1. 1
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN
PERAWATAN TALI PUSAT TERHADAP BY. NY.N
DI BPM WIRAHAYU PANJANG
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh :
DIAN SEFRINA
NIM : 201308083
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
2. 2
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN
PERAWATAN TALI PUSAT TERHADAP BY. NY.N
DI BPM WIRAHAYU PANJANG
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Prasyarat
Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
DIAN SEFRINA
NIM : 201308083
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
i
3. 3
LEMBAR PERSETUJUAN
Diterima Dan Disetujui Untuk Diajukan Dan Dipertahankan Di Depan
Tim Penguji Dalam Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila
Hari : Kamis
Tanggal : 28 Juli 2016
Pembimbing
PUSPITA DEWI, S.ST.,M.KES
ii
4. 4
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima Dan Disahkan Oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila Pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 15 November 2016
Penguji I Penguji II
Deti Elice, S.P.,M.Pd Eka Ayu Septiana. S.ST
INDN: 0208127304 NIK: 31008024
Mengetahui
Direktur
dr. Wazni Adila, MPH
NIK 2011041008
iii
5. 5
CURRICULUM VITAE
Biodata
Nama : Dian Sefrina
Nim : 201308083
Tempat / Tanggal Lahir : Isorejo, 22 Juni 1994
Alamat : Jl. Raya Makarti Desa Mulyorejo II Dusun I Rt 02,
Kecamatan Bunga Mayang, Lampung Utara
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : Ke-8 Tahun 2013
Orang Tua : Chairul Saleh & Ida Wati
Riwayat Pendidikan
1. SDN 01 Mulyorejo I, Kec. Bunga Mayang Lampung Utara 2002-2008
2. SMP N 01 Bunga Mayang, Lampung Utara 2008-2010
3. SMA Gajah Mada Bandar Lampung 2010-2012
4. Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 2013-2016
iv
6. 6
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN
PERAWATAN TALI PUSAT TERHADAP BAYI NY. N
DI RB WIRAHAYU PANJANG
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
122 Halaman + 8 daftar table + 5 lampiran
DIAN SEFRINA, PUSPITA DEWI, S.ST, M.KES
INTISARI
Penyebab langsung kematian neonatus adalah Tetanus Neonatorum (45-75%),
Tetanus neonatorum adalah suatu penyakit pada neonatus yang disebabkan oleh
Spora Clostridium Tetani yang masuk melalui tali pusat. Tetanus ini dapat terjadi
akibat perawatan atau tindakan yang tidak memenuhi syarat kebersihan atau
menggunakan alat-alat yang tidak steril. Misalnya pada pemotongan tali pusat
menggunakan gunting yang tidak steril atau setelah tali pusat dipotong dibubuhi
minyak, kunyit, bedak,daun-daunan dan sebagainya. Tali pusat mempunyai resiko
yang sangat besar untuk terkontaminasi oleh clostridium tetani pada tiga hari
pertama kehidupan. Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk dapat
memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan perawatan tali pusat
terhadap bayi Ny. N di BPS Wirahayu Panjang Bandar Lampung 2016. Metode
penelitian dalam penyusunan studi kasus dilakukan secara deskriptif. Obyek yang
diambil dalam studi kasusu ini menunjukkan bahwa ibu telah mengerti dan
mampu melakukan perawatan tali pusat yang benar, seperti yang telah diajarkan
dan tali pusat puput pada usia bayi 6 hari. Saran yang diharapkan,
masyarakat/orang tua dapat pengetahuan tentang perawatan tali pusat dengan baik
dan benar sehingga dapat mengaplikasikan pada bayinya.
Kata Kunci : BBL Dengan Perawatan Tali Pusat
Kepustakaan : 20 Buku Referensi (2008-2014)
v
7. 7
MIDWIFERY CARE IN NEWBORN WITH ROPE CARE CENTER OF BABY
NY. N RB WIRAHAYU LONG IN BANDAR LAMPUNG YEAR 2016
122 pages + 8 + 5 annex table listing
DIAN SEFRINA, PUSPITA DEWI, S.ST, Kes
ABSTRACT
The direct causes of neonatal mortality are Tetanus Neonatorum (45-75%),
Neonatal tetanus is a disease of the newborn caused by Clostridium tetani spores
that enter through the umbilical cord. Tetanus can occur as a result of treatment or
actions that do not qualify hygiene or using tools that are not sterile. For example
in cutting the umbilical cord with scissors is not sterile or after the cord is cut
laced with oil, turmeric, powder, leaves and so on. The umbilical cord has a very
big risk for contamination by Clostridium tetani in the first three days of life. The
purpose of this scientific paper is to provide midwifery care in newborns with
umbilical cord care for infants Ny. N in BPS Wirahayu Long Bandar Lampung,
2016. The method of preparation is a descriptive case study. Objects taken in this
retrospective case series study shows that mothers have understood and able to
perform the correct cord care, as it has been taught and umbilical cord crowbar at
infant age 6 days. Suggestions expected, community / parent can knowledge about
cord care properly so that it can apply to the baby.
Keywords : BBL With Umbilical Cord Care
Bibliography : 20 Reference Book (2008-2014)
vi
8. 8
MOTTO
Sebuah cita-cita akan menjadi kesuksesan, jika kita awali dengan bekerja untuk
mencapainya bukan hanya menjadi impian...
By: Dian Sefrina
vii
9. 9
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT atas rahmat
dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada
Bayi Baru Lahir Deangan Perawatan Tali Pusat Terhadap By. Ny. N Di RB
Wirahayu Panjang Bandar Lampung”. Untuk kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Wazni Adila, MPH Selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung
2. Deti Elice, S.P.,M.Pd Selaku Penguji I dan Eka Ayu Septiana, S.ST Selaku
Penguji II
3. BPS Wirahayu, Amd.Keb Panjang Bandar Lampung Sebagai Tempat
Pengambilan Penelitian
4. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
5. Teman-temanku di Akbid Adila Angkatan VIII terima kasih atas segala
dukungan dan kebersamaannya
Penulis menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umum.
Bandar Lampung, Juli 2016
Penulis
viii
10. 10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. iii
CURICULUM VITAE....................................................................... iv
INTISARI........................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR........................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................ 3
1. Tujuan Umum.................................................................. 3
2. Tujuan Khusus ............................................................ 4
D. Ruang Lingkup................................................................... 5
1. Sasaran........................................................................... 5
2. Tempat.............................................................................. 5
3. Waktu................................................................................ 5
E. Manfaat Penulisan ............................................................ 5
1. Bagi institusi pendidikan.............................................. .... 5
2. Bagi lahan praktik............................................................. 6
3. Bagi masyarakat/orang tua bayi........................................ 6
4. Bagi penulis...................................................................... 6
F. Metode Penelitian dan Tekhnik Memperoleh Data ............. 6
1. Metodelogi penelitian....................................................... 6
ix
11. 11
2. Tekhnik memperoleh data............................................. ... 7
a. Data primer............................................................. ...... 7
b. Data sekunder.......................................................... ..... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis.......................................................... 9
1. Bayi Baru Lahir............................................................... 9
a. Pengertian BBL......................................................... 9
b. Perawatan umum pada bayi..................................... 9
c. Ciri-ciri bayi baru lahir............................................. 10
d. Tahapan bayi baru lahir............................................. 11
e. Reflek pada bayi baru lahir........................................ 11
f. Penampilan pada bayi baru lahir............................... 13
g. Mekanisme hilangnya panas bayi baru lahir............. 16
h. Asuhan kebidanan pada BBL normal........................ 16
i. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar
uterus........ .............................................................. 25
j. Asuhan neonatus dirumah......................................... 29
k. Penyuluhan Pada Ibu dan Keluarga Sebelum
Bayi Pulang............................................................. 35
2. Perawatan Tali Pusat........................................................ 37
a. Pembentukan tali pusat............................................ 37
b. Fungsi tali pusat....................................................... 39
c. Cara pemotongan tali pusat...................................... 40
d. Cara perawatan tali pusat......................................... 40
e. Nasehat untuk merawat tali pusat............................. 42
f. Waktu puputnya tali pusat........................................ 42
g. Perdarahan tali pusat................................................ 43
x
12. 12
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan...................................... 44
1. Pengertian......................................................................... 44
2. Langkah dalam manajemen menurut varney................... 44
a. Pengkajian data......................................................... 56
b. Interpretasi data dasar.............................................. 57
c. Identifikasi dan menetapkan kebutuhan
yang memerlukan penanganan segera..................... 57
d. Merencanakan asuhan yang menyeluruh.................. 57
e. Melaksanakan perencanaan ..................................... 57
f. Pelaksanaan.............................................................. 58
g. Evaluasi.................................................................... 59
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan................................. 60
1. Kompetensi Bidan............................................................ 60
2. Standar pelayanan kebidanan........................................... 61
3. Undang-undang wewenang bidan.................................... 62
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian.......................................................................... 65
B. Pemeriksaan Umum............................................................ 67
C. Matriks ............................................................................... 68
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Data.................................................................. 84
1. Data Subjektif............................................................. ...... 84
a. Identitas Bayi........................................................... . 84
b. Identitas Ibu............................................................... 86
2. Data Objektif.................................................................... 93
B. Interpretasi Data Dasar............................................... .......... 96
C. Identifikasi Diagnosis dan Masalaah Potensial.......... .......... 98
D. Identifikasi Tindakan Segera................................................ 98
E. Perencanaan ......................................................................... 99
xi
13. 13
F. Pelaksanaan........................................................................... 103
G. Evaluasi................................................................................. 114
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 120
B. Saran ............................................................................... 122
1. Bagi Institusi Pendidikan........................................... ..... 122
2. Bagi Lahan Praktik.......................................................... 122
3. Bayi Masyarakat Khususnya orang tua bayi................... 122
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
14. 14
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sigtuna Score ................................................................................17
Tabel 2.2 Tanda Apgar score ........................................................................17
Tabel 2.3 Tabel imunisasi .............................................................................22
Tabel 2.4 Perkembangan sistem pulmonal.....................................................26
Tabel 2.5 Perubahan pola tidur......................................................................33
Tabel 2.6 Lamanya persalinan.......................................................................47
Tabel 3.1 Matriks..........................................................................................68
Tabel 4.1 Lamanya persalinan.......................................................................91
xiii
15. 15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : Lembar konsultasi
Lampiran 3 : SAP perawatan tali pusat
Lampiran 4 : Leaftlet perawatan tali pusat
Lampiran 5 : Dokumentasi
xiv
16. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam menilai
derajat kesehatan suatu bangsa, oleh karena itu pemerintah sangat
menekankan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui
program-program kesehatan. Dalam pelaksanaan program kesehatan
sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten, sehingga apa
yang menjadi tujuan dapat tercapai. Bidan sebagai salah satu sumber daya
manusia bidang kesehatan merupakan ujung tombak atau orang yang
berada di garis terdepan yang berhubungan langsung dengan wanita
sebagai sasaran program. Dengan peran yang cukup besar ini maka sangat
penting kiranya bagi bidan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya
melalui pemahaman mengenai asuhan kebidanan mulai dari wanita hamil
sampai nifas serta kesehatan bayi. (Sulistyawati, 2013, h : 1)
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120
juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal. Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada
masa BBL (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL yang
meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah bayi berat lahir
rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi
lain dan kelainan kongenatal. (JNPK-KR, 2008, h: 143)
17. 2
Sampai saat ini kematian ibu masih merupakan salah satu masalah
utama di bidang Kesehatan Ibu dan Anak. Menurut Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003, Angka Kematian Ibu
(AKI) sebesar 307 tiap 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007 AKI
turun menjadi 228 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih tinggi
jika dibandingkan dengan negara tetangga di Asia Tenggara (SDKI, 2007).
