SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
1 |W h a t i s D i a b e t e s ?
What is Diabetes ?
Putra Adi Irawan, S.ST., M.Si
Email: putraadiirawan45@gmail.com
23 Maret 2023
1. Definisi
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang
terjadi karena pankreas tidak menghasilkan
cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah
atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat
secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkannya. Diabetes menggambarkan
sekelompok gangguan metabolisme yang
ditandai dan diidentifikasi oleh adanya
hiperglikemia tanpa pengobatan (Roglic, 2016;
WHO, 2019).
2. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association
dapat diklasifikasikan ke dalam kategori umum
berikut (American Diabetes Association, 2018):
a. Diabetes tipe 1 (karena kerusakan sel β
autoimun, biasanya mengarah ke absolut
defisiensi insulin)
b. Diabetes tipe 2 (karena hilangnya sekresi
insulin sel β secara progresif sering terjadi)
latar belakang resistensi insulin)
2 |W h a t i s D i a b e t e s ?
c. Gestational diabetes mellitus (GDM)
(diabetes didiagnosis pada detik atau ketiga
trimester kehamilan yang tidak jelas diabetes
sebelum kehamilan) Jenis diabetes spesifik
karena penyebab lain, misalnya, sindrom
diabetes monogenik (seperti diabetes
neonatal dan diabetes onset kedewasaan
[MODY] muda), penyakit pada pankreas
eksokrin (seperti fibrosis kistik dan
pankreatitis), dan diabetes yang diinduksi
obat atau bahan kimia (seperti penggunaan
glukokortikoid, dalam ment dari HIV /
AIDS, atau setelah transplantasi organ).
Menurut World Health
Organization (WHO, 2019) Diabetes dapat
diklasifikasikan ke dalam kategori umum
berikut:
a. Diabetes tipe 1
Penghancuran sel β (kebanyakan
kekebalan dimediasi) dan insulin absolut
kekurangan; mulai paling umum di masa
kanak-kanak dan dewasa awal
b. Diabetes tipe 2
Jenis paling umum, berbagai derajat
disfungsi sel β dan insulin
perlawanan; umumnya dikaitkan dengan
kelebihan berat badan dan obesitas
c. Bentuk diabetes hibrid
3 |W h a t i s D i a b e t e s ?
1) Berkembang perlahan, dimediasi imun
diabetes orang dewasa
Mirip dengan tipe 1 yang berkembang
perlahan pada orang dewasa tetapi
lebih sering fitur sindrom metabolik,
satu autoantibody GAD dan
mempertahankan fungsi sel β yang
lebih besar. Nomenklatur berubah –
sebelumnya disebut sebagai autoimun
laten diabetes orang dewasa (LADA).
2) Diabetes tipe 2 rawan ketosis
Hadir dengan ketosis dan defisiensi
insulin tetapi kemudian tidak
membutuhkan insulin; umum episode
ketosis, tidak dimediasi imun.
d. Jenis spesifik lainnya
1) Diabetes monogenik
a) Cacat monogenik fungsi sel β
Disebabkan oleh mutasi gen
spesifik, miliki beberapa
manifestasi klinis yang
membutuhkan perawatan yang
berbeda, beberapa terjadi di
periode neonatal, yang lain pada
usia dewasa awal.
b) Cacat monogenik pada aksi insulin
Disebabkan oleh mutasi gen
spesifik; memiliki fitur insulin
4 |W h a t i s D i a b e t e s ?
yang parah resistensi tanpa
obesitas; diabetes berkembang
ketika sel β tidak mengimbangi
resistensi insulin.
2) Penyakit pankreas eksokrin
Berbagai kondisi yang memengaruhi
pankreas dapat menyebabkan
hiperglikemia (trauma, tumor,
peradangan).
3) Gangguan endokrin
Terjadi pada penyakit dengan sekresi
berlebih hormon yang merupakan
antagonis insulin.
4) Diinduksi oleh obat atau bahan kimia
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia
merusak sekresi atau aksi insulin,
beberapa dapat menghancurkan sel β.
5) Diabetes terkait infeksi
Beberapa virus telah dikaitkan dengan
penghancuran sel β langsung.
6) Bentuk khusus tidak umum diabetes
yang dimediasi imun
Berhubungan dengan kekebalan tubuh
yang jarang penyakit yang dimediasi.
7) Kadang-kadang sindrom genetik lainnya
terkait dengan diabetes
Banyak kelainan genetik dan kromosom
kelainan meningkatkan risiko diabetes.
5 |W h a t i s D i a b e t e s ?
e. Diabetes tidak terklasifikasi
Digunakan untuk menggambarkan
diabetes yang tidak jelas masuk ke dalam
kategori lain. Ini kategori harus digunakan
sementara ketika tidak ada kategori
diagnostik yang jelas sangat dekat dengan
waktu diagnosis.
f. Hiperglikemia pertama kali terdeteksi
selama kehamilan
1) Diabetes mellitus pada kehamilan
Diabetes tipe 1 atau tipe 2 terlebih
dahulu didiagnosis selama kehamilan.
2) Diabetes melitus gestasional
Hiperglikemia di bawah diagnostik
ambang batas untuk diabetes dalam
kehamilan.
3. Patologi
Sekarang secara umum disepakati bahwa
karakteristik dasar dari semua bentuk diabetes
adalah disfungsi atau penghancuran sel β pankreas
(Tuomi et al., 2014). Banyak mekanisme dapat
menyebabkan penurunan fungsi atau
penghancuran total sel-β (sel-sel ini tidak diganti,
seperti pankreas manusia tampaknya tidak mampu
memperbarui sel β setelah usia 30 tahun (Perl et
al., 2010). Mekanisme ini termasuk
kecenderungan genetik dan kelainan, proses
6 |W h a t i s D i a b e t e s ?
epigenetik, resistensi insulin, auto-imunitas,
penyakit bersamaan, peradangan, dan faktor
lingkungan. Membedakan disfungsi sel β dan
penurunan massa sel β dapat memiliki implikasi
penting bagi pendekatan terapeutik untuk
mempertahankan atau meningkatkan toleransi
glukosa (Kahn, Cooper and Del Prato, 2014).
Memahami status sel β dapat membantu
menentukan subtipe diabetes, dan membimbing
pengobatan (Skyler et al., 2017).
4. Manifestasi klinis
World Health Organization (WHO)
mengungkapkan bahwa beberapa dampak kronis
dari diabetes diantarannya retinopati, nefropati
dan neuropati komplikasi lain. Penderita diabetes
juga berisiko lebih tinggi terhadap penyakit lain
termasuk jantung, penyakit arteri dan
serebrovaskular perifer, obesitas, katarak,
disfungsi ereksi, dan nonalkohol penyakit hati
berlemak. Mereka juga berisiko lebih tinggi
terhadap beberapa penyakit menular, seperti
tuberculosis. Diabetes dapat muncul dengan
gejala khas seperti haus, poliuria, pandangan
kabur, dan penurunan berat badan. Infeksi ragi
genital sering terjadi. Manifestasi klinis paling
parah adalah ketoasidosis atau keadaan
hiperosmolar non ketotik yang dapat
7 |W h a t i s D i a b e t e s ?
menyebabkan dehidrasi, koma dan kematian
(WHO, 2019).
5. Epidemiologi
World Health Organization (WHO)
menyatakan Diabetes ditemukan di setiap
populasi di dunia dan di semua wilayah, termasuk
bagian pedesaan yang rendah. Negara-negara
berpenghasilan menengah. Perkiraan jumlah
orang dengan diabetes terus meningkat setiap
tahunnya(WHO, 2019).
World Health Organization (WHO)
menyatakan Ada 422 juta orang dewasa dengan
diabetes di seluruh dunia pada tahun 2014.
Prevalensi yang disesuaikan usia pada orang
dewasa naik dari 4,7% pada 1980 menjadi 8,5%
pada 2014, dengan kenaikan terbesar di negara
berpenghasilan rendah dan menengah
dibandingkan dengan negara-negara
berpenghasilan tinggi (Roglic, 2016).
Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) memperkirakan terdapat 30,2 juta orang
Amerika Serikat menderita diabetes. Sebanyak 7,2
juta orang tidak mengetahui atau melaporkan
menderita diabetes melitus. Ada sekitar 79.535
orang meninggal akibat penyakit diabetes
(Centers for Disease Control and prevention,
2017).
8 |W h a t i s D i a b e t e s ?
International Diabetes Federation (IDF)
memperediksi Ada 326,5 juta orang usia kerja (20-
64 tahun) dengan diabetes, dan 122,8 juta orang
65-99 tahun dengan diabetes. Jumlah orang usia
kerja dengan diabetes diharapkan meningkat
menjadi 438,2 juta, dan jumlah penderita diabetes
65-99 tahun akan meningkat hingga 253,4 juta
pada tahun 2045. Demikian juga dengan beban
ekonomi diabetes meningkat dalam beberapa
dekade mendatang terutama di kalangan
kelompok usia tua (70-99) dengan kenaikan USD
104 miliar dari 2017 hingga 2045 (IDF, 2017).
6. Komplikasi
International Diabetes Federation (IDF)
menyatakan orang dengan diabetes adalah 2
hingga 3 kali lebih mungkin memiliki
kardiovaskular penyakit (CVD). Prevalensi
stadium akhir penyakit ginjal (ESRD) naik
hingga 10 kali lebih tinggi di penderita diabetes.
Retinopati diabetik mempengaruhi sepertiga dari
semua orang dengan diabetes dan merupakan
penyebab utama kehilangan penglihatan pada
orang dewasa usia kerja. Setiap 30 detik tungkai
bawah atau bagian dari tungkai bawah hilang
karena amputasi suatu tempat di dunia sebagai
konsekuensinya diabete senderita diabetes ada
dirisiko lebih tinggi untuk berkembang penyakit
