“Pemikiran Islam”. Disebut demikian karena kaidah dasar yang membangun pemikiran tersebut adalah akidah Islam.
Akidah Islam bukan berasal dari orang Arab atau manusia lainnya.
Akidah Islam berasal dari Allah swt Dialah yang telah memberi nama bagi ideologi (mabda’) dan agama ini dengan nama Islam. Allah swt berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam. (QS Ali Imran [3]: 19).
2. “Pemikiran Islam”. Disebut demikian karena kaidah
dasar yang membangun pemikiran tersebut adalah
akidah Islam.
Akidah Islam bukan berasal dari orang Arab atau
manusia lainnya.
Akidah Islam berasal dari Allah swt Dialah yang telah
memberi nama bagi ideologi (mabda’) dan agama ini
dengan nama Islam. Allah swt berfirman:
ِْال ِ َّاَّلل َدْنِع َينِالد َّنِإم َْالْس
Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah
hanyalah Islam. (QS Ali Imran [3]: 19).
3. َو ْممكَنيِد ْممكَل متْلَمْكَأ َ ْوَيْالَمْعِن ْممكْيَلَع متْمَمْتَأيِت
ْلْسال مممكَل ميت ِضَرَواًنيِد َ ا
… “Pada hari ini telah Aku sempurnakan
untukmu agama-mu, dan telah Aku
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Aku ridhai Islam sebagai agama
bagimu …” [Al-Maa’idah: 3]
4. Maka ridhailah Islam untuk diri kalian,
karena ia merupakan agama yang dicintai
dan diridhai Allah Azza wa Jalla. Karena-
nya Allah mengutus Rasul yang paling
utama dan karenanya pula Allah
menurunkan Kitab yang paling mulia (Al-
Qur-an).
5. Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah
(wafat th. 774 H) menjelaskan, “Ini
merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla
terbesar yang diberikan kepada umat ini,
tatkala Allah menyempurnakan agama
mereka. Sehingga, mereka tidak
memerlukan agama lain dan tidak pula
Nabi lain selain Nabi mereka, yaitu Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
6. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla
menjadikan beliau sebagai penutup para
Nabi dan mengutusnya kepada seluruh
manusia dan jin.
Sehingga, tidak ada yang halal kecuali yang
beliau halalkan, tidak ada yang haram kecuali
yang diharamkannya, dan tidak ada agama
kecuali yang disyari’atkannya.
Semua yang dikabarkannya adalah haq,
benar, dan tidak ada kebohongan, serta tidak
ada pertentangan sama sekali.
7. Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan di dalam Al-
Qur’an bahwasanya kita diwajibkan mengambil
dan mengikuti segala apa yang telah disabdakan
dan dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Hal ini berdasarkan firman Allah Azza
wa Jalla:
َ َّاَّلل َعاَطَأ ْدَقَف َلمولْسَّالر ِعِمطي ْنَم
“Barangsiapa yang mentaati Rasul (Muhammad)
maka sesungguhnya ia telah mentaati Allah…”
[An-Nisaa’: 80]
8. Defenisi Pemikiran Islam
Sebuah defenisi yang benar harus memenuhi
dua hal: ‘menyeluruh” (jâmi‘an) sekaligus
“mencegah” (mâni‘an). Yang dimaksud
dengan menyeluruh (jaami’an) yaitu
mencakup seluruh bagian-bagian dan sifat-
sifat dari sesuatu yang didefinisikan. Dan
yang dimaksud dengan mencegah (maani’an)
yaitu mencegah masuknya makna asing ke
dalam sesuatu yang didefinisikan.
9. firman Allah :
َهَن اَمَو مهومذمخَف ملمولْسَّالر مممكاَتآ اَمَومواهَتْناَف مهْنَع ْممكا…
….. Dan apa yang diberikan Rasul
kepadamu maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah
…” [Al-Hasyr: 7]
10. Berdasarkan ayat di atas, maka para
pemikir mendefinisikan pemikiran Islam
sebagai:
Upaya menilai fakta dari sudut pandang
Islam.
