Tafsir merupakan ilmu yang mempelajari makna Al-Quran dengan menjelaskan dan menyingkap ayat-ayatnya. Terdapat beberapa metode tafsir seperti tahlili (analisis ayat per ayat), ijmali (ringkasan makna), muqarin (perbandingan), dan tematik (menghimpun ayat berdasarkan topik). Sejarah tafsir dimulai sejak zaman Nabi Muhammad dengan menanyakan langsung kepada beliau atau mengikuti pen
2. Tafsir berasal dari kata al fusru yang
mempunyai arti al-ibanah wa al-
kasyf (menjelaskan dan menyingkap
sesuatu). Makna ini sesuai dengan
surat Al Furqan ayat 33, “
اَل َواََكنوُتْأَيالَثَمِباَلِإاْئ ِجاَكََٰناِقَحْٱلِبنَاَسْحَأ َواًِيرسْفَت
Menurut pengertian terminologi,
seperti dinukil Al-Hafizh As-
Suyuthi dari Al-Imam Az-
Zarkasyi, tafsir ialah ilmu untuk
memahami kitab
Allah subhaanahu wa ta’ala yang
diturunkan kepada Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, menjelaskan makna-
maknanya, menyimpulkan
hikmah dan hukum-hukumnya.
3. Al-Qur’an diturunkan
kepada Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam melalui malaikat
Jibril dalam bahasa Arab
dengan segala macam
kekayaan bahasanya.
Didalamnya terdapat
penjelasan mengenai dasar-
dasar aqidah, kaidah-kaidah
syari’at, asas-asas perilaku,
menuntun manusia ke jalan
yang lurus dalam berpikir
dan beramal.
Namun, Allah subhaanahu
wa ta’ala tidak memberi
perincian-perincian dalam
masalah-masalah itu
sehingga banyak lafal Al-
Qur’an yang membutuhkan
tafsir, apalagi sering
menggunakan susunan
kalimat yang singkat
namun luas pengertiannya.
Dalam lafazh yang sedikit
saja dapat terhimpun
sekian banyak makna.
Untuk itulah, diperlukan
penjelasan berupa tafsir Al-
Qur’an.
4. Tafsir pada masa
rasulullah saw dan para
sahabat
Tafsir pada masa tabi’in
Tafsir pada masa
modern
5. Sejarah ini diawali pada masa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ketika masih hidup.
Seringkali timbul beberapa perbedaan
pemahaman tentang makna sebuah
ayat. Untuk itu, mereka dapat
langsung menanyakannya pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Secara garis besar, ada
tiga sumber utama yang dirujuk oleh
para sahabat dalam menafsirkan Al-
Qur’an, yaitu:
1. Al-Qur’an itu sendiri,
terkadang satu
masalah yang
dijelaskan secara
global disatu tempat,
dijelaskan secara lebih
terperinci diayat lain.
2. Disaat
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam masih
hidup, para sahabat dapat
bertanya langsung kepada
beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam tentang makna
suatu ayat yang tidak
mereka pahami, atau
mereka berselisih paham
tentangnya.
3. Ijtihad dan pemahaman mereka sendiri, karena
mereka adalah orang-orang Arab asli yang sangat
memahami makna perkataan dan mengetahui aspek
kebahasaannya. Tafsir yang berasal dari para sahabat,
dinilai mempunyai nilai tersendiri menurut jumhur
ulama karena disandarkan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, terutama pada
masalah azbabun nuzul.
6. 1. Dinamai dengan nama ini (dari
kata atsar yang
berarti sunnah, hadist, jejak,
peninggalan) karena dalam
melakukan penafsiran
seorang mufassir menelusuri jejak
atau peninggalan masa lalu dari
generasi sebelumnya terus sampai
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam.
2. Contoh Tafsir bir ra'yi dalam Tafsir
Jalalain:
“ إنِم َنََٰسنِ إٱْل َقَلَخقَلَع ” (Surat Al Alaq: 2)
Kata 'alaq disini diberi makna dengan
bentuk jamak dari lafaz 'alaqah yang
berarti segumpal darah yang kental.
3. Yaitu penafsiran tidak berlandasan
zhahir lafadz tapi dengan mencari isyarat
tersembunyi
Dalil : kisah umar dan ibnu abbas
Hukumnya : boleh dengan syarat
1. Tidak bertentangan dengan makna
ayat
2. Makna harus benar
3. Bisa dirasakan dengan lafadz
4. Talazum (sesuai) dengan makna ayat
1. Tafsir bi al-Ma`tsur
2. Tafsir bi ar-Ra'yi
3. Tafsir Isyari
7. Metode Tahlili (Analitik)
Metode Ijmali (Global)
Metode Muqarin
Metode Maudhu’i (Tematik)
8. Metode Tahlili (Analitik)
Metode ini adalah yang paling tua dan paling sering digunakan.
Menurut Muhammad Baqir ash-Shadr, metode ini, yang ia sebut sebagai
metode tajzi'i, adalah metode yang mufasir-nya berusaha menjelaskan
kandungan ayat-ayat Al-Qur'an dari berbagai seginya dengan
memperhatikan runtutan ayat Al-Qur'an sebagaimana tercantum dalam
Al-Qur'an.
Tafsir ini dilakukan secara berurutan ayat demi ayat kemudian
surat demi surat dari awal hingga akhir sesuai dengan susunan Al-
Qur'an. Dia menjelaskan kosakata dan lafazh, menjelaskan arti yang
dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur-
unsur i’jaz, balaghah, dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa
yang dapat diambil dari ayat yaitu hukum fiqih, dalil syar’I, arti secara
bahasa, norma-norma akhlak dan lain sebagainya.
9. Metode Ijmali (global)
Metode ini berusaha menafsirkan Al-
Qur’an secara singkat dan global, dengan
menjelaskan makna yang dimaksud tiap kalimat
dengan bahasa yang ringkas sehingga mudah
dipahami.
Urutan penafsiran sama dengan metode
tahlili, namun memiliki perbedaan dalam hal
penjelasan yang singkat dan tidak panjang lebar.
Keistimewaan tafsir ini ada pada kemudahannya
sehingga dapat dikonsumsi oleh tiap lapisan dan
tingkatan ilmu kaum muslimin.
10. Tafsir ini menggunakan
metode perbandingan
antara ayat dengan ayat,
atau ayat dengan hadits
atau antara pendapat-
pendapat para ulama
tafsir, dengan
menonjolkan perbedaan
tertentu dari obyek yang
diperbandingkan itu.
Metode Muqarran
11. Metode Maudhu’i (Tematik)
Tafsir berdasarkan tema, yaitu memilih
satu tema dalam Al-Qur'an untuk kemudian
menghimpun seluruh ayat Al-Qur'an yang
berkaitan dengan tema tersebut baru kemudian
ditafsirkan untuk menjelaskan makna tema
tersebut.
Metode ini adalah metode tafsir yang
berusaha mencari jawaban Al-Qur'an dengan cara
mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang
mempunyai tujuan satu, yang bersama-sama
membahas topik atau judul tertentu dan
menertibkannya sesuai dengan masa turunnya
selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian
memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan
penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan
dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat
lain kemudian mengambil hukum-hukum darinya.