Metode Audio Lingual (ALM) merupakan metode pengajaran bahasa asing yang diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1940-an. Metode ini dipengaruhi oleh metode militer dan berfokus pada kemampuan berbicara. Prinsip-prinsipnya meliputi penekanan pada kebiasaan berbahasa melalui pengulangan dan drill serta pengajaran berbahasa dimulai dari mendengar dan berbicar sebelum membaca dan menulis. Metode ini memiliki
1. A. PENGERTIAN DAN SEJARAH METODE AUDIO LINGUAL
Metode Audio-lingual adalah suatu metode yang mana banyak melakukan praktek-praktek
dan latihan-latihan dalam berbahasa baik dalam bentuk dialog, khutbah dan lain sebagainya
yang mana diharapkan para siswa bisa berbicara seperti pemilik bahasa itu sendiri. Metode
audio-lingual pada dasarnya merupakan pengembangan dari metode langsung yang dirasa
memiliki kelemahan terutama dalam menjelaskan hal-hal yang sulit dipahami siswa. Untuk
itu metode ini disamping menekankan pengajaran bahasa lewat mendengar dan menirukan,
juga dimungkinkan penggunaan bahasa ibu untuk penjelasannya. Metode ini biasanya lebih
banyak diterapkan dengan bentuk pattern drill. Penggunaan pendekatan drill sudah lazim
digunakan di kalangan militer. Karena pada awalnya metode ini banyak digunakan pada
kalangan militer, maka metode ini juga disebut dengan army method.
Lahirnya metode audio-lingual ini merupakan hasil dari tiga keadaan sejarah yang
melatarbelakanginya. Pertama, munculnya tokoh-tokoh linguistik yang memberikan
perhatian besar terhadap kegiatan pengamatan dan pengembangan oral
language(pembelajaran bahasa secara lisan). Seperti misalnya Leonard Bloomsfield, seorang
ilmuwan bahasa abad ke-20 asal Amerika yang mendokumentasikan bahasa-bahasa
percakapan pribumi yang ada di Amerika.
Kedua, munculnya aliran psikologi behaviorisme yang meyakini bahwa semua tingkah laku
manusia (termasuk bahasa) diajarkan melalui pengulangan-pengulangan dan dipengaruhi oleh
penguatan-penguatan terhadap pembelajaran baik penguatan yang bersifat positif maupun
yang negatif.
Ketiga, pecahnya Perang Dunia II, dimana pada saat itu Amerika merekrut tentara yang
sangat banyak untuk keperluan militernya di seluruh penjuru dunia. Untuk keperluan itulah
akhirnya tentara-tentara baru tersebut diberikan pelatihan untuk memenuhi syarat
kecakapan minimal dalam militer salah satunya adalah kecakapan minimal komunikasi secara
vebal, dari pelatihan singkat inilah muncul metodologi baru pengajaran bahasa melalui
pengamatan dan pengulangan (observation and repetition). Metodologi pengajaran ala militer
inilah yang menjadi cikal bakal pengembangan metode audio-lingual selanjutnya.
Pembelajaran dengan metode inimenekankan aktivitas mendengarkan, menirukan, dan
melafalkan bunyi-bunyi bahasa Inggris. Kurikulum 1975 dan 1984 mendukung pelaksanaan
metode ini dengan memperkenalkan kegiatan proses belajar mengajar yang berpusat kepada
siswa, yang dikenal dengan istilah Cara Belajar siswa Aktif (CBSA).
Metode ini mengandaikan bahwa bahasa adalah apa yang didengar dan diucapkan, bukan
simbol, sedangkan tulisan hanyalah representasi dari ujaran. Dari asumsi ini dapat dikatakan
bahwa bahasa adalah ujaran. Pembelajaran bahasa harus dimulai dengan mendengarkan
bunyi-bunyi bahasa yang berbentuk kata dan kalimat. Dalam bentuk klasikalnya kemudian
meminta peserta didik menirukannya untuk dihafal, sebelum membaca dan menulis
diajarkan. Asumsi lain dari pendekatan ini bahwa bahasa adalah kebiasaan. Suatu prilaku
akan menjadi kebiasaan apabila diulang berkali-kali. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa
Arab dengan pendekatan mendengar-mengucapkan ini menuntut adanya kegiatan
pembelajaran bahasa yang dilakukan dengan teknik pengulangan atau repetisi.
