SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN
DEMAM TIFOID
Arif RakhMAN
DEFINISI
• Nama Lain: Tifus, Typhus abdominalis, Typhoid fever,
enteric fever.
• Penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran cerna, disebabkan oleh bakteri Salmonella
Thyphi, dengan gejala demam selama satu minggu
atau lebih dengan disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran.
ETIOLOGI
S. Typhi, S. Paratyphi (A,B,& C), S. Schottmuelleri, dan S.
Hirschfeldii
PENULARAN
PATOFISIOLOGI
• Salmonella Typhi yang masuk ke saluran
gastrointestinal akan ditelan oleh sel-sel fagosit ketika
masuk melewati mukosa. Sebagian dari Salmonella
Typhi ada yang dapat masuk melalui usus halus
mengadakan invaginasi ke jaringan limfoid usus halus.
Kemudian Salmonella Typhi, masuk melalui folikel limpa
ke saluran limpatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga
terjadi bakterimia. Bakterimia pertama-tama
menyerang system retikulo endothelial (RES)
selanjutnya akan di kolonisasi melalui saluran limfe.
Patofisiologi
• Limfe yang mengalir duktus torasikus
menghantarkan organisme masuk melalui aliran
darah, dari sini terjadi desminasi ke seluruh organ
jauh. Sel retikulo di sumsum tulang, hati, dan
limpa meamakan bakteri yang menyebar secara
hematogen, yang kadang menimbulkan fokus
infeksi. Organisme yang menyebar melalui darah
kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ
didalam tubuh seperti di sitem saraf pusat, ginjal,
dan jaringan limpa.
MANIFESTASI KLINIS
• Demam tinggi 39°-40 °C lebih dair 7 hari dan
terus meningkat
• Tubuh menggigil terutama pada malam hari
• Gejala gastrointestinal: Nyeri perut, kembung,
mual, muntah, diare, konstipasi,
hepatomegali, splenomegali, dan lidah kotor
Manifestasi Klinis
• Kelemahan
• Denyut jantung lemah (bradikardi)
• Sakit kepala
• Nyeri otot
• Penurunan kesadaran (delirium, apatis,
somnolen, sopor bahkan koma)
• Pada kasus tertentu muncul penyebaran flek
merah muda (“rose spots”)
PENCEGAHAN
Pencegahan
KOMPLIKASI
• Komplikasi intestinal
– Perdarahan usus
– Perforasi usus
– Ileus paralitik
• Komplikasi ekstraintetstinal
– Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer
(renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis dan
tromboflebitis.
– Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia
dan atau koagulasi intravaskular diseminata dan
sindrom uremia hemoltilik.
Komplikasi
– Komplikasi paru: penuomonia, empiema dan peluritis.
– Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan
kolelitiasis.
– Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan
perinefritis.
– Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis
dan artritis.
– Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, mengingismus,
meningitis, polineuritis perifer, sindrim Guillain-Barre,
psikosis dan sindrom katatonia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Hitung sel darah tepi: ditemukan leukopenia,
limfositosis relatif dan aneosinofilia pada
permulaan sakit. Mungkin terdapat anemia dan
trimbositopenia pada tifoid berat.
• Uji serologis: berupa uji Widal; tes TUBEX®; metode
enzyme immunoassay (EIA), metode enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA),dan pemeriksaan
dipstik.
PENANGANAN
• Istirahat bertujuan untuk mencegah
komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Pasien harus tirah baring absolut sampai
minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan
bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien.
• Diet dan terapi penunjang dilakukan dengan
pertama memberikan bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan
tingkat kesembuhan pasien. Pemberian
makanan tingkat dini yaitu nasi dengan lauk
pauk rendah selulosa (pantang sayuran
dengan serat kasar) dapat diberikan dengan
aman. Juga perlu diberikan vitamin dan
mineral untuk mendukung keadaan umum
pasien.
• Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol,
trimethoprim-sulfamethoxazole, dan
ciproloxacin sering digunakan untuk merawat
demam tipoid. Obat-obat pilihan pertama
adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin
dan kotrimoksasol. Obat pilihan kedua adalah
sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan
ketiga adalah meropenem, azithromisin dan
fluorokuinolon.
• Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg
BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau
intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat indikasi
