Artikel ini membahas tentang pendidikan kewirausahaan di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan. Pondok pesantren ini telah menanamkan jiwa kewirausahaan kepada santrinya, sehingga terbentuk berbagai lembaga ekonomi seperti BMT, usaha air minum, kopontren modern, dan pelatihan kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan di pesantren ini didasarkan pada nilai-nilai keagamaan seperti contoh yang
1. TUGAS METODOLOGI PENELITIAN
“RESENSI ARTIKEL JURNAL”
Dosen Pengampu:
Nurul Faqih Isro’i M.Pd
Disusun Oleh :
Pamila Novitasari (1811153)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2019
2. Resensi Artikel Jurnal
Judul: Pendidikan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan
Penulis dan Sumber: Chusnul Chotimah (STAIN Tulungagung), sumber:
http://inferensi.iainsalatiga.ac.id/index.php/inferensi/article/download/285/220
Keywords: Pendidikan, kewirausahaan, pondok pesantren
Sinopsis
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam pertama di Indonesia
yang ada dan mendukung kelangsungan sistem pendidikan nasional. Salah satu
pesantren yang terdapat di Indonesia adalah Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan.
Pondok pesantren tersebut merupakan salah satu pondok pesantren salafiyah yang
mempunyai lembaga ekonomi yang cukup banyak. Hal tersebut karena telah
ditanamkan jiwa kewirausahaan di pondok pesantren tersebut, sesuai dengan
informasi yang disebutkan di dalam artikel ini dimana Saifullah Naji
mengemukakan dalam hal penguatan ekonomi seperti: berkembangnya BMT di
140 cabang di seluruh Indonesia, pendistribusian air minum dengan merek santri,
kopontren dengan manajemen modern tersebar mencapai 120 cabang di
Indonesia, pengolahan limbah sampah, pelatihan maupun diklat kewirausahaan
(enterpreneurship) yang sudah terencana, dan lain sebagainya. Mengenai omset
dan seputar BMT tersebut, Ustadz Saifulloh juga menjelaskan: omsetnya per-
September kemarin mencapai angka 1 Triliyun. Diawali dari 140 juta pada tahun
2000.
Berpijak dari hal-hal di atas, dapat dikatakan bahwa pendidikan
kewirausahaan telah mengakar kuat di pondok pesantren Sidogiri, bahkan sampai
diwariskan. Kegiatan kewirausahaan di pondok pesantren tersebut dikembangkan
berdasarkan nilai religius, antara lain uswah al-basanah, kedisplinan,
kemandirian, kewirausahaan, nilai ibadah, akhlak dan sebagainya. Hal tersebut
agar para santri bisa memahami agama sepenuhnya dan tidak bergantung kepada
orang lain.
3. Proses pendidikan kewirausahaan yang dilaksanakan di pondok pesantren
Sidogiri adalah santri dilatih untuk mengelola lembaga ekonomi yang ada di
pondok pesantren pesantren Sidogiri, di bawah pantauan dari kiai dan pengurus
pondok pesantren. Sedangkan keuntungan pondok pesantren tersebut tidak selalu
menjadi prioritas utama, karena yang ditanamkan pertama pada lembaga
wirausaha pondok pesantren adalah semua dikerjakan untuk beribadah dan
semata-mata mengharap ridho Allah, sehingga santri selain memiliki bekal ilmu
agama kuat juga memiliki bekal jiwa wirausaha untuk kehidupan dunia yang
kokoh.
Keunggulan
1. Artikel ini memberikan informasi dimana begitu pentingnya untuk
menanamkan nilai kewirausahaan yang berbasis ibadah, dimana hal tersebut
juga tidak hanya bermanfaat untuk dunia, namun juga untuk akhirat.
2. Penjelasan yang ada di dalam artikel di jelaskan secara sistematis sehingga
apa yang disampaikan bisa dengan mudah dimengerti oleh pembaca.
3. Kalimat yang digunakan juga mudah dipahami oleh pembaca dan tidak
banyak menggunakan kata-kata yang sulit.
4. Artikel ini memiliki referensi yang sudah terbilang banyak
5. Untuk pengetikan artikelnya sudah rapi dan hampir tidak ada kesalahan
penyebutan kata dalam pengetikannya.
Kelemahan
1. Artikel ini berisi mengenai pendidikan kewirausahaan terhadap santri di
pondok pesantren Sidogiri, namun yang dijelaskan hanya nilai-nilai dalam
berwirausaha tanpa menjelaskan bagaimana cara untuk berwirausaha.
2. Tidak dijelaskan faktor-faktor maju atau mundurnya usaha di pesantren
tersebut.
3. Terdapat beberapa penggunaan bahasa Arab di dalam artikel, namun tidak
dituliskan artinya sehingga bisa membuat pembaca yang baru menemukan
kata tersebut kebingungan.
4. 4. Isi artikel banyak membahas tentang nilai-nilai yang terkandung atau terdapat
dalam berwirausaha, namun di judul tidak diberikan kata ‘nilai-nilai’ tersebut.
5. Nilai-nilai yang dibahas tidak di rinci per poin, sehingga membuat pembaca
bingung.
Saran
1. Artikel ini akan lebih menarik dan bermanfaat jika dijelaskan juga bagaimana
cara orang-orang di pondok pesantren tersebut berwirausaha sehingga
pembaca bisa belajar untuk berwirausaha.
2. Untuk setiap penggunaan bahasa Arab bisa di berikan artinya pada masing-
masing kata agar pembaca tidak kebingungan.
3. Untuk pembahasan mengenai nilai-nilai, sebaiknya dirinci menggunakan kata
‘pertama’, ‘kedua’ dan seterusnya agar tidak membuat bingung.
Rekomendasi
Dengan adanya penelitian ini membuat kita dapat berpikir untuk memulai
berwirausaha di kampus yang tentu dengan nilai religius seperti yang di tanamkan
oleh para pendidik di pondok pesantren Sidogiri. Berwirausaha bisa membuat kita
semakin mandiri dengan tidak perlu bergantung lagi meminta uang kepada orang
tua. Nilai-nilai yang ajarkan juga bisa kita gunakan didalam dunia perkuliahan
karena masih terkait dengan lingkup pendidikan Islam.