Pasien perempuan berusia 30 tahun dengan diagnosa SLE dan toxoplasmosis yang dirawat di rumah sakit karena penurunan kesadaran. SLE merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan produksi antibodi berlebihan yang dapat menyerang organ tubuh.
1. Studi Kasus
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
TOXOPLASMOSIS
Oleh :
MUHAMMAD SYAWAL PRATAMA 260220190005
YUNIASTI FAIZAL PUTRI 260220190004
YUDISIA AUSI 260220190003
Program Studi Farmasi Klinik
Fakultas Farmasi Universitas
Padjadjaran 2020
YULIANA LUDIA SESESRAY 260220190007
Pembimbing:
Dr. Sumartini Dewi, dr., SpPD-KR.M. Kes
3. PTO Ny. LN
Data Pasien
Nama : Ny. LN
Tgl Lahir: 02/09/1989
Usia: 30 tahun, 3 bulan, 3 hari
Alamat: jl. Waas, batununggal.
Sistem Pembayaran: JKN NON PBI
Jenis Kelamin: Perempuan
Agama: Islam
Pekerjaan: W.SWASTA
Ruang Rawat : Fresia 2
Sub Bagian: Rheumatologi
No. Rekam Medik : 0001782xxx
Tanggal masuk RS: 01/12/2019
Tanggal keluar : -
Jumlah hari rawat: -
Status Pulang : -
Dokter : dr. Siti Aminah Sobana, Sp.S(K)
Apoteker : -
Alasan Masuk RS
Pasien mengalami penurunan kesadaran
4. Data Klinis Awal
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Respirasi : 32 x/menit
Suhu : 370 C
Riwayat Konsumsi Obat
Asam folat 1 x 1 mg PO
Metil Prednisolon 8 mg 1 x 20 mg PO
Azathioprine 1 x 50 PO (ditunda)
Alergi Obat :
Tidak ada
Alergi Makanan
Tidak Ada
Anamnesis
KU: penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan nyeri kepala, nyeri dirasakan hilang
timbul, nyeri hanya dirasakan pada bagian kepala dan tidak
menjalar ke bagian lain. Nyeri dirasakan bertambah ketika
aktivitas, nyeri berkurang ketika beristirahat.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu
SLE
5. Diagnosa Kerja
• Penurunan kesadaran ec. Struktural (SOL/Space Occupying Lession)
Intrakranial ec. DD/:
Infeksi ec. Tubercumoma DD/ Abses serebri atau DD/ Toxoplasmosis
Tumor Metastasis
Tumor Primer
• SLE dengan keterlibatan muskuloskeletal, mukokutan, renal.
• Hipokalemia ec. renal loss
• Dehidrasi sedang
7. Dexametason
• Bioavailibility : Penyerapan sistemik terjadi
lebih lambat setelah injeksi IM
dibandingkan dengan pemberian IV
• Onset : 12 – 24 jam
• Durasi : 2,75 hari untuk dosis oral tunggal 5
mg
• Waktu puncak : Oral 1-2 jam, i.m ¼ 8 jam
MK :
Menurunkan inflamasi dengan menekan migrasi
neutrofil, penurunan produksi mediator inflamasi,
dan pembalikan permeabilitas kapiler yang
meningkat; menekan respon imun normal.
ADR :
Kardiovaskuler, SSP, Dermatologis, Endokrin &
metabolic, GI, glukosuria, Hati, Neuromuskuler &
skeletal.
NaCl 0,9 %
• Penyerapan: Oral, IV: Cepat
• Distribusi: Tersebar luas
• Ekskresi: Terutama urin; juga keringat, air mata,
air liur
MK :
Kation ekstraseluler utama; berfungsi dalam
keseimbangan cairan dan elektrolit, kontrol
tekanan osmotik, dan distribusi air.
