SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Diabetes
Melitus
KELOMPOK 4
Uslifatil Jannah 182110101039
Hashifah Azatil Ismah 182110101027
Achmad ababil 182110101072
Jeni Dian Dianata 182110101085
Fakhirah Riskhamulya P 182110101108
Adinda Safira Permana 182110101110
Safira Sahida Dini 182110101148
Siti Salma Maulida Budairi 192110101004
Bagas Triono 192110101180
Deby Laras Andira 212110101194
ANGGOTA KELOMPOK
Pokok Bahasan
Latar
Belakang
Upaya
Preventif
Data DM
Best Practice
DM (di luar
negeri)
Tantangan
Pengendalian
DM
Best Practice
DM (di
indonesia)
Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan
kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau
lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl
(Misnadiarly, 2006, (Hestiana, 2017)). Diabetes tidak hanya menjadi penyebab kematian prematur
di seluruh duni, namun juga dapat menjadi penyebab utama kematian kebutaan, penyakit jantung,
gagal ginjal. Organisasi International Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta
orang padausia 20-79 tahun di dunia dengan penderita diabetes pada tahun 2019 (Kementerian
Kesehatan RI. 2020). Indonesia berada di peringkat ke 7 diantara 10 negara dengan jumlah kasus
diabetes terbanyak yaitu sebesar 10,7 juta. Indonesia dapat diperkirakan besar berkontribusi
terhadap prevalensi kasus diabetes di kawasan Asia tenggara, karena menjadi satu-satunya Negara di
Asia Tenggara pada daftar kasus tertinggi diabetes didunia (Kementerian Kesehatan RI. 2020).
Secara klinis terdapat dua tipe diabetes mellitus yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus
tipe 2. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan kasus terbanyak dengan prosentase 80-95% dari seluruh
kasus diabetes mellitus (Asman, Shinthania, & Marni, 2020)
Diabetes didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai penyakit
kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak
dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (Kurniawati, Suryawati, & Arso,
2019). Tanda dan gejala DM (Diabetes Melitus) diantaranya yaitu: sering kencing (poliuri),
adanya rasa haus yang berlebihan (polidipsi), merasa sangat lapar (poliphagi), kelelahan yang
ekstrim, pandangan menjadi kabur, adanya luka atau memar yang proses penyembuhannya
lambat, penurunan berat badan yang cepat, kesemutan serta mati rasa pada tangan atau kaki
(Suminar, Sari, & Shalahuddin, 2019) Apabila tidak segera mendapatkan terapi, diabetes mellitus
akan menimbulkan komplikasi seperti jantung koroner, stroke, gangren atau luka kaki, gagal ginjal,
retinopatidiabetik, aterosklerosis, kesemutan, dan disfungsi ereksi.
Latar Belakang
Dalam hal ini Indonesia berkomitmen mencegah dan mengendalikan Diabetes melalui
pemberdayaan masyarakat. Sebagai bagian dari upaya pencegahan dan pengendalian Penyakit
Tidak Menular (PTM), Pemerintah Indonesia telah membentuk Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) PTM, sebagai upaya terdepan pencegahan dan pengendalian PTM (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk
mengatasi permasalahan diabetes militus yaitu dengan pelaksanaan program pengendalian
diabetes mellitus yang ditekankan pada promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif. Demi meningkatkan cakupan skrining diabetes mellitus, pelayanan skrining masuk
kedalam salah satu program standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan yaitu indikator
pelayanan kesehatan pada usia 15- 59 tahun (Kurniawati, Suryawati, & Arso, 2019). Keterlibatan
masyarakat melalui upaya kesehatan berbsis masyarakat (UKBM) juga memiliki peran penting dalam
pengendalian diabetes mellitus atau yang lebih dikenal dengan pobsindu (Kementerian Kesehatan RI.
2020).
Pencegahan dan pengendalian diabetes mellitus di Indonesia perlu dilakukan agar
individu yang sehat tetap sehat, orang yang sudah memiliki faktor risiko dapat mengendalikan faktor
risiko agar tidak jatuh sakit diabetes, dan orang yang sudah menderit diabetes mellitus dapat
mengendalikan penyakitnya agar tidak terjadi komplikasi sampai kematian dini. Upaya pencegahan
dan pengendalian diabetes dilakukan beberapa cara dintaranya melalui edukasi, deteksi dini faktor
risiko PTM ,dan tatalaksana sesuai standar (Kementerian Kesehatan RI. 2020). Berdasarkan latar
belakang tersebut penulis bertujuan menjabarkan upaya pengendalian serta tantangan yang dihadapi
dalam penangann kasus diabetes mellitus.
Data Diabetes
Melitus di Indonesia
Data Diabetes Melitus
di Dunia
Data Diabetes Melitus di Indonesia
Prevalensi penderita DM di Jawa Timur sendiri mencapai 2,1%
data tersebut melebihi prevalensi nasional, pada tahun 2013-
2018 kecuali provinsi NTT terdapat 4 provinsi yang
peningkatan prevalensi DM yaitu DI Yogyakarta, DKI Jakarta,
Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur. Beberapa provinsi
mengalami peningkatan sebesar 0,9% yaitu Kepulauan Riau,
DKI Jakarta, Banten, Gorontalo dan Papua Barat. NTT
terendah sebesar 0,9% diikuti dengan Maluku dan Papua.
Data terbaru menurut Internasional Diabetes Federation (FDI)
tahun 2017 bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia
dengan jumlah diabetes sebanyak 10,3 juta jiwa dengan
rentang usia 20-79 tahun sebanyak 27,7 juta, apabila tidak di
tangani dengan baik. WHO mengetismasikan angka kejadian
diabetes di Indonesia melonjak drastis menjadi 21,3 juta jiwa
pada 2030 mendatang. Di perkirakan akan bertambah menjadi
35,6 juta pada tahun 2045.
• Negara di wilayah Arab dan Afrika Utara menempati
peringkat pertama dan kedia dengan prevalensi diabetes
dengan rentang usia 20-79 tahun sebesar 11,4%-12,2%.
• Peringkat ketiga ditempati oleh wilayah Asia Tenggara
dimana Indonesia memiliki prevalensi sebesar 11,3%.
• Berdasarkan jenis kelamin menurut FDI
memperkirakan di tahun 2019 permempuan sebesar
9%, sedangkan laki-laki 9,65%
• Prevalensi DM meningkat seiring penambahan umur
penduduk menjadi 19,3% atau 11,2 juta orang yang
berumur 65-79 tahun.
• Angka diprediksi terus meningkat hingga mencapai 578
juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045
Tantangan Pengendalian DM
Penderita diabetes mellitus sangat penting untuk melakukan pengobatan secara
rutin. Penyakit ini ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah yang melebihi batas
normal dan peningkatan kadar gula tersebut dapat terjadi dalam waktu yang cepat sehingga perlu
dilakukan upaya penanganan yang tepat dan serius (Dewi Pratita, 2012). Pengobatan untuk
penyakit diabetes mellitus akan berlangsung seumur hidup. Hal ini memungkinan adanya titik
kejenuhan bagi penderita dalam proses pengobatan. Sehingga proses pengobatan diabetes
mellitus ini dapat menjadi sebuah tantangan pengendalian penyakit itu sendiri.
Menurut (Dewi Pratita, 2012), terdapat hubungan yang signifikan antara HLOC
dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada penderita dibetes mellitus. Sehingga
keberhasilan pengobatan diabetes mellitus tergantung dari pasien itu sendiri dalam
mengendalikan kondisi penyakitnya dengan menjaga kadar gula darah (Pardede et al., 2017).
Pengendalian yang dapat dilakukan diantaranya seperti edukasi kepada pasien diabetes mellitus,
latihan jasmani dan juga penerapan terapi nutrisi medis (TNM) serta terpai farmakologi.
Sedangkan menurut (Kurniawati et al., 2019) tantangan terbesar dalam
pengendalian diabetes mellitus adalah pada proses skrining. Dimana penyakit diabetes mellitus
merupakan penyakit kronis yang tidak memunculkan gejala secara langsung. Hal ini sesuai
dengan teori gunung es yang mana berkemungkinan besar bahwa penyakit diabetes mellitus
akan diderita oleh banyak orang namun tidak semuanya mengetahui bahwa mereka berisiko
menderita diabetes mellitus.
Jadi dapat disimpulkan secara garis besar bahwa tantangan pengendalian
diabetes mellitus adalah proses pengobatan yang membutuhkan waktu seumur hidup
dan juga proses skrining yang kurang optimal. Namun tidak menutup kemungkinan
masih banyak lagi tantangan dalam proses pengendalian diabetes mellitus.
Upaya Preventif DM
Upaya preventif diabetes melitus merupakan
suatu upaya melakukan berbagai kegiatan pencegahan untuk
menghindari atau mencegah terjadinya masalah kesehatan
diabetes melitus. Upaya preventif yang efektif sangat
dibutuhkan untuk mencegah terjadinya diabetes tipe 2. Adapun
kebijakan pengendalian diabetes melitus yang diterapkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Ariane, 2014),
meliputi:
1. Peningkatan upaya promotif dan preventif dengan
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
2. Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat melalui
penyelenggaraan Posbindu PTM.
3. Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat melalui
penyelenggaraan Posbindu PTM.
4. Penguatan peran pemerintah khususnya pemerintah daerah
sesuai dengan kearifan lokal/karakteristik setempat dalam
semangat otonomi daerah.
5. Pendekatan berjenjang dari masyarakat hingga ke
pelayanan kesehatan tersier dengan rujuk balik (continuum
of care ) dengan pendekatan berdasar siklus kehidupan.
6. Dukungan ketersediaan infrastruktur pelayanan kesehatan
yang memadai dengan kendali mutu dengan tenaga
kesehatan yang profesional pada setiap tatanan.
Upaya penerapan langsung program/kegiatan
yang dapat diterapkan populasi dan di lingkungan tertentu
(sekolah, rumah, lingkungan kerja) yang berkontribusi kepada
Kesehatan masyarakat, serta pencegahan diabetes melitus
meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier,(PERKENI,
2019) sebagi berikut :
1. Pencegahan Primer : Ditujukan untuk kelompok beresiko.
Dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang pola hidup
sehat melalui program penurunan BB, latihan fisik.
2. Pencegahan Sekunder : merupakan upaya mencegah
timbulnya komplikasi pada penderita DM. Meliputi
pengendalian kadar glukosa dan faktor resiko
penyulit/komplikasi, melakukan deteksi dini dan program
penyuluhan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam
menjalani program pengobatan.
3. Pencegahan Tersier : Pencegahan tersier ditujukan pada
kelompok DM yang telah mengalami komplikasi dalam
upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta
meningkatkan kualitas hidup. Pencegahan tersier
memerlukan pelayanan kesehatan komprehensif dan
terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah
sakit rujuka
Upaya Preventif DM
Berikut merupakan tabel pengendalian diabetes melitus secara terintegrasi dan komprehensif berdasarkan upaya pencegahan (Departemen
kesehatan RI., 2008)
Diabetes Mellitus ini juga dikenal sebagai mother of
disease yang merupakan induk/ibu dari penyakit-penyakit lain
seperti hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke,
gagal ginjal, dan kebutaan. Sebagian besar kasus diabetes melitus
merupakan penyandang diabetes tipe 2 yang 90% penyebabnya
adalah perubahan gaya hidup yang cenderung kurang aktifitas fisik,
diet tidak sehat dan tidak seimbang serta konsumsi tembakau
(merokok). Oleh karena itu, titik berat pengendalian Diabetes
Melitus adalah pengendalian faktor resiko melalui aspek preventif
dan promotif secara terintegrasi dan menyeluruh.
WHO telah merekomendasikan bahwa strategi yang
efektif yang perlu dilakukan dalam pengendalian diabetes mellitus
dilakukan secara terintegrasi dan menyeluruh, berbasis masyarakat
dengan kerjasama lintas program, lintas sektor dan swasta
(organisasi profesi dan organisasi masyarakat). Menyadari upaya
pengendalian Diabetes mellitus tidak dapat hanya dilakukan oleh
sektor kesehatan atau pemerintah saja, namun WHO untuk kawasan
Asia Tenggara / South East Asian Regional Office (SEARO) telah
mengembangkan SEANET-NCD sebagai jejaring regional dengan
memfasilitas negara anggota ASEAN dalam bentuk dukungan
teknik dan manajemen serta InfoBase yang diperlukan untuk
P2PTM.
Pada tingkat global, World Diabetes Foundation (WDF) dan
International Dubeles Federation (IDF) telah banyak berperan
melalui berbagai programnya dalam pengendalian Diabetes mellitus
dan Penyakit menular . Sebagai contoh, yaitu pada aksi bersama
yang telah dilakukan oleh WDF dan IDF pada peringatan Hari
Diabetes Sedunia atau World Diabetes Day (WDD) yang telah
diumumkan oleh Perserkatan Bangsa Bangna (PBB) pada tanggal 20
Desember 2006 dalam press release Nomor 61/225 PBB telah