kontra pemberian kloramfenikol , diberi ampisilin
dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4
kali. Pemberian, intravena saat belum dapat minum
obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis
100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian, oral/intravena selama 21 hari
kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari
terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral, selama 14
hari.
• Untuk kasus berat dan dengan manifestasi
nerologik menonjol, diberi Deksametason
dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kg BB,
intravena perlahan (selama 30 menit).
Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1
mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 jam
sampai 7 kali pemberian.
• Pembedahan biasanya dilakukan dalam kasus
perforasi usus. Kebanyakan ahli bedah lebih
suka sederhana penutupan perforasi dengan
drainase peritoneum. Reseksi usus
diindikasikan untuk pasien dengan perforasi
ganda.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Hipertermi b.d proses penyakit.
• Defisit volume cairan b.d kehilangan volume cairan
secara aktif
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
b.d ketidakmampuan untuk memasukan atau
mencerna nutrisi oleh faktor fisiologis.
• Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
biologis (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan
jaringan.
Hipertemia
• Monitor suhu tubuh
• Monitor warna & suhu
kulit
• Monitor tekanan darah,
nadi dan RR
• Monitor tingkat kesadaran
• Monitor WBC, Hb, dan Hct
• Monitor intake dan output
• Berikan antipiretik sesuai
program terapi
• Kelola antibiotik sesuai
program terapi
• Selimuti pasien
• Berikan cairan intravena
• Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
• Tingkatkan sirkulasi udara
• Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
• Monitor TD, nadi, suhu, &
RR
• Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
• Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
(membrane mukosa)
Defisit Volume cairan
• ertahankan catatan intake
dan output yang akurat
• Monitor status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik),
jika diperlukan
• Monitor hasil laboratorium
yang sesuai dengan retensi
cairan (BUN, Hmt, osmolalitas
urine, albumin, total protein)
• Monitor tanda-tanda vital
setiap 15 menit sampai 1 jam
• Kolaborasi pemberian cairan
IV
• Monitor status nutrisi
• Berikan cairan oral
• Berikan penggantian
nasogastrik sesuai output (50
– 100 cc/jam)
• Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
• Kolaborasi dokter jika ada
cairan berlebih muncul
memburuk
• Atur kemungkinan tranfusi
• Persiapan untuk tranfusi
• Pasang kateter jika perlu
• Monitor intake dan out put
setiap 8 jam
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
• Kaji adanya alergi makanan
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan oleh pasien
• Yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
• Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian
• Monitor adanya penurunan BB dan gula
darah
• Monitor l ingkungan selama makan
• Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama makan
• Monitor turgor kulit
• Monitor kekeringan, rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
• Monitor mual dan muntah
• Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva 12) Monitor intake
nutrisi
• Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
• Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti NGT
atau TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan
• Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
• Kelola pemberian anti emetik sesuai
program terapi
• Anjurkan banyak minum
• Pertahankan terapi intravena line
• Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas oral.
Nyeri akut
• Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi
kualitas dan faktor presitipasi
• Observasi reaksi non verbal dan
ketidaknyamanan
• Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan menemukan
dukungan
• Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan pencahayaan dan
kebisingan
• Kurangi faktor presipitasi nyeri
• Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
• Ajarkan tehnik non farmakologi:
nafas dalam, kompres hangat
• Berikan analgetik untuk
menguragi nyeri
• Tingkatkan istirahat
• Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan
prosedur
• Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
MIND YOUR FOOD

