3. Historiografi Medis
•Sampai saat ini spesialisasi penulisan sejarah medis
lebih kepada dokter daripada sejarawan.
•Penulis tanpa latar belakang medis dianggap tidak
memiliki dasar.
•Pada tahun 2000-2001, penulis yang memiliki latar
belakang medis menurun jumlahnya dari 50% (1960-
1961) menjadi 13%. Sedangkan sejarawan meningkat
dari 47% menjadi 78%.
•Para sejarawan lebih tertarik dalam membicarakan
tema yang beranekaragam (diversitas) daripada suatu
perubahan penting.
4. Sumber-Sumber yang dipakai dalam
Penulisan Sejarah Medis Hindia Belanda
• Orang-orang Eropa
Melihat dari satu sisi. Graham Irwin dalam artikelnya yang berjudul
‘Dutch historical sources” memastikan bahwa sumber orang-orang
Belanda, baik resmi maupun personal, memang kebanyakan fokus
kepada pemerintah kolonial dan kehidupan orang-orang Eropa,
namun juga berisi informasi tentang masyarakat non-Eropa.
• Penduduk asli
Pada abad ke-19 tulisan-tulisan mengenai pribumi mulai muncul
Tijdschrift voor Inlandsche Geneeskundigen (1893-1922) . Isu
pertama (Eijkman) membahas tentang memenuhi kebutuhan
mendesak dokter djawa untuk tetap pada bidangnya dan
memperluas wawasannya.
Terdapat beberapa sumber pribumi yang ditulis oleh golongan elit
pribumi, atau bahkan bangsawan sebagai memoar akhir
khayatnya. Hanya ada satu observasi yang ditulis rinci seperti buku
harian, yaitu karya Soepomo.
5. Pasar Medis
•Pengobatan medis perumpamaannya seperti supply
(penawaran) dan demand (permintaan) pada Medical
Market (Pasar Medis).
•Terdapat beranekaragam bentuk pengobatan
alternatif yang tersedia, sehingga disebut pasar.
6. Pasar Medis
• Faktor yang menentukan pasar :
sosial-budaya dan sosial ekonomi
Dari sisi permintaan perawatan (pasien)pasar
medis adalah seluruh pilihan konsultasi dan
pengobatan yang tersedia dan bermacam-macam,
baik perawatan diri maupun intervensi kekuatan
gaib
Dari sisi penawaran (praktitsi), model pasar lebih
fokus di popularitas dan kompetisi.
7. Pasar Medis
• Faktor yang menentukan pasar :
sosial-budaya dan sosial ekonomi
Dari sisi permintaan perawatan (pasien)pasar
medis adalah seluruh pilihan konsultasi dan
pengobatan yang tersedia dan bermacam-macam,
baik perawatan diri maupun intervensi kekuatan
gaib
Dari sisi penawaran (praktitsi), model pasar lebih
fokus di popularitas dan kompetisi.
8.
9. Model Pasar Medis di Hindia
Belanda
•Masyarakat multikultural
•Dalam masyarakat, faktor sosial-budaya
mempengaruhi perdagangan antara individu dan
kelompok. → Animisme
•Butuh perantara untuk berkomunikasi untuk
menerjemahkan faktor sosial-budaya dalam proses
“bernegosiasi” antara pasien dengan praktisi.
10. Pengambilan Kebijakan Kolonial
•Kebijakan Kolonial
•SistemTanam Paksa untuk merevitalisasi keuangan
pasca Perang Diponegoro.
•Dasar dari kebijakan kolonial selanjutnya : pemerintah
koloni harus untung tanpa mengeluarkan (sedikit)
modal sama sekali.