mengeluarkan resolusi yang menghimbau kepada seluruh negara
didunia untuk memperingati Hari Diabetes Sedunia setiap tanggal 14
November yang dimulai pada tahun 2007. Peringatan tersebut
dimaksudkan untuk menarik perhatian masyarakat umum, para
diabetisi dan keluarganya, profesi kesehatan dan penentu kebijakan
untuk peduli terhadap masalah penyakit diabetes mellitus. Resolusi
tersebut merupakan resolusi yang pertama untuk penyakit tidak
menular dan dalam resolusi tersebut dinyatakan bahwa Hari Diabetes
Sedunia dilaksanakan setiap tanggal 14 November dengan tujuan
untuk mengobservasi kebijakan nasional tentang pencegahan,
pengobatan dan perawatan diabetes setiap tahun yang telah dimulai
pada tahun 2007.
Best Practise di
Indonesia
Intervensi gaya hidup, mengatasi diet dan olahraga,
mengurangi risiko berkembang dari gangguan toleransi glukosa
(IGT) menjadi diabetes sebesar 43% dan 58%, sedangkan obat
hipoglikemik oral, metformin, mengurangi risiko sebesar 31%.
Intervensi pencegahan tampaknya lebih efektif pada orang tua dan
orlistat telah terbukti menurunkan secara signifikan perkembangan
gangguan toleransi glukosa menjadi diabetes. Temuan ini baru-baru
ini dikonfirmasi oleh Program Pencegahan Diabetes India (IDPP).
Baru-baru ini, data tindak lanjut dari Studi Pencegahan Diabetes
Finlandia (DPS) menunjukkan bahwa efek menguntungkan dari
intervensi gaya hidup dipertahankan selama beberapa tahun setelah
menghentikan intervensi aktif. Dengan menerapkan data ini pada
populasi Eropa, kita dapat mengharapkan pengurangan risiko
diabetes yang nyata dengan asumsi bahwa kita mampu menerapkan
pro- pencegahan diabetes yang efisien.
Program WDF dan IDF sebagian besar telah diadopsi
oleh organisasi yang berkecimpung di bidang diabetes di Indonesia,
misalnya Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI),
Persatuan Diabetisi Indonesia (PERSADIA), dan Perhimpunan
Edukator indonesia (PEDI).
Organias organisasi tersebut telah menjadi mitra Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) khususnya Subdit
Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik dalam program
pengendalian DM dan PM di Indonesia. Dengan demikian
pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan
lintas sektor yang terkait dengan DM di setiap jenjang pemerintahan
adalah kegiatan yang sangat penting dikembangkan.
Anggota keluarga sangat berperan serta dalam
pemberian intervensi pada pasien DM tipe 2 dalam memberikan
dukungan emosional dan psikologis, membantu mengembangkan
pengetahuan, sikap dan perilaku penderita yang sehat, serta
mempromosikan manajemen diabetes secara mandiri. American
Diabetes Association (ADA) mengatakan bahwa perencanaan
pengelolaan diabetes harus dibicarakan sebagai terapetik individual
antara pasien dan keluarganya, dan pasien harus menerima perawatan
medis secara terkoordinasi dan integrasi dari tim kesehatan, sehingga
keluarga menyadari pentingnya keikutsertaan dalam perawatan
penderita DM agar kadar gula darah penderita dapat terkendali
dengan baik.
Best Practise di
Indonesia
Sebaiknya keluarga mempunyai pengetahuan tentang
apa saja faktor risiko yang dapat memengaruhi kadar gula darah
bisa naik (hiperglikemia) atau turun (hipoglikemia) diantaranya
yaitu cara pengendalian stres, infeksi, kaki diabetes, gangguan
ginjal, diabetes dengan kehamilan, diabetes dengan ibadah puasa,
diabetes yang menggunakan steroid, gangguan ginjal. Intervensi
pendidikan pada keluarga dapat memberikan dukungan emosional
dan psikologis membantu mempromosikan perilaku yang sehat.
Meningkatkan pengetahuan keluarga otomatis meningkatkan
pengetahuan pasien DM, karena itu agar berhasil pengelolaan
pengendalian kadar gula darah pasien DM tipe 2 maka melibatkan
anggota keluarga dalam setiap kontrol rutin di pelayanan kesehatan
mutlak diperlukan mengingat sebagian pasien DM tipe 2 adalah
orang lanjut usia yang sudah mengalami sebagian kemunduran
organ fisiologisnya seperti penglihatan, pendengaran dan memori.
Pengetahuan lain yang harus ditingkatkan baik pasien maupun
keluarga adalah seperti pengendalian penyebabnya, yang meliputi
pengendalian kenaikan berat badan bisa mengarah kepada
timbulnya obesitas, pengendalian timbulnya komplikasi penyakit
lain, serta perencanaan diit dan olah raga yang sesuai dengan
pedoman untuk penderita DM.
Tidak hanya pengetahuan saja yang perlu dimiliki
oleh keluarga namun juga aplikasi dari pengetahuan yaitu sikap yang
mereka miliki, misalnya mereka tahu bahwa penderita Diabetes
Melitus perlu mengendalikan pola makanannya, untuk itu mereka
juga mau mengontrol makanan yang dimakan si penderita Diabetes,
mengajak kontrol rutin ke sarana kesehatan, berolahraga sesuai
jadwal dan minum obat rutin serta menghilangkan stres, juga
diperlukan motivasi dan perilaku pasien yang baik Sehingga
kemungkinan kadar glukosa meninggi dapat terminimalisir dengan
baik dan komplikasi terhindarkan kualitas hidup pasien terjaga baik
serta mencegah DM baru pada anggota tersebut.
Adapun keterbatasan dan kelemahan yang ada antara lain;
• Tidak semua faktor yang memengaruhi terkendalinya kadar gula
darah diteliti.
• Faktor yang perlu diteliti lebih lanjut antara lain adalah motivasi,
perilaku, budaya dan faktor geografis. Penelitian ini menggunakan
desain cross sectional (potong lintang).
Best Practise di
Indonesia
Diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat utama di Uni Eropa. Peningkatan dramatis dalam kasus
baru diabetes tipe 2 telah berkembang menjadi perhatian kesehatan
masyarakat utama dari Uni Eropa (UE) yang mempengaruhi hampir
semua populasi di negara maju dan berkembang. Diabetes dan
gangguan toleransi glukosa semakin muncul di antara orang tua, dan
baru-baru ini juga pada orang yang lebih muda, dengan peningkatan
paling cepat pada kelompok usia di bawah 30-40 tahun. Sementara
lebih banyak orang yang terkena diabetes selama kehidupan kerja
mereka, diabetes menyebabkan beban ekonomi bagi pasien dan
masyarakat.
Dari meta-analisis besar baru-baru ini menunjukkan
bahwa lebih dari setengah orang Eropa akan menderita
hiperglikemia dan/atau diabetes selama hidup mereka. Hal ini
mengakibatkan tingkat komplikasi yang meningkat secara dramatis,
terutama komplikasi kardiovaskular, dan peningkatan biaya karena
perawatan medis jangka panjang dan intensif.
Beberapa penelitian telah menunjukkan secara
meyakinkan bahwa pencegahan diabetes tipe 2 dapat dilakukan.
Metode intervensi terbaik untuk mencegah diabetes masih belum jelas,
tetapi ada banyak bukti bahwa hingga 60% diabetes dapat dicegah atau
ditunda pada individu berisiko tinggi melalui modifikasi gaya hidup
dan/atau intervensi farmakologi. Intervensi gaya hidup, mengatasi diet
dan olahraga, mengurangi risiko berkembang dari gangguan toleransi
glukosa (IGT) menjadi diabetes sebesar 43% dan 58%, sedangkan obat
hipoglikemik oral, metformin, mengurangi risiko sebesar 31%.
Intervensi pencegahan tampaknya lebih efektif pada orang tua dan
orlistat telah terbukti menurunkan secara signifikan perkembangan
gangguan toleransi glukosa menjadi diabetes. Temuan ini baru-baru ini
dikonfirmasi oleh Program Pencegahan Diabetes India (IDPP). Baru-
baru ini, data tindak lanjut dari Studi Pencegahan Diabetes Finlandia
(DPS) menunjukkan bahwa efek menguntungkan dari intervensi gaya
hidup dipertahankan selama beberapa tahun setelah menghentikan
intervensi aktif. Dengan menerapkan data ini pada populasi Eropa, kita
dapat mengharapkan pengurangan risiko diabetes yang nyata dengan
asumsi bahwa kita mampu menerapkan pro- pencegahan diabetes yang
efisien.
Best Practise di
Eropa
Uni Eropa.telah melakukan pengembangan dan
implementasi dari A European Guideline and training standards for
diabetes prevention (IMAGE) project yang diprakarsai oleh Teknis
Universitas Dresden. Dalam proyek IMAGE, terdiri empat tujuan
khusus yaitu sebagai berikut:
• Pengembangan pedoman Eropa
Untuk meningkatkan informasi dan pengetahuan tentang strategi
kesehatan masyarakat untuk mencegah DM tipe 2 dan penyakit
penyertanya
• Pengembangan kurikulum Eropa untuk pelatihan manajer
pencegahan
meningkatkan kemampuan profesional kesehatan untuk merespon
dengan cepat peningkatan drastis DM tipe 2 dan bebannya kepada
masyarakat.
• Pengembangan standar Eropa untuk jaminan kualitas
dalam pencegahan diabetes tipe 2
Tujuan untuk jaminan kualitas adalah untuk mengembangkan dan
menerapkan proses untuk sistem evaluasi berkelanjutan program
pencegahan primer di seluruh Eropa untuk diabetes tipe 2.
• Pengembangan portal pelatihan e-kesehatan Eropa untuk
manajer pencegahan
Untuk menerapkan program pencegahan diabetes primer berkualitas
tinggi secara nasional terdesentralisasi untuk meningkatkan
ketersediaan informasi kesehatan berbasis bukti untuk penyedia layanan
kesehatan teknik inovatif untuk program pendidikan yang memadai bagi
para profesional kesehatan diperlukan
Proyek IMAGE ini akan berlangsung selama tiga tahun,
yakni mulai pada bulan Juni tahun 2007 dan telah melibatkan 32
institusi dari 16 negara yang ikut berkecimpung. Proyek IMAGE dapat
membantu mengatasi masalah ini. Ini akan mengembangkan standar
intervensi dan standar kontrol kualitas untuk program pencegahan
primer untuk diabetes tipe 2 di Eropa, juga mempertimbangkan
kebutuhan anak-anak dan remaja yang berisiko tinggi untuk penyakit
ini. Ini akan relevan tidak hanya untuk diabetes tetapi juga untuk
sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular. Standar yang
ditetapkan juga akan membahas pencegahan penyakit kronis ini karena
patofisiologinya terkait erat. Implementasi hasil proyek akan
menawarkan panduan praktis yang unik untuk pencegahan diabetes
untuk pertama kalinya di Eropa dalam bidang kedokteran pencegahan
yang baru berkembang ini. Hal ini dapat dijadikan contoh untuk
manajemen gaya hidup untuk mencegah penyakit kronis lainnya juga.
Best Practise di
Eropa
Diabetes dan penyakit kronis terkait obesitas telah
mencapai proporsi epidemi di antara masyarakat adat di
Kanada. Badan Kesehatan Masyarakat Kanada baru-baru ini
melaporkan tingkat prevalensi diabetes sebesar 17,2% di antara orang-
orang First Nations yang cadangan, 10,3% di antara Negara-negara
Pertama yang tidak cadangan dan 7,3% di antara Métis. Perbedaan
antara angka-angka ini dan tingkat prevalensi 5% di antara orang
Kanada non-Pribumi menggambarkan ancaman khusus yang
ditimbulkan oleh morbiditas terkait obesitas bagi masyarakat adat di
Kanada.
Tingkat diabetes dan penyakit kronis terkait di
kalangan masyarakat adat secara luas dianggap terutama disebabkan
oleh faktor nonmedis. Faktor-faktor nonmedis ini termasuk
sedentization dan perubahan pola makan biaya tinggi dan ketersediaan
terbatas makanan sehat di banyak masyarakat terpencil serta hambatan
sosiostruktural, seperti tingginya tingkat kemiskinan, infrastruktur
yang buruk dan kesempatan kerja yang terbatas di banyak
masyarakat adat. Selain itu, banyak masyarakat adat menghadapi
tantangan tambahan dalam mengakses perawatan kesehatan yang
tepat, karena banyak yang tinggal di daerah pedesaan dan terpencil
yang tidak memiliki perawatan primer yang komprehensif dan sering
berada pada jarak yang sangat jauh dari perawatan khusus.
Kondisi kerja dan isolasi yang penuh tekanan menghambat retensi petugas
kesehatan di daerah terpencil.
Penelitian intervensi yang berfokus pada diabetes di
komunitas Pribumi tampaknya menjadi prioritas rendah bagi penyandang
dana dan pembuat kebijakan Kanada. Para peneliti melaporkan hasil tinjauan
sistematis intervensi yang berfokus pada peningkatan skrining, pengobatan,
pencegahan dan pengelolaan diabetes tipe 2 dan penyakit kronis terkait
obesitas di masyarakat adat di Kanada antara 2008 dan 2014, dengan tujuan
mengidentifikasi praktik terbaik saat ini. Tinjauan ini dilakukan sebagai
komponen awal dari sebuah penelitian yang didanai oleh Canadian Institutes
of Health Research untuk menginformasikan desain dan pengiriman dan
pengujian intervensi multisite yang akan dilaksanakan di beberapa komunitas
adat di kanada. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mengembangkan
model perawatan diabetes yang efektif yang terintegrasi dengan dan
memperluas upaya pencegahan dan pengobatan diabetes yang ada di
komunitas ini dengan mendukung upaya mereka sendiri menuju peningkatan
dalam pemberian perawatan dan dalam pemrograman masyarakat.
