SlideShare a Scribd company logo
1 of 110
Download to read offline
1
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP BAYI NY. A SEGERA SETELAH
LAHIR DI BPS DHARMINI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
N a m a : RENY NURUL ANDRIYANI
NIM : 201207178
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
2
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP BAYI NY. A SEGERA SETELAH
LAHIR DI BPS DHARMINI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Di Buat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mendapatkan Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan Prodi D III Kebidanan
Akbid Adila Bandar Lampung
N a m a : RENY NURUL ANDRIYANI
NIM : 201207178
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
3
PERSETUJUAN
Diterima dan diajukan untuk diajukan dan dipertahankan didepan
Tim penguji dalam Ujian Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila
Hari : Rabu
Tanggal : 29 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Ninik Masturiyah, S.ST.,M.Kes Nopa Utari, S.ST
NIK. 201501143 NIK. 11210043
Mengesahkan,
Direktur Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK. 2011041008
ii
4
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP
BAYI NY.A SEGERA SETELAH LAHIR DI BPS DHARMINI
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
Reny Nurul Andriyani, Ninik Masturiyah, S.ST.,M.Kes, Nopa Utari, S.ST
INTISARI
Bayi Baru Lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan
baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine. Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang lahir
pada usia kehamilan 37-42 minggu danberat badannya 2.500-4.000 gram. Penelitian menunjukan
bahwa 50% kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan.
Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan
menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya dapat terjadi kerusakan otak.
Dari hasil survey penelitian yang dilakukan di BPS Dharmini pada tanggal 27 April 2015 di
dapatkan 2 bayi baru lahir sehingga penulis tertarik untuk memberikan asuhan yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir Di BPS
Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015.Tujuan dilakukan penelitian ini diharapkan penulis
mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan manajemen langkah varney.Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif. Setelah di aplikasikan manajemen asuhan langkah varney
diharapkan untuk kedepannya melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang lebih baik
Kata kunci : Bayi Baru Lahir
Kepustakaan : 2005 - 2013
Jumlah halaman : 96 halaman
iii
5
CURRICULUM VITAE
Nama : Reny Nurul Andriyani
NIM : 2012070178
Tempat/tanggal lahir : Rajabasa, 30 Januari 1994
Alamat : Pekon Rajabasa RT.001 RW 001 Kec. Bandar Negeri
Semuong Kab. Tanggamus
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : VII (Tujuh)
Biografi :
 SDN 1 Banding lulus pada Tahun 2006
 SMPN 1 Wonosobo lulus pada Tahun 2009
 SMAN 2 Kota Agung lulus pada Tahun 2012
 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung Tahun 2012 hingga
sekarang
iv
6
MOTTO
Hai orang-orang yang beriman,jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai
Penolongmu sesungguhnya ALLAH beserta orang-orang yang Sabar
(Al-Baqarah, Ayat:153)
v
7
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah S.W.T yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, dan dibalik
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak lupa penulis memberikan persembahan
kepada orang-orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun
tidak langsung :
1. Puji syukur kehadiran Allah yang maha kuasa sehingga dapat terselesaikannya
Karya Tulis Ilmiah
2. Terima kasih buat keluarga besar tercinta yang selalu memberikan semangat
dan mendo’akan setiap kegiatan apapun yang terbaik bagi penulis serta selalu
mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan
3. Rekan-rekanku tercinta Akbid Adila khususnya tingkat III Yang selalu
mendukung hingga terselesaikan tugas akhir ini
4. Almamaterku tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung sebagai
penulis menuntut Ilmu selama tiga tahun
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
partisipasi dan dukungannya selama penulis menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah.
vi
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny.A Segera Setelah Lahir
Di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015“ Dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan
serta dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini ucapkan terima kasih yang tulus penulis hanturkan kepada :
1. dr. Wazni Adila, MPH Selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila
2. Andhestyana Septyaningsih, S.ST.,M.Kes Pembimbing I
3. Kiki Purnama Sari, S.ST Selaku Pembimbing II
4. Dharmini, Amd.Keb Selaku pemilik BPS Panjang Bandar Lampung yang telah
memberikan izin melakukan penelitian
5. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
6. Serta semua pihak yang yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini yang tidak bisa disebut satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak guna perbaikan pada masa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan bagi pembaca.
Bandar Lampung, Juni 2015
Penulis
vii
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................ii
INTISARI...........................................................................................iii
CURICULUM VITAE.......................................................................iv
MOTTO .............................................................................................v
PERSEMBAHAN ..............................................................................vi
KATA PENGANTAR........................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................viii
DAFTAR TABEL ..............................................................................x
DAFTAR GAMBAR..........................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ....................................................................1
1.2 RumusanMasalah ...............................................................4
1.3 TujuanPenulisan.................................................................4
1.4 RuangLingkup....................................................................6
1.5 Manfaat..............................................................................6
1.6 MetodePengumpulan Data..................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TinjauanTeoriMedis ...........................................................10
2.2 TinjauanTeoriAsuhanKebidanan ........................................50
2.3 LandasanHukumKewenanganBidan ...................................63
BAB III TINJUAN KASUS
3.1 Pengkajian..........................................................................65
3.2 Matriks...............................................................................69
viii
10
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data Dasar....................................................78
4.2 Interpretasi Data Dasar .......................................................82
4.3 Identifikasi Diagnosa atau MasalahPotensial ......................84
4.4 TindakanSegera atau kolaborasi..........................................84
4.5 Perencanaan .......................................................................85
4.6 Pelaksanaan........................................................................87
4.7 Evaluasi..............................................................................90
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 94
5.2 Saran.................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sigtuna Skor.........................................................................14
Tabel 2.2 APGAR Skor .......................................................................14
Tabel 3.1 Matriks.................................................................................69
x
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Manajemen bayi baru lahir................................................15
Gambar 2.2 Manajemen Bayi Baru Lahir Normal ................................16
xi
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat izin penelitian
Lampiran 2 : Surat izin bidan
Lampiran 3 : Jadwal Penelitian
Lampiran 4 : Dokumentasi
Lampiran 5 : Lembar konsul
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bayi Baru Lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterine. Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang lahir
pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram
(Dewi,2010:h.1)
Penelitian menunjukan bahwa 50% kematian bayi terjadi pada periode
neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-
kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian.
Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya
dapat terjadi kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal terbaik yang
harus dilakukan dalam penanganan neonatal sehingga neonatus sebagai
organisme yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke
ekstrauterine dapat bertahan dengan baik karena periode neonatal
merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Proses adaptasi fisiologis yang dilakukan bayi baru
lahir perlu diketahui dengan baik oleh tenaga kesehatan khususnya bidan,
yang selalu memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak
(Muslihatun,2010:h.10).
2
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal
merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia,
mempertahankan suhu tubuh bayi, terutama pada bayi berat lahir rendah,
pemberian air susu ibu (ASI) dalam usaha menurunkan angka kematian
oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan
berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi
pemantau kesehatan bayi dan anak. Neonatus pada minggu-minggu
pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu hamil dan
melahirkan. Manajemen yang baik pada waktu masih dalam kandungan,
selama persalinan, segera sesudah dilahirkan, dan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi yang
sehat (Prawirohardjo,2006:h.133).
Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi
psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa
transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi
baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan
kesempatan untuk menjalani masa transisi dengan baik
(Muslihatun,2010:h.3).
Berdasarkan data dari world organization (WHO) ialah sebesar 35 per
1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Pada tahun 1990 silam. AKB
secara global sebesar 63 per 1.000 kelahiran hidup, menuurut laporan
WHO pada tahun 2000, angka kematian bayi (AKB) di dunia 54 per 1000
kelahiran hidup kemudian tahun 2006 menjadi 49 per 1000 kelahiran
3
hidup ( wijaya, 2010). Dari data tersebut, AKB dunia menduduki kriteria
sedang. Kedua data tersebut dapat kita bandingkan dengan targetan MDGs
untuk AKB, yakni 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2015.(www.academia.edu)
Angka kematian bayi (AKB) di indonesia masih tinggi. Data survei
demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2004 menyatakan AKB di
indonesia ialah 35 per 1000 kelahiran hidup, walaupun ini masih dalam
kriteria rendah, namun AKB di indonesia masih menjadi masalah keshatan
di indonesia, khususnya berkenaan dengan kesehatan ibu dan anak
(www.academia.edu)
Berdasarkan data dinas kesehatan Provinsi Lampung tahun 2012 AKB
(Angka Kematian Bayi) terjadi sebanyak 787 kasus. Penyebab terjadinya
kematian bayi adalah Asfiksia 281 (36%) kasus, BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah) 280 (35,5%) kasus, kelainan kongenital 34 (4,3%), infeksi
16 (2,0%) kasus, gangguan pencernaan 5 (0,6%) kasus, lain-lain (infeksi,
kelainan congenital) 171 (22%) kasus. (Profil Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung 2012).
Sedangkan di kota Bandar Lampung pada tahun 2012 terjadi kenaikan
sebanyak 229 kasus dari tahun sebelumnya yaitu tahu 2011 terdapat 179
kasus kematian. Bila di proporsikan dengan kelahiran dalam 1 tahun angka
kematian bayi dan balita tahun 2012 yaitu 13 per 1000 kelahiran hidup
artinya 1000 kelahiran hidup terjadi 113 kematian pada bayi dan balita
dan (65%) kematian perinatal 0-7 hari dan penyebab kematian terbesar
pada kelompok perinatal adalah asfiksia yaitu sebanyak 61 kasus (41,22%)
4
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) sebanyak 59 kasus (39,86%) dan
penyebab lain-lain ( infeksi, kelainan congenital) sebanyak 17 kasus
(11,49%). (Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014).
Dari hasil survey penelitian yang dilakukan di BPS Dharmini pada tanggal
27 April 2015 di dapatkan 2 bayi baru lahir sehingga penulis tertarik untuk
memberikan asuhan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru
Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir Di BPS Dharmini
Bandar Lampung Tahun 2015”
1.2. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi
Ny. A Segera Setelah Lahir Di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun
2015?”
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan umum
Di perolehnya pengalaman dalam melaksanakan Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera
Setelah Lahir di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1. Penulis mampu melakukan pengkajian data pada Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A
Segera Setelah Lahir di BPS Dharmini Bandar Lampung
Tahun 2015.
5
1.3.2.2. Penulis mampu mendiagnosa masalah dan kebutuhan pada
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi
Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS Dharmini Bandar
Lampung Tahun 2015.
1.3.2.3. Penulis mampu untuk mengidentifikasi diagnosa masalah
potensial pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS
Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.4. Penulis mampu mengantisipasi masalah dengan melakukan
tindakan segera atau kolaborasi dengan dokter pada Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A
Segera Setelah Lahir di BPS Dharmini Bandar Lampung
Tahun 2015.
1.3.2.5. Penulis mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap
Bayi Ny. A Segera Setelah lahir di BPS Dharmini Bandar
Lampung Tahun 2015.
1.3.2.6. Penulis mampu melaksanakan rencana asuhan yang
menyeluruh pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS
Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.7. Penulis mampu mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan
pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap
6
Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS Dharmini Bandar
Lampung Tahun 2015.
1.4. Ruang Lingkup
1.4.1. Sasaran
Sasaran yang diambil dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah Bayi
Segera Setelah Lahir Bayi Ny. A
1.4.2. Tempat
Penelitian ini dilakukan Di BPS Dharmini Bandar Lampung
1.4.3. Waktu
Pelaksanaan asuhan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah
Dilaksanakan pada tanggal 27 April 2015
1.5. Manfaat
1.5.1. Institusi pendidikan
Hasil penelitian dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswi
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan
ilmu dan sebagai acuan penelitian selanjutnya khususnya penelitian
pada bayi baru lahir.
1.5.2. Bagi lahan praktek
Hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan
untuk meningkatkan manajemen asuhan kebidanan yang diterapkan
di lahan praktek.
7
1.5.3. Bagi penulis
Studi kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan yang di dapat
selama perkuliahan serta mengaplikasikan tentang asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir.
1.6. Metodologi Dan Teknik Memperoleh Data
1.6.1. Metodologi penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan metode
penulisan deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi
di dalam masyarakat. Survei deskriptif dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat
gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam
suatu populasi tertentu dan untuk membuat penilaian terhadap
suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa
sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun
perencanaan perbaikan program tersebut.
(Notoatmodjo,2012:h.35-36)
1.6.2. Teknik memperoleh data
Teknik memperoleh data dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
adalah:
8
1.6.2.1. Data primer
a. Wawancara (Anamnesis)
Perbincangan terarah dengan cara tatap muka dan
pertanyaan yang diajukan mengarah pada data yang
relevan dengan pasien. Dalam rangka mendapatkan data
tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
Anamnesis dapat dilakukan melalui dua cara yaitu:
1) Auto anamnesis
Adalah anmnesis yang dilakukan kepada pasien
langsung
2) Allo anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakuan kepada keluarga
pasien untuk memperoleh data tentang pasien
(Sulistyawati,2012:h.180)
b. Observasi
Pengamatan (observasi) adalah suatu hasil perbuatan jiwa
secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya
rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai
indra dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila
rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan
dengan adanya pengamatan (Notoatmodjo,2012:h.131).
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk
mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien.
9
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk menentukan
status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan
mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
keperawatan. Pemeriksaan fisik dilakukan secara
sistematis, mulai dari bagian kepala berakhir pada anggota
gerak. Pemeriksaan organ utama dilakukan dengan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa
pemeriksaan khusus mungkin diperlukan seperti tes
neurologi (Tambunan dan kasim,2011:h.2).
1.6.2.2. Data sekunder
a. Studi kepustakaan
Bahan- bahan pustaka merupakan hal yang sangat
penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari
suatu penelitian. Telah kita ketahui bersama bahwa di
dalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan
dan informasi berbagai disiplin ilmu.Dari buku-buku,
laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal, dan
sebagainnya kita dapat memperoleh berbagai informasi,
baik berupa teori-teori, generalisasi, maupun konsep
yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli.
( Notoatmodjo,2005.h:63-64).
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori Medis
2.1.1. Bayi Baru Lahir
2.1.1.1. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai
alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42
minggu dengan berat badan 2500-4000 gram nilai apgar >7
dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti,2013:h.2).
Bayi baru lahir di sebut juga dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami
trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian
diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000
gram (Dewi,2010:h.1)
2.1.1.2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
a. Lahir aterm antara 37-42 minggu
b. Berat badan 2500-4000 garam
c. Panjang badan 48-52 cm
d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Lingkar kepala 33-35 cm
11
f. Lingkar lengan 11-12 cm
g. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
h. Pernafasan ± 40-60x/menit
i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
yang cukup
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya
telah sempurna
k. Kuku agak panjang dan lemas
l. Nilai APGAR >7
m. Gerak aktif
n. Bayi lahir langsung menangis kuat
o. Reflek Rooting (mencari puting susu dengan rengsangan
taktil pada pipi dan daerah mulut sudah terbentuk dengan
baik)
p. Reflek Sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk
dengan baik
q. Reflek Moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik
r. Reflek Grasping (menggenggam) sudah baik
s. Genetalia
1. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang
berada pada skrotum dan penis yang berlubang
12
2. Pada prempuan kematangan ditandai dengan vagina
dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora
dan mayora
t. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium
dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecokelatan
(Dewi,2010:h.2)
2.1.1.3. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa
tanda antara lain: Appearance color (warna kulit), seluruh
tubuh kemerah-merahan, Pulse (heart rate) atau frekuensi
jantung >100x/menit, Grimace (reaksi terhadap rangsangan),
menangis, batuk/bersin, Activity (tonus otot), gerakan aktif,
Respiration (usaha nafas), bayi menangis kuat.
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38C) atau terlalu
dingin (kurang dari 36C), warna kuning pada kulit (tidak
pada konjunctiva), terjadi pada hari ke 2-3 tidak biru, pucat,
memar, pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak
mengantuk berlebihan, tidak muntah, tidak terlihat tanda-
tanda infeksi pada tali pusat seperti: tali pusat merah,
bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah , dapat berkemih
selama 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, tidak ada
lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau
tangisan kuat, tidak mudah tersinggung, tidak terdapat tanda:
lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus tidak
13
bisa tenang, menangis terus-menerus (Rukiyah dan
Yulianti,2013:h.2-3)
2.1.1.4. Penilaian Saat Bayi Segera Setelah Lahir
a. Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaian
sekilas untuk menilai keasejahteraan bayi secara umum.
Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan tangisan bayi,
jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat
menangis spontan maka ini sudah cukup untuk dijadikan
data awal bahwa dalam kondisi baik.
b. Menit pertama kelahiran
Pertemuan SAREC di Swedia tahun 1985 menganjurkan
penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir dengan
cara sederhana yang disebut nilai SIGTUNA (SIGTUNA
SCORE), sesuai dengan nama tempat terjadinya
konsensus. Penilaian cara ini digunakan terutama untuk
tingkat pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai
dua parameter yang penting namun cukup mewakili
indikator kesejahteraan bayi baru lahir.
Cara menentukan SIGTUNA skor
1) Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama) denan
kriteria penilaian seperti pada tabel
2) Jumlahkan skor yang didapat
3) Kesimpulan dari total SIGTUNA skor
14
4 : asfiksia ringan atau tidak asfiksia
2-3 : asfiksia sedang
1 : asfiksia berat
0 : bayi lahir mati/fresh stillbirt
Tabel 2.1 Sigtuna skor
Skor
Kriteria
2 1 0
Pernafasan Teratur Megap-megap Tidak ada
Denyut jantung > 100 < 100 Tidak ada
(Sulistyawati,2012:h.118-119)
c. Menit ke 5 sampai 10
Segera setelah bayi lahir, bidan mengobservasi keadaan
bayi dengan berpatokan pada APGAR skor dari 5 menit
hingga 10 menit. Uraian cara penilaian APGAR skor.
Tabel 2.2 APGAR Skor
Aspek
pengamatan bayi
baru lahir
Skor
0 1 2
Appeareance/warna
kulit
Seluruh tubuh
bayi berwarna
kebiruan pucat
Warna kulit tubuh
normal, tetapi
tangan dan kaki
berwarna kebiruan
Warna kulit
seluruh tubuh
normal
Pulse/jantung Denyut jantung
tidak ada
Denyut jantung
<100x/menit
Denyut jantung
>100x/menit
Grimace/respon
refleks
Tidak ada respon
terhadap stimulasi
Wajah meringis
saat distimulasi
Meringis,
menarik, batuk,
atau bersin saat
stimulasi
Activity/tonus otot Lemah, tidak ada
gerakan
Lengan dan kaki
dalam posisi fleksi
dengan sedikit
gerakan
Bergerak aktif
dan spontan
Respiratory/pernafa
san
Tidak bernafas,
pernafasan lambat
dan tidak teratur
Menangis lemah,
terdengar seperti
merintih
Menangis kuat,
pernafasan
baim dan
teratur
(Sulistyawati,2012:h.208-209)
15
Gambar 2.1
Manajemen bayi baru lahir
PERSIAPAN
PENILAIAN
1. Apakah bayi cukup bulan?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium?
3. Apakah bayi menangis atau bernapas?
4. Apakah tonus otot bayi baik?
Bayi cukup bulan,
ketuban jernih,
menangis atau
bernapas, tonus
otot baik
Bayi tidak cukup
