SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
Download to read offline
PENGENDALIAN LALAT DAN
KECOA
KHULIYAH CANDRANING DIYANAH
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 50/2017 tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan untuk Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit serta Pengendaliannya
Indeks Populasi Lalat
• Indeks populasi lalat adalah angka rata-rata
populasi lalat pada suatu lokasi yang diukur
dengan menggunakan flygrill.
• Dihitung dengan cara melakukan pengamatan
selama 30 detik dan pengulangan sebanyak 10
kali pada setiap titik pengamatan. Dari 10 kali
pengamatan diambil 5 (lima) nilai tertinggi, lalu
kelima nilai tersebut dirata-ratakan. Pengukuran
indeks populasi lalat dapat menggunakan lebih
dari satu flygrill.
• Contoh, pengamatan lalat pada rumah makan.
Flygrill diletakkan di salah satu titik yang
berada di dapur. Pada 30 detik pertama,
kedua, hingga kesepuluh didapatkan data
sebagai berikut: 2, 2, 4, 3, 2, 0, 1,1, 2, 1. Lima
angka tertinggi adalah 4, 3, 2, 2, 2, yang
dirataratakan sehingga mendapatkan indeks
populasi lalat sebesar 2,6.
Indeks Populasi Kecoa
• Indeks populasi kecoa adalah angka rata-rata
populasi kecoa, yang dihitung berdasarkan
jumlah kecoa tertangkap per perangkap per
malam menggunakan perangkap lem (sticky
trap).
• Contoh, penangkapan kecoa menggunakan 4
buah perangkap sticky trap pada malam hari,
dua buah dipasang di dapur dan masing-
masing satu buah dipasang di dua kamar
mandi. Hasilnya mendapatkan 6 ekor kecoa.
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
(Lalat dan Kecoa)
KEGIATAN PENGENDALIAN VEKTOR
DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT
Pengamatan dan Penyelidikan Bioekologi, Penentuan
Status Kevektoran, Status Resistensi, dan Efikasi,
serta Pemeriksaan Sampel
a. Pengamatan dan Penyelidikan Bioekologi
• Dilakukan secara rutin untuk pemantauan wilayah
setempat (PWS)  kegiatan siklus hidup, morfologi,
anatomi, perilaku, kepadatan, habitat perkembangbiakan,
serta musuh alami Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit.
• SEBATAS PENGAMATAN BIONOMIK
• HASIL PENGAMATAN  untuk mengetahui gambaran
situasi dan kondisi Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
pada suatu wilayah tertentu.
• DILAKUKAN BILA  ditemukan kasus baru dan/atau terjadi
peningkatan kasus penyakit, situasi kejadian luar biasa
(KLB)/wabah ataupun situasi matra lainnya.
Siklus Hidup Lalat
• Lalat termasuk ke dalam kelas serangga, mempunyai dua
sayap, merupakan kelompok serangga pengganggu dan
sekaligus sebagai serangga penular penyakit.
• Lalat mempunyai tingkat perkembangan telur, larva
(belatung), pupa dan dewasa.
• Pertumbuhan dari telur sampai dewasa memerlukan waktu
10-12 hari.
• Larva akan berubah menjadi pupa setelah 4-7 hari, larva yang
telah matang akan mencari tempat yang kering untuk
berkembang menjadi pupa.
• Pupa akan berubah menjadi lalat dewasa tiga hari kemudian.
• Lalat dewasa muda sudah siap kawin dalam waktu beberapa
jam setelah keluar dari pupa.
• Setiap ekor lalat betina mampu menghasilkan
sampai 2.000 butir telur selama hidupnya.
• Setiap kali bertelur lalat meletakkan telur
secara berkelompok, setiap kelompoknya
mengandung 75-100 telur.
• Umur lalat di alam diperkirakan sekitar dua
minggu.
Siklus Hidup Lalat
Siklus Hidup Kecoa
• Telur kecoa terbungkus di dalam kantung (kapsul) yang disebut
ooteka.
• Ooteka biasanya diletakkan pada sudut dan celah-celah peralatan
serta bangunan yang gelap dan lembab.
• Telur akan menetas dalam waktu 20-40 hari.
• Telur menetas menjadi nimfa (pradewasa) yang berukuran kecil
berwarna keputih-putihan dan belum bersayap.
• Nimfa akan berkembang melalui beberapa instar, setiap instar
diakhiri dengan proses ganti kulit (moulting).
• Stadium instar akan berlangsung selama 3 bulan-3 tahun.
• Jumlah instar nimfa kecoa sangat spesifik, bervariasi 5-13 instar
sebelum menjadi kecoa dewasa.
• Kecoa dewasa berumur beberapa bulan sampai 2 tahun.
• Kecoa betina dapat menghasilkan 490 ooteka selama hidupnya.
Siklus Hidup Kecoa
Morfologi Lalat
Morfologi Kecoa
Perilaku Lalat
• Tempat yang disukai lalat rumah untuk
meletakkan telur adalah manur, feses, sampah