9 |W h a t i s D i a b e t e s ?
periodontal. Wanita hamil dengan diabetes atau
berisiko tinggi untuk GDM harus mengelola
glikemia sepanjang kehamilan mereka untuk
menghindari konsekuensi jangka panjang untuk
diri mereka sendiri dan anak-anak mereka, dan
trasgenerasional efek (risiko lebih tinggi obesitas,
diabetes, hipertensi dan ginjal penyakit pada
keturunannya (IDF, 2017).
7. Diagnosis
Menurut Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (Perkeni) kriteria diagnosis DM yaitu
sebagai berikut (Soelistijo, Novida, Rudijanto
and dkk, 2015):
a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126
mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan
kalori minimal 8 jam.
b. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2
jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau
c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200
mg/dl dengan keluhan klasik (poliuria,
polidipsia, polifagia dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya),
atau
d. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan
menggunakan metode yang terstandarisasi
10 |W h a t i s D i a b e t e s ?
oleh National Glycohaemoglobin
Standarization Program (NGSP).
Menurut pedoman American Diabetes
Association (ADA, 2018) dan World Health
Organization (WHO, 2019) kriteria diagnosis
DM yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg
/ dL (7,0 mmol / L). Puasa didefinisikan
sebagai tidak ada asupan kalori selama
setidaknya 8 jam.
b. Pemeriksaan glukosa plasma 2-jam ≥200mg
/ dL (11.1mmol / L) selama TTGO. Tes harus
dilakukan seperti yang dijelaskan olehWHO,
menggunakan beban glukosa yang
mengandung setara dengan 75-g glukosa
anhidrat terlarut dalam air.
c. A1C ≥ 6,5% (48 mmol / mol). Tes harus
dilakukan di laboratorium menggunakan
metode itu NGSP bersertifikat dan
distandarisasi untuk uji DCCT.
d. Pada pasien dengan gejala klasik
hiperglikemia atau krisis hiperglikemik,
plasma acak glukosa ≥200 mg / dL (11,1
mmol / L). Dengan tidak adanya
hiperglikemia tegas, hasil harus dikonfirmasi
dengan pengujian ulang.
11 |W h a t i s D i a b e t e s ?
8. Faktor Risiko Diabetes Melitus
Adapun beberapa faktor risiko diabetes
melitus diantaranya, yaitu:
1. Jenis Kelamin
Jika dilihat dari faktor risiko, wanita
lebih berisiko mengidap diabetes karena
secara fisik wanita memiliki peluang
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih
besar. Sindrom siklus bulanan (premenstrual
syndrome) dan pasca-meopouse yang
membuat distribusi lemak tubuh menjadi
mudah terakumulasi. Selain itu pada wanita
yang sedang hamil terjadi ketidakseimbangan
hormonal. Hormon progesteron menjadi
tinggi sehingga meningkatkan sistem kerja
tubuh untuk meransang sel-sel berkembang.
Selanjutnya tubuh akan memberikan sinyal
lapar pada puncaknya menyebabkan sistem
metabolisme tubuh tidak bisa menerima
langsung asupan kalori sehingga
menggunkannya secara total sehingga terjadi
peningkatan kadar glukosa saat kehamilan
(Zahrawardani, Herlambang and
Anggraheny, 2013).
12 |W h a t i s D i a b e t e s ?
Hasil penelitian ini di dukung dengan
hasil penelitian (Akhsyari & Rahayuningsih,
2017) dalam penelitian mendapatkan hasil
bahwa dari jumlah sampel 99 orang, 54,5%
adalah wanita. Jumlah wanita yang menderita
DM dibandingkan jumlah laki-laki lebih
banyak.
Hal ini karena tingkat sensitifitas
terhadap kerja insulin pada otot dan hati.
Estrogen adalah hormon yang dimiliki
wanita. Peningkatan dan penurunan kadar
hormon estrogen yang dapat mempengaruhi
kadar glukosa darah. Pada saat kadar hormon
estrogen mengalami peningkatan maka tubuh
menjadi resisten terhadap insulin (Susanti,
2019).
2. Usia
Usia memiliki kaitan erat dengan
kenaikan jumlah gula darah, semakin
bertambah usia maka risiko untuk mengalami
DM tipe 2 semakin tinggi. Proses menua
dapat mengakibatkan perubahan sistem
anatomi, fisiologi dan biokimia tubuh yang
salah satu dampaknya adalah peningkatan
resistensi insulin (Susanti, 2019). Hasil
penelitian (Trisnawati & Setyorogo, 2013)
bahwa adanya hubungan antara umur dengan
kejadian DM.
13 |W h a t i s D i a b e t e s ?
Hasil penelitian di dukung dengan
penyataan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa
secara nasional, prevalensi diabetes pada
rentang usia 55-64 tahun menempati posisi
tertinggi sebesar 6,3%, dan usia 65-74 tahun
sebesar 6,0%. Prevalensi nasional diabetes
berdasarkan hasil pengukuran kadar gula
darah pada penduduk umur ≥ 15 tahun yang
bertempat tinggal di perkotaan adalah 10,6%
(Riskesdas, 2018). Menurut American
Diabetes Association (ADA) menyatakan
usia merupakan faktor risiko terjadinya
diabetes (American Diabetes Association,
2018).
Menurut (Susanti, 2019) bahwa usia
memiliki kaitan erat dengan kenaikan jumlah
gula darah, semakin bertambah usia maka
risiko untuk mengalami DM tipe 2 semakin
tinggi. Proses menua dapat mengakibatkan
perubahan sistem anatomi, fisiologi dan
biokimia tubuh yang salah satu dampaknya
adalah peningkatan resistensi insulin.
3. Riwayat diabetes melitus
Jika kedua orang tua memiliki diabetes
maka risiko untuk menderita diabetes adalah
75%. Risiko untuk mendapatkan diabetes dari
ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan
14 |W h a t i s D i a b e t e s ?
diabetes. Hal ini dikarenakan penurunan gen
sewaktu dalam kandungan lebih besar dari
ibu. Jika saudara kandung menderita diabetes
maka risiko untuk menderita diabetes adalah
10% dan 90% jika yang menderita adalah
saudara kembar identik (Krentz, 2013).
Hasil penelitian (Isnaini & Ratnasari,
2018) bahwa orang yang memiliki keluarga
dengan riwayat DM berpeluang 10,938 kali
lebih besar menderita DM tipe 2 daripada
orang yang tidak memiliki keluarga dengan
riwayat DM karena risiko seseorang untuk
menderita DM tipe 2. Keluarga yang di
maksud hanya keluarga dekat seperti ayah,
ibu dan saudara kandung. Faktor genetik pada
kasus DM bersumber dari keselarasan DM
yang dapat meningkat pada kondisi kembar
monozigot, prevalensi kejadian DM yang
tinggi pada anak-anak dari orang tua yang
menderita DM dan prevalensi kejadian DM
yang tinggi pada kelompok etnis tertentu.
Hasil dari penelitian ini memperlihatkan
bahwa mayoritas yang tidak ada riwayat
diabetes melitus lebih dominan dikarenakan
ada faktor risko lain yang mempengaruhi
yaitu jenis kelamin, umur dan aktivutas fisik
4. Aktivitas fisik
15 |W h a t i s D i a b e t e s ?
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan
tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga
atau energi dan pembakaran energi. Aktivitas
fisik dikategorikan cukup apabila seseorang
melakukan latihan fisik atau olahraga selama
30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari
dalam seminggu (Nur Isnaini, 2018).
Menurut WHO (2015) yang dimaksud
dengan aktivitas fisik adalah kegiatan paling
sedikit 10 menit tanpa henti dengan
melakukan kegiatan fisik ringan, sedang dan
berat. Aktivitas berat adalah pergerakan tubuh
yang pengeluaran tenaga cukup banyak
(pembakaran kalori) sehingga nafas jauh lebih
cepat dari biasanya. Contohnya mengangkat
air, mendaki, berjalan cepat, mengangkat
beban, tenis tunggal, badminton tunggal,
marathon, mencangkul dan menebang pohon.
Aktivitas sedang adalah pergerakan tubuh
yang menyebabkan pengeluaran tenaga cukup
besar atau dengan kata lain adalah bergerak
yang menyebabkan nafas lebih sedikit lebih
cepat dari biasanya. Contoh pekerjaan rumah
tangga (mencuci baju dengan tangan,
mengepel, menimba air), tenis ganda,
badminton ganda, berenang dan berjalan
membawa beban. Sedangkan contoh aktivitas
16 |W h a t i s D i a b e t e s ?
ringan adalah berjalan dan perkerjaan kantor
seperti mengetik (Fitriyani, 2012).
Menurut (Amirudin, R et al., 2014)
bahwa aktivitas fisik seseorang mempunyai
hubungan yang signifikan terhadap insiden
dari DM tipe 2. Aktivitas fisik seseorang
berkontribusi 30-50% mengurangi
perkembangan dari DM tipe 2. Aktivitas fisik
dapat meningkatkan toleransi glukosa dalam
darah dan mengurangi faktor risiko kejadian
DM tipe 2. Namun menurut Dafriani (2017)
bahwa responden yang beraktivitas berat
namun menderita DM ini dapat diakibatkan
oleh faktor umur mereka yang sudah lanjut
sehingga menyebabkan DM.
5. Merokok
Merokok adalah salah satu faktor
risiko terjadinya penyakit diabetes melitus.
Asap rokok dapat meningkatkan kadar gula
darah. Pengaruh rokok (nikotin) meransang
