Makalah ini membahas pengelolaan laboratorium IPA di sekolah yang meliputi persyaratan teknis dan manajemen laboratorium. Persyaratan teknis mencakup tata letak, fasilitas, peralatan, dan personil. Sedangkan persyaratan manajemen meliputi struktur organisasi, mutu, dokumentasi, serta monitoring dan evaluasi. Pengelolaan yang baik diperlukan agar laboratorium dapat berfungsi optimal dalam proses pembelajaran.
1. PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA DI SEKOLA H Oleh Lela FoniSulistiyowati, M.Si
Jumat, 23 September 2016 | Admin LPMP Banten | MAJALAHPENDIDIKAN | Dibaca 11410 kali | 0 Komentar
PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA DI SEKOLAH
Oleh
Lela FoniSulistiyowati, M.Si
ABSTRAK
Keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah salah satunya ditentukan oleh ketersediaan sarana dan
prasarana sekolah, salah satunya adalah Laboratorium IPA. Banyak sekolah yang memiliki sarana laboratorium namun
tidak terkelola dengan baik, bahkan tidak dimanfaatkan sama sekali. Sehingga peralatan laboratorium rusak bukan
karena digunakan oleh siswa namun karena dibiarkan tidak terpakai. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan
laboratorium yang baik oleh laboran atau pun guru IPA yang ditunjuk mengelola laboratorium.Tujuan dari penulisan
makalah ilmiah ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara mengelola laboratorium di
sekolah.
Secara umum, persyaratan laboratorium IPA sekolah meliputi dua aspek utama, yaitu : a) Persyaratan teknis : terdiri
atas persyaratan sarana dan prasarana, termasuk tata bangunan dan fasilitas, peralatan dan bahan, dan personil.
b) Persyaratan manajemen (tata kelola): terdiri atas berbagai aspek seperti struktur organisasi, sistem mutu,
dokumentasi/administrasi, serta sistem monitoring dan evaluasi.
Key word :Laboratorium IPA, Managemen Mutu Laboratorium
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Laboratorium IPA sekolah merupakan salah satu wahana belajar siswa dalam bidang IPA. Untuk menghasilkan proses
belajar mengajar dan hasil belajar yang berkualitas, laboratorium haus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
diperlukan paling tidak sesuai dengan standar minimal saranal aboratorium. Selain itu, personil laboratorium yang
terdiri dari kepala laboratorium, teknisi, laboran, serta guru pembimbing praktikum juga harus mencerminkan tenaga
berkualitas.
Dalam arti luas, laboratorium dianggap sebagai jantung ilmu pengetahuan. Ini bertolak dengan kenyataan bahwa dari
laboratorium itulah akan selalu mengalir informasi-informasi ilmiah baru yang berasal dari hasil-hasil penemuan para
peneliti yang bekerja di laboratorium. Dalam arti yang sedikit terbatas, laboratorium merupakan jantung dari proses
pendidikan. Artinya, siswa secara individual atau berkelompok, di bawah bimbingan guru, belajar dan berlatih secara
aktif menggunakan segenap pancaindra, otak, dan tenaganya, memecahkan berbagai masalahnya sendiridari buku-
buku perpustakaan atau petunjuk guru (Lembar Kerja Siswa), dan kemudian mendiskusikan hasil-hasil penelahaannya
di dalam laboratorium untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Standar Sarana dan Prasarana dari BNSP (2008),
laboratorium IPA di sekolah berfungsi sebagai tempat pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan peralatan
khusus yang tidak mudah dihadirkan di kelas.
Kegiatan laboratorium IPA di sekolah secara lebih jelas diungkapkan oleh Hodson (dalam Rosbiono,2003). Laboratorium
sedikitnya mencakup empat kegiatan utama, yaitu (a) untuk melaksanakan eksperimen, (b).kerja laboratorium, (c).