Best Practise di
Canada
Para peneliti mengidentifikasi 17 publikasi, terdiri dari
13 intervensi yang dievaluasi. Dari mereka, 7 adalah program berbasis
sekolah yang berfokus pada anak-anak, 5 berfokus pada orang dewasa,
dan 1 mencakup orang dewasa dan anak-anak. Sebagian besar
intervensi ditujukan untuk mendorong perubahan perilaku, terutama
perubahan pola makan, tetapi tidak banyak membantu mengatasi
konteks mendasar dari marginalisasi sistemik dan kolonialisme yang
dialami di banyak komunitas Pribumi. Intervensi yang berfokus pada
peningkatan kebugaran lebih efektif daripada yang ditujukan pada
perubahan pola makan. Secara keseluruhan, para peneliti menemukan
berbagai keberhasilan di antara intervensi ini. Mereka yang mencapai
keberhasilan terbatas melaporkan bahwa masalah sosial yang
kompleks dan kemiskinan menghadirkan tantangan bagi pekerjaan
intervensi yang efektif di komunitas-komunitas ini.
Best Practise di
Canada
Argumen yang meyakinkan Pemerintah Australia untuk
memiliki program pencegahan diabetes muncul dari dampak pada
populasi pekerja dari meningkatnya prevalensi penyakit kronis yang
dapat dicegah. Pada saat itu, hanya setengah dari kasus diabetes yang
terdiagnosis dan seperempat penduduk Australia berisiko tinggi
terkena diabetes. Selama 2004 hingga 2006, pekerjaan dilakukan oleh
Dewan Pemerintah Australia (COAG) pada agenda reformasi ekonomi
baru untuk memastikan kemakmuran Australia di pasar global. COAG
kemudian mengumumkan tahap pertama reformasi sumber daya
manusia yang mencakup fokus khusus pada diabetes.
Pada tahun 2006, sebagai bagian dari pekerjaan yang
dilakukan untuk COAG, GGT DPP diidentifikasi sebagai satu-satunya
intervensi pencegahan diabetes berbasis bukti di Australia. Bukti
gabungan yang diperoleh dari prevalensi diabetes, analisis ekonomi,
bukti ilmiah tentang efektivitas pencegahan diabetes dari uji coba
terkontrol secara acak, dan hasil DPP GGT memperkuat kasus untuk
kebijakan nasional tentang pencegahan diabetes.
Best Practise di
Australia A. Peningkatan dari uji coba evaluatif: implementasi program pencegahan
diabetes skala besar
Pengetahuan tentang efektivitas intervensi, akseptabilitas,
penyerapan, jangkauan, biaya dan cara kerjanya dalam subkelompok
populasi yang berbeda dan melalui mekanisme mana, sangat penting untuk
penelitian, praktik, dan kebijakan kesehatan masyarakat. Evaluasi
semacam ini dapat menentukan intensitas, kesetiaan, dan keberlanjutan
program dalam jangka panjang.
Finlandia adalah negara pertama yang melakukan intervensi
pencegahan diabetes skala besar (DEHKO 2000-2010). Sebuah program
risiko tinggi berbasis komunitas dalam perawatan primer dan pekerjaan
untuk mencegah Diabetes Mellitu Tipe 2 yang disebut Program
Pencegahan Diabetes Nasional di Finlandia: FIN-D2D dikembangkan. Ini
mencapai rata-rata penurunan berat badan 1kg yang mewakili 16%
pengurangan risiko Diabetes Mellitus Tipe 2.
B. Implementasi program pencegahan diabetes skala besar di
Australia
COAG pada tahun 2007 setuju untuk menetapkan
pendekatan nasional untuk pencegahan diabetes mellitus tipe 2 pada
individu berisiko tinggi dan Pemerintah Australia mendanai $ 217 juta
dari 2007 hingga 2011 dengan sejumlah elemen termasuk:
• Mengembangkan alat Penilaian Risiko Diabetes Mellitus Tipe
2 Australia (AusDRISK)
• Menetapkan standar nasional untuk perubahan perilaku gaya
hidup intensif berbasis bukti (program modifikasi gaya hidup)
• Memperkenalkan item medicare baru untuk penilaian risiko
diabetes mellitus tipe 2 pada usia 40 hingga 49 tahun
• Mendanai intervensi perubahan perilaku gaya hidup intensif
(program modifikasi gaya hidup) untuk kelompok usia 40
hingga 49 tahun melalui kontrak dengan badan puncak untuk
Praktik Umum (Pengobatan Keluarga).
Best Practise di
Australia C. Mengambil Tindakan pada program Diabetes
Dari 2007 hingga 2011, life adalah intervensi gaya
hidup berbasis kelompok di seluruh negara bagian Victoria yang
menargetkan 25.000 warga Victoria berusia di atas 50 tahun yang
berisiko tinggi terkena diabetes mellitus tipe 2. 'life' terdiri dari
protokol komponen yang telah ditentukan sebelumnya termasuk
intervensi yang ditentukan secara ketat berdasarkan GGT DPP,
termasuk model HAPA untuk perubahan perilaku, pelatihan dan
manual fasilitator standar, dan manual peserta untuk mencatat kadar
lipid, tekanan darah, dan glukosa darah ditambah tujuan dan hasil
individual mereka. Pembayaran kepada fasilitator dikaitkan dengan
data yang dikembalikan untuk digunakan untuk peningkatan kualitas
dan evaluasi berkelanjutan. Teori perubahan perilaku HAPA
digunakan untuk mendorong peserta mengidentifikasi faktor-faktor
penentu utama pembentukan niat dan membuat perubahan gaya hidup
yang terkait dengan pola makan sehat dan gaya hidup aktif; dengan
demikian, mengurangi risiko diabetes mellitus tipe 2 dan CVD tersebut
D. Lima gol DPS Finlandia dipertahankan
Peserta adalah individu berusia 50 tahun atau lebih
dengan skor AusDRisk >12 atau, berusia 18 tahun, penduduk asli
Australia dengan skor AusDRisk >12, berusia 18 tahun atau lebih
dengan kondisi risiko tinggi yang didiagnosis sebelumnya seperti
diabetes gestasional atau CVD terkait aterosklerosis.
'Life' memberikan kesempatan untuk mengevaluasi
efektivitas program pencegahan skala besar tersebut, dan yang
terpenting efektivitas biaya melalui Melbourne Diabetes Prevention
Study (MDPS) yang merupakan RCT yang mengevaluasi kemanjuran
dan efektivitas 'Life!' dengan memantau hasil klinis dan perilaku
peserta sebelum dan sesudah intervensi. Peserta secara acak
dialokasikan untuk menerima intervensi atau menerima perawatan
biasa selama periode waktu yang sama. Penilaian ekonomi 'Life!' juga
dimasukkan dalam MDPS untuk menentukan 'nilai-untuk-
uangnya'. MDPS juga telah memberikan kesempatan untuk
mengevaluasi pelaksanaan program pencegahan diabetes berbasis
bukti di dunia nyata
Best Practise di
Australia E. Pelajaran dari scaling up
Program drift' adalah penyimpangan dari protokol yang
mengakibatkan pengurangan efek. 'Voltage drop' menunjukkan
berkurangnya manfaat dari program pencegahan diabetes ketika
mereka beralih dari uji coba kemanjuran ke dunia nyata. Di bagian ini,
pelajaran yang didapat dari cara yang sulit di Australia dicatat untuk
kepentingan mereka yang merancang program pencegahan diabetes
nasional. Pengalaman Australia menunjukkan bahwa efek dan manfaat
dapat ditingkatkan. Apa yang hilang adalah pengukuran kinerja yang
berkelanjutan dalam mencapai lima tujuan DPS Finlandia, dan
pengurangan kolesterol dan tekanan darah. Ini adalah prediktor yang
diketahui dari hasil klinis. Teknik audit klinis seperti siklus
'Rencanakan-Lakukan-Studi-Tindakan' harus diterapkan pada semua
aspek penyampaian program.
KESIMPULAN
Diabetes didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai
penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau ketika
tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes tidak
hanya menjadi penyebab kematian prematur di seluruh dunia, namun juga dapat menjadi
penyebab utama kematian kebutaan, penyakit jantung, gagal ginjal. Tanda dan gejala DM
(Diabetes Melitus) diantaranya yaitu: sering kencing (poliuri), adanya rasa haus yang
berlebihan (polidipsi), merasa sangat lapar (poliphagi), kelelahan yang ekstrim, pandangan
menjadi kabur, adanya luka atau memar yang proses penyembuhannya lambat, penurunan
berat badan yang cepat, kesemutan serta mati rasa pada tangan atau kaki. Negara di wilayah
Arab dan Afrika Utara menempati peringkat pertama dan kedua dengan prevalensi diabetes
dengan rentang usia 20-79 tahun sebesar 11,4%-12,2%. Peringkat ketiga ditempati oleh
wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia memiliki prevalensi sebesar 11,3%. Tantangan
terbesar dalam pengendalian diabetes mellitus adalah pada proses skrining. Penyakit kronis
yang tidak memunculkan gejala secara langsung, menyebabkan penyakit diabetes mellitus
akan diderita oleh banyak orang namun tidak semuanya mengetahui bahwa mereka berisiko
menderita diabetes mellitus. Strategi yang efektif yang perlu dilakukan dalam pengendalian
diabetes mellitus dilakukan secara terintegrasi dan menyeluruh, berbasis masyarakat dengan
kerjasama lintas program, lintas sektor dan swasta (organisasi profesi dan organisasi
masyarakat). Program WDF dan IDF merupakan program yang sebagian besar telah diadopsi
oleh organisasi yang berkecimpung di bidang diabetes di Indonesia. Selain itu, keterlibatan
anggota keluarga sangat berperan serta dalam pemberian intervensi pada pasien DM terutama
tipe2 untuk terus memberikan dukungan emosional dan psikologis pada pasien yang terkena
penyakit diabetes milletus.
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.
Thanks!
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018, November). Retrieved Oktober 2021, from Indonesia Tangani Diabetes Melalului
Pemberdayaan Masyaraka :https://www.kemkes.go.id/article/view/18112700001/indonesia-tangani-diabetes-melalui-
pemberdayaan-masyarakat.html
Kementerian Kesehatan RI. INFODATIN Tetap produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Melitus. 2020.
Asman, A., Shinthania, D., & Marni, L. (2020). Perawatan Diabetes Melitus Di Komunitas. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 11.
Hestiana, D. W. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien Rawat Jalan
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kota Semarang. Jurnal of Health Education, 2.
Kurniawati, N., Suryawati, C., & Arso, S. P. (2019). Evaluasi Program Pengendalian Diabetes Melitus Pada Usia Produktif Di
Puskesas Sapuran Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7.
Suminar, G. R., Sari, C. W., & Shalahuddin, I. (2019). Penceahan Primer dan Perilaku Sehat PadaSetiap Anggota Keluarga yang
Tidak Menderita Diabetes Melitus di Dalam Keluarga dengan Diabetes Melitus. HolistikJurnal Kesehatan, 13.
IDF. (2019). IDF Diabetes Atlas, 9th edn. Brussels, Belgium. In Atlas de la Diabetes de la FID.
Kam, A., Efendi, Y., P., Decroli, G., P., Rahmadi, A., 2019. Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Kemeneterian RI. (2018). Laporan Provinsi Kepulauan Riau Riskesdas 2018. Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan 2019.
Kementerian Kesehatan RI, 2020. Infodatin Diabetes Melitus. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Dunbar, JA (2017). Pencegahan diabetes di Australia: 10 tahun hasil dan pengalaman. Jurnal diabetes & metabolisme,41(3), 160-167.
Schwarz, P. E., Gruhl, U., Bornstein, S. R., Landgraf, R., Hall, M., & Tuomilehto, J. (2007). The European Perspective on Diabetes
Prevention: development and Implementation of A European Guideline and training standards for diabetes prevention
(IMAGE). Diabetes and Vascular Disease Research, 4(4), 353-357.
Dewi Pratita, N. (2012). Hubungan Dukungan Pasangan Dan Health Locus of Control Dengan Kepatuhan Dalam Menjalani Proses
Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 1(1), 86–96.
Kurniawati, N., Suryawati, C., & Arso, S. P. (2019). Evaluasi Program Pengendalian Diabetes Melitus pada Usia Produktif di
Puskes Sapuran Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UNDIP, 7(4), 2356–3346.
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm%0AEVALUASI
Pardede, T. E., Rosdiana, D., & Christianto, E. (2017). Gambaran Pengendalian Diabetes Melitus Berdasarkan Parameter Indeks
Massa Tubuh dan Tekanan Darah di Poli Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 2(1), 1-10.
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0167273817305726%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41467-017-
017721%0Ahttp://www.ing.unitn.it/~luttero/laboratoriomateriali/RietveldRefinements.pdf%0Ahttp://www.intecho
en.com/books /spectroscopic-analyses-developments-an
Ariane, C. P. (2014) ‘EPIDEMIOLOGI dan KEBIJAKAN PENGENDALIAN DIABETES MELITUS DI INDONESIA’,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen kesehatan RI. (2008) Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik. Available at:
file:///D:/ebook/dsa664.pdf.
Pemerintah Indonesia (2009) ‘Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan’, 2(5), p. 255.
Available at: ???
PERKENI (2019) ‘Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia.’, PB PERKENI.