(Sulistyawati, 2013, h :1)
Angka kematian bayi (AKB) di Provinsi Lampung berdasarkan
hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2012
trendnya menunjukkan kecenderungan menurun yaitu dari 55 per 1000
kelahiran hidup tahun 2002 menjadi 30 per 1000 kelahiran hidup tahun
2012. Angka ini bila dibandingkan dengan target dari MDGS tahun 2015
sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup maka masih perlu kerja keras untuk
mencapainya. Di Kota Bandar Lampung 204 kasus kematian bayi dan 25
kematian anak balita. Kematian bayi berdasarkan terjadi pada masa bayi
perinatal (0-6 hari), diikuti kematian pada masa bayi neonatal (7-28 hari)
dan masa bayi (>28 hari-< 1 tahun). (Profil Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kota Bandar Lampung, 2012)
Tiga penyebab utama kematian bayi menurut Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (1995) adalah infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA), komplikasi perinatal, dan diare. Gabungan dari ketiga penyebab
ini memberikan kontribusi (andil) pada kematian bayi sebesar 75%. Pada
tahun 2001, pola penyebab kematian bayi ini tidak banyak mengalami
18. 3
perubahan dari periode sebelumnya, yaitu penyebab perinatal, infeksi
saluran pernapasan (ISPA), diare, tetanus neonatorum, infeksi saluran
cerna, dan penyakit saraf (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 1995). (Sodikin, 2009, h: 2-3)
Berdasarkan hasil prasurvei di BPS Wirahayu, Amd.Keb dimana
didapatkan seorang ibu yang bersalin dengan G1P0A0 dengan usia ibu 18
tahun pada tanggal 10 juni 2016, ibu tersebut belum mengetahui cara
perawatan tali pusat dengan benar, singga penulis tertarik untuk
mengambil judul : Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Ny.
N Dengan Perawatan Tali Pusat di BPS Wirahayu Amd.Keb Panjang
Bandar Lampung Tahun 2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam studi kasus
ini adalah :”Bagaimanakah Penatalaksanaan Perawatan Tali Pusat Pada
Bayi Ny. N di BPS Wirahayu Amd.Keb, alamat : Jl. Selat malaka Kp.
Bayur Panjang Bandar Lampung.
C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Mengetahui Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan
penatalaksanaan Perawatan Tali Pusat pada Ny. N DI BPS Wirahayu
Amd.Keb alamat: Jl. Selat Malaka Kp. Bayur Panjang Bandar
Lampung, dengan mendekatkan manajement varney.
19. 4
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian data terhadap By. Ny.N di
BPS Wirahayu Amd.Keb alamat : Jl. Selat Malaka Kp. Bayur Panjang
Bandar Lampung, dengan penatalaksanaan Perawatan Tali Pusat.
b. Penulis mampu menentukan diagnosa dan menganalisis masalah
yang telah di kumpulkan dari By.Ny N DI BPS Wirahayu
Amd.Keb alamat : Jl. Selat Malaka Kp. Bayur Panjang Bandar
Lampung, dengan penatalaksanaan tali pusat.
c. Penulis mampu menegakkan diagnosa dan masalah potensial
berdasarkan diagnosa yang telah di tentukan pada By.Ny.N di BPS
Wirahayu Amd.Keb, alamat : Jl. Selat Malaka Kp. Bayur Panjang
Bandar Lampung, dengan penatalaksanaan tali pusat
d. Penulis mampu melaksanakan tindakan segera berdasarkan kondisi
pada By.Ny.N di BPS Wirahayu Amd.Keb, alamat : Jl. Selat
Malaka Kp. Bayur Panjang Bandar Lampung, dengan
penatalaksanaan tali pusat
e. Penulis mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh pada bayi
baru lahir terhadap By.Ny.N di BPS Wirahayu Amd.Keb, alamat :
Jl. Selat Malaka Kp. Bayur Panjang Bandar Lampung, dengan
penatalaksanaan tali pusat
f. Penulis mampu melaksankan tindakn asuhan kebidanan secara
langsung pada bayi baru lahir terhadap By.Ny.N di BPS Wirahayu
20. 5
Amd.Keb, alamat : Jl. Selat Malaka Kp. Bayur Panjang Bandar
Lampung, dengan penatalaksanaan tali pusat
g. Penulis mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberika pada Ny.N di BPS Wirahayu Amd.Keb, alamat : Jl. Selat
Malak Kp. Bayur Panjang Bandar Lampung, dengan penatalaksanaan
perawatan tali pusat.
D. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Bayi Ny.N segera setelah lahir dengan kebutuhan perawatan tali pusat
2. Tempat
Di BPS Wirahayu Amd.Keb, alamat : Jl. Selat Malaka Kp. Bayur
Panjang Bandar Lampung
3. Waktu
Study kasus ini dilaksanakan dari tanggal 10 juni 2016 sampai 15 juni
2016
E. Manfaat Penulisan
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat memberikan suatu
manfaat yang berarti kepada
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan bahan bacaan dan salah satu sumber informasi bagi
mahasiswa dan pendidikan dalam melaksanakan program pendidikan
sebagai panduan dan contoh untuk melakukan penelitian
21. 6
2. Bagi Lahan Praktek
Hasil Study kasus ini dapat bermanfaat bagi lahan praktek dalam
memberikan penyuluhan dan informasi atau masukan dalam
meningkatkan pelayanan khasusnya tentang perawatan tali pusat yang
baik dan benar.
3. Bagi Masyarakat/Orang Tua Bayi
Setelah diberikan asuhan komprehensif selama perawatan tali pusat
pada bayi diharapkan dapat mencegah, mendeteksi dan mengatasi
masalah yang terjadi pada bayi dan bagi orang tua dapat memberikan
pengetahuan tentang cara perawatan tali pusat yang baik dan benar.
4. Bagi Penulis
Studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis
tentang cara perawatan tali pusat pada bayi sesuai dengan standar
Asuhan Kebidanan, dan dapat mengaplikasikannya kedalam praktek.
F. Metodologi dan Tekhnik Memperoleh Data
1. Metodologi Penelitian
Survey deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan)
yang terjadi didalam suatu populasi tertentu. Pada umumnya survey
deskriptif digunakan untuk membuat penilaian terhdap suatu kondisi
dan penyelenggaraan suatu program dimasa sekarang, kemudian
hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program
tersebut. Survey Deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian
22. 7
yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi didalam masyarakat. Dalam bidang kesehatan
masyarakat survey deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
memotret masalah kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang
tinggal dalam komunitas tertentu. (Notoadmodjo 2010, h : 35)
2. Tekhnik memperoleh data
Untuk memperoleh data, tekhnik yang digunakan sebagai berikut :
a. Data Primer
1) Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran
penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut (faceto face). Jadi data tersebut diperoleh
langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau
percakapan. Wawancara sebagai pembantu utama dari metode
observasi. Gejala-gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau
diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara.
(Notoatmodjo, 2010, h : 139)
a. Allo Anamnesis
Anamnesis yang digunakan keluarga pasien untuk
memperoleh data tentang pasien. Ini lakukan pada keadaan
23. 8
darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk
memberikan data yang akurat. (Sulistyawati, 2012 h : 180)
2) Pengkajian fisik
Merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah
kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan
untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah
informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien,
mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status
pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah
diberikan. (Uliyah dan Hidayat, 2009, h : 140)
b. Data Sekunder
1) Studi Kepustakaan
Menurut hidayat (2014) dalam sekarang (2006) dikatakan study
kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari
permasalahan penelitian.
2) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen
yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang
subjek. (Herdiansyah, 2012, h : 143)
24. 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis
1. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian BBL
Bayi baru lahir disebut juga dinamakan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterine. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram. (Dewi, 2013 h
: 1).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-40000 gram,
nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan yulianti 2012, h : 2)
b. Perawatan umum pada bayi
1) Gunakan sarung tangan dan celemek sewaktu memegang BBL sampai
dengan memandikan bayi minimal 6 jam, tidak perlu memakai masker
atau gaun penutup dalam perawatan BBL.
2) Bersihkan darah dan cairan bayi dengan menggunakan kapas yang
direndam dalam air hangat kemudian keringkan.
3) Bersihkan bokong dan sekitar anus bayi setiap selesai mengganti popok
atau setiap diperlukan dengan menggunakan kapas yang direndam dengan
air hangat atau air sabun lalu keringkan dengan hati-hati.
25. 10
4) Gunakan sarung tangan sewaktu merawat tali pusat. (Dewi, 2013, h: 17)
c. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
Ciri-ciri BBL normal sebagai berikut :
1) Lahir aterm antara 37-42 minggu
2) Berat badan 2500-4000 gram
3) Panjang badan 48-52 cm
4) Lingkar dada 30-38 cm
5) Lingkar kepala 33-35 cm
6) Lingkar lengan 11-12 cm
7) Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
8) Pernafasan ± 40-60x/menit
9) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
11) Kuku agak panjang dan lemas
12) Nilai APGAR >7
13) Gerak Aktif
14) Bayi lahir langsung menangis kuat
15) Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada daerah
pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
16) Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
17) Reflek moro (gerakan memeluk bila di kagetkan) sudah terbentuk dengan
baik.
18) Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.
19) Genetalia
26. 11
a) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
scrotum dan penis yang berlubang.
b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang
berlubang, serta adanya labia mayora dan minora.
c) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam dan keciklatan. (Dewi 2010 h : 2)
d. Tahapan Bayi Baru Lahir
1) Tahap I : terjadi segera setelah lahir selama menit-menit pertama
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan
scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
2) Tahap II : disebut tahap tradisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan
pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan prilaku.
3) Tahap III : disebut tahap periodik, pemeriksaan pengkajian dilakukan
setelah 24 jam pertama yang meliputi seluruh tubuh. (Dewi, 2013, h : 2-3)
e. Reflek Pada Bayi Baru Lahir
1) Reflek kedipan (glabelar reflex)
Merupakan respon terhadap cahaya terang yang mengindikasikan
normalnya saraf optic.
2) Tonick neck reflex
Letakkan bayi pada posisi terlentang, putar kepala ke satu sisi dengan
badan ditahan, ekstremitas terekstensi pada sisi kepala yang di putar, tetapi
ekstremitas pada sisi lain fleksi. Pada keadaan normal, bayi akan berusaha
untuk mengembalikan kepala ketika diputar ke sisi pengujian saraf sensori.
