Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Kti la ode ili
1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. C DENGAN GANGGUAN
SISITEM PENCERNAAN : SIROSIS HEPATIS DI RUANGAN
FRESIA LANTAI II RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
DISUSUN OLEH :
LA ODE ILI
NIM : 13.13.1110
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. C DENGAN GANGGUAN
SISITEM PENCERNAAN : SIROSIS HEPATIS DI RUANGAN
FRESIA LANTAI II RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
DISUSUN OLEH :
LA ODE ILI
NIM : 13.13.1110
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. C DENGAN GANGGUAN
SISITEM PENCERNAAN : SIROSIS HEPATIS DI RUANGAN
FRESIA LANTAI II RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
DISUSUN OLEH :
LA ODE ILI
NIM : 13.13.1110
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
2. ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul :
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. C. Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan : Sirosis Hepatis di Ruangan Fresia Lantai II Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan dewan
penguji.
Raha, 27 Juni 2016
Pembimbing
MUSRIANI, S.Kep., Ns,. M.Kes
NIP. 19871123 201101 2 019
Mengetahui :
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns., M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
3. ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:
“Asuhan Keperawatan Pada An. S Usia Toddler (1 Tahun 2 Bulan) Dengan
Infeksi Saluran Kemih (ISK) Di Ruang Kenanga I Rumah Sakit Umum Pusat
dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan dewan
penguji.
Raha, 30 Juni 2016
Pembimbing
MUSRIANI, S.Kep., Ns, M.Kes
NIP.19871123 201101 2 019
Mengetahui :
Direktur Akper Pemkab Muna
Ns. S A N T H Y, S. Kep., M.Kep
NIP.19800212 200312 2 006
4. iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 30 Juni 2016
Dewan Penguji
1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)
2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 30 Juni 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
Ns. S A N T H Y, S. Kep., M.Kep
NIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 30 Juni 2016
Dewan Penguji
1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)
2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 30 Juni 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
Ns. S A N T H Y, S. Kep., M.Kep
NIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 30 Juni 2016
Dewan Penguji
1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)
2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 30 Juni 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
Ns. S A N T H Y, S. Kep., M.Kep
NIP.19800212 200312 2 006
5. iv
ABSTRAK
Latar belakang, Menurut catatan medical record Ruang Kenanga I Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin Bandung periode Januari – Desember 2015 kasus Infeksi Saluran Kemih diderita oleh
empat orang dan Januari – Maret 2016 diderita hanya satu orang tetapi mengingat dampak yang akan
ditimbulkan dimasa yang akan datang maka masalah ISK sangat memerlukan perhatian dan
penatalaksanaan yang sangat komprehensapatngif dan intensif bagi tenaga kesehatan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan.
Tujuan, Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang
jelas dan nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan Infeksi Saluran Kemih
dengan pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Metode Telaahan, Metode yang digunakan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini yaitu metode
analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan dengan tehnik
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi kepustakan dan
pemeriksaan fisik.
Hasil, Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien An. S mulai tanggal 01 – 03 Maret 2016 di
Ruang Kenanga I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung ditemukan lima diagnosa
keperawatan yaitu, hipertermia, nyeri akut, gangguan pola eliminasi urine, ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan ansietas orang tua. Setelah dilakukan evaluasi selama tiga
hari dari lima diagnosa keperawatan atau masalah yang ditemukan, hanya terdapat tiga masalah yang
teratasi, tetapi dua masalah keperawatan yang lain sudah menunjukan perubahan yang baik. Hal ini
terjadi karena beberapa masalah keperawatan membutuhkan waktu yang berbeda-beda dalam proses
penyembuhan.
Kesimpulan, Dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak usia toddler dengan infeksi saluran
kemih perawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan meningkatkan frekuensi
kontak dengan klien serta dalam melaksanakan asuhan keperawatan diperlukan adanya
pendokumentasian yang dicatat dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yang
baik dengan tim kesehatan lainnya.
6. v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Karya tulis ini berjudul “Asuhan Keperawatan An. S Usia Toddler (1 Tahun 2
Bulan) Dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) Di Ruang Kenanga I Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung” disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akper Pemkab
Muna.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sangat mendalam kepada :
1. Ibu dr. Ayi Djembarani, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan waktu dan
kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan
di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akper Pemkab Muna sekaligus
sebagai pembimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, yang telah
meluangkan waktunya, tenaga dan pikiranya dalam memberikan petunjuk dan
mengarahkan penulis mulai dari pertama penulisan sampai selesai dengan baik,
serta telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
pada Akper Pemkab Muna.
3. Ibu Rustila, AMK selaku penguji lahan praktek beserta perawat di Ruang
Kenanga I yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama melakukan
Asuhan Keperawatan dalam pengambilan kasus.
4. Ibu Harnia, S.Kep., Ns selaku penguji institusi ujian praktek di Ruang Kenanga
I Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis selama melaksanakan asuhan keperawatan kepada
klien selama pelaksanaan ujian praktek.
5. Ibu Musriani, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah pada
Ujian Akhir Program Praktek Klinik Keperawatan Bandung yang telah banyak
7. vi
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan
mengarahkan penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
6. Kepala Ruangan, CI Ruangan, Perawat serta Staf di Ruang Kenanga I Rumah
Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan petunjuk
dan nasehat serta kerja sama dalam melaksanakan asuhan keperawatan di
ruangan yang dipimpinnya.
7. Seluruh Staf dan Dosen Akper Pemkab Muna yang telah memberikan dukungan
dan bantuan serta kerja sama dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. An. S beserta keluarganya yang telah senang hati menerima penulis untuk
mengadakan studi kasus berupa pelaksanaan asuhan keperawatan dalam rangka
menyusun Karya Tulis Ilmiah.
9. Orang tuaku tercinta Ayahanda Musidin dan Ibunda Sitti Ima, saudaraku La
Baitu, La Rijani, Satma serta seluruh keluargaku yang telah memberikan do’a,
motivasi, harapan, dan dorongan baik moril maupun materil yang sangat berarti
selama mengikuti pendidikan pada Akper Pemkab Muna hingga selesai.
10. Sahabat-sahabatku, rekan-rekan mahasiswa Akper Pemkab Muna angkatan XII
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan
motivasinya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya. Olehnya itu, penulis
mengharapkan adanya masukan, baik kritik ataupun saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga bermanfaat bagi
dunia keperawatan, amin.
Raha, 30 Juni 2016
Penulis
8. vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
ABSTRAK ................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
DAFTAR BAGAN .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................
B. Ruang Lingkup Pembahasan .............................................
C. Tujuan Penulisan................................................................
D. Manfaat Penulisan..............................................................
E. Metode Telaahan ...............................................................
F. Waktu Pelaksanan .............................................................
G. Tempat Pelaksanan ...........................................................
H. Sistematika Telaahan ........................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK USIA TODDLER DENGAN INFEKSI SALURAN
KEMIH (ISK)
A. Konsep Dasar .................................................................... 9
1. Pengertian ................................................................... 9
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan.................. 10
3. Etiologi ........................................................................ 17
4. Patofisiologi .................................................................
5. Tanda dan Gejala..........................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xi
xii
1
3
3
4
5
6
6
6
8
8
9
12
12
13
9. viii
6. Pemeriksaan Penunjang ............................................... 23
7. Penatalaksanaan Medis................................................. 25
8. Komplikasi.................................................................... 32
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan .............. 35
1. Pengkajian.................................................................... 35
2. Diagnosa Keperawatan .............................................. 50
3. Perencanaan ................................................................ 51
4. Implementasi ............................................................... 61
5. Evaluasi .......................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus................................................................... 63
1. Pengkajian ................................................................... 63
2. Diagnosa Keperawatan ............................................... 81
3. Rencana Tindakan Keperawatan ................................. 84
4. Implementasi dan Evaluasi ......................................... 88
5. Catatan Perkembangan................................................. 92
B. Pembahasan ....................................................................... 102
1. Pengkajian ................................................................... 102
2. Diagnosa Keperawatan................................................ 114
3. Perencanaan................................................................. 117
4. Implementasi............................................................... 118
5. Evaluasi.......................................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ........................................................................ 122
B. Rekomendasi......................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
14
14
15
15
15
34
35
38
38
40
40
56
58
61
64
68
68
69
71
72
74
76
78
10. ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15.
Tabel 16.
Tabel 17.
10 Penyakit Terbesar di Ruang Kenanga I RSUP dr. Hasan
Sadikin Bandung Periode Bulan Januari-Desember 2015 dan
Periode Bulan Januari-Februari 2016 .....................................
Berat Badan terhadap Tinggi Badan Anak Usia 0-2 Tahun ...
Glasgow Coma Scale (GCS) ..................................................
Perencanaan Kekurangan Volume Cairan ..............................
Perencanaan Hipertermi .........................................................
Perencanaan Nyeri Akut..........................................................
Perencanaan Retensi Urine .....................................................
Perencanaan Gangguan Eliminasi Urine ................................
Perencanaan Resiko Infeksi ....................................................
Riwayat Imunisasi ..................................................................
Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahap Usia sampai dengan
Pola Nutrisi Saat Ini ...............................................................
Pola Aktivitas Sehari-Hari ......................................................
Hasil Pemeriksaan Laboratorium ...........................................
Analisa Data ...........................................................................
Rencana Tindakan Keperawatan ............................................
Implementasi dan Evaluasi .....................................................
Catatan Perkembangan ...........................................................
2
24
28
35
36
36
37
37
38
44
46
50
51
54
58
61
64
13. xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 2 : Materi
Lampiran 3 : Leaflet
Lampiran 4 : Lembar Konsul
Lampiran 5 : Riwayat Hidup
14. iv
ABSTRAK
Latar Belakang, berdasarkan hasil medical record di Ruang Fresia Lantai II Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari sampai dengan Desember 2015 dan Januari
sampai dengan Februari 2016 pasien dengan Sirosis Hepatis menempati urutan ketujuh dengan
jumlah penderita 59 orang (5,49%).
Tujuan penulisan, dari Karya Tulis Ilmiah ini untuk dapat memperoleh gambaran yang jelas dan
pengalaman secara nyata dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan
sistem pencernaan Sirosis Hepatis yang komprehensif mencakup bio, psiko, sosial dan spiritual
berdasarkan ilmu & kiat keperawatan.
Metode telaahan, yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang berbentuk studi kasus
dengan berdasarkan pendekatan suatu proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Hasil, setelah 4 hari di laksanakan tindakan keperawatan di mulai dari tanggal 19 sampai dengan
22 Februari 2016, dari hasil pengkajian didapatkan ada 5 diagnosa keperawatan yaitu Kelebihan
volume cairan, gangguan perfusi jaringan, nyeri akut, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan
intoleransi aktivitas. Dari 5 diagnosa tersebut ada 1 masalah yang teratasi yaitu : Nyeri akut,
sedangkan 4 diagnosa belum teratasi yaitu : kelebihan volume cairan, ganggauan perfusi jaringan,
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan intoleransi aktivitas namun sudah menunjukan kemajuan.