Dengan demikian, pemikiran Islam
mengandung tiga hal, yakni:
(1) fakta (al-wâqi‘);
(2) hukum (justifikasi);
(3) keterkaitan fakta dengan hukum.
11. Asas-asas Pemikiran Islam
Pemikiran Islam dibangun di atas dua asas, yakni akal dan
syara.
1. Akal
Islam telah memerintahkan manusia untuk memperguna-kan
akalnya. Allah mendorong manusia untuk memperhatikan
alam semesta dan apa saja yang ada di dalamnya dengan
cermat, sehingga dapat menghantarkan kepada keimanan
tentang adanya Al-Khaliq, yang menciptakannya. Allah swt
berfirman :
َأ ۚ ْمُكِسُفْنَأ يِف َوََلَف
َونُر ِْصبُت
Dan pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada
memperhatikan? (TQS. Adz Dzaariyaat [51]: 21).
12. (Dan juga pada diri kalian sendiri) terdapat
pula tanda-tanda yang menunjukkan
kekuasaan dan keesaan-Nya, yaitu mulai dari
permulaan penciptaan kalian hingga
akhirnya, dan di dalam susunan penciptaan
kalian terkandung pula keajaiban-keajaiban.
Maka apakah kalian tidak memperhatikan?
akan hal tersebut yang karena itu lalu kalian
dapat menyimpulkan akan Penciptanya dan
kekuasaan-Nya yang Maha Besar.
13. Renungkanlah tentang diri Anda sendiri!
Betapa besar kasih sayang Allah Ta’ala,
begitu Maha Sempurna dan Maha
Bijaksananya Dia menciptakan manusia.
Perhatikan, …..!
Siapa yang mengatur dengan amat jeli ketika
Anda masih janin dalam perut ibu Anda, di
tempat yang tidak ada tangan yang
menjangkaumu, tidak ada mata yang
melihatmu, dan kamu tidak berdaya untuk
mendapat makanan sendiri atau untuk
menolak penyakit.
14. Surat At-Tariq Ayat 5
ِلمخ َّمِم مانَسْنِْال ِرمظْنَيْلَفَق
Arti:
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah
dia diciptakan?
Maka hendaknya manusia merenungkan dari apa Allah
menciptakannya agar jelas baginya kekuasaan Allah dan
jelas pula kelemahan dirinya.
15. Surat Al-A’raf Ayat 185
ِتا َاوَمَّسال ِتوُكَلَم يِف واُرُظْنَي ْمَل َوَأُ َّاّلل َقَلَخ اَم َو ِض ْرَ ْاْل َو
ْقا ِدَق َونُكَي ْنَأ ٰىَسَع ْنَأ َو ٍءْيَش ْنِمَح ِيَأِبَف ۖ ْمُهُلَجَأ َبَرَتٍثيِد
َونُنِمْؤُي ُهَدْعَب
Arti: Dan apakah mereka tidak memperhatikan
kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang
diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya
kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah
lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?
16. Apakah tidak memperhatikan mereka itu orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Allah di dalam kerajaan Allah yang
agung dan kekuasaanNYa yang besar di langit dan di bumi,
dan tidaklah Allah menciptakan apa pun di dalamnya,
lalu mereka mau mencermatinya dan mengambil pelajaran
darinya dan mereka merenungi ajal-ajal mereka yang mungkin
saja telah dekat waktunya,
lalu mereka binasa dengan membawa kekafiran dan
kemudian berpulang menuju siksaan Allah dan hukumanNya
yang pedih?
dengan ancaman dan peringatan apalagi setelah peringatan
dari al-qur’an ini yang akan mereka percayai dan mereka
malakukan?
