SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Identifikasi Masalah Gizi kurang dan
Gizi Lebih di Indonesia
Adapun hal yang mempengaruhi masalah gizi kurang
di Indonesia, antara lain:
• Kurang Energi Protein (KEP)
• Anemia Gizi
• Kurang Vitamin A
• Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
1. Kurang Energi Protein
• Kurang Kalori Protein
• Gizi Kurang/Gizi Buruk
• Malnutrisi :
Marasmus – Kwashiorkor
• Menurut Depkes RI , sekitar 10,8% anak balita menderita gizi kurang dan gizi
buruk
• Ibu hamil dan ibu menyusui. Pada bumil mengakibatkan BBLR  Berat Bayi
Lahir Rendah, kurang dari 2500gram
• KKP merupakan akibat dari interaksi antara berbagai faktor, tetapi yang paling
utama adalah akibat konsumsi makanan yang kurang memadai baik kuantitas
maupun kualitas, dan adanya penyakit infeksi yang sering diderita seperti
campak, diare, ISPA, cacingan, dsb
• Kekurangan gizi pada anak disebabkan oleh beberapa faktor:
- karena kebutuhan gizi anak/satuan BB lebih besar dibandingkan dgn org
dewasa, karena selain untuk pertumbuhan juga sbg pemeliharaan tubuh
- kemampuan saluran pencernaan anak yg tdk sesuai dgn jmlah volume
makanan yg mempunyai kandungan gizi yg dibutuhkan anak
- segera stlh anak dpt bergerak sendiri tanpa bantuan org lain disekitarnya,
sehingga memudahkan untuk terkena penyakit infeksi terutama bagi anak2 yg
daya than tubuhnya lemah
- dari segi sosial budaya, sebagian besar masy di Indonesia masih
mengutamakan jenis makanan yg terbaik cenderung diberikan kpd anggota
keluarga yg mempunyai nilai produktif, terutama pd ayah yg mencari nafkah
2. Anemia Gizi
• Terbanyak: defisiensi zat besi
• Akibat:
– Kemampuan intelektual
– Produktifitas kerja
– Morbiditas anak
– Mortality ibu
– BBLR dan keguguran
• Penyebabnya:
- menu sehari2 kurang mengandung zat besi
- Penyerapan zat besi di dlm usus kurang baik (terganggu)
- Infeksi parasit/yg lain
- Kemampuan menampung zat besi menurun/kebutuhan besi
meningkat
• Menurut Depkes RI, 1989:
- Bumil 50-70%
- Tidak hamil 30-40%
- Laki-laki dewasa 20-30%
- Anak balita 30-40%
- Anak sekolah 25-35%
3. Kekurangan Vit. A
Prevalensi : 0.7%
Akibat KVA :
• Tingkat mortalitas tinggi
• Anak rentan infeksi
• Biaya kesehatan tinggi
• Perkembangan mental terganggu
• Penyakit degeneratif menyerang usia dini
• Buta senja atau rabun senja
• Menurut Doeschate, faktor yang berperan pada terjadinya
Xerophthalmia:
- Usia: sering dijumpai pd anak2 klompok imur 2-3 thn dan jarang
trjadi pda usia di atas 8-9 thn. Dan pda anak muda usia, terutama
bayi yg tdk konsumsi ASI di Indonesia
- Jenis kelamin : laki2 lebih rawan terhadap Xerophthalmia
- Musim: pd musim2 terntu. Di Surabay pd bulan April dan
September. Di Bandung Maret dan Juli
- Berhubungan dengan menu sehari-hari: sedikit menu vit A,
karoten, lemak dan protein
- Penyakit infeksi dan infestasi cacing: campak 30%, 20% penyakit
infeksi lain yg disertai demam
- KKP
4. Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (GAKY)
Akibat GAKI:
• Pembesaran kelenjar gondok
• Gangguan pertumbuhan (cebol, bisu, tuli)
• Gangguan mental
• Gangguan neuro motor
Masalah Gizi lain
• Muncul Obesitas
• Prevalensi:
wanita diatas usia 40 tahun  mencapai 30%
overweight dan obese
Akibat obesitas (Gizi Lebih):
• PJK
• Kanker
• diabetes melitus
• hipertensi
• Angkanya meningkat tajam setelah tahun
1992
prevalensi berat-kurang (underweight) menurut provinsi dan nasional. Secara nasional,
prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi
buruk dan 13,9 persen gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional
tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada
prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen tahun 2007, 4,9 persen pada tahun 2010, dan 5,7
persen tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9 persen dari 2007 dan
2013
Prevalensi pendek secara nasional tahun 2013 adalah 37,2 persen, yang berarti terjadi
peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Prevalensi pendek
sebesar 37,2 persen terdiri dari 18,0 persen sangat pendek dan 19,2 persen pendek.
Pada tahun 2013 prevalensi sangat pendek menunjukkan penurunan, dari 18,8 persen
tahun 2007 dan 18,5 persen tahun 2010. Prevalensi pendek meningkat dari 18,0 persen
pada tahun 2007 menjadi 19,2 persen pada tahun 2013.
kecenderungan prevalensi status gizi anak balita menurut ketiga indeks BB/U, TB/U dan
BB/TB. Terlihat prevalensi gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun
2013. Prevalensi sangat pendek turun 0,8 persen dari tahun 2007, tetapi prevalensi pendek
naik 1,2 persen dari tahun 2007. Prevalensi sangat kurus turun 0,9 persen tahun 2007.
Prevalensi kurus turun 0,6 persen dari tahun 2007. Prevalensi gemuk turun 2,1 persen dari
tahun 2010 dan turun 0,3 persen dari tahun 2007.
• secara nasional prevalensi pendek pada anak
umur 5-12 tahun adalah 30,7 persen (12,3%
sangat pendek dan 18,4% pendek). Prevalensi
sangat pendek terendah di DI Yogyakarta
(14,9%) dan tertinggi di Papua (34,5 %).
• Secara nasional masalah gemuk pada anak umur
5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri
dari gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk
(obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk terendah
di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di
DKI Jakarta (30,1%). Sebanyak 15 provinsi dengan
prevalensi sangat gemuk diatas nasional, yaitu
Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten,
Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Barat,
Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua,
Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung dan DKI
Jakarta.
• umur 13-15 tahun penilaian status gizi berdasarkan
TB/U dan IMT/U. Gambar 3.14.11. menyajikan
prevalensi pendek pada remaja umur 13-15 tahun.
Secara nasional, prevalensi pendek pada remaja adalah
35,1 persen (13,8% sangat pendek dan 21,3% pendek.
Prevalensi sangat pendek terendah di DI Yogyakarta
(4,0 %) dan tertinggi di Papua (27,4%). Sebanyak 16
provinsi dengan prevalensi sangat pendek diatas
prevalensi nasional yaitu Nusa Tenggara Barat, Riau,
Banten, Maluku, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Gorontalo, Aceh, Bengkulu, Sumatera Utara, Jambi,
Sulawesi Barat, Kalimantan Barat, Lampung, Nusa
Tenggara Timur dan Papua.
• prevalensi kurus pada remaja umur 13-15 tahun adalah
11,1 persen terdiri dari 3,3 persen sangat kurus dan 7,8
persen kurus. Prevalensi sangat kurus terlihat paling rendah
di Bangka Belitung (1,4 %) dan paling tinggi di Nusa
Tenggara Timur (9,2%). Sebanyak 17 provinsi dengan
prevalensi anak sangat kurus (IMT/U) diatas prevalensi
nasional yaitu Riau, Aceh, Jawa Tengah, Lampung, Jambi,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat,
Kalimantan Barat, Banten, Papua, Sumatera Selatan,
Gorontalo, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
Tenggara Timur.
• Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di
Indonesia sebesar 10.8 persen, terdiri dari 8,3 persen
gemuk dan 2,5 persen sangat gemuk (obesitas).

More Related Content

What's hot

Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)Indri Wati
 
DIET PENYAKIT JANTUNG KELOMPOK 4
DIET PENYAKIT JANTUNG KELOMPOK 4DIET PENYAKIT JANTUNG KELOMPOK 4
DIET PENYAKIT JANTUNG KELOMPOK 4Indri Wati
 
KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA
KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIAKEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA
KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIApjj_kemenkes
 
Gizi pada anak sekolah & remaja
Gizi pada anak sekolah & remajaGizi pada anak sekolah & remaja
Gizi pada anak sekolah & remajaAgnescia Sera
 
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSNutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSDwi Handayani
 
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)Shela Rizky Tarinda
 
Pmk no _2_th_2020_ttg_standar_antropometri_anak
Pmk no _2_th_2020_ttg_standar_antropometri_anakPmk no _2_th_2020_ttg_standar_antropometri_anak
Pmk no _2_th_2020_ttg_standar_antropometri_anakPuskesmasPundongBant
 
Konsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu giziKonsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu giziCahya
 
Diet pada bayi dan anak
Diet pada bayi dan anakDiet pada bayi dan anak
Diet pada bayi dan anakIndri Wati
 
Gizi tenaga kerja
Gizi tenaga kerjaGizi tenaga kerja
Gizi tenaga kerjaLicia Dewi
 
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SMSOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SMPuskesmasSungaiMenan
 
Diet Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia
Diet Pada Ibu Hamil dengan PreeklampsiaDiet Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia
Diet Pada Ibu Hamil dengan PreeklampsiaWira Rotinsulu
 
Laporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDKLaporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDKdinamuslimah
 
Pedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangPedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangdiansachio
 

What's hot (20)

Diet hipertensi
Diet hipertensiDiet hipertensi
Diet hipertensi
 
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
 
DIET PENYAKIT JANTUNG KELOMPOK 4
DIET PENYAKIT JANTUNG KELOMPOK 4DIET PENYAKIT JANTUNG KELOMPOK 4
DIET PENYAKIT JANTUNG KELOMPOK 4
 
KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA
KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIAKEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA
KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA
 
Gizi pada anak sekolah & remaja
Gizi pada anak sekolah & remajaGizi pada anak sekolah & remaja
Gizi pada anak sekolah & remaja
 
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSNutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
 
Tabel akg 2019
Tabel akg 2019Tabel akg 2019
Tabel akg 2019
 
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
 
Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometriPengukuran antropometri
Pengukuran antropometri
 
Pmk no _2_th_2020_ttg_standar_antropometri_anak
Pmk no _2_th_2020_ttg_standar_antropometri_anakPmk no _2_th_2020_ttg_standar_antropometri_anak
Pmk no _2_th_2020_ttg_standar_antropometri_anak
 
Konsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu giziKonsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu gizi
 
Pmba pada kader
Pmba pada kaderPmba pada kader
Pmba pada kader
 
Diet pada bayi dan anak
Diet pada bayi dan anakDiet pada bayi dan anak
Diet pada bayi dan anak
 
Obesitas.ppt
Obesitas.pptObesitas.ppt
Obesitas.ppt
 
Gizi anak sekolah dasar
Gizi anak sekolah dasar Gizi anak sekolah dasar
Gizi anak sekolah dasar
 
Gizi tenaga kerja
Gizi tenaga kerjaGizi tenaga kerja
Gizi tenaga kerja
 
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SMSOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
 
Diet Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia
Diet Pada Ibu Hamil dengan PreeklampsiaDiet Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia
Diet Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia
 
Laporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDKLaporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDK
 
Pedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangPedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbang
 

Similar to Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

Masalah gizi-pada-remaja-docx
Masalah gizi-pada-remaja-docxMasalah gizi-pada-remaja-docx
Masalah gizi-pada-remaja-docxsyarifah irmadani
 
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptxGizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptxFakhrotunNisaSsiSpd
 
Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013irfiandi irfiandi
 
BAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docxBAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docxsatriaaja2
 
Materi dan Pedoman Kader Remaja Dinkes 2023 (1).pptx
Materi dan Pedoman Kader Remaja Dinkes 2023 (1).pptxMateri dan Pedoman Kader Remaja Dinkes 2023 (1).pptx
Materi dan Pedoman Kader Remaja Dinkes 2023 (1).pptxGaluhPradnya2
 
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptxCIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptxsugiartysoepardi
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...Anisa Imaniar
 
Tumbuh Kembang Anak yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Anak yang BermasalahTumbuh Kembang Anak yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Anak yang BermasalahFakhriyah Elita
 
ANALISIS SITUASI ADVOKES.docx
ANALISIS SITUASI ADVOKES.docxANALISIS SITUASI ADVOKES.docx
ANALISIS SITUASI ADVOKES.docxCitraMauliaDewi
 
STUNTING DAN INTERVENSI.pptx
STUNTING DAN INTERVENSI.pptxSTUNTING DAN INTERVENSI.pptx
STUNTING DAN INTERVENSI.pptxmursal sigli
 
PRINSIP GIZI PADA IBU HAMIL.pptx
PRINSIP GIZI PADA IBU HAMIL.pptxPRINSIP GIZI PADA IBU HAMIL.pptx
PRINSIP GIZI PADA IBU HAMIL.pptxfaza73
 

Similar to Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia (20)

Masalah gizi-pada-remaja-docx
Masalah gizi-pada-remaja-docxMasalah gizi-pada-remaja-docx
Masalah gizi-pada-remaja-docx
 
stunting.pptx
stunting.pptxstunting.pptx
stunting.pptx
 
Materi dasar rev-15 feb-2013
Materi dasar rev-15 feb-2013Materi dasar rev-15 feb-2013
Materi dasar rev-15 feb-2013
 
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptxGizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
 
Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013
 
BAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docxBAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docx
 
Materi dan Pedoman Kader Remaja Dinkes 2023 (1).pptx
Materi dan Pedoman Kader Remaja Dinkes 2023 (1).pptxMateri dan Pedoman Kader Remaja Dinkes 2023 (1).pptx
Materi dan Pedoman Kader Remaja Dinkes 2023 (1).pptx
 
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptxCIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
CIPTAKAN GENERASI YANG BEBAS STUNTING UNTUK Indonesia LEBIH.pptx
 
gizi-buruk
 gizi-buruk gizi-buruk
gizi-buruk
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
 
Tumbuh Kembang Anak yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Anak yang BermasalahTumbuh Kembang Anak yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Anak yang Bermasalah
 
stunting.pptx
stunting.pptxstunting.pptx
stunting.pptx
 
ANALISIS SITUASI ADVOKES.docx
ANALISIS SITUASI ADVOKES.docxANALISIS SITUASI ADVOKES.docx
ANALISIS SITUASI ADVOKES.docx
 
Klb
KlbKlb
Klb
 
STUNTING DAN INTERVENSI.pptx
STUNTING DAN INTERVENSI.pptxSTUNTING DAN INTERVENSI.pptx
STUNTING DAN INTERVENSI.pptx
 
GIZI PADA REMAJA.pptx
GIZI PADA REMAJA.pptxGIZI PADA REMAJA.pptx
GIZI PADA REMAJA.pptx
 
Paper pak patra
Paper pak patraPaper pak patra
Paper pak patra
 
Mini pro sella
Mini pro sellaMini pro sella
Mini pro sella
 
PRINSIP GIZI PADA IBU HAMIL.pptx
PRINSIP GIZI PADA IBU HAMIL.pptxPRINSIP GIZI PADA IBU HAMIL.pptx
PRINSIP GIZI PADA IBU HAMIL.pptx
 
stunting.pptx
stunting.pptxstunting.pptx
stunting.pptx
 

Recently uploaded

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 

Recently uploaded (20)

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 

Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

  • 1. Identifikasi Masalah Gizi kurang dan Gizi Lebih di Indonesia
  • 2. Adapun hal yang mempengaruhi masalah gizi kurang di Indonesia, antara lain: • Kurang Energi Protein (KEP) • Anemia Gizi • Kurang Vitamin A • Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
  • 3. 1. Kurang Energi Protein • Kurang Kalori Protein • Gizi Kurang/Gizi Buruk • Malnutrisi : Marasmus – Kwashiorkor
  • 4. • Menurut Depkes RI , sekitar 10,8% anak balita menderita gizi kurang dan gizi buruk • Ibu hamil dan ibu menyusui. Pada bumil mengakibatkan BBLR  Berat Bayi Lahir Rendah, kurang dari 2500gram • KKP merupakan akibat dari interaksi antara berbagai faktor, tetapi yang paling utama adalah akibat konsumsi makanan yang kurang memadai baik kuantitas maupun kualitas, dan adanya penyakit infeksi yang sering diderita seperti campak, diare, ISPA, cacingan, dsb • Kekurangan gizi pada anak disebabkan oleh beberapa faktor: - karena kebutuhan gizi anak/satuan BB lebih besar dibandingkan dgn org dewasa, karena selain untuk pertumbuhan juga sbg pemeliharaan tubuh - kemampuan saluran pencernaan anak yg tdk sesuai dgn jmlah volume makanan yg mempunyai kandungan gizi yg dibutuhkan anak - segera stlh anak dpt bergerak sendiri tanpa bantuan org lain disekitarnya, sehingga memudahkan untuk terkena penyakit infeksi terutama bagi anak2 yg daya than tubuhnya lemah - dari segi sosial budaya, sebagian besar masy di Indonesia masih mengutamakan jenis makanan yg terbaik cenderung diberikan kpd anggota keluarga yg mempunyai nilai produktif, terutama pd ayah yg mencari nafkah
  • 5. 2. Anemia Gizi • Terbanyak: defisiensi zat besi • Akibat: – Kemampuan intelektual – Produktifitas kerja – Morbiditas anak – Mortality ibu – BBLR dan keguguran
  • 6. • Penyebabnya: - menu sehari2 kurang mengandung zat besi - Penyerapan zat besi di dlm usus kurang baik (terganggu) - Infeksi parasit/yg lain - Kemampuan menampung zat besi menurun/kebutuhan besi meningkat • Menurut Depkes RI, 1989: - Bumil 50-70% - Tidak hamil 30-40% - Laki-laki dewasa 20-30% - Anak balita 30-40% - Anak sekolah 25-35%
  • 7. 3. Kekurangan Vit. A Prevalensi : 0.7% Akibat KVA : • Tingkat mortalitas tinggi • Anak rentan infeksi • Biaya kesehatan tinggi • Perkembangan mental terganggu • Penyakit degeneratif menyerang usia dini
  • 8. • Buta senja atau rabun senja • Menurut Doeschate, faktor yang berperan pada terjadinya Xerophthalmia: - Usia: sering dijumpai pd anak2 klompok imur 2-3 thn dan jarang trjadi pda usia di atas 8-9 thn. Dan pda anak muda usia, terutama bayi yg tdk konsumsi ASI di Indonesia - Jenis kelamin : laki2 lebih rawan terhadap Xerophthalmia - Musim: pd musim2 terntu. Di Surabay pd bulan April dan September. Di Bandung Maret dan Juli - Berhubungan dengan menu sehari-hari: sedikit menu vit A, karoten, lemak dan protein - Penyakit infeksi dan infestasi cacing: campak 30%, 20% penyakit infeksi lain yg disertai demam - KKP
  • 9. 4. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKY) Akibat GAKI: • Pembesaran kelenjar gondok • Gangguan pertumbuhan (cebol, bisu, tuli) • Gangguan mental • Gangguan neuro motor
  • 10. Masalah Gizi lain • Muncul Obesitas • Prevalensi: wanita diatas usia 40 tahun  mencapai 30% overweight dan obese
  • 11. Akibat obesitas (Gizi Lebih): • PJK • Kanker • diabetes melitus • hipertensi • Angkanya meningkat tajam setelah tahun 1992
  • 12. prevalensi berat-kurang (underweight) menurut provinsi dan nasional. Secara nasional, prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen tahun 2007, 4,9 persen pada tahun 2010, dan 5,7 persen tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9 persen dari 2007 dan 2013 Prevalensi pendek secara nasional tahun 2013 adalah 37,2 persen, yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Prevalensi pendek sebesar 37,2 persen terdiri dari 18,0 persen sangat pendek dan 19,2 persen pendek. Pada tahun 2013 prevalensi sangat pendek menunjukkan penurunan, dari 18,8 persen tahun 2007 dan 18,5 persen tahun 2010. Prevalensi pendek meningkat dari 18,0 persen pada tahun 2007 menjadi 19,2 persen pada tahun 2013.
  • 13. kecenderungan prevalensi status gizi anak balita menurut ketiga indeks BB/U, TB/U dan BB/TB. Terlihat prevalensi gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Prevalensi sangat pendek turun 0,8 persen dari tahun 2007, tetapi prevalensi pendek naik 1,2 persen dari tahun 2007. Prevalensi sangat kurus turun 0,9 persen tahun 2007. Prevalensi kurus turun 0,6 persen dari tahun 2007. Prevalensi gemuk turun 2,1 persen dari tahun 2010 dan turun 0,3 persen dari tahun 2007.
  • 14. • secara nasional prevalensi pendek pada anak umur 5-12 tahun adalah 30,7 persen (12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek). Prevalensi sangat pendek terendah di DI Yogyakarta (14,9%) dan tertinggi di Papua (34,5 %).
  • 15. • Secara nasional masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%). Sebanyak 15 provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung dan DKI Jakarta.
  • 16. • umur 13-15 tahun penilaian status gizi berdasarkan TB/U dan IMT/U. Gambar 3.14.11. menyajikan prevalensi pendek pada remaja umur 13-15 tahun. Secara nasional, prevalensi pendek pada remaja adalah 35,1 persen (13,8% sangat pendek dan 21,3% pendek. Prevalensi sangat pendek terendah di DI Yogyakarta (4,0 %) dan tertinggi di Papua (27,4%). Sebanyak 16 provinsi dengan prevalensi sangat pendek diatas prevalensi nasional yaitu Nusa Tenggara Barat, Riau, Banten, Maluku, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Gorontalo, Aceh, Bengkulu, Sumatera Utara, Jambi, Sulawesi Barat, Kalimantan Barat, Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua.
  • 17. • prevalensi kurus pada remaja umur 13-15 tahun adalah 11,1 persen terdiri dari 3,3 persen sangat kurus dan 7,8 persen kurus. Prevalensi sangat kurus terlihat paling rendah di Bangka Belitung (1,4 %) dan paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (9,2%). Sebanyak 17 provinsi dengan prevalensi anak sangat kurus (IMT/U) diatas prevalensi nasional yaitu Riau, Aceh, Jawa Tengah, Lampung, Jambi, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Banten, Papua, Sumatera Selatan, Gorontalo, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. • Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8 persen, terdiri dari 8,3 persen gemuk dan 2,5 persen sangat gemuk (obesitas).