SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
BAB I 
SEJARAH KADERISASI 
PELAJAR ISLAM INDONESIA 
Kaderisasi sebagai kebutuhan organisasi dan pembinaan ummat telah dirasakan sejak masa kelahiran Pelajar Islam Indonesia 
(PII). Pada masa awal kelahiran kegiatan kaderisasi dilakukan dengan spontanitas dan terkesan seadanya. Seiring dengan 
perkembangan organisasi maka bentuk kegiatan kaderisasi mengalami penyesuaian dan penyempurnaan yang berlangsung 
terus menerus secara gradual. Secara kronologis perjalanan dan pasang surut kegiatan kaderisasi itu bisa kita kategorikan 
dalam beberapa tahap. 
A. TAHAP PERINTISAN (1952-1958) 
Kegiatan kaderisasi pertama kali dilaksanakan pada tanggal 1-10 Juni 1952 dengan nama Latihan Kader. Pelaksanaannya 
belum dirancang secara konsepsional dengan menggunakan sistem dan metode yang baku. Penceramah dicari sesaat sebelum 
jadwal ceramah dilangsungkan. Konsekuensinya materi cenderung disesuaikan dengan penceramah yang bersangkutan. 
Prawoto Mangkusasmito dan Mohammad Roem sebagai pimpinan puncak Masyumi waktu itu berkesempatan men yampaikan 
ceramah. Kehadiran dua tokoh ini membawa konsekuensi tersendiri dalam perkembangan dan warna peran Pelajar Islam 
Indonesia (PII) di kemudian hari. 
Walaupun dilaksanakan secara sederhana dengan tingkat persiapan yang kurang memadai, setidaknya Latihan Kader telah 
meletakkan fondasi konsep kaderisasi PII. Latihan Kader ini menjadi acuan dan pendorong bagi penyelenggaraan kaderisasi 
berikutnya. Secara periodik dalam setiap penyelenggaraan Latihan Kader yang dilangsungkan setelah itu, selalu dilaku kan 
penyempurnaan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan tantangan yang dihadapi organisasi dan masyarakat. 
B. TAHAP IDENTIFIKASI & PERUMUSAN (1958-1963) 
Tahap ini diawali dengan penyelenggaraan Seminar Latihan Kepemimpinan tanggal 17-19 Oktober 1958. Perumusan dan 
penyusunan sistem dan metode dilakukan oleh sebuah Tim Perumus yang terdiri dari Mukti Ali (mantan Menteri Agama), 
Hariri Hadi (Pengurus Perguruan Islam Al-Azhar/mantan pejabat Bappenas) dan Zabidin Yacob (mantan pejabat Deperin). 
Penyusunan sistem dan metode ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman mengikuti Youth Leaders Training dan Student Work 
Camp. Hal ini terlihat dengan dipakainya metode Dynamic Group sebagai metode utama. Rumusan dari Tim Perumus itu 
kemudian diseminarkan dan menghasilkan Sistem dan Metode Latihan Kepemimpinan. Selanjutnya rumusan ini disyahkan 
pada Konbes V tanggal 28 Desember 1958 - 2 Januari 1959 di Madiun. 
Berdasarkan pedoman di atas dilaksanakan program kaderisasi secara menyeluruh yang kemudian berkembang secara luas ke 
setiap daerah. Salah satu perkembangan tersebut adalah pelaksanaan Leadership Training di Pesantren seperti di Gontor 
(1959), Tebuireng (1959, 1961), Sukabumi (1960), Tasikmalaya (1961) dan Kotabaru, Pontianak (1961). Karena tingkat 
kebutuhan masyarakat Pelajar di lingkungan Pesantren berbeda dengan tingkat kebutuhan masyarakat pelajar umum maka 
konsep dan pelaksanaan Leadership Training di daerah-daerah pesantren ini kemudian berkembang menjadi Mental Training. 
Melihat perkembangan di atas maka dilakukan upaya penyempurnaan sistem dan metode serta konsep kaderisasi secara agak 
menyeluruh. Pada tahun 1961 diselenggarakan seminar yang menghasilkan Sistem dan Metode Mental Training dan sekaligus 
dihasilkan pula Sistem dan Metode Perkampungan Kerja Pelajar (PKP) sebagai konsep pembinaan dan latihan kepemudaan. 
Dalam kedua sistem tersebut terdapat penyempurnaan Dynamic Group. Disamping itu yang sangat penting adalah terjadinya 
pengembangan orientasi dari perubahan mental (mental change) dan pengembangan mental (mental development) menjadi 
pembentukan sikap mental (mental attitude) yang Islami. 
C. MASA KRISTALISASI (1963-1979) 
Setelah dua tahun pelaksanaan kaderisasi dengan sistem dan metode di atas berlangsung, kebutuhan untuk menyempurnakan 
sistem dan metode tersebut masih dirasakan. Maka secara berurutan diselenggarakan seminar PKP di Cipasir, Cicalengka, 
April 1963 menghasilkan Sistem dan Metode PKP yang disempurnakan, seminar Mental Trainig di Rancaekek, Bandung, Juni 
1963 menghasilkan sistem dan Metode Mental Training yang disempurnakan, dan Seminar Leadership Training di 
Yogyakarta, Desember 1963 menghasilkan Sistem dan Metode Leadership Training yang disempurnakan serta Pedoman 
Kader yang berisi; Dasar Pembentukan Kader, Pengertian, Fungsi dan Status, Kepribadian, Hak dan Kewajiban, serta Tingkat 
dan Atribut Kader. 
Hasil-hasil seminar di atas kemudian disyahkan menjadi konsep kaderisasi PII yang baru. Secara ringkas tinjauan masing - 
masing jenis training tersebut terurai dalam pembahasan berikut: 
1. Leadership Training 
Jenis training ini menjadi induk program kaderisasi PII yang diarahkan pada upaya pembentukan kader yang 
berkepribadian dinamik melalui jalan : 
a. Menanamkan kesadaran peserta untuk memahami, menghayati, meyakini dan memperjungkan Islam sebagai 
pedoman hidup (way of life). 
b. Mengubah dan mengembangkan jiwa peserta ke arah jiwa yang penuh dinamika, sehingga memiliki sifat -sifat utama 
(9 sifat) dan memiliki kecakapan untuk memimpin dan menggerakkan anggota untuk berjuang baik di dalam wadah 
PII maupun di tengah masyarakat. Leadership Training dilaksanakan dalam dua jenjang yaitu tingkat dasar dan 
tingkat lanjut. 
2. Mental Training 
Sebagaimana disebutkan diatas jelas bahwa sesungguhnya Mental Training adalah pengembangan Leadership Training 
yang diselenggarakan di pesantren atau masyarakat yang taat melaksanakan ajaran Islam. Sehingga secara prinsip tidak 
ada perbedaan yang esensial antara Mental Training dan Leadership Training. Yang membedakan hanyalah spesifikasi 
tujuan Mentra yaitu : Menciptakan keharmonisan hidup di kalangan pelajar Islam untuk mencapai Izzul Islam wal 
muslimin melalui usaha:
a. Menghapuskan jurang pemisah antara pelajar umum dan pelajar madrasah / pesantren. 
b. Mengusahakan agar masing-masing saling mengisi kekurangannya. 
c. Mengajak peserta untuk memperlajari dan mengerti ajaran Islam. 
d. Menggembleng peserta dengan tempaan iman, Islam dan ihsan. 
e. Membentuk pemimpin yang berjiwa kuat. 
f. Memupuk, memelihara dan mengembangkan rasa cinta pelajar terhadap ajaran Islam dan ummat Islam. 
Spesifikasi tujuan ini membawa konsekuensi pada penambahan materi ajaran Islam. Dalam pelaksanaan dan 
pengembangan materi ini diarahkan untuk memberikan keseimbangan pengetahuan dan penghayatan agama terhadap 
pelajar di sekolah umum dan memberikan pengalaman langsung hidup di lingkungan pesantren. Sehingga Mentra 
kemudian lebih ditujukan untuk pelajar sekolah umum. Dengan demikian materi Mentra hampir sama dengan materi 
Leadership Training, hanyalah kedalaman muatan yang membedakan. 
Mentra dilaksanakan dalam jenjang Mentra Dasar dan Mentra Dakwah. Mentra Dasar lebih berorientasi pada pengenalan 
wawasan ajaran Islam serta penghayatan tradisi masyarakat Islam. Sedang Mentra Dakwah berorientasi pada pendalaman 
ajaran Islam dan praktek dakwah Islam. Namun demikian dalam pelaksanaannya tidak ada perbedaan yang jelas antara 
dua jenjang Mentra tersebut. Sehingga dalam praktiknya sangat tergantung pada tingkat kebutuhan dan kesiapan masing-masing 
wilayah. 
3. Perkampungan Kerja Pelajar 
PKP pada awalnya merupakan program pengabdian sosial dan kemasyaratan PII. Kemudian dikembangkan menjadi salah 
satu jenis training untuk memikul beban kaderisasi. Oleh karenanya materi-materinya juga hampir mirip dengan materi 
Leadership Training, namun model kegiatannya yang berbeda. Peserta diterjunkan ke masyarakat dengan dititipkan 
kepada satu keluarga untuk tinggal bersama. Disamping itu juga harus menyusun kegiatan bersama untuk masyarakat 
dengan memanfaatkan segala potensinya dan sekaligus berusaha mendorong dinamika masyaraka t ke arah terbentuknya 
masyarakat Islami. 
PKP dibagi menjadi dua jenjang yaitu PKP Dasar dan PKP Dakwah. Untuk tingkat dasar dipilihkan masyarakat yang 
sudah baik pengalaman ajaran Islamnya. Dengan demikian peserta lebih banyak belajar dar i masyarakat tersebut. 
Sebaliknya untuk tingkat Dakwah dipilihkan masyarakat yang masih awam sehingga peserta lebih banyak kesempatan 
untuk berbakti dan berdakwah mendorong masyarakat agar mampu mengamalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. 
Dengan dirumuskannya pedoman kaderisasi seperti di atas maka PII berlangsung program training dalam tiga jalur berupa 
Leadership Training, Mental Training dan Perkampungan Kerja Pelajar. Dengan beragamnya model Training ini membuat 
aktifitas kaderisasi semakin tinggi. Namun demikian semakin dirasakan adanya duplikasi antar model Training sehingga perlu 
diselenggarakan evaluasi dan penyempurnaan konsep kaderisasi. 
Kebutuhan akan penyempurnaan konsep kaderisasi menjadi sangat mendesak. Hal ini disebabkan oleh perkembangan serta 
perubahan tantangan yang dihadapi PII berlangsung demikian cepat. Untuk maksud tersebut PB PII menyelenggarakan 
Musyawarah Kader dan Coaching Instruktur (MUKACI) di Pekalongan, pada tanggal 20-27 Agustus 1967. Disamping untuk 
penyempurnaan sistem dan metode, MUKACI juga berfungsi untuk mengantisipasi problem aktual yang dihadapi PII pada 
saat itu. Dalam penyelenggaraan acara ini berhasil merumuskan Sistem dan Metode Training PII yang meliputi: 
1. Pemantapan Strategi Training 
Karena model training yang dilakukan terdiri dari tiga jenis maka masing-masing membutuhkan cara penanganan yang 
agak berbeda. Untuk itu perlu pemantapan pada strategi penggarapan masing -masing jenis training terutama penggunaan 
metode. 
2. Kurikulum Training 
Untuk merespon dan mengantisipasi perubahan dan tantangan yang dihadapi PII maka dipandang perlu menyempurnakan 
materi-meteri training. Dengan demikian penyempurnaan kurikulum ini banyak pada penyempurnaan materi tersebut. 
Diantaranya pada kurikulum Mentra lebih diarahkan untuk menjawab problem dan tantangan ajaran Islam berupa 
keragaman pemahaman keagamaan akibat pengaruh Kebijakan Islam dan Kolonial Belanda dahulu. Keragaman itu 
meyebabkan lemahnya persatuan ummat Islam yang ditandai dengan munculnya golongan -golongan, kekaburan 
pemahaman tentang Islam dan munculnya aliran pemikiran dalam Islam. Untuk menjawab problem tersebut dirumuskan 
materi untuk mendalami Al Qur’an sebagai sumber ajaran, sejarah pertumbuhan Islam dan sejarah munculnya corak dan 
ragam aliran. 
3. Hubungan Antar Jenis Training 
Dengan adanya metode training yang berbeda maka perlu dirumuskan hubungan masing-masing jenis training tersebut. 
Masing-masing mempunyai konsentrasi dan penekanan namun berada dalam satu sistem, sehingga masing -masing jenis 
itu saling menunjang. 
Namun masih ada yang tersisa dari Mukaci yaitu belum tuntasnya pembahasan dan perumusan tentang sistem dan metode 
masing-masing jenis training, sehingga hanya merekomendasikan sistem dan metode yang sudah ada dan dipakai selama 
ini. Dengan demikian Mukaci Pekalongan belum dapat menyempurnakan sistem dan metode kaderisasi. 
Setelah pedoman kaderisasi hasil Mukaci diterapkan selama tujuh tahun lebih kekurangan itu semakin dirasakan. Untuk 
itu bersamaan dengan Sidang Dewan Pleno Nasional (SDPN) tahun 1974 dilakukan p embahasan untuk upaya 
penyempurnaan sistem dan metode kaderisasi. Pembahasan ini tidak tuntas hanya menghasilkan rekomendasi: 
a. Penyelenggaraan training dasar dengan nama training kepribadian sebagai basis seluruh training PII. 
b. Memakai kembali pedoman tentang sistem dan metode training hasil Mukaci Pekalongan.
c. Diharapkan PB PII untuk menyelenggarakan acara pertemuan Instruktur Nasional untuk melakukan penyempurnaan 
konsep kaderisasi secara umum maupun konsep training secara khusus. 
LAT 
PKP 
LBT 
MENTRA 
E. MASA KONSOLIDASI (1979-1985) 
Dari rekomendasi SDPN tahun 1974 maka diselenggarakan Pekan Orientasi Instruktur Nasional (POIN) di Cibubur, 
Jakarta, April 1979. Pengurus Besar PII membentuk Tim Perumus yang terdiri dari Mohammad Jauhari, Hazim Abdullah 
Umar, Taufiq Dahlan dan Masyhuri Amin Muhri untuk mempersiapkan rumusan konsepsi kaderisasi yang disempurnakan. 
Tim Perumus berhasil menyempurnakan dan sekaligus melakukan kajian-kajian teoritik tentang Sistem dan Metode 
Training PII. Rumusan tersebut disepakati dalam POIN 1979 dengan garis besar keputusan: 
1. Fungsi Training 
Training mempunyai fungsi sebagai media kaderisasi formal yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari 
kaderisasi informal berupa program-program PII lainnya. Sebagai media kaderisasi formal training menjadi tumpuan 
utama untuk menghasilkan kader PII untuk kepentingan perjuangan organisasi dan ummat Islam. 
2. Karakteristik Kader dan Orientasi Training 
Kader yang akan dihasilkan melalui proses training akan mempunyai 12 sifat dan 8 kemampuan dan kesiapan. 
Karakter kader yang demikian diharapkan mampu menjawab tantangan dan memecahkan problem PII dan ummat 
Islam sehingga bisa menjaga misi dan eksistensi PII dalam rangka izzul Islam wal muslimin. 
Tantangan dan problem PII dan ummat Islam dapat diklasifikasikan dalam 8 orientasi (kecenderungan) dan 
selanjutnya akan menjadi orientasi training PII. Kedelapan orientasi tersebut adalah : 
a. Problem Ideologi 
b. Problem Kepemimpinan 
c. Problem Pendidikan 
d. Problem Sosial 
e. Problem Keadministrasian (organisasi) 
f. Problem Ke-PII-an 
g. Problem Sikap dan Tingkah Laku 
h. Problem Cara Berfikir 
3. Penyempurnaan tujuan dan penjenjangan training 
Dalam rangka mengemban fungsi kaderisasi formal, training difokuskan pada masalah Kepemimpinan yang ditopang 
dengan pemahaman masalah sosial kemasyarakatan (dengan sample masyarakat desa) dan masalah pendidikan agama 
Islam (dengan sample masalah khilafiyah baik aqidah maupun fiqih). 
Atas dasar pemikiran di atas maka training dibagi dalam 3 jenis yaitu; 
a. Leadership Training dengan fokus pada masalah kepemimpinan yang terdiri dari; tingkat dasar (Leadership 
Basic Training) dan tingkat lanjut (Leadership Advanced Training). 
b. Mental Training dengan fokus pada masalah pendidikan agama Islam sebagai bekal ruhiyah untuk menghadapi 
tantangan ideologis. 
c. Perkampungan Kerja Pelajar dengan fokus pada masalah sosial kemasyarakatan. 
Tujuan masing-masing jenis training di atas adalah: 
a. Leadership Basic Training 
Terbentuknya kader PII yang menjawab tantangan dan problem organisasi PII tingkat lokal maupun regional dan 
mampu memahami problem PII dan ummat Islam tingkat nasional. 
b. Leadership Advanced Training 
Terbentuknya kader PII yang menjawab tantangan dan problem organisasi PII dan ummat Islam tingkat regional 
maupun nasional, dan mampu memahami problem kepemimpinan ummat Islam dalam dunia internasional. 
c. Mental Training (Mentra) 
Terbentuknya kader PII yang mampu menjawab problem ajaran Islam dan tantangan ajaran lainnya yang 
dihadapi ummat Islam Indonesia untuk mendapatkan kerahmatan dari Allah Swt. dan perkembangan syiar Islam 
d. Perkampungan Kerja Pelajar (PKP) 
Terbentuknya kader PII yang mampu mengintegrasikan diri dan mempelopori masyarakat untuk menjawab 
tantangan dan problem kemasyarakatan ke arah terwujudnya desa sejahtera yang diridhoi Allah Swt. (qaryah 
thayyibah wa rabbun ghafur). 
Semua jenis training tersebut idealnya ditempuh seluruhnya dengan mekanisme dan jenjang seperti tergambar dalam 
bagan berikut:
4. Pengembangan Metode dan Teknik Training 
Untuk melengkapi pemahaman penggunaan metode Group Dynamic dilakukan kajian teoritik dan menyadur buku 
Achieving in People; Some Aplication of Group Dynamic Theory, Darwin Cartwright, terbitan Reprinted from Human 
Relation., Vol. IV, No. 4, 1951. Kemudian dirumuskan teori pengelolaan kelompok dan penerapannya dalam training 
PII. Atas dasar itu maka penggunaan metode dalam training PII; Group Dynamic (GD), Informative Dyamic (ID) dan 
Interview. Dari penggunaan metode di atas dalam pelaksanaan training digunakan teknik-teknik personal 
intoduction, expectation, case study, clossing session dan written assignment. 
Dalam rangka penajaman dan pendalaman pemahaman terhadap hasil POIN 1979 dan upaya tindak lanjutnya 
kamudian diselenggarakan Coaching Intruktur Nasional (CIN) di Jakarta 1982 yang telah menghasilkan: 
a. Keseragaman pemahaman dan pendalaman metode Group Dynamic. 
b. Perumusan silabus training. 
c. Perlunya penyempurnaan silabus training. 
Rekomendasi tersebut didasarkan pada oenyusunan silabus saat ini belum dilakukan secara mendasar dan 
komprehensif serta antis ipatif terhadap tuntutan perubahan, disebabkan keterbatasan persiapan dan waktu 
pembahasan. 
Selanjutnya diselenggarakan Latihan Teknik Dinamik Grup Nasional (LTDGN) untuk mempertajam pemahaman 
tentang metode dan teknik. Latihan ini dilaksanakan pada akhir Desember 1982 sampai awal Januari 1983, bertempat 
di Universitas Islam Asy-Syafi’iyah (UIA), Jatiwaringin Jakarta, yang menghasilkan: 
a. Diperkenankan teknik-teknik baru dalam pelaksanaan Dinamik Grup seperti Personal Intoduction, Ice Breker 
(pemeceah kebekuan), Pengalaman Berstruktur, Creative Thingking (berpikir kreatif), dan Sharing Ideas (bagi-bagi 
gagasan). 
b. Direkomendasikannya kemungkinan teknik-teknik tersebut dipakai dalam training sesuai dengan kebutuhan. 
c. Direkomendasikannya penyusunan buku panduan training. 
Sebagai upaya menindaklanjuti hasil CIN dan LTDGN serta untuk merespon perubahan kebutuhan training PII maka 
diselenggarakan Musyawarah Instruktur Nasional (MIN) di PP Darussalam, Tegineneng, Bandar Lampung 1985. Hal 
yang dihasilkan dari MIN adalah sebagai berikut: 
a. Tersusunnya buku panduan Leadership Basic Training (LBT) yang terdiri dari; materi, ruang lingkup 
pembahasan, target dan indikator, waktu, metode, langkah-langkah, dan pengantar telaah kasul (Case Study). 
b. Direkomendasikan kepada PB PII dan beberapa PW untuk membahas dan menyusun panduan Mentra, PKP dan 
LAT dan Pendidikan Intruktur (PI) yang drafnya sudah dipersiapkan dalam MIN. 
c. Direkomendasikannya pemakaian buku LBT dalan training konvensional PII. 
Ketidaktuntasan pembahasan di MIN ini menimbulkan beberapa implikasi dalam pelaksanaan. Pada masing-masing 
Pengurus Wilayah menyikapi secara berbeda. Ada yang beranggapan hanya panduan LBT yang sudah boleh 
digunakan sementara panduan jenis training lainnya menggunakan hasil POIN 1979. Sementara ada Pengurus 
Wilayah yang melaksanakan dengan menggunakan draf yang belum disepakati dalam MIN Lampung sebagai 
pedoman training Mentra. PKP, dan LAT. Kondisi ini menciptakan polarisasi dan keragaman pelaksanaan training 
di masing-masing Pengurus Wilyah. 
F. MASA RESISTENSI (1985-1991) 
Sikap PII terhadap penerapan UU No. 8 Tahun 1985 tentang Ormas membawa pengaruh yang serius terhadap pelaksanaan 
training PII. Paradigma yang melatarbelakangi konsep dan sistem training yang dipakai PII selama ini didasarkan pada 
asas legal-formal. Pergeseran pola gerakan dari asas legal-formal ke informal menyebabkan PII harus mencari alternatif 
gerakan termasuk bidang kaderisasi. Kendala eksternal yang dialami PII menyulitkan pencapaian target dan tujuan 
training. Upaya untuk menyesuaikan pola training sesuai dengan situasi eksternal dan tantangan organisasi kemudian 
memunculkan rumusan sistem training alternatif. 
PB PII merumuskan konsep pembinaan Sebelas Bintang Satu Matahari Plus Rembulan pada akhir tahun 1985. Lewat 
paket ini kita mengenal bentuk pembinaan melalui: 
1. Training Konvensional yang terdiri dari : LBT, Mentra, PKP dan LAT 
2. Training Alternatif yang terdiri dari Bimbingan Keilmuan dan Kepelajaran I (BKK I) / Forum Pacu Study (Forpadi), 
BKK II, BKK III, Studi Islam Awal Mula (SIAM) I, SIAM II, SIAM III, Latihan Hubungan Manusia (LHM) I, LHM 
II) 
3. Training Khusus yang terdiri dari Training Tingkat Dasar (TTD) dan Training Tingkat Lanjut (TTL) PII Wati serta 
Latihan Brigade Tingkat Dasar (LBTD) dan Latihan Brigade Tingkat Lanjut (LBTL). 
Di samping itu mulai disosialisasikan program pembinaan kader pasca training berupa Gerakan Usrah dan Gerakan Amal 
Shaleh (GAS). Gerakan Usrah mempunyai maksud dan tujuan untuk memberikan pemahaman tentang nilai-nilai diniyah. 
Sedangkan GAS dititik beratkan pada upaya pembudayaan sikap hidup muslim sehari-hari. 
Semula paket training alternatif disusun untuk mengantisipasi jika paket training konvensional tidak bisa dilaksanakan 
karena kendala eksternal (legal-formal). Namun ternyata training konvensional tetap bisa dijalankan walaupun dengan 
beberapa modifikasi, sementara secara bersamaan training alternatif juga dilaksanakan. Akibatnya berkembang dua jalur 
training dalam kegiatan kaderisasi PII sehingga terjadi duplikasi dalam konsep kaderisasi. 
G. MASA REKONSTRUKSI (1991-1996) 
Kondisi informal PII dan kondisi kaderisasi sebagai akibat situasi eksternal tersebut mengharuskan kita untuk melakukan 
evaluasi mendasar terhadap kegiatan kaderisasi. Konsep kaderisasi menurut POIN ‘79 dan MIN ‘85 belum menyertakan 
“pola pembinaan” pasca training. Dengan demikian pembinaan kader pasca training diserahkan sepenuhnya kepada