B. TUJUAN-TUJUAN METODE AUDIO LINGUAL
Tujuan umum dari metode audio-lingual adalah agar para siswa untuk menggunakan bahasa
2. sebagai alat komunikasi. Pada tahap awal, fokus pembelajaran adalah pada kemampuan lisan,
kemudian bertahap pada kemampuan lainnya seperti belajar mengembangkan keterampilan.
Aksentuasi utama diletakkan pada kecakapan lisan, yang berarti siswa harus mencapai
pelafalan yang akurat dan tata bahasa yang benar.
Brooks membedakan antara tujuan jangka panjang dan jangka pendek dari sebuah program
audio-lingual.
1. Tujuan jangka pendek meliputi pelatihan dalam mendengarkan, pelafalan yang akurat,
membaca dan memahami produksi benar kalimat dalam menulis. Dengan kata lain,
tujuan dari metode audio-lingual adalah pengembangan keahlian di keempat
kemampuan bahasa, dimulai dengan mendengar dan berbicara, dan menggunakan ini
sebagai dasar untuk mengajar membaca dan menulis.
2. Sedangkan tujuan jangka panjang atau tujuan akhirnya adalah untuk mengembangkan
kemampuan berbicara siswa dan untuk menggunakannya secara otomatis tanpa henti-
hentinya berpikir.
C. PRINSIP-PRINSIP METODE AUDIO LINGUAL
Metode audio-lingual setidaknya disasarkan pada prinsip-prinsip seperti dibawah ini:
1. Mendahulukan kecakapan berbicara dan mendengar daripada kecakapan baca-tulis
2. Kemampuan pengembangan bahasa melalui formulasi pembiasaan.
3. Murid mempraktikkan pola-pola khusus dari bahasa melalui dialog terstruktur dan drill
sampai akhirnya muncul respon secara otomatis.
4. Pola bahasa yang terstruktur diajarakan menggunakan drill secara berulang-ulang.
5. Perhatian dan penekanan diberikan kepada peserta didik-peserta didik yang
mengeluarkan ungkapan-ungkapan bebas dan salah
6. Metode pembelajaran bahasa ini cocok bagi gaya pembelajaran kinestetis
7. Hanya kosakata dan kalimat sehari-hari yang diajarkan. kosakata yang lebih kongkret
diajarkan melalui demonstrasi, objek, dan gambar. kosakata yang abstrak di ajarkan
melalui penggabungan gagasan.
D. STRATEGI DALAM PENERAPAN METODE AUDIO LINGUAL
Strategi yang biasa dipakai dalam penerapan metode audiolingual antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Penghafalan dialog; peserta didik diberikan dialog singkat untuk dihafal, kemudian
mereka mempresentasikan dengan menggunakan permainan mimik dan peran. Tujuan
3. dari strategi pembeajaran ini adalah untuk bereksperimen dengan unsur-unsur bahasa,
baik yang berupa unsur verbal maupun non-verbal untuk memperoleh keinginan dan
menarik perhatian dari penonton.
2. Kegiatan backward build-up, merupakan kegiatan yang bertujuan agar peserta didik
terlibat secara kolektif dalam mendapatkan pengalaman atas variasi-variasi berbahasa.
Peserta didik diberikan penggalan-penggalan kalimat, dan setiap peserta didik
mengulang setiap bagian kalimat yang disampaikan oleh guru, dengan dimulai dari
kata di akhir kalimat sampai seluruh rangkaian dari kalimat tersebut.
3. Drill merubah kalimat (transformation drill); guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang harus dirubah menjadi sebuah pernyataan. Melalui kegiatan ini peserta
didik mampu memilih urutan kata yang tepat untuk mereka pilih dan gunakan untuk
menyampaikan gagasan dan informasi melalui pola-pola kalimat yang sederhana.
4. Dikte (imla’); dengan menggunakan literatur bacaan sederhana, guru membacakan
dengan keras beberapa kali kata per kata atau penggalan-penggalan kalimat kepada
peserta didik, dengan tujuan agar mereka mampu menuliskan kata-kata atau penggalan
kalimat-kaliamat seperti apa yang dibacakan oleh guru mereka.
