Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
tugas-3 hadis tematik oleh Melpa Agustina Simanungkalit. sm iv kpi-c fdk uinsu 2019/2020
1. MATERI PERKULIAHAN HADIS TEMATIK DAKWAH
TERJEMAHKAN DAN ANALISIS
Dosen Pengampu : H. Mohd Iqbal Muin, Lc, M.A
DISUSUN OLEH :
NAMA : Melpa Agustina Simanungkalit
NIM :0101182106
KELAS : KPI IV (4) C
2.
3.
4. TERJEMAHAN :
Dari Abdullah ibn Amr bin ‘ash radhiyallahu anhuma
bahwasanya Nabi SAW
bersabda: Sampaikanlah dariku sekalipun satu ayat dan
ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Israel dan itu
tidak apa (dosa). Dan barang siapa yang berdusta atas namaku
dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat
duduknya di neraka. Seorang ulama berkata maknanya: tidak
ada kesempitan terhadap kalian dalam menceritakan mereka,
karena terlebih dahulu dari nya Sallahu Alaihi Wasallam
mengambil dari mereka dan memandang kitab-kitab mereka,
kemudian perluasan itu datang/berhasil. Dan dikatakan La
Haraja yaitu jangan lah kalian sempitkan dada kalian dengan
apa yang kalian dengan dari mereka tentang keajaiban-
keajaiban karena yang demikian itu banyak terjadi kepada
mereka, dan dikatakan kalimat La Haraja bahasanya janganlah
5. Dan perkataan mereka (jadikan kami satu Tuhan) dan
dikatakan makna kalimat Haddisu ‘anhum yaitu dengan
gambaran yang bersambung dengan cerita tentang mereka dari
gangguan karena tidak bisa menceritakan tentang mereka,
dengan perbedaan hukum-hukum Islam, karena sesungguhnya
asal menderita tentang mereka itu bersambung dan tidak ada
ganggu karena masa yang dekat, dan atas setiap keadaan,
maka tidak boleh berdusta tentang bercerita dengan berbohong
atas mereka.
Imam Syafi’I berkata: dari yang diketahui bahwasanya
Rasulullah SAW, tidak boleh bercerita dengan berbohong, maka
makna Haddisu ‘anhum yaitu dengan apa yang tidak kalian
ketahui, dan adapun yang membolehkan mereka maka tidak
apa menceritakan tentang mereka, dan dia hadis pendamping
“apabila Ahli kitab sedang bercerita kepada kalian maka jangan
kalian benarkan dan jangan kalian dustakan”.(Siapa saja yang
berdusta atas namaku maka ia telah mengalami tempatnya di
neraka)hadis itu sebagai dalil bahwasanya bercerita mengatas
6. ANALISIS:
Seorang muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan
keislamannya tanpa berusaha untuk memahami Islam dan
mengamalkannya. Pernyataannya harus dibuktikan dengan
melaksanakan konsekuensi dari Islam, dan untuk melaksanakan
konsekuensi-konsekuensi dari pengakuan bahwa kita sudah berIslam
itu membutuhkan ilmu. Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim maupun
Muslimah. Ketika sudah turun perintah Allah yang mewajibkan suatu
hal, sebagai muslim yang harus kita lakukan adalah sami’na wa atha’na,
kami dengar dan kami taat. Sesuai dengan firman Allah Ta’ala:
َونُحِلْفُمْال ُمُه َكِئََٰلوُأ َو ۚ َانْعَطَأ َو َنْعِمَس واُلوُقَي ْنَأ ْمُهَنْيَب َمُكْحَيِل ِهِلوُس َر َوا ِإ َينِنِمْؤُمْال َل ْوَق َانَك اَمَّنِإواُعُد اَذ
ِ َّاّلل ىَلِإ
Artinya:
“Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila
diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu
memberikan keputusan hukum di antara mereka hanyalah dengan
mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat”. Dan hanya merekalah
orang-orang yang berbahagia.” (QS. An-Nuur [24]: 51).
7. Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan
sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada kita,
tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali
dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak
Allah ditunaikan, dan dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan.
Kebutuhan pada ilmu lebih besar dibandingkan
kebutuhan pada makanan dan minuman, sebab kelestarian
urusan agama dan dunia bergantung pada ilmu. Imam Ahmad
mengatakan, “Manusia lebih memerlukan ilmu daripada
makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman hanya
dibutuhkan dua atau tiga kali sehari, sedangkan ilmu diperlukan
di setiap waktu.”