masing-masing pengurus baik pengurus wilayah, daerah mapun komisariat. Masing-masing eselon kepengurusan tersebut 
tidak memungkinkan menyusun program dan paket kegiatan continue dan baku. Sehingga kegiatan pembinaan kader 
bersifat pragmatis dan sporadis tergantung dari tingkat aktivitas masing-masing eselon kepengurusan. Seiring dengan 
menurunnya kondisi dan aktivitas kepengurus an maka kegiatan pembinaan kader makin tidak terkontrol. Kondisi ini 
menyebabkan pola jalur dan jenjang training tidak sepenuhnya bisa dijalankan dengan baik. Banyak kader pasca Batra 
yang menghilang dan tidak aktif. 
Kegiatan training dan proses kaderisasi yang dialami PII semakin hari semakin merosot baik secara kuantitatif maupun 
kulitatif. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan dan dapat mengancam eksistensi PII lebih lanjut. Maka sudah saatnya 
dipikirkan bagaimana melakukan penyempurnaan secara komprehensif menyangkut aspek-aspek fundamental kaderisasi 
PII melalui pendekatan kebutuhan objektif. Konsep ta`dib merupakan solusi terhadap masalah-masalah kaderisasi tersebut 
yang telah direkomendir oleh Muktamar ke-19 di Garut, Desember 1992. Konsep ini dipersiapkan dalam lokakarya Tim 
Kecil Pengurus Besar PII di Ponpes Pabelan pada bulan Ramadlan 1411/1991. 
Menindaklanjuti rekomendasi Muktamar tersebut maka mulai dilakukan proses penyusunan konsep Ta`dib. Secara 
berturut-turut dan intensif diproses melalui forum-forum khusus yang diadakan untuk kepentingan ini baik pada tingkat PB 
maupun Forum Nasional. Proses penyusunan ini ternyata memakan waktu yang cukup lama. Di tingkat PB PII 
dilaksanakan Sarasehan terbatas BPPT, Rapat Kerja BPPT dan Raker serta Rakor PB. 
Untuk mengantisipasi kebutuhan pola pembinaan pasca training sekaligus menjadi faktor utama dalam mempertahankan 
eksistensi PII yang tercermin dari kepengurusan yang semakin menurun maka PB PII segera membuat pola Ta’lim. 
Sementara itu untuk membuat konsep pelatihan PB PII melakukan peninjauan terhadap training. Keduanya kemudian 
dilaksanakan dalam bentuk Lokakarta, masing-masing Lokakarya Ta’lim dan Semiloka Pelatihan. 
1. Lokakarya Ta’lim Nasional 
Lokakarya diselenggarakan pada November 1993 di Islamic Center Bekasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk 
melakukan sosialisasi dan pembahasan tentang konsep dan panduan Ta’lim. Penyelenggaraan acara berangkat dari 
kebutuhan yang paling mendesak untuk segera merealisir pembinaan lewat jalur Ta`lim sebagai bagian dari konsep 
Ta`dib. Lokakarya tersebut berlangsung kurang optimal karena tanpa didahului dengan perencanaan yang matang 
sehingga pembahasan mengenai posisi dan konsepsi jalur Ta`lim dalam perspektif Ta`dib mengundang persepsi 
yang berbeda antara PB PII dengan PW yang hadir. Akibatnya tidak didapatkan titik kesepakatan sehingga tindak 
lanjut dari acara tersebut tidak seperti yang diharapkan. 
Dengan kata lain lokakarya tidak menghasilkan rekomendasi bagaimana penerapan konsep Ta’lim dan panduan 
kegiatan Ta’lim di wilayah-wilayah. Masing-masing Pengurus Wilayah mempunyai alternatif sendiri tentang pola 
Ta’lim yang kemudian dalam proses pemecahan masalah pembinaan menjadi sangat beragam. Hal itu tidak 
mengurangi semangat awal untuk terus melakukan upaya pembinaan dengan paket Ta’lim. Secara de fakto Ta’lim 
berjalan dengan sendirinya walaupun beberapa wilayah ada pula yang kesulitan dan sama sekali tidak berjalan 
kegiatan Ta’lim. 
2. Semiloka Training 
Semiloka (Seminar dan Lokakarya) dilaksanakannya menjelang Muktamar ke-20 pada 21-23 Januari 1995 di Jakarta 
kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan evaluasi terhadap penerapan konsep training sekaligus untuk mencari 
masukan bagi penyempurnaan konsep training dalam merumuskan konsep kaderisasi PII perspektif Ta`dib. 
Terhitung sejak MIN di Lampung 1985 PII secara nasional belum sempat lagi melakukan kajian secara komprehensip 
terhadap konsep dan pola kaderisasi. Untuk itu Semiloka diadakan, dalam rangka melakukan tinjauan terhadap semua 
perangkat training PII mulai dari MUKACI (Musyawarah Kader dan Coaching Instruktur ) di Pekalongan 1967, 
POIN (Pekan Orientasi Instruktur Nasional) ‘79, dan MIN (Musyawarah Instruktur Nasional ) di Lampung 1985. 
Evaluasi selama lebih kurang 12 tahun itu konsep kaderisasi PII khususnya training baru dapat diagendakan. 
Memang terasa cukup berat untuk melakukan tinjauan dengan maksud evaluasi dan penyusunan ulang tentang konsep 
kaderisasi PII yang utuh, kendatipun usaha tersebut tidak dilakukan secara detail, namun tinjauan makro dicoba 
dilakukan dengan segala konsekuensi-konsekuensinya, antara lain aspek pendalaman historis dan filosofis masih 
sangat terasa kurang. Sekali lagi karena ini faktor kebutuhan maka evaluasi itu merupakan suatu keharusan. 
Berangkat dari kesadaran bahwa evaluasi yang sifatnya komprehensif dan makro itu maka PB PII melalui Tim 
semiloka melakukan kegiatan pendahuluan sebelum pelaksanaan Semiloka. Tim melakukan diskusi reguler sebanyak 
tiga kali, dengan mengundang nara sumber antara lain : Utomo Dananjaya, Hasyim Umar, dan Usep Fathudin. Dari 
diskusi Tim tersebut diharapkan Semiloka dapat menghasilkan target yang optimal. 
Seminar yang bertema “Pelatihan dan Pengembangan SDM” dalam upaya mengakomodasi berbagai pemikiran yang 
perlu menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan kebutuhan pembinaan dan pengembangan SDM, dalam hal ini 
kaderisasi PII dalam menyusun Ta`dib. Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui seminar tersebut antara lain: 
a. Mengidentifikasi dan merumuskan tantangan serta peluang pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan SDM 
yang berkaitan denagn organisasi Pelajar Islam dan kelembagaan ummat Islam secara umum. 
b. Menghimpun pemikiran sekitar model-model alternatif pelatihan dan pola pengembangan SDM dalam rangka 
pembinaan masyarakat pelajar. 
c. Menyusun pola dan strategi pelatihan sebagai bahan penyempurnaan Sistem dan Metode Pelatihan PII. 
Setelah seminar dilanjutkan dengan Lokakarya dengan tiga agenda utama yaitu: 
a. Rekonstruksi orientasi pelatihan PII. 
b. Alternatif sistem pelatihan PII. 
c. Pengembangan materi pelatihan PII.
Lokakarya dihadiri oleh 13 PW, menandakan bahwa sebagian besar PW sangat memerlukan tentang perlunya 
rekonstruksi pola kaderisasi PII mengingat kondisi kaderisasi selama ini berjalan apa adanya, sementara PII sudah 
mulai akan berhadapan dengan berbagai masalah baru yang lebih kompleks. Beberapa masalah mendasar dalam 
pedoman training sempat dibahas dan dievaluasi serta diperoleh rekomendasi bagi penyempurnaan konsep training. 
Kesepakatan yang diperoleh dari Lokakarya tersebut adalah menindaklanjuti beberapa hal yang menyangkut upaya 
penataan sistem dan pola kaderisasi PII yaitu dengan melakukan kajian lanjutan tentang Profil Pelatihan PII, Silabus 
dan kurikulum, rekonstruksi pelatihan PII dan merumuskan pokok-pokok pikiran terhadap konsep Ta’dib. Hasil dari 
Lokakarya ini kemudian dibawa ke Muktamar ke-20 namun karena keterbatasan waktu dan prioritas pembahasan 
tidak sempat diagendakan secara khusus. 
Dalam situasi semacam ini PB PII hasil Muktamar ke-20 kemudian memprioritaskan penyeles aian dan 
penyempurnaan konsep Ta`dib. Untuk keperluan tersebut dibentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Ta`dib. 
Secara spesifik badan ini diberikan mandat untuk melengkapi, mengembangkan, menata -ulang konsep Ta`dib 
sehingga menghasilkan pola pembinaan atau konsep kaderisasi PII secara komprehensif, sistematis, tetapi sekaligus 
aplicable. 
Selama kurun waktu transisi PB PII melakukan rekonstruksi konsep kaderisasi, pelaksanaan training di wilayah-wilayah 
tetap berjalan namun dengan pedoman yang berbeda-beda. Perbedaan itu makin banyak karena kondisi yang 
berbeda di setiap wilayah. Sehingga boleh dikatakan pelaksanaan training tidak mempunyai standar yang baku secara 
nasional. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan bagi kaderisasi PII secara keseluruhan. Untu k itu kebutuhan 
terhadap pembakuan pedoman kaderisasi menjadi sangat mendesak untuk segera dilakukan. 
PORTANAS 
Untuk membahas Ta’dib lebih lanjut diadakan Pekan Orientasi Ta’dib Nasional (PORTANAS) pada 1-4 Maret 1997 di 
Semarang, Jawa Tengah. Forum ini dimaksudkan untuk sosialisasi awal Ta’dib sekaligus pembahasan untuk menghimpun 
masukan bagi penyempurnaan konsep Ta’dib. 
Dalam Portanas ini telah diajukan kerangka sistem kaderisasi PII yang baru (lihat bagan sistem dalam Bab IV) sebagai 
penyempurnaan sistem yang dihasilkan di POIN 1979. Disamping itu juga diajukan draf Pedoman dan Silabus Training 
dan Ta’lim, sedangkan konsep Kursus dan panduan-panduannya belum bisa diajukan karena belum bisa diselesaikan. 
Karena belum lengkapnya konsep yang diajukan pembahasan menjadi tidak optimal, dan disepakati akan dibahas kembali 
sebelum disahkan sebagai sistem kaderisasi PII yang baru. 
LOKAKARYA INSTRUKTUR NASIONAL (LIN 98) 
Muktamar Nasional PII ke-21 mengamanatkan PB PII periode 1998-2000 untuk mengadakan forum pembahasan final 
konsep Ta’dib sebagai sistem kaderisasi PII yang baru. Paling lambat empat bulan setelah terbentuknya kepengurusan PB 
PII periode 1998-2000 forum tersebut harus sudah dilaksanakan. Karena itu PB PII periode tersebut menjadikan 
penyempurnaan dan penyelesaian konsep Ta’dib sebagai prioritas programnya. 
Dan pada 20-26 November 1998 diadakanlah Lokakarya Instruktur Nasional (LIN) di Pandaan, Jawa Timur. LIN 98 ini 
diikuti oleh para Instruktur PII se-tanah air sebagai forum yang diamanatkan oleh Muknas ke-21. Dan alhamdulillah 
forum tersebut berhasil membahas dan merumuskan penyempurnaan konsep Ta’dib sebagai sistem kaderisasi PII yang 
baru. 
Adapun hal-hal yang dapat dirumuskan dalam forum tersebut adalah sebagai berikut: 
1. Buku Induk Kaderisasi PII yang berisi; Sejarah Kaderisasi PII, Konsepsi Dasar Ta’dib, Orientasi Ta’dib, Sistem 
Ta’dib, Pedoman Manajemen dan Administrasi Ta’dib. 
2. Pedoman Training dan Panduan-Panduan Training (Batra, Intra, dan Advantra). 
3. Pedoman Ta’lim dan Panduan-Panduan Ta’lim (Awwal, Wustho, dan ‘Ali). 
4. Pedoman Kursus. 
5. Panduan-Panduan Kursus Pra-Batra. 
6. Panduan Kursus Pasca Batra (Latihan Manjemen Dasar). 
7. Panduan-Panduan Kursus Pasca Intra (Latihan Manajemen Strategis, Pendidikan Mu’alim, Pendidikan Pemandu 
Kursus, dan Perkampungan Kerja Pelajar). 
8. Panduan Kursus Pasca Advantra (Pendidikan Instruktur). 
9. Pola Kaderisasi Brigade PII. 
10. Pola Kaderisasi PII Wati.