Hal ini terjadi karena beberapa masalah keperawatan membutuhkan waktu yang berbeda - beda
dalam proses penyembuhan.
Kesimpulan, tercapainya penyembuhan dari penyakit diperlukan evaluasi secara berkelanjutan
dan terarah dengan adanya catatan perkembangan serta pengelolaan asuhan keperawatan dengan
pendekatan proses keperawatan yang komprehensif serta kerja sama antara perawat, klien, orang
tua, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
15. v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya .
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. C.
Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Sirosis Hepatis Di Ruangan Fresia Lantai
II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung” disusun sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan
pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna.
Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan baik dalam moril maupun material dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sangat mendalam kepada:
1. Ibu dr. Hj. Ayi Djembarsari, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung beserta staf yang telah memberikan
waktu dan kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian Praktek Klinik
Keperawatan pada Rumah Sakit yang dipimpinnya
2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Direkrur Akper Pemkab Muna yang
telah memberikan waktu dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan pada Akper Pemkab Muna.
3. Ibu Nining, S.Kp., Ns, selaku CI Lahan dan Penguji praktek di Ruangan
Fresia Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
4. Bapak Yataba, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku CI Institusi dan penguji dalam
pelaksanakan ujian praktek di Ruang Fresia Lantai II RSUP dr. Hasan
Sadikin Bandung
5. Ibu Musriani, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku pembimbing dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran
sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya .
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. C.
Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Sirosis Hepatis Di Ruangan Fresia Lantai
II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung” disusun sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan
pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna.
Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan baik dalam moril maupun material dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sangat mendalam kepada:
1. Ibu dr. Hj. Ayi Djembarsari, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung beserta staf yang telah memberikan
waktu dan kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian Praktek Klinik
Keperawatan pada Rumah Sakit yang dipimpinnya
2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Direkrur Akper Pemkab Muna yang
telah memberikan waktu dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan pada Akper Pemkab Muna.
3. Ibu Nining, S.Kp., Ns, selaku CI Lahan dan Penguji praktek di Ruangan
Fresia Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
4. Bapak Yataba, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku CI Institusi dan penguji dalam
pelaksanakan ujian praktek di Ruang Fresia Lantai II RSUP dr. Hasan
Sadikin Bandung
5. Ibu Musriani, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku pembimbing dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran
sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya .
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. C.
Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Sirosis Hepatis Di Ruangan Fresia Lantai
II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung” disusun sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan
pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna.
Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan baik dalam moril maupun material dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sangat mendalam kepada:
1. Ibu dr. Hj. Ayi Djembarsari, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung beserta staf yang telah memberikan
waktu dan kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian Praktek Klinik
Keperawatan pada Rumah Sakit yang dipimpinnya
2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Direkrur Akper Pemkab Muna yang
telah memberikan waktu dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan pada Akper Pemkab Muna.
3. Ibu Nining, S.Kp., Ns, selaku CI Lahan dan Penguji praktek di Ruangan
Fresia Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
4. Bapak Yataba, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku CI Institusi dan penguji dalam
pelaksanakan ujian praktek di Ruang Fresia Lantai II RSUP dr. Hasan
Sadikin Bandung
5. Ibu Musriani, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku pembimbing dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran
sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
16. vi
6. Kepala Ruangan, CI Ruangan, Perawat serta Staf di Ruangan Fresia Lantai II
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah
memberikan petunjuk dan nasehat serta kerja samanya dalam melaksanakan
asuhan keperawatan di ruangan yang dipimpinnya,
7. Seluruh Dosen dan Staf Akper Pemkab Muna yang telah memberikan
dukungan dan bantuan serta kerja sama dalam proses penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
8. Istri Klien Tn. C yang telah bersedia dan kerja sama menerima penulis untuk
mengadakan studi kasus berupa pelaksanaan asuhan keperawatan.
9. Teristimewa kepada kedua orang tuaku serta saudara-saudaraku yang
tersayang dan tercinta serta seluruh keluarga yang tidak putus-putusnya
memberikan cinta, kasih sayang, do’a, motivasi, harapan, semangat dan
dorongan baik moril maupun materi selama mengikuti pendidikan hingga
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa Akper Pemkab Muna Angkatan XIII yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan motivasinya
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Semua pihak yang telah memberikan banyak bantuan yang tidak dapat
disebut satu persatu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
banyak kekurangan baik dalam segi penulisan maupun isinya. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan adanya masukan, baik kritik maupun saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi
manfaat bagi penulis, profesi keperawatan dan pembaca pada umumnya, kiranya
Allah SWT meridhoi segala aktivitas kita untuk kemaslahatan. Amin.
Raha, Juni 2016
Penulis
17. vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
ABSTRAK ...............................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
DAFTAR TABEL .....................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
DAFTAR BAGAN .................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
MOTTO .....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Ruang Lingkup Pembahasan ..............................................................
C. Tujuan ..................................................................................................
D. Manfaat Penulisan ................................................................................
E. Metode Telaahan .................................................................................
F. Waktu Pelaksanaan ..............................................................................
G. Tempat Pelaksanaan ............................................................................
H. Sistematika Penulisan .........................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN SIROSIS HEPATIS
A. Konsep Dasar.......................................................................................
1. Pengertian .......................................................................................
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan ....................................
3. Etiologi ..........................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
x
xi
xii
xiii
xiv
1
4
4
5
6
7
7
8
10
10
11
27
18. viii
4. Patofisiologi ...................................................................................
5. Tanda dan Gejala ...........................................................................
6. Pemeriksaan Penunjang .................................................................
7. Penatalaksanaan Medik ..................................................................
8. Komplikasi ......................................................................................
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan ...............................
1. Pengkajian .......................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan ..................................................................
3. Intervensi dan Rasional ..................................................................
4. Implementasi ..................................................................................
5. Evaluasi ...........................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ...................................................................................
1. Pengkajian .......................................................................................
a. Pengumpulan data ......................................................................
b. Klasifikasi data ...........................................................................
c. Analisa data ................................................................................
d. Prioritas masalah ........................................................................
2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................
3. Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................
4. Implementasi dan Evaluasi ............................................................
5. Catatan Perkembangan ....................................................................
B. Pembahasan ..........................................................................................
1. Pengkajian .......................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................
3. Perencanaan .....................................................................................
4. Implementasi ...................................................................................
5. Evaluasi ..........................................................................................
.
29
31
32
32
32
35
35
47
49
55
56
57
57
57
68
69
71
71
73
76
79
84
84
85
87
88
89
19. ix
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Rekomendasi ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
90
92
20. x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15.
Tabel 16.
Tabel 17.
Tabel 18.
Distribusi 10 penyakit terbesar diruangan Fresia lantai II RS. dr.
Hasan Badikin Bandung ................................................................
Pemeriksaan diagnostik pada sirios hepatis ...................................
Intervensi dan Rasional Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh .....
Intervensi dan Rasional Kelebuhan volume cairan .......................
Intervensi dan Rasional Kerusakan intregitas kulit........................
Intervensi dan Rasional Pola Napas tidak efektif...........................
Intervensi dan Rasional Resiko tinggi terhadap cidera .................
Intervensi dan Rasional Resiko perubahan proses berpikir ...........
Intervensi dan Rasional Gangguan Harga/Citra Tubuh.................
Intervensi dan Rasional Kurang Pengetahuan ...............................
Pola aktivitas sehari-hari ...............................................................
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 18 Februari 2016 ..................
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 19 Februari 2016 ..................
Terapi Pengobatan .........................................................................
Analisa Data ..................................................................................
Rencana Asuhan Keperawatan .....................................................
Implementasi dan evaluasi ............................................................
Catatan Perkembangan ..................................................................
3
45
49
50
51
52
52
53
54
55
65
67
67
68
69
73
76
79
23. xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Penyuluhan
Lampiran 2 : Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 3 : Materi Penyuluhan
Lampiran 4 : Leaflet
Lampiran 5 : Lembar konsultasi
24. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO tahun 2002 memperkirakan 783.000 pasien di dunia meninggal
akibat sirosis hati. Sirosis hati paling banyak disebabkan oleh penyalahgunaan
alkohol dan infeksi virus hepatitis. Di Indonesia sirosis hati banyak
dihubungkan dengan infeksi virus hepatitis B dan C karena penyalahgunaan
alkohol lebih jarang terjadi dibandingkan negara-negara barat. Sekitar 57%,
pasien sirosis hati terinfeksi hepatitis B atau C (Perz JF dkk, 2006). Penelitian
oleh Jang di Korea menyatakan bahwa sirosis hati adalah salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas di Korea dan menduduki urutan ke-8 penyebab
kematian tahun 2007 (Jang, JW. 2009). South East Asia Regional Office
(SEARO) tahun 2011 melaporkan sekitar 5,6 juta orang di Asia Tenggara
adalah pembawa hepatitis B, sedangkan sekitar 480.000 orang pembawa
hepatitis C (Wahyudo, 2014).
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta
25. 2
kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode
sebelumnya. Untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan harus
didukung oleh pelayanan kesehatan yang komprehensif, termasuk pelayanan
keperawatan (KemenKes RI, 2015).
Proses globalisasi menimbulkan transformasi komunikasi dan informasi
di berbagai kawasan dunia yang memberikan dampak terhadap perubahan
nilai-nilai budaya. Keadaan ini membutuhkan kemampuan penyesuaian dan
mengatasi masalah yang tinggi, serta dukungan lingkungan yang kondusif
untuk berkembangnya nilai-nilai sosial dan budaya yang tanggap terhadap
berbagai perubahan. Masalah psikososial yang sering muncul di masyarakat
perkotaan, yaitu; stres dan depresi, ansietas, konflik/kekerasan, risiko bunuh
diri serta ketergantungan terhadap NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif lainnya) (Depkes, 2011). Salah satu perubahan gaya hidup dan masalah
psikososial yang muncul adalah ketergantungan terhadap alkohol. Konsumsi
alkohol kronis dapat memberikan dampak bagi psikologis seseorang dan juga
menggangu kesehatan yang dapat mengakibatkan penyakit hati, kanker, dan
bahkan mengancam jiwa (Agustin, 2013).