2. praktikum, dan (d) pelaksanaan didaktik pendidikan IPA. Eksperimen dilakukan di laboratorium guna menemukan
bukti empiric untuk memverifikasi dan menguji hipotesis, melalui kegiatan pengukuran dan pengamatan. Kerja
laboratorium merupakan aktifitas dengan menggunakan fasilitas laboratorium untuk melakukan kegiatan
berkesinambungan, melakukan kendali mutu, uji-coba, ekshibisi (pameran) proses IPA, dan kegiatan lain yang
serupa. Praktik um umumnya digunakan untuk kegiatan belajar di laboratorium sekolah. Umumnya praktikum
dilakukan sesuai dengan langkah-langkah atau penuntun praktikum yang telah disusun guru dan bersifat verifikatif.
Praktikum di sekolah seharusnya dikembangkan lebih pada kegiatan inkuiri dan berkaitan erat-erat
dengan pelaksanaan didaktik pendidikan IPA yang lebih berkualitas. Pelaksanaan didaktik pembelajaran IPA di
laboratorium bertujuan untuk:
a. Memperjelas suatu konsep IPA atau membuktikan kebenaran konsep IPA (verifikasi),
b. Melatih keterampilan proses sains siswa (keterampilan motorik, mental, berpikir)
c. Membina sikap ilmiah dan sikap positif siswa,
d. Melatih inkuiri siswa, dan
e. Melatih kerjasama tim (bila praktikum dilaksanakan dengan kerja kelompok)
Laboratorium IPA sekolah berperan penting baik untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep-konsep IPA,
melatih keterampilan proses, maupun mengembangkan sikap ilmiah/positif siswa. Kegiatan praktikum dengan verifikasi
merupakan kegiatan praktikum yang paling sederhana, dan hanya mengembangkan sedikit keterampilan siswa.
Kegiatan praktikum dengan model inkuiri terbuka umumnya dilakukan berupa penugasan melalui kegiatan ilmiah siswa.
Praktikum denagn inkuiri terbuka sangat potensial mengembangka n semua potensi pada siswa.
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah tentang bagaimana pengelolaan laboratorium IPA di sekolah
3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalahi lmiah ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara mengelola
laboratorium di sekolah.
B. KAJIAN
1. Persyaratan Laboratorium IPA Sekolah
Untuk dapat melaksanakan perannya sebagai wahana pendidikan selain di kelas, suatu laboratorium harus memiliki
kelengkapan baik dalam hal tata bangunan dan fasilitas, peralatan, bahan, personil dan sistem tata kelola yang
memadai. Selain itu, kelengkapan ini diperlukan untuk memastikan bahwa siswa dan personil yang bekerja di
laboratorium terjamin keamanan dan keselamatannya. Secara umum, persyaratan laboratorium IPA sekolah meliputi
dua aspek utama, yaitu
a. Persyaratan teknis : terdiri atas persyaratan sarana dan prasarana, termasuk tata bangunan dan fasilitas,
peralatan dan bahan, dan personil
b. Persyaratan manajemen (tata kelola): terdiri atas berbagai aspek seperti struktur organisasi, sistem mutu,
dokumentasi/administrasi, serta sistem monitoring dan evaluasi
2. Tata Bangunan dan Fasilitas Laboratorium
Tata bangunan laboratorium seharusnya mengikuti berbagai aturan yang dikembangkan baik oleh lembaga
internasional atau pemerintah. Beberapa lembaga internasional Amerika yang mengembangkan standar pembangunan
laboratorium diantaranya adalah American National Standards Institute(ANSI, antara lain ANSI Z-95 yang berhubungan
dengan standar ventilasi laboratorium), National Fire Protection Association (NFPA), Building Officials Code
Association (BOCA), American Society ofHeating, Refrigeration and Air Conditioning Engineers (ASHRAE, standar 110
untuk pengujian dan evaluasi ruang asam di laboratorium), National Elevtrical Code (NEC), serta American Chemical
Society untuk green chemistry Institute. Pada dasarnya, hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan
pembangunan laboratorium IPA adalah:
(1). Tata Letak Bangunan (arsitektur)
(2). Persyaratan ruang
(3) Pengaturan spasial peralatan dan bangku
(4) Jalan keluar darurat
(5) Persyaratan penyimpanan
(6) instalasi pengelolaan limbah
3. (7) Kontrol akses
(8) Fitur pengamanan
(9) Pencahayaan dan ventilasi
Laboratorium sekolah yang baik harus mampu menampung siswa sesuai dengan kelayakannya. Idealnya, setiap siswa
di laboratorium harus memiliki ruang gerak seluas + 2,5 m2
(termasuk area meja dan kursi), dengan tinggi langit-langit
minimal 4 m. Ruang laboratorium yang sempit, selain menyebabkan siswa sulit bergerak, juga sangat riskan apabila
terjadi kecelakaan, karena akan menyulitkan dalam upaya penyelamatan diri. Selain harus memenuhi kriteria teknis
bangunan, pencahayaan serta ventilasi udara harus juga diperhatikan. Udara di laboratorium harus senantiasa
mengalir, sehingga udara segar selalu mengalir menggantikan udara laboratorium. Untuk mengantisipasi terjadinya
kecelakaan, laboratorium IPA setidaknya memiliki dua pintu, yaitu pintu masuk dan pintu keluar.