ADR :
• Kardiovaskular: Kondisi kongestif
• Endokrin & metabolik: Ekstravasasi,
hipervolemia, hipernatremia, pengenceran
elektrolit serum, hidrasi berlebihan,
hypokalemia
• Lokal: Trombosis, flebitis, ekstravasasi
• Pernapasan: Edema paru
8. Kalium Klorida
• Absorpsi: Diserap dengan baik dari saluran
GI bagian atas
• Distribusi: Memasuki sel melalui transpor
aktif dari cairan ekstraseluler
• Ekskresi: Terutama urin; kulit dan kotoran
(jumlah kecil); sebagian besar kalium usus
diserap kembali
MK :
kation utama cairan intraseluler dan penting untuk
konduksi impuls saraf di jantung, otak, dan otot
rangka; kontraksi otot jantung, rangka dan polos;
pemeliharaan fungsi ginjal normal, keseimbangan
asam-basa, metabolisme karbohidrat, dan sekresi
lambung
ADR :
• Dermatologis: Ruam
• Endokrin & metabolik: Hiperkalemia
• Gastrointestinal: Nyeri / ketidaknyamanan
perut, diare, perut kembung, perdarahan GI
(oral), obstruksi GI (oral), perforasi GI (oral),
mual, muntah
Ceftriaxone
• Diserap dengan baik (I.M)
• Vd 6-14 L banyak di seluruh tubuh termasuk kantong
empedu, paru-paru, tulang, empedu.
• Pengikatan protein 85 % hingga 95%
• Waktu paruh pada fungsi ginjal dan hati normal 5 – 9
jam, gangguan ginjal (ringan hingga berat 12-16 jam)
• Waktu puncak serum 2 -3 jam
• Ekskresi di urin 33% – 67% sebagai obat yang tidak
berubah, tinja sebgai obat yang tidak aktif
MK :
Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
mengikat satu atau lebih protein pengikat penisilin (PBP)
yang pada gilirannya menghambat langkah
transpeptidasi akhir sintesis peptidoglikan pada dinding
sel bakteri, sehingga menghambat biosintesis dinding
sel.
ADR :
Ruam, nyeri ditempat suntik, diare, hematologi
(trombosistosis, leukopenia, eosinophilia)peningkatan
transaminase, BUN meningkat,
9. Asam Folat
• Onset : efek puncak oral 0,5 – 1 jam
• Absorbsi : Bagian proksimal dari
usus kecil
MK :
pembentukan sejumlah koenzim dalam
banyak sistem metabolisme, terutama
untuk sintesis purin dan pirimidin;
diperlukan untuk sintesis dan
pemeliharaan nukleoprotein di
erythropoiesis; merangsang produksi
WBC dan platelet pada anemia
defisiensi folat.
ADR :
Reaksi alergi, bronkospasme,
kemerahan (sedikit), malaise (umum),
pruritus, ruam
Asam Asetil Salisilat
• Absorbsi : cepat, Durasi : 4-6 jam
• Vd : 0 L; mudah masuk ke sebagian besar cairan dan jaringan
tubuh
• Metabolisme : Dihidrolisis menjadi salisilat (aktif) oleh esterase
dalam mukosa GI, sel darah merah, cairan sinovial, dan darah;
metabolisme salisilat terjadi terutama oleh konjugasi hati; jalur
metabolisme jenuh.
• Bioavailabilitas : 50%-75% mencapai sirkulasi sistemik
• Waktu paruh : Obat induk: 15-20 menit; Salisilat (tergantung
dosis): 3 jam pada dosis rendah (300-600 mg), 5-6 jam (setelah 1
g), 10 jam dengan dosis lebih tinggi.
• Waktu memuncak serum : 1-2 jam, Ekskresi : Urin (75% sebagai
asam salisilurat, 10% sebagai asam salisilat)
MK :
Mekanisme AksiIrreversible menghambat enzim siklooksigenase-1
dan 2 (COX-1 dan 2), yang menghasilkan penurunan
pembentukan prekursor prostaglandin; memiliki sifat antiplatelet,
antipiretik, analgesik, dan antiinflamasi.
ADR :
Perdarahaan, kardiovaskuler, endoktrin & metabolik, hematologi,
ginjal.
