Teks tersebut membahas tentang sistem informasi manajemen khususnya sistem pendukung keputusan. Secara singkat, sistem pendukung keputusan merupakan sistem interaktif berbasis komputer yang membantu proses pengambilan keputusan dengan memanfaatkan data dan model. Teks tersebut juga membahas tahapan proses pengambilan keputusan dan unsur-unsur penting lainnya seperti jenis keputusan, komponen sistem pendukung keput
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
1. TUGAS ARTIKEL
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Dosen Pengampu : Yananto Mihadi Putra, SE, Msi.
Disusun Oleh :
Utari Anataya (43216010137)
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA BARAT
1439H/2018
2. PENDAHULUAN
Decision Support System atau sistem pendukung keputusan (SPK), secara umum
didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan
pemecahan masalah maupun kemampuan pemgkomunikasian untuk masalah semi-
terstruktur. Konsep DSS merupakan sebuah sistem interaktif berbasis komputer yang
membantu pembuatan keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur dan semi terstruktur. DSS dirancang untuk
menunjang seluruh tahapan pembuatan keputusan, yang dimulai dari tahapan
mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang
digunakan dalam proses pembuatan keputusan sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan
alternatif.
Proses pengambilan keputusan telah dianggap sebagai hal kritis di perusahaan yang
dicapai melalui pengalaman (knowldege). Tetapi, dengan semakin
bertumbuhnya tingkat kerumitandari bisnis tersebut telah membuat proses
pengambilan keputusan tersebut menjadi lebih sulit. Hal itu disebabkan semakin banyaknya
alternatif keputusan yang ada, semakin besar pengaruh sebuah keputusan di dalam
perusahaandan semakin tidak tentunya perubahan yangmungkin terjadi di
lingkungan perusahaan. Butuhsuatu sistem pendukung keputusan dimana sistem
tersebut dapat memberikan informasi mengenai keputusan yang terbaik berdasarkan
informasi yang didapatkan.
3. PEMBAHASAN
I. Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan alternatif tindakan untuk
mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Pengambilan keputusan dilakukan dengan
pendekatan sistematis terhadap permasalahan melalui proses pengumpulan data
menjadi informasi serta ditambah dengan faktor – faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam pengambilan keputusan. Keputusan (decision) adalah berarti pilihan (choice),
yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan
sama dengan pilihan, ada perbedaan penting diantara keduanya.
1. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata karena pilihan diartikan
sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai
tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau kolektif.
2. Mc Grew dan Wilson lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa
suatu keputusan ialah akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label
pengambilan keputusan. Dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri
aktifitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana.
3. Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang
dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan
dipilih sementara yang lain dikesampingkan.
Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang
tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977). Dengan kata lain,
keputusan mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan
perubahan (Hill,1979). Ringkasnya keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan dan ini semua berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk suksesnya
pengambilan keputusan itu maka sepuluh hukum hubungan kemanusiaan
(Siagian,1988) hendaknya menjadi acuan dari setiap pengambilan keputusan.
II. Sistem Pengambilan Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan merupakan suatu sistem interaktif yang
mendukung keputusan dalam proses pengambilan keputusan melalui alternatif–
alternatif yang diperoleh dari hasil pengolahan data, informasi dan rancangan model.
4. Dari pengertian sistem pendukung keputusan maka dapat ditentukan karakteristik
antara lain :
a. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada management by
perception.
b. Adanya interface manusia / mesin dimana manusia (user) tetap memegang control
proses pengambilan keputusan.
c. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah terstruktur, semi
terstruktur dan tak struktur.
d. Memiliki kapasitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan.
e. Memiliki subsistem – subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat
berfungsi sebagai kesatuan item.
f. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan
informasi seluruh tingkatan manajemen
Dalam sistem pendukung keputusan terdapat tiga keputusan tingkatan
perangkat keras maupun lunak. Masing – masing tingkatan berdasarkan tingkatan
kemampuan berdasarkan perbedaan tingkat teknik, lingkungan dan tugas yang akan
dikerjakan. Ketiga tingkatan tersebut adalah :
a. Sistem Pendukung Keputusan (Specific DSS)
b. Pembangkit Sistem Pendukung Keputusan (DSS Generator)
c. Peralatan Sistem Pendukung Keputusan
Dalam sistem pendukung keputusan terdapat tiga jenis keputusan, yaitu :
1. Keputusan Terstruktur
Keputusan terstruktur adalah keputusan yang dilakukan secara berulang-ulang
dan bersifat rutin. Informasi yang dibutuhkan spesifik, terjadwal, sempit,
interaktif, real time, internal, dan detail. Prosedur yang dilakukan untuk pengambilan
keputusan sangat jelas. Keputusan ini terutama dilakukan pada manajemen tingkat
bawah. Contoh: Keputusan pemesanan barang dan keputusan penagihan piutang;
menentukan kelayakan lembur, mengisi persediaan, dan menawarkan kredit pada
pelanggan.