Bangunan laboratorium IPA sekolah hendaknya dibangun di tempat yang agak jauh dari ruang kelas agar tidak
mengkontaminasi lingkungan. Idealnya laboratorium IPA di SMA/MA terpisah untuk setiap bidangnya (kimia/biologi,
fisika), tetapi pada dasarnya setiap laboratorium IPA terdiri dari ruang-ruang praktikum (dapat menampung 35 siswa/1
kelas), ruang persiapan laboran, ruang penyimpanan alat/bahan, ruang guru pembimbing praktikum, serta ruang
khusus yang diperlukan oleh setiap bidang (misalnya ruang timbang untuk lab kimia, ruang gelap/bengkel untuk lab
fisika, dan ruang steril untuk lab biologi). Selain itu, toilet sangat penting berada di dekat laboratorium.
4. Gambar 1. Contoh Denah laboratorium IPA Sekolah
Laboratorium IPA setidaknya memiliki fasilitas keamanan standar seperti alat pemadam kebakaran (handfire), blower,
tempat sampah (organik dan anorganik), ruang asam (fume hood,) shower. Akan lebih baik lagi, bila di laboratorium
IPA tersedia detektor asap (smoke detector), detector api (heat detector), serta kran pencuci mata (eye wash). Untuk
pertolongan pertama pada kecelakaan, di laboratorium IPA wajib tersedia peralatan P3K. Kipas angin tidak disarankan
ada di laboratorium, karena sifatnya bukan mengencerkan kepekatan udara kotor tetapi membagi udara kotor di satu
titik ke seluruh laboratorium.
3. Peralatan dan Bahan di Laboratorium IPA
Peralatan dan bahan di laboratorium IPA harus memenuhi standar minimal sarana laboratorium IPA untuk SMA/MA.
Selain peralatan/bahan yang karakteristik untuk setiap laboratorium kimia, fisika, dan biologi, sarana kelengkapan
umum yang harus disediakan di laboratorium adalah meja dan kursi siswa, meja dan kursi guru, meja demonstrasi,
wastafel, lemari alat dan bahan, dan papan tulis, serta peralatan spesifik lainnya (jam dinding, thermometer dinding,
barometer dinding, komputer, jaringan internet, telpon). Akan sangat baik bila dilengkapi pula dengan layar dan
OHP/LCD untuk pendukung pembelajaran di laboratorium. Selain itu, peralatan lain yang tidak kalah pentingnya harus
ada di laboratorium adalah peralatan pelindung diri (APD). Setiap jenis laboratorium memiliki APd yang khas,tetapi
secara umum APD yang harus ada di laboratorium IPA sekolah (kimia, fisika atau biologi) diantaranya adalah sarung
tangan, google, masker, dan jaslab. Peralatan APD khusus, misalnya pipet filler di laboratorium kimia atau biologi.