More Related Content

What's hot

Perbandingan Administrasi Negara Antara Negara China Dan Indonesia
Perbandingan Administrasi Negara  Antara Negara China Dan Indonesia Perbandingan Administrasi Negara  Antara Negara China Dan Indonesia
Perbandingan Administrasi Negara Antara Negara China Dan Indonesia Siti Sahati
 
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)ECPAT Indonesia
 
PERIZINAN ANGKUTAN UMUM DAN SPIONAM (2).pptx
PERIZINAN ANGKUTAN UMUM DAN SPIONAM (2).pptxPERIZINAN ANGKUTAN UMUM DAN SPIONAM (2).pptx
PERIZINAN ANGKUTAN UMUM DAN SPIONAM (2).pptxadriandunda2
 
Mempertegas kepeloporan pemuda [seminar kepemudaan hmi]
Mempertegas kepeloporan pemuda [seminar kepemudaan hmi]Mempertegas kepeloporan pemuda [seminar kepemudaan hmi]
Mempertegas kepeloporan pemuda [seminar kepemudaan hmi]IAIN syekh Nurjati Cirebon
 
DISINTEGRASI YANG BERKAITAN DENGAN KEPENTINGAN PRIBADI DAN GOLONGAN
DISINTEGRASI YANG BERKAITAN DENGAN KEPENTINGAN PRIBADI DAN GOLONGANDISINTEGRASI YANG BERKAITAN DENGAN KEPENTINGAN PRIBADI DAN GOLONGAN
DISINTEGRASI YANG BERKAITAN DENGAN KEPENTINGAN PRIBADI DAN GOLONGANSMK Negeri 1 Palopo
 
Tokoh Orde Baru dan Peranan Pentingnya
Tokoh Orde Baru dan Peranan PentingnyaTokoh Orde Baru dan Peranan Pentingnya
Tokoh Orde Baru dan Peranan PentingnyaTriana Zulfa
 
demokrasi 1959-1965
demokrasi 1959-1965demokrasi 1959-1965
demokrasi 1959-1965dinda_you
 
Bab 5 upaya pemberantasan korupsi
Bab 5 upaya pemberantasan korupsiBab 5 upaya pemberantasan korupsi
Bab 5 upaya pemberantasan korupsidanianggara
 
Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi BangsaPerjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi BangsaDavid Adi Nugroho
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)Haristian Sahroni Putra
 
Revisi rancangan proyek perubahan
Revisi rancangan  proyek perubahanRevisi rancangan  proyek perubahan
Revisi rancangan proyek perubahanIoWibisono
 
Makalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikanMakalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikanmuhammad anshori
 
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)ECPAT Indonesia
 
Kelas 8 BAB Sistem pemerintahan indonesia
Kelas 8 BAB Sistem pemerintahan indonesiaKelas 8 BAB Sistem pemerintahan indonesia
Kelas 8 BAB Sistem pemerintahan indonesiaAdhitong_
 
Perhimpunan Al Irsyad
Perhimpunan Al Irsyad Perhimpunan Al Irsyad
Perhimpunan Al Irsyad Adi Susanto
 
Ukbm 4 2 Hubungan Struktural dan fungsional
Ukbm 4 2 Hubungan Struktural dan fungsionalUkbm 4 2 Hubungan Struktural dan fungsional
Ukbm 4 2 Hubungan Struktural dan fungsionalradar radius
 
Angkatan Perang Ratu Adil
Angkatan Perang Ratu AdilAngkatan Perang Ratu Adil
Angkatan Perang Ratu AdilDewi Ghaliza
 

What's hot (20)

Perbandingan Administrasi Negara Antara Negara China Dan Indonesia
Perbandingan Administrasi Negara  Antara Negara China Dan Indonesia Perbandingan Administrasi Negara  Antara Negara China Dan Indonesia
Perbandingan Administrasi Negara Antara Negara China Dan Indonesia
 
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
 
KELOMPOK 11 (XII-MIPA 2).pptx
KELOMPOK 11 (XII-MIPA 2).pptxKELOMPOK 11 (XII-MIPA 2).pptx
KELOMPOK 11 (XII-MIPA 2).pptx
 
Soal otda
Soal otdaSoal otda
Soal otda
 
PERIZINAN ANGKUTAN UMUM DAN SPIONAM (2).pptx
PERIZINAN ANGKUTAN UMUM DAN SPIONAM (2).pptxPERIZINAN ANGKUTAN UMUM DAN SPIONAM (2).pptx
PERIZINAN ANGKUTAN UMUM DAN SPIONAM (2).pptx
 
Mempertegas kepeloporan pemuda [seminar kepemudaan hmi]
Mempertegas kepeloporan pemuda [seminar kepemudaan hmi]Mempertegas kepeloporan pemuda [seminar kepemudaan hmi]
Mempertegas kepeloporan pemuda [seminar kepemudaan hmi]
 
DISINTEGRASI YANG BERKAITAN DENGAN KEPENTINGAN PRIBADI DAN GOLONGAN
DISINTEGRASI YANG BERKAITAN DENGAN KEPENTINGAN PRIBADI DAN GOLONGANDISINTEGRASI YANG BERKAITAN DENGAN KEPENTINGAN PRIBADI DAN GOLONGAN
DISINTEGRASI YANG BERKAITAN DENGAN KEPENTINGAN PRIBADI DAN GOLONGAN
 
Tokoh Orde Baru dan Peranan Pentingnya
Tokoh Orde Baru dan Peranan PentingnyaTokoh Orde Baru dan Peranan Pentingnya
Tokoh Orde Baru dan Peranan Pentingnya
 
demokrasi 1959-1965
demokrasi 1959-1965demokrasi 1959-1965
demokrasi 1959-1965
 
Bab 5 upaya pemberantasan korupsi
Bab 5 upaya pemberantasan korupsiBab 5 upaya pemberantasan korupsi
Bab 5 upaya pemberantasan korupsi
 
Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi BangsaPerjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)
 
Revisi rancangan proyek perubahan
Revisi rancangan  proyek perubahanRevisi rancangan  proyek perubahan
Revisi rancangan proyek perubahan
 
Negara dan Konstitusi
Negara dan KonstitusiNegara dan Konstitusi
Negara dan Konstitusi
 
Makalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikanMakalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikan
 
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)Modul 2  - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
Modul 2 - Eksploitasi Seksual Anak (KPPPA)
 