kelenjar adrenal dan dapat meningkatkan
kadar glukosa. Merokok juga telah terbukti
menurunkan metabolisme glukosa yang dapat
menyebabkan timbulnya diabetes melitus
(Kusnadi, Murbawani and Fitranti, 2017).
Menurut (Ainurafiq & Maindi, 2015)
bahwa status merokok tidak menjadi faktor
risiko terhadap kejadian DM tipe 2. Namun,
17 |W h a t i s D i a b e t e s ?
status merokok tidak menunjukkan risiko
bermakna terhadap kejadian DM tipe 2, tetapi
status merokok dapat menjadi pemodifikasi
efek aktivitas fisik melakukan pencegahan
terhadap kejadian DM tipe 2. Artinya, status
merokok dapat mengubah kemampuan
aktivitas fisik seseorang untuk melakukan
pencegahan kejadian penyakit DM tipe 2
sesuai dengan level status merokok yang
dimiliki level tidak merokok maupun level
merokok. Menurut (Kurniawaty & Yanita,
2016) menyatakan bahwa merokok tidak
terbukti dapat meningkatkan kejadian DM
tipe 2. Sedangkan dalam penelitian (Diana,
Sety & Tina, 2018) menunjukkan bahwa
terpapar asap rokok dalam kategori risiko
tinggi merupakan faktor risiko penyakit DM
tipe 2.
Referensi
1) Akhsyari, FZ & Rahayuningsih, FB. (2017) ‘Karakteristik
Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Dr Soehadi Prijonegoro
Sragen Tahun 2015’,Naskah Publikasi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2) Ainurafiq IZ & Maindi EJ. (2015) ‘Perilaku Merokok
Sebagai Modifikasi Efek terhadap Kejadian DM Tipe 2’,
Jurnal MKMI, 11 (2), 118-124
18 |W h a t i s D i a b e t e s ?
3) American Diabetes Association (2018) ‘Standard medical
care in diabetes 2018’, The journal of clinical and applied
research and education, 41(1), pp. 1– 150.
4) Amirudin, R et al. (2014) 'Diabetic Mellitus Type 2 in Wajo
South Sulawesi Indonesia', Internatioanl Journal of Current
Research and Academic Review, 2 (12) : 1- 8.
5) Biro Hukum & Humas BPKP (2004) ‘Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia’,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2004. Jakarta, pp. 1–17.
6) Centers for Disease Control and prevention (2017) ‘National
diabetes statistics report, 2017’, Atlanta, GA:
Centers for Disease Control and Prevention, US
Dept of Health and Human Services.
7) Dafriani, Putri. (2017) 'Hubungan Pola Makan dan Aktifitas
Fisik Terhadap Kejadian Diabetes Melitus di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin Padang',
NERS: Jurnal Keperawatan, 13 (2), 70-77.
8) Decroli, E. (2019) Diabetes Melitus Tipe 2, Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. Padang.
9) Diana, Nuriman., Sety, La OM & Tina, Lymbran. (2018).
Analisis Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2
Pada Usia Dewasa Muda di RSUD 13 Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 3 (2), 1-9.
10) DINKES Provinsi Bengkulu (2019) ‘Profil Kesehatan
Provinsi Bengkulu 2018 Dinas Kesehatan Provinsi
Bengkulu Tahun 2019’. Bengkulu: 2019, p. 211.
11) Fatih Aysan, M. and Aysan, U. (2016) ‘Who cares?: Elderly
care inTurkey’, Economía & lavoro: rivista quadrimestrale
di politica economica, sociologia e relazioni industriali,
50(3), pp. 33–46.
12) Fitriyani (2012) ‘Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di
Puskesmas Kecamatan Citangkil dan Puskesmas
Kecamatan Pulo Merak , Kota Cilegon’, Naskah Publikasi.
Depok: Universitas Indonesia
13) IDF (2017) Diabetes Atlas Eighth edition 2017,
International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas,
8th edn. Brussels, Belgium: International Diabetes
19 |W h a t i s D i a b e t e s ?
Federation, 2017. Brusells.
14) Isnaini, Nur & Ratnasari. (2018). Faktor Risiko
Mempengaruhi Kejadian Diabetes Tipe Dua. Jurnal
Keperawatan Dan Kebidanan Aisyah, 14 (1), 59-68
15) Jahn, U. R. and Van Aken, H. (2003) ‘I. Near-patient testing
- Point-of-care or point of costs and convenience?’, British
Journal of Anaesthesia, pp. 425– 427.
16) Kahn, S. E., Cooper, M. E. and Del Prato, S. (2014)
‘Pathophysiology and treatment of type 2 diabetes:
Perspectives on the past, present, and future’, The
Lancet, pp. 1068–1083.
17) Kemenkes RI (2017) ‘Analisis Lansia di Indonesia’, Pusat
data dan informasi Kementerian Kesehatan RI, pp. 1–2.
18) Kementerian Kesehatan RI (2016) ‘Infodatin Lanjut Usia
(lansia)’, Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI, p. 12.
19) Kost, G. J. et al. (1999) ‘The laboratory-clinical interface:
Point-of-care testing’, Chest, 115(4), pp. 1140–1154.
20) Krentz, A. J. (2013) ‘Diabetes UK, March 2013,
Manchester, UK’,Cardiovascular Endocrinology,
2(Suppl. 1).
21) Kurniawaty, Evi & Yanita, Bella. (2016). Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes
Melitus Tipe II. Majority, 5(2), 27-31
22) Kusnadi, G., Murbawani, E. A. and Fitranti, D. Y. (2017)
‘Faktor risiko diabetes melitus tipe 2 pada petani dan
buruh’, Journal of Nutrition College, 6(2), p. 138.
23) Larsson, A., Greig-Pylypczuk, R. and Huisman, A. (2015)
‘The state of point-of- care testing: A european perspective’,
Upsala Journal of Medical Sciences, pp. 1–10..
24) Maryam, S. et al. (2008) ‘lansia’, in Mengenal usia lanjut
dan perawatannya, p. 35.
25) Nur Isnaini, R. (2018) ‘Faktor risiko mempengaruhi
kejadian Diabetes mellitus tipe dua Risk factors
was affects of diabetes mellitus type 2’, Jurnal
Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah, 14(1), p. 64.
26) Pelt, D.F. & Beck, C.T. (2012). Nursing Research :
Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice
(9th ed). United States of America : McGraw-Hill.
20 |W h a t i s D i a b e t e s ?
27) Perl, S. Y. et al. (2010) ‘Significant human β-cell turnover
is limited to the first three decades of life as
determined by in vivo thymidine analog incorporation
and radiocarbon dating’, Journal of Clinical Endocrinology
and Metabolism, 95(10).
28) Ramadhan, A. (2013) ‘Kategori Umur Menurut Depkes RI’,
17 Januari. Jakarta: Departemen Kesehatan, p. 1.
29) Ratnasari, N. Y. (2019) ‘Upaya pemberian penyuluhan
kesehatan tentang diabetes mellitus dan senam kaki diabetik
terhadap pengetahuan dan keterampilan masyarakat
desa Kedungringin , Wonogiri’, Indonesian Journal of
Community Services, 1(1), pp. 105–115.
30) Riskesdas (2018) ‘Riset Kesehatan Dasar 2018’,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, pp. 1–100.
31) Roglic, G. (2016) ‘WHO Global report on diabetes: A
summary’, International Journal of Noncommunicable
Diseases, 1(1), p. 3.
32) Sarmanu (2017) ‘Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan Statistika’, in Airlangga University Press, pp.
1–70.
33) Schwartz, S. S. et al. (2016) ‘The time is right for a new
classification system for diabetes: Rationale and
implications of the β-cell-centric classification
schema’, Diabetes Care, pp. 179–186.
34) Skyler, J. S. et al. (2017) ‘Differentiation of diabetes by
pathophysiology, natural history, and prognosis’, Diabetes,
pp. 241–255.
35) Soelistijo, S. A., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P.,
et al. (2015) Konsensus Pengendalian dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015,
Perkeni. Jakarta Selatan.
36) Subiyono, Martsiningsih, M. A. and Gabrela, D. (2016)
‘Gambaran Kadar Glukosa Darah Metode GOD-
PAP (Glucose Oxsidase – Peroxidase
Aminoantypirin) Sampel Serum dan Plasma EDTA
(Ethylen Diamin Terta Acetat)’, Jurnal Teknologi
Laboratorium, 5(1), pp. 5–8.
37) Susanti, E. F. N. (2019) ‘Gambaran faktor risiko terjadinya
diabetes melitus pada penderita diabetes melitus tipe 2’,
21 |W h a t i s D i a b e t e s ?
Jurnal Keperawatan, pp. 1–14.
38) Tuomi, T. et al. (2014) ‘The many faces of diabetes: A
disease with increasing heterogeneity’, The Lancet, pp.
1084–1094.
39) Wahyunita, D. (2013) ‘Hubungan Insomnia dangan Kadar
Glukosa Darah pada Lansia di Balai Pelayanan Lanjut
Usia Pagar Dewa Kota Bengkulu’, Karya Tulis Ilmiah.
40) WHO (2019) ‘Classification Of Diabetes Mellitus 2019’, in
World Health Organization. Geneva: World Health
Organization, pp. 1–40.
41) Wiyono, G., Nugroho, P. and MM, M. (2017) ‘Peningkatan
Mutu Layanan Pesantren Pemberdayaan Lansia “Mukti
Mulia”’, JPPM: Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan
Masyarakat, 1(2), p. 77.
42) Zahrawardani, D., Herlambang, K. S. and Anggraheny, H.
D. (2013) ‘Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit
Jantung Koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang’,
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, 1(3), p. 13.