organik yang membusuk dan lembab.
• Lalat hijau berkembang biak di bahan yang
cair atau semi cair yang berasal dari hewan,
daging, ikan, bangkai, sampah hewan, dan
tanah yang mengandung kotoran hewan.
• Lalat hijau juga meletakkan telur di luka
hewan dan manusia
Perilaku Kecoa
• Kecoa/lipas berkembang baik pada lingkungan
yang terlindung dan banyak bahan makanan,
misal dapur.
• Kecoa biasanya pindah (dalam bentuk telur atau
dewasa) melalui kardus, tas/koper, furniture, bus,
kereta api, kapal laut dan pesawat.
• Kecoa bersifat omnivor yaitu pemakan segala.
• Kecoa termasuk serangga nokturnal (aktif malam
hari), akan berkeliaran siang hari bila merasa
terganggu atau berkembang dalam populasi yang
besar.
• Thigmotactic, istirahat dicelah-celah dinding
dan plafon.
• Gregarious, istirahat dalam kelompok yang
besar, bersama-sama di celah-celah yang
sempit, gelap dan lembab.
• Grooming, membersihkan diri dengan menjilat
tubuhnya
b. Penentuan Status Kevektoran
• kegiatan untuk mengetahui atau menentukan apakah spesies tertentu
merupakan Vektor atau bukan Vektor yang dapat berbeda pada
masing-masing wilayah.
• Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara pembedahan maupun
pemeriksaan laboratorium, dengan tujuan untuk melihat dan
menganalisis ada tidaknya agen penyebab penyakit (virus, parasit,
bakteri, dan agen lainnya) di dalam tubuh spesies tertentu tersebut.
• Jika ditemukan agen penyebab penyakit pada spesies tertentu maka
status kevektorannya positif.
• Penentuan status kevektoran dapat dilakukan pada stadium pradewasa
untuk jenis virus yang ditularkan dengan cara penularan melalui telur
(ovarial transmission) maupun stadium dewasa.
• Penentuan status kevektoran di laboratorium dilakukan oleh
lembaga/laboratorium yang menyelenggarakan fungsi pemeriksaan
bidang entomologi.
c. Status Resistensi
• Status resistensi adalah suatu keadaan yang
menunjukkan tingkat kemampuan populasi Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit untuk bertahan hidup
terhadap suatu dosis pestisida yang dalam keadaan
normal dapat membunuh spesies Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit tersebut.
• Tujuan penentuan status resistensi adalah untuk
menentukan resistensi Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit terhadap pestisida yang digunakan,
mengidentifikasi mekanisme resistensi yang berperan,
dan memberikan pertimbangan dalam menyusun
strategi pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit di lapangan.
d. Efikasi
• Efikasi adalah kekuatan pestisida atau daya bunuh pestisida
yang digunakan untuk pengendalian Vektor dewasa dan
larva, serta Binatang Pembawa Penyakit.
• Pemeriksaan dan pengujian efikasi pestisida dapat
dilakukan sebelum atau pada saat bahan pengendalian
(pestisida) digunakan atau diaplikasikan di lapangan.
• Pemeriksaan efikasi dapat menggunakan Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit yang berasal dari lapangan
tempat aplikasi maupun hasil pembiakan di laboratorium.
• Pengujian efikasi dilakukan oleh lembaga/laboratorium
yang menyelenggarakan fungsi pemeriksaan bidang
entomologi.
• Pestisida dinyatakan efektif  membunuh 80% atau lebih
e. Pemeriksaan Sampel
• Pemeriksaan sampel dilakukan untuk
mengidentifikasi spesies, keragaman Vektor serta
Binatang Pembawa Penyakit dan mengidentifikasi
patogen yang ada di dalam tubuh Vektor.
• Sampel diambil dari lapangan dapat berbentuk
pradewasa maupun dewasa.
• Sampel dapat diambil dapat menggunakan
perangkap (trap) maupun penangkapan secara
langsung.
UPAYA PENGENDALIAN LALAT DAN
KECOA TINGKAT RUMAH TANGGA
Upaya Pengendalian Lalat
1. Sanitasi
• Kebersihan lingkungan
• Membuat saluran air limbah (SPAL) yang
tertutup
• Menutup tempat sampah
2. Secara Fisik
• Perangkap lalat/sticky tapes
• Perangkap dan pembunuh elektronik
• Pemasangan kawat kasa
3. Secara Kimia (pilihan terakhir)
• Dichlorvos, Malathion, Propoxur, Dimetilan
4. Pengendalian Terpadu
Upaya Pengendalian Kecoa
1. Sanitasi
• Memusnahkan makanan dan tempat tinggal kecoa antara lain,
membersihkan remah-remah atau sisa-sisa makanan di lantai atau
rak, segera mencuci peralatan makan setelah dipakai,
membersihkan secara rutin tempat-tempat yang menjadi
persembunyian kecoa seperti tempat sampah, di bawah kulkas,
kompor, furniture, dan tempat tersembunyi lainnya.
• Jalan masuk dan tempat hidup kecoa harus ditutup, dengan cara
memperbaiki pipa yang bocor, membersihkan saluran air (drainase),
bak cuci piring dan washtafel.
• Pemusnahan tempat hidup kecoa dapat dilakukan juga dengan
membersihkan lemari pakaian atau tempat penyimpanan kain, tidak
menggantung atau segera mencuci pakaian kotor dan kain lap kotor.
2. Secara Fisika
• mengambil kapsul telur yang terdapat pada
celah-celah dinding, celah-celah almari, celah-
celah peralatan, dan dimusnahkan dengan
membakar/ dihancurkan.
• Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul
atau tangan.
• Menyiram tempat perindukkan dengan air panas
• Menutup celah-celah dinding
• Perangkap kecoa yang sudah dijual secara
komersil dapat membantu untuk menangkap
kecoa dan dapat digunakan untuk alat
monitoring.
• Penempatan perangkap kecoa yang efektif
adalah pada sudut-sudut ruangan, di bawah
washtafel dan bak cuci piring, di dalam lemari,
di dalam basement dan pada lantai di bawah
pipa saluran air.
3. Secara Kimia - Pengendalian dengan
insektisida (pilihan terakhir)
• Insektisida yang banyak digunakan untuk
pengendalian kecoa antara lain : Clordane,
Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan
organophosphate majemuk, Diazinon,
Dichlorvos, Malathion dan Runnel.
4. Pengendalian Terpadu
PENGENDALIAN VEKTOR DAN BP2
Permenkes 50/ 2017
Koordinasi Pengendalian Vektor dan
BP2 (Permenkes 50/ 2017)
• Dalam melakukan Pengendalian Vektor dan
BP2, Penyelenggara berkoordinasi dengan
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota atau
KKP.
• Dalam penyelenggaraan Pengendalian Vektor
dan BP2, Penyelenggara dapat bekerja sama
dengan atau menggunakan jasa pihak lain yang
bergerak di bidang Pengendalian Vektor dan
BP2.
SDM (Permenkes 50/ 2017)
• Dalam Penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan
BP2 dibutuhkan sumber daya manusia berupa
tenaga entomolog kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan lain yang memiliki keahlian dan
kompetensi di bidang entomologi kesehatan.
• Keahlian dan kompetensi tenaga kesehatan lain
diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan.
Pendayagunaan Kader Kesehatan atau
Penghuni/ Anggota Keluarga (Permenkes
50/2017)
• Pengendalian Vektor dan BP2 dapat mendayagunakan
kader kesehatan terlatih atau penghuni/anggota
keluarga untuk lingkungan rumah tangga, meliputi :
• pengamatan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
• pengamatan habitat perkembangbiakan
• pengamatan lingkungan
• larvasidasi
• pengendalian dengan metode fisik
• pengendalian dengan metode biologi dan kimia secara terbatas
• sanitasi lingkungan.
• Kader kesehatan terlatih atau penghuni/anggota keluarga
merupakan anggota masyarakat yang mendapatkan pelatihan di
bidang Pengendalian Vektor dan BPP oleh dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota atau KKP.
Bahan dan Peralatan (Permenkes 50/
2017)
• Pestisida harus mendapat izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Peralatan harus memenuhi Standar Nasional
Indonesia dan/atau mendapat rekomendasi
dari kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan,
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pendanaan (Permenkes 50/2017)
• Pendanaan Pengendalian Vektor dan BP2 yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dibebankan pada APBN,
APBD dan/atau sumber lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pendanaan Pengendalian Vektor dan BP2 yang
dilaksanakan oleh Penyelenggara dibebankan
pada Penyelenggara yang bersangkutan.
Perizinan (Permenkes 50/2017)
• Pihak lain (badan usaha) yang menyelenggarakan
Pengendalian Vektor dan BP2 harus memiliki izin dari
Pemerintah Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota setempat.
• memiliki surat izin usaha dan surat izin tempat usaha
• memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP)
• memiliki tenaga serta persediaan bahan dan peralatan
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
• Izin berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN
ANDA