5. Flashcard (kartu pengingat); kartu yang berisi berbagai macam kata, yang sesuai
dengan peserta didik dan mereka kemudian mengunkapkan gagasan dengan
menggunakan kata-kata lain mengenai kata yang terdapat pada kartu tersebut. Kata-
kata baru dapat diplih tiap harinya.
6. Drill Berantai (chain drill); percakapan berantai di dalam kelas, dimana guru
memberi ucapan/sapaan atau pertanyaan kepada seorang pesera didik, dan kemudian
peserta didik tersebut memberikan respon, dan kemudian peserta didik tersebut
mengulangi sapaan atau pertanyaan yang sama kepada pesertsa didik berikutnya dan
begitu seterusnya.
7. Permainan abjad; kegiatan ini mengajak peserta didik untuk terlibat secara aktif
dalam membagi pengalaman mendengarkan (istima’), saling berbagi ide dan
pengalaman dalam kelompok.
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE AUDIO LINGUAL
Beberapa kelebihan dari metode ini adalah:
Sesuai dengan hakekat bahasa yaitu bahasa adalah ucapan.
Pembelajaran dilaksanakan secara berurutan mulai dari istima’, kalam, qira’ah dan
kitabah.
Sesuai dengan proses belajar bahasa ibu.
Dapat membentuk kebiasaan berbahasa.
Siswa pada dasarnya ingin mempelajari bahasa, bukan ilmu tentang bahasa.
4. Setiap bahasa memiliki karakteristik, sehingga tidak diperlukan perbandingan dengan
bahasa lainnya.
Terjemah dapat memberatkan dalam belajar, tetapi tidak digunakan.
Pengajar yang paling utama adalah penutur asli yang terlatih.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut juga terdapat beberapa kritik terhadap prinsip dari
metode tersebut, di antaranya adalah:
Ucapan bukanlah satu-satunya keterampilan berbahasa.
Keterampilan yang lain sebenarnya tidak kalah pentingnya dari keterampilah berbicara.
Urutan keterampilan berbahasa sebenarnya bukan harga mati.
Belajar berbahasa asing sebenarnya memiliki perbedaan secara batiniyah dari belajar
bahasa ibu.
Belajar bahasa asing mungkin saja dilakukan secara berulang-ulang.
Memang tiap bahasa punya perbedaan, tetapi juga punya persamaan.
Penggunaan terjemah dalam pengajaran bahasa asing mungkin saja digunakan dengan
strategi yang baik.
Tidak benar bahwa penutur asli adalah pengajar bahasa yang terbaik.
The Audio Lingual Method (ALM)
1. Background
Audio lingual method adalah metode yang diperkenalkan di amerika serikat pada tahun
1940an. Namun demikian metode ini di anggap sangat tua , banyak guru bahasa masih suka
metode ini dan percaya bahwa metode ini sangat kuat. Kemunculan metode ini banyak orang
merespon dan butuh perubahan untuk bahasa pengajaran yang kedua dan berhubungan antara
amerika serikat dan rusia, yang pertama kali meluncurkan di bumi pada tahun 1957. Di
amerika serikat mencegah orang-orangnya menjadi orang-orang yang terisolasi dari negara
maju lainnya. Metode ini banyak dipengaruhi oleh metode (ATSP). ATSP ini cepat
dicetuskan ke amerika serikat yang masuk pada perang dunia ke dua, dan mencoba mengirim
tentara yang mengambil posisi dari Negara lain. Pemerintahan Amerika serikat menemukan
dirinya yang membutuhkan personil yang terlatih dalam jumlah yang besar dan bahasa variasi
yang luas, dan audio lingual metode harus di jawab. Metode ini juga merespon metode
bacaan dan metode grammar terjemahan. Saat ini banyak orang amerika merasa tidak puas
dengan bacaan dan mereka pikir bahwa berbicara lebih penting daripada membaca . Akhirnya
metode ini mengembangkan prinsip kombinasi teori linguistic yang terstruktur, analisis
5. perbedaan, ujian prosedur, dan psikologi tingkah laku (Richard and Rodgers, 2001: 54-55).
Metode ini diterima oleh orang dari Negara lain dan diperkenalkan di Indonesia pada tahun
1960an. Tidak banyak kesusatraan dalam metode audio lingual ini dan kebanyakan dari ide
pada bagian ini diadaptasikan dari bagaimana cara mengajar bahasa asing secara efektif
(Huebener, 1969).
2. Approach (pendekatan).
· Pendekatan teori bahasa
Metode ini tidak menitik beratkan pada gramatikal tetapi The Audio Lingual Method (ALM)
berasal dari teori linguistic amerika pada tahun 1950an yang dikenal structural linguistic.
Metode ini bisa dikatakan mengabaikan tentang writing atau penulisan karena bahasa pada
umumnya tidak membutuhan tulisan karena seseorang belajar berbicara sebelum belajar atau
menulis. Jadi dapat dikatakan bahwa speaking adalah kebutuhan primer sedangkan writing
adalah kebutuhan sekunder.
Pada tahun 1961 seorang linguistic amerika, William Moulton memproklamirkan prinsip
linguistic sebagai metode pengajaran bahasa yang berdasar pada: “ bahasa adalah berbicara
bukan menulis karena bahasa adalah kebiasaan, mengajar bahasa bukan tentang bahasa,
bahasa adalah apa yang native katakan bukan apa yang seseorang pikirkan tentang apa yang
harus mereka katakan.
· Pendekatan Pembelajaran
Human learning diketahui berdasarkan perilaku kebiasaan yang terdapat tiga elemen krusial
yaitu respon, stimulus, penguatan. Rahasia dari pembelajaran manusia adalah berdasarkan
kebiasaan.
3. Design
· Tujuan
Tujuan dari metode ini adalah:
1. Untuk membuat siswa bisa menggunakan bahasa target secara komunikatif dan otomatis
tanpa berhenti untuk berpikir.
2. Untuk membantu siswa memproleh pola sruktural kalimat atau bahasa.
· Syllabus.
Poin utama dalam syllabus linguistik audio lingual method adalah phonology, morphology,
dan syntax bahasa yang diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa. Keterampilan bahasa
diajarkan seperti listening, speaking,reading, dan writing. Tetapi listening dan speaking
adalah hal pertama yang diajarkan karena itulah keterampilan utama dalam bahasa.
· Aktivitas belajar mengajar.
Sejak kemampuan listening dan speaking adalah pertimbangan utama, cara pengajaran
pertama lebih dihubungkan ke kemampuan listening dan speaking (Huebener; 1969:17). Cara
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru memberikan ringkasan singkat dari isi dialog.
2. Siswa mendengarkan secara penuh perhatian ketika guru membacakan atau membawakan
dialog dengan kecepatan normal beberapa kali.
3. Langkah selanjutnya adalah siswa mengulangi apa yang dikatakan guru dalam dialog
secara bersamaan.
4. Pengulangan kemudian dilanjutkan mulai dari semua siswa kemuadian sebagian siswa
6. dalam kelas sampai hanya satu persatu siswa.
5. kemudian secara berpasangan siswa maju ke depan kelas untuk mempraktekkan dialog
tersebut.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat dialog.
1. Dialog seharusnya pendek
2. Dialog seharusnya tidak lebih dari dua baris.
3. Dialog harus mengandung pengulangan grammar.
4. Isinya harus menarik bagi siswa.
5. Vocabulary dan grammar yang sebelumnya sebelumnya harus termasuk dalam dialog.
sejak tujuan dari metode pembelajaran adalah kemampuan speaking, mengajar melaui ALM ,
guru menghabiskan banyak waktu untuk berbicara.
Variasi drills yang digunakan dalam Audio Lingual Method adalah
sebagai berikut:
o Repetation.
Siswa mengulangi sekeras(suara) mungkin apa yang dia dengar.
Contoh:
I used to know him – I used to know him.
o Inflection
Satu kata akan muncul dari pengulangan.
Contoh:
I bought the ticket – I bought the tickets
o Replacement
Satu kata akan terganti oleh kata lain.
Contoh:
He bought this house cheap – he bought it cheap.
o Restatement
Siswa akan mengganti kata orang kedalam orang lain, berdasarkan instruksi.
Contoh:
Tell him to wait for you – wait for me
o Completion.
Siswa akan mendengar ungkapan yang lengkap kecuali satu kata, dan kemudin mereka akan
mengulang dengan bentuk yang lengkap.
Contoh:
I’ll go my way and you go… - I’ll go my way and you go yours
o Transportation.
Perubahan word order ketika katanya ditambah.