bulan, dan atau tidak
menangis atau tidak
bernapas atau
megap- megap dan
atau tonus otot tidak
baik
Air ketuban
bercampur
mekonium
C
Manajemen air
ketuban
bercampur
mekonium
B
Manajemen asfiksia
A
Manajemen
bayi baru lahir
normal
16
Gambar 2.2
Manajemen Bayi Baru Lahir Normal
(Rohani dkk,2011:H.266)
PENILAIAN
1. Bayi cukup bulan
2. Air ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium
3. Bayi menangis atau bernapas
4. Tonus otot bayi baik
Asuhan Bayi Baru Lahir
1. Jaga kehangatan
2. Bersihkan jalan napas (bila perlu)
3. Keringkan dan tetap jaga kehangatan
4. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi
apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir.
5. Lakukan inisiasi menyusui dini dan kontak kulit
bayi dengan kulit ibu.
6. Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada
kedua mata.
7. Beri suntikan Vitamin K 1 mg intramuskular,
dipaha kiri anteroteral setelah inisiasi menyusui
dini
8. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskular,
di paha kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1-
2 jam setelah diberikan Vit K
17
2.1.1.5. Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda
kegawatan/kelainan yang menunjukan suatu penyakit. Bayi
baru lahit dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau
beberapa tanda antara lain: sesak nafas, frekuensi pernafasan
60x/menit, gerah retraksi di dada, malas minum, panas atau
suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir rendah (500-
2500 gram) dengan kesulitan minum.
Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau
lebih tanda seperti: sulit minum, sianosis sentral (lidah biru),
perut kembung, periode apneu, kejang/periode kejang-kejang
kecil, merintih, perdarahan, sangat kuning, berat badan lahir
>1500 gram.
Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong
persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi seperti
berikut: (1) cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan
dengan bayi, (2) pakai sarung tangan bersih saat menangani
bayi yang belum dimandikan, (3) semua peralatan dan
perlengkapan yang akan digunakan telah di DTT atau steril.
Khusus untuk bola karet penghisap lendir jangan dipakai
untuk lebih dari satu bayi, (4) handuk, pakaian atau kain yang
akan digunakan dalam keadaan bersih, (5) dekontaminasi dan
cuci setelah digunakan (Rukiyah dan Yulianti,2013:h.5-6)
18
2.1.1.6. Kegawatdaruratan Neonatus
a. Asfiksia
Dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir
b. Gangguan nafas
Kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea, frekuensi
pernafasan lebih dari 60x/menit, adanya cianosis, adanya
rintihan pada saat ekspirasi serta adanya retraksi
suprasternal, interkostal,epigastrium saat inspirasi
c. Kejang
Suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan
sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh
aktifitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik
serebral yang berlebihan
d. Infeksi
Penembusan dan penggandaan di dalam tubuh dari
organisme yang hidup ganas seperti bakteri, virus dan
jamur
e. BBLR
Bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gram
f. Hipotermia
Suatu keadaan dimana suhu tubuh berada di bawah 35°C
(Maryanti dkk,2011:h.9)
19
2.1.1.7. Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir antara lain
pernafasan sulit atau lebih dari 60x/menit, retraksi dada saat
inspirasi. Suhu terlalu panas atau lebih dari 38°C atau terlalu
dingin atau kurang dari 36°C.
Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar
atau sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama) juga
merupakan tanda bahaya bagi bayi baru lahir. Tanda bahaya
pada bayi baru lahir yang lain yaitu pemberian ASI sulit
(hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah), tali
pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
serta adanya infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh
meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk,
pernafasan sulit.
Gangguan pada gastrointestinal bayi juga merupakan tanda
bahaya, antara lain mekonium tidak keluar setelah 3 hari
pertama kelahiran, urine tidak keluar dalam 24 jam pertama,
muntah terus-menerus, distensi abdomen, feses
hijau/berlendir/darah. Bayi menggigil atau menangis tidak
seperti biasa, lemas mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus,
tidak bisa tenang, menangis terus-menerus, mata bengkak dan
mengeluarkan cairan juga termasuk dalam tanda-tanda
bahaya pada bayi baru lahir (Muslihatun,2010:h.46-47)
20
2.1.1.8. Tahapan Bayi Baru Lahir
a. Tahap I
Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar
untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu
b. Tahap II
Disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap
adanya perubahan prilaku
c. Tahap III
Disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24
jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh
(Dewi,2010:h.3)
2.1.1.9. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar
Uterus
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke
kehidupan di luar uterus
a. Sistem Pernafasan
Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena
tekanan mekanik dari toraks sewaktu melalui jalan lahir
(stimulasi mekanik), penurunan Pa O2 dan kenaikan Pa
CO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus
21
karotikus (stimulasi kimiawi), rangsangan dingin di daerah
muka dan perubahan suhu di dalam uterus (stimulasi
sensorik) dan refleks deflasi hering breur.
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu
30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali
untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya
surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan
nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam.
Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik
dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum
teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan
kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis.
Dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat
mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan
metabolisme anaerobik (Muslihatun,2010:h.12)
b. Peredaran darah
Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta
melalui vena umbilikalis lalu sebagian ke hati dan
sebagian ke seambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri
jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta ke
seluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan darah di
pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus
arteriosus ke aorta.
22
Setelah bayi lahir paru akan berkembang yang akan
mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang
diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan.
Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar
di bandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan hal
tersebutlah yang membuat foramen ovale secara
fungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama
setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun
dan tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena
rangsangan biokimia (PaO2 yang naik) serta duktus
arteriosus yang brobliterasi. Hal ini terjadi pada hari
pertama (Dewi,2010:h.13)
c. Suhu tubuh
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan
bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya.
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya
yamng kontak langsung dengan tubuh bayi
(pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain
melalui kontak langsung). Contohnya menimbang bayi
tanpa alas timbangan
2) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung
23
pada kecepatan dan suhu udara). Contohnya
membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir di dekat
jendela
3) Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir ke luar tubuhnya
ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas
antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).
Contohnya membiarkan bayi baru lahir dalam ruangan
AC
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang
bergantung pada kecepatan dan kelembaban udara
(perpindahan panas dengan cara mengubah cairan
menjadi uap). Agar dapat mencegah terjadinya
kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal berikut:
(a) Keringkan bayi secara seksama
(b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang
kering dan hangat
(c) Tutup bagian kepala bayi
(d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui
bayinya
(e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi
baru lahir
(f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
24
d. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari
tubuh orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg
berat badan akan leih besar. Oleh karena itulah, BBL
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga
energi dapat di peroleh dari metabolisme karbohidrat dan
lemak
e. Keseimbngan air dan fungsi ginjal
Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium
juga relatif lebih besar di bandingkan dengan kalium
karena ruangan ekstraseluler yang luas. Fungsi ginjal
belum sempurna karena:
1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
2) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan
volume tubulus proksimal
3) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan
dengan orang dewasa
(Dewi,2010:h.15)
f. Imunoglobulin
Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari
antigen dan stress imunologis. Pada BBL hanya terdapat
gamaglobulin G, sehingga imunoglobulin dari ibu dapat
berpindah melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta
25
(lues, toksoplasma, herpes simpleks, dan lain-lain) reaksi
imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma
serta antibodi gama A, G, dan M (Dewi,2010:h.15)
g. Traktus digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang
dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus,
traktus digestivus mengandung zat berwarna hitam
kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida atau disebut
juda dengan mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya
pada 10 jam pertama kehidupan dan dalam 4 hari setelah
kelahiran biasanya feses sudah berbentuk dan berwarna
biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah
terdapat pada neonatus, kecuali enzim amilase pankreas
h. Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia
dan morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan
penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik
juga mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak
lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru
lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum
sempurna (Dewi,2010:h.14-15)
26
i. Keseimbangan asam basa
Tingkat keasaman (pH) darah pada waktu lahir umumnya
rendah karena glikosis anaerobik. Namun, dalam waktu
24 jam, neonatus telah mengompensasi asidosis ini
(Dewi,2010:h.15)
j. Sistem reproduksi
Pada neonatus perempuan labia mayora dan labia minora
mengaburkan vestibulum dan menutupi klitoris. Pada
neonatus laki-laki preputium biasanya tidak sepenuhnya
tertarik masuk dan testis sudah turun. Pada bayi laki-laki
dan perempuan penarikan estrogen maternal
menghasilkan kongesti lokal di dada dan kadang-kadang
diikuti oleh sekresi susu pada hari ke 4 atau ke 5.
k. Sistem skeletal
Tubuh neonatus kelihatan sedikit tidak proporsional,
tangan sedikit lebih panjang dari kaki, punggung neonatus
kelihatan lurus dan dapat ditekuk dengan mudah, neonatus
dapat mengangkat dan memutar kepala ketika
menelungkup. Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6-8
minggu. Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18
bulan.
27
l. Sistem neuromuskular
Sistem saraf neonatus baik secara anatomi maupun
fisiologi. Ini menyebabkan kegiatan refleks spina dan
batang otak dengan kontrol minimal oleh lapisan luar
serebrum pada buln-bulan awal walaupun interaksi sosial
terjadi lebih awal. Setelah neonatus lahir, pertumbuhan
otak memerlukan persediaan oksigen dan glukosa yang
tetap dan memadai. Otak yang masih muda rentan
terhadap hipoksia, kesetimbangan biokimia, infeksi dan
perdarahan.
Ketidakstabilan suhu dan gerak otot yang tidak
terkoordinasi menggambarkan keadaan perkembangan
otak yang tidak lengkap dan mielinisasi saraf tidak
lengkap. Neonatus di lengkapi dengan rangkaian aktifitas
refleks yang luas pada usia yang berbeda-beda
memberikan indikasi kenormalan dan perpaduan sistem
neurologi dan skeletomuskuler.
Beberapa aktifitas refleks yang terdapat pada neonatus
antara lain: refleks moro/peluk, rooting refleks, refleks
menghisap dan menelan, refleks batuk dan bersin, refleks
genggam, refleks melangkah dan berjalan, refleks otot
leher, babinsky refleks
(Maryanti dkk,2011:h.23-24)
28
2.1.1.10. Penampilan dan Perilaku Bayi Baru Lahir
Pada waktu melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir,
hendaknya dilakukan secara cermat, hati-hati, dan perhatikan
beberapa kondisi penampilan bayi secara keseluruhan antara
lain:
Kulit bayi. Perhatikan dengan baik kulit bayi beberapa bayi
memiliki beberapa bintik di kulit mereka. Contohnya, bayi
mungkin memiliki bintik besar dan gelap di punggung bagian
bawah atau pantat. Bayi lain mungkin memiliki bintik merah
di wajah. Bintik-bintik ini tidak berbahaya, namun bintik
yang seperti bisul merah kecil kemungkinan besar merupakan
tanda infeksi.
Warna kulit bayi. Bayi semestinya memiliki warna kulit yang
normal beberapa jam setelah lahir. Karena itu bidan harus
memperhatikan dengan seksama bila hal-hal ini terjadi:
warna kulit masih kebiruan,: jika tangan dan kaki bayi masih
berwarna kebiruan namun suhu tubuh bayi hangat, mungkin
tidak ada masalah yang serius. Beberapa bayi bahkan masih
memiliki tangan dan kaki yang kebiruan satu atau dua hari
setelah lahir.
Bibir atau wajah bayi masih terlihat biru satu jam setelah
lahir, kemungkinan bayi mengalami masalah dengan jantung
atau paru-parunya, kemungkinan dia memerlukan oksigen.
29
Jika bayi terlihat kuning kurang dari 24 jam setelah lahir bisa
jadi dia terkena penyakit kuning atau infeksi.
Kulit bayi terlihat pucat. Bayi terlihat pucat dan lemas
kemungkinan mengalami anemia atau masalah kesehatan
lainnya. Bayi yang sangat merah mungkin tidak apa-apa coba
perhatikan selama satu minggu untuk mencari kemungkinan
penyakit kuning. Jika kulitnya mulai berubah menjadi
kekuningan, nafasnya mulai cepat atau mengalami kesulitan
saat menyusui segera minta bantuan medis.
Kebanyakan bayi mengalami ruam kulit dalam minggu-
minggu pertama. Ruam biasanya muncul di tempat kulit
bergesekan dengan baju seperti lengan, tungkai dan puggung.
Tetapi bisa muncul di wajah. Ruam cenderung menghilang
sendiri tanpa pengobatan. Pengeringan dan pengelupasan
kulit sering terjadi setelah beberapa hari, terutama di lipatan
pergelangan tangan dan pergelangan kaki bayi yang
sebetulnya normal akan tampak sedikit kuning pada hari
kedua, yang harus diperhatikan adalah bila kuning muncul
sebelum bayi berusia 24 jam.
Bayi baru lahir memiliki beberapa benjolan keras di bawah
kulitnya (nekrosis lemak subkutaneus), dimana penekanan
tulang merusak beberapa jaringan lemak. Pada persalinan
dengan forsep, benjolan terlalu sering ditemukan di kepala,
pipi dan leher. Benjolan ini bisa pecah menembus permukaan
30
kulit, mengeluarkan cairan kuning jernih, tetapi biasanya
akan segera sembuh.
Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan
spontan tanpa di sadari pada bayi normal, dibawah ini akan
dijelaskan beberapa penampilan dan perilaku bayi, baik
secara spontan karena adanya rangsangan atau bukan
a. Tonik neek reflek
Yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila
ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan
kepalanya
b. Rooting reflek
Yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi
maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan
kepalanya kearah datangnya jari
c. Grasping reflek
Bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-
jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat
d. Moro reflek
Reflek yang timbul di luar kemauan kesadaran bayi
e. Startle reflek
Reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti
mengejang pada lengan dan tangan dan sering diikuti
dengan tangis
31
f. Stapping reflek
Reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak
dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu dasar
maka bayi seolah-olah berjalan
g. Reflek mencari puting (rooting)
Yaitu bayi menoleh ke arah sentuhan di pipinya atau di
dekat mulut, berusaha untuk menghisap
h. Reflek menghisap (suckling)
Yaitu areola puting susu tertekan gusi bayi, lidah dan
langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan
memancarkan ASI
i. Refleks menelan (swallowing)
Dimana ASI di mulut bayi mendesak otot di daerah mulut
dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan
mendorong ASI ke dalam lambung (Rukiyah dan
Yulianti,2013:h.61-63)
2.1.1.11. Penanganan Bayi Baru Lahir
a. Mencegah kehilangan panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai
berikut:
1) Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir
untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan
oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi.
32
Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah
disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan dengan cara
menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan
taktil untuk membantu bayi memulai pernafasannya.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan
hangat
Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan
memotong tali pusat, ganti handuk atau kain yang
dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti tubuh
bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering dan
bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat
menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi.
Ganti handuk, selimut atau kain yang basah telah
diganti dengan selimut atau kain yang baru (hangat,
bersih dan kering)
3) Selimut bagian kepala bayi
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti
setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas
permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan
cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak
tertutup
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga
kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas.
33
Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera
setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai
dalam waktu satu jam pertama kelahiran
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi
baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan
panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian),
sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu
selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan
kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih
berat badan bayi pada saat berpakaian/selimut
dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi
sebaiknya dimandikan (sedikitnya) 6 jam setelah
lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama
setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang
sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir
6) Praktik memandikan bayi yang dianjurkan
Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir, sebelum
memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami
asfiksia atau hipotermia, sebelum memandikan bayi,
periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil (suhu aksila
antara 36,5-37,5). Jika suhu tubuh bayi masih
dibawah 36,5 selimuti kembali tubuh bayi secara
longgar, tutupi bagian kepalanya dan tempatkan
34
bersama ibunya ditempat tidur atau lakukan
persentuhan kulit ibu-bayi dan selimuti keduanya
7) Tunda memandikan bayi bila suhu tubuh bayi tetap
stabil dalam waktu (paling sedikit) 1 jam
Tunda untuk memandikan bayi yang sedang
mengalami masalah pernafasan, sebelum bayi
dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan
tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan
kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa
lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk
menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan,
mendikan bayi secara cepat dengan air bersih dan
hangat, segera keringkan bayi dengan menggunakan
handuk bersih dan kering, ganti handuk yang basah
dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti
tubuh bayi secara longgar, pastikan bagian kepala
bayi diselimuti dengan baik, bayi dapat diletakan
bersentuhan kulit dengan ibu dan selimuti dengan
baik, ibu dan bayi disatukan ditempat dan anjurkan
ibu untuk menyusukan bayinya
(Rukiyah dan Yulianti,2013:h.80-82)
b. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat di potong sebelum atau sesudah plasenta lahir
tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi
35
bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir
tidak menangis, maka tali pusat segera di potong untuk
memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi.
Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan
guting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila
masih terjadi perdarahan dapat di buat ikatan baru. Luka
tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70%
atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut
tersebut diganti setiap hari dan atau setiap basah atau kotor
(Prawirohardjo,2006:h.134)
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap
suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar
untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus
dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur
kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu
tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya
secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika
kehilangan panas tidak segea dicegah. Bayi yang
mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi
untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan
basah atau tidak di selimuti mungkin akan mengalami
hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif
36
hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat
rentan terhadap terjadinya hipotermia. Pencegah terjadinya
kehilangan panas yaitu:
1) Keringkan bayi secara seksama
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering
dan hangat
3) Tutup bagian kepala bayi
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
5) Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan
pakaian
6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
(Maryanti dkk,2011:h.6-7)
d. Inisiasi menyusu dini
Inisiasi menyusu dini (early initation) adalah bayi mulai
menyusu sendiri segera setelah lahir.
(Ambarwati,2010:h.36)
Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini
mungkin dan secara ekslusif. Segera setelah bayi lahir,
setelah tali pusat dipotong, letakan bayi tengkurap di dada
ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, biarkan
kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam
bahkan lebih, sampai bayi dapat menyusui sendiri.
Apabila ruang bersalin dingin, bayi diberi topi dan
diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan
37
dan membantu ibu selama proses menyusui ini. Ibu diberi
dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu
dan menolong bayi bila diperlukan
Keuntungan inisiasi menyusui dini bagi ibu dan bayi
adalah sebagai berikut:
1) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi
a) Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi
b) Kontak memastikan perilaku optimum menyusui
berdasarkan insting dan diperkirakan dapat:
(1) Menstabilkan pernafasan
(2) Mengendalikan temperatur tubuh bayi
(3) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu
yang lebih cepat dan efektif
(4) Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali
pada berat lahirnya dengan lebih cepat)
(5) Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi
(6) Memperbaiki pola tidur yang lebih baik
(7) Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam
pertama
(8) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu
di dalam perut bayi sehingga memberikan
perlindungan terhadap infeksi