Selain peralatan, bahan, sarana dan prasarana serta perangkat pendukung lainnya, di laboratorium IPA sekolah
seyogiyanya dilengkapi dengan tata tertib dan peraturan-peraturan lainnya yang perlu diketahui baik oleh siswa
maupun personil lain di laboratorium. Semua kelengkapan tersebut harus dengan mudah diketahui oleh pengguna
laboratorium. Tempelkanlah poster-poster tersebut di dinding laboratorium, dengan menggunakan double-tip.
Sebaiknya poster tersebut dilaminating terlebih dahulu agar lebih tahan lama. Dengan poster-poster tersebut,
diharapkan kegiatan laboratorium dapat terkendalidengan lebih baik, keselamatan pengguna laboratorium akan lebih
terjaga, keamanan laboratorium akan terpelihara.
4. Personil Laboratorium IPA Sekolah
Seperti kita ketahui bahwa sekecil apapun, resiko bekerja di laboratorium IPA (terutama laboratorium kimia/biologi)
tentu lebih besar dibandingkan dengan belajar di ruang kelas. Oleh karena itu, penanganan laboratorium harus
dilakukan oleh orang-orang yang profesional di bidangnya, bukan oleh orang-orang sembarangan (seperti oleh tenaga
TU yang berlatar belakang SMK Ekonomi yang seringkali kita temukan di sekolah). Personil laboratorium memegang
peranan penting dalam penyelenggaraan kegiatan laboratorium. Personil yang tidak kompeten sudah pasti akan
berdampak pada rendahnya kualitas kegiatan laboratorium, dan akan sangat beresiko terjadinya kecelakaan di
laboratorium. Oleh karena itulah, maka personil laboratorium IPA harus memiliki kompetensi sesuai dengan
kebutuhannya.
Selain kepala laboratorium yang bertanggungjawab terhadap semua kegiatan di laboratorium, personil lain di
laboratorium IPA adalah c koordinator praktikum, guru praktikum dan laboran. Guru praktikum merupakan ujung
tombak kegiatan praktikum di laboratorium, sementara laboran berperan sebagai layanan sebelum selama, dan
sesudah praktikum. Teknisi umumnya dimiliki oleh laboratorium teknis seperti kejuruan (laboratorium mesin, elektro,
komputer). Apabila laboratorium yang ada di SMA/MA adalah IPA terpadu (kimia, fisika, biologi), maka selain personil
tersebut, ada juga coordinator dari setiap bidang studi Dalam kaitannya dengan fungsi control, personil lain yang akan
terlibat adalah kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana, serta bidang kurikulum. Di
laboratorium IPA sekolah, yang bertanggung jawab terhadap kebersihan dan keamanan laboratorium (selama bekerja
di lab) adalah semua warga laboratorium. Jadi tidak perlu kiranya disediakan tenaga khusus kebersihan. Semua
personil termasuk laboran, guru praktikum, dan siswa memiliki kewajiban dalam memelihara kebersihan dan keamanan
laboratorium. Pembagian piket bagi semua warga laboratorium menjadi sangat baik untuk diterapkan.
5. Pengelolaan Laboratorium IPA di Sekolah
Sebagus atau semodern apapun suatu laboratorium, bila tidak didukung oleh tata kelola yang baik, maka tidak akan
menghasilkan kegiatan sesuaidengan tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu, agar tata kelola laboratorium berjalan
5. sesuai dengan harapan, maka diperlukan seorang manager (dalam hal ini kepala laboratorium) yang memahami betul
bagaimana pengelolaan laboratorium dilakukan. Sama halnya di laboratorium lainnya, tata kelola di laboratorium
sekolah sangat erat kaitannya dengan tata kelola sarana dan prasarana (fasilitas), peralatan dan bahan, personil
laboratorium, kegiatan laboratorium, dan dokumentasi/sistem pengarsipan/inventaris.
