5. Diabetes insipidus (DI) secara klinis ditandai oleh poliuria dengan urin yang
hipoosmolar dengan kandungan natrium yang rendah
Prevalensi 1 : 25.000 < 10% merupakan bentuk herediter
Laki-laki : Perempuan 60 : 40
Etiologi DI
DI Sentral/
Neurogenik
DI Nefrogenik
Polidipsia
Primer/
Psikogenik
5
6. DIABETES INSIPIDUS
SENTRAL
Terjadi pada semua umur
Frekuensi 48-78%
Penyebab destruksi atau
degenerasi neuron yang berasal
dari nukleus supraoptik dan
paraventrikuler
DI familial diturunkan secara
autosomal resesif, X-linked, dan
autosomal dominan.
Penyebab lain mutasi gen
neurophysin degenerasi sistem
neurohipofisis defisiensi AVP
Etiologi Diabetes Insipidus Sentral
Kongenital
Kelainan struktur SSP, septo-optic
dysplasia, defek midline
Herediter: Familial DI, Wolfram
Syndrome
Didapat
Trauma hipofisis
Trauma Kapitis
Tumor suprasellar (kraniofaringioma,
germinoma, makroadenoma)
Pembedahan
Kelainan vascular aneurisma serebri,
perdarahan intracranial
Penyakit infiltrative/ inflamasi
Penyakit Granulomatosis
Neoplasma
Infeksi
Autoimun hipofisis
Idiopatik 6
7. Gejala defisiensi AVP muncul beberapa bulan – tahun kemudian
Terjadi perlahan (95%) ringan – berat,
Gejala klinis : poliuria, hiperosmolalitas plasma, dan polidipsi
Poliuria volume urin > 2 liter/m2/24 jam atau 150 ml/kg/24 jam saat lahir, 100-110
ml/kg/24 jam sampai usia 2 tahun, dan 40-50 ml/kg/24 jam pada anak yang lebih besar
Urin yang encer osmolalitas urin < 300 mosm/kgH2O dan BJ urin < 1,010
Polidipsi primer : peningkatan asupan cairan + jumlah cairan tubuh
penurunan plasma dan natrium menghambat sekresi AVP diuresis
meningkat
Pada neonatus : dehidrasi kronis + hipernatremia rasa haus, lemas, insomnia
Komplikasi jangka panjang ggn pertumbuhan, malnutrisi berat, retardasi
psikomotor, demam dan hematoma subdural.
Gejala lain:
Sakit kepala (tidak dapat membedakan penyebab)
Gangguan penglihatan tumor intracranial
7
9. Langkah awal : membuktikan adanya poliuria dengan
osmolalitas urin yang rendah
Langkah kedua : diferensiasi DI sentral dari DI nefrogenik dan
polidipsi primer uji haus, uji pitresin, uji larutan salin
hipertonik, atau pemeriksaan AVP plasma
Diagnosis DI sentral :
Hiperosmolalitas plasma (>300 mosm/L)
Hiperosmolalitas urin (<300 mosm/L atau rasio osmolalitas
urin/plasma <1)
Poliuria (volume urin > 4-5 ml/kg/jam selama 2 jam berturut-
turut)
9
12. Uji Haus
•Penampungan urin 24 jam
mengukur kuantitas urin dan
osmolalitas urin
•BJ urin pertama pagi hari
kapasitas pemekatan urin
maksimal secara kasar
•Uji haus kemampuan pemekatan
urin ginjal
• DI bila peningkatan > 10 mosm/L
diatas nilai normal + BJ urin <
1,010 setelah uji haus
Uji Pitressin
•Dilakukan setelah uji haus DI (+)
•Untuk membedakan ketiga jenis DI
•Berikan DDAVP (intranasal) 5 mcg
utk neonatus, 10 mcg utk bayi, dan
20 mcg utk anak
•DI sentral peningkatan
osmolalitas > 450 mosm/kgH2O
atau > 200% dibanding basal
•DI nefrogenik osmolalitas urin
< 200 mosm/kg
•Polidipsi psikogenik osmolalitas
serum rendah + urin hipoosmalar
•Defisiensi/insensitivitas
vasopresin osmolalitas serum
tinggi + kadar gula darah normal
+ konsentrasi ureum normal
12
13. Rawat inap
Asupan cairan per oral adekuat mengganti jumlah cairan yang hilang
Dehidrasi rehidrasi sesuai tingkat dehidrasi.
Bila kadar Na > 150 mEq/L maka rehidrasi lambat (48 jam).
Bila Na > 170 mEq/L pindah ke PICU.