Contoh:
I’m hungry (so) – so am I
o Expansion.
Ketika katanya ditambah, it mengambil tempat dalam rentetan kata.
Contoh:
I know him (hardly). – I hardly know him.
o Contraction.
7. Kata tunggal menggantikan frase atau klausa.
Contoh:
Put your hand on the table – put your hand there.
o Transformation.
Kalimat bisa berubah kedalam bentuk negative, pertanyaan, mood, tenses, suara, dll.
Contoh:
He knows my address. – he doesn’t know my address.
o Integration.
Dua ungkapan menjadi satu.
Contoh:
They must be honest. This is important. – it is important that they be honest.
o Rejoinder.
Siswa akan membuat jawaban yang tepat terhadap ungkapan yang diberikan.
Contoh:
Be polite.
Answer my question.
Agree.
· Peran siswa
Peran siswa adalah merespon apa yang dikatakan oleh guru. Mereka hanya mengulangi apa
yang dikatakan oleh gurunya walaupun pada awalnya mereka tidak mengerti artinya tetapi
dengan sering mengulangi dan merespon stimulus yang diberikan oleh guru maka siswa akan
sedikit demi sedikit akan mengerti dengan pembiasaan tersebut.
· Peran Guru
Dalam Audio Lingual Method, seperti halnya dalam Situational Language Teaching, guru
berperan aktif dan sentral. Metode ini bisa dikatakan didominasi oleh guru. Guru berperan
untuk menjaga perhatian siswa dengan pengulangan-pengulangan, tugas, dan memilih situasi
yang cocok dengan apa yang akan dipraktekkan.
· Peran Materi.
Materi Audio Lingual Method membantu guru untuk membuat siswa dalam penguasaan
bahasa. Materi yang berupa bacaan sangat jarang digunakan pada saat siswa dituntut hanya
untuk mendengarkan, mengulang, dan merespon. Tape recorder dan peralatan audiovisual
sering berperan penting dalam Audio Lingual Method. Jika guru bukanlah native untuk target
bahasa maka tape recorder dapat digunakan untuk memberikan dialog atu drills. Selanjutnya
laboratorium juga dapat membantu dalam Audio Lingual Method.
4. Procedures.
Sejak Audio Lingual Method adalah pendekatan lisan utama dalam pengajaran bahasa, tidak
mengherankan bahwa proses pengajaran menyertakan instruksi lisan yang luas. Focus dari
instruksi adalah cara bicara yang cepat dan akurat.
Tipikal pelajaran Audio Lingual Method, prosedurnya dapat diamati sebagai berikut:
1. Pertama-tama siswa mendengar model dialog(baik melalui guru atau tape) yang
mengandung struktur kunci yang focus pada pelajaran. Mereka mengulangi setiap baris dari
dialog baik secara individual atau secara bersamaaan.
2. Dialog disesuaikan terhadap situasi dan ketertarikan siswa, melaui mengganti kata kunci
atau frase. Ini dilakukan tanpa sepengetahuan siswa.
8. 3. Khusus untuk struktur kunci dari sebuah dialog dipilih dan digunakan sebagai dasar dari
macam-macam pola pelatihan.
4. Siswa boleh merujuk pada aktivitas teks buku, mengikuti bacaan, tulisan, atau kosa kata
yang berdasarkan dialog boleh diperkenalkan.
5. Mengikuti aktivitas bisa mengambil banyak tempat dalam laboratorium bahasa, dimana
selanjutnya dialog dan latihan dilaksanakan.
5. Kelebihan dan kekurangan The Audio Lingual Method
The Audio Lingual Method bukanlah metode yang sempurna.Kelebihan dan
kekurangan Audio Lingual method adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan Audio Lingual Method (ALM):
1) Semua siswa aktif dalam kelas
2) Keadaan kelas lebih menarik dan hidup.
3) Speaking dan listening skill lebih terlatih, sehingga kemampuan pronunciation and
kemampuan listening lebih terkontrol.
2. Kekurangan Audio Lingual Method (ALM):
1) Metode ini membosankan bagi siswa yang sudah pintar, karena cara metode ALM
dominan mengulangi kalimat.
2) Kadang siswa bingung karena guru menjelaskan secara sederhana bukan secara detail.
Kurangnya pengetahuan siswa tentang Grammar, sebab tidak biasa terlatih.