Kelas 8 BAB Sistem pemerintahan indonesia
Kelas 8 BAB Sistem pemerintahan indonesiaKelas 8 BAB Sistem pemerintahan indonesia
Kelas 8 BAB Sistem pemerintahan indonesia
 
Perhimpunan Al Irsyad
Perhimpunan Al Irsyad Perhimpunan Al Irsyad
Perhimpunan Al Irsyad
 
Ukbm 4 2 Hubungan Struktural dan fungsional
Ukbm 4 2 Hubungan Struktural dan fungsionalUkbm 4 2 Hubungan Struktural dan fungsional
Ukbm 4 2 Hubungan Struktural dan fungsional
 
Angkatan Perang Ratu Adil
Angkatan Perang Ratu AdilAngkatan Perang Ratu Adil
Angkatan Perang Ratu Adil
 

Similar to Sejarah kaderisasi pii

Pengakaderan Partai Keadilan Sejahtera
Pengakaderan Partai Keadilan SejahteraPengakaderan Partai Keadilan Sejahtera
Pengakaderan Partai Keadilan SejahteraMuhamad Yogi
 
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad SAW.pdf
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad SAW.pdfImplementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad SAW.pdf
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad SAW.pdfSARIVARASH
 
Pengembangan kurikulum powerpoint
Pengembangan kurikulum powerpointPengembangan kurikulum powerpoint
Pengembangan kurikulum powerpointArin Kristiani
 
Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan IslamIlmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islampita pulungan
 
Makalah manajemen kurikulum pada lembaga pendidikan islam ifa
Makalah manajemen kurikulum pada lembaga pendidikan islam ifaMakalah manajemen kurikulum pada lembaga pendidikan islam ifa
Makalah manajemen kurikulum pada lembaga pendidikan islam ifaIffa Dewi
 
Ppt manajemen khusnul kotimah
Ppt   manajemen khusnul kotimahPpt   manajemen khusnul kotimah
Ppt manajemen khusnul kotimahKhusnul Kotimah
 
Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...
Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...
Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...zarkonitanjung
 
Pengembangan model pembelajaran_pai_berbasis_tutorial
Pengembangan model pembelajaran_pai_berbasis_tutorialPengembangan model pembelajaran_pai_berbasis_tutorial
Pengembangan model pembelajaran_pai_berbasis_tutorialtarbiyahuinsas
 
RESUME_MAKALAH_FILSAFAT_KEL.7.pdf
RESUME_MAKALAH_FILSAFAT_KEL.7.pdfRESUME_MAKALAH_FILSAFAT_KEL.7.pdf
RESUME_MAKALAH_FILSAFAT_KEL.7.pdfUlfa Izzah
 
PDSPK GMKI'2006
PDSPK GMKI'2006PDSPK GMKI'2006
PDSPK GMKI'2006gerakantpi
 
@@-BKK.1 - Pengertian & Cakupan-Sutarto.pptx
@@-BKK.1 - Pengertian & Cakupan-Sutarto.pptx@@-BKK.1 - Pengertian & Cakupan-Sutarto.pptx
@@-BKK.1 - Pengertian & Cakupan-Sutarto.pptxRezaSetyawan1
 
HAKIKAT METODE PENDIDIKAN DALAM ISLAM
HAKIKAT METODE PENDIDIKAN DALAM ISLAMHAKIKAT METODE PENDIDIKAN DALAM ISLAM
HAKIKAT METODE PENDIDIKAN DALAM ISLAMMuksal Mina
 
filsafatpendis Heris Hermawan, M.Ag.pdf
filsafatpendis Heris Hermawan, M.Ag.pdffilsafatpendis Heris Hermawan, M.Ag.pdf
filsafatpendis Heris Hermawan, M.Ag.pdfAhmadSyaifudinZuhri1
 
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- erita tri yustinianigsih
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- erita tri yustinianigsihManajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- erita tri yustinianigsih
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- erita tri yustinianigsihmahmudi moedy
 
admin,+Journal+manager,+47+5733-10470-1-SM (1).pdf
admin,+Journal+manager,+47+5733-10470-1-SM (1).pdfadmin,+Journal+manager,+47+5733-10470-1-SM (1).pdf
admin,+Journal+manager,+47+5733-10470-1-SM (1).pdfTUWIRCLASS
 
Makalah bimbingan konseling
Makalah bimbingan konselingMakalah bimbingan konseling
Makalah bimbingan konselingNilna Ma'Rifah
 
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdfMateri Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdfHasanBasri321358
 

Similar to Sejarah kaderisasi pii (20)

Pengakaderan Partai Keadilan Sejahtera
Pengakaderan Partai Keadilan SejahteraPengakaderan Partai Keadilan Sejahtera
Pengakaderan Partai Keadilan Sejahtera
 
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad SAW.pdf
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad SAW.pdfImplementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad SAW.pdf
Implementasi Strategi Pembelajaran Nabi Muhammad SAW.pdf
 
Sejarah bk
Sejarah bkSejarah bk
Sejarah bk
 
Pengembangan kurikulum powerpoint
Pengembangan kurikulum powerpointPengembangan kurikulum powerpoint
Pengembangan kurikulum powerpoint
 
Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan IslamIlmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam
 
Makalah manajemen kurikulum pada lembaga pendidikan islam ifa
Makalah manajemen kurikulum pada lembaga pendidikan islam ifaMakalah manajemen kurikulum pada lembaga pendidikan islam ifa
Makalah manajemen kurikulum pada lembaga pendidikan islam ifa
 
Ppt manajemen khusnul kotimah
Ppt   manajemen khusnul kotimahPpt   manajemen khusnul kotimah
Ppt manajemen khusnul kotimah
 
Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...
Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...
Prof. maisah, m.pd.i suhairi edi wardani riview jurnal managemen pesanteren d...
 
Pengembangan model pembelajaran_pai_berbasis_tutorial
Pengembangan model pembelajaran_pai_berbasis_tutorialPengembangan model pembelajaran_pai_berbasis_tutorial
Pengembangan model pembelajaran_pai_berbasis_tutorial
 
RESUME_MAKALAH_FILSAFAT_KEL.7.pdf
RESUME_MAKALAH_FILSAFAT_KEL.7.pdfRESUME_MAKALAH_FILSAFAT_KEL.7.pdf
RESUME_MAKALAH_FILSAFAT_KEL.7.pdf
 
File
FileFile
File
 
PDSPK GMKI'2006
PDSPK GMKI'2006PDSPK GMKI'2006
PDSPK GMKI'2006
 
@@-BKK.1 - Pengertian & Cakupan-Sutarto.pptx
@@-BKK.1 - Pengertian & Cakupan-Sutarto.pptx@@-BKK.1 - Pengertian & Cakupan-Sutarto.pptx
@@-BKK.1 - Pengertian & Cakupan-Sutarto.pptx
 
HAKIKAT METODE PENDIDIKAN DALAM ISLAM
HAKIKAT METODE PENDIDIKAN DALAM ISLAMHAKIKAT METODE PENDIDIKAN DALAM ISLAM
HAKIKAT METODE PENDIDIKAN DALAM ISLAM
 
filsafatpendis Heris Hermawan, M.Ag.pdf
filsafatpendis Heris Hermawan, M.Ag.pdffilsafatpendis Heris Hermawan, M.Ag.pdf
filsafatpendis Heris Hermawan, M.Ag.pdf
 
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- erita tri yustinianigsih
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- erita tri yustinianigsihManajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- erita tri yustinianigsih
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- erita tri yustinianigsih
 
admin,+Journal+manager,+47+5733-10470-1-SM (1).pdf
admin,+Journal+manager,+47+5733-10470-1-SM (1).pdfadmin,+Journal+manager,+47+5733-10470-1-SM (1).pdf
admin,+Journal+manager,+47+5733-10470-1-SM (1).pdf
 
Makalah bimbingan konseling
Makalah bimbingan konselingMakalah bimbingan konseling
Makalah bimbingan konseling
 
G000060008
G000060008G000060008
G000060008
 
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdfMateri Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
 

Recently uploaded

alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 

Recently uploaded (20)

alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 

Sejarah kaderisasi pii

  • 1. BAB I SEJARAH KADERISASI PELAJAR ISLAM INDONESIA Kaderisasi sebagai kebutuhan organisasi dan pembinaan ummat telah dirasakan sejak masa kelahiran Pelajar Islam Indonesia (PII). Pada masa awal kelahiran kegiatan kaderisasi dilakukan dengan spontanitas dan terkesan seadanya. Seiring dengan perkembangan organisasi maka bentuk kegiatan kaderisasi mengalami penyesuaian dan penyempurnaan yang berlangsung terus menerus secara gradual. Secara kronologis perjalanan dan pasang surut kegiatan kaderisasi itu bisa kita kategorikan dalam beberapa tahap. A. TAHAP PERINTISAN (1952-1958) Kegiatan kaderisasi pertama kali dilaksanakan pada tanggal 1-10 Juni 1952 dengan nama Latihan Kader. Pelaksanaannya belum dirancang secara konsepsional dengan menggunakan sistem dan metode yang baku. Penceramah dicari sesaat sebelum jadwal ceramah dilangsungkan. Konsekuensinya materi cenderung disesuaikan dengan penceramah yang bersangkutan. Prawoto Mangkusasmito dan Mohammad Roem sebagai pimpinan puncak Masyumi waktu itu berkesempatan men yampaikan ceramah. Kehadiran dua tokoh ini membawa konsekuensi tersendiri dalam perkembangan dan warna peran Pelajar Islam Indonesia (PII) di kemudian hari. Walaupun dilaksanakan secara sederhana dengan tingkat persiapan yang kurang memadai, setidaknya Latihan Kader telah meletakkan fondasi konsep kaderisasi PII. Latihan Kader ini menjadi acuan dan pendorong bagi penyelenggaraan kaderisasi berikutnya. Secara periodik dalam setiap penyelenggaraan Latihan Kader yang dilangsungkan setelah itu, selalu dilaku kan penyempurnaan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan tantangan yang dihadapi organisasi dan masyarakat. B. TAHAP IDENTIFIKASI & PERUMUSAN (1958-1963) Tahap ini diawali dengan penyelenggaraan Seminar Latihan Kepemimpinan tanggal 17-19 Oktober 1958. Perumusan dan penyusunan sistem dan metode dilakukan oleh sebuah Tim Perumus yang terdiri dari Mukti Ali (mantan Menteri Agama), Hariri Hadi (Pengurus Perguruan Islam Al-Azhar/mantan pejabat Bappenas) dan Zabidin Yacob (mantan pejabat Deperin). Penyusunan sistem dan metode ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman mengikuti Youth Leaders Training dan Student Work Camp. Hal ini terlihat dengan dipakainya metode Dynamic Group sebagai metode utama. Rumusan dari Tim Perumus itu kemudian diseminarkan dan menghasilkan Sistem dan Metode Latihan Kepemimpinan. Selanjutnya rumusan ini disyahkan pada Konbes V tanggal 28 Desember 1958 - 2 Januari 1959 di Madiun. Berdasarkan pedoman di atas dilaksanakan program kaderisasi secara menyeluruh yang kemudian berkembang secara luas ke setiap daerah. Salah satu perkembangan tersebut adalah pelaksanaan Leadership Training di Pesantren seperti di Gontor (1959), Tebuireng (1959, 1961), Sukabumi (1960), Tasikmalaya (1961) dan Kotabaru, Pontianak (1961). Karena tingkat kebutuhan masyarakat Pelajar di lingkungan Pesantren berbeda dengan tingkat kebutuhan masyarakat pelajar umum maka konsep dan pelaksanaan Leadership Training di daerah-daerah pesantren ini kemudian berkembang menjadi Mental Training. Melihat perkembangan di atas maka dilakukan upaya penyempurnaan sistem dan metode serta konsep kaderisasi secara agak menyeluruh. Pada tahun 1961 diselenggarakan seminar yang menghasilkan Sistem dan Metode Mental Training dan sekaligus dihasilkan pula Sistem dan Metode Perkampungan Kerja Pelajar (PKP) sebagai konsep pembinaan dan latihan kepemudaan. Dalam kedua sistem tersebut terdapat penyempurnaan Dynamic Group. Disamping itu yang sangat penting adalah terjadinya pengembangan orientasi dari perubahan mental (mental change) dan pengembangan mental (mental development) menjadi pembentukan sikap mental (mental attitude) yang Islami. C. MASA KRISTALISASI (1963-1979) Setelah dua tahun pelaksanaan kaderisasi dengan sistem dan metode di atas berlangsung, kebutuhan untuk menyempurnakan sistem dan metode tersebut masih dirasakan. Maka secara berurutan diselenggarakan seminar PKP di Cipasir, Cicalengka, April 1963 menghasilkan Sistem dan Metode PKP yang disempurnakan, seminar Mental Trainig di Rancaekek, Bandung, Juni 1963 menghasilkan sistem dan Metode Mental Training yang disempurnakan, dan Seminar Leadership Training di Yogyakarta, Desember 1963 menghasilkan Sistem dan Metode Leadership Training yang disempurnakan serta Pedoman Kader yang berisi; Dasar Pembentukan Kader, Pengertian, Fungsi dan Status, Kepribadian, Hak dan Kewajiban, serta Tingkat dan Atribut Kader. Hasil-hasil seminar di atas kemudian disyahkan menjadi konsep kaderisasi PII yang baru. Secara ringkas tinjauan masing - masing jenis training tersebut terurai dalam pembahasan berikut: 1. Leadership Training Jenis training ini menjadi induk program kaderisasi PII yang diarahkan pada upaya pembentukan kader yang berkepribadian dinamik melalui jalan : a. Menanamkan kesadaran peserta untuk memahami, menghayati, meyakini dan memperjungkan Islam sebagai pedoman hidup (way of life). b. Mengubah dan mengembangkan jiwa peserta ke arah jiwa yang penuh dinamika, sehingga memiliki sifat -sifat utama (9 sifat) dan memiliki kecakapan untuk memimpin dan menggerakkan anggota untuk berjuang baik di dalam wadah PII maupun di tengah masyarakat. Leadership Training dilaksanakan dalam dua jenjang yaitu tingkat dasar dan tingkat lanjut. 2. Mental Training Sebagaimana disebutkan diatas jelas bahwa sesungguhnya Mental Training adalah pengembangan Leadership Training yang diselenggarakan di pesantren atau masyarakat yang taat melaksanakan ajaran Islam. Sehingga secara prinsip tidak ada perbedaan yang esensial antara Mental Training dan Leadership Training. Yang membedakan hanyalah spesifikasi tujuan Mentra yaitu : Menciptakan keharmonisan hidup di kalangan pelajar Islam untuk mencapai Izzul Islam wal muslimin melalui usaha:
  • 2. a. Menghapuskan jurang pemisah antara pelajar umum dan pelajar madrasah / pesantren. b. Mengusahakan agar masing-masing saling mengisi kekurangannya. c. Mengajak peserta untuk memperlajari dan mengerti ajaran Islam. d. Menggembleng peserta dengan tempaan iman, Islam dan ihsan. e. Membentuk pemimpin yang berjiwa kuat. f. Memupuk, memelihara dan mengembangkan rasa cinta pelajar terhadap ajaran Islam dan ummat Islam. Spesifikasi tujuan ini membawa konsekuensi pada penambahan materi ajaran Islam. Dalam pelaksanaan dan pengembangan materi ini diarahkan untuk memberikan keseimbangan pengetahuan dan penghayatan agama terhadap pelajar di sekolah umum dan memberikan pengalaman langsung hidup di lingkungan pesantren. Sehingga Mentra kemudian lebih ditujukan untuk pelajar sekolah umum. Dengan demikian materi Mentra hampir sama dengan materi Leadership Training, hanyalah kedalaman muatan yang membedakan. Mentra dilaksanakan dalam jenjang Mentra Dasar dan Mentra Dakwah. Mentra Dasar lebih berorientasi pada pengenalan wawasan ajaran Islam serta penghayatan tradisi masyarakat Islam. Sedang Mentra Dakwah berorientasi pada pendalaman ajaran Islam dan praktek dakwah Islam. Namun demikian dalam pelaksanaannya tidak ada perbedaan yang jelas antara dua jenjang Mentra tersebut. Sehingga dalam praktiknya sangat tergantung pada tingkat kebutuhan dan kesiapan masing-masing wilayah. 3. Perkampungan Kerja Pelajar PKP pada awalnya merupakan program pengabdian sosial dan kemasyaratan PII. Kemudian dikembangkan menjadi salah satu jenis training untuk memikul beban kaderisasi. Oleh karenanya materi-materinya juga hampir mirip dengan materi Leadership Training, namun model kegiatannya yang berbeda. Peserta diterjunkan ke masyarakat dengan dititipkan kepada satu keluarga untuk tinggal bersama. Disamping itu juga harus menyusun kegiatan bersama untuk masyarakat dengan memanfaatkan segala potensinya dan sekaligus berusaha mendorong dinamika masyaraka t ke arah terbentuknya masyarakat Islami. PKP dibagi menjadi dua jenjang yaitu PKP Dasar dan PKP Dakwah. Untuk tingkat dasar dipilihkan masyarakat yang sudah baik pengalaman ajaran Islamnya. Dengan demikian peserta lebih banyak belajar dar i masyarakat tersebut. Sebaliknya untuk tingkat Dakwah dipilihkan masyarakat yang masih awam sehingga peserta lebih banyak kesempatan untuk berbakti dan berdakwah mendorong masyarakat agar mampu mengamalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Dengan dirumuskannya pedoman kaderisasi seperti di atas maka PII berlangsung program training dalam tiga jalur berupa Leadership Training, Mental Training dan Perkampungan Kerja Pelajar. Dengan beragamnya model Training ini membuat aktifitas kaderisasi semakin tinggi. Namun demikian semakin dirasakan adanya duplikasi antar model Training sehingga perlu diselenggarakan evaluasi dan penyempurnaan konsep kaderisasi. Kebutuhan akan penyempurnaan konsep kaderisasi menjadi sangat mendesak. Hal ini disebabkan oleh perkembangan serta perubahan tantangan yang dihadapi PII berlangsung demikian cepat. Untuk maksud tersebut PB PII menyelenggarakan Musyawarah Kader dan Coaching Instruktur (MUKACI) di Pekalongan, pada tanggal 20-27 Agustus 1967. Disamping untuk penyempurnaan sistem dan metode, MUKACI juga berfungsi untuk mengantisipasi problem aktual yang dihadapi PII pada saat itu. Dalam penyelenggaraan acara ini berhasil merumuskan Sistem dan Metode Training PII yang meliputi: 1. Pemantapan Strategi Training Karena model training yang dilakukan terdiri dari tiga jenis maka masing-masing membutuhkan cara penanganan yang agak berbeda. Untuk itu perlu pemantapan pada strategi penggarapan masing -masing jenis training terutama penggunaan metode. 2. Kurikulum Training Untuk merespon dan mengantisipasi perubahan dan tantangan yang dihadapi PII maka dipandang perlu menyempurnakan materi-meteri training. Dengan demikian penyempurnaan kurikulum ini banyak pada penyempurnaan materi tersebut. Diantaranya pada kurikulum Mentra lebih diarahkan untuk menjawab problem dan tantangan ajaran Islam berupa keragaman pemahaman keagamaan akibat pengaruh Kebijakan Islam dan Kolonial Belanda dahulu. Keragaman itu meyebabkan lemahnya persatuan ummat Islam yang ditandai dengan munculnya golongan -golongan, kekaburan pemahaman tentang Islam dan munculnya aliran pemikiran dalam Islam. Untuk menjawab problem tersebut dirumuskan materi untuk mendalami Al Qur’an sebagai sumber ajaran, sejarah pertumbuhan Islam dan sejarah munculnya corak dan ragam aliran. 3. Hubungan Antar Jenis Training Dengan adanya metode training yang berbeda maka perlu dirumuskan hubungan masing-masing jenis training tersebut. Masing-masing mempunyai konsentrasi dan penekanan namun berada dalam satu sistem, sehingga masing -masing jenis itu saling menunjang. Namun masih ada yang tersisa dari Mukaci yaitu belum tuntasnya pembahasan dan perumusan tentang sistem dan metode masing-masing jenis training, sehingga hanya merekomendasikan sistem dan metode yang sudah ada dan dipakai selama ini. Dengan demikian Mukaci Pekalongan belum dapat menyempurnakan sistem dan metode kaderisasi. Setelah pedoman kaderisasi hasil Mukaci diterapkan selama tujuh tahun lebih kekurangan itu semakin dirasakan. Untuk itu bersamaan dengan Sidang Dewan Pleno Nasional (SDPN) tahun 1974 dilakukan p embahasan untuk upaya penyempurnaan sistem dan metode kaderisasi. Pembahasan ini tidak tuntas hanya menghasilkan rekomendasi: a. Penyelenggaraan training dasar dengan nama training kepribadian sebagai basis seluruh training PII. b. Memakai kembali pedoman tentang sistem dan metode training hasil Mukaci Pekalongan.