17. َّسال ِتوُكَلَم ىِف ۟واُرُظنَي ْمَل َوَأِض ْرَ ْاْل َو ِت ٰو ٰم
Dan apakah mereka tidak memperhatikan
kerajaan langit dan bumi)
Maksudnya adalah bahwa mereka tidak berfikir
untuk mengambil manfaat dari hasil pemikiran
mereka, dan tidak pula mengamati makhluk-
makhluk ciptaan Allah sehingga dapat
mengantarkan mereka pada keimanan kepada
Allah.
18. ٍءْىَش نِم ُهللا َقَلَخ اَم َو
….dan segala sesuatu yang
diciptakan Allah)
Baik itu hewan-hewan,
tumbuhan, bintang-bintang,
dan yang lainnya.
19. Dengan akalnya, manusia bisa menjangkau
keberadaan al-Khaliq Yang Maha Esa yang telah
menciptakan makhluq.
Dengan akalnya pula, manusia bisa membuktikan
bahwa Al-Qur’an adalah Qalamullah, dan
Mohammad adalah Rasulullah.
Oleh karena itu, akal merupakan asas bagi aqidah
Islam.
Sekaligus menunjukkan bahwa aqidah Islam
adalah aqidah aqliyyah.
‘Aqidah yang menjadi asas bagi pemikiran Islam.
‘Aqidah yang dibangun berdasarkan akal.
20. 2. Syara’
Sumber pemikiran Islam, dengan seluruh
bagiannya, adalah hukum syara yang
bersumber dari wahyu, yaitu Al-Qur’an dan
As-Sunnah dan apa yang ditunjuk oleh Al-
Qur’an dan As-Sunnah yakni ijma sahabat
dan qiyas.
Syara merupakan asas pemikiran Islam.
21. Sampai kapanpun, pemikiran Islam tidak akan
keluar dari syara.
Agar suatu pemikiran dianggap sebagai pemikiran
Islam maka harus digali dari dalil-dalil syara.
Misalnya jihad, dan iman kepada adanya jin.
Semuanya merupakan pemikiran Islam yang
datang dari dalil-dalil kitabullah dan sunnah Rasul.
Ciri khas pemikiran Islam akan hilang jika terpisah
-secara keseluruhan atau sebagian- dari wahyu.
Allah melarang kita untuk melakukan pemisahan
ini. Firman Allah: Lanjut,………
22. ِم ََلْسِ ْاْل َْريَغ ِغَتْبَي ْنَم َوَلَبْقُي ْنَلَف اًنيِدِمُهْن
ِسَاخْال َنِم ِةَر ِخ ْاْل يِف َوُه َوَين ِر
Arti: Barangsiapa mencari agama selain
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu)daripadanya, dan
dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi. (Surat Ali ‘Imran Ayat 85)
25. Pemikiran Islam memiliki beberapa ciri khas,
antara lain: bersifat komprehensif
(syumuliyyah), luas, praktis (‘amaliy), dan
manusiawi.
1. Kekomprehensifan Pemikiran Islam
Pemikiran Islam mengatur semua aspek
kehidupan manusia, seperti :
Politik,
Sosial kemasyarakatan,
Perekonomian,
Kebudayaan,
dan akhlaq.
26. Islam hadir dengan membawa aturan yang
berkaitan dengan :
1. Hubungan manusia dengan Tuhannya,
2. Dengan dirinya sendiri
3. dan dengan orang lain.
Aturan yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya tercakup dalam aqidah dan ibadah.
Sedangkan aturan yang mengatur hubungan
antara manusia dengan dirinya sendiri tercakup
dalam hukum-hukum tentang makanan, pakaian,
dan akhlaq.
27. َو ْممكَنيِد ْممكَل متْلَمْكَأ َ ْوَيْالَمْعِن ْممكْيَلَع متْمَمْتَأيِت
اًنيِد َ َاْلْسِْال مممكَل ميت ِضَرَو
Pada hari ini telah Aku sempurnakan
untukmu agamamu dan telah kucukupkan
untukmu nikmat-Ku. (QS. Al Maa-idah [5]: 3)
Setelah memahami ayat di atas seorang
muslim tidak boleh menyatakan bahwa, ada
sebagian perbuatan manusia yang tidak ada
status hukumnya dalam Islam.
