Dokumen tersebut membahas mengenai manajemen airway dan breathing, meliputi penilaian gangguan pernapasan dan jalan napas, teknik manajemen airway seperti intubasi endotrakeal, ventilasi, dan oksigenasi."
2. OVERVIEW
SpO2
Basic and Advanced Airway
Management
Sumbatan Jalan Napas
Total dan Parsial
Review Anatomi dan Fisiologi
Airway and Breathing
Ventilasi
Oksigenasi
Penilaian Gangguan
Pernapasan
Penilaian Gangguan
Jalan Napas
3. MENEJEMEN AIRWAY
DAN BREATHING
adalah suatu tindakan khusus yang
meliputi penilaian, mempertahankan dan
melindungi jalan napas dengan
memberikan oksigenasi dan ventilasi
efektif (Fakhruddin, 2010).
4. TUJUAN
Menjaga oksigenasi ke otak tetap terpenuhi
karena penyebab kematian terbesar pada
tingkat sel adalah kondisi kurangnya
oksigen yang terdeliveri pada tingkat sel
atau biasa disebut HIPOKSIA
8. Obstruksi Airway Suplai oksigen terhenti
Sel-sel otak mengalami kematian
Kerusakan Sel IRREVERSIBEL
4-6 menit
pertama
6-10 menit setelah
suplai O2 terhenti
Mati Klinis: Jantung dan
Pernapasan Terhenti
GOLDEN TIME
Penyebab Kematian Tercepat : A-B-C
21. Kontraindikasi
• Obstruksi yang terlihat: fraktur os nasal, polip,
terdapat hemoragic
• Kecurigaan Fraktur Cribriformis / Basis Cranii
Indikasi
Pasien tidak sadar dengan
lidah jatuh (SNORING)
TANPA GAG REFLEX
Nasopharyngeal
Airway (NPA)
24. Gagal ventilasi
dengan BVM
LMA bukan AIRWAY DEFINITIF.
Pasien yang terpasang LMA, setiba di rumah
sakit harus diganti dengan AIRWAY DEFINITIF.
Henti napas
dan
henti jantung
Laryngeal Mask Airway (LMA)
25. Laryngeal Mask Airway
(LMA)
* Digunakan pada pasien dengan difficulty airway,
terutama bila intubasi endothrakheal atau
bag mask (sungkup muka) gagal.
* LMA bukan airway definitive. Bila
pasien terpasang LMA, maka dokter terlatih harus
menggantinya dengan airway definitif.
* Pemasangan Tidak boleh > 3 hari tanpa
pengawasan
29. KEBUTUHAN UNTUK PERLINDUNGAN AIRWAY KEBUTUHAN UNTUK VENTILASI ATAU OKSIGENASI
Tidak sadar atau penilaian GCS < 8 APNEA
Paralisis neuromuskular
Tidak sadar
FRAKTUR MAKSILOFASIAL BERAT
Risiko aspirasi karena perdarahan dan
atau muntah
USAHA NAPAS YANG TIDAK ADEKUAT
Takhipnea
Hipoksia
Hiperkarbia
Sianosis
CEDERA LEHER
Hematom leher
Cedera laryngeal atau tracheal
Cedera inhalasi karena luka bakar ata
luka bakar di wajah
Stridor
Perubahan pola napas yang signifikan
Penggunaan otot bantu pernapasan
Paralisis otot pernapasan
ARDS moderate-severe
ROX index < 3.85 (HFNC 2-6-12 jam)
CEDERA KEPALA
Tidak sadar
Gelisah
Perburukan neurologi akut atau herniasi
Apnea karena penurunan kesadaran atau
paralisis neuromuskular
30. Jika memungkinkan, pemeriksaan fisik penting
dilakukan pre intubasi ETT meliputi :
• L – Look externally
• E – Evaluate (3 3 2 rule)
• M – Mallampati score
• O – Obstruction
• N – Neck Imobility
LEMON
31.
32. Pada pasien terkonfirmasi atau terduga COVID-19 s
angat
dis
arankan intubas
i oleh s
eorang yang ahli (dokter anastesi)
dan dengan tehnik RSI
33. • Cedera luas tulang leher
• Athritis berat pada cervical
• Trauma maksila/mandibula yang
berat
• Keterbatasan membuka mulut
• Variasi anatomi dagu terlalu
panjang
• Gigi overbite
• Otot leher yang pendek
39. INTUBASI NASOTRACHEAL /
BLIND INTUBATION
Hanya dipasang pada penderita yang
masih dapat bernapas spontan
Dipasang secara manual,
mengikuti irama napas penderita
40. Surgical Airway: Needle Crico-Thyroidotomy
BILA INTUBASI TIDAK BISA DILAKUKAN
JET INSUFLATION
Suplemen O2 sementara 15 L/menit,
menggunakan IV Catheter No. 12 – 14 (dewasa) /
No.16 – 18 (anak)
melalui membran krikotiroid selama 30 – 45 menit
42. TRACHEOSTOMY TUBE
a) Karena pemakaian ett yang sudah lebihdari 14hari
b) Adanya benda asing yang menyumbat saluran nafas atas yang tidak
bis
a ditolongdengan s
upport maneuver
c
) S
upraglotticatau glotticpathologic
d) Adanya trauma leherdan injury yang luasdiarea thyroiid atau
cricoid cartilago, tulang hyoid
e) Adanya fraktur diarea wajah dan mengganggu jalan nafas bag atas
f) Adanya oedemsalurannafas karena trauma, luka bakar, infeksi dan
anaphylaksis
g) Kegagalans
aat pemas
anganETT
45. Oksigenasi
Bernapas spontan,
namun pernapasan
tidak adekuat, SpO2 <
normal
Ventilasi
• Tidak bernapas
spontan
• Napas terlalu gasping
TUJUAN Tercukupinya Kebutuhan Oksigen Sel dan Jaringan
Selalu berikan oksigen
bila keadaan umum
pasien tidak baik..!
51. • Ventilasi Buatan (Control Ventilation)
1. Mouth to mouth
2. Mouth to mask
3. BVM
• Ventilasi Bantuan (Assisted Ventilation)
4. Support Ventilasi Mekanik
VENTILASI
52.
53. With BVM 1 Penolong
EC-GRIP With BVM 2 Penolong VE-GRIP
54.
55. GAGAL NAFAS
DENGANARDS
Gagal Nafas merupakan kegagalan sistem respirasi
dalam pertukaran gas O2 dan CO2 yang tidak
adekuat terjadi secara mendadak dan mengancam
jiwa, PaO2 < 60 mmHg dan PCO2 > 50 mmHg, P/F
rasio < 150.
56.
57. HFNC
(High-Flow Nasal Cannula)
Terapi Oksigen High Flow Nasal Cannula adalah suatu
terapi oksigen melalui nasal kanul yang dipanaskan dan
dilembabkan pada laju aliran tinggi dan fraksi yang
tepat oksigen terinspirasi (FiO2) agar memungkinkan
penyampaian gas terpenuhi
FCCA 2020
Karamouzos V, Fligou F, Gogos C, Velissaris D. High flow nasal cannula oxygen therapy in adults with COVID-19 respiratory failure. A case
report. MonaldiArchives for Chest Disease. 2020;90(2).
63. American College of Surgeons. (2018). Advanced trauma life support for doctors. instructor course manual book 1 - sixth
edition. Chicago.
American Heart Association. (2020). Basic Life Support: Provider Manual. USA: American Heart Association
American Red Cross (2020). First Aid/CPR/AED Participant Manual. USA: StayWell Health & Safety Solutions
Irfan A, Heriwardito A, Atila D, Aditianingsih D, Prasetyo EB, Pangestu H, et al. Panduan Tata Laksana Pasien Diduga
Infeksi Covid-19 Dengan ARDS dan Syok Sepsis Berbasis Bukti. Jakarta: Jakarta Critical Care Alumni (JCCA) Perhimpunan
Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia Cabang DKI Jakarta (Perdatin Jaya); 2020.
Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, Susilo A, et al. Pedoman Tatalaksana Covid19. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia
(PERDATIN) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI); 2020.
RI K. Protokol Tatalaksana Covid-19. Jakarta: Kemenkes RI; 2021.
Maryuani, Anik & Yulianingsih. (2012). Asuhan kegawatdaruratan. Jakarta : Trans Info Media Medis.
Practitioner Emergency Medical Technician. (2012). Clinical practice guidelines for pre-hospital emergency care. Ireland : Pre-
Hospital Emergency Care Council. ISBN 978-0-9571028-2-8.
Balitbang Kemenkes RI (2013).Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
JE Campbell. “Basic Trauma Life Support”, American College Of Emergency Physician, Fourth Edition, 2015.
Bentz B.G & Hugles C.A. Available at http:// www.AmericanHearing.com.Barotrauma. Accessed on June, 7th 2013