a. Organisasi Laboratorium IPA Sekolah
Struktur Organisasi Laboratorium IPA Sekolah
Sekecil apapun suatu unit kerja, haruslah memiliki struktur oragnisasi yang jelas, agar dapat dengan mudah
mengarahkan pekerjaan. Demikian pula, Agar pekerjaan laboratorium dapat dijalankan dengan baik, maka laboratorium
harus memiliki struktur organisasi yang jelas, sesuai dengan kebutuhan laboratorium. Struktur organisasi
laboratorium yang jelasharus menggambarkan tupoksi dan alur tanggungjawab masing-masing personil serta
hubungan hirarkhi pekerjaan di laboratorium. Selain itu, struktur organisasi laboratorium IPA sekolah
perlumencerminkan segala sesuatu kegiatan, faktor teknis, dan administrasi yang mempengaruhi pencapaian visi dan
misi laboratorium terkendali dengan baik.
Berdasarkan hirarkhi tanggung jawabnya, sturktur organisasi laboratorium IPA sekolah dapat dikembangkan dalam tiga
tingkatan, yaitu tingkat (jajaran) puncak, menengah dan garis depan. Manajemen puncak bertanggung jawab atas
perencanaan, penerapan, monitoring serta evaluasi sistem manajemen mutu yang efektif. Manajemen
tingkatmenengah umumnya mencakup unit fungsional, yaitu bertanggung jawab pada operasional/teknis kegiatan
laboratorium, fungsi pengawasan mutu, serta fungsi administratif. Sementara itu, manajemen garis depan adalah
personil yang berhubungan langsung dengan pengguna laboratorium (siswa), yang meliputi penanggung jawab
praktikum (guru) dan laboran/teknisi. Gambar berikut adalah contoh struktur dasar organisasi laboratorium IPA
sekolah, yang kegiatannya mencakup praktikum kimia dan biologi.
6. Gambar 1. Salah Satu Struktur Organisasi Laboratorium IPA Sekolah Yang
Melayani Kegiatan Praktikum Kimia Dan Biologi
b. Sistem Tata Kelola (Sistem Manajemen Mutu) Laboratorium IPA Sekolah
Berbeda dengan laboratorium lain pada umumnya yang hanya bertanggung jawab terutama pada produk yang
dihasilkan, laboratorium IPA sekolah bertanggung jawab baik terhadap proses maupun produk kegiatan laboratorium.
Hal ini dapat dipahami karena laboratorium sekolah berperan sebagai pengganti pembelajaran di kelas, art inya
laboratorium sekolah berperan juga sebagai wahana untuk proses pembelajaran. Oleh karena itu, Laboratorium IPA
sekolah harus dikelola dengan sangat bersungguh-sungguh, sistematik, dan tepat sasaran, sehingga tujuan
pembelajaran yang berorientasi pada proses dan produk pembelajaran melalui praktikum tercapai. Agar tujuan kegiatan
praktikum di laboratorium tercapai dengan baik, maka diperlukan suatu sistem tata kelola atau manajemen yang sangat
kuat, yang mencerminkan kualitas atau mutu proses/kegiatan laboratorium, dengan senantiasa memperhatikan
kepuasan pebelajar/siswa. Karena tata kelola laboratorium dirancang untuk kualitas atau mutu, maka seringkali istilah
sistem tata kelola diartikan sebagai sistem manajemen mutu.
Idealnya, laboratorium sekolah sebagai unit atau organisasi yang berorientasi pada pencapaian proses dan produk,
hendaknya menganut sistem manajemen mutu yang telah terstandar secara nasional/internasional, yaitu sistem
manajemen mutu ISO 9001:2008. Meskipun demikian, karena berbagai keterbatasan, paling tidak laboratorium
sekolah, memiliki sistem manajemen mutu mendekati systemmutu tersebut agar dapat mengorganisasikan kegiatan
laboratorium secara menyeluruh, dan semua faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan praktikum terkendali.