More Related Content

What's hot

Jurnal agung sudarmawan
Jurnal agung sudarmawanJurnal agung sudarmawan
Jurnal agung sudarmawanBedainaZa
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusArif Al-Amin
 
Makala diet untuk penyakit diabetes melitus
Makala diet untuk penyakit diabetes melitusMakala diet untuk penyakit diabetes melitus
Makala diet untuk penyakit diabetes melitusSeptian Muna Barakati
 
Penyakit NCD Di Malaysia
Penyakit NCD Di Malaysia Penyakit NCD Di Malaysia
Penyakit NCD Di Malaysia HCY 7102
 
Cakrawala ed. 1 april 2013
Cakrawala ed. 1 april 2013Cakrawala ed. 1 april 2013
Cakrawala ed. 1 april 2013Vicha Annisa
 
Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...
Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...
Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...Rini Wahyuni
 
Review tentang diabetes melitus oktober 2016
Review tentang diabetes melitus oktober 2016Review tentang diabetes melitus oktober 2016
Review tentang diabetes melitus oktober 2016Responiel Halawa
 
Tugas online 8 , Ima Rusdiana, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim Ahmad, Pas...
Tugas online 8 , Ima Rusdiana, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim Ahmad, Pas...Tugas online 8 , Ima Rusdiana, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim Ahmad, Pas...
Tugas online 8 , Ima Rusdiana, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim Ahmad, Pas...imarusdiana
 
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetesPengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetesNiakhairani
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...Rini Wahyuni
 
Jurnal Hery Wismono
Jurnal Hery WismonoJurnal Hery Wismono
Jurnal Hery Wismonosapakademik
 
Asuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_j
Asuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_jAsuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_j
Asuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_jmialing2
 
Jurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensiJurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensinrukmana rukmana
 

What's hot (19)

Jurnal agung sudarmawan
Jurnal agung sudarmawanJurnal agung sudarmawan
Jurnal agung sudarmawan
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Makala diet untuk penyakit diabetes melitus
Makala diet untuk penyakit diabetes melitusMakala diet untuk penyakit diabetes melitus
Makala diet untuk penyakit diabetes melitus
 
Jurnal elyasari
Jurnal elyasariJurnal elyasari
Jurnal elyasari
 
Rancangan proposal
Rancangan proposalRancangan proposal
Rancangan proposal
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Penyakit NCD Di Malaysia
Penyakit NCD Di Malaysia Penyakit NCD Di Malaysia
Penyakit NCD Di Malaysia
 
Cakrawala ed. 1 april 2013
Cakrawala ed. 1 april 2013Cakrawala ed. 1 april 2013
Cakrawala ed. 1 april 2013
 
Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...
Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...
Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...
 
Review tentang diabetes melitus oktober 2016
Review tentang diabetes melitus oktober 2016Review tentang diabetes melitus oktober 2016
Review tentang diabetes melitus oktober 2016
 
Tugas online 8 , Ima Rusdiana, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim Ahmad, Pas...
Tugas online 8 , Ima Rusdiana, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim Ahmad, Pas...Tugas online 8 , Ima Rusdiana, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim Ahmad, Pas...
Tugas online 8 , Ima Rusdiana, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Hasyim Ahmad, Pas...
 
Makalah permasalahan pada anak usia dini
Makalah permasalahan pada anak usia diniMakalah permasalahan pada anak usia dini
Makalah permasalahan pada anak usia dini
 
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetesPengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
 
Diabetesmellitus
DiabetesmellitusDiabetesmellitus
Diabetesmellitus
 
Jurnal Hery Wismono
Jurnal Hery WismonoJurnal Hery Wismono
Jurnal Hery Wismono
 
prinsip - prinsip ilmu gizi
prinsip - prinsip ilmu giziprinsip - prinsip ilmu gizi
prinsip - prinsip ilmu gizi
 
Asuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_j
Asuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_jAsuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_j
Asuhan keperawatan pada_anak_dengan_dm_j
 
Jurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensiJurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensi
 

Similar to Kelompok 4 Diabetes Melitus_Kajian Startegis Kesehatan Masyarakat Global

PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docx
PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docxPROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docx
PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docxKPSRSUI
 
Jurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawiJurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawisapakademik
 
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyaman
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyamanAndrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyaman
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyamanAndrew Hidayat
 
4I_kelompok 2_EPTM perilaku cerdik (2).pptx
4I_kelompok 2_EPTM perilaku cerdik (2).pptx4I_kelompok 2_EPTM perilaku cerdik (2).pptx
4I_kelompok 2_EPTM perilaku cerdik (2).pptxauffanabila
 
Diabetes sebagai penyakit tidak menular
Diabetes sebagai penyakit tidak menularDiabetes sebagai penyakit tidak menular
Diabetes sebagai penyakit tidak menularRonaldoMasrikat
 
ANALISIS SITUASI ADVOKES.docx
ANALISIS SITUASI ADVOKES.docxANALISIS SITUASI ADVOKES.docx
ANALISIS SITUASI ADVOKES.docxCitraMauliaDewi
 
Bab i pendahuluan hmmmm
Bab i pendahuluan hmmmmBab i pendahuluan hmmmm
Bab i pendahuluan hmmmmCeria Pradana
 
Tugas empimediologi norni eks b
Tugas empimediologi norni eks bTugas empimediologi norni eks b
Tugas empimediologi norni eks bNorniStg
 
