2. Konsep Dasar Lingkungan Bahasa
Lingkungan bahasa itu meliputi segala macam penggunaan bahasa target yang dapat didengar dan dilihat
(dibaca) oleh pelajar. Lingkungan bahasa tersebut dalam aktivitas pembelajaran BIPA dapat dijadikan
sebagai bahan ajar.
Lingkungan bahasa itu sangat beragam ditinjau dari situasi pemakaian bahasa target, misalnya: percakapan di
restoran, tawar-menawar di pasar atau took, percakapan dengan teman, siaran berita di televise dan radio,
tulisan rambu-rambu lalu lintas, petunjuk jalan, surat kabar, dll.
Kualitas lingkungan bahasa dapat menjadi faktor salah satu penentu keberhasilan pelajar BIPA dalam
menguasai bahasa Indonnesia yang dipelajarinya. Jenis lingkungan juga berpengaruh terhadap ke,ahiran
berbahasa.
Sebagai contoh, jika dalam pembelajaran di kelas, pelajar BIPA dihadapkan pada sejumlah daftar kata yang
dilengkapi dengan terjemahannya atau artinya dan bahasa yang benar, termasuk lingkungan formal.
3. Pengaruh Lingkungan Bahasa Alamiah
Lingkungan bahasa alamiah dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa
target. Rupanya, penggunaan bahasa baru secara alamiah itu juga merupakan “penggerak
pertama” atau pemicu pemerolehan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa baru yang
dipelajarinnya. Pengaruh penggunaan bahasa target dalam komunikasi alamiah telah diamati
oleh para peneliti. Ada tiga penelitian yang telah membuktikan pernyataan tersebut, yaitu dua
penelitian yang objeknya orang dewasa dan satu penekitian yang objeknya anak-anak.
Survey Carroll (1967) merupakan satu penelitian yang membuktikan kelebihan lingkungan
bahasa alamiah dibandingkan dengan lingkungan bahasa formal dalam pemerolehan bahasa
target. Carrol meneliti 2784 mahasiswa jurusan bahasa Perancis, Jerman, Rusia, dan Spanyol
di perguruan tinggi Amerika.
4. Keterbatasan Pengaruh Lingkungan Alamiah
Penggunaan bahasa secara alamiah dapat mendukung pengalaman
berbahasa. Meskipun demikian, pembelajar harus menemukan suatu
kondisi tertetu agar dapat mencapai kelancarab (fluency). Ada
beberapa faktor yang membatasi kegunaan atau dampak positif
penggunaan bahasa alamiah, yaitu:
(1) kurangnya teman sebaya yang berbicara sebagai penutur asli,
(2) masyarakat penutur yang tidak lengkap,
(3)kurangnya periode diam (di mana pembelajar perlu menyerap
bahasa target sebanyak-banyaknya, tetapi tidak memproduksinya).
5. Tersedianya Acuan
Dalam belajar bahasa, pelajar dihadapkan pada isi bahasa. Di sini, pelajar
bahasa harus memahami makna bentuk-bentuk bahasa yang lebih banyak.
Adanya ciri ketiga lingkungan makro ini berpengaruh terhadap
perkembangan pemerolehan bahasa target. Adanya faktor ekstra linguistik
dapat membantu pelajar dalam memahami makna lambang-lambang bunyi
bahasa baru yang dipelajarinya. Lingkungan bahasa yang dapat
mendukung keberhasilan adalah tersedia acuan konkret. Misalnya, benda-
benda atau perisitiwa-peristiwa yang dapat dilihat, didengar, dan dirasa
pada waktu bahasa itu digunakan.
6. Bahasa Teman Sebaya dan Guru
Bahasa target yang digunakan guru dan teman sebaya pada umumnya dapat dijadikan contoh (model) oleh
pelajar bahasa. Sebagai contoh, seorang anak berumur 7 tahun yang bahasa pertamanya bahasa Jepang
berimigrasi ke Hawaii. Di sana ia bergaul dengan teman sebaya yang menggunakan kreol bahasa Inggris.
Ternyata, anak tersebut memperoleh kreol bahasa Inggris, bukan bahasa Inggris standar yang digunakan
guru di kelas pada pertama kali ia masuk kelas. Namun, setelah anak tersebut naik kelas, bahasa mereka
segera beralih ke bahasa Inggris standar.
Temuan yang mirip dengan itu dilaporkan dari pengkajian program celup bahasa kedua di Canada dan
Amerika Serikat. Dalam program celup itu, guru yang mengajar di kelas adalah penutur asli bahasa target.
Guru menggunakan bahasa target itu selama pelajar berada di sekolah. Di sini tidak ada murid yang
berasal dari penutur asli. Semua mata pelajaran diantarkan dengan bahasa target. Namun, para siswa di
luar kelas tetap berbicara dengan pertamanya. Ternyata di sini, bahasa siswa berbeda dengan model
bahasa gurunya.
7. Bahasa Teman Sebaya dan Orang Tua
Ciri ujaran teman sebaya berbeda dengan orang tuanya. Dalam hal ini, pelajar bahasa cenderung
memperoleh bahasa seperti ciri ujaran teman sebaya. Sebagai Contoh, Stewart (1964)
melaporkan bahwa anak-anak amerika kulit hitam yang belajar di Washington D.C ternyata
memperoleh bahasa inggris dialek yang digunakan teman-teman sebayanya. Anak-anak
tersebut tidak memperoleh bahasa yang digunakan orang tuanya. Hal ini disebabkan oleh
penutur model yang digunakan acuan anak adalah teman sebaya.
8. Kelompok sosialnya Dibandingkan Kelompok Sosial Yang Lain
● Disamping penampilan teman dan orang tuanya sebagai bahasa model, anak-anak juga
mengamati kecenderungan atau bahasa yang digunakan oleh anggota kelompok
etnisnya. Sebagai contoh, anak-anak di Bali mempelajari bahasa Indonesia dialek bali
dengan ciri khasnya, bukan bahasa Indonesia baku. Penggunaan dialek rupanya
memperkuat asosiasi kelompok tersebut dan tersedianya penutur model merupakan kunci
operasinya lingkungan makro di kelas atau perihal yang dapat berpengaruh terhadap
kualitas bahasa yang diproduksi pembelajar.
9. Lingkungan Bahasa Formal dalam Pembelajaran BIPA
● Lingkungan bahasa formal memfokuskan pada kesadaran dalam penguasaan kaidah-
kaidah dan bentuk bahsa. Lingkungan ini secara potensial dapat membatu penutur untuk
mampu berkomunikasi secara alamiah dan efektif, tapi sangat terbatas. Meskipun
lingkungan bahasa formal ini mempunyai nilai psikologis yang disukai orang dewasa,
peranan lingkungan ini dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi sangat kecil.
10. Ciri-ciri Lingkungan Bahasa Formal
● Penjelasan Kaidah
Penjelasan kaidah-kaidah kebahasaan berguna bagi pelajar bahasa dalam menyusun
generalisasi linguistik tentang bahasa target. Penejelasan kaidah itu penting dalam
menyajikan konsep-konsep dan kaidah-kaidah yang baru. Biasanya dalam pengajaran
bahasa, penjelasan kaidah-kaidah itu disusun dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
● Praktik Mekanis Manipulatif
Praktik menggunakan kaidah-kaidah biasanya didahului dengan penjelasan-penjelasan oleh
guru. Karakteristik praktik mekanis atau manipulatif itu adalah adanya latihan kesadaran
dalam menggunakan bentuk-bentuk linguistik. Latihan itu bukan untuk mengkomunikasikan
ide atau makna.
11. Metode Tata Bahasa dan Terjemahan
● Metode pengajaran bahasa asing yang menekankan lingkungan bahasa formal adalah
tata bahasa dan terjemahan. Dalam metode ini, topik-topik yang diajarkan dimulai dengan
pernyataan kaidah-kaidah baru. Kaidah-kaidah itu dipelajari secara sadar oleh para siswa.
Kemudian disajikan daftar kata dalam dua bahasa. Setelah itu, diberikan bacaan
sederhana yang menekankan pada penggunaan kata-kata baru. Setelah bacaan diikuti
bermacam-macam latihan manipulasi, misalnya latihan terjemahan dari bahasa target ke
bahasa pertamanya atau sebaliknya. Metode pengajaran ini menyediakan lingkungan
bahasa formal yang lebih menekankan pada bentuk-bentuk bahasa daripada makna atau
ide.
12. Manfaat Lingkungan Formal
Manfaatnya antara lain :
● Pembelajar mungkin dapat mengubah penggunaan
bahasa baru yang dipelajari itu secara bertahap melalui
kaidah-kaidah yang dikuasainya
● Kesadaran pengetahuan linguistik akan memancing
munculnya rasa ingin tahu
13. Kelemahan Lingkungan Formal
● Kelemahan lingkungan bahasa formal yang mencolok
adalah kecilnya peranan pengetahuan tentang kaidah-
kaidah bahasa dalam pemerolehan kemampuan dalam
menggunakan bahasa, misalnya dalam bercakap-
cakap.
14. Lingkungan Bahasa Formal sebagai Lingkungan Makro
● Ada 3 faktor mikro dalam lingkungan bahasa yang telah
diteliti dari perspektif pengaruhnya terhadap kualitas dari
kecepatan pemerolehan bahasa
1. Penonjolan (Salience) : mengacu pada kemudahan
mendengarkan atau membaca struktur
2. Umpan Balik (Feed back) : pembaca atau pendengar
merespons ujaran atau tulisan pelajar
3. Keseringan (Frequency) : banyaknya mendengarkan atau
melihat (membaca struktur bahasa).