27. 12
3) Grasping reflex
Normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksaan
diletakkan jari telunjuk pada palmar yang ditekan dengan kuat.
4) Reflex moro
Tangan pemeriksa menyangga pada punggung dengan posisi 45 derajat
dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan 10 derajat, normlanya akan terjadi
abduksi sendi bahu ekstensi lengan.
5) Walking reflex
Bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan berjalan dan kaki akan
bergantian dari fleksi ke ekstensi.
6) Babinsky reflex
Dengan menggores telapak kaki, dimulai dari tumit lalu gores pada sisi
lateral telapak kaki ke arah atas kemudian gerakkan jari sepanjang telapak
kaki. (Dewi, 2013, h: 25-26)
7) Reflex rooting
Reflek ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan
memutar kepala seakan mencari putting susu. Reflek rooting berkaitan erat
dengan reflek menghisap. Reflek ini dapat dilihat jika pipi atau sudut
mmulut bayi disentuh dengan pelan, maka bayi akan menengok secara
spontan ke arah sentuhan, mulutnya akan terbuka dan mulai menghisap.
Reflek ini biasanyan menghilang pada usia tujuh bulan.
8) Reflex sucking
Reflek ini timbul bersama reflek rooting untuk menghisap putting susu dan
menelan ASI.
28. 13
9) Reflek batuk dan bersin
Reflek ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernafasan.
10) Reflek membengkokkan badan (reflex gallant’s)
Ketika bayi tengkurap, goresan pada punggung menyebabkan pelvis
membengkokkan ke samping. Jikan punggung digores dengan keras kira-
kira 5 cm dari tulang belakang dengan gerakan ke bawah bayi merespon
dengan membengkokkan badan ke sisi yang digoreskan. Reflek ini
berkurang pada usia 2-3 bulan.
11) Reflek Beur / Merangkak
Reflek akan terlihat pada bayi aterm dengan posisi bayi tengkurap. Bayi
baru lahir akan melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan
lengan dan tungkainya. Reflek ini menghilang pada usia 6 minggu.
(Rohani et all, 2013, h: 249-250)
12) Reflek Ekstruksi
Bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah disentuh dengan
jari atau putting. (Wahyuni, 2012, h : 56)
13) Startle (Kaget)
Bertepuk tangan dengan keras, bayi mengekstensi dan memfleksi lengan
dalam merespon terhadap suara yang keras, tangan tetap rapat. (Uliyah dan
Hidayat, 2009, h: 152).
f. Penampilan Pada Bayi Baru Lahir
Penampilan pada BBL serbagai berikut :
1) Kesadaran dan reaksi terhadap sekililing, perlu dikurangi rangsangan
terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang
mengejutkan atau suara mainan.
29. 14
2) Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan yang simetris
pada waktu bangun. Adanya tumor pada bibir, kaki dan tangan pada
waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
3) Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang Kepala: apakah
terlihat simetris, benjolan seperti tumor yang lunak dibelakang atas
menyebabkan kepala tampak lebih panjang ini disebabkan akibat proses
kelahiran, benjolan pada kepala tersebut dibelahan kiri atau kanan saja,
atau di sisi kiri dan kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur
kepala, pengukuran lingkar kepala dapat ditunda sampai kondisi benjolan
(capput sucsedenaum) dikepala hilang dan jika terjadi moulase, tunggu
hingga kepala bayi kembali pada bentuknya semula.
4) Muka wajah; bayi tampak ekspresi; mata : perhatikan kesimetrisan antara
mata kanan dan kiri, perhatikan adanya tanda-tanda perdarahan berupa
bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu;
5) Mulut : penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti mulut
ikan, tidak ada tanda-tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak terdapat
pada bayi normal, bila terdapat secret yang berlebihan, kemungkinan ada
kelainan bawaan saluran cerna;
6) Leher, dada, abdomen : melihat adanya cedera akibat persalinan;
perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena bayi
biasanya bayi masih ada pernapasan perut.
7) Punggung : adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan
lekukan yang kurang sempurna; bahu, tangan, sendi, tungkai: perlu
30. 15
diperhatikan bentuk, gerakannya, faktur (bila ekstremitas lunglai/kurang
gerak), farices;
8) Kulit dan kuku : dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan,
kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan, pengelupasan
yang berlebihan harus diperkirakan kemungkinan adanya kelainan,
waspada timbulnya kulit dengan warna yang tak rata (“cutis Marmorata”)
ini dapat disebabkan karena temperatur dingin, telapak tangan, telapak
kaki atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat dan kuning, bercak-
bercak besar biru yang sering terdapat disekitar bokong (Mongolian Spot)
akan menghilang pada umur 1 (satu) sampai 5(lima) tahun;
9) Kelancaran menghisap dan pencernaan : harus diperhatikan: tinja dan
kemih: diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila terjadi
perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai muntah, dan
mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi untuk
pemeriksaan lebih lanjut, untuk kemungkinan Hirschrung/Congenital
Megacolon;
10) Refleks : refleks rooting, bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh
pipi, refleks isap, terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang
disertai refleks menelan, refleks morro ialah timbulnya pergerakan tangan
yang simetris seperti merangkul apabila tiba-tiba digerakan, refleks
mengeluarkan lidah terjadi apabila diletakan benda didalam mulut, yang
sering ditafsiran bayi menolak makanan/minuman.
11) Berat Badan : sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan lebih
dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukkan kekurangan cairan.
(Rukiyah dan yulianti, 2012, h: 3-5)
31. 16
g. Mekanisme hilangnya panas tubuh bayi baru lahir
1) Konveksi
Hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi, misal :
BBL diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka.
2) Konduksi
Pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan
permukaan yang lebih dingin, misal : popok atau celana basah tidak
langsung diganti.
3) Radiasi
Panas tubuh bayi memancarkan kelingkungan sekitar bayi yang lebih
dingin, misal : BBL diletakkan di tempat yang dingin.
4) Evaporasi
Cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi dan menguap, misal : bayi
baru lahir tidak langsung dikeringkan dari air ketuban . (Sulistyawati dan
nugraheny, 2013, h 200)
h. Asuhan Kebidanan Pada BBL Normal
1) Penilaian kondisi bayi
a) Penilaian sekilas sesaat setelah bayi baru lahir
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaian sekilas untuk
menilai kesejahteraan bayi secara umum. Aspek yang dinilai adalah
warna kulit dan tangis bayi, jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi
dapat menangis spontan maka ini sudah cukup untuk dijadikan data wal
bahwa dalam kondisi baik. (Sulistyawati, 2013, h : 118)
32. 17
b) Menit pertama kelahiran
Sesaat stelah bayi lahir bidan memantau 2 tanda vital bayi sesuai dengan
SIGTUNA skor, yaitu upaya bayi untuk bernafas dan frekuensi jantung
(dihitung selama 6 detik, haisl dikalikan 10 sama dnegan frekuensi
jantung satu menit).
Tabel 2.1 Sigtuna Skor
Skor
Kriteria 2 1 0
Pernafasan Teratur Megap-megap Tidak ada
Denyut jantung >100 <100 Tidak ada
Kesimpulan dari total SIGTUNA Skor :
4 : Asfiksia ringan atau tidak asfiksia
2-3 : Asfiksia ringan
2 : Asfiksia berat
0 : Bayi lahir mati/fresh stillbirth
c) Menit ke 1, 5 dan 10
Segera setelah bayi lahir, bidan mengobservasi keadaan bayi dengan
berpatokan pada APGAR SCORE dari 5 menit hingga 10 menit.
(Sulistyawati, 2013, h : 118-119).
Tabel 2.2 Tanda Apgar Score
Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2
Appearance
(warna kulit)
Pucat/biru
seluruh tubuh
Tubuh
kemerahan,
ekstremitas biru
Seluruh tubuh
kemerahan
Pulse (denyut jantung) Tidak ada <100 >100
Grimace
(tonus otot) Tidak ada
Ekstremitas
sedikit fleksi Gerakan aktif
Activity
(aktivitas) Tidak ada Sedikit gerakan
Langsung
menangis
Respiration
(pernafasan) Tidak ada Lemah/teratur Menangis
(Sulistyawati, 2013, h : 208-209)
33. 18
Interpretasi:
a. Nilai 1-3 : Asfiksia berat
b. Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
c. Nilai 7-10 : Asfiksia ringan (normal).
(Dewi, 2013, h: 3)
2) Mempertahankan suhu tubuh bayi
Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermia yaitu
dengan cara:
a) Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir
Kondisi bayi setelah lahir dengan tubuh basah karena air ketuban atau aliran
udara melalui jendela/pintu terbuka akan mempercepat terjadinya
penguapan yang akan mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu
tubuh. Hal ini akan mengakibatkan serangan dingin (cold stress) yang
merupakan jendela awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak
memperlihatkan gejala mengigil oleh karena kontrol suhunya sebelum
sempurna.
b) Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir harus
segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian
diletakan terlungkup diatas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari
dekapan ibu.
c) Menunda memandikan bayi baru lahir sampai tubuh bayi stabil. Pada
bayi baru lahir cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2.500 gram
dan menangis kuat biasa dimandikan ± 24 jam setelah kelahiran dengan
tetap menggunakan air hangat. Pada bayi baru lahir beresiko yang berat
badan kurang dari 2.500 gram atau keadaannya sangat lemah sebaiknya
34. 19
jangan dimandikan sampai suhu tubuhnya stabil dan mampu menghisap
asi dengan baik.
d) Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir. Ada empat cara yang
membuat bayi kehilangan panas yaitu melalui radiasi, evaporasi, konduksi,
konveksi. (Dewi 2010, h : 3-4)
3) Memotong tali pusat
a) Menjepit tali pusat dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu
mengurut tali pusat ke arah ibu dan memasang klem ke-2 dengan jarak 2
cm dari klem.
b) Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri (jari
tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat di antara 2 klem.
c) Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul
mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati. Untuk kedua
kalinya bungkus dengan kasa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu
memasukkannya dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5 %
d) Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya kepada ibu.
(Dewi, 2013, h: 3)
4) Inisiasi Menyusu Dini
Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu selama
paling lambat sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk
mencari dan menemukan putting ibunya. (Prawihardjo, 2012, h : 369).
Rangasangan isapan bayi pada puting akan diteruskan oleh serabut syaraf
ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Dimana hormon
inilah yang akan memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Pada hari-hari
pertama kelahiran bayi, apabila penghisapan puting susu cukup adekuat maka
35. 20
dihasilkan secara bertahap menghasilkan 10-100 cc ASI. Produksi ASI akan
optimal setelah sehari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI
700-800 cc ASI per hari (kisaran 600-1000 cc) untuk tumbuh kembang bayi.
Produksi ASI mulai menurun (500-700 cc) setelah 6 bulan pertama dan
menjadi 400-600 cc pada 6 bulan kedua. Produksi ASI menjadi 300-500 cc
pada tahun kedua usia anak. (Rukiyah dan yulianti 2012 h : 7-12).