28. 2. Keluasan Pemikiran Islam
Keluasan pemikiran Islam, disebabkan
karena, para ulama dapat melakukan
istinbath (menggali) hukum-hukum syar’iy
dari nash-nash syara tentang perkara baru
apapun, baik perbuatan maupun benda.
Dalil-dalil syara hadir dalam bentuk gaya
bahasa yang mampu mencakup perkara
apa saja hingga hari kiamat.
29. 3. Pemikiran Islam merupakan Pemikiran yang Bersifat
Praktis (‘Amaliy)
Hukum-hukum Islam hadir untuk diterapkan dan
dilaksanakan di tengah-tengah kehidupan. Manusia
tidak akan dibebani melebihi apa yang dia sanggupi.
Allah berfirman:
ْلْسمو ََّلِإ ًاسْفَن م َّاَّلل مفِلَكمي ََلاَهَع
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai
dengan kesanggupannya. (QS. Al Baqarah [2]: 286).
30. Pada sebagian besar ayat-ayat Al-Qur’an, Allah
swt telah mengkaitkan amal dengan iman seperti
firman Allah:
ِر ۡصَعۡٱلَو١ٍرۡسمخ يِفَل َنََٰسنِ ۡٱل َّنِإ٢َينِذَّٱل ََّلِإ
ِت ََٰحِل ََّٰصٱل ْاوملَِمعَو ْاومنَماَء
Demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam
keadaan merugi, kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal shaleh. (QS. Al ‘Ashr [103]:
1-3).
31. 4. Pemikiran Islam Merupakan Pemikiran Bersifat
Manusiawi
Islam menyeru kepada manusia dalam kapasitasnya
sebagai manusia, tanpa melihat lagi ras atau warna
kulitnya. Firman Allah swt:
ا ُمُكَّبَر ُوادُبْعا ُاسَّنال اَهُّيَأ اَييِذَّال َو ْمُكَقَلَخ يِذَّلْنِم َن
َونُقَّتَت ْمُكَّلَعَل ْمُكِلْبَق
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu,
agar kamu bertakwa,
(QS. Al Baqarah [2]: 21).
32. Firman Allah :
ملمولْسَر يِنِإ ماسَّنال اَهُّيَأ اَي ْلمقْممكْيَلِإ ِ َّاَّلل
Artinya :
Katakanlah: Hai manusia, sesungguhnya
aku (Muhammad) adalah utusan Allah
untuk kalian semua. (TQS. Al A’raaf [7]:
158).
33. Keistimewaan pemikiran Islam dibanding
agama-agama samawi sebelumnya dan
dari pemikiran ‘ciptaan’ manusia adalah:
1. Agama-agama sebelumnya ditujukan
kepada kelompok manusia tertentu dan
jaman tertentu. Sedangkan Islam ditujukan
kepada seluruh manusia hingga hari
kiamat. Para rasul terdahulu (sebelum
Rasulullah saw) diutus khusus untuk
34. 2. Para rasul terdahulu (sebelum Rasulullah
saw) diutus khusus untuk kaum mereka.
Setelah itu, para pengikutnya
mengabaikan risalah rasulnya, dan
merubah pemikiran-pemikirannya, setelah
rasulnya wafat.
Sedangkan Muhammad saw diutus
kepada seluruh umat manusia. Beliau
adalah penutup para Nabi.
35. Risalah-risalah rasul terdahulu hanya
memecahkan beberapa bagian tertentu dari
persolan kehidupan manusia seperti aqidah,
ibadah, hubungan laki-laki dan wanita atau
persoalan makanan.