Yang penting, sistem manajemen mutu laboratorium harus mampu memenuhi kebutuhan laboratorium dan kebutuhan
siswa. Pengembangan sistem mutu di laboratorium hendaknya menggunakan filosofis :
SAY WHAT YOU DO (tulis apa yang Anda kerjakan)
DO WHAT YOU SAY (kerjakan apa yang Anda tulis)
RECORD FOR YOUR ACTIVITY (rekam semua kegiatan Anda)
ACTION ANY DIFFERENT (lakukan perbaikan terus-menerus)
Dalam mengembangkan sistem mutu laboratorium sekolah, hal yang pertama kali harus dilakukan oleh pimpinan
laboratorium adalah menetapkankebijakan mutu, tujuan mutu, struktur organisasi serta peraturan untuk:
a. Memastikan bahwa semua personil laboratorium memahami visi dan misi laboratorium.
b. Memastikan bahwa semua personil laboratorium dapat melakukan tugasnya masing-masing dengan baik
dan terkendali
c. Memastikan bahwa semua kegiatan, sumberdaya, sarana, prasarana serta peralatan dan bahan di
laboratorium teridentifikasi dan terdokumentasi dengan baik.
d. Menjamin bahwa siswa dapat melakukan kegiatan praktikum sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
Tupoksi teknisi laboratorium adalah:
a. membantu pendidik dalam menyusun kebutuhan alat dan bahan serta pengadaannya untuk kegiatan
praktik;
b. menjamin agar semua peralatan yang diperlukan untuk kegiatan praktik telah tersedia dan siap pakai;
c. membuat bahan dasar menjadi bahan siap untuk praktik peserta didik dan pendidik;
d. mendokumentasikan alat, bahan, fasilitas dan kegiatan laboratorium;
e. menyiapkan sarana kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium;
f. menangani pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) di laboratorium;
g. merencanakan program perbaikan peralatan laboratorium;
h. memperbaiki kerusakan peralatan laboratorium;
i. merancang dan membuat peralatan praktik sederhana;
j. menangani limbah praktik laboratorium;
k. menyusun manual penggunaan alat; serta
l. membuat laporan semester dan tahunan kebutuhan, penggunaan peralatan dan bahan praktik.
Sementara itu tupoksi laboran adalah sebagai berikut.
1. menjaga keamanan ruang dan peralatan laboratorium;
2. melayani penggunaan ruang, kebutuhan peralatan dan bahan praktik peserta didik dan pendidik;
3. menginventarisasi dan mendokumentasikan semua peralatan, bahan, dokumen termasuk petunjuk
penggunaan alat, dan fasilitas laboratorium;
4. mendeteksi dan memperbaiki peralatan laboratorium dengan kerusakan ringan;
5. menjaga kebersihan alat dan lingkungan laboratorium;
6. menyimpan dan memelihara alat dan bahan praktik;
7. menangani limbah laboratorium sesuai dengan prosedur keselamatan dan kesehatan;
7. 8. membuat laporan kerusakan peralatan laboratorium dan mengusulkan program perbaikannya; serta
9. membuat laporan semester dan tahunan kebutuhan, penggunaan peralatan dan bahan praktik.
c. Sistem Dokumentasi Laboratorium Sekolah
Sebaik apapun suatu laboratorium, sehebat apapun kompetensi personil laboratorium, bila tidak ditunjang oleh sistem
dokumentasi yang baik, maka laboratorium tersebut tidak akan dapat mencapai sasaran atau tujuan dengan baik. Hal
ini berlaku bukan hanya untuk laboratorium saja, melainkan juga untuk semua organisasi. Dengan dikembangkannya
sistem dokumentasi di laboratorium IPA sekolah, maka semua kegiatan perencanaan, implementasi dan evaluasi semua
kegiatan laboratorium akan mampu telusur. Dengan perkataan lain, sistem dokumentasi laboratorium akan
memudahkan siapa saja yang berkepentingan untuk mengakses informasi tentang laboratorium dan kegiatannya.
Dokumentasi adalah suatu proses pengumpulan, pemilihan, pengolahan dan penyimpanan informasi dalam bidang
tertentu. Dokumentasi sistem mutu adalah proses pengumpulan, pemilihan, pengolahan dan penyimpanan informasi
yang berhubungan dengan sistem manajemen mutu. Ruang Lingkup Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu adalah
mengumpulkan informasi;
mencatat/mendokumentasikan informasi;
menata dan mengolah informasi;
menyimpan informasi;
mencari kembali informasi;
mendistribusikan informasi, serta
memutakhirkan informasi.