Beberapa langkah-langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut:
a) Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di
sekitar putting dan berbaring dengan santai.
b) Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak di tempat
tidur/kasur ibu harus merasa rileks.
c) Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh badan bayi (kepala dan
tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu,
hidung bayi didepan putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa
sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Kepalanya harus sejajar
dengan tubuhnya, tidak melengkung/menyamping, telinga, bahu, dan
panggul bayi berada dalam satu garis lurus.
d) Ibu mendekatkan bayi ketubuhnya ( muka bayi ke payudara ibu) dan
mengamati bayi yang siap menyusu : membuka mulut, bergerak mencari dan
menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak harus
mencondongkan badan dan bayi tidak merenggangkan lehernya untuk
mencapai putting susu ibu.
e) Ibu menyentuh puting susunya kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi
terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu hingga
bibir bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu memegang payudara
36. 21
dengan satu tangan dengan cara meletakkan empat jari dibawah payudara
dan ibu jari di atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk hruf
“C” semua jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan aerola.
f) Pastikan bahwa sebagian besar aerola masuk kedalam mulut bayi. Dagu
rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara.
Bibir bawah bayi melengkung keluar.
g) Bayi diletkkan menghadap ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus,
hadapkan bayi ke dada ibu sehingga hidung bayi berhadapan dengan
putting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke
putting susunya dan menunggu sampai mulut bayi membuka lebar.
h) Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dari mulut bayi
dengan cara memasukan kelingking ibu diantara mulut dan payudara.
i) Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau
menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung
bayi. (Dewi dan sunarsih 2011 h : 31-34)
5) Pemberian vitamin K1
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K 1 injeksi 1 mg intramuskuler
dipaha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan pada bayi baru lahir
akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
6) Pemberian imunisasi Hepatitis B
Berikan imunisasi hepatitis B regimen tunggal sebanyak 3 kali, pada usia 0
bulan (segera setelah lahir), usia 1 bulan, usia 6 bulan atau pemberian
regimen kombinasi sebanyak 4 kali pada usia 0 bulan, usia 2 bulan (DPT +
Hep B), usia 3 bulan, usia 4 bulan pemberian imunisasi Hepatits B.
37. 22
7) Pemberian salep mata
Pencegahan infeksi dengan menggunakan salep tetrasiklin 1%. Salep antibiotic
tersebut harus diberikan dalam 1 jam setelah kelahiran. Berikan salep mata
dalam 1 garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung
bayi menuju keluar mata. (Rukiyah dan Yulianti, 2012, h : 14).
Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi
Umur Vaksin Keterangan
Saat lahir Hepatitis B-1 Hepatitis B-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir,
dilanjutkan ketika bayi berusia 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu
positif, maka dalam waktu 12 jam setelah lahir bayi harus diberikan HBlg
0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu
tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa
ibu HbsAg positif, maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi
berusia 7 hari.
Polio – 0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di
RB/RS, polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk
menghindari tranmisi virus vaksin kepada bayi lain).
1 bulan Hepatitis B-2 HB-2 diberikan saat bayi berusia 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2
adalah 1 bulan.
Bila bayi preamatur dan HbsAG ibu negatif, maka imunisasi ditunda
sampai bayi berusia 2 bulan atau berat badan 2.000 gram
0-2 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan ketika
bayi berusia lebih dari 3 bulan, maka sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu, jika hasil uji negatif maka imunisasi BCG
dapat diberikan.
Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan.
2 bulan DTP -1 DTP-1 diberikan ketika bayi berusia lebih dari 6 minggu, dapat
dipergunakan DTwp atau DTap DTP-1 dengan interval 4-6 minggu.
Polio-1 Polio dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1
Interval pemberian polio 2,3,4 tidak kurang dari 4 minggu
Vaksin polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4,
lalu lanjutkan pada usia 5-6 tahun.
4 bulan DTP-2 DTP-2 (DTwp atau Dtap) dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).
Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2.
6 bulan DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3.
DPT ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi DPT 3 dan pada
usia 5 tahun.
DT diberikan pada anak usia 12 tahun.
Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3
Hepatitis B-
3
HB-3 diberikan saat bayi berusia 6 bulan.untuk mendapatkan respon
imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, tetapi
interval terbanyak 5 bulan.
Departemen kesehatan mulai tahun2005 memberikan vaksin HB-1
monovalen (uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi
DTwp/HB pada usia 2,3 dan 4 bulan.
Imunisasi ulang (booster) pada usia 5 tahun tidak diperlukan,
idealnya pada usia ini dilakukan pemeriksaan anti-HBs.
9 bulan Campak Campak-1 diberikan ketika bayi berusia 9 bulan.
38. 23
8) Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta
bayinya dalam suatu ruangan, kamar, atau suatu tempat secara bersama-
sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam sehari.
a) Tujuan dilakukannya rawat gabung ini adalah sebagai berikut :
(1) Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat kapan
saja saat dibutuhkan.
(2) Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar
seperti yang dilakukan oleh petugas.
(3) Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat
bayinya secara baik dan benar.
(4) Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung
dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara
baik dan benar
(5) Ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional
b) Sasaran dan syarat dilakukannya rawat gabung adalah sebagai
berikut:
(1) Bayi lahir spontan, jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat
gabung bisa dilakukan setelah bayi cukup sehat.
(2) Bayi yang lahir secara section caesaria (SC) dengan anastesi umum,
rawat gabungnya pun dilakukan setelah ibu dan bayi sadar penuh.
(3) Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR minimal 7)
(4) Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
(5) Berat lahir 2.000-2.500 gram atau lebih
(6) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum
39. 24
(7) Bayi dan ibu sehat
c) Manfaat yang bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung pada
ibu dan bayi adalah sebagai berikut :
(1) Fisik
Bila ibu dekat bayinya, maka ibu akan mudah untuk melakukan
perawatan sendiri. Dengan perawatan sendiri dan pemberian ASI
sedini mungkin, maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya
infeksi silang dari pasien lain atau petugas kesehatan.
(2) Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan
frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis
yang alami, dimana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai
dan baik. Bagi ibu yang menyusui akan timbul reflek oksitosin yang
dapat membantu proses fisiologis involusi rahim.
(3) Psikologis
Dari segi psikologis akan segera terjadi proses lekat akibat sentuhan
badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan psikologis bayi. Selain itu, kehangatan tubuh
ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
(4) Edukatif
Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu
menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit.
Selama di RS ibu akan melihat, belajar, dan mendapat bimbingan
mengenai cara menyusui secara benar, cara merawat payudara, tali
pusat, memandikan bayi, dan sebagainya. Keterampilan ini
40. 25
diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri setelah pulang dari RS.
(5) Ekonomi
Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi rumah sakit,
terutama RS pemerintah, hal tersebut merupakan satu penghematan
terhadap anggaran pengeluaran untuk pemberian susu formula, botol
susu, dll, serta peralatan lain yang dibutuhkan. Beban perawat
menjadi lebih ringan karena ibu berperan besar dalam merawat
bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan lain.
(6) Medis
Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat menurunkan
terjadinya infeksi nosokomial pada bayi, serta menurunkan angka
merbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya. (Dewi, 2013, h : 18-
19)
i. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus
Saat lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung
menjadi mandiri. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula
bayi tersebut harus dapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya
sendiri, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang
cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut “Periode
Transisi”. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran
untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi
41. 26
adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi dan dalam
kemapuan mengambil serta menggunakan glukosa.
1) Perubahan sistem pernafasan
Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi :
a) Hipoksia pada akhir pesralinan dan rangsangan fisik lingkungan luar
rahim yang merangsang pusat pernafasan diotak.
b) Takanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru
selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru
secara mekanis. Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk
: mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan
alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali. (Rukiyah dan Yuliyanti,
2012, h : 38)
Tabel 2.4 Perkembangan sistem Pulmonal
Usia Kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru-paru
26-28 hari Kedua bronkus membesar
6 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdiferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34-36 minggu Struktur paru matang
(Dewi, 2013, h : 12)
2) Perubahan dalam sistem peredaran darah
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan
mengantarkannya ke jaringan untuk membuat sirkulasi yang baik guna
mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar.
Penutupan foramen ovale pada atrium jantung. Penutupan duktus arteriosus
antara arteri paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh
sistem pembuluh darah. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah
42. 27
mengubah tekanan dengan cara mengurangi dan meningkatkan
resistensinya hingga mengubah aliran darah. Dua peristiwa yang mengubah
tekanan dalam sistem pembuluh darah :
a) Pada saat tali pusat dipotong
Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke
atrium kanan. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan
atrium kanan. Kedua hal ini membantu darah dengan kandungan O2
sedikit mengalir ke paru-paru untuk oksigenasi ulang.
b) Pernafasan pertama menurunkan reistensi pembuluh darah paru-paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. O2 pada pernafasan pertama
menimbulkan relaksasi dan tetrbukanya sistem pembuluh dara paru-paru
peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume
darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan
atrium kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara
fungsional akan menutup. Dengan pernafasan, kadar O2 dalam darah
akan meningkat, mengakibatkan duktus arteriosus berkontraksi dan
menutup. Vena imbilicus, ductus venosus dan arteri hipogastrika dari tali
pusat menutup dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat
menutup dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat
diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
(Rukiyah dan Yuliyanti, 2012, h : 38-40).
3) Sistem pengaturan suhu tubuh
a) Pengaturan suhu tubuh
Suhu dingin dilingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap
melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu
43. 28
tanpa menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan
yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui
tubuhnya penggunaan lemak coklat untuk roduksi panas. Lemak coklat
tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin.
b) Metabolisme glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Pada BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang
cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi bila
bayi mempunyai persendian glikogen cukup yang disimpan dalam hati.
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
(1) Melalui penggunaan ASI
(2) Melalui penggunaan cadangan glikogen
(3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
(Rukiyah dan Yuliyanti, 2012, h : 40-41)
4) Perubahan sistem gastrointestinal
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat
lahir. Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan.
Kemampuan menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada
bayi. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih belum
sempurna yang berakibat gumoh. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang
dari 30 cc dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan janin.
5) Perubahan sistem kekebalan tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentas terhadap infeksi.
Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya :
44. 29
a) Perlindungan oleh kulit membrane mukosa
b) Fungsi jaringan saluran nafas,
c) Pembentukkan koloni mikroba oleh kulit dan usus,
d) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang
membantu membunuh organisme asing. (Rukiyah dan Yuliyanti, 2012, h
: 40-41)
j. Asuhan Neonatus dirumah
Pemberian asuhan neonatus dirumah dilakukan melalui kunjungan bersama
dengan kunjungan pada ibu. Kunjungan neonatus (KN) dilakukan sejak bayi
usia satu hari sampai usia 28 hari, kunjungan pertama (KN 1) dilakukan pada
hari pertama hingga ke-7 setelah bayi dilahirkan, sedangkan kunjungan kedua
(KN 2) dilakukan pada hari ke-8 hingga ke 28. Adapun tujuan dari kunjungan
neonatus, yaitu melakukan pemeriksaan ulang pada bayi baru lahir.