5. 2. Keputusan Semiterstruktur
Keputusan semiterstruktur adalah keputusan yang mempunyai sifat yakni
sebagian keputusan dapat ditangani oleh komputer dan yang lain tetap harus
dilakukan oleh pengambil keputusan. Informasi yang dibutuhkan folus, spesifik,
interaktif, internal, real time, dan terjadwal. Contoh: Pengevaluasian kredit,
penjadwalan produksi dan pengendalian sediaan, merancang rencana pemasaran, dan
mengembangkan anggaran departemen.
3. Keputusan Tidak Terstruktur
Keputusan tak terstruktur adalah keputusan yang penanganannya rumit karena
tidak terjadi berulang-ulang atau tidak selalu terjadi. Keputusan ini menuntut
pengalaman dan berbagai sumber yang bersifat eksternal. Keputusan ini umumnya
terjadi pada manajemen tingkat atas. Informasi yang dibutuhkan umum, luas, internal,
dan eksternal. Contoh: Pengembangan teknologi baru, keputusan untuk bergabung
dengan perusahaan lain, perekrutan eksekutif.
Tahapan dalam sistem pendukung pengambilan keputusan Menurut Simon,
proses pengambilan keputusan meliputi tiga fase utama yaitu inteligensi, desain, dan
kriteria. Ia Kemudian menambahkan fase keempat yakini implementasi (Turban,
2005).
A. Fase Inteligensi
Intelegensi dalam pengambilan keputusan meliputi scanning (Pemindaian)
lingkungan, entah secara intermiten ataupun terus-menerus. Inteligensi mencakup
berbagai aktivitas yang menekankan identifikasi situasi atau peluang-peluang
masalah. Tahapan dalam fase intelegensi antara lain identifikasi masalas (peluang),
klasifikasi masalah, dan kepemilikan masalah.
B. Fase Desain
Fase desain meliputi penemuan atau mengembangkan dan menganalisis
tindakan yang mungkin untuk dilakukan. Hal ini meliputi pemahaman terhadap
masalah dan menguji solusi yang layak. Tahapan dalam fase intelegensi antara lain
memilih sebuah prinsip pilihan, mengembangkan (menghasilkan) alternatif-alternatif,
dan mengukur hasil akhir.
6. C. Fase Pilihan
Pilihan merupakan tindakan pengambilan keputusan yang kritis. Fase pilihan
adalah fase di mana dibuat suatu keputusan yang nyata dan diambil suatu komitmen
untuk mengikuti suatu tindakan tertentu. Batas antara fase pilihan dan desain sering
tidak jelas karena aktivitas tertentu dapat dilakukan selama kedua fase tersebut dank
arena orang dapat sering kembali dari aktivitas pilihan ke aktivitas desain. Sebagai
contoh, seseorang dapat menghasilkan alternatif baru selagi mengevaluasi alternatif
yang ada. Fase pilihan meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi terhadap suatu
solusi yang tepat untuk model. Sebuha solusi untuk sebuah model adalah sekumpulan
nilai spesifik untuk variabel-variabel keputusan dalam suatu alternatif yang telah
dipilih.
D. Fase Implementasi
Pada hakikatnya implementasi suatu solusi yang diusulkan untuk suatu
masalah adalah inisiasi terhadap hal baru, atau pengenalan terhadap perubahan.
Definisi implementasi sedikit rumit karena implementasi merupakan sebuah proses
yang panjang dan melibatkan batasa-batasan yang tidak jelas. Pendek kata,
implementasi berarti membuat suatu solusi yang direkomendasikan bisa bekerja, tidak
memerlukan implementasi suatu sistem komputer.
Beberapa keuntungan penggunaan SPK antara lain adalah sebagai berikut (Surbakti,
2002):
1. Mampu mendukung pencarian solusi dari berbagai permasalahan yang kompleks.
2. Dapat merespon dengan cepat pada situasi yang tidak diharapkan dalam konsisi
yang berubah-ubah.
3. Mampu untuk menerapkan berbagai strategi yang berbeda pada konfigurasi
berbeda secara cepat dan tepat.
4. Pandangan dan pembelajaran baru.
5. Sebagai fasilitator dalam komunikasi.
6. Meningkatkan kontrol manajemen dan kinerja.
7. Menghemat biaya dan sumber daya manusia (SDM).
8. Menghemat waktu karena keputusan dapat diambil dengan cepat.
7. 9. Meningkatkan efektivitas manajerial, menjadikan manajer dapat bekerja lebih
singkat dan dengan sedikit usaha.
10. Meningkatkan produktivitas analisis.
Adapun komponen-komponen dari SPK adalah sebagai berikut.:
a. Data Management
Termasuk database, yang mengandung data yang relevan untuk berbagai
situasi dan diatur oleh softwareyang disebut Database Management System (DBMS).
b. Model Management
Melibatkan model finansial, statistikal, management science, atau berbagai
model kualitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu kemampuan
analitis, dan manajemen software yang dibutuhkan.
c. Communication
User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada DSS melalui
subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka.
d. Knowledge Management
Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak atau
bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri.
III. Proses Pengambilan Keputusan
Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan
organisasi (Brinckloe,1977) yaitu :
A. Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun
alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu
terhadap tujuan organisasi. Sesudah itu memperkirakan kemungkinan timbulnya
bermacam-macam kejadian ke depan, mempertimbangkan dampak dari kejadian-
kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang telah dirumuskan dan kemudian
menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan prioritas lalu dibuat
keputusan. Keputusan yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya telah
memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
8. B. Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal
memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing
dikembangkan oleh Simon (Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan
terhadap rasionalitas terbatas (bounded rationality). Rasionalitas terbatas adalah
batas-batas pemikiran yang memaksa orang membatasi pandangan mereka atas
masalah dan situasi. Pemikiran itu terbatas karena pikiran manusia tidak
megolakan dan memiliki kemampuan untuk memisahkan informasi yang
tertumpuk.
IV. Unsur Prosedur Keputusan
Di balik suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama pembuatan
keputusan mengidentifikasikan masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang
diinginkan, memeriksa berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan mengakhiri proses itu dengan menetapkan pilihan bertindak. Jadi suatu
keputusan sebenarnya didasarkan atas fakta dan nilai (facts and values). Keduanya
sangat penting tetapi tampaknya fakta lebih mendominasi nilai-nilai dalam
menyehatkan keputusan suatu organisasi (Bridges, 1971).
V. Tingkat-Tingkat Keputusan
Brinckloe (1977) menawarkan bahwa ada empat tingkat keputusan yaitu :
1. Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat dengan sangat
sederhana, meski sederhana informasi tetap diperlukan.
2. Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information decision),
tingkat informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah
memberi aba-aba untuk mengambil keputusan. Tetapi keputusan belum segera
diambil karena informasi tersebut perlu dipelajari.
3. Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weighting decisions),
informasi-informasi yang telah dikumpulkan dianalisis, lalu dipertimbangkan dan
diperhitungkan sebelum keputusan diambil.
4. Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (Dual uncertainty decisions), dalam
setiap informasi yang ada masih diharapkan terdapat ketidakpastian artinya
9. semakin luas ruang lingkup dan semakin jauh dampak dari suatu keputusan,
semakin banyak informasi yang dibutuhkan semakin tinggi ketidakpastian itu.
VI. Klasifikasi Keputusan
A. Keputusan Terprogram.
Menurut Siagian, S.P. (1993), Keputusan Terprogram adalah tindakan
menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dam
organisasi. Biasanya menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis
serta tidak memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi.
Pengambilan keputusan terprogram akan berlangsung dengan efektif apabila empat
kriteria dasar dipenuhi :
1. Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data.
2. Tersedia data yang bersifat kuantitatif.
3. Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan
yang kuat untuk secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu
terhadap kondisi yang selalu berubah.
4. Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat,
termasuk tuntutan operasional yang harus dipenuhi.
B. Keputusan yang tidak Terprogram.
Biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah baru yang
belum pernah dialami sebelumnya, tidak bersifat repetitif (berulang-ulang), tidak
terstruktur, dan sukar mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya. Keputusan yang
tidak Terprogram tidak menyangkut hal-hal yang sifatnya operasional, akan tetapi
menyangkut kebijaksanaan organisasi dengan dampak yang strategis bagi eksistensi
organisasi. (Siagian, S.P.; 1993).
VII. Kategori Keputusan
Ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara memproses informasi,
keputusan dibagi empat kategori (Nutt, 1989) :
1. Keputusan Representasi, pengambilan keputusan menghadapi informasi yang
cukup banyak dan mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasikan data
10. tersebut. Keputusan ini banyak menggunakan model-model matematik seperti
operation research, cost-benefit analysis dan simulasi.
2. Keputusan Empiris, suatu keputusan yang sedikit informasi tetapi memiliki cara
yang jelas untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh.
3. Keputusan Informasi, suatu situasi yang banyak informasi tetapi meliputi
kontroversi tentang bagaimana memproses informasi tersebut.
4. Keputusan Eksplorasi, suatu situasi yang sedikit informasi dan tidak ada kata
sepakat tentang cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi.
VIII. Proses Pengambilan Keputusan
A. Pendekatan yang interdisipliner.
Proses pengambilan keputusan tidak bisa dilihat sebagai suatu tindakan
tunggal dan tidak sebagai suatu tindakan yang Seragam yang berlaku untuk semua
keadaan serta dapat digunakan oleh pengambil keputusan yang berbeda dengan
tingkat efektifitas yang sama. Proses pengambilan keputusan terdiri dari berbagai
ragam keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dalam
kehidupan berorganisasi.