More Related Content

Similar to asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx

Asuhan Keperawatan Hirschprung
Asuhan Keperawatan HirschprungAsuhan Keperawatan Hirschprung
Asuhan Keperawatan HirschprungNida Sitorus
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.pptAyu Rahayu
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUTeric214073
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.pptretno915824
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotikMayah M4y
 
Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3ardiners
 
Askep Tb paru,
Askep Tb paru,Askep Tb paru,
Askep Tb paru,f' yagami
 
9. penyakit ginjal dan saluran kencing
9. penyakit ginjal dan saluran kencing9. penyakit ginjal dan saluran kencing
9. penyakit ginjal dan saluran kencingfikri asyura
 
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisKonsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisEncepal Cere
 
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babiiJtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babiiRyan Martins
 
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Ilmu bedah kolon
Ilmu bedah kolonIlmu bedah kolon
Ilmu bedah kolonIva Maria
 
Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2Iva Maria
 

Similar to asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx (20)

Asuhan Keperawatan Hirschprung
Asuhan Keperawatan HirschprungAsuhan Keperawatan Hirschprung
Asuhan Keperawatan Hirschprung
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Askep Tb paru,
Askep Tb paru,Askep Tb paru,
Askep Tb paru,
 
9. penyakit ginjal dan saluran kencing
9. penyakit ginjal dan saluran kencing9. penyakit ginjal dan saluran kencing
9. penyakit ginjal dan saluran kencing
 
Askep dic
Askep dicAskep dic
Askep dic
 
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisKonsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
 
Askep husna 2 b AKPER PEMKAB MUNA
Askep husna  2 b  AKPER PEMKAB MUNA Askep husna  2 b  AKPER PEMKAB MUNA
Askep husna 2 b AKPER PEMKAB MUNA
 
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babiiJtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
Jtptunimus gdl-shanandber-5156-2-babii
 
askep intususepsi
askep intususepsiaskep intususepsi
askep intususepsi
 
Askep hirscprung AKPER PEMDA MUNA
Askep hirscprung AKPER PEMDA MUNA Askep hirscprung AKPER PEMDA MUNA
Askep hirscprung AKPER PEMDA MUNA
 
DIARE AKUT.pdf
DIARE AKUT.pdfDIARE AKUT.pdf
DIARE AKUT.pdf
 
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA
Asuhan keperawatan klien dengan appendicitis AKPER MUNA
 
Ilmu bedah kolon
Ilmu bedah kolonIlmu bedah kolon
Ilmu bedah kolon
 
Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2
 
A AKPER PEMDA MUNA
A AKPER PEMDA MUNA A AKPER PEMDA MUNA
A AKPER PEMDA MUNA
 

Recently uploaded

SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 

Recently uploaded (20)

SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 

asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEMAM TIFOID Arif RakhMAN
  • 2. DEFINISI • Nama Lain: Tifus, Typhus abdominalis, Typhoid fever, enteric fever. • Penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna, disebabkan oleh bakteri Salmonella Thyphi, dengan gejala demam selama satu minggu atau lebih dengan disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
  • 3. ETIOLOGI S. Typhi, S. Paratyphi (A,B,& C), S. Schottmuelleri, dan S. Hirschfeldii
  • 5.
  • 6. PATOFISIOLOGI • Salmonella Typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan ditelan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa. Sebagian dari Salmonella Typhi ada yang dapat masuk melalui usus halus mengadakan invaginasi ke jaringan limfoid usus halus. Kemudian Salmonella Typhi, masuk melalui folikel limpa ke saluran limpatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bakterimia. Bakterimia pertama-tama menyerang system retikulo endothelial (RES) selanjutnya akan di kolonisasi melalui saluran limfe.
  • 7. Patofisiologi • Limfe yang mengalir duktus torasikus menghantarkan organisme masuk melalui aliran darah, dari sini terjadi desminasi ke seluruh organ jauh. Sel retikulo di sumsum tulang, hati, dan limpa meamakan bakteri yang menyebar secara hematogen, yang kadang menimbulkan fokus infeksi. Organisme yang menyebar melalui darah kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ didalam tubuh seperti di sitem saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa.
  • 8. MANIFESTASI KLINIS • Demam tinggi 39°-40 °C lebih dair 7 hari dan terus meningkat • Tubuh menggigil terutama pada malam hari • Gejala gastrointestinal: Nyeri perut, kembung, mual, muntah, diare, konstipasi, hepatomegali, splenomegali, dan lidah kotor
  • 9.
  • 10. Manifestasi Klinis • Kelemahan • Denyut jantung lemah (bradikardi) • Sakit kepala • Nyeri otot • Penurunan kesadaran (delirium, apatis, somnolen, sopor bahkan koma) • Pada kasus tertentu muncul penyebaran flek merah muda (“rose spots”)
  • 11.
  • 14.
  • 15. KOMPLIKASI • Komplikasi intestinal – Perdarahan usus – Perforasi usus – Ileus paralitik • Komplikasi ekstraintetstinal – Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis. – Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau koagulasi intravaskular diseminata dan sindrom uremia hemoltilik.
  • 16. Komplikasi – Komplikasi paru: penuomonia, empiema dan peluritis. – Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis. – Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis. – Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis. – Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, mengingismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrim Guillain-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
  • 17. PEMERIKSAAN PENUNJANG • Hitung sel darah tepi: ditemukan leukopenia, limfositosis relatif dan aneosinofilia pada permulaan sakit. Mungkin terdapat anemia dan trimbositopenia pada tifoid berat. • Uji serologis: berupa uji Widal; tes TUBEX®; metode enzyme immunoassay (EIA), metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA),dan pemeriksaan dipstik.
  • 18.
  • 19.
  • 20. PENANGANAN • Istirahat bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
  • 21. • Diet dan terapi penunjang dilakukan dengan pertama memberikan bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian makanan tingkat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga perlu diberikan vitamin dan mineral untuk mendukung keadaan umum pasien.
  • 22. • Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam tipoid. Obat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin dan kotrimoksasol. Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon.
  • 23.
  • 24. • Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol , diberi ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 hari kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral, selama 14 hari.
  • 25. • Untuk kasus berat dan dengan manifestasi nerologik menonjol, diberi Deksametason dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kg BB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali pemberian.
  • 26. • Pembedahan biasanya dilakukan dalam kasus perforasi usus. Kebanyakan ahli bedah lebih suka sederhana penutupan perforasi dengan drainase peritoneum. Reseksi usus diindikasikan untuk pasien dengan perforasi ganda.
  • 27.
  • 28. DIAGNOSA KEPERAWATAN • Hipertermi b.d proses penyakit. • Defisit volume cairan b.d kehilangan volume cairan secara aktif • Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan untuk memasukan atau mencerna nutrisi oleh faktor fisiologis. • Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan.
  • 29. Hipertemia • Monitor suhu tubuh • Monitor warna & suhu kulit • Monitor tekanan darah, nadi dan RR • Monitor tingkat kesadaran • Monitor WBC, Hb, dan Hct • Monitor intake dan output • Berikan antipiretik sesuai program terapi • Kelola antibiotik sesuai program terapi • Selimuti pasien • Berikan cairan intravena • Kompres pasien pada lipat paha dan aksila • Tingkatkan sirkulasi udara • Tingkatkan intake cairan dan nutrisi • Monitor TD, nadi, suhu, & RR • Catat adanya fluktuasi tekanan darah • Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban (membrane mukosa)
  • 30. Defisit Volume cairan • ertahankan catatan intake dan output yang akurat • Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan • Monitor hasil laboratorium yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urine, albumin, total protein) • Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai 1 jam • Kolaborasi pemberian cairan IV • Monitor status nutrisi • Berikan cairan oral • Berikan penggantian nasogastrik sesuai output (50 – 100 cc/jam) • Dorong keluarga untuk membantu pasien makan • Kolaborasi dokter jika ada cairan berlebih muncul memburuk • Atur kemungkinan tranfusi • Persiapan untuk tranfusi • Pasang kateter jika perlu • Monitor intake dan out put setiap 8 jam
  • 31. Ketidakseimbangan nutrisi kurang • Kaji adanya alergi makanan • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien • Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi • Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian • Monitor adanya penurunan BB dan gula darah • Monitor l ingkungan selama makan • Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama makan • Monitor turgor kulit • Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht • Monitor mual dan muntah • Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 12) Monitor intake nutrisi • Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi • Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT atau TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan • Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan • Kelola pemberian anti emetik sesuai program terapi • Anjurkan banyak minum • Pertahankan terapi intravena line • Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan cavitas oral.
  • 32. Nyeri akut • Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi kualitas dan faktor presitipasi • Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan • Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan • Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan pencahayaan dan kebisingan • Kurangi faktor presipitasi nyeri • Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi • Ajarkan tehnik non farmakologi: nafas dalam, kompres hangat • Berikan analgetik untuk menguragi nyeri • Tingkatkan istirahat • Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan prosedur • Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali