, dan urusanurusan publik. Dalam magnum opusnya, The Theory of Communicative Action (1981), Habermas mengeritik proses modernisasi sepihak, yang dipimpin oleh kekuatankekuatan rasionalisasi ekonomi dan administratif. Habermas memandang, intervensi yang semakin meningkat dari sistem formal terhadap kehidupan kita sehari-hari, itu sejalan dengan pertumbuhan negara kesejahteraan, kapitalisme korporat, dan budaya konsumsi massa. 8
  • 9. Kecenderungan yang semakin kuat ini telah memberi pembenaran bagi perluasan area kehidupan publik, dan menundukkan mereka di bawah logika pukul rata tentang efisiensi dan kontrol. Partai-partai politik, yang diregulerkan, dan kelompok-kelompok kepentingan telah menjadi pengganti dari demokrasi partisipatoris. Masyarakat pun semakin diatur pada tingkatan yang jauh dari masukan warga negara. Akibatnya, batas-batas antara publik dan privat, antara individu dan masyarakat, serta antara sistem dan dunia kehidupan, semakin memudar. Proyek Habermas tentang ranah publik itu menggunakan berbagai disiplin ilmu, termasuk filsafat, teori sosial, ekonomi, dan sejarah, dan dengan demikian merintis gaya Institut untuk Riset Sosial, dalam menghasilkan teori sosial supradisiplin. Pandangan historis proyek ini lalu menjadi landasan bagi proyekproyek yang dilakukan Institut tersebut, untuk pengembangan teori kritis era kontemporer. Aspirasi politik Habermas telah memposisikannya sebagai pengkritik atas kemerosotan demokrasi di masa sekarang, dan imbauan bagi pembaruan demokrasi. Ini adalah tema-tema yang tetap bersifat sentral dalam pemikiran Habermas. Kehidupan publik demokratis hanya berkembang subur, manakala institusiinstitusi memungkinkan warga negara, untuk memperdebatkan masalah-masalah yang menjadi kepentingan publik. Habermas menggambarkan jenis ideal dari ―situasi bicara ideal‖ (ideal speech situation), adalah ketika para aktor secara setara dibekali dengan kapasitas wacana, mengakui persamaan sosial dasar antara satu dengan yang lain, dan pembicaraan mereka tidak terdistorsi oleh ideologi atau salah pengenalan (misrecognition). Habermas optimistis tentang kemungkinan menghidupkan kembali ranah publik. Ia melihat harapan bagi masa depan di era baru komunitas politik, yang melampaui negara-bangsa yang berbasis pada kesamaan etnik dan budaya, menuju ke arah negara yang berdasarkan pada hak-hak setara dan kewajiban warga negara yang melekat secara hukum. Teori diskursif tentang demokrasi ini mensyaratkan komunitas politik, yang secara kolektif dapat merumuskan kehendak politiknya, dan mengimplementasikan kehendak politik itu menjadi kebijakan di tingkatan sistem legislatif. Sistem politik ini mensyaratkan sebuah ranah publik aktivis, di mana hal-hal yang menjadi kepentingan 9
  • 10. bersama dan isu-isu politik dapat didiskusikan, dan kekuatan opini publik dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Beberapa kritik terhadap Habermas Sejumlah akademisi telah melontarkan berbagai kritik terhadap pernyataan Habermas tentang ranah publik. John B. Thompson, pengajar sosiologi di Universitas Cambridge, menunjukkan bahwa pernyataan Habermas tentang ranah publik itu kini menjadi usang, jika kita melihat penyebaran komunikasi media massa. Sedangkan Michael Schudson dari Universitas California, San Diego, memberi argumen yang lebih umum. Ia menyatakan, ranah publik sebagai tempat perdebatan independen yang murni rasional –seperti disebutkan Habermas-- adalah tidak pernah ada. Sejumlah pengeritik menyatakan, Habermas terlalu mengidealisasi ranah publik borjuis di tahap-tahap awal, dengan menjabarkannya sebagai forum diskusi dan debat yang rasional. Padahal, faktanya, kelompok-kelompok tertentu telah disisihkan dari forum tersebut, dan dengan demikian partisipasi juga dibatasi. Habermas sendiri kemudian mengakui bahwa ranah publik yang disebutkannya waktu itu memang lebih sebagai ―jenis ideal,‖ dan bukan ideal normatif yang mau dibangkitkan lagi dari ambang kematian. Memang, Habermas terkesan agak mengidealisasi ranah publik borjuis sebelumnya. Meskipun konsep ranah publik dan demokrasi mengasumsikan adanya perayaan liberal dan populis tentang keanekaragaman (diversitas), toleransi, perdebatan, dan konsensus, pada kenyataannya ranah publik borjuis didominasi oleh kaum pria, pemilik properti, yang berkulit putih. Ranah publik kelas pekerja, kaum perempuan, dan warga kelas bawah lain, yang berkembang seiring dengan ranah publik borjuis untuk mewakili suara dan kepentingan kelas bawah, disisihkan dari forum ranah publik borjuis tersebut. Oskar Negt dan Alexander Kluge mengeritik Habermas, karena mengabaikan ranah-ranah publik kaum proletar dan masyarakat kelas bawah. Dalam refleksinya, Habermas menulis bahwa ia sekarang menyadari ―sejak dari awal, publik borjuis yang dominan berbenturan dengan publik kelas bawah,‖ dan bahwa ia telah ―meremehkan‖ signifikansi ranah-ranah publik yang non-borjuis dan bersifat oposisional. 10