B. Proses yang sistematis.
Suatu proses logis yang melibatkan pengambilan langkah-langkah secara
berturut atau sekuensial dengan merinci proses tersebut menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil (pendekatan atomik). Pendapat lain mengatakan proses pengambilan
keputusan menyangkut dengan naluri, daya pikir, dan serangkaian metode intuitif
yang keseluruhannya dirangkum yang menjadi suatu kreatifitas (pendekatan holistik).
C. Proses berdasarkan informasi.
Pengambilan keputusan tanpa informasi berarti menghilangkan kesempatan
belajar secara adaptif. Seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang memadai
tentang Informatika untuk pengambilan keputusan yang efektif serta harus menuntut
agar tersedia baginya informasi yang memenuhi persyaratan kemutakhiran,
kelengkapan, dapat dipercaya dan disajikan dalam bentuk yang tepat.
11. D. Memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian.
Betapa pun telitinya perkiraan keadaan, dalamnya kajian terhadap berbagai
alternatif, tetap tidak ada jaminan bebas dari resiko ketidakpastian. Untuk itu
pengambilan keputusan harus dapat Memperhitungkan probabilitas
(kemungkinan) keberhasilan atau kekurang-berhasilan pelaksanaan suatu
keputusan.
E. Diarahkan pada tindakan nyata.
Mengambil suatu tindakan harus dapat ditentukan secara pasti, kapan
pemecahan berakhir dan proses pengambilan keputusan dimulai. Masalah dan sasaran
sering mempunyai siklus pertumbuhan dan penyusutan, demikian juga faktor-faktor
yang mempengaruhi. Hal tersebut harus dikenali secara tepat karena akan sangat
mempengaruhi keputusan untuk bertindak atau tidak bertindak.
IX. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan
1. Brainstorming
Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi menghadapi suatu situasi
problematic yang tidak terlalu rumit, dan dapat diidentifikasikan secara spesifik
mereka mengadakan diskusi dimana setiap orang yang terlibat diharapkan turut serta
memberikan pandangannya. Pada akhir diskusi berbagai pandangan yang
dikemukakan dirangkum, sehingga kelompok mencapai suatu kesepakatan tentang
cara-cara yang hendak ditempuh dalam mengatasi situasi problematic yang dihadapi.
Penting diperhatikan dalam teknik ini yaitu :
a. Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat secara teliti.
b. Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena kuantitas
pandanganlah yang lebih diutamakan meskipun aspek kualitas tidak diabaikan.
c. Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas sesuatu pendapat
atau gagasan yang dilontarkan, dan peserta lain diharapkan tidak menilai pendapat
atau gagasan anggota kelompok lainnya.
d. Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan
yang telah dikemukakan oleh orang lain.
12. e. Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian dibahas hingga
kelompok tiba pada suatu sintesis pendapat yang kemudian dituangkan dalam
bentuk keputusan.
2. Synetics
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan
diskusi. Diantara para peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan
keputusan. Pimpinan mengajak para peserta untuk mempelajari suatu situasi
problematik secara menyeluruh. Kemudian masing-masing anggota kelompok
mengetengahkan daya pikir kreatifnya tentang cara yang dipandang tepat untuk
ditempuh. Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu yang
dipandang bermanfaat dalam pemecahan masalah. Dan tenaga ahli menilai melakukan
penilaian atas berbagai gagasan emosional dan tidak rasional yang telah disaring oleh
pimpinan diskusi serta kemudian menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah
pengambilan keputusan dan tindakan pelaksanaan yang diambil.
3. Consensus thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus sepakat tentang
hakikat, batasan dan dampak suatu situasi problematik yang dihadapi, sepakat pula
tentang teknik dan model yang hendak digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini
efektif bila beberapa orang memiliki pengetahuan yang sejenis tentang permasalahan
yang dihadapi dan tentang teknik pemecahan yang seyogyanya digunakan. Orang-
orang diharapkan mengikuti suatu prosedur yang telah ditentukan sebelumnya.
Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap langkah yang hendak ditempuh
pada skala yang lebih kecil dari situasi problematik yang sebenarnya.
4. Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang
diperhitungkan akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok
pengambil keputusan yang tidak berada di satu tempat.
5. Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran, dan di tengah
lingkaran ditaruh sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut hanya dialah yang
13. boleh bicara untuk mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu
permasalahan. Para anggota lain mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat.
Apabila pandangan orang yang duduk di tengah tersebut telah dipahami oleh semua
anggota kelompok dia meninggalkan kursi dan digantikan oleh orang yang lain untuk
kesempatan yang sama. Setelah itu semua pandangan didiskusikan sampai ditemukan
cara yang dipandang paling tepat.
6. Didactic interaction
Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”.
Dibentuk dua kelompok, dengan satu kelompok mengemukakan pendapat yang
bermuara pada jawaban “ya” dan kelompok lainnya pada jawaban “tidak”. Semua ide
yang dikemukakan baik pro maupun kontra dicatat dengan teliti. Kemudian kedua
kelompok bertemu dan mendiskusikan hasil catatan yang telah dibuat. Pada tahap
berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok yang tadinya mengemukakan
pandangan pro beralih memainkan peranan dengan pandangan kontra.
7. Collective bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang
atas suatu masalah duduk di satu meja dengan saling menghadap. Masing-masing
pihak datang dengan satu daftar keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh
berbagai data, informasi dan alasan-alasan yang diperhitungkan dapat memperkuat
posisinya dalam proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada akhirnya ditemukan
bahwa dukungan data dan informasi serta alasan-alasan yang dikemukakan oleh
kedua belah pihak mempunyai persamaan, maka tidak terlalu sukar untuk mencapai
kesepakatan. Tetapi sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang kemudian sering
diikuti dengan timbulnya masalah yang lebih besar.
X. Metode Pengambil Keputusan
Gortner (1987) lebih cenderung menganalisis pengambilan keputusan dari
sudut metode. Ada empat metode pengambilan keputusan yang dianggap lazim
dipergunakan dalam pengambilan keputusan organisasional.
14. Metode pertama, adalah metode rasional yang disebut juga model rasional. Ini
adalah metode klasik yang secara implicit mencakup model birokratik dari
pengambilan keputusan.
Metode kedua, adalah metode tawar-menawar incremental (incremental-
bargaining) yang dipandang sebagai model paling dasar aktifitas politik, yaitu
penyelesaian konflik melalui negosiasi. Karakteristik dari incremental ialah bahwa
keputusan tentang suatu kebijakan terjadi dalam bentuk langkah-langkah kecil
karenanya tidak terlalu jauh dari status quo.
Metode ketiga, yang disebut metode agregatif (aggregative methods)
mencakup antara lain teknik Delphi dan teknik-teknik pengambilan keputusan yang
berkaitan. Konsensus dan peran serta merupakan karakteristik utama dari metode
agregatif.
Metode keempat, adalah metode keranjang sampah (the garbage-can) atau
nondecision-making model yang dikembangkan oleh March dan Olsen (1979). Model
keranjang sampah menolak model rasional bahkan rasional-inkremental yang
sederhana sekalipun. Ia lebih tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam
keputusan, pada isu yang bermacam-macam dari peserta pengambil keputusan dan
masalah-masalah yang timbul pada saat itu. Sering kali keputusan yang diambil tidak
direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok.
XI. Teori-Teori Pengambilan Keputusan
Sehubungan dengan pendekatan yang telah diutarakan, lahirlah berbagai aliran
yang menampilkan teori-teori pengambilan keputusan yang berbeda (Brinckloe, 1977)
yaitu :
a. Aliran Birokratik (Bureaucratic School)
Teori ini memberi tekanan yang cukup besar pada arus dan jalannya pekerjaan
dalam struktur organisasi. Tugas dari eselon bawah ialah melaporkan masalah,
memberi informasi, menyiapkan fakta dan keterangan-keterangan lain kepada
atasannya. Dengan segala pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya, atasan
membuat keputusan setelah mempelajari semua informasi.
15. b. Aliran Manajemen Saintifik (Scientific Management School)
Teori ini menekankan pada pandangan bahwa tugas-tugas itu dapat dijabarkan
ke dalam elemen-elemen logis, yang dapat digambarkan secara saintifik. Sementara
manajemen sendiri memiliki kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan
suatu masalah.
c. Aliran Hubungan Kemanusiaan (Human Relations School)
Teori ini menganggap bahwa organisasi dapat berbuat lebih baik apabila lebih
banyak perhatian yang diberikan kepada manusia dalam organisasi, seperti yang
menimbulkan kepuasan kerja, peran serta dalam pengambilan keputusan,
memberlakukan organisasi sebagai suatu kelompok social yang mempunyai tujuan.
Selain itu kebutuhan dan keinginan anggota selalu dipertimbangkan dalam membuat
keputusan.
d. Aliran Rasionalitas Ekonomi (Economic Rasionality School)
Teori ini mengakui bahwa organisasi adalah suatu unit ekonomi yang
mengkonversikan masukan (input) menjadi keluaran (output) dan yang harus
dilakukan dengan cara yang paling efisien. Menurut aliran ini suatu langkah kebijakan
akan terus berlangsung sepanjang itu mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada
biayanya.
e. Aliran Satisfacing
Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang sempurna. Aliran ini
yakin bahwa para manajer yang selalu dipenuhi berbagai masalah mampu membuat
keputusan yang rasional.
f. Aliran Analisis Sistem
Aliran ini percaya bahwa tiap masalah berada dalam suatu system yang terdiri
dari berbagai sub sistem yang keseluruhannya merupakan satu kesatuan.
16. XII. Langkah-langkah dalam Pengambilan Keputusan Manajemen
1. Rumuskan persoalan keputusan
Persoalan (problem) adalah sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan yang
diinginkan/ diharapkan. Kita harus berusaha mencari pemecahan yang baik bagi suatu
persoalan yang tepat (benar) sebab pemecahan yang terbaik bagi persoalan yang salah
tak ada gunanya. Maka dari itu, dalam membuat keputusan untuk memecahkan
persoalan harus bisa menemukan persoalan apa yang perlu dipecahkan/ diselesaikan.
2. Kumpulkan informasi yang relevan
Memecahkan persoalan berarti suatu keputusan atau tindakan untuk
menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya persoalan tersebut. Perlu
dikumpulkan data atau informasi yang relevan artinya faktor-faktor yang mungkin
terjadi penyebab timbulnya persoalan tersebut.
3. Cari alternatif tindakan
Memutuskan berati memilih salah satu dari beberapa alternatif tindakan yang
tersedia berdasarkan kriteria tertentu. Singkatnya, buatlah alternatif tindakan yang
fisibel sebanyak mungkin.
4. Analisis alternatif yang fisibel
Setiap alternatif harus dianalisis, harus dievaluasi baik berdasarkan suatu
kriteria tertentu atau prioritas. Hasil analis memudahkan pengambil keputusan di
dalam memilih alternatif yang baik.
5. Memilih alternatif terbaik
Di dalam pengambilan keputusan, pengambil keputusan harus memilih salah
satu alternatif di antara banyak alternatif. Pemilihan dapat dilakukan berdasarkan pada
kriteria tertentu, kompromi, atau tekanan. Memang harus diakui ada hasil keputusan
yang memuaskan semua pihak tetapi ada juga yang merugikan pihak lain.
6. Laksanakan keputusan dan evaluasi hasilnya
Pengambilan keputusan berarti mengambil tindakan tertentu (taking certain
action). Pelaksanaan suatu rencana tindakan, merupakan tahap akhir dari proses
17. pengambilan keputusan. Perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan keputusan
yang telah diambil. Evaluasi sangat berguna untuk memperbaiki suatu keputusan
untuk mengubah tujuan semula karena terjadi perubahan.
XIII. Pengaruh Pengambilan Keputusan Manajemen di PT. NIKE
Di awal-awal tahun, perusahaan Niketidak memiliki sumber dana untuk
membeli sebuah pabrik atau mempekerjakan banyak karyawan. Modal yang dimiliki
oleh Knight sangat kecil dan ia tidak bisa membeli sepatu dari Asia. Sebenarnya Nike
termasuk hollow corporation karena tidak memiliki pabrik manufacture sendiri, Nike
hanya perantara antara supplier dengan retailer.
Nike fokus pada menemukan inovasi sepatu terbaru. Kombinasi dari pekerja
yang murah dan perkembangan pasar yang baik memungkinkan perusahaan untuk
bersaing dalam research and development. Di awal 80-an, Nike menjadi produsen
sepatu atletik nomor 1 di dunia. Untuk memastikan bahwa supplier Nike memiliki
kualitas yang tinggi, Knight menuntut mereka untuk mempunyai hubungan dengan
perusahaan lainnya. Jika supplier percaya dan bekerja sama dengan Nike, Knight
memastikan bahwa mereka akan puas dengan dirinya sendiri. Kemudian jika salah
satusupplier menjadi sangat mahal, Nike bisa mengganti supplier dengan tetap
menjaga kualitas yang ditetapkan.
Ditahun 1983, orang kepercayaan Knight melakukan kesalahan dalam
pengelolaan Nike. Si pelaksana ini melihat celah untuk ekspansi ke pasar sepatu biasa.
Data statistic mereka menunjukkan hampir 90 % pembeli sepatu Nike tidak
menggunakan sepatu tersebut untuk atletik. Mereka percaya bahwa sepatu casual akan
diterima lebih baik oleh konsumen. Sayangnya, hal tersebut salah. Pendatang baru,
Reebok, berkembang karena sepatu aerobic dan mengambil posisi Nike sebagai
produsen sepatu atletik nomor satu, berdampak pada Nike untuk memberhentikan 350
karyawannya. Melihat perusahaannya mengalami kekacauan, Knight kembali ke
posisinya. Knight memutuskan untuk mendapatkan kembali posisi produsen sepatu
nomor satu melalui kecepatan penjualannya. Seperti biasanya, Nike memiliki
anggaran iklan yang sangat kecil, kebanyakan dari promosinya dilakukan oleh para
pengecernya. Knight sekarang mengubah pendekatannya dengan kampanye “Just Do
It” lewat televisi nasional dan majalah. Di bawah image baru Knight, superstar seperti
18. Michael Jordan dan Bo Jackson memberi merek sepatunya sendiri, kampanye “Air
Jordan” dan “Bo Knows” menunjukkan pada konsumen bahwa atlet terbaik di dunia
memakai Nike.
Bagaimanapun suksesnya Nike, mereka akan selalu menghadapi kompetisi.