Di Indonesia data prevalensi sirosis hepatis belum ada. Di RS Sardjito
Yogyakarta jumlah pasien sirosis hepatis berkisar 4,1% dari pasien yang
dirawat di Bagian Penyakit Dalam, dalam kurun waktu 1 tahun (data tahun
2004). Lebih dari 40% pasien sirosis adalah asimptomatis sering tanpa gejala
sehingga kadang ditemukan pada waktu pasien melakukan pemeriksaan rutin
atau karena penyakit yang lain (Wahyudo, 2014).
26. 3
Berdasarkan medical record Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung di Ruang Fresia Lantai II selama 1 tahun 2 bulan yaitu dari
Januari sampai dengan Desember 2015 dan Januari sampai dengan Februari
2016, ada sepuluh kasus terbanyak yaitu dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 1 : Distribusi Kasus Sepuluh Penyakit Terbesar di Ruangan Fresia Lantai II
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari
Sampai Desember 2015 dan Januari Sampai Dengan Februari 2016.
No. Jenis penyakit Jumlah %
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Chemotherapy session for neoplasma
End – stage renal failure
Other pneumonia, organism unspecified
Other prophylactic chemoteraphy
Malignant neoplasm of broncus or lung ,
unsspecified
Artherosclerotic heart disease
Other dan unspecified cirroshis of liver
Dengue haemorrhage fever
Systemic lupus erythemathosus with organ or
system involvoment
Hypertensive heart disease with (congestive) heart
failure
465
98
94
86
72
63
59
51
43
43
43,29
9.12
8,75
8,00
6,70
5,86
5,49
4.74
4,00
4,00
Jumlah 1074 100
Sumber: Rekam Medik Ruangan Fresia Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung.
Tabel 1 menunjukan presentase sepuluh penyakit terbesar dari pasien
yang dirawat di Ruangan Fresia lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung, Sirosis Hepatis menduduki posisi ke tujuh dengan jumlah 59
(5,49). Hal ini menunjukan angka kejadian Sirosis Hepatis masih tinggi yang
mana masih memerlukan penangan yang serius.
27. 4
Berdasarkan uraian diatas dan mengingat dampak yang ditimbulkan pada
klien, maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “
Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. C. dengan Gangguan Sistem
Pencernaan : Sirosis Hepatis di Ruang Fresia Lantai II Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sandikin Bandung”.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis membatasi permasalahan
yang dibahas yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. C. dengan
Gangguan Sistem Pencernaan : Sirosis Hepatis di Ruang Fresia Lantai II
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sandikin Bandung”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan gangguan sistem
pencernaan : Sirosis Hepatis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian terhadap klien dengan gangguan sistem
pencernaan secara komprehensif meliputi aspek bio, psiko, sosial,
spiritual, yang dimulai dengan pengumpulan data, analisa data dan
diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah yang dihadapi oleh
klien dengan Sirosis Hepatis.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Sirosis
Hepatis.
28. 5
c. Mampu membuat perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
Sirosis Hepatis.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan
yang telah ditentukan.
e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dikerjakan pada
klien dengan Sirosis Hepatis.
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Sirosis Hepatis dalam bentuk karya tulis.
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Rumah Sakit
Sebagai pedoman dan petunjuk bagi tenaga perawat di ruangan dalam
penerapan asuhan keperawatan khususnya klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan : Sirosis Hepatis dan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan.
2. Untuk Institusi
Sebagai bahan bacaan ilmiah ataupun sebagai kerangka perbandingan
dalam mengembangkan ilmu keperawatan dan upayah yang
mengindikasikan ilmu keperawatan dan upaya yang mengindikasikan
penyempurnaan cara asuhan keperawatan yang sudah ada dan yang
diterapkan saat ini khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan
Gangguan Sistem Pencernaan : Sirosis Hepatis.
29. 6
3. Untuk Profesi
Sebagai bahan pembanding bagi studi kasus selanjutnya dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien khususnya yang berkaitan dengan kasus
Gangguan sistem Pencernaan : Sirosis Hepatis.
4. Untuk Penulis
Merupakan salah satu pengalaman berharga dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan serta menerapkan ilmu yang diperoleh selama
mengikuti pendidikan khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan Gangguan Sitem Pencrnaan : Sirosis Hepatis.
E. Metode Telaahan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun karya Tulis
Ilmiah ini adalah metode analisis deskriptif yang berbentuk studi kasus
dengan berdasarkan pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Adapun Tehnik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data
pada karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga klien serta
tenaga kesehatan lain untuk memperoleh informasi yang akurat yang
mendukung terhadap adanya masalah pada anak.
2. Observasi
Mengamati keadaan klien secara langsung yang meliputi bio, psiko, sosial,
kultural dan spiritual.
30. 7
3. Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien secara
head to toe dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi yang diaplikasikan secara persistem sehingga dapat dijadikan
data objektif yang mendukung terhadap adanya masalah pada anak.
4. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data atau informasi yang diperoleh dari buku status klien
yang meliputi catatan atau arsip dari medical record yang berhubungan
dengan perkembangan kesehatan klien pada saat itu untuk dijadikan salah
satu dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
5. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan informasi dan bahan – bahan bacaan dari berbagai buku-
buku literatur dan internet yang relevan yang dapat dipercaya untuk
mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien
(Nursalam, 2013).
F. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dimulai tanggal 19 sampai 22
Februari 2016.
G. Tempat Pelaksanaan
Asuhan keperawatan dilaksanakan di Ruang Fresia Lantai II Rumah
Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
31. 8
H. Sistematika Telaahan
Karya tulis ilmia ini disusun secara sistematik yang dijabarkan dalam 4
bab yaitu :
BAB I : Pendahuluan, bab ini terdiri dari latar belakang, ruang
lingkup, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode telaahan,
waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan, dan sistematika
telaahan.
BAB II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Pencernaan : Sirosis Hepatis. Bab ini
terdiri dari Konsep Dasar yang meliputi pengertian, anatomi
dan fisiologi sistem pencernaan, etiologi, patofisiologi, tanda
dan gejalah, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medik,
komplikasi, dan tinjauan teoritis tentang asuhan keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan dokumentasi
BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, bab ini terdiri dari laporan
kasus yang merupakan laporan asuhan keperawatan Pada Tn.
C. Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Sirosis Hepatis di
Ruangan Fresia Lantai II RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
dan Pembahasan yang berisikan ulasan naratif dari setiap
tahapan proses keperawatan.
32. 9
BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisikan kesimpulan
dan rekomendasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan
formulasi saran atau rekomendasi yang optimal terhadap
masalah yang ditemukan.
33. 10
BAB II
TINJAUAN TORITIS ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : SIROSIS HEPATIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium
akhir fibrosis hepatik yang berlangsung secara progresif, ditandai dengan
distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif (Nurarif
& Kusuma, 2015).
Sirosis hepatis merupakan penyakit kronis pada hepar dengan
inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan
hilangnya sebagian besar fungsi hepar (Agustin, 2013).
Penyakit hati kronis ini dicirikan dengan destrosi arsitektur hati yang
normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel
hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulator normal (Nurarif & Kusuma,
2015).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sirosis
adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung secara progresif, ditandai dengan distorsi dari
arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif sehingga
mengakibatkan hilangnya sebagian besar fungsi hepar.
34. 11
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan
a. Anatomi Sistem Pencernaan
Gambar 1. Anatomi Sistem Pencernaan
Sumber : (Smeltzer & Bare, 2002).
Saluran pencernaaan makanan merupakan saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh
dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan dan
pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari
mulut/oris sampai anus (Syaifuddin, 2006).
Secara sistematis sistem pencernaan terdiri dari sistem pencernaan
atas dan sistem pencernaan bawah.
35. 12
1) Sistem pencernaan bagian atas
a) Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang
terdiri atas dua bagian yaitu :
(1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara
gusi, gigi, bibir dan pipi.
(2) Bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisi-sisinya
oleh tulang maxilaris, palatum, mandibularis serta di sebelah
belakang bersambung dengan awal faring (Syaifuddin, 2006).
Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis, di
bawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan
lendir. Kemudian selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga
memuat banyak ujung akhir saraf sensoris. Di sebelah luar mulut
ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir
(mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris
mengangkat dan depresor anguli oris menekan ujung mulut
(Syaifuddin, 2006).
Palatum, terdiri atas 2 bagian yaitu :
(1) Palatum durun (palatum keras) yang tersusun atas tajuk- tajuk
palatum dan sebelah depan tulang maxilaris dan lebih ke
belakang terdiri dari 2 tulang palatum.
36. 13
(2) Palatum mole (palatum lunak) terletak di belakang yang
merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri
atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
Setelah makanan dicerna dimulut maka makanan tersebut
ditelan dengan gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus
dengan bantuan gigi, lidah dan kelenjar ludah melalui belakang
mulut masuk ke dalam faring (Syaifuddin, 2006).
b) Faring
Faring (tekak) merupakan penghubung antara rongga mulut
dan kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat
tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak
mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
Disini terletak persimpangan antara jalan napas dan jalan makanan,
letaknya di belakang rongga mulut dan rongga hidung, di depan
ruas tulang belakang. Keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium
(Syaifuddin, 2006).
Tekak terdiri dari bagian superior (bagian yang sama tinggi
dengan hidung), bagian media (bagian yang sama tinggi dengan
mulut), dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan
laring (Syaifuddin, 2006).
Setelah makanan masuk ke faring maka palatum lunak naik
untuk menutup nares posterior, glotis menutup oleh kontraksi otot-
37. 14
ototnya dan otot konstriktor faring menangkap makanan dan
mendorongnya masuk ke esophagus, pada saat ini pernapasan
berhenti, jika tidak maka akan tersedak (Syaifuddin, 2006).
c) Esophagus
Esophagus merupakan sebuah tabung berotot atau saluran
yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya 20-25
cm, dimulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah
lambung. Esofagus berdinding empat lapis. Lapisan dinding dari
dalam ke luar yaitu lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan
submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot
memanjang longitudinal. Esofagus terletak dibelakang trakea dan
didepan tulang punggung, setelah melalui toraks menembus
diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan
lambung (Syaifuddin, 2006).
d) Lambung
Lambung (gaster) merupakan kantong besar yang terletak di
bawah rusuk terakhir sebelah kiri. Lambung menerima makanan
dari esophagus melalui erifisium kardia dan bekerja sebagai
penimbun sementara. Lambung terdiri atas tiga bagian, yaitu
kardiak (berdekatan dengan hati) berhubungan dengan esophagus,
fundus (tengah) dan pylorus (berhubungan langsung dengan usus
halus) yang memiliki empat lapisan, yaitu Lapisan peritoneal,
Lapisan berotot, Lapisan submukosa dan Lapisan mukosa.