38
(9) Bilirubin akan lebih cepat normal dan
mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga
menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir
(10) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang
lebih baik selama beberapa jam pertama
hidupnya
2) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu
a) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada
ibu
(1) Oksitosin
Membantu kontraksi uterus sehingga
perdarahan pasca persalinan lebih rendah,
merangsang pengeluaran kolostrum, penting
untukkelekatan hubungan ibu dan bayi, ibu
lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada
saat plasenta lahir dan prosedur pasca
persalinan lainnya
(2) Prolaktin
Meningkatkan produksi ASI, membantu ibu
mengatasi mengatasi stres, mendorong ibu
untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai
menyusui, menunda ovulasi
39
3) Keuntungan menyusu dini bagi bayi
a) Meningkatkan kecerdasan
b) Mencegah kehilangan panas
c) Merangsang kolostrum segera keluar
d) Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada
bayi
e) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal
agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan
dengan kebutahan bayi
f) Membantu bayi mengoordinasikan isap, telan,dan
napas
g) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi
4) Keuntungan menyusu dini bagi ibu
a) Merangsang oksitosin dan prolaktin
b) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
c) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi
5) Memulai menyusu dini
a) Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke
bawah
b) Meningkatkan keberhasilan menyusui secara
ekslusif dan meningkatkan lamanya bayi menyusui
c) Merangsang produksi susu
40
d) Memperkuat refleks mengisap bayi. Intensitas
refleks mengisap awal pada bayi paling kuat
adalah dalam beberapa jam pertama setelah lahir
(Rohani dkk,2011:h.263-264)
e. Memberi obat salep mata
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara
hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oftalmia
neonatorum. Dimana prevalensi gonorea tinggi, setiap
bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi
lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau
tetrasiklin 1% dianjurkan untuk penceghan penyakit mata
karena klamidia (penyakit menular seksual).
Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini
dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali
pusat, dan harus dicatat dalam status termasuk obat apa
yang digunakan. Yang lazim dipakai adalah larutan perak
Nitrat atau Neosporin dan langsung diteteskan pada mata
bayi segera setelah lahir (Prawirohardjo,2006:h.135)
f. Memberi vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada
bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25-
0,5%. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut,
semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi
vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi
41
berisiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis
0,5-1 mg IM (Prawirohardjo,2006:h.135)
g. Pemeriksaan fisik bayi
Adapun pemeriksaan bayi yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1) Pemeriksaan umum
2) Pemeriksaan fisik (head to toe)
h. Pemberian imunisasi bayi baru lahir
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif
buatan untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu
dengan cara memasukan suatu zat ke dalam tubuh melalui
penyuntikan atau secara oral (Dewi,2010:h.31)
Berikan imunisasi hepatitis B regimen tunggal sebanyak 3
kali, pada usia 0 bulan (segera setelah lahir), usia 1 bulan,
usia 6 bulan, atau pemberian regimen kombinasi sebanyak
4 kali, pada usia 0 bulan usia 2 bulan (DPT+Hep B), usia 3
bulan, usia 4 bulan pemberian imunisasi Hepatitis B
(Rukiyah dkk,2013:h.14)
i. Rawat gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang
menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan,
kamar, atau suatu tempat secara bersama-sama dan tidak
dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya
(Dewi,2010:h.18)
42
Dengan kata lain suatu sistem perawatan ibu dan anak
bersama-sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga
memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu tersebut
dapat menyusui anaknya. Rawat gabung mempunyai dua
sifat yaitu rawat gabung continue dan rawat gabung
intermitten. Rawat gabung continue yaitu bayi tetap
berada di samping ibunya terus menerus, sedangkan rawat
gabung intermitten yaitu dimana bayi sewaktu-waktu ingin
menyusui atau atas permintaan ibunya dapat dibawa
kepada ibunya (Maryanti dkk,2011:h.25-26)
Tujuan dilakukan rawat gabung adalah ibu dapat
menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau
kapan saja saat dibutuhkan, ibu dapat melihat dan
memahami cara perawatan bayi yang benar, ibu
mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat
bayinya, suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif
untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan
merawat bayinya secara baik dan benar, ibu dan bayi
mendapatkan kehangatan emosional.
Syarat dilakukannya rawat gabung antara lain bayi lahir
spontan, jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat
gabung bisa dilkukan setelah bayi cukup sehat, bayi yang
lahir secara sectio caesaria (SC) dengan anastesi umum,
rawat gabungnya pun dilakukan setelah ibu dan bayi sadar
43
penuh, bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama ( nilai
APGAR minimal 7), usia kehamilan 37 minggu atau lebih,
barat lahir 2000-2500 gram atau lebih, tidak terdapat
tanda-tanda infeksi intrapartum, bayi dan ibu sehat
(Dewi,2010:h.18)
Manfaat yang bisa didapatkan jika dilakukan rawat
gabung adalah sebagai berikut:
1) Fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu akan mudah
untuk melakukan perawatan sendiri. Dengan
perawatan sendiri dan pemberian ASI sedini mungkin,
maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya
infeksi silang dari pasien lain atau petugas kesehatan
2) Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera
disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini
merupakan proses fisiologis yang alami, dimana bayi
mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik.
Bagi ibu yang menyusui akan timbul reflek oksitosin
yang dapat membantu proses fisiologis involusi rahim
3) Psikologis
Dari segi psikologis akan segera terjalin proses lekat
akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi. Hal
tersebut akan berpengaruh besar terhadap
44
pertumbuhan psikologis bayi. Selain itu, kehangatan
tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak
dibutuhkan oleh bayi
4) Edukatif
Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna
sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya bila
pulang dari rumah sakit. Selama di RS ibu akan
melihat, belajar, dan mendapat bimbingan mengenai
cara menyusui secara benar, cara merawat payudara,
tali pusat, memandikan bayi, dan sebagainya.
Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi
ibu untuk merawat bayi dan dirinya sendiri setelah
pulang dari RS
5) Ekonomi
Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi
rumah sakit, terutama RS pemerintah, hal tersebut
merupakan suatu penghematan terhadap anggaran
pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu,
dot serta peralatan lainnya yang dibutuhkan. Beban
perawat menjadi lebih ringan karena ibu berperan
besar dalam merawat bayinya sendiri sehingga waktu
luang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain
45
6) Medis
Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat
menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi,
serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu
maupun bayi (Dewi,2010:h.19)
2.1.1.12. Pencegahan infeksi
a. Definisi
Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari
setiap komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat
rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya yang
masih belum sempurna (Dewi,2010:h.16)
b. Infeksi pada neonatus
Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada bayi
berat badan lahir rendah. Infeksi pada neonatus dapat
melalui beberapa cara. Blame membaginya dalam 3
golongan:
1) Infeksi antenatal, kuman mencapai janin melalui
peredaran darah ibu le placenta. Disini kuman itu
melewati batas placenta dan mengadakan
perkembangbiakan. Infeksi ini bisa masuk ke janin
melalui vena umbilikalis. Kuman memasuki janin
melalui beberapa jalan, yaitu: (a) virus: rubella, (b)
spirokaeta: sifilis, (c) bakteria
46
2) Infeksi intranatal, infeksi melalui cara ini lebih sering
terjadi dari pada cara yang lain. Kuman dari vagina
naik dan masuk ke dalam ronggan amnion setelah
ketuban pecah. Ketuban pecah lama mempunyai pern
penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis.
Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih
utuh, misalnya pada partus lama. Janin terkena infeksi
karena mengihalasi liquor yang septic sehingga
kuman-kuman memasuki peredaran darahnya dan
menyebabkan septicemia (keracunan darah oleh
bakteri patogenik)
3) Infeksi postnatal, infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir
lengakap dan biasanya merupakan infeksi yang
menyebabkan kematian terjadi sesudah bayi lahir
sebagai akibat penggunaan alat, atau perawatan yang
tidak steril. Infeksi pada bayi cepat sekali meluas
menjadi infeksi umum, sehingga gejalanya tidak
tampak lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat
dibuat kalau kita cukup waspada bahwa kelainan
tingkah laku bayi dapat merupakan tanda-tanda
permulaan infeksi umum. Kalau bayi BBLR selama
72 jam pertama tidak menunjukan gejala-gejala
penyakit tertentu, tiba-tiba tingkah lakunya berubah,
maka mungkin hal ini disebabkan oleh infeksi,
47
melalui gejalanya: malas minum, gelisah, frekuensi
pernafasan meningkat, berat badan tiba-tiba turun,
pergerakan kurang, diare dan kejang
(Rukiyah dan Yulianti,2013:h.42-43)
c. Kewaspadaan pencegahan infeksi
Kewaspadaan tersebut dapat dibangun melalui hal-hal
berikut:
1) Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi
berpotensi menularkan infeksi
2) Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan
basis alkohol sebelum dan sesudah merawat bayi
3) Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan
4) Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau
gaun lainnya bila diperkirakan akan terjadi kontak
dengan darah dan cairan tubuh lainnya
5) Bersihkan dan bila perlu lakukan desinfeksi peralatan
serta barang yang digunakan sebelum daur ulang
6) Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin
7) Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi
lingkungan, misalnya bayi dengan diare yang
terinfeksi di dalam ruangan khusus
d. Cara pencegahan infeksi
Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan
pencegahan infeksi
48
1) Cuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan cairan
pembersih tangan berbasis alkohol, pada saat sebelum
dan sesudah merawat bayi, sesudah melepas sarung
tangan, dan sesudah memegang instrumen atau barang
yang kotor
2) Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya
untuk cuci tangan sebelum dan sesudah memegang
bayi
3) Basahi kedua tangan dengan mencuci tangan selama
10-15 detik dengan sabun dan air mengalir, setelah itu
biarkan tangan kering di udara atau keringkan dengan
kertas bersih/handuk pribadi
4) Membersihkan tangan dengan cairan alkohol yang
dibuat dari 2 ml gliserin dan 100 ml alkohol 60%.
Caranya basahilah seluruh permukaan tangan dan jari
dengan cairan pembersih tangan dan basuh atau gosok
cairan ke tangan sampai kering
5) Gunakan alat-alat perlindungan pribadi
6) Bila memungkinkan pakailah sepatu tertutup, jangan
bertelanjang kaki
7) Gunakan sarung tangan untuk melakukan tindakan
berikut:
49
a) Memegang atau kontak dengan kulit yang lecet,
jaringan di bawah kulit atau darah (gunakan
sarung tangan steril atau sarung tangan DTT)
b) Memegang atau kontak dengan membran mukosa
atau cairan tubuh (gunakan sarung tangan bersih)
c) Memegang atau kontak dengan barang yang
terkontaminasi serta akan membersihkan atau
membuang kotoran (gunakan sarung tangan tebal
dari bahan karet atau lateks)
d) Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan,
tetapi dapat juga dipakai ulang
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Dekontaminasi dengan merendam di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
2) Cuci dan bilas
3) Sterilkan dengan autoclaf atau DTT lalu
direbus atau dikukus
4) Sarung tangan tidak boleh dipakai ulang
lebih dari 3 kali
Jangan menggunakan sarung tangan yang robek,
terkelupas atau berlubang
50
2.2. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
2.2.1.Teori manajemen kebidanan menurut varney
2.2.1.1. Pengertian
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan
tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan
kepada klien yang memiliki kebutuhan atau masalah
kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,
keluarga berancana, kesehatan reproduksi wanita dan
pelayanan kesehatan masyarakat (Soepardan,2008:h.5)
2.2.1.2. Manajemen kebidanan
Adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,
mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Nurhayati
dkk,2012:h.139)
2.2.1.3. Proses manajemen kebidanan
Merupakan proses pemecahan masalah yang
memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan
tindakan-tindakan dengan urutan yang logis sehingga
pelayanan komprehensif dan aman dapat tercapai
(Ambarwati,2010:h.130)
51
Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut
manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan
bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan
kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien
maupun pemberi asuhan (Soepardan,2008:h.96)
2.2.2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney
2.2.2.1. Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara
anamnesa, pameriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pameriksaan tanda-tanda vital, pameriksaan khusus dan
pameriksaan penunjang.
(Estiwidani dkk,2008.h:134)
a. Data subjektif
Berikut adalah data yang dapat dikaji dan dilakukan
anamnesa:
(1) Nama
Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan
memanggil dengan nama panggilan sehingga
hubungan komunikasi antara bidan dan pasien
menjadi lebih akrab (Sulistyawati,2010:h.220)
52
(2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi
belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas
(Ambarwati,2010:h.131)
(3) Agama
Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan
mental dan spiritual terhadap pasien dan keluarga
sebelum dan pada saat persalinan
(Sulistyawati,2012:h.221)
(4) Suku/bangsa
Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang
dianut oleh pasien dan keluarga yang berkaitan
dengan persalinan (Sulistyawati,2012:h.221)
(5) Pendidikan terakhir
Sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang
paling tepat dalam penyampaian informasi mengenai
teknik melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini akan
sangat mempengaruhi daya tangkap dan tanggap
pasien terhadap instruksi yang diberikan bidan pada
proses persalinan (Sulistyawati,2012:h.221)
53
(6) Pekerjaan
Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola
sosialisasi, dan data pendukung dalam menentukan
pola komunikasi yang akan dipilih selama asuhan
(Sulistyawati,2012:h.221)
(7) Alamat
Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien,
data ini juga memberi gambaran mengenai jarak dan
waktu yang ditempuh pasien menuju lokasi persalinan
(Sulistyawati,2012:h.221)
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus
dikaji adalah:
a) Faktor genetik, meliputi kelaianan/gangguan metabolik
pada keluarga dan sindrom genetik
b) Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit
jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit
hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat
penganiayaan, riwayat abortus, RH/isoimunisasi
c) Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya
riwayat perdarahan, preeklamsia, infeksi,
perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes
gestasional, poli/oligohidramnion
54
d) Faktor perinatal, meliputi premature/postmatur, partus
lama, penggunaan obat selama persalianan, gawat
janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air
ketuban bercampur mekonium, amnionitis, ketuban
pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan,
prolapsus tali pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis
persalinan (Muslihatun,2010:h.252)
b. Data objektif
Data objektif (DO) merupakan pendokumentasian
manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama
(pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui
hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain.
Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan
fakta yang berhubungan dengan diagnosis
(Muslihatun,2010:h.248)
1) Pemeriksaan fisik
Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami
masalah apa pun, lakukanlah pemeriksaan fisik yang
lebih lengkap.
a) Pemeriksaan umum
(1) Pernapasan
Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi
dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara
55
periodik selama beberapa detik masih dalam
batas normal. Pernafasan pada bayi baru lahir
dinilai apakah bayi menangis kuat, lambat
tidak teratur atau tidak bernafas
(Muslihatun,2010:h.31)
(2) Denyut jantung
Denyut jantung BBL normal anatar 100-160
kali permenit, tetapi dianggap masih normal di
jika atas 160 kali permenit dalam jangka
waktu pendek, beberapa kali dalam satu hari
selama beberapa hari pertama kehidupan,
terutama bila bayi mengalami distress. Jika
ragu ulangi perhitungan denyut jantung
(Muslihatun,2010:h.252-253)
(3) Suhu
Suhu aksiler 36,5° C sampai 37,5° C
(4) Tonus otot/tingkat kesadaran
Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah
mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat
ditenangkan jika rewel. Bayi dapat
dibangunkan jika diam atau sedang tidur
(Muslihatun,2010:h.253)
56
(5) Ekstermitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila
ekstermitas disentuh dan pembengkakan
(6) Kulit
Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat
dibanding bayi preterm karena kulit lebih
tebal. Saat bayi lahir, warna kulit mungkin
berwarna keunguan, lalu berubah menjadi
kemerahan setelah bayi menangis keras dan
dapat bernafas (Muslihatun,2010:h.35)
(7) Tali pusat
Normal berwarna putih kebiruan pada hari
pertama, mulai kering dan mengkerut/
mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari
(Muslihatun,2010:h.253)
(8) Berat badan
Normal berat badan lahir bayi normal yaitu
2.500-4000 gram (Muslihatun,2010:h.253)
b) Pemeriksaan fisik (head to toe)
(1) Kepala : ubun-ubun, sutura, molase, caput
succedaneum, cephal haematoma hidrosefalus,
ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil
(2) Muka : tanda-tanda paralisis
57
(3) Mata : keluar nanah, bengkak pada kelopak
mata, perdarahan subkonjungtiva dan
kesimetrisan
(4) Telinga: kesimetrisan letak dihubungkan
dengan mata dan kepala
(5) Hidung : kebersihan, palatoskisis
(6) Mulut : labios/palatoskisis, trush, sianosis,
mukosa, kering/basah
(7) Leher : pembengkakan dan benjolan
(8) Klavikula dan lengan tangan : gerakan, jumlah
jari
(9) Dada : bentuk dada, putting susu, bunyi
jantung dan pernapasan
(10)Abdomen : penonjolan sekitar tali pusat pada
saat menangis, jumlah pembuluh darah pada
tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan,
distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk
(11)Genetalia : kelamin laki-laki: testis berada
dalam scrotum, penis berlubang dan berada di
ujung penis. Kelamin perempuan: vagina,
uretra berlubang, labia mayor dan labia minora
(12)Tungkai dan kaki : gerakan, bentuk dan
jumlah jari
(13)Anus : berlubang/tidak, fungsi spingter ani
58
(14)Punggung : spina bifida, mielomeningokel
(15)Reflek : morro, rooting, walking, graphs,
sucking, tonicneck
(16)Antropometri : BB, PB, LK, LD, LP, LILA
(17)Eliminasi : BBL normal biasanya kencing
lebih dari 6 kali per hari. BBL normal
biasanya berak cair 6-8 kali per hari. Dicurigai
diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau
atau mengandung lendir atau darah.
Perdarahan vagina pada BBL dapat terjadi
selama beberapa hari minggu pertama
kehidupan dan hal ini dianggap normal
(Muslihatun,2010:h.254)
2.2.2.2. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa
atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan di
interpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah
keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan
penanganan (Estiwidani,2008:h.134-135)
59
2.2.2.3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial
atau diagnosa potensial berdasarkan diagnose atau masalah
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi (Estiwidani dkk,2008:h.135)
2.2.2.4. Mengidentifikasi masalah yang memerlukan penanganan
segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien (Estiwidani,2008:h.136)
2.2.2.5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
nerupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini informasi atau data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi (Estiwidani dkk,2008:h.137)
Rencana asuhan yang menyeluruh meliputi:
a. Cegah kehilangan panas
60
b. Potong dan ikat tali pusat
c. Inisiasi menyusu dini
d. Pertahankan suhu tubuh bayi
e. Beri obat salep mata
f. Beri Vit K
g. Pemeriksaan fisik bayi
h. Pemberian imunisasi bayi baru lahir
i. Lakukan rawat gabung
2.2.2.6. Pelaksanaan
Pada langkah VI ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah V dilaksanakan secara efisien
dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya (Estiwidani,2008:h.138)
Berikut adalah pelaksanaan dari perencanaan sebagai
berikut:
a. Mencegah kehilangan panas dengan mengeringkan bayi
secara seksama kemudian menyelimuti bayi dengan
selimut yang hangat dan bersih, menganjurkan ibu untuk
memeluk dan menyusui bayinya, jangan segera
menimbang atau memandikan bayi
b. Memotong dan mengikat tali pusat yaitu tali pusat dijepit
dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut
(pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat
61
dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu
(agar darah tidak terpencar pada saat dilakukan
pemotongan tali pusat). Kemudian jepit (dengan klem
kedua) tali pusat pada bagian yang isinya sudah
dikosongkan (sisi ibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan
pertama. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut,
satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil
melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat
diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan
gunting DTT atau steril. Ikat tali pusat dengan benang
DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya. Lepaskan klem logam penjepit
tali pusat dan masukan ke dalam larutan klorin 0,5%
c. Melakukan inisiasi menyusu dini yaitu dengan meletakan
bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat
pada kulit ibu, biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap
selama setidaknya 1 jam bahkan lebih, sampai bayi dapat
menyusui sendiri
d. Mempertahanan suhu tubuh bayi yaitu dengan
megeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi
denga selimut atau kain bersih, kering dan hangat, tutup
bagian kepala bayi, anjurkan ibu untuk memeluk dan
menyusukan bayinya, lakukan penimbangan setelah bayi
62
mengenakan pakaian, tempatkan bayi dilingkungan yang
hangat
e. Memberi obat salep mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin
1% untuk mencegah penyakit mata karena penyakit
menular seksual dan langsung diteteskan pada mata bayi
segera setelah lahir
f. Memberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskuler
setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai
menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat
defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian
BBL
g. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi yaitu melakukan
pemeriksaan umun dan pemeriksaan fisik pada bayi
h. Melakukan pemberian imunisasi pada bayi yaitu