Dokumentasi sistem mutu di laboratorium harus dilakukan dengan cara yang sistematis dan teratur dalam bentuk
kebijakan dan prosedur tertulis, karena sangat berperan sebagai:
acuan dalam penerapan dan pengembangan sistem mutu,
instrument untuk menumbuhkan kepercayaan pengguna laboratorium terhadapkonsistensi proses dan produk
laboratorium,
pedoman dalam pengadaan alat dan bahan, dan
menghindari pengertian ganda atau tumpang tindih.
Dokumentasi sitem mutu di laboratorium sekolah dapat mengadaptasi sistem dokumen mutu menurut ISO 9001:2008,
yang secara internasional diakui sebagai sistem mutu yang standar. Dalam kegiatan belajar ini akan diuraikan tentang
sistem dokumentasi laboratorium sekolah, meliputi struktur dan hirarkhi dokumentasi sistem mutu laboratorium,
Pengembangan Panduan mutu laboratorium, Pengembangan Prosedur mutu Laboratorium, serta penyiapan Instruksi
kerja dan Rekaman mutu/teknis.
Sistem manajemen mutu laboratorium biasanya didokumentasikan dalam Dokumen sistem mutu
laboratorium. Panduan mutu adalahdokumen level 1 yang di dalamnya tercantum kebijakan mutu, tujuan mutu,
sasaran mutu, dan uraian sistem mutu laboratorium dihubungkan dengan kegiatan menyeluruh laboratorium. Panduan
mutu hanya berisi tentang sistem dokumentasi global yang diterapkan di laboratorium. Oleh karena itu diperlukan
dokumen pendukung lain yang secara lebih rinci menjelaskan seluruh alur kerja dokumentasinya. Panduan mutu
didukung oleh dokumen mutu level 2 (prosedur mutu), dokumen level 3 (instruksi kerja) dan dokumen level
4 (rekaman mutu). Setiap tingkatan mencerminkan kerincian dan kekhasannya. Semakin ke bawah, uraian dokumen
mutu akan semakin rinci. Contoh identitas dokumen laboratorium diperlihatkan pada bagan di bawah ini.
LABORATORIUM KIMIA
SMAN 1 KOTA CILEGON
PPROVINSI BANTEN
INDONESIA
INSTRUKSI
Dibuat Diperiksa Disahkan
8. KERJA
No. Dokumen LK/IK/13.2/rev-1
Halaman 2 dari 3 halaman
d. Evaluasi Kinerja Dan Program Laboratorium
Untuk mengetahui sejauhmana sistem mutu telah dijalankan oleh suatu laboratorium, perlu dikembangkan sistem
monitoring dan kaji ulang manajemen (Evaluasikinerjadan Program) laboratorium. Kegiatan ini sudah pasti harus
dinyatakan tersurat baik dalam panduan mutu maupun dalam prosedur mutu. Kedua kegiatan ini sebenarnya tidak
terlepas dari upaya laboratorium untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada siswa dalam melaksanaka n
praktikum. Dalam kegiatan belajar ini akan diuraikan secara lebih rinci bagaimana pelayanan yang seharusnya diberikan
kepada siswa praktikan, serta langkah-langkah melakukan monitoring dan kaji ulang manajemen laboratorium.
Agar siswa praktikum merasakan kepuasan pelayanan dari laboratorium, maka lakukanlah upaya pelayanan kepada
siswa seperti berikut ini.
1. Semua prosedur dan instruksi kerja yang menyangkut pelayanan kepada siswa harus dikembangkan
sebagai prosedur terdokumentasi.
2. Laboratorium hendaknya mengupayakan kerjasama dengan siswa untuk mengetahui pengharapan siswa
dalam hal kinerja laboratorium.
3. Personil laboratorium harus memberikan layanan edukasi prima terhadap siswa yang sedang melakukan
praktikum.