38. 15
Kelenjar dalam lapisan mukosa lambung mengeluarkan
sekret yaitu getah lambung. Di dalam getah lambung terdapat
beberapa enzim pencernaan penting yaitu :
(1) Pepsin berfungsi mengubah protein menjadi pepton
(2) Renin adalah membekukan susu dan membentuk kasein dan
karsinogen yang dapat larut.
(3) Lipase berfungsi untuk memecahkan lemak (Syaifuddin,
2006).
2) Sistem pencernaan bagian bawah
a) Usus halus
Usus halus atau intestinum minora adalah bagian dari sistem
pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir
pada sekum panjangnya ± 6 m merupakan saluran paling panjang
tempat proses pencernaaan dan absorbsi hasil pencenaan yang
terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa terletak sebelah
dalam, lapisan otot melingkar atau sirkuler, lapisan otot memanjang
atau longitudinal dan lapisan serosa terletak sebelah luar).
Usus halus terdiri dari :
(1) Duodenum atau usus 12 jari
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek
dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz. Duodenum panjangnya sekitar 25-30 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri. Pada duodenum
39. 16
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung
empedu. Di duodenum juga terdapat getah pankreas yang
terdiri dari 3 jenis enzim yaitu :
(a) Amilase berfungsi mencerna hidrat arang menjadi
disakarida.
(b) Lipase berfungsi memecah lemak menjadi gliserin dan
asam lemak.
(c) Tripsin mengubah protein dan pepton menjadi golongan
polipeptida (Syaifuddin, 2006).
(2) Yeyenum
Panjangnya sekitar 7 meter, dalam yeyenum berupa
membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Di dalam yeyunum,
makanan masih mengalami pencernaan secara kimiawi oleh
enzim-enzim yang dihasilkan oleh dinding usus, sehingga
menjadi bubur yang sangat lembut dan encer (Syaifuddin,
2006).
(3) Ileum
Panjang sekitar 2-4 meter dan terletak setelah duodenum
dan yeyenum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Dinding usus halus menghasilkan getah usus yang
mengandung beberapa enzim, yaitu :
40. 17
(a) Enterokinase berfungsi untuk mengubah enzim
tripsinogen yang dihasilkan pancreas menjadi tripsin.
(b) Erepsin berfungsi untuk menyempurnakan pencernaan
protein dengan mengubah polipeptida menjadi berbagai
asam amino.
(c) Intertase berfungsi untuk bekerja atas gula
(d) Lactase berfungsi untuk membelah lactose menjadi
glukosa dan galaktosa diubah menjadi glukosa dalam hati.
(e) Maltose berfungsi untuk mengubah maltose menjadi
dekstrose.
(f) Sukrosa berfungsi untuk mengubah sukrosa menjadi
monosakarida (Syaifuddin, 2006).
b) Usus besar
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1 1
/2 meter,
lebarnya 5-6 cm dan merupakan sambungan dari usus halus mulai
dari katub ilekolik atau ileoseikal yaitu tempat makanan lewat.
Reflex gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan
menimbulkan peristaltik di dalam usus besar. Reflex ini
menyebabkan defekasi atau buang air besar (Syaifuddin, 2006).
Kolon sebagai kantong yang mekar dan terdapat apendiks
vernivormis atau umbai cacing. Sekum terletak di daerah iliaka
kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Dari sini kolon naik
melalui daerah kanan lumbal yang disebut asendens. Di bawah hati,
41. 18
berbelok pada tempat yang disebut flexura hepatica, lalu berjalan
melalui tepi daerah epigastrium dan umbilical sebagai kolon
tranversum di bawah limfe ia membelok sebagai flexura sienalis
dan berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai kolon desendens.
Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut flexura
sigmoid dan dibentuk kolon sigmoid atau kolon pelvis dan
kemudian masuk ke pelvis besar menjadi rectum (Syaifuddin,
2006).
Struktur kolon terdiri atas empat lapisan dinding yang sama
seperti usus halus. Serabut longitudinal pada dinding berotot
tersusun dalam 3 jalur yang memberi rupa berkerut-kerut dan
berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus dan tidak memiliki
vili, dalamnya terdapat kelenjar serupa kelenjar tubular dalam usus
dan dilapisi oleh epithelium silinder yang memuat sel cangkir
(Syaifuddin, 2006).
Struktur rektum serupa yang ada pada kolon tepi dinding
yang berotot tebal dan membran mukosanya memuat lipatan-
lipatan membujur yang disebut kolumna morgagni. Semua ini
menyambung ke dalam saluran anus. Di dalam anus ini terdapat
otot interna. Sel-sel yang melapisi saluran anus berubah sifatnya.
Lapisan usus besar dari dalam keluar yaitu: Selaput lendir, lapisan
otot melingkar, lapisan otot memanjang dan Jaringan ikat
(Syaifuddin, 2006).
42. 19
Fungsi usus besar yaitu :
(1) Absorbsi air, garam dan lemak
(2) Sebagai populasi bakteri
(3) Defekasi (Syaifuddin, 2006).
Bagian-bagian usus besar yaitu :
(1) Sekum
Di bawah sekum terdapat Appendix vernivormis yang
berbentuk seperti cacing sehingga di sebut juga umbai cacing
panjangnya 6 cm.
(2) Kolon asendens
Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan,
membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati
melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatika,
dilanjutkan sebagai kolon transversum.
(3) Appendix vernivormis (usus buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung
sekum, mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi masih
memungkinkan dilewati oleh beberapa isi usus. Apendiks
tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam
rongga pelvis minora, terletak horizontal di belakang sekum.
Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang
apendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa
menimbulkan perforasi dinding abdomen.
43. 20
(4) Kolon tranversum
Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon asendens sampai ke
kolon desendens berada di bawah sebelah kanan terletak
flexura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
(5) Kolon desendens
Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dan flexura lienalis depan ileum
kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
(6) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf
S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
(7) Rektum
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang
menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam
rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
(8) Anus
Bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum
dengan dunia luar. Terletak di dasar pelvis dindingnya
diperkuat oleh tiga sfinter :
(a) Sfinter ani internus, bekerja tidak menurut kehendak
(b) Sfinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak.
44. 21
(c) Sfinter ani eksternus, bekerja menurut kehendak
(Syaifuddin, 2006).
c) Hati
Hati atau hepar merupakan organ yang paling besar di dalam
tubuh kita. Warnanya coklat dan beratnya kira-kira 1 ½ kg.
letaknya pada bagian atas dalam rongga abdomen sebelah kanan
bawah diafragma. Hati terbagi atas dua lapisan utama permukaan
yaitu
(1) Permukaan atas berbentuk cembung terletak di bawah
diafragma
(2) Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan fisura
tranfersus.
Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri
dibagian atas hati. Hati dibagi empat belahan yaitu lobus kanan,
lobus kiri, lobus kuadrata dan lobus quadratus. Hati mempunyai
dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena porta.
Arteri hepatica, keluar dari aorta dan memberi 1/5 dara ke hati,
darah ini mempunyai kejenuhan 95%-100%, masuk kedalam hati
membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena,
akhirnya ke luar sebagai vena hepatika. Vena porta yang terbentuk
dari lienalis dan vena mesentrika superior menghantarkan 4/5
darahnya ke hati. darah ini mempunyai kejenuhan 70% sebab
beberapa oksigen telah diambil oleh limfe dan anus. Guna darah ini
45. 22
membawah zat makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh mukosa
dan usus halus.
Empedu dibentuk didalam sela-sela kecil didalam sel hepar
melalui kapiler empedu yang halus/korekuli. Bahan-bahan
termaksuk glikogen lemak, vitamin , zat besih, vitamin yang larut
dalam minyak, atau lemak disimpan di hati. adapun fungsi hati
adalah sebagai berikut :
(1) Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang
disimpan di suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai
pemakaiannya dalam jaringan.
(2) Mengubah zat buangan dan bahan reacun untuk diekskresi
dalam empedu dan urin.
(3) Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen.
(4) Sekresi empedu, garam empedu dibuat di hati, dibentuk dalam
sistem retikuloendotelium, dialirkan ke empedu.
(5) Pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah
menjadi ureum dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam
bentuk urin.
(6) Menyiapkan lemak untuk pemmecahan terakhir asam karbonat
dan air (Syaifuddin, 2006).
d) Kandung empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantong organ berbentuk
terong dan merupakan membran berotot, letaknya dalam sebuah
46. 23
lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya,
panjangnya 8-12 cm, berkapasitas 60 cm3.
Lapisan empedu terdiri
dari lapisan luar serosa/parietal, lapisan otot bergaris, lapisan dalam
mukosa/viseral disebut juga membran mukosa. Organ ini
terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran
empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu :
(1) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
(2) Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,
terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran
sel darah merah dan kelebihan kolesterol (Syaifuddin, 2006).
c) Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang strukturnya
sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjangnya kira-kira 15 cm,
lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai ke limpa, dan beratnya
rata- rata 60-90 gram. Pankreas terbentang pada vertebra lumbalis 1
dan 2 di belakang lambung.
Fungsi pankreas yaitu :
(1) Fungsi eksokrin, membentuk getah pankreas yang berisi enzim
dan elektrolit.
(2) Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang
berbentuk pulau-pulau kecil atau pulau langerhans, yang
47. 24
bersama-sama membentuk organ endokrin yang
menyekresikan insulin.
(3) Fungsi sekresi ekternal, cairan pankreas dialirkan ke
duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di
intestinum.
(4) Fungsi sekresi internal, sekresi yang di hasilkan oleh pulau-
pulau langerhands sendiri langsung dialirkan ke dalam
peredaran darah (Syaifuddin, 2006).
b. Fisiologi Sistem Pencernaan
Untuk melakukan fungsinya, semua sel memerlukan nutrien.
Nutrien ini harus diturunkan dari masukan makanan yang terdiri dari
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral serta serat selulosa.
1) Pencernaan oral
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah, dimana
makanan dipecah ke dalam partikel kecil yang dapat ditelan dan
dicampur dengan enzim-enzim pencernaan. Makan atau bahkan
melihat, mencium dan mencicipi makanan dapat menyebabkan reflex
saliva. Saliva adalah sekresi pertama yang kontak dengan makanan.
Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar saliva pada kecepatan
kira-kira 1,5 liter setiap hari. Saliva mengandung enzim ptyalin atau
amilase saliva yang dimulai pencernaan zat pati, juga mengandung
mukus yang membantu melumasi makanan saat dikunyah, sehingga
memudahkan menelan (Smeltzer & Bare, 2002).