Penurunan kadar serum Na tidak boleh > 12 mEq/L per hari mencegah kerusakan
permanen SSP
Hipernatremi sedang (150-169 mEq/L)
Oral beberapa cairan rehidrasi oral mengandung natrium sekitar 45-90 mEq/L
Intravena gunakan cairan D5:NaCl 0,45% atau D5:NaCl 0,9% (tambahkan kebutuhan
rumatan kalium apabila diuresis sudah normal)
Kebutuhan cairan (X mL) = cairan rumatan + (volume kehilangan cairan/2)
Kecepatan pemberian cairan (mL/jam) + X mL/24 jam
Catatan : hipernatremia kronis (> 5 hari) koreksi lebih lambat, balans cairan, periksa
kadar kasium dan gula darah, kurangi cairan infus sebanyak 20% bila Na turun > 1
mEq/L per jam, dan lakukan pencitraan SSP (bila ensefalopati konsul neurologi)
14
14. Hipernatremi berat (> 170 mEq/L)
Pindahkan pasien ke PICU
Gunakan cairan D5%: NaCl 0,9% dengan kecepatan pemberian diperhitungkan untuk
72-96 jam
Kebutuhan cairan (X mL) + cairan rumatan + (volume kehilangan cairan/3)
Kecepatan pemberian cairan (mL/jam) = X mL/24 jam
DDAVP (Desamino-arginine vasopressin) terapi pilihan DI sentral.
Pemberian intranasal (pilihan utama) 2,5 mcg – 20 mcg setiap 12-24 jam
Obat-obatan lain : chlorpropamide (menurunkan poliuria 50-75%), clofibrate, dan
diuretik thiazide (mengurangi diuresis sebanyak 50% atau lebih apabila disertai
restriksi garam 2-3 mg/kg/hari)
15
15. Fenomena klasik trifasik
1. Fase inisial : terjadi DI 2-8 hari karena neuron yang rusak
2. Fase pseudo-remisi : gejala DI mereda 1-21 hari karena neuron mengeluarkan
sisa-sisa AVR
3. Fase permanen : semua neuron rusak DI permanen, bila sebagian DI
transien, dan bila sedikit yang rusak maka dapat sembuh total
Harapan hidup jangka panjang DI bergantung pada faktor penyebab sangat baik
bila dapat didiagnosis dini dan terapi desmopressin yang tepat
16
16. DIABETES INSIPIDUS
NEFROGENIK
Diabetes insipidus nefrogenik (NDI) secara klinis ditandai oleh
ketidakmampuan memekatkan urin walaupun kadar Arginin-Vasopressin
(AVP) normal
Etiologi NDI diklasifikasi sebagai NDI kongenital dan NDI didapat
NDI kongenital jarang sekali ditemukan, gejala klinis timbul sejak hari-hari
pertama kehidupan
X-Unfeed NDI tersering. Gejala klinis berat pada anak lelaki. Setiap anak perempuan
akan menurunkan kepada anak laki-lakinya.
Autosomal Resesif kelainan gen aquaporin
Autosomal Dominan 1% kasus
NDI didapat (Acquired)
Jarang ditemukan pada anak
Penyebab pemakaian obat-obatan tertentu (lithium, demeclocycline, amphotericin B,
diphenmylhidantoin), PGK, Hipokalemia, hiperkalsemia, anemia sickle cell (carrier),
deprivasi protein atau diet rendah garam berlebihan kronis
17
17. Gejala klinis : poliuria dan polidipsi, disertai dehidrasi hipertonik
Dehidrasi hipertonik mempengaruhi perkembangan SSP
Hidronefrosis dan hidroureter produksi cairan yang berlebihan akibat
pelebaran saluran kemih.
Pencitraan mendeteksi kelainan struktural saluran kemih
18
18. Tujuan : reduksi poliuria untuk mencegah dehidrasi dan
hipernatremia mencegah komplikasi dini maupun lanjut
Obat-obatan :
Prostaglandin inhibitor
mengurangi hantaran solut ke tubulus distal ginjal sehingga mengurangi
volume urin dan meningkatkan osmolalitas urin
Indometasin 1,5 – 2,5 mg/kg/hari dalam 3 dosis
Thiazide diuretik pertama hidroklortiazid 2 – 3
mg/kg/hari (2x/hari)
Amiloride kalium sparing diuretik 0,2 – 0,3 mg/kg/hari
(tunggal atau 2x/hari)
19
21. Cerebral salt wasting syndrome (CSW)
hipoosmolalitas plasma dengan
hiperosmolalitas urin (rasio osmolalitas urin
: plasma > 1), hiponatremia, dan natrium
urin > 20 mEq/L
Diagnosis banding utama SIADH
Insiden CSW > SIADH pada anak dengan
gangguan susunan saraf pusat.