Reebok adalah industri nomor dua yang selalu menunggu kesempatan untuk menjadi
nomor satu lagi. Jaringan supply di Asia sekarang digunakan oleh pesaing Nike, tidak
lama setelah perusahaan mendapat keuntungan produksi. Jika Nike melanjutkan
perkembangannya, Phil Knight dan staffnya harus melanjutkan untuk
mengembangkan inovasi sepatu terbaru yang sesuai dengan image atletik.
PERMASALAHAN
Nike adalah produsen sepatu nomor satu di dunia. Dengan permodalan yang
sedikit, Nike tidak mampu untuk membuat iklan untuk produknya. Nike kemudian
hanya menggunakan image dari atlet terkenal untuk menarik minat konsumen. Selain
itu untuk menekan biaya yang besar, Nike membeli sepatu dari supplier Asia. Para
pekerja Asia yang terkenal murah bisa menekan harga yang ditawarkan supplier
sehingga Nike bisa membeli dengan harga yang lebih murah.
Sebagai contoh adalah supplier Nike yang berasal dari Indonesia yaitu
PT.Pratama Abadi Industri. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang
bergerak dalam bidang manufaktur sepatu lari (running shoes). Perusahaan ini
memproduksi berbagai tipe running shoes dalam berbagai jenis ukuran baik untuk
anak-anak maupun orang dewasa. Spesifikasi dari tiap tipe sepatu telah diberikan
oleh pihak Nike untuk kemudian diproduksi oleh PT. Pratama abadi Industri sesuai
dengan syarat spesifikasi yang telah ada. Hasil produksi yang telah dihasilkan oleh
PT. Pratama abadi Industri, tidak boleh dipasarkan di dalam negeri. Semua hasil
produksi yang telah ada merupakan hak dari pihak Nike yang ada di Beverton (USA)
untuk kemudian akan diekspor lagi ke negara lain, seperti Perancis, swedia, India,
Belgia, Kanada, USA, Afrika Selatan, Argentina, Uruguay, Chillie.
Nike sangat memegang kendali karena mempunyai hak untuk memutuskan
kerjasama bila harga dari supplier terlalu mahal, hal ini bisa berdampak buruk bagi
pekerja karena mereka tidak bisa menuntut kehidupan yang lebih baik dengan
peningkatan tunjangan pekerja otomatis akan menambah biaya produksi yang
19. mengakibatkan harga yang lebih mahal.Seperti yang terjadi di China, Vietnam,
Indonesia dan Meksiko. Nike dikritik karena berusaha menutupi kondisi kerja yang
buruk serta eksploitasi buruh. Nike juga adalah perusahaan besar yang tidak memiliki
pabrik. Karena mereka lebih senang untuk outsourcing kebutuhan-kebutuhan mereka
terutama kepada sektor informal, ataupun perusahaan lainnya, sehingga
mengefisienkan dan meminimalisir ongkos produksi.
Knight tidak mampu mendelegasikan tugas dengan baik, sehingga di tahun
1983 Nike mengalami kemunduran karena tidak tepatnya perencanaan dari pelaksana
yang dipercaya oleh Knight waktu itu. Waktu itu pengelola yang dipercaya Knight
mengubah image Nike dari sepatu atletik menjadi sepatu kasual. Padahal saingannya
Reebok lebih dahulu mengembangkan sepatu untuk aerobik, sehingga konsumen lebih
percaya pada Reebok. Nike membutuhkan perencanaan baru untuk mengembalikan
posisi Nike sebagai produsen sepatu nomor satu dengan penjualan yang secepatnya.
Strategi Nike dalam membuat image yaitu dengan mensponsori seorang atlet
atau suatu klub olahraga sehingga akan timbul image bahwa Nike dipakai oleh para
atlet terkenal, hal ini tidak dilakukan oleh saingannya seperti Reebok yang justru
hanya mensponsori suatu event olahraga saja. Disinilah pembuktian kekuatan merek
dagang. Banyaknya masalah ataupun konflik yang terpublikasi, tidak akan membuat
kosumen beralih ke merek lain. Hal ini karena ikatan psikologis antara Nike dengan
konsumen fanatiknya telah terjadi, selebihnya, biarlah konsumen yang menilai.
Krisis yang dialami Nike pada tahun 1983 tak lepas dari proses pertumbuhan
organisasi. Menurut Lary Greiner ada 5 tahap pertumbuhan organisasi, 1) kreativitas,
2) pengarahan, 3) pendelegasian, 4) koordinasi, dan 5) kerja sama. Nike mengalami
krisis disaat tahap pendelegasian dimana Knight tidak melakukan kontrol yang ketat
sehingga keputusan bawahannya membawa dampak bagi Nike. Knight kemudian
melakukan terobosan kilat untuk membentuk kembali brand image dari Nike.