Sedangkan syari’at Islam hadir untuk
memecahkan seluruh aspek kehidupan
manusia, dan mengatur seluruh interaksi
manusia, baik ‘interaksi’ manusia dengan
Tuhannya, hubungan dia dengan dirinya
sendiri dan interaksinya dengan orang lain.
36. 3. Mu’jizat para rasul terdahulu bersifat
temporal, akan berhenti dan lenyap
bersamaan dengan wafatnya rasul
tersebut. Misalnya, mu’jizat tongkat Nabi
Musa, kemampuan menghidupkan orang
mati yang dimiliki Nabi Isa, mu’jizat Nabi
Sulaiman berupa kemampuannya
menundukkan burung, Jin dan angin.
37. Sedangkan mu’jizat Nabi Muhammad saw
bersifat kekal dan abadi sampai hari
kiamat. Mu’jizat itu berupa Al-Qur’an al-
Kariim yang senantiasa menantang
manusia untuk membuat yang serupa
dengannya. Inilah satu-satunya kitab yang
dijanjikan oleh Allah untuk dipelihara
(dijaga), seperti dalam firmannya:
38. Firman Allah SWT :
َرْكِالذ اَنْلَّزَن منْحَن اَّنِإَونمظِفاَحَل مهَل اَّنِإَو
Artinya :
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan
al Qur’an dan kami pulalah yang akan
menjaganya. (TQS. Al Hijr : 9).
39. 4. Islam berasal dari Pencipta semesta alam.
Dialah Sang Pencipta yang mengetahui dan
memahami karakteristik manusia.
Oleh karena itu, tak seorang pun yang
sanggup membuat sistem yang bersifat
menyeluruh, sempurna dan rinci untuk
mengatur kehidupan manusia layaknya
aturan yang diturunkan oleh Sang Pencipta
kepada manusia.
40. Transformasi yang Dihasilkan oleh Pemikiran Islam di
Dalam Kehidupan Manusia
Pemikiran Islam telah mengubah bangsa Arab dari suatu
kondisi kepada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
Pemikiran Islam juga telah melahirkan revolusi pemikiran di
dalam kehidupan mereka secara keseluruhan.
Sebelumnya, mereka menyembah patung -dengan anggapan
bahwa hal itu dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah-
kemudian beralih pada penyembahan kepada Allah semata.
41. Transformasi yang dihasilkan oleh Islam terhadap manusia yang
mengemban dan mengadopsinya, dapat disimpulkan sebagai berikut
ini:
1. Pemikiran Islam telah mengubah manusia dari penyembahan
terhadap selain Allah seperti patung dan api, kepada
penyembahan terhadap Allah semata.
2. Pemikiran Islam telah mengubah pandangan mereka tentang
kehidupan ttg aqidah Islam, yaitu pemikiran menyeluruh
tentang alam semesta, manusia dan kehidupan, dan apa yang
ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia, serta tentang
hubungan antara kehidupan dunia dengan kehidupan sebelum
dan sesudahnya.
42. 3. Pemikiran Islam telah mengubah ikatan-ikatan
yang ada pada mereka seperti ikatan kepentingan
, kesukuan, dan patriotisme kepada ikatan
ideologis, sebagai sebuah sebuah ikatan yang
langgeng lagi kokoh. Adapun ikatan-ikatan
sebelumnya bersifat temporal dan lemah.
4. Pemikiran Islam telah mengubah tolok ukur
aktivitas kehidupan mereka dari manfaat-egoisme
kepada tolok ukur halal dan haram. Apabila halal,
mereka mengerjakan dan mengamalkannya,
sedangkan jika haram, mereka segera menjauhi
dan membencinya.
43. 5. Pemikiran Islam telah mengubah asas
hubungan kenegaraan. Sebelumnya,
hubungan kenegaraan dibangun di atas
kepentingan-kepentingan materi,
ketamakan dan kepongahan, kemudian
menjadi tegak di atas asas penyebaran
pemikiran Islam dan mengembannya
kepada seluruh umat manusia.