More Related Content

Similar to WHAT IS DIABETES.pdf

Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)tara nusa
 
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melituspjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melituspjj_kemenkes
 
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"Daniel Gani
 
Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...
Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...
Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...Rini Wahyuni
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...Rini Wahyuni
 
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnnAllyaNurKhalifah1
 
Review tentang diabetes melitus oktober 2016
Review tentang diabetes melitus oktober 2016Review tentang diabetes melitus oktober 2016
Review tentang diabetes melitus oktober 2016Responiel Halawa
 
Diabetes mellitus pada lanjut usia
Diabetes mellitus pada lanjut  usiaDiabetes mellitus pada lanjut  usia
Diabetes mellitus pada lanjut usiaPiTria HaYati
 

Similar to WHAT IS DIABETES.pdf (20)

Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Epidemiologi Diabetes Mellitus
Epidemiologi Diabetes MellitusEpidemiologi Diabetes Mellitus
Epidemiologi Diabetes Mellitus
 
Askep diabetes
Askep diabetesAskep diabetes
Askep diabetes
 
Satpel diabetes melitus
Satpel diabetes melitusSatpel diabetes melitus
Satpel diabetes melitus
 
Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)
 
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
 
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
 
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
 
Askep diabetes AKPER PEMDA MUNA
Askep diabetes AKPER PEMDA MUNA Askep diabetes AKPER PEMDA MUNA
Askep diabetes AKPER PEMDA MUNA
 
Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...
Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...
Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...
 