12. Latar Belakang
•Awalnya, usaha kesehatan pada masa Belanda
hanya ditujukan untuk kepentingan pemerintah
kolonial
•Seiring berjalannya waktu, Belanda membentuk
organisasi dan sekolah-sekolah di bidang kesehatan
•Tahap demi tahap usaha kesehatan yang bertujuan
untuk kepentingan kolonial berubah haluan untuk
kepentingan masyarakat umum
13. Perkembangan Organisasi Kesehatan
( 1800-1911 )
•Pembentukan Jawatan KesehatanTentara
(Militair Geneeskundige Dienst) tahun 1808
•Dikeluarkannya izin khusus untuk pegawai sipil
dalam mendapatkan fasilitas kesehatan di
rumah sakit tentara
•Usulan membangun Jawatan Kesehatan Sipil
tahun 1809
14. Perkembangan Organisasi
Kesehatan
•Peraturan pertama untuk Jawatan Kesehatan
Sipil dikeluarkan tahun 1820
•Penggabungan antara jawatan militer dan sipil
tahun 1827
•Pemisahan kembali jawatan militer dan sipil
tahun 1882
•Jawatan Kesehatan Rakyat ( Burgerlijke
Geneeskundige Dient ) resmi berdiri
•Tahun 1925 BDG berubah nama menjadi DVG
(Dienst derVolksgezondheid)
15. Perkembangan Jawatan
Kesehatan Sipil
•Pada awal pembentukannya, Jawatan Kesehatan
Sipil mengalami perkembangan lambat dalam
meningkatkan kesehatan penduduk pribumi
•Pada awalnya dipimpin oleh Inspektur Kepala yang
Inspektur wakil kepala, 3 orang Inspektur, dan 5
orang Ajung
•Perubahan struktur Jawatan Kesehatan Sipil,
dipimpin Kepala Jawatan dan dibantu dinas-dinas
khusus
16. Badan-Badan Hasil Perkembangan
Jawatan Kesehatan Sipil
•Lembaga PembuatanVaksin Cacar ( 1879 ) dan
Lembaga Pasteur ( 1896 )
•Laboratium Kesehatan Pusat (Centraal Geneeskundig
Laboratorium) tahun 1887
•Balai Penyelidikan Air Bersih tahun 1922
•Biro Malaria tahun 1924
•Lembaga Kanker tahun 1927
17. Undang-Undang Kesehatan Pada
Masa Kolonial
•Peraturan mengenai Jawatan Rakyat
•Perundang-undangan (dalam bentuk ordonasi)
mengenai wabah sampar, kolera, cacar, difteria, dan
tifus tahun 1911
•Ordonasi karantina tahun 1911
•Perundang-undangan pemeriksaan mayat orangAsing-
Timur tahun 1916
•Ordonasi Jemaah Haji tahun 1922
18. Keadaan Kesehatan Di Masa
Kolonial
•Tahun 1814 Angka Kematian 70%, penyebab utama
diare dan demam
•Tahun 1912 pendataan kematian penduduk pribumi
muali teratur
•Tahun 1936 angka kematian Jawa-Madura sekitar 18-20
%, di kota besar %, penduduk Eropa 10 %
•Tahun 1933 terdapat 340 dokter pribumi
•Pertumbuhan penduduk dari 0.2 % rata-ratanya
menurutAnthony reid pada masa pre modern, menjadi
0.5-1.5% tergantung daerahnya pada pertengahan abad
19
20. Pendidikan Dokter
• Pada tahun 1851, di Weltevreden dibangun sekolah pendidikan bagi
pemuda pribumi untuk menjadi “ Dokter Jawa “
• Tugas awalnya adalah sebagai dokter pembantu yang memberi
pengobatan dan vaksin cacar
• Sekolah Dokter Jawa berganti nama menjadi STOVIA, dan
lulusannnya bergelar Inlandsche Arts yang berarti Dokter Pribumi
• Tahun 1913 sekolah kedokteran kedua dibuka di Surabaya yang
bernama NIAS
• Karena tujuan utama Belanda memberikan pendidikan dokter
untuk membantu, maka dokter-dokter lulusan STOVIA dan NIAS
sulit untuk menduduki jabatan dokter yang sesungguhnya
21. Pendidikan Dokter
•Tahun 1927, para dokter lulusan STOVIA dan NIAS
bekerja sama dengan mantan direktur STOVIA dan
NIAS mendirikan PerguruanTinggi Kedokteran
•STOVIA pada 1927 diubah menjadi GHS
(Geneeskundige Hoogeschool), yang menawarkan
Pendidikan setara universitas dengan gelar arts dan
bukan lagi dokter jawa maupun Inlandsche/Indische
Artsen
•Sedangkan lulusan NIAS setelah ada GHS tetap
Indische Arts
22. PendidikanTenaga Paramedik
• Pendidikan Mantri Cacar tahun 1820
• Pendidikan Bidan tahun 1851
• Tenaga Perawatan Berijasah Eropa
• Pendidikan Mantri Malaria
• PendidikanAnalist tahun 1919
• PendidikanApotheker