melakukan injeksi Hb0 pada bayi untuk mencegah
penyakit Hepatitis B
i. Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi yaitu
memberikan bayi pada ibu untuk rawat gabung agar ibu
dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat
atau kapan saja saat dibutuhkan, ibu dapat melihat dan
memahami cara perawatan bayi yang benar, ibu
mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam
merawat bayinya, ibu dan bayi mendapatkan kehangatan
emosional
63
2.2.2.7. Evaluasi
Pada langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa
dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya
(Estiwidani,2008:h.139)
2.3. Landasan hukum kewenangan bidan
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ menkes/SK/VII/ 2002 bidan
dalam menjalankan praktik profesinya berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi
2.3.1 Pelayanan kesehatan pada anak meliputi:
a. Pelayanan neonatal esensial dan tata laksana neonatal sakit di luar
rumah sakit yang meliputi:
1) Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman
2) Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini
3) Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas
spontan
4) Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan
5) Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui
perawatan tali pusat secara higienis, pemberian imunisasi dan
pemberian ASI ekslusif
64
b. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada bayi
0-28 hari
c. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI ekslusif untuk bayi di
bawah 6 bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi
di atas 6 bulan
2.3.2 Tindakan yang termasuk dalam kewenangan bidan antara lain
a. Memberikan imunisasi kepada bayi
b. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
c. Hipotermi pada bayi baru lahir
(Sofyan,2006:h.187)
2.3.3 Standar pelayanan nifas
a. Stanadar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan
kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia
(Soepardan,2008:h.121).
65
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP BAYI NY. A SEGERA SETELAH
LAHIR DI BPS DHARMIN
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Tanggal : 27 April 2015
Jam : 11.55 Wib
Oleh : Reny Nurul Andriyani
A. Data Subjektif
1. Anamnesa
a. Bayi
Nama bayi : By. Ny A
Tgl lahir : 27 April 2015
Jam : 11.55 Wib
Jenis : Perempuan
b. Orang tua
Ibu Ayah
Nama : Ny.A Tn. E
Umur : 21 tahun 23 tahun
Suku/budaya : sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Buruh
66
Alamat : Jl.Melati No.45 Srengsem Panjang Bandar
Lampung
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Riwayat antenatal
G1P0A0 Umur kehamilan 39 minggu 1 hari
Riwayat ANC : 4 kali
2. Keluhan saat hamil : Mual muntah, sering kencing,
pusing
3. Penyakit selama kehamilan
a. Diabetes Mellitus : Tidak Ada
b. Hepatitis : Tidak Ada
c. Tuberkulosis : Tidak Ada
d. HIV/AIDS : Tidak Ada
4. Kebiasaan
a. Minum jamu/obat : Tidak Ada
b. Merokok : Tidak Ada
5. Komplikasi
a. Hiperemesis : Tidak Ada
b. Perdarahan : Tidak Ada
c. Preeklampsia : Tidak Ada
d. Eklampsia : Tidak Ada
e. Infeksi : Tidak Ada
67
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Pernafasan : Teratur
Denyut jantung :140x/menit
Data penunjang
1. Komplikasi janin
a. IUGR : Tidak Ada
b. Polihidramnion : Tidak Ada
c. Oligohidramnion : Tidak Ada
d. Gemelli : Tidak Ada
2. Riwayat intranatal
Lahir tanggal 27 April 2015 pukul 11.55 Wib
Jenis persalinan spontan, penolong bidan
Lama persalinan
Kala 1 : 9 jam 15 menit
Kala 2 : - 30 menit
Kala 3 : - 15 menit
Kala 4 : 2 jam -
Lamanya : 12 jam
3. Komplikasi ibu
a. Hipertensi : Tidak Ada
b. Partus lama : Tidak Ada
c. Penggunaan obat : Tidak Ada
d. Infeksi/suhu badan naik : Tidak Ada
68
e. KPD : Tidak Ada
f. Perdarahan : Tidak Ada
4. Komplikasi janin
a. Premature/postmatur : Tidak Ada
b. Malposisi/malpresentasi : Tidak Ada
c. Gawat janin : Tidak Ada
d. Prolaps tali pusat : Tidak Ada
e. Ketuban campur mekonium : Tidak Ada
f. Keadaan bayi baru lahir : Baik
69
Tabel 3.1
MATRIKS
Tgl/
Jam
Pengkajian Interprestasi
Data
(diagnosa,
Masalah,
Kebutuhan)
Dx potensial/
Masalah
potensial
Antisipasi/
Tindakan
Segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
1.
27
April
2015
Pukul
11.55
Wib
Ds: ibu
mengatakan
senang atas
kelahiran
bayinya
Do:
- Pernafasan :
Teratur
-Denyut
Jantung
140x/menit
Dx.: Bayi Ny.A Segera
setelah lahir cukup
bulan sesuai masa
kehamilan
Dasar :
- Ibu mengatakan
HPHTnya tanggal
23-7-2014
- TK 27 April 2015
- TP 30 April 2015
- Bayi lahir tanggal
27 April 2015
- Pukul 11.55 Wib
- JK : Perempuan
Tidak ada Tidak ada 1.Keringkan Bayi
dengan seksama
2 Lakukan pemotongan
dan pengikatan tali
pusat
1. Mengeringkan bayi dengan handuk
atau kain yang telah disiapkan
diatas perut ibu. Mengeringkan
dengan cara menyeka tubuh bayi.
Kemudian ganti kain basah dengan
kain yang kering dan bersih.
2. Melakukan pemotongan dan
pengikatan tali pusat yaitu tali
pusat dijepit dengan klem DTT
pada sekitar 3 cm dari dinding
perut (pangkal perut bayi) tekan
tali pusat dengan 2 jari kemudian
dorong isi tali pusat kearah (agar
darah tidak terpencar pada saat
dilakukan pemotongan tali pusat)
1. Tubuh bayi telah kering
2. Tali pusat bayi telah di
potong dan telah di ikat
70
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : Asuhan
pada bayi baru lahir
3. Jaga kehangatan
bayi
kemudian jepit (dengan klem
kedua) tali pusat pada bagian yang
isinya sudah dikosongkan (sisi ibu)
berjarak 2 cm dari tempat jepitan
pertama Pegang tali pusat diantara
2 klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil
melindungi bayi, tangan yang lain
memotong tali pusat diantara kedua
klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT atau
steril. Ikat tali pusat dengan benang
DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali
benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi
lainnya. Lepaskan klem logam
penjepit tali pusat dan masukan ke
dalam larutan klorin 0,5%
3. Menjaga kehangatan bayi yaitu
dengan mengeringkan bayi secara
seksama, selimuti bayi dengan
selimut atau kain bersih, kering dan
hangat, tutup bagian kepala bayi,
anjurkan ibu untuk memeluk dan
menyusukan bayinya, lakukan
3. Kehangatan bayi telah
dijaga
71
4. Lakukan IMD
5.Beri salep mata
tetracyclin
6.Lakukan injeksi
vitamin K
penimbangan setelah bayi
mengenakan pakaian, tempatkan bayi
di lingkungan yang hangat
4. Melakukan inisiasi menyusu dini
yaitu dengan meletakan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit
bayi melekat pada kulit ibu,
biarkan kontak kulit ke kulit ini
menetap selama setidaknya 1 jam
bahkan lebih, sampai bayi dapat
menyusui sendiri
5. Memberi salep mata eritromisin
0,5% atau tetrasiklin 1% untuk
mencegah penyakit mata karena
penyakit menular seksual dan
langsung diteteskan pada mata bayi
segera setelah lahir
6. Memberikan vitamin K1 injeksi 1
mg intramuskuler setelah 1 jam
kontak kulit ke kulit dan bayi
selesai menyusu untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh
sebagian BBL
4. IMD telah dilakukan
5. Salep mata telah
diberikan
6.Bayi telah diberikan
injeksi vitamin K
72
7. Lakukan pemeriksaan
umum pada bayi
8.Ukur antropometri
pada bayi
7. Melakukan pemeriksaan umum
pada bayi yaitu pernafasan, denyut
jantung, suhu, tonus otot, warna kulit,
gerakan
8. Mengukur antropometri pada bayi
7. Hasil dari pemeriksaan
umum pada bayi dalam
keadaan nornal. Yang
di dapatkan hasil
sebagai berikut :
Pernapasan : Teratur
denyut jantung : 140
x/menit
suhu aksila : 36,9 °c
tonus otot: baik
warna kulit :
kemerahan turgor
kulit : elastis
gerakan : aktif
8.Bayi telah diukur
antropometri dengan
hasil sebagai berikut :
BB: 3000 gram
PB : 46 cm
LK : 33 cm
LD : 32 cm
Lila: 11 cm
73
9. Lakukan pemeriksaan
fisik pada bayi secara
head to toe
9. Melakukan pemeriksaan fisik
secara head to toe
9.Pemeriksaan fisik telah
dilakukan dan
didapatkan hasil yaitu :
a. Kepala
Ubun-ubun : datar
Caput succedaneum :
tidak ada
Cepal haematoma :
tidak ada
b. Muka : simetris
kanan dan kiri
c. Mata
Simetris : simetris
kanan dan kiri
Kelopak mata : ada
Secret : tidak ada
Sklera : putih
d. Telinga
Simetris : simetris
Lubang : ada
e. Hidung
Palatoskisis : tidak
ada
Lubang : ada
Septum : ada
f. Mulut
Sianosis : tidak ada
74
Mukosa : lembab
Labioskisis : tidak
ada
g. Leher : tidak ada
pembesaran
h. Klavikula dan lengan
tangan
Gerakan : aktif
Jumlah jari : lengkap
i. Dada
Bentuk : simetris
Puting susu : ada
Auskultasi : jantung
tedengar lup dup
j. Abdomen
Tali pusat : tidak ada
perdarahan
Kelainan : tidak ada
k. Genetalia
Perempuan
Labia mayor sudah
menutupi labia minor
Uretra : Berlubang
Vagina : B
l. Anus : positif
m. Tungkai dan kaki
Gerakan : aktif
75
10. Beri Hb 0
11.Beri bayi kepada
ibu
10. Memberikan Hb 0 1/3 bagian luar
dipaha sebelah kanan secara IM
dengan dosis 0,5 cc.Diberikan
untuk mencegah penyakit Hepatitis
B
11. Memberikan bayi pada ibu untuk
rawat gabung agar ibu dapat
menyusui bayinya sedini
mungkin dan setiap saat atau
kapan saja saat dibutuhkan, ibu
dapat melihat dan memahami
cara perawatan bayi yang benar,
Jumlah jari : lengkap
dan normal
n. Punggung
Bentuk : simetris
Kelainan : tidak ada
o. Reflek
Moro :positif
Rooting : positif
Sucking :positif
Swalowing : positif
Graps : positif
Tonickneck : positif
Babinski : positif
10. Hb 0 telah diberikan
11. Bayi telah bersama
ibunya
76
12. Beritahu ibu untuk
kunjungan ulang
ibu mempunyai pengalaman dan
keterampilan dalam merawat
bayinya, ibu dan bayi
mendapatkan kehangatan
emosional
12. Memberitahu ibu untuk
kunnjungan ulang pada tanggal
04 Mei 2015 untuk melakukan
pameriksaan tali pusat pada bayi
12.Telah dijelaskan pada
ibu untuk kunjungan ulang
77
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi segera setelah lahir yang
dilakukan pada bayi Ny.A untuk mengkaji apakah ada kesenjangan antara teori
dengan situasi atau perubahan pada bayi Ny.A maka didapatkan hasil :
4.1. PENGUMPULAN DATA DASAR
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pameriksaan fisik
sesuai dengan kebutuhan dan pameriksaan tanda-tanda vital, pameriksaan
khusus dan pameriksaan penunjang.
(Estiwidani dkk,2008.h:134)
4.1.1. Ibu
4.1.1.1. Nama
a. Menurut tinjauan tori
Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil
Dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi
Antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab
(Sulistyawati,2010:h.220)
b. Menurut tinjauan teori
Dari tinjauan kasus ibu bernama Ny.A
78
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karenanya Ny.A memiliki nama jelas yang
dapat membedakan dengan pasien yang lain.
4.1.1.2. Suku/bangsa
a. Menurut tinjauan teori
Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut
oleh pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan
(Sulistyawati,2012:h.221)
b. Menurut tinjauan kasus
Suku ibu sunda
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak ada
kesenjangan karena tidak ada kepercayaan berhubugan
dengan adat istiadat
4.1.1.3. Pendidikan
a. Menurut tinjauan teori
Sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang
paling tepat dalam penyampaian informasi mengenai
teknik melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini akan
sangat mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien
terhadap instruksi yang diberikan bidan pada proses
persalinan (Sulistyawati,2012:h.221)
79
b. Menurut tinjauan kasus
Pendidikan ibu SMA
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena ibu dapat memahami penjelasan yang
di sampaikan oleh bidan dengan baik
4.1.1.4. Riwayat Antenatal
a. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya
riwayat perdarahan, preeklamsia, infeksi, perkembangan
janin terlalu besar/terganggu, diabetes gestasional,
poli/oligohidramnion (Muslihatun, 2010:h252)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000
gram (Dewi,2010:h.1)
b. Menurut tinjauan teori
Usia kehamilan 39 minggu 1 hari
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena ibu melahirkan cukup bulan sesuai
masa kehamilan.
4.1.2. Bayi
4.1.2.1. Pernafasan
a. Menurut tinjauan teori
Pernafasan bayi baru lahir normal 30-60 kali permenit,
80
tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pda fase
ekspirasi. Pada bayi kecil,mungkin terdapat retraksi dada
ringan dan jika bayi berhenti nafas secara periodik selama
beberapa detik masih dalam batas norml
(Muslihatun,2010:h.31)
b. Menurut tinjauan kasus
Pada saat pengkajian bayi Ny.A teratur
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak ada
kesenjangan karena pada saat pengkajian bayi bernafas
dengan spontan
4.1.2.2. Denyut jantung
a. Menurut tinjauan teori
Denyut jantung BBL normal anatar 100-160 kali permenit,
tetapi dianggap masih normal di jika atas 160 kali
permenit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali dalam
satu hari selama beberapa hari pertama kehidupan,
terutama bila bayi mengalami distress. Jika ragu ulangi
perhitungan denyut jantung (Muslihatun,2010:h.252-253)
b. Menurut tinjauan kasus
Pada saat pengkajian terhadap bayi Ny.A Denyut jantung
bayi Ny.A 140x/ menit
81
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan kerena Denyut jantung bayi Ny.A 140x/ menit
4.2. Interprestasi Data Dasar
4.2.1. Diagnosa
4.2.1.1. Menurut tinjauan teori
Data dasar yang telah dikumpulkan di interpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik
4.2.1.2. Menurut tinjauan kasus
Didapatkan diagnosa kebidanan yaitu bayi Ny.A segera
setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan
Dasar :
- By.Ny.A segera setelah lahir cukup bulan sesuai
masa kehamilan
- Ibu mengatakan HPHT Tanggal : 23-7-2014
- TK 27 April 2014
- TP : 30 April 2015
- Bayi lahir tanggal 27 April 2015
- Pukul 11.55 Wib
- JK: Perempuan
82
4.2.1.3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena bayi Ny. A lahir cukup bulan sesuai masa
kehamilan
4.2.2. Masalah
4.2.2.1. Menurut tinjauan teori
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosa
4.2.2.2. Menurut tinjauan kasus
Tidak ada
4.2.2.3. Pembahasan
Tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan teori dan kasus
karena pada kasus ini tidak ditemukanya masalah yang
menyertai diagnosis
4.2.2. Kebutuhan
4.2.2.1. Menurut tinjauan teori
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi
dalam diagnose dan masalah yang dapat didapatkan dengan
melakukan analisa data
4.2.2.2. Menurut tinjauan kasus
Kebutuhan yang diberikan pada bayi Ny.A adalah perawatan
bayi segera setelah lahir
83
4.2.2.3. Pembahasan
Tidak ditemukanya kesenjangan karena kebutuhan yang
diberikan pada bayi Ny.A sesuai dengan kebutuhan bayi baru
lahir
4.3. Identifikasi diagnosa atau masalah potensial
4.3.1. Menurut tinjauan teori
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnose atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah
potensial ini menjadi benar-benar terjadi (Estiwidani,2008:h.135)
4.3.2. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus ini tidak muncul masalah potensial karena tidak adanya
bahaya pada bayi segera setelah lahir
4.3.3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat
kesenjangan karena tidak ditemukan bahaya pada bayi segera
setelah lahir
4.4. Tindakan segera atau kolaborasi
4.4.1. Menurut tinjauan teori
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
84
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien
(Estiwidani,2008:h.136)
4.4.2. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus ini tidak diperlukan adanya penanganan segera atau
berkolaborasi dengan dokter karena kondisi bayi baik dan normal
4.4.3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena tidak ada hal yang perlu dikonsultasikan atau
ditangani oleh tenaga kesehatan yang lainnya dikarenakan kondisi
bayi baik dan normal
4.5. Perencanaan
4.5.1. Menurut tinjauan teori
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini nerupakan
kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data
yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Estiwidani,2008:h.137)
Asuhan bayi baru lahir sebagai berikut:
a. Cegah kehilangan panas
b. Potong dan merawat tali pusat
c. Pertahankan suhu tubuh bayi
d. Inisiasi menyusu dini
e. Beri obat salep mata
f. Beri Vit K
85
g. Pameriksaan umum
h. Pameriksaan fisik ( head to toe )
i. Pemberian imunisasi bayi baru lahir
j. Lakukan rawat gabung
4.5.2. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus Ny.A telah diberikan beberapa perencanaan yang dapat
ditentukan sesuai dengan kondisi pasien
a. Keringkan bayi dengan seksama
b. Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat
c. Jaga kehangatan bayi
d. Lakukan IMD
e. Beri salep mata tetracyclin
f. Lakukan injeksi Vitamin K
g. Lakukan pemeriksaan umum pada bayi
h. Ukur antropometri pada bayi
i. Lakukan pameriksaan fisik pada bayi ( head to toe)
j. Beri Hb0
k. Beri bayi kepada ibu
l. Beritahu ibu untuk kunjungan ulang
4.5.3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus diatas dapat di simpulkan
bahwa tidak ada kesenjangan karena perencanaan asuhan yang di
berikan pada bayi Ny.A sudah diberikan dan sesuai yang
dibutuhkan dan yang dianjurkan.
86
4.6. Pelaksanaan
4.6.1.Menurut tinjauan teori
Pada langkah VI ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya
(Estiwidani,2008:h.138)
4.6.2. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus Bayi Ny.A telah dilaksanakan perencanaan secara
menyeluruh yang efisiensi dan aman seperti:
4.6.2.1. Mengeringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah
disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan dengan cara
menyeka tubuh bayi. Kemudian ganti kain basah dengan
kain yang kering dan bersih
4.6.2.2. Memotong dan mengikat tali pusat yaitu tali pusat dijepit
dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut
(pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat
dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu
(agar darah tidak terpencar pada saat dilakukan
pemotongan tali pusat). Kemudian jepit (dengan klem
kedua) tali pusat pada bagian yang isinya sudah
dikosongkan (sisi ibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan
pertama. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut,
satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi
87
bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua
klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau
steril. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada
satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut
dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukan ke
dalam larutan klorin 0,5%
4.6.2.3. Mempertahanan suhu tubuh bayi yaitu dengan
megeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi
denga selimut atau kain bersih, kering dan hangat, tutup
bagian kepala bayi, anjurkan ibu untuk memeluk dan
menyusukan bayinya, lakukan penimbangan setelah bayi
mengenakan pakaian, tempatkan bayi dilingkungan yang
hangat
4.6.2.4. Melakukan inisiasi menyusu dini yaitu dengan meletakan
bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada
kulit ibu, biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama
setidaknya 1 jam bahkan lebih, sampai bayi dapat
menyusui sendiri
4.6.2.5. Memberi obat salep mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin
1% untuk mencegah penyakit mata karena penyakit
menular seksual dan langsung diteteskan pada mata bayi
segera setelah lahir
88
4.6.2.6. Memberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskuler
setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai
menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat
defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian
BBL
4.6.2.7. Melakukan pemberian imunisasi pada bayi A. Melakukan
pemeriksaan umum pada bayi yaitu pernafasan, denyut
jantung, suhu, tonus otot, warna kulit, gerakan
4.6.2.8. Mengukur antropometri pada bayi
4.6.2.9. Melakukan pemeriksaan fisik secara head to toe
4.6.2.10. Memberikan Hb 0 1/3 bagian luar dipaha sebelah kanan
secara IM dengan dosis 0,5 cc.Diberikan untuk mencegah
penyakit Hepatitis B
4.6.2.11. Memberikan bayi pada ibu untuk rawat gabung agar ibu
dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat
atau kapan saja saat dibutuhkan, ibu dapat melihat dan
memahami cara perawatan bayi yang benar, ibu
mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat
bayinya, ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional
4.6.2.12. Memberitahu ibu untuk kunnjungan ulang pada tanggal
04 mei 2015 untuk melakukan pameriksaan tali puasat
pada bayi
89
4.6.3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena
pelaksanaan asuhan yang diberikan bidan terhadap By Ny.A tidak
sesuai dengan teori yang dipaparkan
4.7. Evaluasi
4.7.1. Menurut tinjauan kasus
pada langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar- benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana
telah di identifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya (Estiwidani,2008:h.139)
4.7.2. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus Ny.A telah dilakukan penatalaksanaan bayi segera .
setelah lahir dan didapatkan hasil :
a. Tubuh bayi telah kering
b. Tali pusat bayi telah di potong dan telah di ikat
c. Kehangatan bayi telah dijaga
d. IMD telah dilakuka
e. Salep mata telah diberikan
f. Bayi telah diberikan injeksi Vitamin K
g. Hasil dari pemeriksaan umum pada bayi dalam keadaan nornal.
Yang di dapatkan hasil sebagai berikut: Pernapasan:Teratur,
90
Suhu aksila: 36,9 c, warna kulit kemerahan, turgor kulit elastis,
Denyut jantung: 140x/menit, tonus otot baik, gerakan aktif
h. Bayi telah diukur antropometri dengan hasil sebagai berikut
BB: 3000 gram
PB : 46 cm
LK : 33 cm
LD : 32 cm
Lila: 11 cm
i. Pemeriksaan fisik telah dilakukan dan didapatkan hasil yaitu
1. Kepala
a) Ubun-ubun : datar
b) Caput succedaneum : tidak ada
c) Cepal haematoma : tidak ada
2. Muka : simetris kanan dan kiri
3. Mata
Simetris : simetris kanan dan kiri
Kelopak mata : ada
Secret : tidak ada
Sklera : putih
4. Telinga
Simetris : simetris
Lubang : ada
5. Hidung
Palatoskisis : tidak ada
91
Lubang : ada
Septum : ada
6. Mulut
Sianosis : tidak ada
Mukosa : lembab
Labioskisis : tidak ada
7. Leher : tidak ada pembesaran
8. Klavikula dan lengan tangan
Gerakan : aktif
Jumlah jari : lengkap
9. Dada
Bentuk : simetris
Puting susu : ada
Auskultasi : jantung tedengar lup dup
10.Abdomen
Tali pusat : tidak ada perdarahan
Kelainan : tidak ada
11.Genetalia Perempuan
Labia mayor sudah menutupi labia minor
Uretra : Berlubang
Vagina : Berlubang
12.Anus : positif
13.Tungkai dan kaki
Gerakan : aktif
92
Jumlah jari : lengkap dan normal
14.Punggung
Bentuk : simetris
Kelainan : tidak ada
15.Reflek
Moro :positif
Rooting : positif
Sucking :positif
Swalowing : positif
Graps : positif
Tonickneck : positif
Babinski : positif
j. Hb0 telah diberikan
k. Bayi telah bersama ibunya
l. Telah dijelaskan pada ibu untuk kunjungan ulang
4.7.3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat kesenjangan karena evaluasi sudah dilakukan
sesuai dengan pelaksanaan.
93
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS Dharmini Bandar
Lampung Tahun 2015 maka penulis mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
5.1.1. Dalam melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir penulis telah
melakukan pengkajian dengan baik. Pengkajian tersebut didapat
dari hasil pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan data
objektif. Data subjektif Ibu mengatakan senang atas kelahiran
bayinya. Data objektif : warna kulit kemerahan, tonus otot aktif,
menangis kuat.
5.1.2. Penulis telah melakukan interpretasi data dengan menentukan
diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir segera setelah lahir yaitu
dengan diagnosa Bayi cukup bulan segera setelah lahir.
5.1.3. Penulis tidak menemukan antisipasi masalah potensial seperti
asfiksia, hipotermi yang diakibatkan karena kurangnya pencegahan
hipotermi pada bayi. Bayi Ny.A dalam keadaan baik dan bayi telah
dilakukan pencegahan hipotermi serta Ny.A mengerti tentang
konseling pencegahan hipotermi.
5.1.4. Penulis tidak melakukan tindakan segera pada bayi Ny.A karena
penulis tidak menemukan masalah potensial pada bayi Ny.A.
Kti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyani

More Related Content

What's hot

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...Warnet Raha
 
Konsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
Konsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidananKonsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
Konsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidananyolandaputri18
 
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI (Bendungan ASI)
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI (Bendungan ASI) ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI (Bendungan ASI)
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI (Bendungan ASI) Rofiqoh Damayanti
 
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisAsuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisneng elis
 
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPpt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFRisqy Nur Fitri
 
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Operator Warnet Vast Raha
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidananshona2493
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan pelaksanaan kuliah umum
Laporan pelaksanaan kuliah umumLaporan pelaksanaan kuliah umum
Laporan pelaksanaan kuliah umumyantiyanti45
 
Konsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasKonsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasSumiaty Syifah
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikAl-Ikhlas14
 
Evidence based dalam praktik kebidanan
 Evidence based dalam praktik kebidanan Evidence based dalam praktik kebidanan
Evidence based dalam praktik kebidanannitadhiamonita
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varneysicua050896
 

What's hot (20)

ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUSASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...
 
Konsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
Konsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidananKonsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
Konsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
 
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI (Bendungan ASI)
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI (Bendungan ASI) ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI (Bendungan ASI)
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI (Bendungan ASI)
 
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisAsuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
 
Askeb kb suntik
Askeb kb suntikAskeb kb suntik
Askeb kb suntik
 
Anamnesa (data subjektif)
Anamnesa (data subjektif)Anamnesa (data subjektif)
Anamnesa (data subjektif)
 
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPpt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
 
askeb anemia ringan
askeb anemia ringanaskeb anemia ringan
askeb anemia ringan
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
 
Laporan pelaksanaan kuliah umum
Laporan pelaksanaan kuliah umumLaporan pelaksanaan kuliah umum
Laporan pelaksanaan kuliah umum
 
Konsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasKonsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifas
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
Evidence based dalam praktik kebidanan
 Evidence based dalam praktik kebidanan Evidence based dalam praktik kebidanan
Evidence based dalam praktik kebidanan
 
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBINASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varney
 
PPT LTA KEBIDANAN
PPT LTA KEBIDANANPPT LTA KEBIDANAN
PPT LTA KEBIDANAN
 

Similar to Kti reny nurul andriyani

Similar to Kti reny nurul andriyani (20)

Kti ni made rika
Kti ni made rikaKti ni made rika
Kti ni made rika
 
Kti metta selani
Kti metta selaniKti metta selani
Kti metta selani
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by nyAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
 
Kti desak gede apna
Kti desak gede apnaKti desak gede apna
Kti desak gede apna
 
Kti lilis anggraini
Kti lilis anggrainiKti lilis anggraini
Kti lilis anggraini
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Resti fiks fdf
Resti fiks fdfResti fiks fdf
Resti fiks fdf
 
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandariKti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
 
Kti nova rianti
Kti nova riantiKti nova rianti
Kti nova rianti
 
Kti iis
Kti iisKti iis
Kti iis
 
Kti yesi kartika
Kti yesi kartikaKti yesi kartika
Kti yesi kartika
 
Kti wayan seli novela
Kti wayan seli novelaKti wayan seli novela
Kti wayan seli novela
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sari
 
Kti popy
Kti popyKti popy
Kti popy
 
Kti hesti kirana
Kti hesti kiranaKti hesti kirana
Kti hesti kirana
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
 
Kti tia desta andriani
Kti tia desta andrianiKti tia desta andriani
Kti tia desta andriani
 
Kti rizky febrimaissita ramadhan
Kti rizky febrimaissita ramadhanKti rizky febrimaissita ramadhan
Kti rizky febrimaissita ramadhan
 

Recently uploaded

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 

Recently uploaded (20)