Askep diabetes AKPER PEMKAB MUNA
Askep diabetes  AKPER PEMKAB MUNA Askep diabetes  AKPER PEMKAB MUNA
Askep diabetes AKPER PEMKAB MUNA
 
Pre diabetes
Pre diabetesPre diabetes
Pre diabetes
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
 
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
 
Kaki diabetik
Kaki diabetikKaki diabetik
Kaki diabetik
 
2c
2c2c
2c
 
Review tentang diabetes melitus oktober 2016
Review tentang diabetes melitus oktober 2016Review tentang diabetes melitus oktober 2016
Review tentang diabetes melitus oktober 2016
 
Diabetes mellitus pada lanjut usia
Diabetes mellitus pada lanjut  usiaDiabetes mellitus pada lanjut  usia
Diabetes mellitus pada lanjut usia
 
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
 
Eklamsia 1
Eklamsia 1Eklamsia 1
Eklamsia 1
 

More from PUTRA ADI IRAWAN

KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA
KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJAKORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA
KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJAPUTRA ADI IRAWAN
 
Permenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdf
Permenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdfPermenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdf
Permenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdfPUTRA ADI IRAWAN
 
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 tentang Standar Pelayanan Transfusi DarahPeraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 tentang Standar Pelayanan Transfusi DarahPUTRA ADI IRAWAN
 
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium MedikStandar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium MedikPUTRA ADI IRAWAN
 
KECELAKAAN KERJA BIDANG TLM
KECELAKAAN KERJA BIDANG TLMKECELAKAAN KERJA BIDANG TLM
KECELAKAAN KERJA BIDANG TLMPUTRA ADI IRAWAN
 
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdf
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdfPermenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdf
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdfPUTRA ADI IRAWAN
 
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah SakitPermenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah SakitPUTRA ADI IRAWAN
 
Optimalisasi Kampanye Aksi di Medsos_Materi.pdf
Optimalisasi Kampanye Aksi di Medsos_Materi.pdfOptimalisasi Kampanye Aksi di Medsos_Materi.pdf
Optimalisasi Kampanye Aksi di Medsos_Materi.pdfPUTRA ADI IRAWAN
 
Tri (3) Strategi Pemberantasan Korupsi di Era Digitalisasi.pdf
Tri (3) Strategi Pemberantasan Korupsi di Era Digitalisasi.pdfTri (3) Strategi Pemberantasan Korupsi di Era Digitalisasi.pdf
Tri (3) Strategi Pemberantasan Korupsi di Era Digitalisasi.pdfPUTRA ADI IRAWAN
 
Legionella Sp. Kajian Epidemiologi.pdf
Legionella Sp. Kajian Epidemiologi.pdfLegionella Sp. Kajian Epidemiologi.pdf
Legionella Sp. Kajian Epidemiologi.pdfPUTRA ADI IRAWAN
 
Upgrade Diagnostik“Waspada Resurjensi” Malaria
Upgrade Diagnostik“Waspada Resurjensi” MalariaUpgrade Diagnostik“Waspada Resurjensi” Malaria
Upgrade Diagnostik“Waspada Resurjensi” MalariaPUTRA ADI IRAWAN
 
Metodologi Penelitian dan Statistik
Metodologi Penelitian dan StatistikMetodologi Penelitian dan Statistik
Metodologi Penelitian dan StatistikPUTRA ADI IRAWAN
 

More from PUTRA ADI IRAWAN (19)

KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA
KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJAKORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA
KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA
 
Buku Standar Profesi ATLM
Buku Standar Profesi ATLMBuku Standar Profesi ATLM
Buku Standar Profesi ATLM
 
BUKU AJAR IMUNISASI
BUKU AJAR IMUNISASIBUKU AJAR IMUNISASI
BUKU AJAR IMUNISASI
 
Permenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdf
Permenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdfPermenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdf
Permenkes Nomor 20 Tahun 2017.pdf
 
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 tentang Standar Pelayanan Transfusi DarahPeraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah
 
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium MedikStandar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik
 
KECELAKAAN KERJA BIDANG TLM
KECELAKAAN KERJA BIDANG TLMKECELAKAAN KERJA BIDANG TLM
KECELAKAAN KERJA BIDANG TLM
 
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdf
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdfPermenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdf
Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.pdf
 
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah SakitPermenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3 di Rumah Sakit
 
Buku PLM_2017
Buku PLM_2017Buku PLM_2017
Buku PLM_2017
 
5 teori korupsi
5 teori korupsi5 teori korupsi
5 teori korupsi
 
Optimalisasi Kampanye Aksi di Medsos_Materi.pdf
Optimalisasi Kampanye Aksi di Medsos_Materi.pdfOptimalisasi Kampanye Aksi di Medsos_Materi.pdf
Optimalisasi Kampanye Aksi di Medsos_Materi.pdf
 
Tri (3) Strategi Pemberantasan Korupsi di Era Digitalisasi.pdf
Tri (3) Strategi Pemberantasan Korupsi di Era Digitalisasi.pdfTri (3) Strategi Pemberantasan Korupsi di Era Digitalisasi.pdf
Tri (3) Strategi Pemberantasan Korupsi di Era Digitalisasi.pdf
 
Legionella Sp. Kajian Epidemiologi.pdf
Legionella Sp. Kajian Epidemiologi.pdfLegionella Sp. Kajian Epidemiologi.pdf
Legionella Sp. Kajian Epidemiologi.pdf
 
Upgrade Diagnostik“Waspada Resurjensi” Malaria
Upgrade Diagnostik“Waspada Resurjensi” MalariaUpgrade Diagnostik“Waspada Resurjensi” Malaria
Upgrade Diagnostik“Waspada Resurjensi” Malaria
 
GOLONGAN DARAH
GOLONGAN DARAHGOLONGAN DARAH
GOLONGAN DARAH
 
UPDATE COVID.pdf
UPDATE COVID.pdfUPDATE COVID.pdf
UPDATE COVID.pdf
 
Metodologi Penelitian dan Statistik
Metodologi Penelitian dan StatistikMetodologi Penelitian dan Statistik
Metodologi Penelitian dan Statistik
 
Narasi RUU Kesehatan.pdf
Narasi RUU Kesehatan.pdfNarasi RUU Kesehatan.pdf
Narasi RUU Kesehatan.pdf
 

Recently uploaded

PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 

Recently uploaded (18)

PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 

WHAT IS DIABETES.pdf

  • 1.
  • 2. 1 |W h a t i s D i a b e t e s ? What is Diabetes ? Putra Adi Irawan, S.ST., M.Si Email: putraadiirawan45@gmail.com 23 Maret 2023 1. Definisi Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes menggambarkan sekelompok gangguan metabolisme yang ditandai dan diidentifikasi oleh adanya hiperglikemia tanpa pengobatan (Roglic, 2016; WHO, 2019). 2. Klasifikasi Menurut American Diabetes Association dapat diklasifikasikan ke dalam kategori umum berikut (American Diabetes Association, 2018): a. Diabetes tipe 1 (karena kerusakan sel β autoimun, biasanya mengarah ke absolut defisiensi insulin) b. Diabetes tipe 2 (karena hilangnya sekresi insulin sel β secara progresif sering terjadi) latar belakang resistensi insulin)
  • 3. 2 |W h a t i s D i a b e t e s ? c. Gestational diabetes mellitus (GDM) (diabetes didiagnosis pada detik atau ketiga trimester kehamilan yang tidak jelas diabetes sebelum kehamilan) Jenis diabetes spesifik karena penyebab lain, misalnya, sindrom diabetes monogenik (seperti diabetes neonatal dan diabetes onset kedewasaan [MODY] muda), penyakit pada pankreas eksokrin (seperti fibrosis kistik dan pankreatitis), dan diabetes yang diinduksi obat atau bahan kimia (seperti penggunaan glukokortikoid, dalam ment dari HIV / AIDS, atau setelah transplantasi organ). Menurut World Health Organization (WHO, 2019) Diabetes dapat diklasifikasikan ke dalam kategori umum berikut: a. Diabetes tipe 1 Penghancuran sel β (kebanyakan kekebalan dimediasi) dan insulin absolut kekurangan; mulai paling umum di masa kanak-kanak dan dewasa awal b. Diabetes tipe 2 Jenis paling umum, berbagai derajat disfungsi sel β dan insulin perlawanan; umumnya dikaitkan dengan kelebihan berat badan dan obesitas c. Bentuk diabetes hibrid
  • 4. 3 |W h a t i s D i a b e t e s ? 1) Berkembang perlahan, dimediasi imun diabetes orang dewasa Mirip dengan tipe 1 yang berkembang perlahan pada orang dewasa tetapi lebih sering fitur sindrom metabolik, satu autoantibody GAD dan mempertahankan fungsi sel β yang lebih besar. Nomenklatur berubah – sebelumnya disebut sebagai autoimun laten diabetes orang dewasa (LADA). 2) Diabetes tipe 2 rawan ketosis Hadir dengan ketosis dan defisiensi insulin tetapi kemudian tidak membutuhkan insulin; umum episode ketosis, tidak dimediasi imun. d. Jenis spesifik lainnya 1) Diabetes monogenik a) Cacat monogenik fungsi sel β Disebabkan oleh mutasi gen spesifik, miliki beberapa manifestasi klinis yang membutuhkan perawatan yang berbeda, beberapa terjadi di periode neonatal, yang lain pada usia dewasa awal. b) Cacat monogenik pada aksi insulin Disebabkan oleh mutasi gen spesifik; memiliki fitur insulin
  • 5. 4 |W h a t i s D i a b e t e s ? yang parah resistensi tanpa obesitas; diabetes berkembang ketika sel β tidak mengimbangi resistensi insulin. 2) Penyakit pankreas eksokrin Berbagai kondisi yang memengaruhi pankreas dapat menyebabkan hiperglikemia (trauma, tumor, peradangan). 3) Gangguan endokrin Terjadi pada penyakit dengan sekresi berlebih hormon yang merupakan antagonis insulin. 4) Diinduksi oleh obat atau bahan kimia Beberapa obat-obatan dan bahan kimia merusak sekresi atau aksi insulin, beberapa dapat menghancurkan sel β. 5) Diabetes terkait infeksi Beberapa virus telah dikaitkan dengan penghancuran sel β langsung. 6) Bentuk khusus tidak umum diabetes yang dimediasi imun Berhubungan dengan kekebalan tubuh yang jarang penyakit yang dimediasi. 7) Kadang-kadang sindrom genetik lainnya terkait dengan diabetes Banyak kelainan genetik dan kromosom kelainan meningkatkan risiko diabetes.
  • 6. 5 |W h a t i s D i a b e t e s ? e. Diabetes tidak terklasifikasi Digunakan untuk menggambarkan diabetes yang tidak jelas masuk ke dalam kategori lain. Ini kategori harus digunakan sementara ketika tidak ada kategori diagnostik yang jelas sangat dekat dengan waktu diagnosis. f. Hiperglikemia pertama kali terdeteksi selama kehamilan 1) Diabetes mellitus pada kehamilan Diabetes tipe 1 atau tipe 2 terlebih dahulu didiagnosis selama kehamilan. 2) Diabetes melitus gestasional Hiperglikemia di bawah diagnostik ambang batas untuk diabetes dalam kehamilan. 3. Patologi Sekarang secara umum disepakati bahwa karakteristik dasar dari semua bentuk diabetes adalah disfungsi atau penghancuran sel β pankreas (Tuomi et al., 2014). Banyak mekanisme dapat menyebabkan penurunan fungsi atau penghancuran total sel-β (sel-sel ini tidak diganti, seperti pankreas manusia tampaknya tidak mampu memperbarui sel β setelah usia 30 tahun (Perl et al., 2010). Mekanisme ini termasuk kecenderungan genetik dan kelainan, proses
  • 7. 6 |W h a t i s D i a b e t e s ? epigenetik, resistensi insulin, auto-imunitas, penyakit bersamaan, peradangan, dan faktor lingkungan. Membedakan disfungsi sel β dan penurunan massa sel β dapat memiliki implikasi penting bagi pendekatan terapeutik untuk mempertahankan atau meningkatkan toleransi glukosa (Kahn, Cooper and Del Prato, 2014). Memahami status sel β dapat membantu menentukan subtipe diabetes, dan membimbing pengobatan (Skyler et al., 2017). 4. Manifestasi klinis World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa beberapa dampak kronis dari diabetes diantarannya retinopati, nefropati dan neuropati komplikasi lain. Penderita diabetes juga berisiko lebih tinggi terhadap penyakit lain termasuk jantung, penyakit arteri dan serebrovaskular perifer, obesitas, katarak, disfungsi ereksi, dan nonalkohol penyakit hati berlemak. Mereka juga berisiko lebih tinggi terhadap beberapa penyakit menular, seperti tuberculosis. Diabetes dapat muncul dengan gejala khas seperti haus, poliuria, pandangan kabur, dan penurunan berat badan. Infeksi ragi genital sering terjadi. Manifestasi klinis paling parah adalah ketoasidosis atau keadaan hiperosmolar non ketotik yang dapat
  • 8. 7 |W h a t i s D i a b e t e s ? menyebabkan dehidrasi, koma dan kematian (WHO, 2019). 5. Epidemiologi World Health Organization (WHO) menyatakan Diabetes ditemukan di setiap populasi di dunia dan di semua wilayah, termasuk bagian pedesaan yang rendah. Negara-negara berpenghasilan menengah. Perkiraan jumlah orang dengan diabetes terus meningkat setiap tahunnya(WHO, 2019). World Health Organization (WHO) menyatakan Ada 422 juta orang dewasa dengan diabetes di seluruh dunia pada tahun 2014. Prevalensi yang disesuaikan usia pada orang dewasa naik dari 4,7% pada 1980 menjadi 8,5% pada 2014, dengan kenaikan terbesar di negara berpenghasilan rendah dan menengah dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan tinggi (Roglic, 2016). Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan terdapat 30,2 juta orang Amerika Serikat menderita diabetes. Sebanyak 7,2 juta orang tidak mengetahui atau melaporkan menderita diabetes melitus. Ada sekitar 79.535 orang meninggal akibat penyakit diabetes (Centers for Disease Control and prevention, 2017).
  • 9. 8 |W h a t i s D i a b e t e s ? International Diabetes Federation (IDF) memperediksi Ada 326,5 juta orang usia kerja (20- 64 tahun) dengan diabetes, dan 122,8 juta orang 65-99 tahun dengan diabetes. Jumlah orang usia kerja dengan diabetes diharapkan meningkat menjadi 438,2 juta, dan jumlah penderita diabetes 65-99 tahun akan meningkat hingga 253,4 juta pada tahun 2045. Demikian juga dengan beban ekonomi diabetes meningkat dalam beberapa dekade mendatang terutama di kalangan kelompok usia tua (70-99) dengan kenaikan USD 104 miliar dari 2017 hingga 2045 (IDF, 2017). 6. Komplikasi International Diabetes Federation (IDF) menyatakan orang dengan diabetes adalah 2 hingga 3 kali lebih mungkin memiliki kardiovaskular penyakit (CVD). Prevalensi stadium akhir penyakit ginjal (ESRD) naik hingga 10 kali lebih tinggi di penderita diabetes. Retinopati diabetik mempengaruhi sepertiga dari semua orang dengan diabetes dan merupakan penyebab utama kehilangan penglihatan pada orang dewasa usia kerja. Setiap 30 detik tungkai bawah atau bagian dari tungkai bawah hilang karena amputasi suatu tempat di dunia sebagai konsekuensinya diabete senderita diabetes ada dirisiko lebih tinggi untuk berkembang penyakit