CSW dapat terjadi tanpa adanya penyakit
serebral
Poliuria pada CSW dapat menyebabkan
dehidrasi, berbeda dengan SIADH
(hipervolemia)
ETIOLOGI
■ Perdarahan
subarachnoid
■ Trauma kepala
■ Neoplasma intrakranial
■ Neoplasma metastatik
■ Infeksi atau meningitis
carsinomatous
■ Ensefalitis
■ Operasi SSP
22
22. 1. Faktor Natriuretik
Adanya peptida yang menyebabkan terjadinya
natriuresis atrial natriuretic factor (ANF) dan
brain natriuretic factor (BNF) menghambat
reabsorpsi natrium di medula duktus koligentes,
namun kadar kalium normal karena pusat
reabsorpsi kalium lebih proksimal
2. Sistem saraf otonom
Sistem saraf simpatis mengatur metabolisme
cairan dan natrium di nefron serta berperan pada
sekresi renin
Jika penurunan hambatan reabsorbsi dari
natrium di ginjal,
23
23. Tujuan : mengatasi dehidrasi dan menormalkan kadar natrium serum
Tatalaksana penyakit primer
Rehidrasi mempertahankan balans cairan positif (NaCl 0,9% atau koloid)
Atasi hiponatremia :
Garam per oral atau cairan hipertonik (NaCl 3%)
Natrium target 130 mEq/L koreksi tidak melebihi 1 mmol/L per jam
Fludrocortisone 0,1 -1 mg/hari merangsang reabsorspsi natrium dan air di tubulus distal
meningkatkan volume eksternal
Pemantauan ketat tanda vital, status dehidrasi, balans diuresis, kadar natrium
Lama terapi : tergantung perjalanan klinis hiponatremia dan patologi yang mendasari
24
25. Syndrome of inappropriate anti-diurertic
hormone secretion (SIADH) penyebab
tersering hiponatremia plasma
Pada SIADH terjadi peningkatan sekresi AVP
tanpa adanya pemicu fisiologis sekresi AVP
retensi cairan bebas tubuh, namun hanya 1/3
berada dalam cairan ekstraseluler (tidak
ditemukan gejala klinis edema perifer)
reabsorpsi natrium di tubulus proksimal
berkurang eksresi natrium di urin
meningkat
Sekresi ADH berlebihan peningkatan
permeabilitas air retensi air
Ekspansi volume dan vasodilatasi
peningkatan laju filtrasi glomerular 26
26. Tipe A
• Tipe
terbanyak
• Disosiasi
osmolaritas
serum dengan
sekresi AVP
Tipe B
• 1/3 kasus
• basal AVP
normal
namun
ambang
stimulasi
sekresi AVP
terjadi pada
osmolalitas
plasma yang
rendah
Tipe C
• 20% kasus
• Reset osmotat
Tipe D
• Ketidakmamp
uan
mengencerka
n urine walau
tidak ada AVP
• Terjadi
karena
mutasi gen
aquaretik
27
27. Hiponatemia (<120 mEq/L)
risiko tinggi gangguan SSP
edem serebri
Pencitraan
Foto Thorax
CT Scan/MRI Kepala mencari
etiologi/ mendeteksi komplikasi
28
28. Ditentukan oleh : gejala klinis yang ada, kadar serum natrium, progresifitas
terjadinya hiponatremia, dan etiologinya
Terapi SIADH dan koreksi cepat hiponatremia tergantung :
Derajat hiponatremia
Apakah pasien simptomatik
Apakah sindrom akut (< 48 jam) atau kronik (durasi tidak diketahui dan
asimptomatik)
Osmolalitas urin dan klirens kreatinin
29
29. 1. Tatalaksana penyakit primer atau etiologi
2. Restriksi cairan hingga 75% dari kebutuhan rumatan harian
3. Atasi hiponatremia
a. Pemberian diet garam normal
b. Simptomatis bila kadar Na < 120 mEq/L berikan NaCl 3% dikombinasikan dengan
furosemid hinga Na 125-130 mEq/L. Berikan IV 1-2 mL/kg/jam (0,5-1 mmol/kg/jam)
selama 2 – 3 jam
4. Medikamentosa
a. Diuretik loop (furosemid) apabila ekspansi cairan bebas sangat besar
b. Demeclocycline
Apabila SIADH menetap > 1 bulan, tidak responsif terhadap restriksi cairan, asupan natrium, dan
pemakaian diuretic. Dosis 3 – 6 mg/kg/dosis (2-4 x/hari), lalu diturunkan setelah terjadi penurunan
osmolalitas urin
c. Antagonis AVR (Vaptan)
Meningkatkan ekskresi cairan bebas dan meningkatkan natrium serum digunakan pada
hiponatremia isovolemik dan hipervolemik. Dosis : 20 mg inisial IV, rumatan 20 – 40 mg/hari
selama 4 hari
30
30. Penanda Biokimia SIADH CSWs
Vol. cairan ekstraseluler Normal s/d tinggi Rendah
Sodium urin > 40 mEq/ L > 40 mEq/ L
Asam urat Rendah Rendah
Ekskresi fraksional urat awal Tinggi Tinggi
Ekskresi fraksional urat pasca
koreksi
Normal Tinggi
Osmolalitas urin Tinggi Tinggi
Osmolalitas serum Rendah Rendah
Kadar urea nitrogen/ kreatinin darah Rendah s/d normal Tinggi
Kalium serum Normal Normal s/d tinggi
Tekanan vena sentral Normal s/d tinggi Rendah
Pulmonary capillary wedge pressure Normal s/d tinggi Rendah
Kadar BNP (Brain Natriuretic
peptide)
Normal Tinggi
Terapi Retriksi cairan Cairan &/
31