More Related Content

What's hot

Inseminasi Buatan
Inseminasi BuatanInseminasi Buatan
Inseminasi BuatanRizza Muh
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarJoni Iswanto
 
Penyebaran populasi ekologi umum
Penyebaran populasi ekologi umumPenyebaran populasi ekologi umum
Penyebaran populasi ekologi umumJun Mahardika
 
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Awe Wardani
 
PPT Genetika: Hukum Hardy Weinberg
PPT Genetika: Hukum Hardy WeinbergPPT Genetika: Hukum Hardy Weinberg
PPT Genetika: Hukum Hardy WeinbergUNESA
 
Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paruApridinata
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Biology Education
 
Laporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
Laporan Praktikum 6 Identifikasi BurungLaporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
Laporan Praktikum 6 Identifikasi BurungSelly Noviyanty Yunus
 

What's hot (20)

GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora) GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
 
Inseminasi Buatan
Inseminasi BuatanInseminasi Buatan
Inseminasi Buatan
 
Protozoa volvox globator
Protozoa  volvox globatorProtozoa  volvox globator
Protozoa volvox globator
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 
Laporan Praktikum 5 Mammalia
Laporan Praktikum 5 MammaliaLaporan Praktikum 5 Mammalia
Laporan Praktikum 5 Mammalia
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasar
 
Penyebaran populasi ekologi umum
Penyebaran populasi ekologi umumPenyebaran populasi ekologi umum
Penyebaran populasi ekologi umum
 
Interaksi mikroba 2011
Interaksi mikroba 2011Interaksi mikroba 2011
Interaksi mikroba 2011
 
Fisiologi serangga
Fisiologi seranggaFisiologi serangga
Fisiologi serangga
 
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
 
PPT Genetika: Hukum Hardy Weinberg
PPT Genetika: Hukum Hardy WeinbergPPT Genetika: Hukum Hardy Weinberg
PPT Genetika: Hukum Hardy Weinberg
 
Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paru
 
Hama coleoptera
Hama coleopteraHama coleoptera
Hama coleoptera
 
Sumber Daya Peternakan
Sumber Daya PeternakanSumber Daya Peternakan
Sumber Daya Peternakan
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
 
Ppt nematoda.
Ppt nematoda.Ppt nematoda.
Ppt nematoda.
 
cara perhitungan mikroba
cara perhitungan mikrobacara perhitungan mikroba
cara perhitungan mikroba
 
Laporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
Laporan Praktikum 6 Identifikasi BurungLaporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
Laporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
 