  • 10. 9 |W h a t i s D i a b e t e s ? periodontal. Wanita hamil dengan diabetes atau berisiko tinggi untuk GDM harus mengelola glikemia sepanjang kehamilan mereka untuk menghindari konsekuensi jangka panjang untuk diri mereka sendiri dan anak-anak mereka, dan trasgenerasional efek (risiko lebih tinggi obesitas, diabetes, hipertensi dan ginjal penyakit pada keturunannya (IDF, 2017). 7. Diagnosis Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) kriteria diagnosis DM yaitu sebagai berikut (Soelistijo, Novida, Rudijanto and dkk, 2015): a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam. b. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya), atau d. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi
  • 11. 10 |W h a t i s D i a b e t e s ? oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP). Menurut pedoman American Diabetes Association (ADA, 2018) dan World Health Organization (WHO, 2019) kriteria diagnosis DM yaitu sebagai berikut: a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg / dL (7,0 mmol / L). Puasa didefinisikan sebagai tidak ada asupan kalori selama setidaknya 8 jam. b. Pemeriksaan glukosa plasma 2-jam ≥200mg / dL (11.1mmol / L) selama TTGO. Tes harus dilakukan seperti yang dijelaskan olehWHO, menggunakan beban glukosa yang mengandung setara dengan 75-g glukosa anhidrat terlarut dalam air. c. A1C ≥ 6,5% (48 mmol / mol). Tes harus dilakukan di laboratorium menggunakan metode itu NGSP bersertifikat dan distandarisasi untuk uji DCCT. d. Pada pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemik, plasma acak glukosa ≥200 mg / dL (11,1 mmol / L). Dengan tidak adanya hiperglikemia tegas, hasil harus dikonfirmasi dengan pengujian ulang.
  • 12. 11 |W h a t i s D i a b e t e s ? 8. Faktor Risiko Diabetes Melitus Adapun beberapa faktor risiko diabetes melitus diantaranya, yaitu: 1. Jenis Kelamin Jika dilihat dari faktor risiko, wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindrom siklus bulanan (premenstrual syndrome) dan pasca-meopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi. Selain itu pada wanita yang sedang hamil terjadi ketidakseimbangan hormonal. Hormon progesteron menjadi tinggi sehingga meningkatkan sistem kerja tubuh untuk meransang sel-sel berkembang. Selanjutnya tubuh akan memberikan sinyal lapar pada puncaknya menyebabkan sistem metabolisme tubuh tidak bisa menerima langsung asupan kalori sehingga menggunkannya secara total sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa saat kehamilan (Zahrawardani, Herlambang and Anggraheny, 2013).
  • 13. 12 |W h a t i s D i a b e t e s ? Hasil penelitian ini di dukung dengan hasil penelitian (Akhsyari & Rahayuningsih, 2017) dalam penelitian mendapatkan hasil bahwa dari jumlah sampel 99 orang, 54,5% adalah wanita. Jumlah wanita yang menderita DM dibandingkan jumlah laki-laki lebih banyak. Hal ini karena tingkat sensitifitas terhadap kerja insulin pada otot dan hati. Estrogen adalah hormon yang dimiliki wanita. Peningkatan dan penurunan kadar hormon estrogen yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Pada saat kadar hormon estrogen mengalami peningkatan maka tubuh menjadi resisten terhadap insulin (Susanti, 2019). 2. Usia Usia memiliki kaitan erat dengan kenaikan jumlah gula darah, semakin bertambah usia maka risiko untuk mengalami DM tipe 2 semakin tinggi. Proses menua dapat mengakibatkan perubahan sistem anatomi, fisiologi dan biokimia tubuh yang salah satu dampaknya adalah peningkatan resistensi insulin (Susanti, 2019). Hasil penelitian (Trisnawati & Setyorogo, 2013) bahwa adanya hubungan antara umur dengan kejadian DM.
  • 14. 13 |W h a t i s D i a b e t e s ? Hasil penelitian di dukung dengan penyataan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa secara nasional, prevalensi diabetes pada rentang usia 55-64 tahun menempati posisi tertinggi sebesar 6,3%, dan usia 65-74 tahun sebesar 6,0%. Prevalensi nasional diabetes berdasarkan hasil pengukuran kadar gula darah pada penduduk umur ≥ 15 tahun yang bertempat tinggal di perkotaan adalah 10,6% (Riskesdas, 2018). Menurut American Diabetes Association (ADA) menyatakan usia merupakan faktor risiko terjadinya diabetes (American Diabetes Association, 2018). Menurut (Susanti, 2019) bahwa usia memiliki kaitan erat dengan kenaikan jumlah gula darah, semakin bertambah usia maka risiko untuk mengalami DM tipe 2 semakin tinggi. Proses menua dapat mengakibatkan perubahan sistem anatomi, fisiologi dan biokimia tubuh yang salah satu dampaknya adalah peningkatan resistensi insulin. 3. Riwayat diabetes melitus Jika kedua orang tua memiliki diabetes maka risiko untuk menderita diabetes adalah 75%. Risiko untuk mendapatkan diabetes dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan
  • 15. 14 |W h a t i s D i a b e t e s ? diabetes. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita diabetes maka risiko untuk menderita diabetes adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik (Krentz, 2013). Hasil penelitian (Isnaini & Ratnasari, 2018) bahwa orang yang memiliki keluarga dengan riwayat DM berpeluang 10,938 kali lebih besar menderita DM tipe 2 daripada orang yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat DM karena risiko seseorang untuk menderita DM tipe 2. Keluarga yang di maksud hanya keluarga dekat seperti ayah, ibu dan saudara kandung. Faktor genetik pada kasus DM bersumber dari keselarasan DM yang dapat meningkat pada kondisi kembar monozigot, prevalensi kejadian DM yang tinggi pada anak-anak dari orang tua yang menderita DM dan prevalensi kejadian DM yang tinggi pada kelompok etnis tertentu. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa mayoritas yang tidak ada riwayat diabetes melitus lebih dominan dikarenakan ada faktor risko lain yang mempengaruhi yaitu jenis kelamin, umur dan aktivutas fisik 4. Aktivitas fisik
  • 16. 15 |W h a t i s D i a b e t e s ? Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga atau energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau olahraga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu (Nur Isnaini, 2018). Menurut WHO (2015) yang dimaksud dengan aktivitas fisik adalah kegiatan paling sedikit 10 menit tanpa henti dengan melakukan kegiatan fisik ringan, sedang dan berat. Aktivitas berat adalah pergerakan tubuh yang pengeluaran tenaga cukup banyak (pembakaran kalori) sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya. Contohnya mengangkat air, mendaki, berjalan cepat, mengangkat beban, tenis tunggal, badminton tunggal, marathon, mencangkul dan menebang pohon. Aktivitas sedang adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga cukup besar atau dengan kata lain adalah bergerak yang menyebabkan nafas lebih sedikit lebih cepat dari biasanya. Contoh pekerjaan rumah tangga (mencuci baju dengan tangan, mengepel, menimba air), tenis ganda, badminton ganda, berenang dan berjalan membawa beban. Sedangkan contoh aktivitas
  • 17. 16 |W h a t i s D i a b e t e s ? ringan adalah berjalan dan perkerjaan kantor seperti mengetik (Fitriyani, 2012). Menurut (Amirudin, R et al., 2014) bahwa aktivitas fisik seseorang mempunyai hubungan yang signifikan terhadap insiden dari DM tipe 2. Aktivitas fisik seseorang berkontribusi 30-50% mengurangi perkembangan dari DM tipe 2. Aktivitas fisik dapat meningkatkan toleransi glukosa dalam darah dan mengurangi faktor risiko kejadian DM tipe 2. Namun menurut Dafriani (2017) bahwa responden yang beraktivitas berat namun menderita DM ini dapat diakibatkan oleh faktor umur mereka yang sudah lanjut sehingga menyebabkan DM. 5. Merokok Merokok adalah salah satu faktor risiko terjadinya penyakit diabetes melitus. Asap rokok dapat meningkatkan kadar gula darah. Pengaruh rokok (nikotin) meransang kelenjar adrenal dan dapat meningkatkan kadar glukosa. Merokok juga telah terbukti menurunkan metabolisme glukosa yang dapat menyebabkan timbulnya diabetes melitus (Kusnadi, Murbawani and Fitranti, 2017). Menurut (Ainurafiq & Maindi, 2015) bahwa status merokok tidak menjadi faktor risiko terhadap kejadian DM tipe 2. Namun,