48. 25
2) Menelan
Menelan dimulai sebagai aktivitas volunter yang diatur oleh
pusat menelan dimedula oblongata dari sistem saraf pusat. Saat
makanan ditelan, epiglotis bergerak menutup lubang trakea dan
mencegah aspirasi makanan ke dalam paru-paru. Menelan
mengakibatkan bolus makanan berjalan ke dalam esophagus atas,
yang berakhir sebagai aktivitas refleks. Otot halus di dinding
esophagus berkontraksi dalam urutan irama dari esophagus ke arah
lambung untuk mendorong lobus makanan masuk lambung. Akhirnya
sfingter esophagus menutup dengan rapat untuk mencegah reflex isi
lambung ke dalam esofagus (Smeltzer & Bare, 2002).
3) Kerja lambung
Lambung mensekresi cairan yang sangat asam, mempunyai PH
rendah, memperoleh keasamannya dari asam hiklorida yang
disekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi kelenjar asam yaitu :
a) Untuk memecah makanan menjadi komponen yang lebih mudah
diabsrobsi.
b) Untuk membantu distruksi kebanyakan bakteri pencernaan
Sekresi lambung juga mengandung enzim pepsin yang penting
untuk memulai pencernaan protein. Faktor intrinsik juga disekresi
oleh mukosa lambung, senyawa ini berkombinasi dengan Vitamin
B12 dalam diet, sehingga Vitamin dapat diabsorbsi di dalam ileum.
49. 26
Kontraksi peristaltik di dalam lambung mendorong isi lambung
kearah pylorus. Karena partikel makanan besar tidak dapat melewati
spingter pilorus, partikel ini di aduk kembali ke korpus lambung untuk
dihancurkan menjadi partikel yang lebih kecil. Peristaltik dalam
lambung dan kontraksi spingter pilorus memungkinkan makanan
dicerna sebagian untuk masuk ke usus halus pada kecepatan yang
memungkinkan absorpsi nutrien efisisen (Smeltzer & Bare, 2002).
4) Kerja usus halus
Ada dua tipe kontraksi yang terjadi secara teratur di usus halus.
Kontraksi segmentasi yang menghasilkan campuran gelombang yang
menggerakkan isi usus ke belakang dan ke depan dalam gerakan
mengaduk. Peristaltik usus mendorong isi usus tersebut kearah kolon
(Smeltzer & Bare, 2002).
5) Kerja usus besar (Kolon)
Dalam 4 jam setelah makan, materi sisa residu melewati ileum
terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal kolon
melalui katub ileosekal. Katup ini secara normal tertutup, membantu
mencegah isi kolon mengalir kembali ke usus halus. Aktivitas
peristaltik yang lemah menggerakkan isi kolon dengan perlahan
sepanjang saluran. Transport lambat ini memungkinkan reabsorbsi
efisiensi terhadap air dan elektrolit. Materi sisa dari makanan akhirnya
mencapai dan mengembangkan anus, biasanya kira-kira 12 jam
(Smeltzer & Bare, 2002).
50. 27
6) Defekasi
Sebagian besar rektum tidak berisi feses, hal ini karena adanya
spingter yang lemah ± 20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon
sigmoid dan rektum serta sudut tajam yang menambah resistensi
pengisian rektum. Bila terjadi pergerakan massa ke rektum, kontraksi
rektum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi.
Distensi rektum secara relatif menimbulkan kontraksi otot rektum dan
merilekskan sfingter anal internal, yang biasanya tertutup. Spingter
internal dikontrol oleh sistem saraf otonom, spingter eksternal
dibawah kontrol sadar dari korteks serebral. Selama defekasi spingter
anal eksternal secara volunter dan rileks untuk memungkinkan isi
kolon keluar. Secara normal, spingter anal eksternal dipertahankan
pada status kontraksi tonus sehingga defekasi terlihat menjadi refleks
spinal yang dapat secara volunter dengan kontraksi otot abdomen atau
peregangan memudahkan pengosongan kolon (Smeltzer & Bare,
2002).
3. Etiologi
Menurut Mitchell et al (2008) penyebab utama sirosis hepatis di
Negara barat yaitu :
a. Penyakit hati alkoholik
b. Hepatitis virus
c. Penyakit bilier
: 60-70%
: 10%
: 5-10%
51. 28
d. Hematokromatosis primer
e. Penyaklit Wilson
f. Defisiensi α antitrypsin
g. Sirosis kriptogenik
: 5%
: jarang
: jarang
: 10-15%
Sirosis hepatis dapat disebabkan oleh banyak faktor antara lain :
a. Penyakit infeksi
1) Bruselosis
2) Ekinokokus
3) Skistosomiasis
4) Hepatitis virus (hepatitis B, C, D, sitomegalivirus)
b. Penyakit keturunan dan metabolik
1) Defisiensi α1 antitrypsin
2) sindrom fanconi
3) Galaktosemia
4) Penyakit gaucher
5) Penyakit simpanan glikogen
6) Hemokromatosis
7) Intoleransi fluktosa herediter
8) Penyakit wilson
c. Obat dan toksin
1) Alkohol
2) Amiodaron
3) Arsenic
52. 29
4) Obstruksi biler
5) Penyakit perlemakan hati non alkoholik
6) Sirosis biler primer
7) Kolangitis sklerosis primer
d. Penyakit lain atau tidak terbukti
1) Penyakit usus inflamasi kronik
2) Fibrosis kistik
3) Pintas jejunoileal
4) Sarkoidosis (Agustin, 2013).
4. Patofisiologi
Sirosis hepatis dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sirosis laennec, sirosis
pascanekrotik, dan sirosis biliaris. Sirosis Laennec disebabkan oleh
konsumsi alkohol kronis, alkohol menyebabkan akumulasi lemak dalam sel
hati dan efek toksik langsung terhadap hati yang akan menekan aktivasi
dehidrogenase dan menghasilkan asetaldehid yang akan merangsang fibrosis
hepatis dan terbentuknya jaringan ikat yang tebal dan nodul yang
beregenerasi. Sirosis pascanekrotik disebabkan oleh virus hepatitis B, C,
infeksi dan intoksitifikasi zat kimia, pada sirosis ini hati
mengkerut,berbentuk tidak teratur, terdiri dari nodulus sel hati yang
dipisahkan oleh jaringan parut dan diselingi oleh jaringan hati. Sirosis
biliaris disebabkan oleh statis cairan empedu pada duktus intrahepatikum,
autoimun dan obstruksi duktus empedu di ulu hati. Dari ketiga macam
53. 30
sirosis tersebut mengakibatkan distorsi arsitektur sel hati dan kegagalan
fungsi hati.
Distorsi arsitektur hati mengakibatkan obstruksi aliran darah portal ke
dalam hepar karena darah sukar masuk ke dalam sel hati. Sehingga
meningkatkan aliran darah balik vena portal dan tahanan pada aliran darah
portal yang akan menimbulkan hipertensi portal dan terbentuk pembuluh
darah kolateral portal (esofagus, lambung, rektum, umbilikus). Hipertensi
portal meningkatkan tekanan hidrostatik di sirkulasi portal yang akan
mengakibatkan cairan berpindah dari sirkulasi portal ke ruang peritoneum
(asites). Penurunan volume darah ke hati menurunkan inaktivasi aldosteron
dan ADH sehingga aldosteron dan ADH meningkat di dalam serum yang
akan meningkatkan retensi natrium dan air, dapat menyebabkan edema.
Kerusakan fungsi hati; terjadi penurunan metabolisme bilirubin
(hiperbilirubin) menimbulkan ikterus dan jaundice. Terganggunya fungsi
metabolik, penurunan metabolisme glukosa meingkatkan glukosa dalam
darah (hiperglikemia), penurunan metabolisme lemak pemecahan lemak
menjadi energi tidak ada sehingga terjadi keletihan, penurunan sintesis
albumin menurunkan tekanan osmotik (timbul edema/asites), penurunan
sintesis plasma protein terganggunya faktor pembekuan darah meningkatkan
resiko perdarahan, penurunan konversi ammonia sehingga ureum dalam
darah menigkat yang akan mengakibatkan ensefalopati hepatikum.
Terganggunya metabolik steroid yang akan menimbulkan eritema palmar,
atrofi testis, ginekomastia. Penurunan produksi empedu sehingga lemak
54. 31
tidak dapat diemulsikan dan tidak dapat diserap usus halus yang akan
meingkatkan peristaltik. Defisiensi vitamin menurunkan sintesis vitamin A,
B, B12 dalam hati yang akan menurunkan produksi sel darah merah
(Agustin, 2013).
5. Tanda dan Gejala
Stadium awal sirosis sering tanpa gejala (sirosis kompensata) meliputi
perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut
kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki timbul impotensi,
testis mengecil, buah dada membesar, hilangnya dorongan seksualitas. Jika
sudah lanjut (sirosis dekompensata), gejala yang timbul meliputi hilangnya
rambut badan, gangguan tidur, demam tak begitu tinggi, adanya gangguan
pembekuan darah, perdarahan gusi, epitaksis, gangguan siklus haid, ikterus
dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, hematemesis, melena, sulit
konsentrasi, agitasi sampai koma (Agustin, 2013).
Manifestasi utama dan lanjut dari sirosis terjadi akibat dua tipe
gangguan fisiologis: gagal sel hati dan hipertensi portal. Manifestasi gagal
hepatoselular adalah ikterus, edema perifer, kecenderungan perdarahan,
eritema palmaris, angioma spidernevi, ensefalopati hepatik. Gambaran
klinis yang terutama berkaitan dengan hipertensi portal adalah
splenomegali, varises esofagus dan lambung, serta manifestasi sirkulasi
kolateral lainnya. Asites dapat dianggap sebagai manifestasi kegagalan
hepatoselular dan hipertensi portal (Agustin, 2013).
55. 32
6. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan laboratorium : urine, tinja, darah dan tes faal
hati ( Doenges, 2000).
7. Penatalaksanaan Medik
Tujuan pengobatan adalah mencegah pembentukan jaringan parut hati
lebih lanjut, atau memperlambat kerusakan sel-sel hati. Oleh karena itu
perlu upaya untuk memprlambat atau menghentikan penyebab sirosis,
misalnya :
a. Tidak minum alkohol jika alkohol adalah penyebanya.
b. Pengobatan untuk mengendalikan virus hepatitis.
c. Steroid atau obat penekan kekebalan lainnya untuk mengobati penyakit
autoimun menyebabkan kerusakan hati.
d. Penghapusan kelebihan zat besi yang terjadi pada hemokromatosis.
8. Komplikasi
a. Varises Esofagus
Saluran kolateral penting yang timbul akibat sirosis dan hipertensi
portal terdapat pada esofagus bagian bawah. Pirau darah melalui saluran
ini ke vena kava menyebabkan dilatasi vena-vena tersebut (varises
esofagus). Varises ini terjadi pada sekitar 70% penderita sirosis lanjut.