CACING PLANARIA SP
CACING PLANARIA SPCACING PLANARIA SP
CACING PLANARIA SP
 
ppt insekta
ppt insektappt insekta
ppt insekta
 

Similar to PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA

Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatInoy Trisnaini
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3PPGhybrid3
 
Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptfahmiganteng
 
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021DediKusmana2
 
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3Surianim Azmi
 
PPT PERTEMUAN 2.pptx
PPT PERTEMUAN 2.pptxPPT PERTEMUAN 2.pptx
PPT PERTEMUAN 2.pptxRestiana8
 
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakatpresentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakatLuthfiNurFitriani
 
Laporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benihLaporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benihfahmiganteng
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisNovi Fachrunnisa
 
Biosecurity breeding
Biosecurity breedingBiosecurity breeding
Biosecurity breedingMuhammad Eko
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3PPGhybrid3
 
Integrated pest management
Integrated pest managementIntegrated pest management
Integrated pest managementHery Mulyanto
 
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptxMAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptxMaisaYuslena
 
PPT KECACINGAN.pptx
PPT KECACINGAN.pptxPPT KECACINGAN.pptx
PPT KECACINGAN.pptxfadlibilbila
 
Pengendalian Vektor Rumah Sakit
Pengendalian Vektor Rumah SakitPengendalian Vektor Rumah Sakit
Pengendalian Vektor Rumah SakitQbenk Aja
 
Makalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaMakalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaRhiza Amalia
 
Prakarya Kelas 8 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
Prakarya Kelas 8 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxPrakarya Kelas 8 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
Prakarya Kelas 8 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxFebryMelda1
 

Similar to PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA (20)

Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor Lalat
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hpt
 
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
 
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
 
PPT PERTEMUAN 2.pptx
PPT PERTEMUAN 2.pptxPPT PERTEMUAN 2.pptx
PPT PERTEMUAN 2.pptx
 
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakatpresentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
 
Laporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benihLaporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benih
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopis
 
Parasitologi. Nematoda
Parasitologi. NematodaParasitologi. Nematoda
Parasitologi. Nematoda
 
Miasis Makhluk Hidup
Miasis Makhluk HidupMiasis Makhluk Hidup
Miasis Makhluk Hidup
 
Biosecurity breeding
Biosecurity breedingBiosecurity breeding
Biosecurity breeding
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
Daf 1042 tv t2
Daf 1042 tv t2Daf 1042 tv t2
Daf 1042 tv t2
 
Integrated pest management
Integrated pest managementIntegrated pest management
Integrated pest management
 
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptxMAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
 
PPT KECACINGAN.pptx
PPT KECACINGAN.pptxPPT KECACINGAN.pptx
PPT KECACINGAN.pptx
 
Pengendalian Vektor Rumah Sakit
Pengendalian Vektor Rumah SakitPengendalian Vektor Rumah Sakit
Pengendalian Vektor Rumah Sakit
 
Makalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaMakalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan coba
 
Prakarya Kelas 8 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
Prakarya Kelas 8 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxPrakarya Kelas 8 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
Prakarya Kelas 8 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 

PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA

  • 2. • Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 50/2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit serta Pengendaliannya
  • 3. Indeks Populasi Lalat • Indeks populasi lalat adalah angka rata-rata populasi lalat pada suatu lokasi yang diukur dengan menggunakan flygrill. • Dihitung dengan cara melakukan pengamatan selama 30 detik dan pengulangan sebanyak 10 kali pada setiap titik pengamatan. Dari 10 kali pengamatan diambil 5 (lima) nilai tertinggi, lalu kelima nilai tersebut dirata-ratakan. Pengukuran indeks populasi lalat dapat menggunakan lebih dari satu flygrill.
  • 4. • Contoh, pengamatan lalat pada rumah makan. Flygrill diletakkan di salah satu titik yang berada di dapur. Pada 30 detik pertama, kedua, hingga kesepuluh didapatkan data sebagai berikut: 2, 2, 4, 3, 2, 0, 1,1, 2, 1. Lima angka tertinggi adalah 4, 3, 2, 2, 2, yang dirataratakan sehingga mendapatkan indeks populasi lalat sebesar 2,6.
  • 5. Indeks Populasi Kecoa • Indeks populasi kecoa adalah angka rata-rata populasi kecoa, yang dihitung berdasarkan jumlah kecoa tertangkap per perangkap per malam menggunakan perangkap lem (sticky trap).
  • 6. • Contoh, penangkapan kecoa menggunakan 4 buah perangkap sticky trap pada malam hari, dua buah dipasang di dapur dan masing- masing satu buah dipasang di dua kamar mandi. Hasilnya mendapatkan 6 ekor kecoa.
  • 7. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (Lalat dan Kecoa)
  • 8. KEGIATAN PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT
  • 9. Pengamatan dan Penyelidikan Bioekologi, Penentuan Status Kevektoran, Status Resistensi, dan Efikasi, serta Pemeriksaan Sampel a. Pengamatan dan Penyelidikan Bioekologi • Dilakukan secara rutin untuk pemantauan wilayah setempat (PWS)  kegiatan siklus hidup, morfologi, anatomi, perilaku, kepadatan, habitat perkembangbiakan, serta musuh alami Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit. • SEBATAS PENGAMATAN BIONOMIK • HASIL PENGAMATAN  untuk mengetahui gambaran situasi dan kondisi Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit pada suatu wilayah tertentu. • DILAKUKAN BILA  ditemukan kasus baru dan/atau terjadi peningkatan kasus penyakit, situasi kejadian luar biasa (KLB)/wabah ataupun situasi matra lainnya.
  • 10. Siklus Hidup Lalat • Lalat termasuk ke dalam kelas serangga, mempunyai dua sayap, merupakan kelompok serangga pengganggu dan sekaligus sebagai serangga penular penyakit. • Lalat mempunyai tingkat perkembangan telur, larva (belatung), pupa dan dewasa. • Pertumbuhan dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 10-12 hari. • Larva akan berubah menjadi pupa setelah 4-7 hari, larva yang telah matang akan mencari tempat yang kering untuk berkembang menjadi pupa. • Pupa akan berubah menjadi lalat dewasa tiga hari kemudian. • Lalat dewasa muda sudah siap kawin dalam waktu beberapa jam setelah keluar dari pupa.
  • 11. • Setiap ekor lalat betina mampu menghasilkan sampai 2.000 butir telur selama hidupnya. • Setiap kali bertelur lalat meletakkan telur secara berkelompok, setiap kelompoknya mengandung 75-100 telur. • Umur lalat di alam diperkirakan sekitar dua minggu.
  • 13. Siklus Hidup Kecoa • Telur kecoa terbungkus di dalam kantung (kapsul) yang disebut ooteka. • Ooteka biasanya diletakkan pada sudut dan celah-celah peralatan serta bangunan yang gelap dan lembab. • Telur akan menetas dalam waktu 20-40 hari. • Telur menetas menjadi nimfa (pradewasa) yang berukuran kecil berwarna keputih-putihan dan belum bersayap. • Nimfa akan berkembang melalui beberapa instar, setiap instar diakhiri dengan proses ganti kulit (moulting). • Stadium instar akan berlangsung selama 3 bulan-3 tahun. • Jumlah instar nimfa kecoa sangat spesifik, bervariasi 5-13 instar sebelum menjadi kecoa dewasa. • Kecoa dewasa berumur beberapa bulan sampai 2 tahun. • Kecoa betina dapat menghasilkan 490 ooteka selama hidupnya.
  • 17. Perilaku Lalat • Tempat yang disukai lalat rumah untuk meletakkan telur adalah manur, feses, sampah organik yang membusuk dan lembab. • Lalat hijau berkembang biak di bahan yang cair atau semi cair yang berasal dari hewan, daging, ikan, bangkai, sampah hewan, dan tanah yang mengandung kotoran hewan. • Lalat hijau juga meletakkan telur di luka hewan dan manusia