1) Kunjungan Neonatus Pertama (KN 1)
Kunjungan neonatus pertama dilakukan pada hari pertama sampai ke-7
setelah kelahiran. Kunjugan dimulai dengan wawancara singkat dengan ibu
atau ayah tentang :
a) Riwayat maternal, riwayat kelahiran dan perawatan neonatus segera
setelah lahiran.
b) Observasi orang tua dan lakukan wawancara tentang penyesuain
keluarga.
c) Kaji riwayat interval bayi baru lahir : pemberian makan, kewaspadaan,
menangis, dan juga masalah pada usus (intestinal), kantong kemih, serta
masalah lainnya.
45. 30
d) Berikan penyuluhan dan pedoman antisipasi
e) Jadwalkan kunjungan dalam 6-8 minggu untuk imunisasi dan chek up
lebih lanjut.
2) Kunjungan Neonatal kedua (KN 2)
Kunjungan kedua dilakukan pada hari ke-8 samapai ke-28 setelah
kelahiran. Selain pengkajian diatas lakukan pengamatan apakah bayi
tergolong sehat atau tidak.
a) Tanda-tanda bayi sehat diantaranya :
(1) Bayi lahir segera menangis
(2) Seluruh tubuh bayi kemerahan
(3) Bayi bergerak aktif
(4) Bayi bisa menghisap puting susu dengan kuat
(5) Bayi lahir berat 2.500 gram / lebih
(6) Setiap bulan berat badan anak bertambah mengikuti pita hijau pada
KMS
(7) Perkembangan dan kepandaian anak bertambah sesuai usia
(8) Anak jarang sakit, gembira, ceria,aktif, lincah dan cerdas
b) Tanda bayi sakit berat :
(1) Tidak mau menyusu
(2) Lesu atau memperlihatkan perilaku yang luar biasa
(3) Bayi belum defekasi selama 48 jam
(4) Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama
(5) Suhu bayi di bawah 360
C atau diatas 370
C
(6) Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan warna kulit tampak
kuning coklat atau persik.
46. 31
(7) Kejang
(8) Kaki dan tangan teraba dingin atau bayi demam
(9) Badan bayi kuning
(10)Tali pusat basah dan berbau
(11)Gerakan kedua lengan dan kaki lemah
(12)Berat badan tidak naik
(13)Pada KMS garis pertumbuhan turun, datar, pindah kepita Warna di
bawah garis merah (BGM). (Yulifah dan yuswanto 2011, h : 93-95)
3) Rencana asuhan bayi usia 2-6 hari
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam asuhan pada bayi,
yaitu sebagai berikut :
a) Minum
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI
diketahui mengandung banyak zat gizi yang paling sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Berikan asi sesering mungkin sesuai dengan keinginan ibu
(jika payudara sudah penuh) atau sesuai dengan kebutuhan bayi, yaitu
setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), bergantian antara payudara
kiri dan kanan. Berikan ASI saja (asi eksklusif) sampai bayi berusia 6
bulan. Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2
tahun, dengan penambahan makanan lunak atau padat yang disebut
makanan pendamping ASI (MP ASI). Banyak sekali keuntungan yang
diperoleh dari ASI. Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan
perkembangan bayi, tetapi juga hubungan kasih sayang antara ibu dan
bayi yang akan memberikan dukungan sangat besar terhadap terjadinya
47. 32
proses pembentukan emosi positif pada anak, dan berbagai keuntungan
bagi ibu.
b) Defekasi (BAB)
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu
pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam.
Feses transisi (kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya
mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam. Bayi baru lahir
yang diberi makan lebih awal akan lebih cepat mengeluarkan feses dari
pada mereka yang menyusu dengan asi akan berbeda dengan bayi
menyusu dengan susu botol. Feses dari bayi asi lebih lunak, berwarna
kuning emas, dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
c) Berkemih (BAK)
Fungsi ginjal bayi masih belum sempurna selama dua tahun pertama
kehidupannya. Biasanya terdapat urine dalam jumlah yang kecil pada
kandung kemih bayi saat lahir, tetapi ada kemungkinan urine tersebut
tidak dikeluarkan selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi pada
periode ini dengan frekuensi 6-10 kali sehari dengan warna urine yang
pucat.
d) Tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir bayi normalnya sering tidur bayi
baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari. Pada
umumnya bayi terbangun sampai malam hari pada usia 3 bulan.
Sebaiknya ibu selalu menyediakan selimut dan ruangan yang hangat,
serta memandikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin . jumlah
48. 33
waktu tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi,
pola ini dapat terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5 Perubahan Pola Tidur
Usia Lama Tidur
1 minggu 16,5 jam
1 tahun 14 jam
2 tahun 13 jam
5 tahun 11 jam
9 tahun 10 jam
e) Kebersihan kulit
Kebersihan kulit bayi benar-benar dijaga walaupun mandi dengan
membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan setiap hari, tetapi
bagian-bagian seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan
secara teratur sebaiknya orang tua maupun orang lain yang ingin
memegang bayi diharuskan ubtuk mencuci tangan terlebih dahulu.
(Dewi, 2010, h : 27-29).
Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir. Sebelum
dimandikan periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil (suhu aksila antara
36,5 0
C – 37,50
C), jika suhu tubuh bayi masih di bawah batas normal
maka selimuti tubuh bayi dengan longgar, tutupi bagian kepala,
tempatkan bersama dengan ibunya (skin to skin), tunda memandikan
bayi sampai suhu tubuhnya stabil dalam waktu 1 jam. Tunda juga untuk
memandikan bayi jika mengalami gangguan pernafasan. Ruangan untuk
memandikan bayi harus hangat dan tidak ada tiupan angin. Mandikan
bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat. Setelah bayi dimandikan,
segera keringkan dan selimuti kembali bayi, kemudian berikan kepada
ibunya untuk disusui dengan ASI.
49. 34
Memandikan harian pada bayi dilakukan, harus diruangan yang
hangat, bebas dari hembusan angin langsung dan tergantung kondisi
udara jangan memandikan bayi langsung saat bayi baru bangun tidur,
karena sebelum adanya aktifitas dan pembakaran energy di khawatirkan
terjadi hipotermi dan bayi masih kedinginan, prinsip memandikan bayi
adalah: cepat dan hati-hati, lembut, pada saat memandikan usahakan
membasahi bagian-bagian tubuh tidak langsung sekaligus:
1) Bagian kepala : lap bayi dengan washlap lembut, tidak usah dengan
sabun, kemudian lap dengan handuk, lalu basahi kepala bayi dengan
air kemudian pakaikan shampo kalau rambut kotor, kemudian dibilas
lalu keringkan dengan handuk.
2) Bagian tubuh : buka pembungkus bayi, pakaian dan popok, kalau bayi
BAB, bersihkan terlebih dahulu, kemudian lab tubuh bayi dengan
cepat dan lembut memakai washlap yang telah diberi air dan sabun
mulai dari leher, dada,perut, punggung, kaki dengan cepat, kemudian
angkat tubuh bayi dan celupkan kebak mandi yang telah di isi air
dengan hangat ± 37 derajat celcius.
3) Angkat tubuh bayi lalu keringkan dengan handuk, pakaikan minyak
telon pada dada, perut dan punggung, jangan pakaikan bedak, lalu
pakaikan baju, kemudian bayi dibungkus agar hangat dan dekapkan
ketubuh ibu. (Rukiyah dan yulianti, 2012, h : 72)
f) Keamanan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga keamanan bayi adalah
dengan tetap menjaganya, jangan sekalipun meninggalkan bayi tanpa
ada yang menunggu. Selain itu juga perlu dihindari untuk memberikan
50. 35
apapun kemulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak dan jangan
menggunakan alat penghangat buatan ditempat tidur bayi.
g) Tanda-tanda bahaya
1) Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit
2) Terlalu hangat (>380
C) atau terlalu dingin (<360
C)
3) Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat, atau memar.
4) Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan mengantuk
berlebihan
5) Tali pusat merah, bengkak keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah.
6) Terdapat tanda-tanda infeksi sperti suhu tubuh meningkat, merah,
bengkak, bau busuk, keluar cairan, dan pernafasan sulit
7) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek atau
cair, sering berwarna hijau dan terdapat lender atau darah
8) Mengigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang,
menangis terus menerus.
k. Penyuluhan Pada Ibu dan Keluarga Sebelum Bayi Pulang
1) Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat yang benar yaitu :
a) Cuci tangan dengan air sabun dan air bersih sebelum merawat tali
pusat.
b) Bersihkan dengan lembut kkulit di sekitar tali pusat dengan kapas
basah.
c) Bungkus dengan longgar atau tidak terlalu rapat dengan kasa bersih
atau steril
51. 36
d) Popok atau celana bayi diikat di bawah tali pusat, tidak menutupi tali
pusat untuk menghindari kontak dengan feses dan urine.
e) Hindari penggunaan kancing, kain / uang logam untuk membalut tekan
tali pusat. (Prawihardjo, 2012, h : 370-371)
2) Pemberian ASI
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak dijadwal, bayi disusui
dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri
kebutuhannya. Bayi sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7
menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam. Menyusui yang
dijadwalkan akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya. (Dewi dan Sunarsih,
2011, h : 16).
3) Jaga kehangatan bayi
Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak antara ibu dengan
kult bayi sangat penting dalam rangka menghangatkan serta
mempertahankan panas tubuh bayi. Gantilah handuk/kain jika basah
dengan kain yang kering, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut, serta
jangan lupa untuk memastikan kepala bayi telah terlindungi dengan baik
untuk mencegah kehilangan panas. Apabila suhu bayi kurang dari 36,50
C,
segera hangatkan bayi dengan teknik metode kanguru. Perawatan metode
kanguru adalah perawatan untuk bayi prematur dengan melakukan kontak
langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu. Metode ini sangat tepat dan
mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan bayi yang
lahir prematur maupun yang aterm. Kehangatan tubuh ini merupakan
sumber panas yang efektif. Hal ini terjadi bila ada kontak langsung antara
52. 37
kulit ibu dengan kulit bayi. Prinsip ini dikenal sebagai skin to skin contact
atau metode kanguru. Perawatan dengan metode kanguru merupakan cara
efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu
kehangatkan, keselamatan, kasih sayang, ASI, perlindungan dari infeksi,
dan stimulasi.
4) Tanda-tanda bahaya
Jika muncul tanda-tanda bahaya, ajarkan ibu untuk :
(1) Memberikan pertolongan pertama sesuai kemampuan ibu yang sesuai
kebutuhan sampai bayi memperoleh perawatan medis lanjutan.
(2) Membawa bayi ke RS atau klinik terdekat untuk perawatan tindakan
segera.
5) Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk
melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan cara memasukkan suatu
zat ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral.
6) Perawatan harian/rutin
7) Pencegahan infeksi dan kecelakaan. (Dewi, 2013, h : 30-31)
2. Perawatan Tali Pusat
a. Pembentukan Tali Pusat
Tali pusat (funikulus umbilikalis) atau disebut juga funis merentang dari
umbilicus janin kepermukaan fetal plasenta dan mempunyai panjang 50-55
cm. Tali pusat membungkus dua buah pembuluh arteri umbilikalis yang
mengangkut darah yang sudah diambil oksigennya dari dalam tubuh janin,
vena umbilikalis yang tunggal membawa darah yang sudah dibersihkan dari
plasenta kedalam janin. Pembuluh darah umbilikalis tertanam dalam subtansi
53. 38
gelatinosa yang dikenal dengan nama Jeli Wharton. Jeli ini dilindungi
pembuluh darah tersebut terhadap kompresi (tekanan) dan membantu mencegah
penekukan tali pusat. Jeli Wharton akan mengembang jika terkena udara.
(Sodikin, 2012, h : 7).
Diameter tali pusat antara 15-20 cm, dengan panjang rata-rata antar 50 cm,
terdiri atas dua arteri umbilikasi dan satu vena umbilikalis, bagian luar tali
pusat berasal dari lapisan amnion, didalam terdapat jaringan yang lembek,
yang dinamakan selai warthon. Selai warthon berfungsi melindungi dua arteri
dan satu vena umbilikalis yang berada dalam tali pusat. (Sulistyawati, 2012, h
: 47).
Tali pusat normalnya dari tiga bagian, dua arteri dan satu vena dikelilingi.
Arteri dan vena umbilikalis terlindungi dalam sumbu umbilikalis. Sumbu
tersebut dipenuhi dengan bahan gelatinosa yang disebut jeli warthon, yang
membantu mencegah kekusutan. (Deooly, Lamb,Helseth [1986] dalam
Romero, Pilu, Jeanty, Ghidini, Hobbins, 2002) dan Hamilton (1985). Sumbu
tersebut merupakan perpanjangan daro body stalk pada awal perkembangan
embrionik dan mempunyai panjang sekitar 60 cm pada term. Vena umbilikalis
sebelah kanan biasanya menghilang pada awal perkembangan janin, yang
tertinggal hanya vena umbilikalis sebelah kiri. Pada penampang setiap bagian
tali pusat dekat bagian tengahnya terdapat saluran kecil dari vesikel
umbilikalis yang dilapisi oleh sel epitel kubis atau pipih. Pada bagian yang
berbeda di dekat umbilikalis, terdapat saluran lain yang merupakan sisa dari
alantoin. Bagian intra abdominal vesikel umbilikalis yang memanjang dari
umbilikalis sampai usus biasanya atrofi dan menghilang, namun kadang tetap
paten dan membentuk divertikulum Meckel. Kelainan vaskular yang biasanya
54. 39
diketemukan pada tali pusat manusia adalah tidak adanya satu arteri
umbilkalis.Tali pusat (finis) memanjang dari umbilikalis sampai kepermukaan
fetal plasenta. Permukaannya berwarna putih, kusam, lembap, dan tertutup
amnion yang ketiga pembuluh darah umbilikalis dapat terlihat melaluinya.
Diamter tali pusat ± 1-2,5 cm dengan rata-rata panjang 55 cm, namun
memiliki rentan panjang antara 30-100 cm. Lipatan dan kelokan pembuluh-
pembuluh darah, membuatnya lebih panjang dari tali pusat, sering
menimbulkan nodulasi pada permukaan, atau simpul palsu (varises). Matriks
dari tali pusat terdiri dari Jeli Wharton. Setelah proses fiksasi pembuluh pusat
akan tampak kosong. Bila difiksasi dalam keadaan distensi normal, tampak
pada arteri umbilikalis adanya lipatan intima transversal dari Hoboken yang
melintasi bagian dari lumennya. Mesoderm tali pusat, yang berasal dari
alantoin, akan menyatu dengan amnion. Sirkulasi darah vena umbilikalis melalui
dua rute duktus venosus yang langsung mengosongkan isinya ke vena inferior,
serta melalui beberapa pembuluh darah yang lebih kecil ke dalam sirkulasi
hepatik janin kemudian ke vena kava inferior melalui vena hepatika. Darah akan
mengalir melalui pembuluh yang tahanannya lebih kecil. Tahan didalam duktus
venosus diatur oleh suatu klep yang terletak pada bagian awal duktus vonosus di
umbilikalis dan diinervasi oleh saraf vagus. (Sodikin, 2012, h : 12-14).
b. Fungsi Tali Pusat
Tali pusat pada janin berfungsi sebagai alat pernafasan pertukaran gas
sepenuhnya dilakukan oleh plasenta. Darah mengalir dari plasenta janin
melalui vena umbilikalis yang terdapat didalam tali pusat. Jumlah darah yang
mengalir melalui tali pusat adalah sekitar 125 ml/kg/BB permenit atau sekitar
500 ml permenit. (Sodikin, 2012, h : 15)
55. 40
1) Memberikan makanan kepada janin
2) Ekskresi hormone
3) Respirasi janin, pertukaran O2 dan CO2 antara janin dan ibu
4) Membentuk hormon estrogen
5) Menyalurkan berbagai antibodi dari ibu
6) Sebagai barrier terhadap janin dari kemungkinan masuknya
mikroorganisme/kuman. (Sulistyawati, 2012, h : 49)
c. Cara pemotongan tali pusat
Pada menejemen aktif persalinan kala tiga tali pusat segera dijepit dan
dipotong setelah persalinan. Ini dilakukan untuk memungkinkan intervensi
menejemen aktif yang lain. (Sodikin, 2012, h : 40)
1) Menjepit tali pusat dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu
mengurut tali pusat kearah ibu dan memasang klem ke-2 dengan jarak 2
cm dari klem.
2) Memegang tali pusat di antara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri
(jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2
klem.
3) Mengikat tali pusat dengan jarak 1 cm dari umbilicus dengan simpul mati
lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati.
4) Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya kepada ibu.
(Dewi, 2012, h : 3)
d. Cara Perawatan Tali Pusat.
Tali pusat harus selalu diperhatikan ketika mengganti popok sampai tali pusat
tersebut lepas. Dan luka pada daerah umbilikus sembuh. Tali pusat dirawat
dan dijaga kebersihannya dengan menggunakan alkohol 70%. Paling sedikit
56. 41
dua kali sehari setiap empat jam dan lebih sering lagi jika tampak basah atau
lengket. Teknik membersihkan tali pusat meliputi ujung tali pusat dijauhkan
dari kulit dengan menggunakan satu tangan tangan yang lain membersihkan
dengan kapas yang sebelumnya sudah dicelupkan kedalam alkohol atau zat
warna. (sodikin,2012, h:67)
Upaya untuk pencegahan infeksi tali pusat sesungguhnya merupakan
tindakan sederhana, yang penting adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat
selalu bersih dan kering, dan selalu mencuci tangan dengan menggunakan air
bersih dan menggunakan sabun. Sudah banyak penelitian yang dilakukan
untuk meneliti bahan yang digunakan untuk merawat tali pusat. Perawatan tali
pusat secara medis menggunakan bahan anti septik yang meliputi alkohol 70%
atau inti mikrobial seperti povidon iodin 10% (Betadine), klorheksidin, lodium
Tinsor, dan lain-lain yang disebut sebagai cara modern. Sedangkan perawatan
tali pusat metode tradisional mempergunakan madu, minyak Ghee (India),
atau colostrum air susu ibu. (Sodikin, 2012, h: 57-58).
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu
pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada neonatus. Yang
penting perawatan tali pusat dengan cara yaitu :
1) Menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih
2) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat
3) Bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali pusat dengan kapas basah
4) Bungkus dengan longgar/tidak perlu rapat dengan kasa bersih atau steril,
popok atau celana bayi harus di ikat dibawah tali pusat, tidak menutupi tali
pusat untuk menghindari kontak dengan feses dan urin
57. 42
5) Hindari penggunaan kancing, koin atau uang logam untuk membalut tekan
tali pusat. (Prawirohardjo, 2012, h : 370-371)
e. Nasehat untuk merawat tali pusat
Cara memberikan stimulasi bagaimana cara melakukannya antara lain:
1) Jangan membungkus tali pusat dan mengoleskan cairan atau bahan
apapun, boleh mengoleskan alcohol/betadine jika pemotongan tali pusat
tidak terjamin DTT/steril namun tidak boleh dikompres karena
menyebabkan tali pusat lembab dan basah, lipat popok di bawah puntung
tali pusat.
2) Jika tali pusat kotor bersihkan hati-hati dengan air DTT dan sabun lalu
keringkan.
3) Jika pangkal tali pusat menjadi merah, mengeluarkan nanah atau berdarah
maka segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi
baru lahir. (Rukiyah, 2011, h : 11-12)
Salah satu cara yang disarankan WHO dalam perawatan tali pusat adalah
dengan menggunakan pembalut kassa bersih yang sering diganti. (Sodikin,
2012, h : 59)
f. Waktu Puputnya Tali Pusat
Puntung tali pusat akan lepas sendiri setelah mengalami proses nekrosis
menjadi kering pada hari ke 6 sampai hari ke 8. (Sodikin, 2012. h:70)
Pemeriksaan tali pusat normal apabila warna tali pusat putih kebiruan pada
hari ke 1 dan mulai mengering atau mengecil, kemudian lepas pada hari ke
7 hingga ke 10. (uliyah dan hidayat, 2009, h:148)
58. 43
g. Perdarahan tali pusat
1) Konsep Dasar
Perdarahan tali pusat dapat di sebabkan oleh trauma, ikatan tali pusat
yang longgar, atau kegagalan pembentukan thrombus yang normal.
Kemungkinan lain sebab perdarahan adalah penyakit perdarahan pada
neonatus dan infeksi lokal maupun sistemik. Tali pusat harus diawasi
terus-menerus pada hari-hari pertama agar perdarahan yang terjadi
dapat tanggulangi secepanya. Perdarahan tali pusat dapat disebabkan
oleh robekan umbilikalis. Komplikasi persalinan ini masih dijumpai
sebagai akibat terjadinya partus presipitatus dan tarikan berlebih pada
lilitan atau pendeknya tali pusat pada partus normal. Perdarahan tali
pusat atau umbilikalis mungkin dapat terjadi karena kelalaian
tersayatnya dinding umbilikus disebabkan pula oleh Hematoma, varises
dan anaeurisme pembuluh darah, tetapi pada sebagian kasus tanpa
penyebab yang jelas. (Rukiyah, 2011, h : 276)
2) Penatalaksanaan
a. Pada perdarahan umbilicus akibat ikatan yang longgar, dapat
dikencangkan kembali pengikat tali pusat. Perdarahan juga
disebabkan oleh jepitan atau tarikan dari klem. Jika perdarahan tidak
berhenti setelah 15-20 menit maka tali pusatnya harus segera
dilakukan beberapa jahitan pada luka bekas pemotongan tersebut.
b. Perdarahan umbilicus akibat robekan umbilicus harus segera di
jahit. Kemudian segera lakukan rujukan untuk mengetahui apakah
ada kelainan lain seperti kelainan anatomic pembuluh darah
sehingga dapat segera dilakukan oleh dokter atau rumag sakit.