10. Pyrimethamin
• Onset aksi: ~ 1 jam
• Penyerapan: Diserap dengan baik
• Distribusi: Secara luas, terutama di sel darah, ginjal,
paru-paru, hati, dan limpa; menyeberang ke CSF;
melintasi plasenta; memasuki ASI
• Pengikatan protein: 80% hingga 87%
• Metabolisme: Hati
• Waktu paruh : 80-95 jam
• Waktu puncak, serum: 1,5-8 jam
• Ekskresi: Urine (20% sampai 30% sebagai obat
tidak berubah)
Clindamicyn
• Penyerapan: Topikal: ~ 10%; Lisan: Cepat (90%)
• Distribusi: Konsentrasi tinggi pada tulang dan urin;
tidak ada tingkat yang signifikan pada CSF, bahkan
dengan meninges yang meradang; melintasi plasenta;
memasuki ASI
• Metabolisme: Hati
• Ketersediaan hayati: Topikal: <1%
• Eliminasi paruh waktu: Neonatus: Prematur: 8,7 jam;
Jangka penuh: 3,6 jam; Dewasa: 1,6-5,3 jam (rata-
rata: 2-3 jam)
• Waktu ke puncak, serum: Oral: Dalam 60 menit; I.M .:
1-3 jam
• Ekskresi: Urine (10%) dan feses (~ 4%) sebagai obat
aktif dan metabolit
MK :
Menghambat parasit dihidrofolat reduktase,
mengakibatkan penghambatan sintesis asam
tetrahidrofolik vital
ADR :
Kardiovaskular: Aritmia (dosis besar), Sistem saraf pusat:
Depresi, demam, insomnia, pusing, malaise, kejang,
dermatitis, SSJ, nekrolisis epidermal toksik, ruam, GI,
Hematologi
MK :
Mengikat secara reversibel ke subunit ribosom 50S
mencegah pembentukan ikatan peptida sehingga
menghambat sintesis protein bakteri; bakteriostatik atau
bakterisidal tergantung pada konsentrasi obat, tempat
infeksi, dan organisme.
ADR : henti jantung, hipotensi, sakit perut, diare, mual.
12. Patofisiologi SLE
Spektrum gejala dan keterlibatan
organ yang luas dimana peristiwa
utama produksi outoantibodi yang
berlebihan dan abnormal dan
pembentukan kompleks imun
Fanouriakis et al, 2019. 2019 Update of the EULAR recommendations for the management of systemic lupus erythematosus. In Annals of the Rheumatic Diseases (Vol. 78, Issue 6, pp. 736–745). BMJ Publishing
Group. https://doi.org/10.1136/annrheumdis-2019-215089
13. Comorbidities SLE
Antibodi antifosfolipid (aPL) dan sindrom antifosfolipid (APS)
Infeksi
Penyakit Kardiovaskuler
SLE adalah faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular (CVD), karena faktor risiko
tradisional dan terkait penyakit, seperti aktivitas penyakit yang persisten, LN, adanya aPL dan
penggunaan GC. Tindakan pengganti aterosklerosis, seperti plak karotis, ketebalan media intima
karotis (cIMT) dan kalsium arteri koroner sering digunakan untuk mengidentifikasi CVD subklinis pada
SLE.
Risiko infeksi pada SLE dikaitkan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan yang
berhubungan dengan pengobatan; terapi GC dosis tinggi, CYC, MMF dan RTX semuanya terkait dengan
peningkatan risiko infeksi, sementara aktivitas penyakit yang tinggi, leukopenia parah dan adanya keterlibatan
ginjal (± hipogammaglobulinaemia pada sindrom nefrotik) juga berkontribusi secara independen. Perlindungan
terhadap infeksi harus proaktif, dengan fokus pada pencegahan primer, serta pengenalan dan pengobatan tepat
waktu.
Kehadiran aPL dikaitkan dengan komplikasi trombotik dan kebidanan dan peningkatan risiko kerusakan akrual.