  • 3. c. Diharapkan PB PII untuk menyelenggarakan acara pertemuan Instruktur Nasional untuk melakukan penyempurnaan konsep kaderisasi secara umum maupun konsep training secara khusus. LAT PKP LBT MENTRA E. MASA KONSOLIDASI (1979-1985) Dari rekomendasi SDPN tahun 1974 maka diselenggarakan Pekan Orientasi Instruktur Nasional (POIN) di Cibubur, Jakarta, April 1979. Pengurus Besar PII membentuk Tim Perumus yang terdiri dari Mohammad Jauhari, Hazim Abdullah Umar, Taufiq Dahlan dan Masyhuri Amin Muhri untuk mempersiapkan rumusan konsepsi kaderisasi yang disempurnakan. Tim Perumus berhasil menyempurnakan dan sekaligus melakukan kajian-kajian teoritik tentang Sistem dan Metode Training PII. Rumusan tersebut disepakati dalam POIN 1979 dengan garis besar keputusan: 1. Fungsi Training Training mempunyai fungsi sebagai media kaderisasi formal yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kaderisasi informal berupa program-program PII lainnya. Sebagai media kaderisasi formal training menjadi tumpuan utama untuk menghasilkan kader PII untuk kepentingan perjuangan organisasi dan ummat Islam. 2. Karakteristik Kader dan Orientasi Training Kader yang akan dihasilkan melalui proses training akan mempunyai 12 sifat dan 8 kemampuan dan kesiapan. Karakter kader yang demikian diharapkan mampu menjawab tantangan dan memecahkan problem PII dan ummat Islam sehingga bisa menjaga misi dan eksistensi PII dalam rangka izzul Islam wal muslimin. Tantangan dan problem PII dan ummat Islam dapat diklasifikasikan dalam 8 orientasi (kecenderungan) dan selanjutnya akan menjadi orientasi training PII. Kedelapan orientasi tersebut adalah : a. Problem Ideologi b. Problem Kepemimpinan c. Problem Pendidikan d. Problem Sosial e. Problem Keadministrasian (organisasi) f. Problem Ke-PII-an g. Problem Sikap dan Tingkah Laku h. Problem Cara Berfikir 3. Penyempurnaan tujuan dan penjenjangan training Dalam rangka mengemban fungsi kaderisasi formal, training difokuskan pada masalah Kepemimpinan yang ditopang dengan pemahaman masalah sosial kemasyarakatan (dengan sample masyarakat desa) dan masalah pendidikan agama Islam (dengan sample masalah khilafiyah baik aqidah maupun fiqih). Atas dasar pemikiran di atas maka training dibagi dalam 3 jenis yaitu; a. Leadership Training dengan fokus pada masalah kepemimpinan yang terdiri dari; tingkat dasar (Leadership Basic Training) dan tingkat lanjut (Leadership Advanced Training). b. Mental Training dengan fokus pada masalah pendidikan agama Islam sebagai bekal ruhiyah untuk menghadapi tantangan ideologis. c. Perkampungan Kerja Pelajar dengan fokus pada masalah sosial kemasyarakatan. Tujuan masing-masing jenis training di atas adalah: a. Leadership Basic Training Terbentuknya kader PII yang menjawab tantangan dan problem organisasi PII tingkat lokal maupun regional dan mampu memahami problem PII dan ummat Islam tingkat nasional. b. Leadership Advanced Training Terbentuknya kader PII yang menjawab tantangan dan problem organisasi PII dan ummat Islam tingkat regional maupun nasional, dan mampu memahami problem kepemimpinan ummat Islam dalam dunia internasional. c. Mental Training (Mentra) Terbentuknya kader PII yang mampu menjawab problem ajaran Islam dan tantangan ajaran lainnya yang dihadapi ummat Islam Indonesia untuk mendapatkan kerahmatan dari Allah Swt. dan perkembangan syiar Islam d. Perkampungan Kerja Pelajar (PKP) Terbentuknya kader PII yang mampu mengintegrasikan diri dan mempelopori masyarakat untuk menjawab tantangan dan problem kemasyarakatan ke arah terwujudnya desa sejahtera yang diridhoi Allah Swt. (qaryah thayyibah wa rabbun ghafur). Semua jenis training tersebut idealnya ditempuh seluruhnya dengan mekanisme dan jenjang seperti tergambar dalam bagan berikut:
  • 4. 4. Pengembangan Metode dan Teknik Training Untuk melengkapi pemahaman penggunaan metode Group Dynamic dilakukan kajian teoritik dan menyadur buku Achieving in People; Some Aplication of Group Dynamic Theory, Darwin Cartwright, terbitan Reprinted from Human Relation., Vol. IV, No. 4, 1951. Kemudian dirumuskan teori pengelolaan kelompok dan penerapannya dalam training PII. Atas dasar itu maka penggunaan metode dalam training PII; Group Dynamic (GD), Informative Dyamic (ID) dan Interview. Dari penggunaan metode di atas dalam pelaksanaan training digunakan teknik-teknik personal intoduction, expectation, case study, clossing session dan written assignment. Dalam rangka penajaman dan pendalaman pemahaman terhadap hasil POIN 1979 dan upaya tindak lanjutnya kamudian diselenggarakan Coaching Intruktur Nasional (CIN) di Jakarta 1982 yang telah menghasilkan: a. Keseragaman pemahaman dan pendalaman metode Group Dynamic. b. Perumusan silabus training. c. Perlunya penyempurnaan silabus training. Rekomendasi tersebut didasarkan pada oenyusunan silabus saat ini belum dilakukan secara mendasar dan komprehensif serta antis ipatif terhadap tuntutan perubahan, disebabkan keterbatasan persiapan dan waktu pembahasan. Selanjutnya diselenggarakan Latihan Teknik Dinamik Grup Nasional (LTDGN) untuk mempertajam pemahaman tentang metode dan teknik. Latihan ini dilaksanakan pada akhir Desember 1982 sampai awal Januari 1983, bertempat di Universitas Islam Asy-Syafi’iyah (UIA), Jatiwaringin Jakarta, yang menghasilkan: a. Diperkenankan teknik-teknik baru dalam pelaksanaan Dinamik Grup seperti Personal Intoduction, Ice Breker (pemeceah kebekuan), Pengalaman Berstruktur, Creative Thingking (berpikir kreatif), dan Sharing Ideas (bagi-bagi gagasan). b. Direkomendasikannya kemungkinan teknik-teknik tersebut dipakai dalam training sesuai dengan kebutuhan. c. Direkomendasikannya penyusunan buku panduan training. Sebagai upaya menindaklanjuti hasil CIN dan LTDGN serta untuk merespon perubahan kebutuhan training PII maka diselenggarakan Musyawarah Instruktur Nasional (MIN) di PP Darussalam, Tegineneng, Bandar Lampung 1985. Hal yang dihasilkan dari MIN adalah sebagai berikut: a. Tersusunnya buku panduan Leadership Basic Training (LBT) yang terdiri dari; materi, ruang lingkup pembahasan, target dan indikator, waktu, metode, langkah-langkah, dan pengantar telaah kasul (Case Study). b. Direkomendasikan kepada PB PII dan beberapa PW untuk membahas dan menyusun panduan Mentra, PKP dan LAT dan Pendidikan Intruktur (PI) yang drafnya sudah dipersiapkan dalam MIN. c. Direkomendasikannya pemakaian buku LBT dalan training konvensional PII. Ketidaktuntasan pembahasan di MIN ini menimbulkan beberapa implikasi dalam pelaksanaan. Pada masing-masing Pengurus Wilayah menyikapi secara berbeda. Ada yang beranggapan hanya panduan LBT yang sudah boleh digunakan sementara panduan jenis training lainnya menggunakan hasil POIN 1979. Sementara ada Pengurus Wilayah yang melaksanakan dengan menggunakan draf yang belum disepakati dalam MIN Lampung sebagai pedoman training Mentra. PKP, dan LAT. Kondisi ini menciptakan polarisasi dan keragaman pelaksanaan training di masing-masing Pengurus Wilyah. F. MASA RESISTENSI (1985-1991) Sikap PII terhadap penerapan UU No. 8 Tahun 1985 tentang Ormas membawa pengaruh yang serius terhadap pelaksanaan training PII. Paradigma yang melatarbelakangi konsep dan sistem training yang dipakai PII selama ini didasarkan pada asas legal-formal. Pergeseran pola gerakan dari asas legal-formal ke informal menyebabkan PII harus mencari alternatif gerakan termasuk bidang kaderisasi. Kendala eksternal yang dialami PII menyulitkan pencapaian target dan tujuan training. Upaya untuk menyesuaikan pola training sesuai dengan situasi eksternal dan tantangan organisasi kemudian memunculkan rumusan sistem training alternatif. PB PII merumuskan konsep pembinaan Sebelas Bintang Satu Matahari Plus Rembulan pada akhir tahun 1985. Lewat paket ini kita mengenal bentuk pembinaan melalui: 1. Training Konvensional yang terdiri dari : LBT, Mentra, PKP dan LAT 2. Training Alternatif yang terdiri dari Bimbingan Keilmuan dan Kepelajaran I (BKK I) / Forum Pacu Study (Forpadi), BKK II, BKK III, Studi Islam Awal Mula (SIAM) I, SIAM II, SIAM III, Latihan Hubungan Manusia (LHM) I, LHM II) 3. Training Khusus yang terdiri dari Training Tingkat Dasar (TTD) dan Training Tingkat Lanjut (TTL) PII Wati serta Latihan Brigade Tingkat Dasar (LBTD) dan Latihan Brigade Tingkat Lanjut (LBTL). Di samping itu mulai disosialisasikan program pembinaan kader pasca training berupa Gerakan Usrah dan Gerakan Amal Shaleh (GAS). Gerakan Usrah mempunyai maksud dan tujuan untuk memberikan pemahaman tentang nilai-nilai diniyah. Sedangkan GAS dititik beratkan pada upaya pembudayaan sikap hidup muslim sehari-hari. Semula paket training alternatif disusun untuk mengantisipasi jika paket training konvensional tidak bisa dilaksanakan karena kendala eksternal (legal-formal). Namun ternyata training konvensional tetap bisa dijalankan walaupun dengan beberapa modifikasi, sementara secara bersamaan training alternatif juga dilaksanakan. Akibatnya berkembang dua jalur training dalam kegiatan kaderisasi PII sehingga terjadi duplikasi dalam konsep kaderisasi. G. MASA REKONSTRUKSI (1991-1996) Kondisi informal PII dan kondisi kaderisasi sebagai akibat situasi eksternal tersebut mengharuskan kita untuk melakukan evaluasi mendasar terhadap kegiatan kaderisasi. Konsep kaderisasi menurut POIN ‘79 dan MIN ‘85 belum menyertakan “pola pembinaan” pasca training. Dengan demikian pembinaan kader pasca training diserahkan sepenuhnya kepada