  • 18. Perilaku Kecoa • Kecoa/lipas berkembang baik pada lingkungan yang terlindung dan banyak bahan makanan, misal dapur. • Kecoa biasanya pindah (dalam bentuk telur atau dewasa) melalui kardus, tas/koper, furniture, bus, kereta api, kapal laut dan pesawat. • Kecoa bersifat omnivor yaitu pemakan segala. • Kecoa termasuk serangga nokturnal (aktif malam hari), akan berkeliaran siang hari bila merasa terganggu atau berkembang dalam populasi yang besar.
  • 19. • Thigmotactic, istirahat dicelah-celah dinding dan plafon. • Gregarious, istirahat dalam kelompok yang besar, bersama-sama di celah-celah yang sempit, gelap dan lembab. • Grooming, membersihkan diri dengan menjilat tubuhnya
  • 20. b. Penentuan Status Kevektoran • kegiatan untuk mengetahui atau menentukan apakah spesies tertentu merupakan Vektor atau bukan Vektor yang dapat berbeda pada masing-masing wilayah. • Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara pembedahan maupun pemeriksaan laboratorium, dengan tujuan untuk melihat dan menganalisis ada tidaknya agen penyebab penyakit (virus, parasit, bakteri, dan agen lainnya) di dalam tubuh spesies tertentu tersebut. • Jika ditemukan agen penyebab penyakit pada spesies tertentu maka status kevektorannya positif. • Penentuan status kevektoran dapat dilakukan pada stadium pradewasa untuk jenis virus yang ditularkan dengan cara penularan melalui telur (ovarial transmission) maupun stadium dewasa. • Penentuan status kevektoran di laboratorium dilakukan oleh lembaga/laboratorium yang menyelenggarakan fungsi pemeriksaan bidang entomologi.
  • 21. c. Status Resistensi • Status resistensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat kemampuan populasi Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit untuk bertahan hidup terhadap suatu dosis pestisida yang dalam keadaan normal dapat membunuh spesies Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit tersebut. • Tujuan penentuan status resistensi adalah untuk menentukan resistensi Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit terhadap pestisida yang digunakan, mengidentifikasi mekanisme resistensi yang berperan, dan memberikan pertimbangan dalam menyusun strategi pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit di lapangan.
  • 22. d. Efikasi • Efikasi adalah kekuatan pestisida atau daya bunuh pestisida yang digunakan untuk pengendalian Vektor dewasa dan larva, serta Binatang Pembawa Penyakit. • Pemeriksaan dan pengujian efikasi pestisida dapat dilakukan sebelum atau pada saat bahan pengendalian (pestisida) digunakan atau diaplikasikan di lapangan. • Pemeriksaan efikasi dapat menggunakan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit yang berasal dari lapangan tempat aplikasi maupun hasil pembiakan di laboratorium. • Pengujian efikasi dilakukan oleh lembaga/laboratorium yang menyelenggarakan fungsi pemeriksaan bidang entomologi. • Pestisida dinyatakan efektif  membunuh 80% atau lebih
  • 23. e. Pemeriksaan Sampel • Pemeriksaan sampel dilakukan untuk mengidentifikasi spesies, keragaman Vektor serta Binatang Pembawa Penyakit dan mengidentifikasi patogen yang ada di dalam tubuh Vektor. • Sampel diambil dari lapangan dapat berbentuk pradewasa maupun dewasa. • Sampel dapat diambil dapat menggunakan perangkap (trap) maupun penangkapan secara langsung.
  • 24. UPAYA PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA TINGKAT RUMAH TANGGA
  • 25. Upaya Pengendalian Lalat 1. Sanitasi • Kebersihan lingkungan • Membuat saluran air limbah (SPAL) yang tertutup • Menutup tempat sampah
  • 26. 2. Secara Fisik • Perangkap lalat/sticky tapes • Perangkap dan pembunuh elektronik • Pemasangan kawat kasa 3. Secara Kimia (pilihan terakhir) • Dichlorvos, Malathion, Propoxur, Dimetilan 4. Pengendalian Terpadu