Pada pembawa aPL, meta-analisis terbaru mendukung peran protektif aspirin dosis rendah untuk profilaksis
primer melawan trombosis pada subkelompok pembawa aPL yang memiliki SLE; namun, mengingat potensi
bahaya perdarahan, tidak jelas apakah ini harus diterapkan pada pasien lupus dengan antibodi aPL atau hanya
pada mereka yang memiliki profil aPL risiko tinggi (yaitu, positif triple aPL, antikoagulan lupus atau titer tinggi
antibodi antikardiolipin) .
Fanouriakis et al, 2019. 2019 Update of the EULAR recommendations for the management of systemic lupus erythematosus. In Annals of the Rheumatic Diseases (Vol. 78, Issue 6, pp. 736–745). BMJ Publishing
Group. https://doi.org/10.1136/annrheumdis-2019-215089
17. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Tanggal Hasil
CT-Scan Kepala 1 Desember 2019
Multipel lesi isodens di
daerah kortikal sub kortikal
lobus frontotemporalis kiri
dan kortikal sub kortikal
lobus parietooccipitalis
kanan disertai edema
perifokal -> mencurigai
suatu SOL Intrakranial
Midline shift sejauh lk 0,5
cm ke arah kanan
Thorax AP 1 Desember 2019
Kardiomegali tanpa
bendungan paru
Tidak tampak TBC paru
aktif
18. No Nama Obat Dosis Rute
Desember 2019
1 2 3 4 5
1 Nacl 0,9% infus
1500 cc/6 jam
Lanjut
1500 cc/18 jam
IV √ √ √ √ √
2 Dexamethasone 3 x 10 mg IV √ √ √ √ √
3 Omeprazole 2 x 40 mg IV √ √ √ √ √
4 Ceftriaxone 2 x 1 g IV √ √ √ √ √
5 Paracetamol 3 x 1000 mg IV √ √ √ √ √
6 Asam folat 1 x 5 mg PO √ √ √ √ √
7 Kalium Klorida 1 x 1200 mg PO √ √ √ √ √
8 Asam Asetil Salisilat 1 x 81 mg PO - - - √
√
9 Pyrimethamine
1 x 100 mg loading dose
lanjut
1 x 50 mg 2 – 4 minggu
PO - - - -
√
10 Clindamycin 4 x 300 mg PO - - - -
√
Catatan Penggunaan Obat
ASSESSMENT
19. ASSESSMENT
Problem Medis Terapi Sesuai Literatur
Instruksi
Dokter
Assesment
TIK karena struktur (SOL/Space
Occupying Lession) Intrakranial
• Hemodinamik untuk pemeliharaan euvolemia : dicapai dengan cairan isotonic salin normal
0,9 %
• Dexametason disarankan untuk tumor otak dengan edema karena indeks natrium dan
retensi air rendah, waktu paruh panjang, aktivitas mineralokortikoid rendah & kecenderungan
rendah untk menyebabkan psikosis. Indikasi lain : mengendalikan nyeri terkait tumor,
mmembatasi mual, muntah & nafsu makan pada pasien kanker.
(Esquenazi et al., 2017), (Kemenkes RI, 2017)
• NaCl 0,9 %
• Dexametasone
Indikasi sesuai
TIK karena cedera otak Suhu
38,9 ᵒc
• Target suhu harus normotermia, dan agen antipiretik harus digunakan agar tidak terjadi
demam
(Esquenazi et al., 2017)
• Paracetamol Indikasi sesuai
Stress Ulcer mencegah efek
samping pemberian steroid
• Profilaksis terhadap komplikasi gastrointestinal
(Esquenazi et al., 2017)
• Omeperasole Indikasi sesuai
Infeksi/abses otak
• Terapi empirik pada pasien abses otak yang belum diketahui kultur dan sensitivitasnya adalah
Sefalosporin generasi III (Cefotaxime, Ceftriaxone) • Ceftriaxone Indikasi sesuai
Infeksi parasite toksoplasma
gondii
• First lini: pirimetamin + sulfadiazine. Alternatif : pirimetamin + klindamisin
(Georgiev, 1994), (Kemenkes RI, 2017)
• Pyrimethamin
• Clindamisin Indikasi sesuai
Dehindrasi sedang
• Pemberian Salin 0,9 % hemodinamik menjaga keseimbangan cairan.