44. 6. Pemikiran Islam telah mengubah persepsi tentang
kebahagiaan pada diri umat. Sebelumnya,
kebahagiaan tercermin dalam pemenuhan
terhadap syahwat dan segala bentuk kenikmatan
dunia.
Setelah itu, persepsi kebahagiaan, beralih kepada
mencari ridha Allah. Akhirnya, mereka tidak takut
akan kematian, dan berharap syahid di jalan Allah.
Sebab, mereka telah memahami bahwa dunia ini
hanyalah jalan menuju akhirat. Ini tercermin pada
firman Allah swt:
lanjut,…………
45. ْال َارَّدال م َّاَّلل َاكَتآ اَميِف ِغَتْباَوَسْنَت ََلَو ۖ َةَر ِخ
َيْنُّدال َنِم َكَبي ِصَنۖ ا
Dan carilah dengan apa-apa yang
diberikan Allah kepadamu akan negeri
akhirat dan jangan lupakan bagianmu di
dunia…
46. ْيَلِإ م َّاَّلل َنَسْحَأ اَمَك ْنِسْحَأَوَداَسَفْال ِغْبَت ََلَو ۖ َكيِف
ممْال ُّب ِمحي ََل َ َّاَّلل َّنِإ ۖ ِضْرَ ْاْلَينِدِسْف
Artinya :
……dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berbuat kerusakan.
48. TERANNSFOTASI YANG DIHASILKAN OLEH
PEMIKIRAN ISLAM DI DALAM KEHIDUPAN
MANUSIA
Pemikiran Islam telah mengubah bangsa Arab dari
suatu kondisi kepada kondisi yang lebih baik dari
sebelumnya. Pemikiran Islam juga telah melahirkan
revolusi radikal di dalam kehidupan mereka secara
keseluruhan.
Sebelumnya, mereka menyembah patung -dengan
anggapan bahwa hal itu dapat mendekatkan diri
mereka kepada Allah- kemudian beralih pada
penyembahan kepada Allah semata.
49. Sebelumnya ikatan kesukuan (ar rabithah al
qabiliyyah) menjadi pengikat satu dengan yang lain.
Kemudian ikatan itu berubah, yakni dengan
menjadikan aqidah Islam sebagai pengikat yang kokoh
di antara mereka.
Demikian juga sebelumnya, kepentingan pribadi dan
suku menjadi tolok ukur di dalam kehidupan mereka.
Kemudian tolok ukut itu berubah, yakni dengan
menjadikan halal dan haram sebagai satu-satunya
tolok ukur bagi mereka.
Pemikiran Islam telah memberikan sifat kepada
mereka dengan sifat-sifat akhlaq yang terpuji, seperti
jujur dalam bertutur, menyambung shilaturrahim, dan
berbuat baik pada tetangga.
50. Pemikiran Islam telah membentuk orang-orang
Arab dan selain Arab sehingga memiliki
kepribadian-kepribadian Islami yang unik, siap
mengorbankan nyawa dan apa saja yang
dimilikinya dalam rangka mengemban risalah
Islam ke seluruh umat manusia.
Contohnya adalah Mush’ab bin ‘Umair yang rela
meninggalkan keluarga dan tanah airnya, serta
kenikmatan hidupnya di kota Mekah demi
menyambut seruan Rasulullah saw yang
memanggilnya untuk pergi ke Madinah al-
Munawwarah.
51. Islam telah mengubah bangsa Arab ke dalam
kehidupan baru yang teratur. Sebuah
kehidupan baru memiliki ciri khas dalam
kehidupan.
Islam juga mengubah bangsa-bangsa yang
telah masuk ke dalam naungan panji Islam.
Akhirnya, Persia dan Romawi meninggalkan
‘aqidah-‘aqidah mereka, dan memeluk aqidah
Islam. Mereka menyatu ke dalam pemikiran
dan kebudayaan (tsaqafah) Islam, serta turut
mengemban dakwah Islam.