Kelompok 4_Diabetes Mellitus.pdf.3214676
Kelompok 4_Diabetes Mellitus.pdf.3214676Kelompok 4_Diabetes Mellitus.pdf.3214676
Kelompok 4_Diabetes Mellitus.pdf.3214676NurSalsa1
 
Dukungan keluarga dengan keteraturan pengunaan insulin pada pasien diabetes...
Dukungan keluarga  dengan keteraturan pengunaan  insulin pada pasien diabetes...Dukungan keluarga  dengan keteraturan pengunaan  insulin pada pasien diabetes...
Dukungan keluarga dengan keteraturan pengunaan insulin pada pasien diabetes...Alva Cherry Mustamu
 
PENCEGAHAN_DAN_PENGENDALIAN_PTM_TERPADU.ppt
PENCEGAHAN_DAN_PENGENDALIAN_PTM_TERPADU.pptPENCEGAHAN_DAN_PENGENDALIAN_PTM_TERPADU.ppt
PENCEGAHAN_DAN_PENGENDALIAN_PTM_TERPADU.pptwidodo31
 
PPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptx
PPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptxPPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptx
PPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptxridiputra
 
Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...
Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...
Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...mataram indonesia
 
materi diabetes and pharmacy ibu dona.pptx
materi diabetes and pharmacy ibu dona.pptxmateri diabetes and pharmacy ibu dona.pptx
materi diabetes and pharmacy ibu dona.pptxsalsabilaJacob
 

Similar to Kelompok 4 Diabetes Melitus_Kajian Startegis Kesehatan Masyarakat Global (20)

PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docx
PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docxPROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docx
PROPOSAL PROMOSI KESEHATAN GERONTIK_(KEL 5A).docx
 
Jurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawiJurnal deni asnawi
Jurnal deni asnawi
 
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyaman
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyamanAndrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyaman
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyaman
 
Epidemiologi Diabetes Mellitus
Epidemiologi Diabetes MellitusEpidemiologi Diabetes Mellitus
Epidemiologi Diabetes Mellitus
 
4I_kelompok 2_EPTM perilaku cerdik (2).pptx
4I_kelompok 2_EPTM perilaku cerdik (2).pptx4I_kelompok 2_EPTM perilaku cerdik (2).pptx
4I_kelompok 2_EPTM perilaku cerdik (2).pptx
 
Diabetes sebagai penyakit tidak menular
Diabetes sebagai penyakit tidak menularDiabetes sebagai penyakit tidak menular
Diabetes sebagai penyakit tidak menular
 
ANALISIS SITUASI ADVOKES.docx
ANALISIS SITUASI ADVOKES.docxANALISIS SITUASI ADVOKES.docx
ANALISIS SITUASI ADVOKES.docx
 
Bab i pendahuluan hmmmm
Bab i pendahuluan hmmmmBab i pendahuluan hmmmm
Bab i pendahuluan hmmmm
 
Reny hartikasari
Reny hartikasariReny hartikasari
Reny hartikasari
 
Tugas empimediologi norni eks b
Tugas empimediologi norni eks bTugas empimediologi norni eks b
Tugas empimediologi norni eks b
 
Diabetesmellitus
DiabetesmellitusDiabetesmellitus
Diabetesmellitus
 
BAB I revisi.doc
BAB I revisi.docBAB I revisi.doc
BAB I revisi.doc
 
Kelompok 4_Diabetes Mellitus.pdf.3214676
Kelompok 4_Diabetes Mellitus.pdf.3214676Kelompok 4_Diabetes Mellitus.pdf.3214676
Kelompok 4_Diabetes Mellitus.pdf.3214676
 
Dukungan keluarga dengan keteraturan pengunaan insulin pada pasien diabetes...
Dukungan keluarga  dengan keteraturan pengunaan  insulin pada pasien diabetes...Dukungan keluarga  dengan keteraturan pengunaan  insulin pada pasien diabetes...
Dukungan keluarga dengan keteraturan pengunaan insulin pada pasien diabetes...
 
WHAT IS DIABETES.pdf
WHAT IS DIABETES.pdfWHAT IS DIABETES.pdf
WHAT IS DIABETES.pdf
 
PENCEGAHAN_DAN_PENGENDALIAN_PTM_TERPADU.ppt
PENCEGAHAN_DAN_PENGENDALIAN_PTM_TERPADU.pptPENCEGAHAN_DAN_PENGENDALIAN_PTM_TERPADU.ppt
PENCEGAHAN_DAN_PENGENDALIAN_PTM_TERPADU.ppt
 
LO 7.pptx
LO 7.pptxLO 7.pptx
LO 7.pptx
 
PPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptx
PPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptxPPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptx
PPT SEMPRO SAMSURI DIABETES MELLITUS.pptx
 
Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...
Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...
Kti ku pola penggunaan obat anti diabetes pada pasien jaminan kesehatan nasio...
 
materi diabetes and pharmacy ibu dona.pptx
materi diabetes and pharmacy ibu dona.pptxmateri diabetes and pharmacy ibu dona.pptx
materi diabetes and pharmacy ibu dona.pptx
 

More from Safira Sahida

International Health Regulation (IHR)
International Health Regulation (IHR)International Health Regulation (IHR)
International Health Regulation (IHR)Safira Sahida
 
Introduction to Global Health as an overview
Introduction to Global Health as an overviewIntroduction to Global Health as an overview
Introduction to Global Health as an overviewSafira Sahida
 
Manajemen Bencana Alam
Manajemen Bencana Alam Manajemen Bencana Alam
Manajemen Bencana Alam Safira Sahida
 
Manajemen Kedaruratan Kesehatan Lingkungan
Manajemen Kedaruratan Kesehatan LingkunganManajemen Kedaruratan Kesehatan Lingkungan
Manajemen Kedaruratan Kesehatan LingkunganSafira Sahida
 
Pengantar Biostatistik Inferensial
Pengantar Biostatistik InferensialPengantar Biostatistik Inferensial
Pengantar Biostatistik InferensialSafira Sahida
 
Konsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
Konsep Pengorganisasian Pengembangan MasyarakatKonsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
Konsep Pengorganisasian Pengembangan MasyarakatSafira Sahida
 

More from Safira Sahida (7)

Asuransi Kesehatan
Asuransi KesehatanAsuransi Kesehatan
Asuransi Kesehatan
 
International Health Regulation (IHR)
International Health Regulation (IHR)International Health Regulation (IHR)
International Health Regulation (IHR)
 
Introduction to Global Health as an overview
Introduction to Global Health as an overviewIntroduction to Global Health as an overview
Introduction to Global Health as an overview
 
Manajemen Bencana Alam
Manajemen Bencana Alam Manajemen Bencana Alam
Manajemen Bencana Alam
 
Manajemen Kedaruratan Kesehatan Lingkungan
Manajemen Kedaruratan Kesehatan LingkunganManajemen Kedaruratan Kesehatan Lingkungan
Manajemen Kedaruratan Kesehatan Lingkungan
 
Pengantar Biostatistik Inferensial
Pengantar Biostatistik InferensialPengantar Biostatistik Inferensial
Pengantar Biostatistik Inferensial
 
Konsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
Konsep Pengorganisasian Pengembangan MasyarakatKonsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
Konsep Pengorganisasian Pengembangan Masyarakat
 

Recently uploaded

mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARGregoryStevanusGulto
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRJessieArini1
 
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptmutupkmbulu
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docxhurufd86
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfMeiRianitaElfridaSin
 

Recently uploaded (12)

mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
 
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
 

Kelompok 4 Diabetes Melitus_Kajian Startegis Kesehatan Masyarakat Global

  • 2. Uslifatil Jannah 182110101039 Hashifah Azatil Ismah 182110101027 Achmad ababil 182110101072 Jeni Dian Dianata 182110101085 Fakhirah Riskhamulya P 182110101108 Adinda Safira Permana 182110101110 Safira Sahida Dini 182110101148 Siti Salma Maulida Budairi 192110101004 Bagas Triono 192110101180 Deby Laras Andira 212110101194 ANGGOTA KELOMPOK
  • 3. Pokok Bahasan Latar Belakang Upaya Preventif Data DM Best Practice DM (di luar negeri) Tantangan Pengendalian DM Best Practice DM (di indonesia)
  • 4. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006, (Hestiana, 2017)). Diabetes tidak hanya menjadi penyebab kematian prematur di seluruh duni, namun juga dapat menjadi penyebab utama kematian kebutaan, penyakit jantung, gagal ginjal. Organisasi International Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang padausia 20-79 tahun di dunia dengan penderita diabetes pada tahun 2019 (Kementerian Kesehatan RI. 2020). Indonesia berada di peringkat ke 7 diantara 10 negara dengan jumlah kasus diabetes terbanyak yaitu sebesar 10,7 juta. Indonesia dapat diperkirakan besar berkontribusi terhadap prevalensi kasus diabetes di kawasan Asia tenggara, karena menjadi satu-satunya Negara di Asia Tenggara pada daftar kasus tertinggi diabetes didunia (Kementerian Kesehatan RI. 2020). Secara klinis terdapat dua tipe diabetes mellitus yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan kasus terbanyak dengan prosentase 80-95% dari seluruh kasus diabetes mellitus (Asman, Shinthania, & Marni, 2020) Diabetes didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (Kurniawati, Suryawati, & Arso, 2019). Tanda dan gejala DM (Diabetes Melitus) diantaranya yaitu: sering kencing (poliuri), adanya rasa haus yang berlebihan (polidipsi), merasa sangat lapar (poliphagi), kelelahan yang ekstrim, pandangan menjadi kabur, adanya luka atau memar yang proses penyembuhannya lambat, penurunan berat badan yang cepat, kesemutan serta mati rasa pada tangan atau kaki (Suminar, Sari, & Shalahuddin, 2019) Apabila tidak segera mendapatkan terapi, diabetes mellitus akan menimbulkan komplikasi seperti jantung koroner, stroke, gangren atau luka kaki, gagal ginjal, retinopatidiabetik, aterosklerosis, kesemutan, dan disfungsi ereksi.
  • 5. Latar Belakang Dalam hal ini Indonesia berkomitmen mencegah dan mengendalikan Diabetes melalui pemberdayaan masyarakat. Sebagai bagian dari upaya pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM), Pemerintah Indonesia telah membentuk Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM, sebagai upaya terdepan pencegahan dan pengendalian PTM (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi permasalahan diabetes militus yaitu dengan pelaksanaan program pengendalian diabetes mellitus yang ditekankan pada promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Demi meningkatkan cakupan skrining diabetes mellitus, pelayanan skrining masuk kedalam salah satu program standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan yaitu indikator pelayanan kesehatan pada usia 15- 59 tahun (Kurniawati, Suryawati, & Arso, 2019). Keterlibatan masyarakat melalui upaya kesehatan berbsis masyarakat (UKBM) juga memiliki peran penting dalam pengendalian diabetes mellitus atau yang lebih dikenal dengan pobsindu (Kementerian Kesehatan RI. 2020). Pencegahan dan pengendalian diabetes mellitus di Indonesia perlu dilakukan agar individu yang sehat tetap sehat, orang yang sudah memiliki faktor risiko dapat mengendalikan faktor risiko agar tidak jatuh sakit diabetes, dan orang yang sudah menderit diabetes mellitus dapat mengendalikan penyakitnya agar tidak terjadi komplikasi sampai kematian dini. Upaya pencegahan dan pengendalian diabetes dilakukan beberapa cara dintaranya melalui edukasi, deteksi dini faktor risiko PTM ,dan tatalaksana sesuai standar (Kementerian Kesehatan RI. 2020). Berdasarkan latar belakang tersebut penulis bertujuan menjabarkan upaya pengendalian serta tantangan yang dihadapi dalam penangann kasus diabetes mellitus.
  • 6. Data Diabetes Melitus di Indonesia Data Diabetes Melitus di Dunia Data Diabetes Melitus di Indonesia Prevalensi penderita DM di Jawa Timur sendiri mencapai 2,1% data tersebut melebihi prevalensi nasional, pada tahun 2013- 2018 kecuali provinsi NTT terdapat 4 provinsi yang peningkatan prevalensi DM yaitu DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur. Beberapa provinsi mengalami peningkatan sebesar 0,9% yaitu Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Banten, Gorontalo dan Papua Barat. NTT terendah sebesar 0,9% diikuti dengan Maluku dan Papua. Data terbaru menurut Internasional Diabetes Federation (FDI) tahun 2017 bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia dengan jumlah diabetes sebanyak 10,3 juta jiwa dengan rentang usia 20-79 tahun sebanyak 27,7 juta, apabila tidak di tangani dengan baik. WHO mengetismasikan angka kejadian diabetes di Indonesia melonjak drastis menjadi 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang. Di perkirakan akan bertambah menjadi 35,6 juta pada tahun 2045. • Negara di wilayah Arab dan Afrika Utara menempati peringkat pertama dan kedia dengan prevalensi diabetes dengan rentang usia 20-79 tahun sebesar 11,4%-12,2%. • Peringkat ketiga ditempati oleh wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia memiliki prevalensi sebesar 11,3%. • Berdasarkan jenis kelamin menurut FDI memperkirakan di tahun 2019 permempuan sebesar 9%, sedangkan laki-laki 9,65% • Prevalensi DM meningkat seiring penambahan umur penduduk menjadi 19,3% atau 11,2 juta orang yang berumur 65-79 tahun. • Angka diprediksi terus meningkat hingga mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045
  • 7. Tantangan Pengendalian DM Penderita diabetes mellitus sangat penting untuk melakukan pengobatan secara rutin. Penyakit ini ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah yang melebihi batas normal dan peningkatan kadar gula tersebut dapat terjadi dalam waktu yang cepat sehingga perlu dilakukan upaya penanganan yang tepat dan serius (Dewi Pratita, 2012). Pengobatan untuk penyakit diabetes mellitus akan berlangsung seumur hidup. Hal ini memungkinan adanya titik kejenuhan bagi penderita dalam proses pengobatan. Sehingga proses pengobatan diabetes mellitus ini dapat menjadi sebuah tantangan pengendalian penyakit itu sendiri. Menurut (Dewi Pratita, 2012), terdapat hubungan yang signifikan antara HLOC dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada penderita dibetes mellitus. Sehingga keberhasilan pengobatan diabetes mellitus tergantung dari pasien itu sendiri dalam mengendalikan kondisi penyakitnya dengan menjaga kadar gula darah (Pardede et al., 2017). Pengendalian yang dapat dilakukan diantaranya seperti edukasi kepada pasien diabetes mellitus, latihan jasmani dan juga penerapan terapi nutrisi medis (TNM) serta terpai farmakologi. Sedangkan menurut (Kurniawati et al., 2019) tantangan terbesar dalam pengendalian diabetes mellitus adalah pada proses skrining. Dimana penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang tidak memunculkan gejala secara langsung. Hal ini sesuai dengan teori gunung es yang mana berkemungkinan besar bahwa penyakit diabetes mellitus akan diderita oleh banyak orang namun tidak semuanya mengetahui bahwa mereka berisiko menderita diabetes mellitus. Jadi dapat disimpulkan secara garis besar bahwa tantangan pengendalian diabetes mellitus adalah proses pengobatan yang membutuhkan waktu seumur hidup dan juga proses skrining yang kurang optimal. Namun tidak menutup kemungkinan masih banyak lagi tantangan dalam proses pengendalian diabetes mellitus.
  • 8. Upaya Preventif DM Upaya preventif diabetes melitus merupakan suatu upaya melakukan berbagai kegiatan pencegahan untuk menghindari atau mencegah terjadinya masalah kesehatan diabetes melitus. Upaya preventif yang efektif sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya diabetes tipe 2. Adapun kebijakan pengendalian diabetes melitus yang diterapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Ariane, 2014), meliputi: 1. Peningkatan upaya promotif dan preventif dengan mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 2. Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat melalui penyelenggaraan Posbindu PTM. 3. Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat melalui penyelenggaraan Posbindu PTM. 4. Penguatan peran pemerintah khususnya pemerintah daerah sesuai dengan kearifan lokal/karakteristik setempat dalam semangat otonomi daerah. 5. Pendekatan berjenjang dari masyarakat hingga ke pelayanan kesehatan tersier dengan rujuk balik (continuum of care ) dengan pendekatan berdasar siklus kehidupan. 6. Dukungan ketersediaan infrastruktur pelayanan kesehatan yang memadai dengan kendali mutu dengan tenaga kesehatan yang profesional pada setiap tatanan. Upaya penerapan langsung program/kegiatan yang dapat diterapkan populasi dan di lingkungan tertentu (sekolah, rumah, lingkungan kerja) yang berkontribusi kepada Kesehatan masyarakat, serta pencegahan diabetes melitus meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier,(PERKENI, 2019) sebagi berikut : 1. Pencegahan Primer : Ditujukan untuk kelompok beresiko. Dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang pola hidup sehat melalui program penurunan BB, latihan fisik. 2. Pencegahan Sekunder : merupakan upaya mencegah timbulnya komplikasi pada penderita DM. Meliputi pengendalian kadar glukosa dan faktor resiko penyulit/komplikasi, melakukan deteksi dini dan program penyuluhan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan. 3. Pencegahan Tersier : Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok DM yang telah mengalami komplikasi dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup. Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan komprehensif dan terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujuka
  • 9. Upaya Preventif DM Berikut merupakan tabel pengendalian diabetes melitus secara terintegrasi dan komprehensif berdasarkan upaya pencegahan (Departemen kesehatan RI., 2008)
  • 10. Diabetes Mellitus ini juga dikenal sebagai mother of disease yang merupakan induk/ibu dari penyakit-penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, gagal ginjal, dan kebutaan. Sebagian besar kasus diabetes melitus merupakan penyandang diabetes tipe 2 yang 90% penyebabnya adalah perubahan gaya hidup yang cenderung kurang aktifitas fisik, diet tidak sehat dan tidak seimbang serta konsumsi tembakau (merokok). Oleh karena itu, titik berat pengendalian Diabetes Melitus adalah pengendalian faktor resiko melalui aspek preventif dan promotif secara terintegrasi dan menyeluruh. WHO telah merekomendasikan bahwa strategi yang efektif yang perlu dilakukan dalam pengendalian diabetes mellitus dilakukan secara terintegrasi dan menyeluruh, berbasis masyarakat dengan kerjasama lintas program, lintas sektor dan swasta (organisasi profesi dan organisasi masyarakat). Menyadari upaya pengendalian Diabetes mellitus tidak dapat hanya dilakukan oleh sektor kesehatan atau pemerintah saja, namun WHO untuk kawasan Asia Tenggara / South East Asian Regional Office (SEARO) telah mengembangkan SEANET-NCD sebagai jejaring regional dengan memfasilitas negara anggota ASEAN dalam bentuk dukungan teknik dan manajemen serta InfoBase yang diperlukan untuk P2PTM. Pada tingkat global, World Diabetes Foundation (WDF) dan International Dubeles Federation (IDF) telah banyak berperan melalui berbagai programnya dalam pengendalian Diabetes mellitus dan Penyakit menular . Sebagai contoh, yaitu pada aksi bersama yang telah dilakukan oleh WDF dan IDF pada peringatan Hari Diabetes Sedunia atau World Diabetes Day (WDD) yang telah diumumkan oleh Perserkatan Bangsa Bangna (PBB) pada tanggal 20 Desember 2006 dalam press release Nomor 61/225 PBB telah mengeluarkan resolusi yang menghimbau kepada seluruh negara didunia untuk memperingati Hari Diabetes Sedunia setiap tanggal 14 November yang dimulai pada tahun 2007. Peringatan tersebut dimaksudkan untuk menarik perhatian masyarakat umum, para diabetisi dan keluarganya, profesi kesehatan dan penentu kebijakan untuk peduli terhadap masalah penyakit diabetes mellitus. Resolusi tersebut merupakan resolusi yang pertama untuk penyakit tidak menular dan dalam resolusi tersebut dinyatakan bahwa Hari Diabetes Sedunia dilaksanakan setiap tanggal 14 November dengan tujuan untuk mengobservasi kebijakan nasional tentang pencegahan, pengobatan dan perawatan diabetes setiap tahun yang telah dimulai pada tahun 2007. Best Practise di Indonesia