Menurut Agyris “intervensi merupakan suatu aktivitas masuk ke dalam sistem
relationship yang berjalan, baik diantara individu, kelompok, maupun organisasi,
dengan tujuan membantu menuju suatu perubahan yang sukses” Dalam intervensi,
terkadang perlu mendatangkan konsultan dari luar organisasi, tetapi intervensi
terbanyak dapat dilakukan oleh managemen internal. Apa yang dilakukan oleh Knight
merupakan intervensi dari manajemen internal. Marketing differentiation strategy
20. mencoba menciptakan kesetiaan para pelanggan dengan cara memenuhi kebutuhan
tertentu secara khusus. Organisasi tersebut mencoba menciptakan kesan yang
menguntungkan bagi produk-produknya melalui iklan, segmentasi pasar, dan harga
yang bersaing. Hal tersebut salah satu strategi yang dilakukan oleh Knight dengan
menciptakan produk baru sesuai kebutuhan konsumen yang tidak lepas dari image
olah raga.
Nike sebenarnya memiliki posisi yang sedikit lemah bila dihadapkan dengan
retailer. Keuntungan Nike didapat dari penjualan ke retailer. Retailer tentunya akan
bersaing dengan retailer lain dengan harga termurah, hal ini dapat mengancam Nike
karena dengan hal tersebut maka retailer akan menekan Nike untuk menjual
sepatunya dengan lebih murah.
Etis dan tidak etisnya Nike menggunakan supplier Asia sehingga mereka
saling bersaing tidaklah dapat dipandang dari hanya salah satu sudut pandang saja.
Pada intinya dengan sistem semacam tender ini maka akan tercipta persaingan,
kompetisi untuk menjadi lebih baik sehingga akan meningkatkan motivasi pekerja.
Dengan kualitas yang sama tetapi berbeda harga. Dari sudut pandang pekerja hal ini
bisa menjadi sebuah ancaman tersendiri. Pekerja akan dituntut untuk bekerja lebih
giat demi untuk meningkatkan jumlah produksi sehingga bisa terjadi para pekerja
bekerja di luar jam kerja yang semestinya. Dengan adanya kebijakan dari Nike yang
berhak memutuskan kerja sama bila supplier menaikkan harga terlalu tinggi dapat
mengakibatkan supplier menggunakan tenaga kerja anak-anak agar biayanya lebih
murah. Isu ini muncul di Pakistan, bahwa Nike mengambil sepatu dari Pakistan yang
dibuat oleh anak-anak pekerja di bawah umur.
Apabila supplier dari Amerika atau Australia. Hal ini bisa berdampak bagi
Nike maupun bagi konsumen. Bagi Nike ini merupakan mimpi buruk karena tentunya
tidak akan ada pekerja yang murah, harga jual dari supplier akan lebih tinggi karena
biaya produksi yang lebih tinggi bila diproduksi di Amerika atau Australia. Bagi
konsumen ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Yang pertama, akan timbul
kepercayaan lebih karena produk dibuat di Amerika atau Australia yang sangat
memperhatikan kualitas. Yang kedua, tidak akan terlalu berdampak karena konsumen
percaya pada Nike melakukan kontrol pada supplier Asia sehingga mutunya akan
dianggap sama saja dengan buatan Amerika. Peran Phill Knight tentunya sangat besar
21. dalam mengembangkan Nike hingga saat ini. Dengan gaya kepemimpinannya, dengan
solusinya yang cepat dan tepat saat menghadapi krisis Nike di tahun 1983 membuat
Nike dapat bertahan dan mampu menempati posisi nomor satu lagi sebagai produsen
sepatu di dunia. Membicarakan keberhasilan Nike tidak lepas dari Bill Bowerman, co-
founder Nike. Bowerman sangat berjasa dalam mendirikan Nike, ide untuk memberi
semacam karet di sepatu olahraga datang darinya yang disebut waffle sole. Bowerman
jugalah yang memiliki ide untuk memberi karet pada lintasan lari. Pada awalnya
Bowerman beserta Knight menjual sepatu yang dibuat oleh Bowerman menggunakan
latex, leather, glue dan waffle iron istrinya. Saat itu mereka memproduksi 330 pasang
sepatu.
Dari definisi pengambilan keputusan diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh
sembarangan. Pengambilan keputusan itu sendiri suatu cara yang digunakan untuk
memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara /
teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak. Masalahnya telebih dahulu
harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus
didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.
22. DAFTAR PUSTAKA
Anjani, Erna. (2016). “Sistem Pengambilan Keputusan, Pemodelan, dan Pendukung
Keputusan”. Blog Tugas Mata Kuliah SPK. Sistem Informasi - STMIK: Bandung.
Putri, Mega Suryono. (2016). “Langkah-langkah dalam Pengambilan Keputusan
Manajemen”. Blog Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen. FEB - Universitas
Gunadarma: Bekasi.
Munandar. (2015). “Teknik-teknik Pengambilan Keputusan”. Blog Pribadi: Sumatra Barat.
Ghanik, Rofie. (2017). “Pengaruh Pengambilan Keputusan Manajemen di PT. NIKE”. Blog
Tugas Perilaku Organisasi. FEB - Universitas Pamulang: Tangerang Selatan.