Perdarahan ini sering menyebabkan kematian. Perdarahan yang terjadi
dapat berupa hematemesis (muntah yang berupa darah merah) dan
melena (warna feces/kotoran yang hitam) (Agustin, 2013).
56. 33
b. Peritonitis bacterial spontan
Cairan yang mengandung air dan garam yang tertahan di dalam
rongga abdomen yang disebut dengan asites yang merupakan tempat
sempurna untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri. Secara
normal, rongga abdomen juga mengandung sejumlah cairan kecil yang
berfungsi untuk melawan bakteri dan infeksi dengan baik. Namun pada
penyakit sirosis hepatis, rongga abdomen tidak mampu lagi untuk
melawan infeksi secara normal. Maka timbullah infeksi dari cairan asites
oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intraabdominal.
Biasanya pasien tanpa gejala, namun dapat timbul demam dan nyeri
abdomen (Agustin, 2013).
c. Sindrom hepatorenal
Kerusakan hati lanjut menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang
mengakibatkan penurunan filtrasi glomerulus. Pada sindrom hepatorenal
terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oliguria, peningkatan ureum,
kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal (Agustin, 2013).
d. Ensefalopati hepatikum
Intoksikasi otak oleh produk pemecahan metabolisme protein oleh
kerja bakteri dalam usus. Hasil metabolisme ini dapat memintas hati
karena terdapat penyakit pada sel hati. NH3 diubah menjadi urea oleh
hati, yang merupakan salah satu zat yang bersifat toksik dan dapat
mengganggu metabolisme otak (Agustin, 2013).
57. 34
e. Karsinoma hepatoselular
Tumor hati primer yang berasal dari jaringan hati itu sendiri.
Sirosis hati merupakan salah satu faktor resiko terjadinya karsinoma
hepatoselular. Gejala yang ditemui adalah rasa lemah, tidak nafsu makan,
berat badan menurun drastis, demam, perut terasa penuh, ada massa dan
nyeri di kuadran kanan atas abdomen, asites, edema ekstremitas,
jaundice, urin berwarna seperti teh dan melena (Agustin, 2013).
58. 35
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode untuk menerapkan suatu konsep
dalam praktik keperawatan. Hal ini disebut suatu pendekatan problem solving
yang memerlukan ilmu. Teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan klien dan keluarga (Nursalam, 2013).
Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling
berhubungan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan (implementasi), evaluasi dan catatan perkembangan (Nursalam,
2013).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2013).
Adapun tahap-tahap pengkajian adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data
Tipe data pada pengkajian keperawatan dapat dibedakan menjadi
dua yaitu data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang
didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Data subjektif ini diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk
persepsi klien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya sedangkan
data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat.
59. 36
Yang termasuk data objektif adalah frekuensi pernapasan, tekanan darah,
adanya edema dan berat badan (Nursalam, 2013).
Adapun data yang dapat dikumpulkan yaitu :
1) Biodata
a) Identitas Klien
Identitas klien meliputi: nama lengkap, umur, jenis kelamin,
agama, suku/bangsa, pendidikan, alamat, tanggal dan jam masuk,
tanggal pengkajian, pekerjaan, pendidikan, nama ruangan, nomor
rekam medik dan diagnosa medis (Mutaqin, 2008).
b) Identitas Penanggung jawab
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien dan alamat.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan alasan
utama individu mencari bantuan profesional kesehatan.
(2) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menonjol yang dirasakan oleh
klien dan merupakan alasan pokok klien masuk rumah sakit
(keluhan utama saat MRS) atau keluhan utama saat dilakukan
pengkajian oleh beberapa waktu atau hari setelah klien MRS.
Pada umumnya klien dengan sirosis hepatis mempunyai
60. 37
keluhan kaki (edema) dan perut (ascites) adanya ikterus atau
penguningan (Udjianti, 2010).
(3) Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama klien dijadikan dasar untuk menggali kondisi
klien saat ini dengan menggunakan format PQRST, sebagai
petunjuk untuk mempermudah mengingat langkah-langkah
pengumpulan data.
(a) Paliative/Provokatif (P) : Apa penyebab keluhan tersebut,
Faktor apa saja yang memperberat atau mengurangi
keluhan.
(b) Quality/Quantity (Q) : Bagaimana keluhan tersebut
dirasakan, apakah terlihat, terdengar. Seberapa sering
keluhan itu dirasakan. Keluhan biasa dirasakan bila klien
bergerak dan pada saat perut ditekan.
(c) Region/Radiasi (R) : Lokasi keluhan tersebut dirasakan,
apakah penyebarannya juga ke area lain.
(d) Severity/scale (S) : Severity of scale, Intensitas keluhan
yang dirasakan, apakah sampai mengganggu atau tidak.
Skala nyeri menurut Hayward dapat dituliskan sebagai
berikut : Tidak nyeri (0), nyeri ringan (1-3), nyeri sedang
(4-6), sangat nyeri, tetapi masih dapat dikendalikan
dengan aktivitas yang biasa di lakukan (7-9), sangat nyeri
dan tidak bisa dikendalikan (10) (Saputra, 2013).
61. 38
(e) Timming (T) : Kapan keluhan tersebut mulai muncul/
dirasakan, seberapa sering keluhan tersebut muncul?
apakah munculnya secara tiba-tiba atau bertahap.
Biasanya keluhan dirasakan hilang timbul (Asmadi, 2008).
b) Riwaya Kesehatan Dahulu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita klien
terutama penyakit yang mendukung munculnya penyakit saat ini
(faktor predisposisi dan faktor presipitasi), penyakit pembuluh
darah, dibetes melitus, gangguan fungsi tiroid, Rheumatic Heart
Disease, penyakit autoimun, penyakit darah dan lain-lain serta
gaya hidup yang buruk (kebiasaan merokok dan minum alkohol)
(Udjianti, 2010).
c) Riwayat kesehatan keluarga
Dengan menggunakan genogram tiga generasi, apakah dalam
keluarga klien ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien atau penyakit keturunan seperti dibetes melitus atau penyakit
jantung bawaan serta penyakit menular lainnya (Udjianti, 2010).
3) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe melalui empat teknik,
yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (IPPA) dan
didokumentasikan secara persistem (Nursalam, 2013).
Yang perlu dikaji dalam pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
62. 39
a) Keadaan umum
Keadaan umum pasien mulai saat pertama kali bertemu dilanjutkan
sewaktu mengukur tanda-tanda vital.
b) Kesadaran
Pada umumnya tingkat kesadaran terdiri dari lima tingkatan
yaitu :
(1) Komposmentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekeliling.
(2) Apatis : keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
(3) Somnolen : keadaan kesadaran yang mau tidur saja, dapat
dibangunkan dengan rangsangan nyeri tetapi jatuh tidur lagi.
(4) Delirium : keadaan kacau motorik yang sangat memberontak,
bertriak dan tak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu.
(5) Supor/semikoma : keadaan kesadaran yang menyerupai koma,
reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri.
(6) Koma : keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak
dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri apapun (Nurarif
& Kusuma, 2015).
GCS (Glasgow Coma Score) yaitu skala yang digunakan
untuk menilai tingkat kesadaran atau respon utama klien terhadap
lingkungannya yaitu membuka mata, mengucap kata dan
melakukan gerakan (Muttaqin, 2008).
63. 40
(1) Eye (Respon membuka mata)
(4)
(3)
(2)
(1)
:
:
:
:
Spontan
Berdasarkan suara
Dengan rangsangan nyeri
Tidak ada respon
(2) Verbal (Respon verbal)
(5)
(4)
(3)
(2)
(1)
:
:
:
:
:
Senyum, orientasi terhadap obyek
Menangis tetapi dapat ditenangkan
Menangis dan tidak dapat ditenangkan
Mengerang dan agitatif
Tidak memberi respon
(3) Motorik (Respon Motorik)
(6)
(5)
(4)
(3)
(2)
(1)
:
:
:
:
:
:
Mengikuti perintah.
Melokalisir rangsang nyeri
Menjauhi rangsangan nyeri
Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal
Tidak memberi respons (Nurarif & Kusuma, 2015)
c) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu tekanan
darah, nadi, suhu, pernapasan dan untuk penderita Sirosis Hepatis
IMT (indeks massa tubuh) di ukur dengan rumus berat badan
64. 41
dibagi tinggi badan2
(tinggi badan diubah dari cm ke meter),
adapun nilai normal dari IMT adalah sebagai berikut :
(1) IMT < 18,9 (berat badan kurang).
(2) IMT 19-22,9 (normal)
(3) IMT 23-24,9 (normal tinggi)
(4) IMT > 30 (sangat gemuk).
c) Pemeriksaan Fisik Secara Persistem
(1) Sistem Integumen
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu warna kulit dan
distribusi rambut, adanya pembengkakan atau tidak, suhu dan
turgor kulit.
(2) Sistem Pernapasan
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu bentuk dada simetris
atau tidak, pergerakan dada, frekuensi pernapasan, bunyi
napas, taktil fremitus, vokal resonan, perkusi paru, kembang
kempis paru dan adanya pembengkakan atau tidak. Pada
penderita sirosis hepatis biasanya terjadi takipnea, pernapasan
dangkal, bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas (asites),
hipoksia.
(3) Sistem pencernaan
Permukaan perut adanya edema/acites, pembesaran hati
(hepatomegali), penurunan/tak adanya bising usus (>5
kali/menit dari bising usus normal 5-12x/menit), perkusi
65. 42
pekak, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat dicerna,
mual dan muntah dan penurunan berat badan.
(4) Sistem Kardiovaskuler
Pada umumnya yang perlu dikaji dalam sistem ini adalah
konjungtiva anemis atau tidak, adanya peningkatan vena
jugularis, bunyi jantung, adanya peningkatan TD atau tidak
dan bunyi perkusi jantung (Udjianti, 2010).
(5) Sistem Indra
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu kesimetrisan, ketajaman
penglihatan, lapang pandang, konjungtiva anemis atau tidak,
sklera icterus, bentuk hidung, adanya sekret pada hidung atau
tidak, bentuk telinga, adanya nyeri tekan atau tidak.
(6) Sistem Neurologi
Pengkajian neurologi meliputi fungsi serebral yaitu kesadaran
dan status mental, fungsi saraf kranial, fungsi motorik dan
fungsi sensorik. Pada penderita sirosis hepatis terjadi
perubahan mental, bingung, bicara lambat/tidak jelas dan
asterisk (ensefalopati hepatic) (Doenges, 2000), (Muttaqin,
2008).