59. 44
c. Perdarahan pada abrubsio plasenta, plasenta previa dan kelainan lainnya,
bidan harus segera merujuk. Bahkan rujukan lebih baik segera dilakukan
jika kelainan tersebut sudah diketahui sebelum bayi lahir sehingga dapat
dilakukan tindakan sesegera mungkin untuk membuat peluang bayi lahir
hidup besar. (Rukiyah, 2010, h : 278).
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
temuan, serta keterampilan dalam rangkain/tahapan yang logis untuk mengambil
suatu keputusan yang terfokus pada pasien. Menejemen terdiri dari tujuh langkah
yang berurutan, diawali dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi.
(Sulistyawati 2012, h : 179)
2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney
Manajemen Asuhan Kebidanan menurut Varney terdiri dari 7 langkah, yaitu :
a. Pengkajian Data
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama
untuk mengumpulkan semua informasi akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi pasien. (Ambarwati dan Wulandari, 2010, h : 131)
Anamnesa
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pengumpulan data
dilakukan melalui anamnesis adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan
60. 45
data tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Anamnesa
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut :
a) Allo anamnesis adalah anamnesis yang dilakukan pada keluarga pasien
untuk memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan
darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data
yang akurat. (Sulistyawati, 2012, h : 180)
b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda
vital, meliputi :
(1) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi)
(2) Pemeriksaan penunjang (Laboratorium dan catatan terbaru serta
catatan sebelumnya). (Soepardan, 2007, h: 97-98)
c) Pengkajian
Pengkajian atau mengumpulkan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi kegiatan pasien. (Ambarwati
dan Wulandari, 2010, h : 131)
Data Subjektif
a. Identitas bayi
1. Nama
Nama jelas atau lengkap. Bila perlu ditanyakan nama panggilan
sehari-hari. Bagi pasien anak, ditanyakan nama orang tua atau wali.
(Estiwidani et all, 2008, h:140)
2. Umur
Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang lahir dengan presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan
61. 46
berat badan 2.500-4000 gram, nilai Apgar>7 dan tanpa cacat
bawaan. (Rukiyah dan Yulianti, 2012, h : 2)
3. Jenis kelamin
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi. (Sondakh, 2013, h : 161)
b. Identitas ibu
1. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar
tidak keliru dalam memberikan penanganan
2. Umur
Dicatat dalam tahun mengetahui adanya resiko seperti kurang dari
20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap.
3. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien untuk berdoa.
4. Pendidikan
Berpengaruuh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
5. Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau tidak sehari-hari.
6. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
62. 47
7. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
(Ambarwati, 2010, h : 131-132)
c. Riwayat Prenatal
Anak keberapa, riwayat kehamilan yang mempengaruhi BBL adalah
kematian yang tidak disertai komplikasi seperti diabetes mellitus (DM),
hepatitis, jantung, asma, hipertensi (HT), TBC, frekuensi antenatal care
(ANC), dimana keluhan-keluhan selama hamil, HPHT dan kebiasaan-
kebiasaan ibu selama hamil (Sondakh, 2013, h : 162)
d. Riwayat antenatal
Sesuai dengan kebijakan Departemen Kesehatan, Kunjungan minimal
selama hamil adalah 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada
trimester II, dan 2 kali pada trimester III. Namun sebaiknya kunjungan
tersebut rutin dilakukan setiap bulan agar dapat terdeteksi jika ada
penyulit atau komplikasi kehamilan. (Sulistyawati, 2011, h : 127).
e. Riwayat Intranatal
Berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan, lama kala I, lama
kala II, BB bayi, PB bayi, denyut nadi, respirasi, suhu, bagaimana
ketuban, ditolong oleh siapa, komplikasi persalinan dan berapa nilai
APGAR untuk BBL. (Sondakh, 2013, h: 162)
Tabel 2.6 Lamanya persalinan
Kala persalinan Primipara Multipara
I 13 jam 7 jam
II 1 jam ½ jam
III 1/2 menit ¼ jam
Total 14 jam ½ jam 7 ¾ jam
(Rohani et all, 2013, h : 8)
63. 48
f. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi
meliputi panjang badan, berat badan, penolong persalinan. Hal ini perlu
dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan
atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini. (Ambarwati
dan Wulandari, 2010, h : 134)
Data objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan data penunjang: hasil laboratorium seperti VDRL, HIV
pemeriksaan radiodiagnostik ataupun USG yang dilakukan sesuai dengan
berat masalah. Data yang telah dikumpulkan diolah sesuai dengan
kebutuhan pasien kemudian lakukan pengolahan data yaitu lainnya
sehingga menunjukkan fakta berdasarkan kumpulan data. Data yang telah
diolah dianalisis dan hasilnya didokumentasikan. (Wildan dan Hidayat,
2013, h : 34).
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Meliputi status kesadaran, status gizi, tanda-tanda vital dan lain-lain.
(Muslihatun, 2010, h : 274)
b. Pernafasan
Pernafasan bayi baru lahir normal 30-60 kali per menit, tanpa
retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi
(musllihatun, 2010, h:252)
c. Suhu Aksila
36,50
C sampai 37,50
C. (muslihatun, 2010, h :253)
64. 49
d. Warna Kulit
Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm
karena kulit labih tebal.
e. Denyut Jantung
Denyut jantung bayi baru lahir normal antara 100-160x/menit, tetapi
dianggap masih normal jika diatas 160x/menit dalam jangka waktu
pendek, beberapa kali dalam satu hari selama beberapa hari pertama
kehidupan, terutama bila bayi mengalami disstres. Jika ragu, ulangi
perhitungan denyut jantung.
f. Tonus otot/tingkat kesadaran
Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah mulai dari diam
hingg sadar penuh dan dapat ditenangkan jika rewel. Bayi dapat
digunakan jika diam atau sedang tidur.
g. Postur dan gerakan
Postur normal BBL dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan
longgar, dengan lengan, panggul dan lutut semi fleksi.
h. Tali Pusat
Tali pusat normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai
kering dan mengkerut / mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10
hari. (muslihatun, 2010, h :252-253).
Tali pusat akan puput pada hari ke-5 sampai ke-7 tanpa ada
komplikasi. (Ronald, 2010, h : 40)
i. Ekstremitas
Periksa posisi gerakan reaksi bayi bila ekstremitas disentuh dan
pembengkakan.
65. 50
(Muslihatun, 2010, h : 253)
2. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
a. Kepala
Lakukan pemerikasaan terhadap adanya trauma kelahiran misalnya :
caput succedaneum, sefal haematoma, perdarahan sub aponeurotin
/fraktur tulang tengkorak ; perhatikan adanya kelainan congenital
seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya .
b. Muka
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak
asimetris hal ini dikarenak posisi bayi di intrauteri. Perhatikan
kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piero
robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti
laserasi, paresi N. Fasialis.
c. Mata
Pada saat memeriksa mata, goyangkan kepala bayi secara perlahan
supaya mata terbuka, lakukan pemeriksaan terhadap : periksa
jumlah, eposisi atau letak mata ; periksa adanya glaucoma
congenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian
sebagai kekeruhan pada kornea.
d. Telinga
Telingan diperiksa kanan dan kiri, periksa dan pastikan jumlah,
bnetuk dan posisinya; pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah
matang; daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan
yang jelas di bagian atas ; perhatikan letak daun telinga.
66. 51
e. Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus
lebih dari 2,5 cm harus bernafas dengan hidung, jika melaluli mulut
harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan nafas karena
atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring; periksa adanya sekret yang mukopurulen yang
terkadang berdarah, hal ini kemungkinan adanya sifilis congenital;
periksa adanya pernafasan cuping hidung, jika cuping hidung
mengembung menunjukkan adanya gangguan pernafasan.
f. Mulut
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris ketidak
simetrisan bibir menunjukkan mikrognatia; periksa adanya bibir
sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari
dasar mulut); periksa keutuhan langit-langit, terutama pola
persambungan antara palatum keras atau lunak; perhatikan adanya
bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibat
Epistein’s pearl atau gigi; periksa lidah apakah membesar atau
sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan intracranial
meninggi sering kali lidahnya keluar masuk (tanda foote).
g. Leher dan dada
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan
pada fleksus brakhialis; lakukan perabaan untuk mengidentifikasi
adanya pembengkakan periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid
dan vena juguralis; adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian
belakang leher menunjukkan adanya trisomi 21.
67. 52
h. Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan
dengan gerakan dada saat bernafas. Kaji adanya pembengkakan; jika
perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika;
abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-spleno-
megali atau tumor lainnya; jika perut ductus omfaloentriskus
persisten.
i. Genetalia
1) Pada bayi laki-laki panjang 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm. Periksa
posisi lubang uretra. Preputium tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosi; periksa adanya hipopasdia dan epispadia;
skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua,
2) Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia
minora; lubang uretra terpisah dengan lubang vagina; terkadang
tampak adanya secret yang bedarah dari vagina, hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormone ibu (with drawl bedding).
j. Anus
Periksa adanya kelainan atresia ani, jika posisinya; mekonium
secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belum
keluar kemungkinan adanya meconium plug syndrome, megakolon
atau obstruksi saluran pencernaan.
k. Tungkai dan kaki
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki
dengan meluruskan keduanya dan dibandingkan; kedua tungkai
harus bebas. Kurangnya gerakan berkaitan dengan adanya trauma,
68. 53
misalnya fraktur, kerusakan neurologis; periksa adanya polidaktili
atau sidaktili pada jari kaki.
l. Punggung
periksa spinal dengan cara menelungkupkan bayi, cari tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, leusng atau bercak
kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abnormalitas
medulla spinalis atau kolumna vertebrata. (Rukiyah dan Yulianti ,
2012, h : 54-60)
m. Pemeriksaan Refleks
1. Reflek kedipan (galbelar reflex)
Merupakan respon terhadap cahaya terang yang mengindikasikan
normalnya saraf optic.
2. Tonick neck reflex
Letakkan bayi pada posisi terlentang, putar kepala ke satu sisi
dengan badan ditahan, ekstremitas terekstensi pada sisi kepala
yang diputar, tetapi ekstremitas pada sisi lain fleksi. Pada
keadaan normal, bayi akan berusaha untuk mengembalikan
kepala ketika diputar ke sisi pengujian saraf sensori.
3. Grasping reflex
Normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat saat
pemeriksaan diletakkan jari telunjuk pada palmar yang ditekan
dengan kuat.
69. 54
4. Reflex moro
Tangan pemeriksa menyangga pada pungung dengan posisi 45
derajat dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan 10 derajat.
Normalnya akan terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan.
5. Walking reflex
Bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan berjalan dan kaki
akan bergantian dari fleksi ke ekstensi.