  • 11. Maka, daripada membayangkan adanya sebuah ranah publik yang demokratis atau liberal, adalah lebih produktif untuk membuat teori tentang berbagai macam ranah publik, yang kadang-kadang tumpang-tindih namun juga bertentangan. Ini mencakup juga ranah-ranah publik dari kelompok-kelompok yang disisihkan, serta konfigurasi-konfigurasi yang lebih mewakili arus utama (mainstream). Ranah publik itu sendiri bergeser dengan bangkitnya gerakan-gerakan sosial baru, teknologi baru, dan ruang-ruang baru bagi interaksi publik, seperti Internet. Sedangkan Mary Ryan mencatat adanya ironi bahwa bukan saja Habermas telah mengabaikan ranah publik kaum perempuan. Namun, Habermas juga menandai kemerosotan ranah publik persis pada momen ketika kaum perempuan mulai mendapatkan kekuasaan politik dan menjadi aktor. Vitalitas ranah publik kaum perempuan memang terjadi pada abad ke-19 di Amerika. Terlihat dengan adanya usaha-usaha pengorganisasian oleh Susan B. Anthony, Elizabeth Cary Stanton, dan lain-lain dari tahun 1840-an sampai masuk abad ke-20, dalam suatu perjuangan yang berkelanjutan, demi memperoleh hak-hak memberi suara dalam pemilu dan hak-hak kaum perempuan. Selain kritik-kritik di atas, juga diragukan, apakah politik demokratis pernah disemangati oleh norma rasionalitas atau opini publik, yang dibentuk lewat konsensus dan perdebatan rasional, sampai ke tahapan ciri-ciri (ideal) konsep Habermas tentang ranah publik borjuis. Politik di sepanjang era modern selalu menjadi permainan kepentingan dan kekuasaan, serta diskusi dan perdebatan. Mungkin hanya sedikit masyarakat borjuis Barat yang telah mengembangkan ranah publik dalam ciri-ciri ideal yang dinyatakan Habermas. Meskipun patut dihargai, usaha mengkonstruksi model masyarakat yang baik, yang bisa membantu mewujudkan nilai-nilai egalitarian dan demokratis yang disepakati, adalah suatu kekeliruan jika kita berlebih-lebihan mengidealisasi dan menguniversalkan suatu ranah publik spesifik, sebagaimana yang dilakukan Habermas. Proyek Habermas juga dilemahkan oleh pembedaan atau pembagian kategoris yang terlalu kaku, antara ranah publik liberal klasik dan ranah publik kontemporer; antara sistem dan dunia kehidupan; dan antara produksi dan interaksi. Konsepsikonsepsi dualistik seperti itu sendiri telah dinafikan oleh revolusi teknologi, di mana media dan teknologi memainkan peran vital di kedua sisi dari pembagian kategoris Habermas, dan dengan demikian merusak pembagian tersebut. 11
  • 12. Pembedaan-pembedaan itu juga mengesampingkan usaha-usaha untuk mentransformasikan sisi pembedaan Habermas, yang ia anggap sulit diubah atau dipengaruhi, untuk kepentingan demokratis yang harus dilakukan, atau norma-norma tindakan komunikatif. Dari sudut pandang perumusan teori ranah publik, misalnya, Habermas menyatakan, dari saat pengembangan pembedaan ini, ―Saya menganggap aparat negara dan ekonomi adalah lahan-lahan tindakan yang terintegrasi secara sistematik, yang tidak bisa lagi ditransformasikan secara demokratis dari dalam,…tanpa merusak logika sistem mereka yang ada dan kemampuannya untuk berfungsi.‖ Douglas Kellner beranggapan, pada masyarakat teknologi-tinggi kontemporer, muncul perumusan ulang dan perluasan ranah publik, yang melampaui konsep Habermas. Ranah publik adalah tempat bagi informasi, diskusi, kontestasi, perjuangan politik, dan organisasi, yang mencakup media siaran dan ruang maya (cyberspace) baru, serta interaksi face-to-face dalam kehidupan sehari-hari. Perkembanganperkembangan ini, yang terutama berhubungan dengan teknologi multimedia dan komputer, menuntut perumusan ulang dan perluasan konsep ranah publik. Meski dengan adanya beberapa kekurangan tersebut, analisis Habermas telah berjasa dalam memfokuskan perhatian kita pada hakikat dan transformasi struktural ranah publik, serta fungsi-fungsinya dalam masyarakat kontemporer. Analisis Habermas ini perlu dikembangkan, dengan memperhitungkan revolusi teknologi dan restrukturisasi kapitalisme global, yang terjadi saat ini. Serta, meninjau ulang teori kritis tentang masyarakat dan politik demokratis, dengan melihat perkembangan-perkembangan tersebut di atas. *** Depok, September 2008 Referensi: Honderich, Ted. 1995. The Oxford Companion to Philosophy. Oxford/New York: Oxford University Press. Kellner, Douglas. Habermas, the Public Sphere, and Democracy: A Critical Intervention (lihat: http://www.gseis.ucla.edu/faculty/kellner/papers/ habermas.htm dan http://www.gseis.ucla.edu/faculty/kellner/kellner.html) 12