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 

Kti reny nurul andriyani

  • 1. 1 ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI NY. A SEGERA SETELAH LAHIR DI BPS DHARMINI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH N a m a : RENY NURUL ANDRIYANI NIM : 201207178 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
  • 2. 2 ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI NY. A SEGERA SETELAH LAHIR DI BPS DHARMINI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Karya Tulis Ilmiah Ini Di Buat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan Prodi D III Kebidanan Akbid Adila Bandar Lampung N a m a : RENY NURUL ANDRIYANI NIM : 201207178 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 i
  • 3. 3 PERSETUJUAN Diterima dan diajukan untuk diajukan dan dipertahankan didepan Tim penguji dalam Ujian Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila Hari : Rabu Tanggal : 29 Juli 2015 Penguji I Penguji II Ninik Masturiyah, S.ST.,M.Kes Nopa Utari, S.ST NIK. 201501143 NIK. 11210043 Mengesahkan, Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dr. Wazni Adila, MPH NIK. 2011041008 ii
  • 4. 4 ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI NY.A SEGERA SETELAH LAHIR DI BPS DHARMINI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Reny Nurul Andriyani, Ninik Masturiyah, S.ST.,M.Kes, Nopa Utari, S.ST INTISARI Bayi Baru Lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine. Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu danberat badannya 2.500-4.000 gram. Penelitian menunjukan bahwa 50% kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya dapat terjadi kerusakan otak. Dari hasil survey penelitian yang dilakukan di BPS Dharmini pada tanggal 27 April 2015 di dapatkan 2 bayi baru lahir sehingga penulis tertarik untuk memberikan asuhan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir Di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015.Tujuan dilakukan penelitian ini diharapkan penulis mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan manajemen langkah varney.Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Setelah di aplikasikan manajemen asuhan langkah varney diharapkan untuk kedepannya melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang lebih baik Kata kunci : Bayi Baru Lahir Kepustakaan : 2005 - 2013 Jumlah halaman : 96 halaman iii
  • 5. 5 CURRICULUM VITAE Nama : Reny Nurul Andriyani NIM : 2012070178 Tempat/tanggal lahir : Rajabasa, 30 Januari 1994 Alamat : Pekon Rajabasa RT.001 RW 001 Kec. Bandar Negeri Semuong Kab. Tanggamus Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Angkatan : VII (Tujuh) Biografi :  SDN 1 Banding lulus pada Tahun 2006  SMPN 1 Wonosobo lulus pada Tahun 2009  SMAN 2 Kota Agung lulus pada Tahun 2012  Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Tahun 2012 hingga sekarang iv
  • 6. 6 MOTTO Hai orang-orang yang beriman,jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai Penolongmu sesungguhnya ALLAH beserta orang-orang yang Sabar (Al-Baqarah, Ayat:153) v
  • 7. 7 PERSEMBAHAN Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah S.W.T yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, dan dibalik penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang-orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung : 1. Puji syukur kehadiran Allah yang maha kuasa sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah 2. Terima kasih buat keluarga besar tercinta yang selalu memberikan semangat dan mendo’akan setiap kegiatan apapun yang terbaik bagi penulis serta selalu mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan 3. Rekan-rekanku tercinta Akbid Adila khususnya tingkat III Yang selalu mendukung hingga terselesaikan tugas akhir ini 4. Almamaterku tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung sebagai penulis menuntut Ilmu selama tiga tahun 5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas partisipasi dan dukungannya selama penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. vi
  • 8. 8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny.A Segera Setelah Lahir Di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015“ Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan serta dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini ucapkan terima kasih yang tulus penulis hanturkan kepada : 1. dr. Wazni Adila, MPH Selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila 2. Andhestyana Septyaningsih, S.ST.,M.Kes Pembimbing I 3. Kiki Purnama Sari, S.ST Selaku Pembimbing II 4. Dharmini, Amd.Keb Selaku pemilik BPS Panjang Bandar Lampung yang telah memberikan izin melakukan penelitian 5. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 6. Serta semua pihak yang yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebut satu persatu. Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan pada masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis vii
  • 9. 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..........................................................................i LEMBAR PENGESAHAN................................................................ii INTISARI...........................................................................................iii CURICULUM VITAE.......................................................................iv MOTTO .............................................................................................v PERSEMBAHAN ..............................................................................vi KATA PENGANTAR........................................................................vii DAFTAR ISI......................................................................................viii DAFTAR TABEL ..............................................................................x DAFTAR GAMBAR..........................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN......................................................................xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ....................................................................1 1.2 RumusanMasalah ...............................................................4 1.3 TujuanPenulisan.................................................................4 1.4 RuangLingkup....................................................................6 1.5 Manfaat..............................................................................6 1.6 MetodePengumpulan Data..................................................7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TinjauanTeoriMedis ...........................................................10 2.2 TinjauanTeoriAsuhanKebidanan ........................................50 2.3 LandasanHukumKewenanganBidan ...................................63 BAB III TINJUAN KASUS 3.1 Pengkajian..........................................................................65 3.2 Matriks...............................................................................69 viii
  • 10. 10 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dasar....................................................78 4.2 Interpretasi Data Dasar .......................................................82 4.3 Identifikasi Diagnosa atau MasalahPotensial ......................84 4.4 TindakanSegera atau kolaborasi..........................................84 4.5 Perencanaan .......................................................................85 4.6 Pelaksanaan........................................................................87 4.7 Evaluasi..............................................................................90 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ........................................................................ 94 5.2 Saran.................................................................................. 95 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix
  • 11. 11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Sigtuna Skor.........................................................................14 Tabel 2.2 APGAR Skor .......................................................................14 Tabel 3.1 Matriks.................................................................................69 x
  • 12. 12 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Manajemen bayi baru lahir................................................15 Gambar 2.2 Manajemen Bayi Baru Lahir Normal ................................16 xi
  • 13. 13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat izin penelitian Lampiran 2 : Surat izin bidan Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Lampiran 4 : Dokumentasi Lampiran 5 : Lembar konsul xii
  • 14. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bayi Baru Lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine. Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram (Dewi,2010:h.1) Penelitian menunjukan bahwa 50% kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan- kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya dapat terjadi kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan dalam penanganan neonatal sehingga neonatus sebagai organisme yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine dapat bertahan dengan baik karena periode neonatal merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi. Proses adaptasi fisiologis yang dilakukan bayi baru lahir perlu diketahui dengan baik oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, yang selalu memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak (Muslihatun,2010:h.10).
  • 15. 2 Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, mempertahankan suhu tubuh bayi, terutama pada bayi berat lahir rendah, pemberian air susu ibu (ASI) dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan bayi dan anak. Neonatus pada minggu-minggu pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu hamil dan melahirkan. Manajemen yang baik pada waktu masih dalam kandungan, selama persalinan, segera sesudah dilahirkan, dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi yang sehat (Prawirohardjo,2006:h.133). Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuk menjalani masa transisi dengan baik (Muslihatun,2010:h.3). Berdasarkan data dari world organization (WHO) ialah sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Pada tahun 1990 silam. AKB secara global sebesar 63 per 1.000 kelahiran hidup, menuurut laporan WHO pada tahun 2000, angka kematian bayi (AKB) di dunia 54 per 1000 kelahiran hidup kemudian tahun 2006 menjadi 49 per 1000 kelahiran
  • 16. 3 hidup ( wijaya, 2010). Dari data tersebut, AKB dunia menduduki kriteria sedang. Kedua data tersebut dapat kita bandingkan dengan targetan MDGs untuk AKB, yakni 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.(www.academia.edu) Angka kematian bayi (AKB) di indonesia masih tinggi. Data survei demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2004 menyatakan AKB di indonesia ialah 35 per 1000 kelahiran hidup, walaupun ini masih dalam kriteria rendah, namun AKB di indonesia masih menjadi masalah keshatan di indonesia, khususnya berkenaan dengan kesehatan ibu dan anak (www.academia.edu) Berdasarkan data dinas kesehatan Provinsi Lampung tahun 2012 AKB (Angka Kematian Bayi) terjadi sebanyak 787 kasus. Penyebab terjadinya kematian bayi adalah Asfiksia 281 (36%) kasus, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) 280 (35,5%) kasus, kelainan kongenital 34 (4,3%), infeksi 16 (2,0%) kasus, gangguan pencernaan 5 (0,6%) kasus, lain-lain (infeksi, kelainan congenital) 171 (22%) kasus. (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2012). Sedangkan di kota Bandar Lampung pada tahun 2012 terjadi kenaikan sebanyak 229 kasus dari tahun sebelumnya yaitu tahu 2011 terdapat 179 kasus kematian. Bila di proporsikan dengan kelahiran dalam 1 tahun angka kematian bayi dan balita tahun 2012 yaitu 13 per 1000 kelahiran hidup artinya 1000 kelahiran hidup terjadi 113 kematian pada bayi dan balita dan (65%) kematian perinatal 0-7 hari dan penyebab kematian terbesar pada kelompok perinatal adalah asfiksia yaitu sebanyak 61 kasus (41,22%)
  • 17. 4 BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) sebanyak 59 kasus (39,86%) dan penyebab lain-lain ( infeksi, kelainan congenital) sebanyak 17 kasus (11,49%). (Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014). Dari hasil survey penelitian yang dilakukan di BPS Dharmini pada tanggal 27 April 2015 di dapatkan 2 bayi baru lahir sehingga penulis tertarik untuk memberikan asuhan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir Di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015” 1.2. Rumusan Masalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir Di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015?” 1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1. Tujuan umum Di perolehnya pengalaman dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2. Tujuan khusus 1.3.2.1. Penulis mampu melakukan pengkajian data pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015.
  • 18. 5 1.3.2.2. Penulis mampu mendiagnosa masalah dan kebutuhan pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2.3. Penulis mampu untuk mengidentifikasi diagnosa masalah potensial pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2.4. Penulis mampu mengantisipasi masalah dengan melakukan tindakan segera atau kolaborasi dengan dokter pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2.5. Penulis mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah lahir di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2.6. Penulis mampu melaksanakan rencana asuhan yang menyeluruh pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2.7. Penulis mampu mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap
  • 19. 6 Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015. 1.4. Ruang Lingkup 1.4.1. Sasaran Sasaran yang diambil dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah Bayi Segera Setelah Lahir Bayi Ny. A 1.4.2. Tempat Penelitian ini dilakukan Di BPS Dharmini Bandar Lampung 1.4.3. Waktu Pelaksanaan asuhan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah Dilaksanakan pada tanggal 27 April 2015 1.5. Manfaat 1.5.1. Institusi pendidikan Hasil penelitian dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan ilmu dan sebagai acuan penelitian selanjutnya khususnya penelitian pada bayi baru lahir. 1.5.2. Bagi lahan praktek Hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan manajemen asuhan kebidanan yang diterapkan di lahan praktek.
  • 20. 7 1.5.3. Bagi penulis Studi kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan yang di dapat selama perkuliahan serta mengaplikasikan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. 1.6. Metodologi Dan Teknik Memperoleh Data 1.6.1. Metodologi penelitian Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan metode penulisan deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Survei deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu dan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut. (Notoatmodjo,2012:h.35-36) 1.6.2. Teknik memperoleh data Teknik memperoleh data dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
  • 21. 8 1.6.2.1. Data primer a. Wawancara (Anamnesis) Perbincangan terarah dengan cara tatap muka dan pertanyaan yang diajukan mengarah pada data yang relevan dengan pasien. Dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Anamnesis dapat dilakukan melalui dua cara yaitu: 1) Auto anamnesis Adalah anmnesis yang dilakukan kepada pasien langsung 2) Allo anamnesis Adalah anamnesis yang dilakuan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien (Sulistyawati,2012:h.180) b. Observasi Pengamatan (observasi) adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan (Notoatmodjo,2012:h.131). c. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien.
  • 22. 9 Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala berakhir pada anggota gerak. Pemeriksaan organ utama dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa pemeriksaan khusus mungkin diperlukan seperti tes neurologi (Tambunan dan kasim,2011:h.2). 1.6.2.2. Data sekunder a. Studi kepustakaan Bahan- bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu penelitian. Telah kita ketahui bersama bahwa di dalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi berbagai disiplin ilmu.Dari buku-buku, laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal, dan sebagainnya kita dapat memperoleh berbagai informasi, baik berupa teori-teori, generalisasi, maupun konsep yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli. ( Notoatmodjo,2005.h:63-64).
  • 23. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori Medis 2.1.1. Bayi Baru Lahir 2.1.1.1. Definisi Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti,2013:h.2). Bayi baru lahir di sebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Dewi,2010:h.1) 2.1.1.2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal a. Lahir aterm antara 37-42 minggu b. Berat badan 2500-4000 garam c. Panjang badan 48-52 cm d. Lingkar dada 30-38 cm e. Lingkar kepala 33-35 cm
  • 24. 11 f. Lingkar lengan 11-12 cm g. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit h. Pernafasan ± 40-60x/menit i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna k. Kuku agak panjang dan lemas l. Nilai APGAR >7 m. Gerak aktif n. Bayi lahir langsung menangis kuat o. Reflek Rooting (mencari puting susu dengan rengsangan taktil pada pipi dan daerah mulut sudah terbentuk dengan baik) p. Reflek Sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik q. Reflek Moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik r. Reflek Grasping (menggenggam) sudah baik s. Genetalia 1. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang
  • 25. 12 2. Pada prempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora t. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecokelatan (Dewi,2010:h.2) 2.1.1.3. Tanda-tanda bayi baru lahir normal Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda antara lain: Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh kemerah-merahan, Pulse (heart rate) atau frekuensi jantung >100x/menit, Grimace (reaksi terhadap rangsangan), menangis, batuk/bersin, Activity (tonus otot), gerakan aktif, Respiration (usaha nafas), bayi menangis kuat. Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38C) atau terlalu dingin (kurang dari 36C), warna kuning pada kulit (tidak pada konjunctiva), terjadi pada hari ke 2-3 tidak biru, pucat, memar, pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah, tidak terlihat tanda- tanda infeksi pada tali pusat seperti: tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah , dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau tangisan kuat, tidak mudah tersinggung, tidak terdapat tanda: lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus tidak
  • 26. 13 bisa tenang, menangis terus-menerus (Rukiyah dan Yulianti,2013:h.2-3) 2.1.1.4. Penilaian Saat Bayi Segera Setelah Lahir a. Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaian sekilas untuk menilai keasejahteraan bayi secara umum. Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan tangisan bayi, jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat menangis spontan maka ini sudah cukup untuk dijadikan data awal bahwa dalam kondisi baik. b. Menit pertama kelahiran Pertemuan SAREC di Swedia tahun 1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir dengan cara sederhana yang disebut nilai SIGTUNA (SIGTUNA SCORE), sesuai dengan nama tempat terjadinya konsensus. Penilaian cara ini digunakan terutama untuk tingkat pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai dua parameter yang penting namun cukup mewakili indikator kesejahteraan bayi baru lahir. Cara menentukan SIGTUNA skor 1) Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama) denan kriteria penilaian seperti pada tabel 2) Jumlahkan skor yang didapat 3) Kesimpulan dari total SIGTUNA skor
  • 27. 14 4 : asfiksia ringan atau tidak asfiksia 2-3 : asfiksia sedang 1 : asfiksia berat 0 : bayi lahir mati/fresh stillbirt Tabel 2.1 Sigtuna skor Skor Kriteria 2 1 0 Pernafasan Teratur Megap-megap Tidak ada Denyut jantung > 100 < 100 Tidak ada (Sulistyawati,2012:h.118-119) c. Menit ke 5 sampai 10 Segera setelah bayi lahir, bidan mengobservasi keadaan bayi dengan berpatokan pada APGAR skor dari 5 menit hingga 10 menit. Uraian cara penilaian APGAR skor. Tabel 2.2 APGAR Skor Aspek pengamatan bayi baru lahir Skor 0 1 2 Appeareance/warna kulit Seluruh tubuh bayi berwarna kebiruan pucat Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna kebiruan Warna kulit seluruh tubuh normal Pulse/jantung Denyut jantung tidak ada Denyut jantung <100x/menit Denyut jantung >100x/menit Grimace/respon refleks Tidak ada respon terhadap stimulasi Wajah meringis saat distimulasi Meringis, menarik, batuk, atau bersin saat stimulasi Activity/tonus otot Lemah, tidak ada gerakan Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan Bergerak aktif dan spontan Respiratory/pernafa san Tidak bernafas, pernafasan lambat dan tidak teratur Menangis lemah, terdengar seperti merintih Menangis kuat, pernafasan baim dan teratur (Sulistyawati,2012:h.208-209)
  • 28. 15 Gambar 2.1 Manajemen bayi baru lahir PERSIAPAN PENILAIAN 1. Apakah bayi cukup bulan? 2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium? 3. Apakah bayi menangis atau bernapas? 4. Apakah tonus otot bayi baik? Bayi cukup bulan, ketuban jernih, menangis atau bernapas, tonus otot baik Bayi tidak cukup bulan, dan atau tidak menangis atau tidak bernapas atau megap- megap dan atau tonus otot tidak baik Air ketuban bercampur mekonium C Manajemen air ketuban bercampur mekonium B Manajemen asfiksia A Manajemen bayi baru lahir normal
  • 29. 16 Gambar 2.2 Manajemen Bayi Baru Lahir Normal (Rohani dkk,2011:H.266) PENILAIAN 1. Bayi cukup bulan 2. Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium 3. Bayi menangis atau bernapas 4. Tonus otot bayi baik Asuhan Bayi Baru Lahir 1. Jaga kehangatan 2. Bersihkan jalan napas (bila perlu) 3. Keringkan dan tetap jaga kehangatan 4. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir. 5. Lakukan inisiasi menyusui dini dan kontak kulit bayi dengan kulit ibu. 6. Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata. 7. Beri suntikan Vitamin K 1 mg intramuskular, dipaha kiri anteroteral setelah inisiasi menyusui dini 8. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskular, di paha kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1- 2 jam setelah diberikan Vit K
  • 30. 17 2.1.1.5. Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan/kelainan yang menunjukan suatu penyakit. Bayi baru lahit dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda antara lain: sesak nafas, frekuensi pernafasan 60x/menit, gerah retraksi di dada, malas minum, panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir rendah (500- 2500 gram) dengan kesulitan minum. Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau lebih tanda seperti: sulit minum, sianosis sentral (lidah biru), perut kembung, periode apneu, kejang/periode kejang-kejang kecil, merintih, perdarahan, sangat kuning, berat badan lahir >1500 gram. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi seperti berikut: (1) cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi, (2) pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan, (3) semua peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan telah di DTT atau steril. Khusus untuk bola karet penghisap lendir jangan dipakai untuk lebih dari satu bayi, (4) handuk, pakaian atau kain yang akan digunakan dalam keadaan bersih, (5) dekontaminasi dan cuci setelah digunakan (Rukiyah dan Yulianti,2013:h.5-6)
  • 31. 18 2.1.1.6. Kegawatdaruratan Neonatus a. Asfiksia Dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir b. Gangguan nafas Kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea, frekuensi pernafasan lebih dari 60x/menit, adanya cianosis, adanya rintihan pada saat ekspirasi serta adanya retraksi suprasternal, interkostal,epigastrium saat inspirasi c. Kejang Suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktifitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang berlebihan d. Infeksi Penembusan dan penggandaan di dalam tubuh dari organisme yang hidup ganas seperti bakteri, virus dan jamur e. BBLR Bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram f. Hipotermia Suatu keadaan dimana suhu tubuh berada di bawah 35°C (Maryanti dkk,2011:h.9)
  • 32. 19 2.1.1.7. Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir antara lain pernafasan sulit atau lebih dari 60x/menit, retraksi dada saat inspirasi. Suhu terlalu panas atau lebih dari 38°C atau terlalu dingin atau kurang dari 36°C. Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar atau sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama) juga merupakan tanda bahaya bagi bayi baru lahir. Tanda bahaya pada bayi baru lahir yang lain yaitu pemberian ASI sulit (hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah), tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah serta adanya infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk, pernafasan sulit. Gangguan pada gastrointestinal bayi juga merupakan tanda bahaya, antara lain mekonium tidak keluar setelah 3 hari pertama kelahiran, urine tidak keluar dalam 24 jam pertama, muntah terus-menerus, distensi abdomen, feses hijau/berlendir/darah. Bayi menggigil atau menangis tidak seperti biasa, lemas mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus, mata bengkak dan mengeluarkan cairan juga termasuk dalam tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir (Muslihatun,2010:h.46-47)
  • 33. 20 2.1.1.8. Tahapan Bayi Baru Lahir a. Tahap I Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu b. Tahap II Disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan prilaku c. Tahap III Disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Dewi,2010:h.3) 2.1.1.9. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar Uterus Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus a. Sistem Pernafasan Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena tekanan mekanik dari toraks sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik), penurunan Pa O2 dan kenaikan Pa CO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus
  • 34. 21 karotikus (stimulasi kimiawi), rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus (stimulasi sensorik) dan refleks deflasi hering breur. Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis. Dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerobik (Muslihatun,2010:h.12) b. Peredaran darah Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta melalui vena umbilikalis lalu sebagian ke hati dan sebagian ke seambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta ke seluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta.
  • 35. 22 Setelah bayi lahir paru akan berkembang yang akan mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar di bandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan hal tersebutlah yang membuat foramen ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia (PaO2 yang naik) serta duktus arteriosus yang brobliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama (Dewi,2010:h.13) c. Suhu tubuh Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya. 1) Konduksi Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yamng kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Contohnya menimbang bayi tanpa alas timbangan 2) Konveksi Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung
  • 36. 23 pada kecepatan dan suhu udara). Contohnya membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir di dekat jendela 3) Radiasi Panas dipancarkan dari bayi baru lahir ke luar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Contohnya membiarkan bayi baru lahir dalam ruangan AC 4) Evaporasi Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal berikut: (a) Keringkan bayi secara seksama (b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan hangat (c) Tutup bagian kepala bayi (d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya (e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir (f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
  • 37. 24 d. Metabolisme Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan leih besar. Oleh karena itulah, BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi dapat di peroleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak e. Keseimbngan air dan fungsi ginjal Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium juga relatif lebih besar di bandingkan dengan kalium karena ruangan ekstraseluler yang luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena: 1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa 2) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal 3) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa (Dewi,2010:h.15) f. Imunoglobulin Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis. Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga imunoglobulin dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta
  • 38. 25 (lues, toksoplasma, herpes simpleks, dan lain-lain) reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta antibodi gama A, G, dan M (Dewi,2010:h.15) g. Traktus digestivus Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus digestivus mengandung zat berwarna hitam kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida atau disebut juda dengan mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan dan dalam 4 hari setelah kelahiran biasanya feses sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus, kecuali enzim amilase pankreas h. Hati Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna (Dewi,2010:h.14-15)
  • 39. 26 i. Keseimbangan asam basa Tingkat keasaman (pH) darah pada waktu lahir umumnya rendah karena glikosis anaerobik. Namun, dalam waktu 24 jam, neonatus telah mengompensasi asidosis ini (Dewi,2010:h.15) j. Sistem reproduksi Pada neonatus perempuan labia mayora dan labia minora mengaburkan vestibulum dan menutupi klitoris. Pada neonatus laki-laki preputium biasanya tidak sepenuhnya tertarik masuk dan testis sudah turun. Pada bayi laki-laki dan perempuan penarikan estrogen maternal menghasilkan kongesti lokal di dada dan kadang-kadang diikuti oleh sekresi susu pada hari ke 4 atau ke 5. k. Sistem skeletal Tubuh neonatus kelihatan sedikit tidak proporsional, tangan sedikit lebih panjang dari kaki, punggung neonatus kelihatan lurus dan dapat ditekuk dengan mudah, neonatus dapat mengangkat dan memutar kepala ketika menelungkup. Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6-8 minggu. Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18 bulan.
  • 40. 27 l. Sistem neuromuskular Sistem saraf neonatus baik secara anatomi maupun fisiologi. Ini menyebabkan kegiatan refleks spina dan batang otak dengan kontrol minimal oleh lapisan luar serebrum pada buln-bulan awal walaupun interaksi sosial terjadi lebih awal. Setelah neonatus lahir, pertumbuhan otak memerlukan persediaan oksigen dan glukosa yang tetap dan memadai. Otak yang masih muda rentan terhadap hipoksia, kesetimbangan biokimia, infeksi dan perdarahan. Ketidakstabilan suhu dan gerak otot yang tidak terkoordinasi menggambarkan keadaan perkembangan otak yang tidak lengkap dan mielinisasi saraf tidak lengkap. Neonatus di lengkapi dengan rangkaian aktifitas refleks yang luas pada usia yang berbeda-beda memberikan indikasi kenormalan dan perpaduan sistem neurologi dan skeletomuskuler. Beberapa aktifitas refleks yang terdapat pada neonatus antara lain: refleks moro/peluk, rooting refleks, refleks menghisap dan menelan, refleks batuk dan bersin, refleks genggam, refleks melangkah dan berjalan, refleks otot leher, babinsky refleks (Maryanti dkk,2011:h.23-24)
  • 41. 28 2.1.1.10. Penampilan dan Perilaku Bayi Baru Lahir Pada waktu melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, hendaknya dilakukan secara cermat, hati-hati, dan perhatikan beberapa kondisi penampilan bayi secara keseluruhan antara lain: Kulit bayi. Perhatikan dengan baik kulit bayi beberapa bayi memiliki beberapa bintik di kulit mereka. Contohnya, bayi mungkin memiliki bintik besar dan gelap di punggung bagian bawah atau pantat. Bayi lain mungkin memiliki bintik merah di wajah. Bintik-bintik ini tidak berbahaya, namun bintik yang seperti bisul merah kecil kemungkinan besar merupakan tanda infeksi. Warna kulit bayi. Bayi semestinya memiliki warna kulit yang normal beberapa jam setelah lahir. Karena itu bidan harus memperhatikan dengan seksama bila hal-hal ini terjadi: warna kulit masih kebiruan,: jika tangan dan kaki bayi masih berwarna kebiruan namun suhu tubuh bayi hangat, mungkin tidak ada masalah yang serius. Beberapa bayi bahkan masih memiliki tangan dan kaki yang kebiruan satu atau dua hari setelah lahir. Bibir atau wajah bayi masih terlihat biru satu jam setelah lahir, kemungkinan bayi mengalami masalah dengan jantung atau paru-parunya, kemungkinan dia memerlukan oksigen.
  • 42. 29 Jika bayi terlihat kuning kurang dari 24 jam setelah lahir bisa jadi dia terkena penyakit kuning atau infeksi. Kulit bayi terlihat pucat. Bayi terlihat pucat dan lemas kemungkinan mengalami anemia atau masalah kesehatan lainnya. Bayi yang sangat merah mungkin tidak apa-apa coba perhatikan selama satu minggu untuk mencari kemungkinan penyakit kuning. Jika kulitnya mulai berubah menjadi kekuningan, nafasnya mulai cepat atau mengalami kesulitan saat menyusui segera minta bantuan medis. Kebanyakan bayi mengalami ruam kulit dalam minggu- minggu pertama. Ruam biasanya muncul di tempat kulit bergesekan dengan baju seperti lengan, tungkai dan puggung. Tetapi bisa muncul di wajah. Ruam cenderung menghilang sendiri tanpa pengobatan. Pengeringan dan pengelupasan kulit sering terjadi setelah beberapa hari, terutama di lipatan pergelangan tangan dan pergelangan kaki bayi yang sebetulnya normal akan tampak sedikit kuning pada hari kedua, yang harus diperhatikan adalah bila kuning muncul sebelum bayi berusia 24 jam. Bayi baru lahir memiliki beberapa benjolan keras di bawah kulitnya (nekrosis lemak subkutaneus), dimana penekanan tulang merusak beberapa jaringan lemak. Pada persalinan dengan forsep, benjolan terlalu sering ditemukan di kepala, pipi dan leher. Benjolan ini bisa pecah menembus permukaan
  • 43. 30 kulit, mengeluarkan cairan kuning jernih, tetapi biasanya akan segera sembuh. Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa di sadari pada bayi normal, dibawah ini akan dijelaskan beberapa penampilan dan perilaku bayi, baik secara spontan karena adanya rangsangan atau bukan a. Tonik neek reflek Yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya b. Rooting reflek Yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah datangnya jari c. Grasping reflek Bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari- jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat d. Moro reflek Reflek yang timbul di luar kemauan kesadaran bayi e. Startle reflek Reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan dan sering diikuti dengan tangis
  • 44. 31 f. Stapping reflek Reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan g. Reflek mencari puting (rooting) Yaitu bayi menoleh ke arah sentuhan di pipinya atau di dekat mulut, berusaha untuk menghisap h. Reflek menghisap (suckling) Yaitu areola puting susu tertekan gusi bayi, lidah dan langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI i. Refleks menelan (swallowing) Dimana ASI di mulut bayi mendesak otot di daerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung (Rukiyah dan Yulianti,2013:h.61-63) 2.1.1.11. Penanganan Bayi Baru Lahir a. Mencegah kehilangan panas Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut: 1) Keringkan bayi dengan seksama Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi.
  • 45. 32 Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernafasannya. 2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat, ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering dan bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain yang basah telah diganti dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih dan kering) 3) Selimut bagian kepala bayi Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup 4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas.
  • 46. 33 Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran 5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat badan bayi pada saat berpakaian/selimut dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan (sedikitnya) 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir 6) Praktik memandikan bayi yang dianjurkan Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir, sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermia, sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil (suhu aksila antara 36,5-37,5). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5 selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepalanya dan tempatkan
  • 47. 34 bersama ibunya ditempat tidur atau lakukan persentuhan kulit ibu-bayi dan selimuti keduanya 7) Tunda memandikan bayi bila suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) 1 jam Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernafasan, sebelum bayi dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan, mendikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat, segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering, ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar, pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik, bayi dapat diletakan bersentuhan kulit dengan ibu dan selimuti dengan baik, ibu dan bayi disatukan ditempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya (Rukiyah dan Yulianti,2013:h.80-82) b. Memotong dan merawat tali pusat Tali pusat di potong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi
  • 48. 35 bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera di potong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan guting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat di buat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap basah atau kotor (Prawirohardjo,2006:h.134) c. Mempertahankan suhu tubuh bayi Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segea dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak di selimuti mungkin akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif
  • 49. 36 hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia. Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu: 1) Keringkan bayi secara seksama 2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat 3) Tutup bagian kepala bayi 4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya 5) Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian 6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat (Maryanti dkk,2011:h.6-7) d. Inisiasi menyusu dini Inisiasi menyusu dini (early initation) adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. (Ambarwati,2010:h.36) Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara ekslusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih, sampai bayi dapat menyusui sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan
  • 50. 37 dan membantu ibu selama proses menyusui ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu dan menolong bayi bila diperlukan Keuntungan inisiasi menyusui dini bagi ibu dan bayi adalah sebagai berikut: 1) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi a) Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi b) Kontak memastikan perilaku optimum menyusui berdasarkan insting dan diperkirakan dapat: (1) Menstabilkan pernafasan (2) Mengendalikan temperatur tubuh bayi (3) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif (4) Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali pada berat lahirnya dengan lebih cepat) (5) Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi (6) Memperbaiki pola tidur yang lebih baik (7) Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama (8) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi
  • 51. 38 (9) Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir (10) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya 2) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu a) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu (1) Oksitosin Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan lebih rendah, merangsang pengeluaran kolostrum, penting untukkelekatan hubungan ibu dan bayi, ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya (2) Prolaktin Meningkatkan produksi ASI, membantu ibu mengatasi mengatasi stres, mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusui, menunda ovulasi
  • 52. 39 3) Keuntungan menyusu dini bagi bayi a) Meningkatkan kecerdasan b) Mencegah kehilangan panas c) Merangsang kolostrum segera keluar d) Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi e) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutahan bayi f) Membantu bayi mengoordinasikan isap, telan,dan napas g) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi 4) Keuntungan menyusu dini bagi ibu a) Merangsang oksitosin dan prolaktin b) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI c) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi 5) Memulai menyusu dini a) Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke bawah b) Meningkatkan keberhasilan menyusui secara ekslusif dan meningkatkan lamanya bayi menyusui c) Merangsang produksi susu
  • 53. 40 d) Memperkuat refleks mengisap bayi. Intensitas refleks mengisap awal pada bayi paling kuat adalah dalam beberapa jam pertama setelah lahir (Rohani dkk,2011:h.263-264) e. Memberi obat salep mata Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Dimana prevalensi gonorea tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk penceghan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat, dan harus dicatat dalam status termasuk obat apa yang digunakan. Yang lazim dipakai adalah larutan perak Nitrat atau Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir (Prawirohardjo,2006:h.135) f. Memberi vitamin K Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25- 0,5%. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi
  • 54. 41 berisiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM (Prawirohardjo,2006:h.135) g. Pemeriksaan fisik bayi Adapun pemeriksaan bayi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Pemeriksaan umum 2) Pemeriksaan fisik (head to toe) h. Pemberian imunisasi bayi baru lahir Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan cara memasukan suatu zat ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral (Dewi,2010:h.31) Berikan imunisasi hepatitis B regimen tunggal sebanyak 3 kali, pada usia 0 bulan (segera setelah lahir), usia 1 bulan, usia 6 bulan, atau pemberian regimen kombinasi sebanyak 4 kali, pada usia 0 bulan usia 2 bulan (DPT+Hep B), usia 3 bulan, usia 4 bulan pemberian imunisasi Hepatitis B (Rukiyah dkk,2013:h.14) i. Rawat gabung Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau suatu tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya (Dewi,2010:h.18)
  • 55. 42 Dengan kata lain suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama-sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu tersebut dapat menyusui anaknya. Rawat gabung mempunyai dua sifat yaitu rawat gabung continue dan rawat gabung intermitten. Rawat gabung continue yaitu bayi tetap berada di samping ibunya terus menerus, sedangkan rawat gabung intermitten yaitu dimana bayi sewaktu-waktu ingin menyusui atau atas permintaan ibunya dapat dibawa kepada ibunya (Maryanti dkk,2011:h.25-26) Tujuan dilakukan rawat gabung adalah ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan saja saat dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar, ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya, suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar, ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional. Syarat dilakukannya rawat gabung antara lain bayi lahir spontan, jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung bisa dilkukan setelah bayi cukup sehat, bayi yang lahir secara sectio caesaria (SC) dengan anastesi umum, rawat gabungnya pun dilakukan setelah ibu dan bayi sadar
  • 56. 43 penuh, bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama ( nilai APGAR minimal 7), usia kehamilan 37 minggu atau lebih, barat lahir 2000-2500 gram atau lebih, tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum, bayi dan ibu sehat (Dewi,2010:h.18) Manfaat yang bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung adalah sebagai berikut: 1) Fisik Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu akan mudah untuk melakukan perawatan sendiri. Dengan perawatan sendiri dan pemberian ASI sedini mungkin, maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas kesehatan 2) Fisiologis Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, dimana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Bagi ibu yang menyusui akan timbul reflek oksitosin yang dapat membantu proses fisiologis involusi rahim 3) Psikologis Dari segi psikologis akan segera terjalin proses lekat akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan berpengaruh besar terhadap
  • 57. 44 pertumbuhan psikologis bayi. Selain itu, kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi 4) Edukatif Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di RS ibu akan melihat, belajar, dan mendapat bimbingan mengenai cara menyusui secara benar, cara merawat payudara, tali pusat, memandikan bayi, dan sebagainya. Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya sendiri setelah pulang dari RS 5) Ekonomi Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi rumah sakit, terutama RS pemerintah, hal tersebut merupakan suatu penghematan terhadap anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot serta peralatan lainnya yang dibutuhkan. Beban perawat menjadi lebih ringan karena ibu berperan besar dalam merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain
  • 58. 45 6) Medis Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi, serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi (Dewi,2010:h.19) 2.1.1.12. Pencegahan infeksi a. Definisi Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya yang masih belum sempurna (Dewi,2010:h.16) b. Infeksi pada neonatus Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada bayi berat badan lahir rendah. Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blame membaginya dalam 3 golongan: 1) Infeksi antenatal, kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu le placenta. Disini kuman itu melewati batas placenta dan mengadakan perkembangbiakan. Infeksi ini bisa masuk ke janin melalui vena umbilikalis. Kuman memasuki janin melalui beberapa jalan, yaitu: (a) virus: rubella, (b) spirokaeta: sifilis, (c) bakteria
  • 59. 46 2) Infeksi intranatal, infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi dari pada cara yang lain. Kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam ronggan amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama mempunyai pern penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama. Janin terkena infeksi karena mengihalasi liquor yang septic sehingga kuman-kuman memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan septicemia (keracunan darah oleh bakteri patogenik) 3) Infeksi postnatal, infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengakap dan biasanya merupakan infeksi yang menyebabkan kematian terjadi sesudah bayi lahir sebagai akibat penggunaan alat, atau perawatan yang tidak steril. Infeksi pada bayi cepat sekali meluas menjadi infeksi umum, sehingga gejalanya tidak tampak lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat dibuat kalau kita cukup waspada bahwa kelainan tingkah laku bayi dapat merupakan tanda-tanda permulaan infeksi umum. Kalau bayi BBLR selama 72 jam pertama tidak menunjukan gejala-gejala penyakit tertentu, tiba-tiba tingkah lakunya berubah, maka mungkin hal ini disebabkan oleh infeksi,
  • 60. 47 melalui gejalanya: malas minum, gelisah, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan tiba-tiba turun, pergerakan kurang, diare dan kejang (Rukiyah dan Yulianti,2013:h.42-43) c. Kewaspadaan pencegahan infeksi Kewaspadaan tersebut dapat dibangun melalui hal-hal berikut: 1) Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi menularkan infeksi 2) Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alkohol sebelum dan sesudah merawat bayi 3) Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan 4) Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya bila diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya 5) Bersihkan dan bila perlu lakukan desinfeksi peralatan serta barang yang digunakan sebelum daur ulang 6) Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin 7) Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan, misalnya bayi dengan diare yang terinfeksi di dalam ruangan khusus d. Cara pencegahan infeksi Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan pencegahan infeksi
  • 61. 48 1) Cuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan cairan pembersih tangan berbasis alkohol, pada saat sebelum dan sesudah merawat bayi, sesudah melepas sarung tangan, dan sesudah memegang instrumen atau barang yang kotor 2) Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi 3) Basahi kedua tangan dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan sabun dan air mengalir, setelah itu biarkan tangan kering di udara atau keringkan dengan kertas bersih/handuk pribadi 4) Membersihkan tangan dengan cairan alkohol yang dibuat dari 2 ml gliserin dan 100 ml alkohol 60%. Caranya basahilah seluruh permukaan tangan dan jari dengan cairan pembersih tangan dan basuh atau gosok cairan ke tangan sampai kering 5) Gunakan alat-alat perlindungan pribadi 6) Bila memungkinkan pakailah sepatu tertutup, jangan bertelanjang kaki 7) Gunakan sarung tangan untuk melakukan tindakan berikut:
  • 62. 49 a) Memegang atau kontak dengan kulit yang lecet, jaringan di bawah kulit atau darah (gunakan sarung tangan steril atau sarung tangan DTT) b) Memegang atau kontak dengan membran mukosa atau cairan tubuh (gunakan sarung tangan bersih) c) Memegang atau kontak dengan barang yang terkontaminasi serta akan membersihkan atau membuang kotoran (gunakan sarung tangan tebal dari bahan karet atau lateks) d) Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan, tetapi dapat juga dipakai ulang Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1) Dekontaminasi dengan merendam di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit 2) Cuci dan bilas 3) Sterilkan dengan autoclaf atau DTT lalu direbus atau dikukus 4) Sarung tangan tidak boleh dipakai ulang lebih dari 3 kali Jangan menggunakan sarung tangan yang robek, terkelupas atau berlubang
  • 63. 50 2.2. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan 2.2.1.Teori manajemen kebidanan menurut varney 2.2.1.1. Pengertian Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan atau masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berancana, kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat (Soepardan,2008:h.5) 2.2.1.2. Manajemen kebidanan Adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Nurhayati dkk,2012:h.139) 2.2.1.3. Proses manajemen kebidanan Merupakan proses pemecahan masalah yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komprehensif dan aman dapat tercapai (Ambarwati,2010:h.130)
  • 64. 51 Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan (Soepardan,2008:h.96) 2.2.2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney 2.2.2.1. Pengumpulan data dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pameriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pameriksaan tanda-tanda vital, pameriksaan khusus dan pameriksaan penunjang. (Estiwidani dkk,2008.h:134) a. Data subjektif Berikut adalah data yang dapat dikaji dan dilakukan anamnesa: (1) Nama Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Sulistyawati,2010:h.220)
  • 65. 52 (2) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Ambarwati,2010:h.131) (3) Agama Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan spiritual terhadap pasien dan keluarga sebelum dan pada saat persalinan (Sulistyawati,2012:h.221) (4) Suku/bangsa Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan (Sulistyawati,2012:h.221) (5) Pendidikan terakhir Sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang paling tepat dalam penyampaian informasi mengenai teknik melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini akan sangat mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien terhadap instruksi yang diberikan bidan pada proses persalinan (Sulistyawati,2012:h.221)
  • 66. 53 (6) Pekerjaan Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosialisasi, dan data pendukung dalam menentukan pola komunikasi yang akan dipilih selama asuhan (Sulistyawati,2012:h.221) (7) Alamat Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien, data ini juga memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang ditempuh pasien menuju lokasi persalinan (Sulistyawati,2012:h.221) Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus dikaji adalah: a) Faktor genetik, meliputi kelaianan/gangguan metabolik pada keluarga dan sindrom genetik b) Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus, RH/isoimunisasi c) Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklamsia, infeksi, perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes gestasional, poli/oligohidramnion
  • 67. 54 d) Faktor perinatal, meliputi premature/postmatur, partus lama, penggunaan obat selama persalianan, gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur mekonium, amnionitis, ketuban pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan (Muslihatun,2010:h.252) b. Data objektif Data objektif (DO) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis (Muslihatun,2010:h.248) 1) Pemeriksaan fisik Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apa pun, lakukanlah pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. a) Pemeriksaan umum (1) Pernapasan Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara
  • 68. 55 periodik selama beberapa detik masih dalam batas normal. Pernafasan pada bayi baru lahir dinilai apakah bayi menangis kuat, lambat tidak teratur atau tidak bernafas (Muslihatun,2010:h.31) (2) Denyut jantung Denyut jantung BBL normal anatar 100-160 kali permenit, tetapi dianggap masih normal di jika atas 160 kali permenit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu hari selama beberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami distress. Jika ragu ulangi perhitungan denyut jantung (Muslihatun,2010:h.252-253) (3) Suhu Suhu aksiler 36,5° C sampai 37,5° C (4) Tonus otot/tingkat kesadaran Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang tidur (Muslihatun,2010:h.253)