52. Pada gilirannya seluruh bangsa melebur
dalam pangkuan Islam.
Mereka menjadi umat yang satu; satu
kesatuan pemikiran, perasaan dan sistem.
Tidak ada perbedaan antara orang Arab
ataupun non-Arab (a’jamiy). Tidak ada
keutamaan antara yang satu dengan
lainnya kecuali atas dasar ketaqwaannya.
53. Transformasi yang dihasilkan oleh
Islam terhadap manusia dapat
disimpulkan seb
agai berikut ini:
1. Pemikiran Islam telah mengubah
manusia dari penyembahan terhadap
selain Allah seperti patung dan api, kepada
penyembahan terhadap Allah semata
54. 2. Pemikiran Islam telah mengubah pandangan
mereka tentang kehidupan, dari cara
pandang yang dangkal menuju cara pandang
yang mendalam lagi jernih. yaitu pemikiran
menyeluruh tentang alam semesta, manusia
dan kehidupan, dan apa yang ada sebelum
dan sesudah kehidupan dunia, serta tentang
hubungan antara kehidupan dunia dengan
kehidupan sebelum dan sesudahnya.
55. 3. Pemikiran Islam telah mengubah ikatan-
ikatan yang ada pada mereka seperti
ikatan kepentingan (al mashlahiyyah),
kesukuan (al qabiliyyah), dan patriotisme
(al wathaniyyah) kepada ikatan ideologis,
sebagai sebuah ikatan yang langgeng lagi
kokoh. Adapun ikatan-ikatan sebelumnya
bersifat temporal dan lemah.
56. 4. Pemikiran Islam telah mengubah tolok
ukur aktivitas kehidupan mereka dari
manfaat-egoisme kepada tolok ukur halal
dan haram. Apabila halal, mereka
mengerjakan dan mengamalkannya,
sedangkan jika haram, mereka segera
menjauhi dan membencinya.
57. 5. Pemikiran Islam telah mengubah asas
hubungan kenegaraan. Sebelumnya,
hubungan kenegaraan dibangun di atas
kepentingan-kepentingan materi,
ketamakan dan kepongahan, kemudian
menjadi tegak di atas asas penyebaran
pemikiran Islam dan mengembannya
kepada seluruh umat manusia.
58. 6. Pemikiran Islam telah mengubah persepsi
tentang kebahagiaan pada diri umat.
Sebelumnya, kebahagiaan tercermin
dalam pemenuhan terhadap syahwat dan
segala bentuk kenikmatan dunia. Setelah
itu, persepsi kebahagiaan, beralih kepada
mencari ridha Allah.
59. Akhirnya, mereka tidak takut akan kematian, dan
berharap syahid di jalan Allah. Sebab, mereka telah
memahami bahwa dunia ini hanyalah jalan menuju
akhirat. Ini tercermin pada firman Allah swt:
ا ُ َّاّلل َاكَتآ اَميِف ِغَتْبا َوَل َو ۖ َةَر ِخ ْاْل َارَّدل
… ُّدال َنِم َكَبي َِصن َسْنَتاَيْن
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi
(QS. Al Qashash [28]: 77)
60. Sumber-sumber pemikiran Islam
merupakan dalil-dalil yang bersifat global
yang darinya digali berbagai hukum syara’.
Sumber-sumber pemikiran Islam harus
berasal dari wahyu yang bersifat pasti
(qath’iy). Artinya, mashdar al-hukmi
(sumber hukum) haruslah pasti sumbernya
(qath’iyy uts tsubuut), yaitu berasal dari
sisi Allah swt Sebab, Allah swt berfirman:
61. ْلِع ِهِب َكَل َْسيَل اَم ُفْقَت َل َوَبْال َو َعْمَّسال َّنِإ ۚ ٌمَرَص
ْنَع َانَك َكِئَٰلوُأ ُّلُك َداَؤُفْال َوًولُئْسَم ُه
Artinya :
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya. (QS. Al Isra [17]:
36).