  • 11. Intervensi gaya hidup, mengatasi diet dan olahraga, mengurangi risiko berkembang dari gangguan toleransi glukosa (IGT) menjadi diabetes sebesar 43% dan 58%, sedangkan obat hipoglikemik oral, metformin, mengurangi risiko sebesar 31%. Intervensi pencegahan tampaknya lebih efektif pada orang tua dan orlistat telah terbukti menurunkan secara signifikan perkembangan gangguan toleransi glukosa menjadi diabetes. Temuan ini baru-baru ini dikonfirmasi oleh Program Pencegahan Diabetes India (IDPP). Baru-baru ini, data tindak lanjut dari Studi Pencegahan Diabetes Finlandia (DPS) menunjukkan bahwa efek menguntungkan dari intervensi gaya hidup dipertahankan selama beberapa tahun setelah menghentikan intervensi aktif. Dengan menerapkan data ini pada populasi Eropa, kita dapat mengharapkan pengurangan risiko diabetes yang nyata dengan asumsi bahwa kita mampu menerapkan pro- pencegahan diabetes yang efisien. Program WDF dan IDF sebagian besar telah diadopsi oleh organisasi yang berkecimpung di bidang diabetes di Indonesia, misalnya Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Persatuan Diabetisi Indonesia (PERSADIA), dan Perhimpunan Edukator indonesia (PEDI). Organias organisasi tersebut telah menjadi mitra Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) khususnya Subdit Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik dalam program pengendalian DM dan PM di Indonesia. Dengan demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan DM di setiap jenjang pemerintahan adalah kegiatan yang sangat penting dikembangkan. Anggota keluarga sangat berperan serta dalam pemberian intervensi pada pasien DM tipe 2 dalam memberikan dukungan emosional dan psikologis, membantu mengembangkan pengetahuan, sikap dan perilaku penderita yang sehat, serta mempromosikan manajemen diabetes secara mandiri. American Diabetes Association (ADA) mengatakan bahwa perencanaan pengelolaan diabetes harus dibicarakan sebagai terapetik individual antara pasien dan keluarganya, dan pasien harus menerima perawatan medis secara terkoordinasi dan integrasi dari tim kesehatan, sehingga keluarga menyadari pentingnya keikutsertaan dalam perawatan penderita DM agar kadar gula darah penderita dapat terkendali dengan baik. Best Practise di Indonesia
  • 12. Sebaiknya keluarga mempunyai pengetahuan tentang apa saja faktor risiko yang dapat memengaruhi kadar gula darah bisa naik (hiperglikemia) atau turun (hipoglikemia) diantaranya yaitu cara pengendalian stres, infeksi, kaki diabetes, gangguan ginjal, diabetes dengan kehamilan, diabetes dengan ibadah puasa, diabetes yang menggunakan steroid, gangguan ginjal. Intervensi pendidikan pada keluarga dapat memberikan dukungan emosional dan psikologis membantu mempromosikan perilaku yang sehat. Meningkatkan pengetahuan keluarga otomatis meningkatkan pengetahuan pasien DM, karena itu agar berhasil pengelolaan pengendalian kadar gula darah pasien DM tipe 2 maka melibatkan anggota keluarga dalam setiap kontrol rutin di pelayanan kesehatan mutlak diperlukan mengingat sebagian pasien DM tipe 2 adalah orang lanjut usia yang sudah mengalami sebagian kemunduran organ fisiologisnya seperti penglihatan, pendengaran dan memori. Pengetahuan lain yang harus ditingkatkan baik pasien maupun keluarga adalah seperti pengendalian penyebabnya, yang meliputi pengendalian kenaikan berat badan bisa mengarah kepada timbulnya obesitas, pengendalian timbulnya komplikasi penyakit lain, serta perencanaan diit dan olah raga yang sesuai dengan pedoman untuk penderita DM. Tidak hanya pengetahuan saja yang perlu dimiliki oleh keluarga namun juga aplikasi dari pengetahuan yaitu sikap yang mereka miliki, misalnya mereka tahu bahwa penderita Diabetes Melitus perlu mengendalikan pola makanannya, untuk itu mereka juga mau mengontrol makanan yang dimakan si penderita Diabetes, mengajak kontrol rutin ke sarana kesehatan, berolahraga sesuai jadwal dan minum obat rutin serta menghilangkan stres, juga diperlukan motivasi dan perilaku pasien yang baik Sehingga kemungkinan kadar glukosa meninggi dapat terminimalisir dengan baik dan komplikasi terhindarkan kualitas hidup pasien terjaga baik serta mencegah DM baru pada anggota tersebut. Adapun keterbatasan dan kelemahan yang ada antara lain; • Tidak semua faktor yang memengaruhi terkendalinya kadar gula darah diteliti. • Faktor yang perlu diteliti lebih lanjut antara lain adalah motivasi, perilaku, budaya dan faktor geografis. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang). Best Practise di Indonesia
  • 13. Diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di Uni Eropa. Peningkatan dramatis dalam kasus baru diabetes tipe 2 telah berkembang menjadi perhatian kesehatan masyarakat utama dari Uni Eropa (UE) yang mempengaruhi hampir semua populasi di negara maju dan berkembang. Diabetes dan gangguan toleransi glukosa semakin muncul di antara orang tua, dan baru-baru ini juga pada orang yang lebih muda, dengan peningkatan paling cepat pada kelompok usia di bawah 30-40 tahun. Sementara lebih banyak orang yang terkena diabetes selama kehidupan kerja mereka, diabetes menyebabkan beban ekonomi bagi pasien dan masyarakat. Dari meta-analisis besar baru-baru ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah orang Eropa akan menderita hiperglikemia dan/atau diabetes selama hidup mereka. Hal ini mengakibatkan tingkat komplikasi yang meningkat secara dramatis, terutama komplikasi kardiovaskular, dan peningkatan biaya karena perawatan medis jangka panjang dan intensif. Beberapa penelitian telah menunjukkan secara meyakinkan bahwa pencegahan diabetes tipe 2 dapat dilakukan. Metode intervensi terbaik untuk mencegah diabetes masih belum jelas, tetapi ada banyak bukti bahwa hingga 60% diabetes dapat dicegah atau ditunda pada individu berisiko tinggi melalui modifikasi gaya hidup dan/atau intervensi farmakologi. Intervensi gaya hidup, mengatasi diet dan olahraga, mengurangi risiko berkembang dari gangguan toleransi glukosa (IGT) menjadi diabetes sebesar 43% dan 58%, sedangkan obat hipoglikemik oral, metformin, mengurangi risiko sebesar 31%. Intervensi pencegahan tampaknya lebih efektif pada orang tua dan orlistat telah terbukti menurunkan secara signifikan perkembangan gangguan toleransi glukosa menjadi diabetes. Temuan ini baru-baru ini dikonfirmasi oleh Program Pencegahan Diabetes India (IDPP). Baru- baru ini, data tindak lanjut dari Studi Pencegahan Diabetes Finlandia (DPS) menunjukkan bahwa efek menguntungkan dari intervensi gaya hidup dipertahankan selama beberapa tahun setelah menghentikan intervensi aktif. Dengan menerapkan data ini pada populasi Eropa, kita dapat mengharapkan pengurangan risiko diabetes yang nyata dengan asumsi bahwa kita mampu menerapkan pro- pencegahan diabetes yang efisien. Best Practise di Eropa
  • 14. Uni Eropa.telah melakukan pengembangan dan implementasi dari A European Guideline and training standards for diabetes prevention (IMAGE) project yang diprakarsai oleh Teknis Universitas Dresden. Dalam proyek IMAGE, terdiri empat tujuan khusus yaitu sebagai berikut: • Pengembangan pedoman Eropa Untuk meningkatkan informasi dan pengetahuan tentang strategi kesehatan masyarakat untuk mencegah DM tipe 2 dan penyakit penyertanya • Pengembangan kurikulum Eropa untuk pelatihan manajer pencegahan meningkatkan kemampuan profesional kesehatan untuk merespon dengan cepat peningkatan drastis DM tipe 2 dan bebannya kepada masyarakat. • Pengembangan standar Eropa untuk jaminan kualitas dalam pencegahan diabetes tipe 2 Tujuan untuk jaminan kualitas adalah untuk mengembangkan dan menerapkan proses untuk sistem evaluasi berkelanjutan program pencegahan primer di seluruh Eropa untuk diabetes tipe 2. • Pengembangan portal pelatihan e-kesehatan Eropa untuk manajer pencegahan Untuk menerapkan program pencegahan diabetes primer berkualitas tinggi secara nasional terdesentralisasi untuk meningkatkan ketersediaan informasi kesehatan berbasis bukti untuk penyedia layanan kesehatan teknik inovatif untuk program pendidikan yang memadai bagi para profesional kesehatan diperlukan Proyek IMAGE ini akan berlangsung selama tiga tahun, yakni mulai pada bulan Juni tahun 2007 dan telah melibatkan 32 institusi dari 16 negara yang ikut berkecimpung. Proyek IMAGE dapat membantu mengatasi masalah ini. Ini akan mengembangkan standar intervensi dan standar kontrol kualitas untuk program pencegahan primer untuk diabetes tipe 2 di Eropa, juga mempertimbangkan kebutuhan anak-anak dan remaja yang berisiko tinggi untuk penyakit ini. Ini akan relevan tidak hanya untuk diabetes tetapi juga untuk sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular. Standar yang ditetapkan juga akan membahas pencegahan penyakit kronis ini karena patofisiologinya terkait erat. Implementasi hasil proyek akan menawarkan panduan praktis yang unik untuk pencegahan diabetes untuk pertama kalinya di Eropa dalam bidang kedokteran pencegahan yang baru berkembang ini. Hal ini dapat dijadikan contoh untuk manajemen gaya hidup untuk mencegah penyakit kronis lainnya juga. Best Practise di Eropa
  • 15. Diabetes dan penyakit kronis terkait obesitas telah mencapai proporsi epidemi di antara masyarakat adat di Kanada. Badan Kesehatan Masyarakat Kanada baru-baru ini melaporkan tingkat prevalensi diabetes sebesar 17,2% di antara orang- orang First Nations yang cadangan, 10,3% di antara Negara-negara Pertama yang tidak cadangan dan 7,3% di antara Métis. Perbedaan antara angka-angka ini dan tingkat prevalensi 5% di antara orang Kanada non-Pribumi menggambarkan ancaman khusus yang ditimbulkan oleh morbiditas terkait obesitas bagi masyarakat adat di Kanada. Tingkat diabetes dan penyakit kronis terkait di kalangan masyarakat adat secara luas dianggap terutama disebabkan oleh faktor nonmedis. Faktor-faktor nonmedis ini termasuk sedentization dan perubahan pola makan biaya tinggi dan ketersediaan terbatas makanan sehat di banyak masyarakat terpencil serta hambatan sosiostruktural, seperti tingginya tingkat kemiskinan, infrastruktur yang buruk dan kesempatan kerja yang terbatas di banyak masyarakat adat. Selain itu, banyak masyarakat adat menghadapi tantangan tambahan dalam mengakses perawatan kesehatan yang tepat, karena banyak yang tinggal di daerah pedesaan dan terpencil yang tidak memiliki perawatan primer yang komprehensif dan sering berada pada jarak yang sangat jauh dari perawatan khusus. Kondisi kerja dan isolasi yang penuh tekanan menghambat retensi petugas kesehatan di daerah terpencil. Penelitian intervensi yang berfokus pada diabetes di komunitas Pribumi tampaknya menjadi prioritas rendah bagi penyandang dana dan pembuat kebijakan Kanada. Para peneliti melaporkan hasil tinjauan sistematis intervensi yang berfokus pada peningkatan skrining, pengobatan, pencegahan dan pengelolaan diabetes tipe 2 dan penyakit kronis terkait obesitas di masyarakat adat di Kanada antara 2008 dan 2014, dengan tujuan mengidentifikasi praktik terbaik saat ini. Tinjauan ini dilakukan sebagai komponen awal dari sebuah penelitian yang didanai oleh Canadian Institutes of Health Research untuk menginformasikan desain dan pengiriman dan pengujian intervensi multisite yang akan dilaksanakan di beberapa komunitas adat di kanada. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mengembangkan model perawatan diabetes yang efektif yang terintegrasi dengan dan memperluas upaya pencegahan dan pengobatan diabetes yang ada di komunitas ini dengan mendukung upaya mereka sendiri menuju peningkatan dalam pemberian perawatan dan dalam pemrograman masyarakat. Best Practise di Canada