  • 27. Upaya Pengendalian Kecoa 1. Sanitasi • Memusnahkan makanan dan tempat tinggal kecoa antara lain, membersihkan remah-remah atau sisa-sisa makanan di lantai atau rak, segera mencuci peralatan makan setelah dipakai, membersihkan secara rutin tempat-tempat yang menjadi persembunyian kecoa seperti tempat sampah, di bawah kulkas, kompor, furniture, dan tempat tersembunyi lainnya. • Jalan masuk dan tempat hidup kecoa harus ditutup, dengan cara memperbaiki pipa yang bocor, membersihkan saluran air (drainase), bak cuci piring dan washtafel. • Pemusnahan tempat hidup kecoa dapat dilakukan juga dengan membersihkan lemari pakaian atau tempat penyimpanan kain, tidak menggantung atau segera mencuci pakaian kotor dan kain lap kotor.
  • 28. 2. Secara Fisika • mengambil kapsul telur yang terdapat pada celah-celah dinding, celah-celah almari, celah- celah peralatan, dan dimusnahkan dengan membakar/ dihancurkan. • Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau tangan. • Menyiram tempat perindukkan dengan air panas • Menutup celah-celah dinding
  • 29. • Perangkap kecoa yang sudah dijual secara komersil dapat membantu untuk menangkap kecoa dan dapat digunakan untuk alat monitoring. • Penempatan perangkap kecoa yang efektif adalah pada sudut-sudut ruangan, di bawah washtafel dan bak cuci piring, di dalam lemari, di dalam basement dan pada lantai di bawah pipa saluran air.
  • 30. 3. Secara Kimia - Pengendalian dengan insektisida (pilihan terakhir) • Insektisida yang banyak digunakan untuk pengendalian kecoa antara lain : Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan organophosphate majemuk, Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan Runnel. 4. Pengendalian Terpadu
  • 31. PENGENDALIAN VEKTOR DAN BP2 Permenkes 50/ 2017
  • 32. Koordinasi Pengendalian Vektor dan BP2 (Permenkes 50/ 2017) • Dalam melakukan Pengendalian Vektor dan BP2, Penyelenggara berkoordinasi dengan dinas kesehatan daerah kabupaten/kota atau KKP. • Dalam penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan BP2, Penyelenggara dapat bekerja sama dengan atau menggunakan jasa pihak lain yang bergerak di bidang Pengendalian Vektor dan BP2.
  • 33. SDM (Permenkes 50/ 2017) • Dalam Penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan BP2 dibutuhkan sumber daya manusia berupa tenaga entomolog kesehatan dan/atau tenaga kesehatan lain yang memiliki keahlian dan kompetensi di bidang entomologi kesehatan. • Keahlian dan kompetensi tenaga kesehatan lain diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan.
  • 34. Pendayagunaan Kader Kesehatan atau Penghuni/ Anggota Keluarga (Permenkes 50/2017) • Pengendalian Vektor dan BP2 dapat mendayagunakan kader kesehatan terlatih atau penghuni/anggota keluarga untuk lingkungan rumah tangga, meliputi : • pengamatan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit • pengamatan habitat perkembangbiakan • pengamatan lingkungan • larvasidasi • pengendalian dengan metode fisik • pengendalian dengan metode biologi dan kimia secara terbatas • sanitasi lingkungan. • Kader kesehatan terlatih atau penghuni/anggota keluarga merupakan anggota masyarakat yang mendapatkan pelatihan di bidang Pengendalian Vektor dan BPP oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota atau KKP.
  • 35. Bahan dan Peralatan (Permenkes 50/ 2017) • Pestisida harus mendapat izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. • Peralatan harus memenuhi Standar Nasional Indonesia dan/atau mendapat rekomendasi dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 36. Pendanaan (Permenkes 50/2017) • Pendanaan Pengendalian Vektor dan BP2 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dibebankan pada APBN, APBD dan/atau sumber lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. • Pendanaan Pengendalian Vektor dan BP2 yang dilaksanakan oleh Penyelenggara dibebankan pada Penyelenggara yang bersangkutan.
  • 37. Perizinan (Permenkes 50/2017) • Pihak lain (badan usaha) yang menyelenggarakan Pengendalian Vektor dan BP2 harus memiliki izin dari Pemerintah Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi dinas kesehatan daerah kabupaten/kota setempat. • memiliki surat izin usaha dan surat izin tempat usaha • memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) • memiliki tenaga serta persediaan bahan dan peralatan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini. • Izin berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
  • 38. TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN ANDA