  • 69. 56 (5) Ekstermitas Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ekstermitas disentuh dan pembengkakan (6) Kulit Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal. Saat bayi lahir, warna kulit mungkin berwarna keunguan, lalu berubah menjadi kemerahan setelah bayi menangis keras dan dapat bernafas (Muslihatun,2010:h.35) (7) Tali pusat Normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut/ mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari (Muslihatun,2010:h.253) (8) Berat badan Normal berat badan lahir bayi normal yaitu 2.500-4000 gram (Muslihatun,2010:h.253) b) Pemeriksaan fisik (head to toe) (1) Kepala : ubun-ubun, sutura, molase, caput succedaneum, cephal haematoma hidrosefalus, ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil (2) Muka : tanda-tanda paralisis
  • 70. 57 (3) Mata : keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan subkonjungtiva dan kesimetrisan (4) Telinga: kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala (5) Hidung : kebersihan, palatoskisis (6) Mulut : labios/palatoskisis, trush, sianosis, mukosa, kering/basah (7) Leher : pembengkakan dan benjolan (8) Klavikula dan lengan tangan : gerakan, jumlah jari (9) Dada : bentuk dada, putting susu, bunyi jantung dan pernapasan (10)Abdomen : penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, jumlah pembuluh darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk (11)Genetalia : kelamin laki-laki: testis berada dalam scrotum, penis berlubang dan berada di ujung penis. Kelamin perempuan: vagina, uretra berlubang, labia mayor dan labia minora (12)Tungkai dan kaki : gerakan, bentuk dan jumlah jari (13)Anus : berlubang/tidak, fungsi spingter ani
  • 71. 58 (14)Punggung : spina bifida, mielomeningokel (15)Reflek : morro, rooting, walking, graphs, sucking, tonicneck (16)Antropometri : BB, PB, LK, LD, LP, LILA (17)Eliminasi : BBL normal biasanya kencing lebih dari 6 kali per hari. BBL normal biasanya berak cair 6-8 kali per hari. Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau mengandung lendir atau darah. Perdarahan vagina pada BBL dapat terjadi selama beberapa hari minggu pertama kehidupan dan hal ini dianggap normal (Muslihatun,2010:h.254) 2.2.2.2. Interpretasi data dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan di interpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan (Estiwidani,2008:h.134-135)
  • 72. 59 2.2.2.3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnose atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi (Estiwidani dkk,2008:h.135) 2.2.2.4. Mengidentifikasi masalah yang memerlukan penanganan segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Estiwidani,2008:h.136) 2.2.2.5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini nerupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Estiwidani dkk,2008:h.137) Rencana asuhan yang menyeluruh meliputi: a. Cegah kehilangan panas
  • 73. 60 b. Potong dan ikat tali pusat c. Inisiasi menyusu dini d. Pertahankan suhu tubuh bayi e. Beri obat salep mata f. Beri Vit K g. Pemeriksaan fisik bayi h. Pemberian imunisasi bayi baru lahir i. Lakukan rawat gabung 2.2.2.6. Pelaksanaan Pada langkah VI ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya (Estiwidani,2008:h.138) Berikut adalah pelaksanaan dari perencanaan sebagai berikut: a. Mencegah kehilangan panas dengan mengeringkan bayi secara seksama kemudian menyelimuti bayi dengan selimut yang hangat dan bersih, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya, jangan segera menimbang atau memandikan bayi b. Memotong dan mengikat tali pusat yaitu tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat
  • 74. 61 dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpencar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Kemudian jepit (dengan klem kedua) tali pusat pada bagian yang isinya sudah dikosongkan (sisi ibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukan ke dalam larutan klorin 0,5% c. Melakukan inisiasi menyusu dini yaitu dengan meletakan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih, sampai bayi dapat menyusui sendiri d. Mempertahanan suhu tubuh bayi yaitu dengan megeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi denga selimut atau kain bersih, kering dan hangat, tutup bagian kepala bayi, anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya, lakukan penimbangan setelah bayi
  • 75. 62 mengenakan pakaian, tempatkan bayi dilingkungan yang hangat e. Memberi obat salep mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah penyakit mata karena penyakit menular seksual dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir f. Memberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL g. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi yaitu melakukan pemeriksaan umun dan pemeriksaan fisik pada bayi h. Melakukan pemberian imunisasi pada bayi yaitu melakukan injeksi Hb0 pada bayi untuk mencegah penyakit Hepatitis B i. Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi yaitu memberikan bayi pada ibu untuk rawat gabung agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan saja saat dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar, ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya, ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional
  • 76. 63 2.2.2.7. Evaluasi Pada langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Estiwidani,2008:h.139) 2.3. Landasan hukum kewenangan bidan Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ menkes/SK/VII/ 2002 bidan dalam menjalankan praktik profesinya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi 2.3.1 Pelayanan kesehatan pada anak meliputi: a. Pelayanan neonatal esensial dan tata laksana neonatal sakit di luar rumah sakit yang meliputi: 1) Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman 2) Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini 3) Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan 4) Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan 5) Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan tali pusat secara higienis, pemberian imunisasi dan pemberian ASI ekslusif
  • 77. 64 b. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada bayi 0-28 hari c. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI ekslusif untuk bayi di bawah 6 bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi di atas 6 bulan 2.3.2 Tindakan yang termasuk dalam kewenangan bidan antara lain a. Memberikan imunisasi kepada bayi b. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia c. Hipotermi pada bayi baru lahir (Sofyan,2006:h.187) 2.3.3 Standar pelayanan nifas a. Stanadar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia (Soepardan,2008:h.121).
  • 78. 65 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI NY. A SEGERA SETELAH LAHIR DI BPS DHARMIN BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Tanggal : 27 April 2015 Jam : 11.55 Wib Oleh : Reny Nurul Andriyani A. Data Subjektif 1. Anamnesa a. Bayi Nama bayi : By. Ny A Tgl lahir : 27 April 2015 Jam : 11.55 Wib Jenis : Perempuan b. Orang tua Ibu Ayah Nama : Ny.A Tn. E Umur : 21 tahun 23 tahun Suku/budaya : sunda Sunda Agama : Islam Islam Pendidikan : SMA SMA Pekerjaan : IRT Buruh
  • 79. 66 Alamat : Jl.Melati No.45 Srengsem Panjang Bandar Lampung I. PENGKAJIAN A. DATA SUBJEKTIF 1. Riwayat antenatal G1P0A0 Umur kehamilan 39 minggu 1 hari Riwayat ANC : 4 kali 2. Keluhan saat hamil : Mual muntah, sering kencing, pusing 3. Penyakit selama kehamilan a. Diabetes Mellitus : Tidak Ada b. Hepatitis : Tidak Ada c. Tuberkulosis : Tidak Ada d. HIV/AIDS : Tidak Ada 4. Kebiasaan a. Minum jamu/obat : Tidak Ada b. Merokok : Tidak Ada 5. Komplikasi a. Hiperemesis : Tidak Ada b. Perdarahan : Tidak Ada c. Preeklampsia : Tidak Ada d. Eklampsia : Tidak Ada e. Infeksi : Tidak Ada
  • 80. 67 B. DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Umum Pernafasan : Teratur Denyut jantung :140x/menit Data penunjang 1. Komplikasi janin a. IUGR : Tidak Ada b. Polihidramnion : Tidak Ada c. Oligohidramnion : Tidak Ada d. Gemelli : Tidak Ada 2. Riwayat intranatal Lahir tanggal 27 April 2015 pukul 11.55 Wib Jenis persalinan spontan, penolong bidan Lama persalinan Kala 1 : 9 jam 15 menit Kala 2 : - 30 menit Kala 3 : - 15 menit Kala 4 : 2 jam - Lamanya : 12 jam 3. Komplikasi ibu a. Hipertensi : Tidak Ada b. Partus lama : Tidak Ada c. Penggunaan obat : Tidak Ada d. Infeksi/suhu badan naik : Tidak Ada
  • 81. 68 e. KPD : Tidak Ada f. Perdarahan : Tidak Ada 4. Komplikasi janin a. Premature/postmatur : Tidak Ada b. Malposisi/malpresentasi : Tidak Ada c. Gawat janin : Tidak Ada d. Prolaps tali pusat : Tidak Ada e. Ketuban campur mekonium : Tidak Ada f. Keadaan bayi baru lahir : Baik
  • 82. 69 Tabel 3.1 MATRIKS Tgl/ Jam Pengkajian Interprestasi Data (diagnosa, Masalah, Kebutuhan) Dx potensial/ Masalah potensial Antisipasi/ Tindakan Segera Intervensi Implementasi Evaluasi 1. 27 April 2015 Pukul 11.55 Wib Ds: ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya Do: - Pernafasan : Teratur -Denyut Jantung 140x/menit Dx.: Bayi Ny.A Segera setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan Dasar : - Ibu mengatakan HPHTnya tanggal 23-7-2014 - TK 27 April 2015 - TP 30 April 2015 - Bayi lahir tanggal 27 April 2015 - Pukul 11.55 Wib - JK : Perempuan Tidak ada Tidak ada 1.Keringkan Bayi dengan seksama 2 Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat 1. Mengeringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi. Kemudian ganti kain basah dengan kain yang kering dan bersih. 2. Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat yaitu tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal perut bayi) tekan tali pusat dengan 2 jari kemudian dorong isi tali pusat kearah (agar darah tidak terpencar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat) 1. Tubuh bayi telah kering 2. Tali pusat bayi telah di potong dan telah di ikat
  • 83. 70 Masalah : tidak ada Kebutuhan : Asuhan pada bayi baru lahir 3. Jaga kehangatan bayi kemudian jepit (dengan klem kedua) tali pusat pada bagian yang isinya sudah dikosongkan (sisi ibu) berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama Pegang tali pusat diantara 2 klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukan ke dalam larutan klorin 0,5% 3. Menjaga kehangatan bayi yaitu dengan mengeringkan bayi secara seksama, selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat, tutup bagian kepala bayi, anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya, lakukan 3. Kehangatan bayi telah dijaga
  • 84. 71 4. Lakukan IMD 5.Beri salep mata tetracyclin 6.Lakukan injeksi vitamin K penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian, tempatkan bayi di lingkungan yang hangat 4. Melakukan inisiasi menyusu dini yaitu dengan meletakan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih, sampai bayi dapat menyusui sendiri 5. Memberi salep mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah penyakit mata karena penyakit menular seksual dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir 6. Memberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL 4. IMD telah dilakukan 5. Salep mata telah diberikan 6.Bayi telah diberikan injeksi vitamin K
  • 85. 72 7. Lakukan pemeriksaan umum pada bayi 8.Ukur antropometri pada bayi 7. Melakukan pemeriksaan umum pada bayi yaitu pernafasan, denyut jantung, suhu, tonus otot, warna kulit, gerakan 8. Mengukur antropometri pada bayi 7. Hasil dari pemeriksaan umum pada bayi dalam keadaan nornal. Yang di dapatkan hasil sebagai berikut : Pernapasan : Teratur denyut jantung : 140 x/menit suhu aksila : 36,9 °c tonus otot: baik warna kulit : kemerahan turgor kulit : elastis gerakan : aktif 8.Bayi telah diukur antropometri dengan hasil sebagai berikut : BB: 3000 gram PB : 46 cm LK : 33 cm LD : 32 cm Lila: 11 cm
  • 86. 73 9. Lakukan pemeriksaan fisik pada bayi secara head to toe 9. Melakukan pemeriksaan fisik secara head to toe 9.Pemeriksaan fisik telah dilakukan dan didapatkan hasil yaitu : a. Kepala Ubun-ubun : datar Caput succedaneum : tidak ada Cepal haematoma : tidak ada b. Muka : simetris kanan dan kiri c. Mata Simetris : simetris kanan dan kiri Kelopak mata : ada Secret : tidak ada Sklera : putih d. Telinga Simetris : simetris Lubang : ada e. Hidung Palatoskisis : tidak ada Lubang : ada Septum : ada f. Mulut Sianosis : tidak ada
  • 87. 74 Mukosa : lembab Labioskisis : tidak ada g. Leher : tidak ada pembesaran h. Klavikula dan lengan tangan Gerakan : aktif Jumlah jari : lengkap i. Dada Bentuk : simetris Puting susu : ada Auskultasi : jantung tedengar lup dup j. Abdomen Tali pusat : tidak ada perdarahan Kelainan : tidak ada k. Genetalia Perempuan Labia mayor sudah menutupi labia minor Uretra : Berlubang Vagina : B l. Anus : positif m. Tungkai dan kaki Gerakan : aktif
  • 88. 75 10. Beri Hb 0 11.Beri bayi kepada ibu 10. Memberikan Hb 0 1/3 bagian luar dipaha sebelah kanan secara IM dengan dosis 0,5 cc.Diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B 11. Memberikan bayi pada ibu untuk rawat gabung agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan saja saat dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar, Jumlah jari : lengkap dan normal n. Punggung Bentuk : simetris Kelainan : tidak ada o. Reflek Moro :positif Rooting : positif Sucking :positif Swalowing : positif Graps : positif Tonickneck : positif Babinski : positif 10. Hb 0 telah diberikan 11. Bayi telah bersama ibunya
  • 89. 76 12. Beritahu ibu untuk kunjungan ulang ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya, ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional 12. Memberitahu ibu untuk kunnjungan ulang pada tanggal 04 Mei 2015 untuk melakukan pameriksaan tali pusat pada bayi 12.Telah dijelaskan pada ibu untuk kunjungan ulang
  • 90. 77 BAB IV PEMBAHASAN Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi segera setelah lahir yang dilakukan pada bayi Ny.A untuk mengkaji apakah ada kesenjangan antara teori dengan situasi atau perubahan pada bayi Ny.A maka didapatkan hasil : 4.1. PENGUMPULAN DATA DASAR Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pameriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pameriksaan tanda-tanda vital, pameriksaan khusus dan pameriksaan penunjang. (Estiwidani dkk,2008.h:134) 4.1.1. Ibu 4.1.1.1. Nama a. Menurut tinjauan tori Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil Dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi Antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Sulistyawati,2010:h.220) b. Menurut tinjauan teori Dari tinjauan kasus ibu bernama Ny.A
  • 91. 78 c. Pembahasan Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karenanya Ny.A memiliki nama jelas yang dapat membedakan dengan pasien yang lain. 4.1.1.2. Suku/bangsa a. Menurut tinjauan teori Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan (Sulistyawati,2012:h.221) b. Menurut tinjauan kasus Suku ibu sunda c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak ada kesenjangan karena tidak ada kepercayaan berhubugan dengan adat istiadat 4.1.1.3. Pendidikan a. Menurut tinjauan teori Sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang paling tepat dalam penyampaian informasi mengenai teknik melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini akan sangat mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien terhadap instruksi yang diberikan bidan pada proses persalinan (Sulistyawati,2012:h.221)
  • 92. 79 b. Menurut tinjauan kasus Pendidikan ibu SMA c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan karena ibu dapat memahami penjelasan yang di sampaikan oleh bidan dengan baik 4.1.1.4. Riwayat Antenatal a. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklamsia, infeksi, perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes gestasional, poli/oligohidramnion (Muslihatun, 2010:h252) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Dewi,2010:h.1) b. Menurut tinjauan teori Usia kehamilan 39 minggu 1 hari c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan karena ibu melahirkan cukup bulan sesuai masa kehamilan. 4.1.2. Bayi 4.1.2.1. Pernafasan a. Menurut tinjauan teori Pernafasan bayi baru lahir normal 30-60 kali permenit,
  • 93. 80 tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pda fase ekspirasi. Pada bayi kecil,mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara periodik selama beberapa detik masih dalam batas norml (Muslihatun,2010:h.31) b. Menurut tinjauan kasus Pada saat pengkajian bayi Ny.A teratur c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak ada kesenjangan karena pada saat pengkajian bayi bernafas dengan spontan 4.1.2.2. Denyut jantung a. Menurut tinjauan teori Denyut jantung BBL normal anatar 100-160 kali permenit, tetapi dianggap masih normal di jika atas 160 kali permenit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu hari selama beberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami distress. Jika ragu ulangi perhitungan denyut jantung (Muslihatun,2010:h.252-253) b. Menurut tinjauan kasus Pada saat pengkajian terhadap bayi Ny.A Denyut jantung bayi Ny.A 140x/ menit
  • 94. 81 c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan kerena Denyut jantung bayi Ny.A 140x/ menit 4.2. Interprestasi Data Dasar 4.2.1. Diagnosa 4.2.1.1. Menurut tinjauan teori Data dasar yang telah dikumpulkan di interpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik 4.2.1.2. Menurut tinjauan kasus Didapatkan diagnosa kebidanan yaitu bayi Ny.A segera setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan Dasar : - By.Ny.A segera setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan - Ibu mengatakan HPHT Tanggal : 23-7-2014 - TK 27 April 2014 - TP : 30 April 2015 - Bayi lahir tanggal 27 April 2015 - Pukul 11.55 Wib - JK: Perempuan
  • 95. 82 4.2.1.3. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena bayi Ny. A lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan 4.2.2. Masalah 4.2.2.1. Menurut tinjauan teori Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa 4.2.2.2. Menurut tinjauan kasus Tidak ada 4.2.2.3. Pembahasan Tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan teori dan kasus karena pada kasus ini tidak ditemukanya masalah yang menyertai diagnosis 4.2.2. Kebutuhan 4.2.2.1. Menurut tinjauan teori Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnose dan masalah yang dapat didapatkan dengan melakukan analisa data 4.2.2.2. Menurut tinjauan kasus Kebutuhan yang diberikan pada bayi Ny.A adalah perawatan bayi segera setelah lahir
  • 96. 83 4.2.2.3. Pembahasan Tidak ditemukanya kesenjangan karena kebutuhan yang diberikan pada bayi Ny.A sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir 4.3. Identifikasi diagnosa atau masalah potensial 4.3.1. Menurut tinjauan teori Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnose atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi (Estiwidani,2008:h.135) 4.3.2. Menurut tinjauan kasus Pada kasus ini tidak muncul masalah potensial karena tidak adanya bahaya pada bayi segera setelah lahir 4.3.3. Pembahasan Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan karena tidak ditemukan bahaya pada bayi segera setelah lahir 4.4. Tindakan segera atau kolaborasi 4.4.1. Menurut tinjauan teori Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
  • 97. 84 anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Estiwidani,2008:h.136) 4.4.2. Menurut tinjauan kasus Pada kasus ini tidak diperlukan adanya penanganan segera atau berkolaborasi dengan dokter karena kondisi bayi baik dan normal 4.4.3. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena tidak ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani oleh tenaga kesehatan yang lainnya dikarenakan kondisi bayi baik dan normal 4.5. Perencanaan 4.5.1. Menurut tinjauan teori Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini nerupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Estiwidani,2008:h.137) Asuhan bayi baru lahir sebagai berikut: a. Cegah kehilangan panas b. Potong dan merawat tali pusat c. Pertahankan suhu tubuh bayi d. Inisiasi menyusu dini e. Beri obat salep mata f. Beri Vit K
  • 98. 85 g. Pameriksaan umum h. Pameriksaan fisik ( head to toe ) i. Pemberian imunisasi bayi baru lahir j. Lakukan rawat gabung 4.5.2. Menurut tinjauan kasus Pada kasus Ny.A telah diberikan beberapa perencanaan yang dapat ditentukan sesuai dengan kondisi pasien a. Keringkan bayi dengan seksama b. Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat c. Jaga kehangatan bayi d. Lakukan IMD e. Beri salep mata tetracyclin f. Lakukan injeksi Vitamin K g. Lakukan pemeriksaan umum pada bayi h. Ukur antropometri pada bayi i. Lakukan pameriksaan fisik pada bayi ( head to toe) j. Beri Hb0 k. Beri bayi kepada ibu l. Beritahu ibu untuk kunjungan ulang 4.5.3. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan kasus diatas dapat di simpulkan bahwa tidak ada kesenjangan karena perencanaan asuhan yang di berikan pada bayi Ny.A sudah diberikan dan sesuai yang dibutuhkan dan yang dianjurkan.
  • 99. 86 4.6. Pelaksanaan 4.6.1.Menurut tinjauan teori Pada langkah VI ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya (Estiwidani,2008:h.138) 4.6.2. Menurut tinjauan kasus Pada kasus Bayi Ny.A telah dilaksanakan perencanaan secara menyeluruh yang efisiensi dan aman seperti: 4.6.2.1. Mengeringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi. Kemudian ganti kain basah dengan kain yang kering dan bersih 4.6.2.2. Memotong dan mengikat tali pusat yaitu tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpencar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Kemudian jepit (dengan klem kedua) tali pusat pada bagian yang isinya sudah dikosongkan (sisi ibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi
  • 100. 87 bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukan ke dalam larutan klorin 0,5% 4.6.2.3. Mempertahanan suhu tubuh bayi yaitu dengan megeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi denga selimut atau kain bersih, kering dan hangat, tutup bagian kepala bayi, anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya, lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian, tempatkan bayi dilingkungan yang hangat 4.6.2.4. Melakukan inisiasi menyusu dini yaitu dengan meletakan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih, sampai bayi dapat menyusui sendiri 4.6.2.5. Memberi obat salep mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah penyakit mata karena penyakit menular seksual dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir
  • 101. 88 4.6.2.6. Memberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL 4.6.2.7. Melakukan pemberian imunisasi pada bayi A. Melakukan pemeriksaan umum pada bayi yaitu pernafasan, denyut jantung, suhu, tonus otot, warna kulit, gerakan 4.6.2.8. Mengukur antropometri pada bayi 4.6.2.9. Melakukan pemeriksaan fisik secara head to toe 4.6.2.10. Memberikan Hb 0 1/3 bagian luar dipaha sebelah kanan secara IM dengan dosis 0,5 cc.Diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B 4.6.2.11. Memberikan bayi pada ibu untuk rawat gabung agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan saja saat dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar, ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya, ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional 4.6.2.12. Memberitahu ibu untuk kunnjungan ulang pada tanggal 04 mei 2015 untuk melakukan pameriksaan tali puasat pada bayi
  • 102. 89 4.6.3. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena pelaksanaan asuhan yang diberikan bidan terhadap By Ny.A tidak sesuai dengan teori yang dipaparkan 4.7. Evaluasi 4.7.1. Menurut tinjauan kasus pada langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar- benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah di identifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Estiwidani,2008:h.139) 4.7.2. Menurut tinjauan kasus Pada kasus Ny.A telah dilakukan penatalaksanaan bayi segera . setelah lahir dan didapatkan hasil : a. Tubuh bayi telah kering b. Tali pusat bayi telah di potong dan telah di ikat c. Kehangatan bayi telah dijaga d. IMD telah dilakuka e. Salep mata telah diberikan f. Bayi telah diberikan injeksi Vitamin K g. Hasil dari pemeriksaan umum pada bayi dalam keadaan nornal. Yang di dapatkan hasil sebagai berikut: Pernapasan:Teratur,
  • 103. 90 Suhu aksila: 36,9 c, warna kulit kemerahan, turgor kulit elastis, Denyut jantung: 140x/menit, tonus otot baik, gerakan aktif h. Bayi telah diukur antropometri dengan hasil sebagai berikut BB: 3000 gram PB : 46 cm LK : 33 cm LD : 32 cm Lila: 11 cm i. Pemeriksaan fisik telah dilakukan dan didapatkan hasil yaitu 1. Kepala a) Ubun-ubun : datar b) Caput succedaneum : tidak ada c) Cepal haematoma : tidak ada 2. Muka : simetris kanan dan kiri 3. Mata Simetris : simetris kanan dan kiri Kelopak mata : ada Secret : tidak ada Sklera : putih 4. Telinga Simetris : simetris Lubang : ada 5. Hidung Palatoskisis : tidak ada
  • 104. 91 Lubang : ada Septum : ada 6. Mulut Sianosis : tidak ada Mukosa : lembab Labioskisis : tidak ada 7. Leher : tidak ada pembesaran 8. Klavikula dan lengan tangan Gerakan : aktif Jumlah jari : lengkap 9. Dada Bentuk : simetris Puting susu : ada Auskultasi : jantung tedengar lup dup 10.Abdomen Tali pusat : tidak ada perdarahan Kelainan : tidak ada 11.Genetalia Perempuan Labia mayor sudah menutupi labia minor Uretra : Berlubang Vagina : Berlubang 12.Anus : positif 13.Tungkai dan kaki Gerakan : aktif
  • 105. 92 Jumlah jari : lengkap dan normal 14.Punggung Bentuk : simetris Kelainan : tidak ada 15.Reflek Moro :positif Rooting : positif Sucking :positif Swalowing : positif Graps : positif Tonickneck : positif Babinski : positif j. Hb0 telah diberikan k. Bayi telah bersama ibunya l. Telah dijelaskan pada ibu untuk kunjungan ulang 4.7.3. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan kasus maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan karena evaluasi sudah dilakukan sesuai dengan pelaksanaan.
  • 106. 93 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS Dharmini Bandar Lampung Tahun 2015 maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 5.1.1. Dalam melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. A Segera Setelah Lahir penulis telah melakukan pengkajian dengan baik. Pengkajian tersebut didapat dari hasil pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan data objektif. Data subjektif Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya. Data objektif : warna kulit kemerahan, tonus otot aktif, menangis kuat. 5.1.2. Penulis telah melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir segera setelah lahir yaitu dengan diagnosa Bayi cukup bulan segera setelah lahir. 5.1.3. Penulis tidak menemukan antisipasi masalah potensial seperti asfiksia, hipotermi yang diakibatkan karena kurangnya pencegahan hipotermi pada bayi. Bayi Ny.A dalam keadaan baik dan bayi telah dilakukan pencegahan hipotermi serta Ny.A mengerti tentang konseling pencegahan hipotermi. 5.1.4. Penulis tidak melakukan tindakan segera pada bayi Ny.A karena penulis tidak menemukan masalah potensial pada bayi Ny.A.