  • 5. masing-masing pengurus baik pengurus wilayah, daerah mapun komisariat. Masing-masing eselon kepengurusan tersebut tidak memungkinkan menyusun program dan paket kegiatan continue dan baku. Sehingga kegiatan pembinaan kader bersifat pragmatis dan sporadis tergantung dari tingkat aktivitas masing-masing eselon kepengurusan. Seiring dengan menurunnya kondisi dan aktivitas kepengurus an maka kegiatan pembinaan kader makin tidak terkontrol. Kondisi ini menyebabkan pola jalur dan jenjang training tidak sepenuhnya bisa dijalankan dengan baik. Banyak kader pasca Batra yang menghilang dan tidak aktif. Kegiatan training dan proses kaderisasi yang dialami PII semakin hari semakin merosot baik secara kuantitatif maupun kulitatif. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan dan dapat mengancam eksistensi PII lebih lanjut. Maka sudah saatnya dipikirkan bagaimana melakukan penyempurnaan secara komprehensif menyangkut aspek-aspek fundamental kaderisasi PII melalui pendekatan kebutuhan objektif. Konsep ta`dib merupakan solusi terhadap masalah-masalah kaderisasi tersebut yang telah direkomendir oleh Muktamar ke-19 di Garut, Desember 1992. Konsep ini dipersiapkan dalam lokakarya Tim Kecil Pengurus Besar PII di Ponpes Pabelan pada bulan Ramadlan 1411/1991. Menindaklanjuti rekomendasi Muktamar tersebut maka mulai dilakukan proses penyusunan konsep Ta`dib. Secara berturut-turut dan intensif diproses melalui forum-forum khusus yang diadakan untuk kepentingan ini baik pada tingkat PB maupun Forum Nasional. Proses penyusunan ini ternyata memakan waktu yang cukup lama. Di tingkat PB PII dilaksanakan Sarasehan terbatas BPPT, Rapat Kerja BPPT dan Raker serta Rakor PB. Untuk mengantisipasi kebutuhan pola pembinaan pasca training sekaligus menjadi faktor utama dalam mempertahankan eksistensi PII yang tercermin dari kepengurusan yang semakin menurun maka PB PII segera membuat pola Ta’lim. Sementara itu untuk membuat konsep pelatihan PB PII melakukan peninjauan terhadap training. Keduanya kemudian dilaksanakan dalam bentuk Lokakarta, masing-masing Lokakarya Ta’lim dan Semiloka Pelatihan. 1. Lokakarya Ta’lim Nasional Lokakarya diselenggarakan pada November 1993 di Islamic Center Bekasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan sosialisasi dan pembahasan tentang konsep dan panduan Ta’lim. Penyelenggaraan acara berangkat dari kebutuhan yang paling mendesak untuk segera merealisir pembinaan lewat jalur Ta`lim sebagai bagian dari konsep Ta`dib. Lokakarya tersebut berlangsung kurang optimal karena tanpa didahului dengan perencanaan yang matang sehingga pembahasan mengenai posisi dan konsepsi jalur Ta`lim dalam perspektif Ta`dib mengundang persepsi yang berbeda antara PB PII dengan PW yang hadir. Akibatnya tidak didapatkan titik kesepakatan sehingga tindak lanjut dari acara tersebut tidak seperti yang diharapkan. Dengan kata lain lokakarya tidak menghasilkan rekomendasi bagaimana penerapan konsep Ta’lim dan panduan kegiatan Ta’lim di wilayah-wilayah. Masing-masing Pengurus Wilayah mempunyai alternatif sendiri tentang pola Ta’lim yang kemudian dalam proses pemecahan masalah pembinaan menjadi sangat beragam. Hal itu tidak mengurangi semangat awal untuk terus melakukan upaya pembinaan dengan paket Ta’lim. Secara de fakto Ta’lim berjalan dengan sendirinya walaupun beberapa wilayah ada pula yang kesulitan dan sama sekali tidak berjalan kegiatan Ta’lim. 2. Semiloka Training Semiloka (Seminar dan Lokakarya) dilaksanakannya menjelang Muktamar ke-20 pada 21-23 Januari 1995 di Jakarta kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan evaluasi terhadap penerapan konsep training sekaligus untuk mencari masukan bagi penyempurnaan konsep training dalam merumuskan konsep kaderisasi PII perspektif Ta`dib. Terhitung sejak MIN di Lampung 1985 PII secara nasional belum sempat lagi melakukan kajian secara komprehensip terhadap konsep dan pola kaderisasi. Untuk itu Semiloka diadakan, dalam rangka melakukan tinjauan terhadap semua perangkat training PII mulai dari MUKACI (Musyawarah Kader dan Coaching Instruktur ) di Pekalongan 1967, POIN (Pekan Orientasi Instruktur Nasional) ‘79, dan MIN (Musyawarah Instruktur Nasional ) di Lampung 1985. Evaluasi selama lebih kurang 12 tahun itu konsep kaderisasi PII khususnya training baru dapat diagendakan. Memang terasa cukup berat untuk melakukan tinjauan dengan maksud evaluasi dan penyusunan ulang tentang konsep kaderisasi PII yang utuh, kendatipun usaha tersebut tidak dilakukan secara detail, namun tinjauan makro dicoba dilakukan dengan segala konsekuensi-konsekuensinya, antara lain aspek pendalaman historis dan filosofis masih sangat terasa kurang. Sekali lagi karena ini faktor kebutuhan maka evaluasi itu merupakan suatu keharusan. Berangkat dari kesadaran bahwa evaluasi yang sifatnya komprehensif dan makro itu maka PB PII melalui Tim semiloka melakukan kegiatan pendahuluan sebelum pelaksanaan Semiloka. Tim melakukan diskusi reguler sebanyak tiga kali, dengan mengundang nara sumber antara lain : Utomo Dananjaya, Hasyim Umar, dan Usep Fathudin. Dari diskusi Tim tersebut diharapkan Semiloka dapat menghasilkan target yang optimal. Seminar yang bertema “Pelatihan dan Pengembangan SDM” dalam upaya mengakomodasi berbagai pemikiran yang perlu menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan kebutuhan pembinaan dan pengembangan SDM, dalam hal ini kaderisasi PII dalam menyusun Ta`dib. Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui seminar tersebut antara lain: a. Mengidentifikasi dan merumuskan tantangan serta peluang pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan SDM yang berkaitan denagn organisasi Pelajar Islam dan kelembagaan ummat Islam secara umum. b. Menghimpun pemikiran sekitar model-model alternatif pelatihan dan pola pengembangan SDM dalam rangka pembinaan masyarakat pelajar. c. Menyusun pola dan strategi pelatihan sebagai bahan penyempurnaan Sistem dan Metode Pelatihan PII. Setelah seminar dilanjutkan dengan Lokakarya dengan tiga agenda utama yaitu: a. Rekonstruksi orientasi pelatihan PII. b. Alternatif sistem pelatihan PII. c. Pengembangan materi pelatihan PII.
  • 6. Lokakarya dihadiri oleh 13 PW, menandakan bahwa sebagian besar PW sangat memerlukan tentang perlunya rekonstruksi pola kaderisasi PII mengingat kondisi kaderisasi selama ini berjalan apa adanya, sementara PII sudah mulai akan berhadapan dengan berbagai masalah baru yang lebih kompleks. Beberapa masalah mendasar dalam pedoman training sempat dibahas dan dievaluasi serta diperoleh rekomendasi bagi penyempurnaan konsep training. Kesepakatan yang diperoleh dari Lokakarya tersebut adalah menindaklanjuti beberapa hal yang menyangkut upaya penataan sistem dan pola kaderisasi PII yaitu dengan melakukan kajian lanjutan tentang Profil Pelatihan PII, Silabus dan kurikulum, rekonstruksi pelatihan PII dan merumuskan pokok-pokok pikiran terhadap konsep Ta’dib. Hasil dari Lokakarya ini kemudian dibawa ke Muktamar ke-20 namun karena keterbatasan waktu dan prioritas pembahasan tidak sempat diagendakan secara khusus. Dalam situasi semacam ini PB PII hasil Muktamar ke-20 kemudian memprioritaskan penyeles aian dan penyempurnaan konsep Ta`dib. Untuk keperluan tersebut dibentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Ta`dib. Secara spesifik badan ini diberikan mandat untuk melengkapi, mengembangkan, menata -ulang konsep Ta`dib sehingga menghasilkan pola pembinaan atau konsep kaderisasi PII secara komprehensif, sistematis, tetapi sekaligus aplicable. Selama kurun waktu transisi PB PII melakukan rekonstruksi konsep kaderisasi, pelaksanaan training di wilayah-wilayah tetap berjalan namun dengan pedoman yang berbeda-beda. Perbedaan itu makin banyak karena kondisi yang berbeda di setiap wilayah. Sehingga boleh dikatakan pelaksanaan training tidak mempunyai standar yang baku secara nasional. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan bagi kaderisasi PII secara keseluruhan. Untu k itu kebutuhan terhadap pembakuan pedoman kaderisasi menjadi sangat mendesak untuk segera dilakukan. PORTANAS Untuk membahas Ta’dib lebih lanjut diadakan Pekan Orientasi Ta’dib Nasional (PORTANAS) pada 1-4 Maret 1997 di Semarang, Jawa Tengah. Forum ini dimaksudkan untuk sosialisasi awal Ta’dib sekaligus pembahasan untuk menghimpun masukan bagi penyempurnaan konsep Ta’dib. Dalam Portanas ini telah diajukan kerangka sistem kaderisasi PII yang baru (lihat bagan sistem dalam Bab IV) sebagai penyempurnaan sistem yang dihasilkan di POIN 1979. Disamping itu juga diajukan draf Pedoman dan Silabus Training dan Ta’lim, sedangkan konsep Kursus dan panduan-panduannya belum bisa diajukan karena belum bisa diselesaikan. Karena belum lengkapnya konsep yang diajukan pembahasan menjadi tidak optimal, dan disepakati akan dibahas kembali sebelum disahkan sebagai sistem kaderisasi PII yang baru. LOKAKARYA INSTRUKTUR NASIONAL (LIN 98) Muktamar Nasional PII ke-21 mengamanatkan PB PII periode 1998-2000 untuk mengadakan forum pembahasan final konsep Ta’dib sebagai sistem kaderisasi PII yang baru. Paling lambat empat bulan setelah terbentuknya kepengurusan PB PII periode 1998-2000 forum tersebut harus sudah dilaksanakan. Karena itu PB PII periode tersebut menjadikan penyempurnaan dan penyelesaian konsep Ta’dib sebagai prioritas programnya. Dan pada 20-26 November 1998 diadakanlah Lokakarya Instruktur Nasional (LIN) di Pandaan, Jawa Timur. LIN 98 ini diikuti oleh para Instruktur PII se-tanah air sebagai forum yang diamanatkan oleh Muknas ke-21. Dan alhamdulillah forum tersebut berhasil membahas dan merumuskan penyempurnaan konsep Ta’dib sebagai sistem kaderisasi PII yang baru. Adapun hal-hal yang dapat dirumuskan dalam forum tersebut adalah sebagai berikut: 1. Buku Induk Kaderisasi PII yang berisi; Sejarah Kaderisasi PII, Konsepsi Dasar Ta’dib, Orientasi Ta’dib, Sistem Ta’dib, Pedoman Manajemen dan Administrasi Ta’dib. 2. Pedoman Training dan Panduan-Panduan Training (Batra, Intra, dan Advantra). 3. Pedoman Ta’lim dan Panduan-Panduan Ta’lim (Awwal, Wustho, dan ‘Ali). 4. Pedoman Kursus. 5. Panduan-Panduan Kursus Pra-Batra. 6. Panduan Kursus Pasca Batra (Latihan Manjemen Dasar). 7. Panduan-Panduan Kursus Pasca Intra (Latihan Manajemen Strategis, Pendidikan Mu’alim, Pendidikan Pemandu Kursus, dan Perkampungan Kerja Pelajar). 8. Panduan Kursus Pasca Advantra (Pendidikan Instruktur). 9. Pola Kaderisasi Brigade PII. 10. Pola Kaderisasi PII Wati.