(7) Sistem Muskulokeletal
Yang perlu dikaji simetris atau tidak kedua ekstermitas atas
dan bawah, tonus otot, kordinasi/rentang gerak, ROM, fungsi
motorik yaitu tes refleks bisep, refleks trisep, refleks patela,
66. 43
refleks tendon achiles, dan refleks babinski. Biasanya pada
penderita sirosis hepatis terjadi kelemahan, kelelahan, latergi,
penurunan kekuatan otot dan penurunan masa otot/tonus.
(8) Sistem Endokrin
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu adanya pembesaran
kelenjar tiroid dan para tiroid atau tidak, refleks menelan dan
adanya nyeri tekan atau tidak. Biasanya tidak ada kelainan
pada sistem endokrin.
(9) Sistem Perkemihan
Yang perlu dikaji seperti adanya distensi kandung kemih,
retensi urine, sulit berkemih, udema palpebra dan tungkai
bawah, bunyi dulness/redup saat perkusi, adanya nyeri tekan
kandung kemih. Pada pasien dengan sirosis hepatis biasanya
terjadi flatus, feses warna tanah liat, melena, urine gelap dan
pekat (Doenges, 2000).
(10)Sistem Reproduksi
Yang perlu dikaji seperti adanya nyeri tekan, kebersihan, dan
fungsi reproduksi. Pada pasien dengan sirosis hepatis terjadi
gangguan menstrusi, impoten, atrofi testis, ginekomastia,
kehilangan rambut (dada, bawah lengan, dan pubis) (Doenges,
2000).
67. 44
(11)Sistem imun
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu daya tahan tubuh klien
apakah menurun atau masih dalam keadaan stabil.
4) Pola aktifitas sehari-hari
Meliputi pola asupan nutrisi dan cairan, pola eliminasi baik
urine maupun bowel, pola istirahat-tidur, aktifitas, atau kebiasaan lain
serta hobi yang dapat memperburuk kondisi klien (Udjianti, 2010).
a) Nutrisi : terjadi perubahan pola nuttrisi dengan anoreksia, tidak
toleran terhadap makanan/tidak dapat dicerna, mual, dan munta.
Anoreksia dan muntah dalam jangka panjang mengakibatkan
penurunan berat badan yang signifikan porsi makan tidak akan
dihabiska.
b) Eliminasi : perubahan pola defekasi yaitu akan terjadi
konstipasi/terjadi bentuk feses lunak, feses berwarna kuning
kemerah-merahan, frekuesnsi defekasi dan miksi pun akan
menurun (urin gelap dan pekat), kebiasaan miksi akan > 2x/harinya
dengan volume yang sedikit pula.
c) Istirahat dan tidur : pola tidur berubah dari tidur nyenyak menjadi
tidak nyenyak atau terjaga bahkan tidak dapat tidur sama sekali.
d) Personal hygiene : terjadi kelemahan dan kelelahan selama aktivitas
perawatan diri (mandi, keramas, gosok gigi).
68. 45
5) Riwayat Psikologis
a) Status Emosi : dapat dijumpai ketidakstabilan emosi klien dan
keluarga.
b) Pola Koping : hal apa saja yang dilakukan klien dalam mengatasi
masalahnya adakah tindakan yang maladaptif (Nursalam, 2008).
6) Pola interaksi sosial
Perubahan dalam fungsi/peran, kondisi dan merasa tidak bisa
memenuhi perannya di keluarga maupun di masyarakat.
7) Pemeriksaan diagnostik
Tabel 2 . Pemeriksaan diagnostik pada sirosis hepatis
Pemeriksaan Keterangan
1. Biobsi hati
2. Billirubin serum
3. Bilirubin terkonjugasi
4. Bilirubin tak terkonjugasi
5. Urobilinogen urin
6. Urobilinogen fekal
7. Albumin serum
8. Globulin (Ig A dan IgG)
9. Natrium serum
10. SGOT dan SGPT
11. Alkali fosfatase
12. GGT (Gamma-glutamil
transpeptidase)
13. Nitrogen urea darah
(BUN)
14. Kadar ammonia darah
15. Darah lengkap
Mendeteksi infiltrat, fibrosis kerusakan jaringan hati.
Meningkat karena gangguan seluler
ketidakmampuan hati mengkonjugasi atau obstruksi
billier.
Meningkat pada penyakit hepatoselular dan obstruksi
Bilier
Meningkat pada penyakit hepatoselular dan
hemolisis eritrosit.
Menurun pada obstruksi bilier dan meningkat pada
penyakit hepatoselular
Tidak ada sterkobilin pada obstruksi bilier dan
meningkat pada hemolisis eritrosit
Menurun karena penurunan sintesis
Meningkat, peningkatan sintesis
Menurun, ketidakmampuan ekskresi air bebas pada
asites
Meningkat karena kerusakan seluler dan
mengeluarkan enzim.
Meningkat karena penurunan ekskresi
Meningkat pada penyakit hati alkoholik kronik.
Menurun pada penyakit hepatoselular berat dengan
obstruksi sirkulasi portal
Meningkat pada penyakit hepatoselular berat dengan
obstruksi sirkulasi portal
Hb/Ht dan SDM mungkin menurun karena
perdarahan, kerusakan SDM dan anemia terlihat
dengan hipersplenisme dan defesiensi besi,
leukopenia mungkin ada sebagai akibat
69. 46
16. Masa protombin/ PT
APPT
17. Esofagoskopi
18. Ultrasonografi
(USG)
19. Angiografi
hipersplenisme.
Memanjang (penurunan sintesis protombin)
Dapat menunjukan varises esofagus
Memeriksa sudut hati, permukaan hati, ukuran,
homogenitas adanya massa. Dapat melihat asites,
splenomegali, trombosis vena porta dan pelebaran
vena porta serta skrining adanya karsinoma hati.
Untuk melihat sirkulasi portal, mendeteksi
tumor/kista
Sumber : Doenges (2000).
8) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan kasus sirosis hepatis dipengaruhi oleh etiologi
dari sirosis hepatis. Terapi yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi progresifitas dari penyakit. Menghindarkan bahan-bahan
yang dapat menambah kerusakaan hati, pencegahan dan penanganan
komplikasi merupakan prinsip dasar penanganan kasus sirosis.
b. Klasifikasi dan Pengelompokan Data
Klasifikasi/pengelompokan data adalah mengidentifikasi masalah
kesehatan yang terdiri dari data subjektif dan data objektif
Pengelompokan data merupakan suatu pengaturan yang sistematis yang
terdiri dari :
1) Data Subjektif : merupakan data yang berdasarkan keluhan- keluhan
pasien yang tidak dirasakan oleh orang lain.
2) Data Objektif : merupakan data yang bisa dilihat dan diukur oleh
seorang perawat (Nursalam, 2013).
70. 47
c. Analisa Data
Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi,
menyelidiki, mengklasifikasi, dan mengelompokan data serta
mengkaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa
keperawatan, biasa di temukan data subjektif dan data objektif. Analisa
data terdiri dari PES (Problem, Etiologi, Symptom) (Asmadi, 2008).
Analisa data terdiri dari :
1) Problem yaitu suatu masalah yang muncul dalam keperawatan
2) Etiologi yaitu penyebab dari timbulnya suatu masalah keperawatan
3) Symptom yaitu gejala yang menyebabkan timbulnya suatu masalah.
d. Prioritas masalah
Setelah masalah di analisa, maka diprioritaskan sesuai dengan kriteria
prioritas masalah untuk menentukan masalah yang harus segera diatasii
yaitu :
1) Masalah yang dapat mengancam jiwa klien
2) Masalah aktual
3) Masalah potensial atau resiko tinggi (Asmadi, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat sebagai akuntabilitas dapat mengidentifikasi
71. 48
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah (Nursalam, 2013).
Diagnosis keperawatan terdiri atas tiga tipe, yaitu diagnosis
keperawatan aktual, diagnosis keperawatan risiko dan diagnosis
keperawatan potensial (Asmadi, 2008).
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien sirosis
hepatis menurut Doenges (2000) antara lain:
a. Peubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake inadekuat.
b. Perubahan kelebihan volume cairan berhubungan kelebihan
natrium/masukan cairan.
c. Resiko tinggi terhadap kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan
akumulasi garam emmpedu pada kulit.
d. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
asites.
e. Resiko tinggi terhadap cidera (hemoragi) berhubungan dengan gangguan
faktor pembekuan (penurunan produksi protrombin, fibrinogen, dan
gangguan absorbsi vitamin K, dan pengeluaran tromboplastin).
f. Resiko tinggi terhadap perubahan proses berpikir berhubungan dengan
perubahan fisiologis.
g. Gangguan harga diri/citra tubuh gerhubungan dengan perubahan
biofisika/gangguan penampilan fisik, prognosis yang meragukan, dan
perubahan peran fungsi
72. 49
h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, kesalahan
interprestasi, ketidakbisaan terhadap sumber-sumber informasi.
3. Intervensi dan Rasional
Perencanaan adalah salah satu tahap dari proses keperawatan yang
meliputi proses penentuan prioritas dan metode yang akan digunakan untuk
penyelesaian masalah kesehatan klien. Tujuan dari perencanaan adalah
menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan respon klien terhadap
masalah kesehatan baik yang aktual, risiko, maupun potensial (Nursalam,
2013).
Menurut Doenges (2000) pada klien sirosis hepatis ditemukan
diagnosa keperawatan dengan intervensi dan rasional sebagai berikut:
a. Peubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake inadekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi.
Kriteria hasil:
1) Menunjukkan peningkatan berat badan secara progresif.
2) Tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut.
Tabel 3. Intervensi dan Rasional Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
No. Intervensi No. Rasional
1)
2)
Ukur masukan diet harian dengan
jumlah kalori.
Berikan makan sedikit tapi sering.
1)
2)
Memberikan informasi tentang
kebutuhan pemasukan/defisiensi.
Buruknya toleransi terhadap
makanan banyak mungkin
73. 50
3)
4)
5)
Berikan perawatan mulut sering dan
sebelum makan
Timbang berat badan sesuai
indikasi
Awasi pemeriksaan laboratorium,
contoh glukosa serum, albumin,
total protein dan amonia.
3)
4)
5)
berhubungan dengan peningkatan
tekanan intraabdomen/ asites
Klien cenderung mengalami luka
dan perdarahan gusi dan rasa tidak
enak pada mulut dimana menambah
anoreksia.
Mungkin sulit untuk menggunakan
berat badan sebagai indikator
langsung status nutrisi karena ada
gambaran edema/ asites.
Glukosa menurun karena gangguan
glukogenesis, penurunan simpanan
glikogen, atau masukan tidak
adekuat.