4. Laboratorium hendaknya memelihara komunikasi dengan siswa. Oleh karena itu salahsatu kompetensi
semua personil laboratorium (termasuk laboran) adalah keterampilan berkomunikasi.
5. Laboratorium menyediakan perangkat untuk memantau kepuasan layanan terhadap siswa, misalnya secara
berkala mengedarkan kuesioner kepuasan atau menyediakan kotak saran.
9. Monitoring kinerja laboratorium
Monitoring adalah istilah lain dari audit, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan sistematik dan tidak memihak untuk
menetapkan bahwa kegiatan sistem manajemen mutu dan hasilnya telah sesuai dengan rencana, diterapkansecara
efektif, dan telah sesuai dalam pencapaian tujuan. Laboratorium sekolah juga perlu melaksanakan kegiatan audit ini,
baik secara internal (oleh laboratorium sendiri) maupun secara eksternal oleh tim audit dari luar laboratorium. Untuk
laboratorium yang baru saja mengembangkan mutu, maka audit internal akan sangat membantu laboratorium dalam
melakukan peningkatan kinerjanya.
Monitoring kinerja laboratorium sangat bermanfaat terutama untuk:
1. Menetapkan kecukupan dan kesesuaian sistem manajemen mutu laboratorium
2. Menetapkan keefektifan sistem manajemen mutu
3. Mengadakan kesempatan untuk analisis sistem manajemen mutu
4. Membantu mengatasi masalah yang berhubungan dengan laboratorium
5. Memudahkan manajemen dalam mengambil keputusan
6. Membantu meningkatkan keterlibatan semua personil laboratorium
7. Memastikan ketaatan laboratorium terhadap persyaratan yang berlaku
8. Membantu komunikasi dan mempermudah memutuskan kebutuhan pelatihan
Tabel 1. Contoh daftar periksa monitoring/audit kegiatan laboratorium
No
Sasaran
mutu
Pertanyaan
Pertanyaan
ditujukan kepada
jawaban
Akar
penyebab
1 Pelaksanaan praktikum
100 %
kegiatan
praktikum
terlaksana
Bagaimana
ketercapaian jumlah
kegiatan praktikum?
Coordinator
praktikum
Kehadiran
siswa
praktikum
90%
Berapa persen jumlah
kehadiran siswa?
Rata-rata
nilai
praktikum
siswa 80
Berapakan rata-rata
nilai praktikum siswa?
Berapa nilai terendah?
Tertinggi?
dst
C. SIMPULAN
Keberadaan laboratorium IPA disekolah perlu mendapat perhatian dari segi pengelolaan maupun
pemanfaatannya dalam mendukung pembelajaran IPA. Pengelolaan laboratorium meliputi tata letak ruang, penataan
peralatan laboratorium dan bahan-bahan kimia, struktur organisasi, sistem manajemen mutu, sistem tata kelola
laboratorium, system dokumentasi laboratorium hingga monitoring dan evaluasi kinerja laboratorium. Pengelolaan
10. laboratorium yang baik sangat membantu proses pembelajaran IPA di sekolah, sehingga siswa lebih mendapatkan
pembelajaran yang bermakna, dengan keterampilan proses yang dilatihkan dalam laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Mutendik, Depdiknas (2008). Naskah Sertifikasi Kompetensi Tenaga Laboratorium SMA IPA, IPS, dan
Bahasa.
Indrawati, Dkk. (2006). Pengelolaan Laboratorium Kimia. DepDiknas Ditjen Dikdasmen ISO 8402. Quality
manajement and quality assurance—Vocabulary ISO 9001:2008. Quality Manajement Sistem.
ISO/IEC-17025. Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi.
Permanasari, Anna (2010). Bahan Kuliah Manajemen Laboratorium. Jurusan Pendidikan Kimia UPI.
Permendiknas RI No. 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga laboratorium Sekolah/ Madrasah
Siregar, Charles. (2007). Praktek Sistem Manajemen Laboratorium Pengujian Yang Baik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta