Dokumen tersebut membahas tentang manajemen laboratorium, termasuk pengertian laboratorium dan biosafety, jenis-jenis biosafety level 1 hingga 3 beserta persyaratan rancang bangun dan fasilitas yang dibutuhkan. Dokumen ini juga menjelaskan perbedaan antara biosafety yang melindungi staf laboratorium dan biosecurity yang melindungi objek penelitian.
3. 1. Pengertian Laboratorium
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan suatu
tempat atau kamar dan sebagainya tertentu yang dilengkapi dengan
peralatan untuk mengadakan percobaan (penyelidikan dan sebagainya).
Menurut Biorisk Management WHO, 2006, Diagnosis suatu penyakit,
analisis sel pada manusia maupun hewan, kajian epidemiologi,
penelitian ilmiah, pengembangan produk farmasi: semua aktivitas
tersebut idealnya memerlukan laboratorium dengan manajemen dan
desain khusus.
4. Manajemen Laboratorium
Pengelolaan laboratorium (Laboratory management) adalah usaha
untuk mengelola laboratorium. Manajemen laboratorium merupakan
suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan laboratorium.
Suatu manajemen laboratorium yang baik, memiliki sistem organisasi
yang baik, uraian kerja (job description) yang jelas, pemanfaatan
fasilitas yang efektif, efisien, disiplin, dan administrasi yang baik
pula.
5. 2. Pengertian Bio Safety
Menurut buku keamanan laboratorium yang diterbitkan oleh PRVKP-UI (Pusat
Riset Virus dan Kanker Patobiologi –Universitas Indonesia),
biosafety adalah penerapan pengetahuan, teknik, dan peralatan untuk
melindungi personil laboratorium, laboratorium, dan lingkungan dari paparan
agen yang berpotensi menyebarkan penyakit. Sehingga, biosafety memerlukan
tempat kerja khusus (containment) untuk mencegah agen biologisberbahaya
(biohazard) tidak keluar dari lingkungan kerja dan mencegah risiko paparan
patogen terhadap personil di laboratorium, orang di luar laboratorium, juga
lingkungan laboratorium (Biosafety dan Biosecurity PRVKP-UI, 2016).
6. 3. Bio Safety & Bio Security
Biosafety menitikberatkan pada manajemen dan desain
laboratorium dengan tujuan melindungi staf laboratorium agar
dapat bekerja secara aman di laboratorium.
Biosecurity, menitikberatkan pada penanganan objek
penelitian agar aman bagi lingkungan.
7. 4. Jenis – jenis Bio Safety
Biosafety Level 1 (BSL-1)
Dengan konstruksilebih tepat digunakan
untuk pembelajaran tingkat sekolah dan
universitas jenjang sarjana. BSL-1 dapat
digunakan sebagai laboratorium pelatihan
dan pembelajaran, dan pekerjaan
laboratorium lainnya yang mana dapat
menggunakan mikroorganisme yang
tidakmengganggu kesehatan manusia
dewasa.
BSL-1 merupakan laboratorium standar
untuk pekerjaan mikrobiologi tidak ada hal
spesifik yang dibutuhkan di laboratorium
ini, selain wastafel pencuci tangan. (US
Department of Health, 2009).
Persyaratan rancang bangun BSL-1
harus memiliki :
1. Pintu masuk dan keluar;
2. Bak cuci tangan stainless steel;
3. Rak pakaian kerja/jas
laboratorium;
4. Ruang kerja mudah dibersihkan;
5. Ruangan kedap air;
6. Perabotan yang kokoh; dan
7. Jendela dilengkapi dengan
saringan serangga dan debu.
9. 4. Jenis – jenis Bio Safety
Biosafety Level 2 (BSL-2)
Dengan karakteristik peralatan keamanan, fasilitas, dan desain
konstruksi yang dapat digunakan untuk ujiklinis, diagnostik,
pembelajaran, dan pekerjaan laboratorium dengan agen dengan risiko
yang sedang (mikroorganisme risiko 2)dan tidak menyebar lewat
udara.
Meskipun organisme yang digunakan di BSL-2 yang tidak berkarakter
menyebar lewat udara, perlu antisipasi adanya potensi dari percikan
sampel seperti darah dan cairan tubuh manusia. Maka, perlu
digunakan perlindungan wajah, baju laboratorium, dan sarung tangan.
Pada BSL-2 perlu adanya wastafel pencuci tangan untuk mengurangi
kontaminasi di lingkungan. (US Department of Health, 2009).
10. Persyaratan rancang bangun BSL-2 harus memiliki :
1. Pintu dapat menutup sendiri;
2. Bak cuci tangan stainless steel;
3. Rak pakaian pelindung;
4. Ruang kerja mudah dibersihkan;
5. Ruang kerdap air;
6. Perabotan yang kokoh;
7. Jendela dilengkapi dengan saringan serangga dan
debu;
8. Dilengkapi Biological Safety Cabinet/bsc;
9. Harus cukup penerangan/cahaya dalam
laboratorium;
10. Lokasi laboratorium harus terpisah dari
tempat/rumah penduduk;
11. 11. Sistem pengawasan ventilasi dimana aliran udara hanya
masuk ke dalam laboratorium tanpa ada sirkulasi udara
untuk keluar dari laboratorium;
12. Dilengkapi alat pelindung mata dan obat cuci mata
untuk petugas;
13. Membatasi lalu lintas orang dan alat ketika personel dan
alat laboratorium sedang bekerja;
14. Dilengkapi pakaian pelindung untuk pekerja pada waktu
bekerja;
15. Dilengkapi tanda biohazard.
13. Dengan karakteristik peralatan keamanan, fasilitas, dan desain konstruksi
yang dapat digunakan untuk uji klinis, diagnostik, pembelajaran,dan
pekerjaan laboratoriumdengan agen dengan risiko yang sedang-tinggi
(mikroorganisme risiko 3) dan berisiko menyebar lewat udara.
Risiko utama yang ada pada BSL-3 adalah adanya paparan lewat udara,
sehingga perlunya pembangunan laboratorium ini jauh dari pemukiman
penduduk. Penggunaan fasilitas pengamanan lebih ditingkatkan dari
laboratorium dengan level di bawahnya, perlunya dekontaminasi dengan
membasuhseluruh tubuh sebelum dansesudah bekerja di BSL-3. (US
Department of Health, 2009).
4. Jenis – jenis Bio Safety
Biosafety Level 3 (BSL-3)
14. Persyaratan rancang bangun BSL-3 harus memiliki:
1. Fasilitas pengatur aliran udara (HEPA-filtered air exhaust)
antar ruang laboratorium;
2. Ruang masuk kedalam tersegel atau double door entry guna
mencegah kontaminasi dan memiliki ruang antara yang
dilengkapi tempat mandi sebelum masuk ke pusat
laboratorium;
3. Biological Safety Cabinet/BSC class II atau BSC class III guna
menangani bahan agen penyakit menular berbahaya;
4. Fasilitas autoclave di luar dan di dalam laboratorium;
5. Peralatan listrik tersentralisir dan dilengkapi circuit breaker
panel; dan
6. Tempat bekerja yang dirancang ergonomically untuk
kenyamanan bekerja dan efisiensi.
18. 5. FASILITAS BIOSAFETY
Fasilitas biosafety level, perlu ditunjang oleh beberapa manajemen khusus seperti:
Perlunya pembentukan komisi untuk penilaian biosafety dalampenelitian di lembaga penelitian
Penggunaan vaksin untuk penyakit tertentu dapat meningkatkan perlindungan staf
laboratorium sebelum melakukan pekerjaannya.
Setiap staf laboratorium terlebih dahulu diberikan pemahaman dan pelatihan mulai dari
memahami karakteristik bahan kimia dan agen biologi yang digunakan serta teknik laboratorium
yang baik dan benar.
Pemberian fasilitas cek kesehatan rutin pada staf laboratorium agar dapat mendeteksi risiko dini
paparan agen berbahaya.
Jika diperlukan, dapat bekerja sama dengan pihak ketiga dalam penyediaan rutin untuk
pakaianlengkap laboratorium kondi
si bersih dan penanganan pakaianlengkap laboratorium yang telah terpakai.
Diperlukan prosedur pengolahan limbah untuk mencegah terlepasnya agen biologi atau bahan
kimia berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan