Mata Kuliah: Hikmatut Tasyri'
Materi : Sumber-sumber Tasyri'
Sumber-sumber Tasyri' atau biasa disebut juga dengan mashadir al-tasyri'.
Pokok pembahasan meliputi:
-Pengertian
-Pembagian sumber hukum
a) Allah sebagai syar'i
b) Perilaku Rasulullah sebagai Syar'i
c) Akal sebagai Syar'i
-Manusia sebagai Mukallaf
2. Pengertian
“sumber” >> “mashdar”>> “mashādir”
artinya asal atau tempat merujuk segala sesuatu.
Tasyri=Proses berpikir dan menjawab
mashādir al-tasyri’iyyah li al-ahkām
(sumber-sumber tasyri’ untuk hukum).
Suatu petunjuk yang dijadikan landasan berpikir
yang benar dalam memperoleh hukum syara’
3. Pembagian Sumber-
sumber Tasyri'
Ditinjau dari asalnya, dalil ada dua macam:
1.Dalil Naqli yaitu dalil-dalil yang berasal dari nash
langsung,
2.Dalil aqli, yaitu dalil - dalil yang berasal bukan dari
nash langsung, akan tetapi dengan menggunakan
akal pikiran
3
4. “ Allah sebagai syar'i (Penentu dan
Pencipta hukum Islam)
"Katakanlah bahwa Allah itu memiliki
hujjah yang kuat. Maka jika Dia
menghendaki, maka pasti Dia memberi
petunjuk kepada kamu semua,”
(QS. Al-An’am [6]: 149).
4
Al-Quran
5. 1.
2.
Ada 2 hal penting yang perlu
diperhatikan ketika didalam kajian
terhadap Al-Qur’an, yaitu:
al-tsubut (kebenaran sumber)
al-dalalah (kandungan makna)
6. as-Sunnah
perbuatan yang apabila dikerjakan
mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan tidak berdosa
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib
“Segala perilaku Rasulullah yang
berhubungan dengan hukum, baik
berupa ucapan, perbuatan, atau
pengakuan".
7. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.”
(QS. An-Nisa: 59)
8. “
Akal Manusia sebagai syari’
8
Suatu proses untuk menyerap
perkembangan dan menetapkan
hukum atau pola tertentu terhadap
problematika baru dengan dasar
usaha yang keras
IJTIHAD
9. IJMA'
Ijma’ menurut bahasa artinya sepakat,
setuju atau sependapat.
Para Ahli Ushul Fiqih
Ijma adalah kesepakatan seluruh para
mujtahid di kalangan umat Islam pada
suatu masa ketika Rasulallah SAW.
wafat atas hukum Syara mengenai
suatu kejadian.
9
10. Dasar Hukum Ijma’
surat An-Nisa [4] ayat 115:
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah
jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami
biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang Telah
dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali”.
11. Tingkatan Ijma'
1.
2.
Ijma' sharih
Ijma' Sukuti
Contoh Ijma’
Ijma’ tentang pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah
karena mengqiyaskan kepada penunjukan Abu Bakar oleh
Nabi menjadi imam shalat ketika Nabi sedang berhalangan.
11
12. 12
QIYAS
Qiyas: dari segi kebahasaan kata qiyas berarti
ukuran.
Yakni mengetahui ukuran hukum sesuatu
dengan menisbahkannya kepada yang lain.
qiyas adalah meghubungkan sesuatu yang
belum di nyatakan hukumnya oleh nash
karena memiliki kesamaan illat hukum.
13. “
Ada beberapa istilah dalam
proses penentuan hukum
Islam secara qiyas, yaitu :
Furu' adalah kasus baru
yang hukumnya belum
diketahui
Illat
Hukum adalah ketentuan
syara'
13
14. 14
Kehujahannya qiyas.
Sebagian besar para ulama fi qh dan para
pengikut madzhab yang empat sependapat
bahwa qiyas dapat dijadikan salah satu dalil atau
dasar hujjah dalam menetapkan hukum dalam
ajaran Islam.
Mengqiyaskan (menyamakan) hukum larangan
minum nabidz (minuman keras yang terbuat dari
perasan selain anggur) kepada khamar yang
dilarang oleh nash (QS. Al-Ma’idah:90).
16. mahkum ‘alaih = mukalaf
Orang mukalaf adalah orang yang
telah dianggap mampu bertindak
hukum, baik yang berhubungan
dengan perintah Allah SWT maupun
dengan larangan-Nya.
dasar pembebanan hukum tersebut
adalah akal dan pemahaman.
17. 17
“Diangkatlah pembebanan hukum dari tiga
(jenis orang): orang tidur sampai ia
bangun, anak kecil sampai ia baligh, dan
orang gila sampai ia sembuh.”
(H.R. al- Bukhari, Abu Daud, al-Tirmidzi, Ibn Majah dan al-
Daruquthni dari Aisyah dan Ali bin abi thalib).