6. Babinsky reflex
Dengan menggores telapak kaki, dimulai dari tumit lalu gores
pada sisi lateral telapak kaki kearah atas kemudian gerakkan jari
sepanjang telapak kaki. (Dewi, 2013, h: 25-26)
7. Reflex rooting
Reflek ini timbul karena stimulasi taktil pipi daerah mulut. Bayi
akan memutar kepala seakan mencari putting susu. Reflek
rooting berkaitan erat dengan reflek menghisap. Reflek ini dapat
dilihat jiak pipi atau sudut mulut bayi disentuh dengan pelan,
maka bayi akan menengok secara spontan ke arah sentuhan,
mulutnya akan terbuka dan mulai menghisap. Reflek ini biasanya
menghilang pada usia tujuh bulan.
8. Reflex sucking
Reflek ini timbul brsama reflek rooting menghisap putting susu
dan menelan ASI.
9. Reflek batuk dan bersin
Reflek ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi
pernafasan.
70. 55
10. Reflek membengkokan badan (reflex gallant’s)
Ketika bayi tengkurap, goresan pada punggung menyebabkan
pelvis membengkokan ke smaping. Jika punggung digores
dengan keras kira-kira 5 cm dari tulang belakang dengan gerakan
ke bawah bayi merespon dengan membengkokan badan ke sisi
yang digoreskan. Reflek ini berkurang pada usia 2-3 bulan.
11. Reflek Beuer / Merangkak
Reflek akan terlihat pada bayi aterm dengan posisi bayi
tengkurap. Bayi baru lahir akan melakukan gerakan merangkak
dengan menggunakan lengan dan tungkainya. Reflek ini
menghilang pada usia 6 minggu. (Rohani et all, 2013, h : 249-
250)
12. Reflek Ekstruksi
Bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah
disentuh dengan jari atau putting. (Wahyuni, 2012, h : 56)
n. Startle
Bertepuk tangan dengan keras, bayi mengekstensi dan memfleksi
lengan dalam merespon terhadap suara yang keras, tangan tetap
rapat. (Uliyah dan Hidayat, 2009, h : 152)
3. Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi ukuran berat badan (BB) 2500-
4000 gram, panjang badan (PB) 48-50 cm, lingkar kepala (LK) 33-35
cm, lingkar dada (LD) 30-38 cm, lingkar lengan (LILA) 11-12 cm.
(Dewi, 2013, h : 2)
71. 56
b. Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis masalah,
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang bernaratas data-data yang
telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah
adalah pengolahan data dan analisi dengan mengganbungkan data satu dengan
lainnya sehingga tergambar fakta.
Dalam langkah kedua ini bidan membagi interpretasi data dalam tiga bagian,
yaitu sebagai berikut :
1) Diagnosa kebidanan
Langkah awal dari perumusan masalah atau diagnose kebidanan adalah
analisis data, yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan
lainnya sehingga menggambarkan suatu fakta. (Nurhayati et all, 2013 ; h:
142)
2) Masalah
Dalam asuhan kebidanan dugunakan istilah “masalah” dan “diagnosis”.
Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah tidak dapat
didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk
membuat rencana yang menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan
begaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.
(Sulistyawati, 2011, h : 178)
3) Kebutuhan pasien
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan
keadaan dan masalah. ( Sulityawati, 2011, h : 180)
72. 57
c. Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
terus mengamati kondisi lain. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi. (Sulistyawati, 2011, h :
182).
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contohnya adalah bayi tidak
segera bernafas spontan dalam 30 detik, segera lakukan resusitasi (Muslihatun,
2010, h: 255)
d. Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan
langkah sebelumnya semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan
pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan, teori yang up to date,
perawatan berdasarkan bukti (evidence based care), serta divalidasikan dengan
asumsi mengenai apa yang di inginkan dan tidak di inginkan oleh pasien.
Dalam menyusun perencanaan sabaiknya pasien dilibatkan, karena pada
akhirnya pengambilan keputusan dalam melaksanakan suatu rencana asuhan
harus di setujui oleh pasien. (Sulistyawati, 2012, h: 196)
e. Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan
langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan
pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date,
73. 58
perawatan beradasarkan bukti (evidence based care), serta divalidasikan
dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh
pasien. Dalam menyusun perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena
pada akhirnya pengambilan keputusan dalam melaksanakan suatu rencana
asuhan harus disetujui oleh pasien. (Sulistyawati, 2011, h : 182)
Perawatan tali pusat yang benar yaitu :
1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat
2. Bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali pusat dengan kapas basah
3. Bungkus dengan longgar atau tidak terlalu rapat dengan kasa bersih atau
steril
4. Popok atau celana bayi diikat di bawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat
untuk menghidari kontak dengan feses dan urine
5. Hindari penggunaan kancing, kain / uang logam untuk membalut tekan tali
pusat. (Prawihardjo, 2012, h : 370-371)
f. Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota
kelurga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan. Dimana situasi ia
harus berkolaborasi dengan dokter, misalnya karena pasien mengalami
komplikasi, bidan masih tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya
asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu,
biaya, dan meningkatkan mutu asuhan. (Sulistyawati, 2011, h : 184-185)`
74. 59
g. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan
kepada pasien, kita mengacu kepada beberapa pertimbangan berikut ini
menurut.
1. Tujuan
a. Mingkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan
b. Memfasilitasi ibu untuk menjalani kehamilannya dengan rasa aman dan
penuh percaya diri
c. Meyakinkan wanita dan pasangannya untuk mengembangkan
kemampuannya sebagai orang tua dan utnuk mendapatkan pengalaman
berharga sebagai orang tua.
d. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan
mereka dan mengemban tanggung jawab terhadap kesehatannya sendir.
2. Efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah
Dala melakukan evaluasi seberapa efektif tindakan dan asuhan yang kita
berikan kepada pasien, kita perlu mengkaji respons pasien dan
peningkatan kondisi yang kita targetkan pada saat penyusunan
perencanaan. Hasil pengkajian ini kita jadikan sebagai acuan dalam
pelaksanaannya asuhan berikutnya.
3. Hasil asuhan
Hasil asuhan adalah bentuk konkret dari perubahan kondisi pasien,
peningkatan kesejahteraan emosional, peningkatan pengetahuan dan
kemampuan pasien mengenai perawatan diri, serta peningkatan
kemandirian pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
kesehatannya. (Sulistyawati, 2011, h : 186-187)
75. 60
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
1. Kompetensi Bidan
Mengacu pada Permenkes No. 1464/Menkes/PER/X2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan serta memperhatikan kompetensi inti bidan
indonesia yang mengacu kepada kompetensi inti yang telah disusun oleh IMC,
pada juni 2011, maka kompetensi bidan indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu
sosial, kesehatan masyarakat, dan etik membentuk dasar dari asuhan yang
bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir, atau
keluarganya.
b. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang
tanggap terhadap budaya, dan pelayanan menyeluruh di masyrakat dalam
rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan
kehamilan, dan kesiapan menjadi orang tua.
c. Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan, atau
rujukan dari komplikasi tertentu.
d. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi terhadap kebudayaan stempat
selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, serta
menangani situasi kegawatdaruratan tertentu.
e. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi
terhadap budaya setempat.
f. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinngi, komprehensif pada bayi baru
lahir sampai satu bulan.
76. 61
g. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan
balita sehat (satu bulan sampai lima tahun).
h. Bidan memberikan asuhan bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga,
kelompok, dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
i. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem
reproduksi. (Aticeh et all, 2014, h: 70-71).
2. Standar Pelayanan Kebidanan
a. Standar 13 : perawatan bayi baru lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan
spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah
atau menagani hipotermi.
b. Standar 14 : penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjdinya komplikasi
dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.
Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai
pemberian ASI.
c. Standar 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah
pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui tali pusat yang benar,
penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi
pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara
77. 62
umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan baru bayi lahir,
pemberian ASI, imunisasi dan KB .(Karwati et all, 2011, h : 80).
3. Undang-Undang Wewenang Bidan
Wewenang bidn dalam menjalankan praktiknya bidan berwenang dalam
memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga
berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomro 1464/MENKES/PER/X/2010.
a. Pelayanan Kebidanan
Beberapa pelayanan kebidanan yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan kebidanan kepada ibu
a) Penyuluhan dan konseling
b) Pemeriksaan fisik
c) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d) Pertolongan kehamilan abnormal yang mencakup letak langsung,
partus macet, kepada didasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa
infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena
inersia uteri primer, serta post term dan preterm
e) Pertolongan persalinan normal
f) Pertolongan persalinan abnormal yang mencakup letak sungsang,
partus macet, kepala didasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa
infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena
inersia uteri primer, serta post term dan preterm
g) Pelayanan ibu nifas normal
h) Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plesenta,
renjatan, dan infeksi ringan
78. 63
i) Pelayanan dan pengobatan pada ginekologi yang meliputi keputihan
perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
Pada saat memberikan pelayanan diatas, bidan berwenang dalam hal
berikut :
a) Memberikan imunisasi
b) Memberikan suntukan pada penyulit kehamilan, persalinan, dan nifas
c) Mengeluarkan plasenta secara manual
d) Bimbingan senam hamil
e) Pengeluaran sisa jaringan konsepsi
f) Episiotomi
g) Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat dua
h) Amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm
i) Pemberian infus
j) Pemberian suntikan IM uterotonika, antibiotika,dan sedatif
b. Pelayanan pada anak
a) Pemeriksaan pada bayi baru lahir
b) Perawatan tali pusat
c) Perawatan bayi
d) Resusitasi pada bayi baru lahir
e) Pemantauan tumbuh kembang anak
f) Pemberian imunisasi
g) Pemberian penyuluhan
h) Pelayanan keluarga berencana
i) Memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi
j) Memberikan pelayanan alat kontrasepsi oral dan kondom
79. 64
k) Pelayanan kesehatan masyarakat
l) Pembinaan peran serta masyarakat di bandingkan kesehatan ibu dan
anak
m) Memantau tumbuh kembang anak
n) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
o) Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama,
merujuk dan memebrikan penyuluhan infeksi menular seksual (IMS),
serta penyalahgunaaan narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya
(napza), serta penyakit lainnya. (Aticeh et all, 2014, h : 71-73)
80. 65
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR
TERHADAP BAYI NY.N DENGAN PERAWATAN TALI
PUSAT DI BPS WIRAHAYU PANJANG
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
A. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny.N
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat /Tgl Lahir/Pukul : BPS Wirahayu/10 Juni 2016, pukul 21.30 wib
2. Biodata penanggung jawab (orang tua)
Ibu Ayah
Nama : Ny. N : Tn. Y
Umur : 18 Tahun : 21 Tahun
Agama : Islam : Islam
Suku/Bangsa : Semendo : Semendo
Pendidikan : SMP : SMP
Pekerjaan : IRT : Supir
Alamat : Jl.Kuala RT.02 Panjang : Jl.Kuala RT.02 Panjang
Bandar Lampung Bandar Lampung