62. َظ َّلِإ ْمُهُرَثْكَأ ُعِبَّتَي اَم َوُي َل َّنَّالظ َّنِإ ۚ اًّنيِنْغ
َ َّاّلل َّنِإ ۚ اًئْيَش ِقَحْال َنِمَونُلَعْفَي اَمِب ٌميِلَع
Artinya :
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti
kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya
persangkaan itu tidak sedikitpun berguna
untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan. (QS. Yunus [10]: 36).
63. Kaum muslimin telah meyakini dengan
bukti-bukti yang jelas lagi shahih dan
qath’iy bahwa al Qur’an dan as sunnah
merupakan sumber tasyri’ Islam.
Akan tetapi, mereka masih berbeda
pendapat mengenai kehujjahan sumber
hukum yang lain, yaitu: ijma’ shahabat,
qiyas, istihsaan, madzhab shahabat, dan
sebagainya.
64. Defenisi
Al-Qur’an adalah al-kalam al-mu’jiz yang diturunkan
oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw dengan
jalan wahyu. Al-Qur’an sampai kepada kita dengan
periwayatan yang mutaawatir.
Nama-nama Al Qur-an
Kata al-Qur’an diambil dari kata qara-a. Firman Allah
swt:
َنآ ْرُق َو ُهَعْمَج َانْيَلَع َّنِإُه
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu
pandai) membacanya (TQS. Al Qiyaamah[75]: 17)
65. ٓمٓلا
ِف َبۡيَر َل ِبٰتِكۡال ُلۡي ِزۡنَتَلٰعۡال ِبَّر ۡنِم ِهۡيَنۡيِم
Artinya :
Alif Laam Miim. Turunnya al Qur’an yang
tidak ada keraguan atasnya dari Tuhan
Semesta Alam. (QS. As Sajdah[32]: 1-2)
66. َانَقْرمفْال َلَّزَن يِذَّال َكَارَبَتَونمكَيِل ِهِدْبَع َٰىَلَع
ًيرِذَن َينِمَلاَعْلِلا
Artinya :
Maha Suci Allah yang telah menurunkan al
furqan kepada hambanya agar ia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam.
(TQS. Al Furqaan[25]: 1)
67. Untuk menghancurkan aqidah jahiliyyah dan
fanatisme kesukuan yang telah menjadi tabiat
mereka, dan menggantinya dengan takwa
kepada Allah swt.Firman Allah swt:
ِ َّاّلل َدْنِع ْمُكَمَرْكَأ َّنِإْمُكاَقْتَأۚۚ
… Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kalian adalah orang yang paling takwa
di antara kalian (TQS. Al Hujuraat[49]: 13).
68. Sunnah menurut istilah bermakna, segala
sesuatu yang disandarkan pada
Rasulullah saw, baik berupa perkataan
(qawl), perbuatan (fi’l), atau ketetapan
(taqriir)
Sunnah Rasul saw merupakan hujjah
(sumber rujukan) dalam perkara agama
dan salah satu dalil hukum syara’. Al-
Qur’an, sumber pokok dari syari’at Islam,
telah menegaskan kehujjahan Sunnah.
69. Allah swt berfirman:
َن اَمَو مهومذمخَف ملمولْسَّالر مممكاَتآ اَمَومهَتْناَف مهْنَع ْممكاَهوا
…apa saja yang dibawa oleh rasul kepada
kalian maka ambillah, dan apa saja yang
dilarangnya bagi kalian maka
tinggalkanlah… (QS. Al Hasyr[59]: 7).
70. Penjelasan al-Sunnah Terhadap al-Qur’an
Sebagian besar ayat-ayat al-Qur’an
datang dalam bentuk yang umum
(‘aammah), global (mujmalah) dan
muthlaq.