(Esquenazi et al., 2017) • Nacl 0,9 % Indikasi Sesuai
Hipotensi sistemik,
iskekemia/pembekuan darah
• Asam folat menurunkan kadar homosistein mencegah terebtuknya arteroklerosis
• Asam folat dapat mengurangi efek toksik pyrimethamin
• Asam asetil salisilat untuk mencegah iskemia/pembentukan darah
• Asam folat
• Asam asetil
salisilat
Indikasi Sesuai
Hipokalemia
• Pemberian kalium klorida
• Kalium Klorida Indikasi sesuai
INDIKASI
20. ASSESSMENT
DOSIS
Obat Dosis Sesuai Literatur Instruksi Dokter Penilaian
NaCL 0,9 % 1-3 L / hari
1500 cc/6 jam
Lanjut
1500 cc/18 jam
tepat
Dexametason
Direkomendasikan adalah deksametason dengan dosis bolus intravena 10 mg dilanjutkan
dosis rumatan 16-20mg/hari intravena lalu tappering off 2-16 mg (dalam dosis terbagi)
bergantung pada klinitepa
3 x 10 mg IV Tepat
Omeperazole
Oral: 40 mg sekali sehari; evaluasi pasien secara berkala untuk kebutuhan lanjutan
(DIH, 2018)
2 X 40 mg IV Tepat
Ceftriaxone
Ceftriakson
1-2 gram perhari atau dalam dosis terbagi dua kali sehari selama 4 – 7 hari.
(AHFS,2011,Medscape, DIH 2018)
2 x 1 g IV Tepat
Paracetamol 1 gram setiap 4–6 jam, maksimum 4 gram per hari 3 x 1000 mg IV Tepat
Asam Folat
Asam folat
Folic Acid Deficiency
0.4-1 mg PO/IV/IM/SC once daily
Renal Impairment
Dosage modification not necessary.
Penelitian meta analisis Homocystein Lowwering Trialist Collaboration :
Dosis : 0,2 mg, 0,4 mg, 0,8 mg, 2 mg, dan 5 mg, dapat menurunkan kadar homosistein
sebesar 13%, 20%, 23%, 23% dan 25%. Penambahan suplemen vitamin B12 akan
menurunkan kadar homosistein 7% lagi.
1 X 5 mg PO Tepat
Kalium Klorida
Sediaan 600 mg 2-3 x sehari 1-2 tablet
1 X 1200 mg PO Tetap
Asam asetil salisilat Oral: 50-100 mg sekali sehari; Dosis biasa: 81 mg 1 x / hr. (DIH 2018) 1 X 81 mg PO Tepat
Pyrimethamine
Oral : 50-75 mg sekali sehari bersama dengan sulfonamida selama 1-3 minggu; kurangi dosis kedua
obat hingga 50% dan lanjutkan selama 4-5 minggu tambahan. (AHFS 2011) (Lisa A, 2019)
1 X 100 mg loading dose lanjut 1
x 50 mg 2 – 4 minggu
Tepat
Clindamicin Oral, IV: 600 mg setiap 6 jam dengan pirimetamin dan asam folinat. (DIH 2018)(Lisa A, 2019) 4 x 300 mg Rendah
21. ASSESSMENT
EFEK SAMPING
Obat Efek Samping Sesuai Literatur ES pada Pasien
NaCL 0,9 %
Edema paru, Ekstravasasi, hipervolemia, hipernatremia, pengenceran elektrolit serum, hidrasi
berlebihan, hypokalemia, kondisi kongesif. (DIH 2018)
Tidak ada
Dexametason Komplikasi GI; SSP sakit kepala, kecemasan; kardiovaskuler, pembengkakan. (DIH 2018) Ada
Omeperazole Sakit kepala, pusing, ruam, anemia, efek GI, sakit punggung, kelemahan. (DIH 2018) Tidak ada
Ceftriaxone
ruam, nyeri ditempat suntik, diare, hematologi (Eosinofilia, trombositosis, leukopenia ),
peningkatan transaminase, Ginjal ( BUN meningkat) (DIH 2018)
Tidak ada
Paracetamol
Ruam, peningkatan bilirubin, peningkatan fosfatase alkali, asam urat, peningkatan ammonia. (DIH
2018)
Tidak ada
Asam Folat
Meskipun dosis hingga 5 mg setiap hari telah digunakan dengan aman dalam beberapa penelitian,
dosis asam folat yang lebih dari 1 mg setiap hari dapat kram perut, diare, ruam kulit, gangguan
tidur, lekas marah, kebingungan, mual. (DIH 2018)
Tidak ada
Kalium Klorida Ruam, hiperkallemia, diare, mual, muntah. (DIH 2018) Tidak ada
Asam asetil salisilat Perdarahan, efek Kardiovaskuler, efek SSP, efek Hematologi, Gangguan ginjal. (DIH 2018) Tidak ada
Pyrimethamine
Aritmia, depresi, demam, insomnia, pusing, malaise, kejang, pigmentasi kulit abnormal, dermatitis,
eritema multiforme, ruam, sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik, Anoreksia, kram
perut, glositis atrofi, diare, muntah, xerostomia, anemia megaloblastik. (DIH 2018)
Tidak ada
Clindamicin Ruam, urtikaria, sakit perut, mual, muntah, diare, trombositopenia. (DIH 2018) Tidak ada
22. ASSESSMENT
INTERAKSI OBAT
Interaksi Obat Signifikansi Hasil Interaksi Manajemen Interaksi
Dexametason +
Aspirin
Moderat
• Menggunakan aspirin bersama dengan
deksametason dapat meningkatkan risiko
efek samping di saluran pencernaan
seperti peradangan, perdarahan, ulserasi,
dan jarang, perforas
• Perforasi gastrointestinal
• Menurunkan kadar aspirin dalam darah
• Penghentian mendadadak dexametason
meningkatkan kadar aspirin (toksisitas)
• Profilkasis PPIs (omeperazole)
• Pantau tanda-tanda perdarahan seperti pusing;
merah atau hitam tinja, batuk atau muntah darah
segar atau kering yang terlihat seperti bubuk kopi
sakit kepala parah, dan kelemahan.
• Pengurangan dosis aspirin dibutuhkan jika
dexametason dihentikan.
23. PLAN
1. Pantau secara ketat keseimbangan cairan, berat badan dan serum
elektrolit
2. Pantau kadar serum natrium
3. Monitoring tanda-tanda vital terutama tekanan darah untuk
menghidari hipotensi sistemik yang berpotensi iskemia
4. Interaksi obat : Pantau tanda-tanda perdarahan.
24. Referensi
• AHFS. (2011). DRUG INFORMATION ESSENTIALS. American Society
of health system Pharmacist.
• Collaboration, H. L. T. (1998). Lowering blood homocysteine with folic
acid based supplements: meta-analysis of randomised trials. Bmj,
316(7135), 894–898.
• Esquenazi, Y., Lo, V. P., & Lee, K. (2017). Critical Care Management of
Cerebral Edema in Brain Tumors. Journal of Intensive Care Medicine,
32(1), 15–24. https://doi.org/10.1177/0885066615619618
• Georgiev, V. S. (1994). Management of toxoplasmosis. Drugs, 48(2),
179–188. https://doi.org/10.2165/00003495-199448020-00005
• Kemenkes RI. (2017). TUMOR OTAK.
• Lacy, C., Lora, L., Morton, P., & L. (2018). Drug Information Handbook
17th Edition, 17th ed., Lexi Comp, Ohio.