  • 18. 17 |W h a t i s D i a b e t e s ? status merokok tidak menunjukkan risiko bermakna terhadap kejadian DM tipe 2, tetapi status merokok dapat menjadi pemodifikasi efek aktivitas fisik melakukan pencegahan terhadap kejadian DM tipe 2. Artinya, status merokok dapat mengubah kemampuan aktivitas fisik seseorang untuk melakukan pencegahan kejadian penyakit DM tipe 2 sesuai dengan level status merokok yang dimiliki level tidak merokok maupun level merokok. Menurut (Kurniawaty & Yanita, 2016) menyatakan bahwa merokok tidak terbukti dapat meningkatkan kejadian DM tipe 2. Sedangkan dalam penelitian (Diana, Sety & Tina, 2018) menunjukkan bahwa terpapar asap rokok dalam kategori risiko tinggi merupakan faktor risiko penyakit DM tipe 2. Referensi 1) Akhsyari, FZ & Rahayuningsih, FB. (2017) ‘Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2015’,Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2) Ainurafiq IZ & Maindi EJ. (2015) ‘Perilaku Merokok Sebagai Modifikasi Efek terhadap Kejadian DM Tipe 2’, Jurnal MKMI, 11 (2), 118-124
  • 19. 18 |W h a t i s D i a b e t e s ? 3) American Diabetes Association (2018) ‘Standard medical care in diabetes 2018’, The journal of clinical and applied research and education, 41(1), pp. 1– 150. 4) Amirudin, R et al. (2014) 'Diabetic Mellitus Type 2 in Wajo South Sulawesi Indonesia', Internatioanl Journal of Current Research and Academic Review, 2 (12) : 1- 8. 5) Biro Hukum & Humas BPKP (2004) ‘Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia’, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004. Jakarta, pp. 1–17. 6) Centers for Disease Control and prevention (2017) ‘National diabetes statistics report, 2017’, Atlanta, GA: Centers for Disease Control and Prevention, US Dept of Health and Human Services. 7) Dafriani, Putri. (2017) 'Hubungan Pola Makan dan Aktifitas Fisik Terhadap Kejadian Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin Padang', NERS: Jurnal Keperawatan, 13 (2), 70-77. 8) Decroli, E. (2019) Diabetes Melitus Tipe 2, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang. 9) Diana, Nuriman., Sety, La OM & Tina, Lymbran. (2018). Analisis Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Usia Dewasa Muda di RSUD 13 Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 3 (2), 1-9. 10) DINKES Provinsi Bengkulu (2019) ‘Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu 2018 Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Tahun 2019’. Bengkulu: 2019, p. 211. 11) Fatih Aysan, M. and Aysan, U. (2016) ‘Who cares?: Elderly care inTurkey’, Economía & lavoro: rivista quadrimestrale di politica economica, sociologia e relazioni industriali, 50(3), pp. 33–46. 12) Fitriyani (2012) ‘Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak , Kota Cilegon’, Naskah Publikasi. Depok: Universitas Indonesia 13) IDF (2017) Diabetes Atlas Eighth edition 2017, International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas, 8th edn. Brussels, Belgium: International Diabetes
  • 20. 19 |W h a t i s D i a b e t e s ? Federation, 2017. Brusells. 14) Isnaini, Nur & Ratnasari. (2018). Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes Tipe Dua. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan Aisyah, 14 (1), 59-68 15) Jahn, U. R. and Van Aken, H. (2003) ‘I. Near-patient testing - Point-of-care or point of costs and convenience?’, British Journal of Anaesthesia, pp. 425– 427. 16) Kahn, S. E., Cooper, M. E. and Del Prato, S. (2014) ‘Pathophysiology and treatment of type 2 diabetes: Perspectives on the past, present, and future’, The Lancet, pp. 1068–1083. 17) Kemenkes RI (2017) ‘Analisis Lansia di Indonesia’, Pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan RI, pp. 1–2. 18) Kementerian Kesehatan RI (2016) ‘Infodatin Lanjut Usia (lansia)’, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, p. 12. 19) Kost, G. J. et al. (1999) ‘The laboratory-clinical interface: Point-of-care testing’, Chest, 115(4), pp. 1140–1154. 20) Krentz, A. J. (2013) ‘Diabetes UK, March 2013, Manchester, UK’,Cardiovascular Endocrinology, 2(Suppl. 1). 21) Kurniawaty, Evi & Yanita, Bella. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II. Majority, 5(2), 27-31 22) Kusnadi, G., Murbawani, E. A. and Fitranti, D. Y. (2017) ‘Faktor risiko diabetes melitus tipe 2 pada petani dan buruh’, Journal of Nutrition College, 6(2), p. 138. 23) Larsson, A., Greig-Pylypczuk, R. and Huisman, A. (2015) ‘The state of point-of- care testing: A european perspective’, Upsala Journal of Medical Sciences, pp. 1–10.. 24) Maryam, S. et al. (2008) ‘lansia’, in Mengenal usia lanjut dan perawatannya, p. 35. 25) Nur Isnaini, R. (2018) ‘Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes mellitus tipe dua Risk factors was affects of diabetes mellitus type 2’, Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah, 14(1), p. 64. 26) Pelt, D.F. & Beck, C.T. (2012). Nursing Research : Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice (9th ed). United States of America : McGraw-Hill.
  • 21. 20 |W h a t i s D i a b e t e s ? 27) Perl, S. Y. et al. (2010) ‘Significant human β-cell turnover is limited to the first three decades of life as determined by in vivo thymidine analog incorporation and radiocarbon dating’, Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 95(10). 28) Ramadhan, A. (2013) ‘Kategori Umur Menurut Depkes RI’, 17 Januari. Jakarta: Departemen Kesehatan, p. 1. 29) Ratnasari, N. Y. (2019) ‘Upaya pemberian penyuluhan kesehatan tentang diabetes mellitus dan senam kaki diabetik terhadap pengetahuan dan keterampilan masyarakat desa Kedungringin , Wonogiri’, Indonesian Journal of Community Services, 1(1), pp. 105–115. 30) Riskesdas (2018) ‘Riset Kesehatan Dasar 2018’, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, pp. 1–100. 31) Roglic, G. (2016) ‘WHO Global report on diabetes: A summary’, International Journal of Noncommunicable Diseases, 1(1), p. 3. 32) Sarmanu (2017) ‘Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Statistika’, in Airlangga University Press, pp. 1–70. 33) Schwartz, S. S. et al. (2016) ‘The time is right for a new classification system for diabetes: Rationale and implications of the β-cell-centric classification schema’, Diabetes Care, pp. 179–186. 34) Skyler, J. S. et al. (2017) ‘Differentiation of diabetes by pathophysiology, natural history, and prognosis’, Diabetes, pp. 241–255. 35) Soelistijo, S. A., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., et al. (2015) Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015, Perkeni. Jakarta Selatan. 36) Subiyono, Martsiningsih, M. A. and Gabrela, D. (2016) ‘Gambaran Kadar Glukosa Darah Metode GOD- PAP (Glucose Oxsidase – Peroxidase Aminoantypirin) Sampel Serum dan Plasma EDTA (Ethylen Diamin Terta Acetat)’, Jurnal Teknologi Laboratorium, 5(1), pp. 5–8. 37) Susanti, E. F. N. (2019) ‘Gambaran faktor risiko terjadinya diabetes melitus pada penderita diabetes melitus tipe 2’,
  • 22. 21 |W h a t i s D i a b e t e s ? Jurnal Keperawatan, pp. 1–14. 38) Tuomi, T. et al. (2014) ‘The many faces of diabetes: A disease with increasing heterogeneity’, The Lancet, pp. 1084–1094. 39) Wahyunita, D. (2013) ‘Hubungan Insomnia dangan Kadar Glukosa Darah pada Lansia di Balai Pelayanan Lanjut Usia Pagar Dewa Kota Bengkulu’, Karya Tulis Ilmiah. 40) WHO (2019) ‘Classification Of Diabetes Mellitus 2019’, in World Health Organization. Geneva: World Health Organization, pp. 1–40. 41) Wiyono, G., Nugroho, P. and MM, M. (2017) ‘Peningkatan Mutu Layanan Pesantren Pemberdayaan Lansia “Mukti Mulia”’, JPPM: Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat, 1(2), p. 77. 42) Zahrawardani, D., Herlambang, K. S. and Anggraheny, H. D. (2013) ‘Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang’, Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, 1(3), p. 13.