  • 16. Para peneliti mengidentifikasi 17 publikasi, terdiri dari 13 intervensi yang dievaluasi. Dari mereka, 7 adalah program berbasis sekolah yang berfokus pada anak-anak, 5 berfokus pada orang dewasa, dan 1 mencakup orang dewasa dan anak-anak. Sebagian besar intervensi ditujukan untuk mendorong perubahan perilaku, terutama perubahan pola makan, tetapi tidak banyak membantu mengatasi konteks mendasar dari marginalisasi sistemik dan kolonialisme yang dialami di banyak komunitas Pribumi. Intervensi yang berfokus pada peningkatan kebugaran lebih efektif daripada yang ditujukan pada perubahan pola makan. Secara keseluruhan, para peneliti menemukan berbagai keberhasilan di antara intervensi ini. Mereka yang mencapai keberhasilan terbatas melaporkan bahwa masalah sosial yang kompleks dan kemiskinan menghadirkan tantangan bagi pekerjaan intervensi yang efektif di komunitas-komunitas ini. Best Practise di Canada
  • 17. Argumen yang meyakinkan Pemerintah Australia untuk memiliki program pencegahan diabetes muncul dari dampak pada populasi pekerja dari meningkatnya prevalensi penyakit kronis yang dapat dicegah. Pada saat itu, hanya setengah dari kasus diabetes yang terdiagnosis dan seperempat penduduk Australia berisiko tinggi terkena diabetes. Selama 2004 hingga 2006, pekerjaan dilakukan oleh Dewan Pemerintah Australia (COAG) pada agenda reformasi ekonomi baru untuk memastikan kemakmuran Australia di pasar global. COAG kemudian mengumumkan tahap pertama reformasi sumber daya manusia yang mencakup fokus khusus pada diabetes. Pada tahun 2006, sebagai bagian dari pekerjaan yang dilakukan untuk COAG, GGT DPP diidentifikasi sebagai satu-satunya intervensi pencegahan diabetes berbasis bukti di Australia. Bukti gabungan yang diperoleh dari prevalensi diabetes, analisis ekonomi, bukti ilmiah tentang efektivitas pencegahan diabetes dari uji coba terkontrol secara acak, dan hasil DPP GGT memperkuat kasus untuk kebijakan nasional tentang pencegahan diabetes. Best Practise di Australia A. Peningkatan dari uji coba evaluatif: implementasi program pencegahan diabetes skala besar Pengetahuan tentang efektivitas intervensi, akseptabilitas, penyerapan, jangkauan, biaya dan cara kerjanya dalam subkelompok populasi yang berbeda dan melalui mekanisme mana, sangat penting untuk penelitian, praktik, dan kebijakan kesehatan masyarakat. Evaluasi semacam ini dapat menentukan intensitas, kesetiaan, dan keberlanjutan program dalam jangka panjang. Finlandia adalah negara pertama yang melakukan intervensi pencegahan diabetes skala besar (DEHKO 2000-2010). Sebuah program risiko tinggi berbasis komunitas dalam perawatan primer dan pekerjaan untuk mencegah Diabetes Mellitu Tipe 2 yang disebut Program Pencegahan Diabetes Nasional di Finlandia: FIN-D2D dikembangkan. Ini mencapai rata-rata penurunan berat badan 1kg yang mewakili 16% pengurangan risiko Diabetes Mellitus Tipe 2.
  • 18. B. Implementasi program pencegahan diabetes skala besar di Australia COAG pada tahun 2007 setuju untuk menetapkan pendekatan nasional untuk pencegahan diabetes mellitus tipe 2 pada individu berisiko tinggi dan Pemerintah Australia mendanai $ 217 juta dari 2007 hingga 2011 dengan sejumlah elemen termasuk: • Mengembangkan alat Penilaian Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Australia (AusDRISK) • Menetapkan standar nasional untuk perubahan perilaku gaya hidup intensif berbasis bukti (program modifikasi gaya hidup) • Memperkenalkan item medicare baru untuk penilaian risiko diabetes mellitus tipe 2 pada usia 40 hingga 49 tahun • Mendanai intervensi perubahan perilaku gaya hidup intensif (program modifikasi gaya hidup) untuk kelompok usia 40 hingga 49 tahun melalui kontrak dengan badan puncak untuk Praktik Umum (Pengobatan Keluarga). Best Practise di Australia C. Mengambil Tindakan pada program Diabetes Dari 2007 hingga 2011, life adalah intervensi gaya hidup berbasis kelompok di seluruh negara bagian Victoria yang menargetkan 25.000 warga Victoria berusia di atas 50 tahun yang berisiko tinggi terkena diabetes mellitus tipe 2. 'life' terdiri dari protokol komponen yang telah ditentukan sebelumnya termasuk intervensi yang ditentukan secara ketat berdasarkan GGT DPP, termasuk model HAPA untuk perubahan perilaku, pelatihan dan manual fasilitator standar, dan manual peserta untuk mencatat kadar lipid, tekanan darah, dan glukosa darah ditambah tujuan dan hasil individual mereka. Pembayaran kepada fasilitator dikaitkan dengan data yang dikembalikan untuk digunakan untuk peningkatan kualitas dan evaluasi berkelanjutan. Teori perubahan perilaku HAPA digunakan untuk mendorong peserta mengidentifikasi faktor-faktor penentu utama pembentukan niat dan membuat perubahan gaya hidup yang terkait dengan pola makan sehat dan gaya hidup aktif; dengan demikian, mengurangi risiko diabetes mellitus tipe 2 dan CVD tersebut
  • 19. D. Lima gol DPS Finlandia dipertahankan Peserta adalah individu berusia 50 tahun atau lebih dengan skor AusDRisk >12 atau, berusia 18 tahun, penduduk asli Australia dengan skor AusDRisk >12, berusia 18 tahun atau lebih dengan kondisi risiko tinggi yang didiagnosis sebelumnya seperti diabetes gestasional atau CVD terkait aterosklerosis. 'Life' memberikan kesempatan untuk mengevaluasi efektivitas program pencegahan skala besar tersebut, dan yang terpenting efektivitas biaya melalui Melbourne Diabetes Prevention Study (MDPS) yang merupakan RCT yang mengevaluasi kemanjuran dan efektivitas 'Life!' dengan memantau hasil klinis dan perilaku peserta sebelum dan sesudah intervensi. Peserta secara acak dialokasikan untuk menerima intervensi atau menerima perawatan biasa selama periode waktu yang sama. Penilaian ekonomi 'Life!' juga dimasukkan dalam MDPS untuk menentukan 'nilai-untuk- uangnya'. MDPS juga telah memberikan kesempatan untuk mengevaluasi pelaksanaan program pencegahan diabetes berbasis bukti di dunia nyata Best Practise di Australia E. Pelajaran dari scaling up Program drift' adalah penyimpangan dari protokol yang mengakibatkan pengurangan efek. 'Voltage drop' menunjukkan berkurangnya manfaat dari program pencegahan diabetes ketika mereka beralih dari uji coba kemanjuran ke dunia nyata. Di bagian ini, pelajaran yang didapat dari cara yang sulit di Australia dicatat untuk kepentingan mereka yang merancang program pencegahan diabetes nasional. Pengalaman Australia menunjukkan bahwa efek dan manfaat dapat ditingkatkan. Apa yang hilang adalah pengukuran kinerja yang berkelanjutan dalam mencapai lima tujuan DPS Finlandia, dan pengurangan kolesterol dan tekanan darah. Ini adalah prediktor yang diketahui dari hasil klinis. Teknik audit klinis seperti siklus 'Rencanakan-Lakukan-Studi-Tindakan' harus diterapkan pada semua aspek penyampaian program.
  • 20. KESIMPULAN Diabetes didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes tidak hanya menjadi penyebab kematian prematur di seluruh dunia, namun juga dapat menjadi penyebab utama kematian kebutaan, penyakit jantung, gagal ginjal. Tanda dan gejala DM (Diabetes Melitus) diantaranya yaitu: sering kencing (poliuri), adanya rasa haus yang berlebihan (polidipsi), merasa sangat lapar (poliphagi), kelelahan yang ekstrim, pandangan menjadi kabur, adanya luka atau memar yang proses penyembuhannya lambat, penurunan berat badan yang cepat, kesemutan serta mati rasa pada tangan atau kaki. Negara di wilayah Arab dan Afrika Utara menempati peringkat pertama dan kedua dengan prevalensi diabetes dengan rentang usia 20-79 tahun sebesar 11,4%-12,2%. Peringkat ketiga ditempati oleh wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia memiliki prevalensi sebesar 11,3%. Tantangan terbesar dalam pengendalian diabetes mellitus adalah pada proses skrining. Penyakit kronis yang tidak memunculkan gejala secara langsung, menyebabkan penyakit diabetes mellitus akan diderita oleh banyak orang namun tidak semuanya mengetahui bahwa mereka berisiko menderita diabetes mellitus. Strategi yang efektif yang perlu dilakukan dalam pengendalian diabetes mellitus dilakukan secara terintegrasi dan menyeluruh, berbasis masyarakat dengan kerjasama lintas program, lintas sektor dan swasta (organisasi profesi dan organisasi masyarakat). Program WDF dan IDF merupakan program yang sebagian besar telah diadopsi oleh organisasi yang berkecimpung di bidang diabetes di Indonesia. Selain itu, keterlibatan anggota keluarga sangat berperan serta dalam pemberian intervensi pada pasien DM terutama tipe2 untuk terus memberikan dukungan emosional dan psikologis pada pasien yang terkena penyakit diabetes milletus.
  • 21. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik. Thanks!
  • 22. DAFTAR PUSTAKA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018, November). Retrieved Oktober 2021, from Indonesia Tangani Diabetes Melalului Pemberdayaan Masyaraka :https://www.kemkes.go.id/article/view/18112700001/indonesia-tangani-diabetes-melalui- pemberdayaan-masyarakat.html Kementerian Kesehatan RI. INFODATIN Tetap produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Melitus. 2020. Asman, A., Shinthania, D., & Marni, L. (2020). Perawatan Diabetes Melitus Di Komunitas. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 11. Hestiana, D. W. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kota Semarang. Jurnal of Health Education, 2. Kurniawati, N., Suryawati, C., & Arso, S. P. (2019). Evaluasi Program Pengendalian Diabetes Melitus Pada Usia Produktif Di Puskesas Sapuran Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7. Suminar, G. R., Sari, C. W., & Shalahuddin, I. (2019). Penceahan Primer dan Perilaku Sehat PadaSetiap Anggota Keluarga yang Tidak Menderita Diabetes Melitus di Dalam Keluarga dengan Diabetes Melitus. HolistikJurnal Kesehatan, 13. IDF. (2019). IDF Diabetes Atlas, 9th edn. Brussels, Belgium. In Atlas de la Diabetes de la FID. Kam, A., Efendi, Y., P., Decroli, G., P., Rahmadi, A., 2019. Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Kemeneterian RI. (2018). Laporan Provinsi Kepulauan Riau Riskesdas 2018. Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2019. Kementerian Kesehatan RI, 2020. Infodatin Diabetes Melitus. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Dunbar, JA (2017). Pencegahan diabetes di Australia: 10 tahun hasil dan pengalaman. Jurnal diabetes & metabolisme,41(3), 160-167. Schwarz, P. E., Gruhl, U., Bornstein, S. R., Landgraf, R., Hall, M., & Tuomilehto, J. (2007). The European Perspective on Diabetes Prevention: development and Implementation of A European Guideline and training standards for diabetes prevention (IMAGE). Diabetes and Vascular Disease Research, 4(4), 353-357.
  • 23. Dewi Pratita, N. (2012). Hubungan Dukungan Pasangan Dan Health Locus of Control Dengan Kepatuhan Dalam Menjalani Proses Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 1(1), 86–96. Kurniawati, N., Suryawati, C., & Arso, S. P. (2019). Evaluasi Program Pengendalian Diabetes Melitus pada Usia Produktif di Puskes Sapuran Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UNDIP, 7(4), 2356–3346. http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm%0AEVALUASI Pardede, T. E., Rosdiana, D., & Christianto, E. (2017). Gambaran Pengendalian Diabetes Melitus Berdasarkan Parameter Indeks Massa Tubuh dan Tekanan Darah di Poli Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 2(1), 1-10. http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0167273817305726%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41467-017- 017721%0Ahttp://www.ing.unitn.it/~luttero/laboratoriomateriali/RietveldRefinements.pdf%0Ahttp://www.intecho en.com/books /spectroscopic-analyses-developments-an Ariane, C. P. (2014) ‘EPIDEMIOLOGI dan KEBIJAKAN PENGENDALIAN DIABETES MELITUS DI INDONESIA’, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Departemen kesehatan RI. (2008) Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik. Available at: file:///D:/ebook/dsa664.pdf. Pemerintah Indonesia (2009) ‘Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan’, 2(5), p. 255. Available at: ??? PERKENI (2019) ‘Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia.’, PB PERKENI.