Sumber : Doenges, 2000 pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian perawatan
pasien edisi 3
b. Perubahan kelebihan volume cairan berhubungan kelebihan
natrium/masukan cairan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam terjadi balance cairan.
Kriteria hasil :
1) Menunjukkan volume cairan stabil dengan keseimbangan pemasukan
dan pengeluaran.
2) Berat badan stabil.
3) Tanda vital dalam rentang normal dan tidak ada edema.
Tabel 4. Intervensi dan Rasional Kelebihan volume cairan
No. Intervensi No. Rasiona
1)
2)
3)
4)
Ukur masukan dan keluaran, catat
keseimbangan positif
Auskultasi paru, catat
penurunan/tidak adanya bunyi napas
dan terjadinya bunyi tambahan.
Dorong untuk tirah baring bila ada
asites.
Awasi TD dan CVP
1)
2)
3)
4)
Menunjukan status volume sirkulasi
Buruknya toleransi terhadap
Peningkatan kongesti pulmonal
dapat mengakibatkan konsolidasi.
Gangguan pertukaran gas dan
komplikasi.
Dapat meningkatkan posisi
rekumben untuk diuresis
Peningkatan tekanan darah biasanya
berhubungan dengan kelebihan
volume cairan.
74. 51
5) Awasi albumin serum dan elektrolit 5) Penurunan albumin serum
mempengaruhi tekanan osmotik
koloid plasma. Mengakibatkan
edema
Sumber : Doenges, 2000 pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian perawatan
c. Resiko tinggi terhadap kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan
akumulasi garam emmpedu pada kulit.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam kurusakan pada intregitas kulit teratasi.
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan intregitas kulit.
2) Edema turun.
Tabel 5. Intervensi dan Rasional Kerusakan intregitas kulit
No. Intervensi No. Rasiona
1)
2)
3)
Ubah posisi tempat tidur, bantu
dengan latihan rentang gerak.
Tinggikan ekstremitas bawah.
Pertahankan sprei kering.
1)
2)
3)
Perubahan posisi menurunkan
tekanan pada jaringan edema untuk
memperbaiki sirkulasi dan terbentuk
dekubitus.
Meningkatkatkan aliran balik vena
dan menurunkan edema pada
ekstremitas.
Kelembaban meningkatkan pruritus
dan meningkatkan resiko kerusakan
kulit
Sumber : Doenges, 2000 pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian perawatan
pasien edisi 3
d. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
asites.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam pola nafas menjadi efektif.
75. 52
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan pola pernapasan efektif ; tidak dispnea/sianosis.
Tabel 6. Intervensi dan Rasional Pola napas tidak efektif
No. Intervensi No. Rasional
1)
2)
3)
4)
5)
Awasi frekuensi, kedalaman dan
upaya pernapasan.
Auskultasi bunyi napas, catat
krekels,mengi dan ronki.
Pertahankan kepala tempat tidur
tinggi, posisi miring.
Ubah posisi dengan sering, dorong
latihan nafas dalam, dan batuk.
Berikan tambahan oksigen sesuai
indikasi.
1)
2)
3)
4)
5)
Pernapasan dangkal cepat/ dispnea
mungkin ada hubungan dengan
akumulasi cairan dalam abdomen.
Menunjukan terjadinya komplikasi
dan meningkatkan resiko infeksi.
Pertahankan kepala tempat tidur
tinggi, posisi miring.
Membantu ekspansi paru dan
memobilisasi sekret.
Untuk mencegah hipoksia.
Sumber : Doenges, 2000 pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian perawatan
pasien edisi 3
e. Resiko tinggi terhadap cidera (hemoragi) berhubungan dengan gangguan
faktor pembekuan (penurunan produksi protrombin, fibrinogen, dan
gangguan absorbsi vitamin K, dan pengeluaran tromboplastin).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
tidak terjadi perdarahan.
Kriteria hasil:
1) Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan.
2) Menunjukan perilaku penurunan risiko perdarahan.
Tabel 7. Intervensi dan Rasional Resiko tinggi terhadap cidera (hemoragi)
No. Intervensi No. Rasiona
1)
2)
Kaji adanya tanda-tanda dan gejala-
gejala perdarahan GI, contoh periksa
semua sekresi untuk adanya darah
warna coklat atau samar.
Dorong menggunakan sikat gigi
halus, pencukur elektrik, hindari
mengejan saat defekasi, meniupkan
1)
2)
Traktus GI (esofagus dan rektum)
paling biasa untuk sumber
perdarahan sehubungan dengan
mukosa yang mudah rusak dan
gangguan dalam hemostasis karena
sirosis.
Pada adanya gangguan faktor
pembekuan, trauma minimal dapat
menyebabkan perdarahan mukosa.
76. 53
3)
hidung dengan kuat dan sebagainya.
berikan obat sesuai indikasi ; vitamin
tambahan (vitamin K,C, dan D) dan
pelunak feses.
3) Meningkatkan sintesis protrombin
dan koagulasi bila hati berfungsi dan
mencegah mengejan yang akhirnya
meningkatkan tekanan intraabdomen
dan risiko robekan
vaskuler/perdarahan.
Sumber : Doenges, 2000 pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian perawatan
pasien edisi 3
f. Resiko tinggi terhadap perubahan proses berpikir berhubungan dengan
perubahan fisiologis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam tidak
terjadi perubahan proses berpikir.
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan tingkat mental/orientasi kenyataan.
2) Menunjukan perilaku/pola hidup untuk mencegah/meminimalkan
perubahan mental.
Tabel 8. Intervensi dan Rasional Resiko perubahan proses berpikir.
No. Intervensi No. Rasiona
1)
2)
3)
4)
Observasi perubahan perilaku dan
mental.
Konsul pada orang terdekat tentang
perilaku umum dan mental klien.
Pertahankan tirah baring, bantu
aktivitas perawatan diri.
Awasi pemeriksaan laboratorium,
contoh : amonia, eliktrolit, pH, BUN,
glukosa dan darah lengkap.
1)
2)
3)
4)
Karena merupakan fluktuasi alami
dari koma hepatik.
Memberikan dasar untuk
perbandingan dengan status saat ini.
Mencegah kelelahan, meningkatkan
penyembuhan, menurunkan
kebutuhan metabolik hati.
Peningkatan kadar amonia,
hipokalemia, alkalosis, metabolik,
hipoglikemia, anemia dan infeksi
dapat mencetuskan terjadinya koma
hepatik.
Sumber : Doenges, 2000 pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian perawatan
pasien edisi 3
77. 54
g. Gangguan harga diri/citra tubuh gerhubungan dengan perubahan
biofisika/gangguan penampilan fisik, prognosis yang meragukan, dan
perubahan peran fungsi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam gangguan citra tubuh teratasi.
Kriteria hasil :
1) Menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan diri pada
situasi yang ada.
Tabel 9. Intervensi dan Rasional Gangguan harga diri/citra tubuh
No. Intervensi No. Rasiona
1)
2)
3)
Jelaskan hubungan antara gejala
dengan asal penyakit.
Dorong dan dukung pasien ; berikan
perawatan dengan positif, perilaku
bersahabat.
Dorong keluarga/orang terdekat
untuk menyatakan perasaan,
berkunjung/berpatisipasi pada
perawatan.
1)
2)
3)
Pasien sangat sensitif terhadap
perubahan tubuh dan juga
mengalami perasaan bersalah bila
penyebab hubungan dengan alkohol
(80%) atau penggunaan obat lain.
Pemberi perawatan kadang-kadang
memungkinkan penilaian perasaan
untuk mempengaruhi perawatan
pasien dan kebutuhan untuk
membuat upaya untuk membantu
pasien merasakan nilai pribadi.
Anggota keluarga dapat merasa
bersalah tentang kondisi pasien dan
takut terhadap kematian.
Sumber : Doenges, 2000 pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian perawatan
h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, kesalahan
interprestasi, ketidakbisaan terhadap sumber-sumber informasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam klien dapat mengetahui tentang kondisi penyakitnya.
78. 55
Kriteria hasil :
1) Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis.
Tabel 10. Intervensi dan Rasional Kurang pengetahuan
No. Intervensi No. Rasional
1)
2)
Kaji ulang proses penyakit/prognosis
dan harapan yang akan datang.
Anjurkan pasien/orang terdekat
melihat tanda/gejala yang perlu
pemberitahuan pada pemberi
perawatan.
1)
2)
Memberikan dasar pengetahuan
pada pasien yang dapat membuat
pilihan informasi.
Pelaporan segera tentang gejalah
menurunkan risiko kerusakan hati
lebih lanjut dan memberikan
kesempatan untuk mengatasi
komplikasi sebelum mengancam
jiwa.
Sumber : Doenges, 2000 pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian perawatan
pasien edisi 3
4. Implementasi
Implementasi adalah Pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
sintervensi disusun dan ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan (Nursalam, 2013).
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Selama tahap implementasi,
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan
keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien (Nursalam, 2013).
79. 56
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada perencanaan
(Asmadi, 2008).
Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan efektivitas asuhan
keperawatan untuk mencegah atau mengobati respon klien terhadap
prosedur kesehatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil
keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (Nursalam, 2013).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai
pola pikir.
a. Subyektif
b. Obyektif
c. Analisis
d. Perencanaan
:
:
:
:
Data yang didapat berdasarkan keluhan pasien.
Data yang bisah dilihat atau diukur oleh perawat.
Penilaian antara data dan teori
Tindakan yang dilakukan selanjutnya.
80. 57
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas Klien
Nama : Tn. C
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Status : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirasuwsta
Alamat : Desa Kasomatang, Kab. Subang
Tanggal Masuk : 14-02-2016
Tanggal Pengkajian : 19-02-2016
Ruangan : Fresia Lantai II, kamar 10, bad 5
No. Med Rec : 0001438124
Diagnosa Medis : Sirosis Hepatis
81. 58
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Umur : 35 Tahun
Status : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Ruma Tangga (IRT)
Alamat : Desa Kasomatang, Kab. Subang
Suku / Bangsa : Sunda Indonesia
Hub. Dengan Klien : Istri
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Riwayat kesehatan sebelum masuk Rumah Sakit.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 19 Februari 2016 klien
mengatakan nyeri pada daerah abdomen dan klien juga
mengatakan terdapat edema pada kaki kanan bawah serta
pembesaran pada daerah abdomen kemudian istri klien
membawah klien ke Rumah Sakit untuk diberi pertolongan.
(2) Keluhan Utama : Perut membesar
(3) Riwayat keluhan utama
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 19 Februari 2016 klien
mengeluh perutnya memebesar dan kaki kanan bengkak yang
penyebabnya tidak diketahui, lingkar abdomen (90 cm), dan