• PendidikanAsistenApotheker
24. Tipe Kegiatan Kesehatan
Preventif
Sosialisasi dan
pelatihan Kebersihan
Vaksinasi
Kusta
Malaria
Cacar
Pest
Kolera
Trachoma
TBC
Kuratif
PerawatanTradisional
Pengobatan Barat
(Western Medicine)
Pencampuran antara
keduanya dari
penelitian barat
25. Institusi Kesehatan
Masa Kolonial
Pada 1939 terdapat :
6 RS Sentral Pemerintah
2 RS Provinsial Pemerintah
1 RS Lokal Pemerintah
bersubsidi
60 RS tanpa subsidi
62 RS di daerah Semi
otonom pribumi
95 RS Swasta bersubsidi
17 RS kontrak di daerah
semi otonom pribumi
(dikompensasi pemerintah
untuk merawat pasien
miskin)
34 RS Kontrak Swasta
2 RS Kontrak di bawah
badan pemerintah
238 RS Swasta tidak
bersubsidi
Klinik-klinik dengan dokter
berizin praktik pribadi
26. Jumlah orang per dokter
• DataTahun 1938 dari Indische
Verslag
• Menunjukkan perbedaan antara
daerah perkotaan dan sekitarnya
• Walaupun proporsi masyarakat
dan dokter kurang, memang
masih ada pengobatan tradisional
• Sering digunakan sistem satu
dokter dalam suatu daerah,
dengan dikelilingi klinik-klinik yang
dijaga oleh asisten (berupa mantri,
dll)
28. Sumber
Murakami, Saki. 2015. Call for Doctors! Uneven Medical Provision and
the Modernization of State Health Care during the Decolonization of
Indonesia, 1930s-1950s. Brill Publisher.
Hesselink, Liesbeth. 2011. Healers on the Colonial Market. Brill
Publisher
Boomgaard, Peter. 1993. The Development of Colonial Health Care in
Java; an Exploratory Introduction. Brill Publisher
Bosma, Ulbe. 2015. Smallpox,Vaccinations, and Demographic
Divergences in Nineteenth-Century Colonial Indonesia. Brill Publisher
Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Sejarah Kesehatan Nasional Indonesia.
Departemen Kesehatan RI
30. Pertanyaan
• Tirza : Bagaimana pola makan masyarkat pribumi pada waktu itu ?
Karena Indonesia beragam, maka kultur masyarakatnya berbeda-beda. Kalau di
masyarakat Jawa memang sederhana dan (sulit) untuk mendapatkan makanan.
Masakan gudeg yang manis dinetralisir dengan makanan pendamping lainnya.
“Jangan makan malam, makan sore”. Artinya, masyarakat sudah mulai sadar
kesehatan. Berbeda dengan di Sumatra, khususnya di Aceh yang beranggapan bahwa
yang disebut makan adalah dengan sajian yang lengkap dengan ikan dan sebagainya.
• Yasa : Bentuk obat? Tergantung kebutuhannya (penyakitnya). #buku : Health
Cultur -> kapan pertama kali sabun di gunakan (etimologi dari bahasa Prancis),
WC (water close) - toilet (bhs prancis dulu digunakan sebagai bahasa
internasional karena bahasanya lebih eksak. Mau jadi diplomat? Leh uga.
Peran jamu tradisional : nyonya Meneer berdiri sejak 1912.
• Hilmy :Apakah RS swasta dikelola oleh bangsa barat? Swasta ini khusus untuk
keuntungan?
Bukan hanya perkebunan namun juga pertambangan (abad ke-20). Pertambangan
meyediakan RS (kalau pegawai sakit, dsb).
• Lika : Apakah dokter pribumi belajar khusus kedokteran barat atau ditambah
kearifan lokal ?
• Pada awalnya tidak ada dlm kurikulum, namun seiring dengan berjalannya waktu
dipelajari juga kearifan lokal.
31. • Heuristik
• Tidak boleh percaya pada satu sumber.
• Ada tahapan2 khusus agar bisa masuk ke tahapan verifikasi (karena ada
sumber yang sudah tidak berlaku lagi). Fakta & data. Apa yang dilihat itu
data. Setelah diproses menjadi fakta. Contoh : “pagi yang cerah ada dua
kapal yang datang”, padahal itu kejadiannya pada musim dingin →
intinya jangan menambah-nambahkan sesuatu demi menyenangi
pembaca. Sejarah harus mengacu pada data.
• Bukan bermakna kumpulkan sebanyak-banyaknya. Intervatirisir dulu.
Daftar isi : misalnya ada colonial verslaag berversi2, mereka punya
benang merah, so dalam daftar pustaka harus di tulis (misal)
dua2nya/semua versi.
•