qawaid fiqhiyyah merupakan hal yang paling esensial unutk menetukan suatu hukum utamanya di zaman modern ini. dengan menguasainya,maka kita akan tahu mengenai tujuan dalam beragama Islam.
PESAN: Jangan langsung di-copy tanpa cross-check dan meng-update informasi baru ya. PLUS, jangan lupa ubah template-nya. :)
Sumber: Siswa biasa.
Bila ada informasi yang kurang, dapat ditambahkan. Kritik dan pesan dapat langsung menghubungi saya. :) Semoga bermanfaat!
Studi Hukum Islam tak henti hentinya di kaji dan menarik untuk dijadikan wacana dan penelitian dalam segala aspek yang melingkupi perjalanan dinamika keislaman. kiranya gairah umat islam yang besar untuk melakukan kajian bisa atersalur lewat forum ilmiyah, forum online dan yang lainnya.
qawaid fiqhiyyah merupakan hal yang paling esensial unutk menetukan suatu hukum utamanya di zaman modern ini. dengan menguasainya,maka kita akan tahu mengenai tujuan dalam beragama Islam.
PESAN: Jangan langsung di-copy tanpa cross-check dan meng-update informasi baru ya. PLUS, jangan lupa ubah template-nya. :)
Sumber: Siswa biasa.
Bila ada informasi yang kurang, dapat ditambahkan. Kritik dan pesan dapat langsung menghubungi saya. :) Semoga bermanfaat!
Studi Hukum Islam tak henti hentinya di kaji dan menarik untuk dijadikan wacana dan penelitian dalam segala aspek yang melingkupi perjalanan dinamika keislaman. kiranya gairah umat islam yang besar untuk melakukan kajian bisa atersalur lewat forum ilmiyah, forum online dan yang lainnya.
Sejak masa Sahabat, kegiatan ijtihad dapat dikategorikan dalam dua aliran, yaitu aliran rasional (ahlu al-ra’yi) dan tradisional (ahlu al-hadits). Akan tetapi secara institusional, kedua aliran ini terbentuk pada masa Tabi’in, di mana aliran rasional (ahlu al-ra’yi) berkembang di Irak, sedangkan aliran tradisional (ahlu al-hadits) berkembang di Hijaz Makkah dan Madinah Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan adanya ulama tradisionalis (ahlu al-hadits) di Irak dan ulama rasionalis (ahlu al-ra’yi) di kawasan Hijaz.
Secara umum, yang dimaksud dengan aliran rasional (ahlu al-ra’yi) adalah aliran ijtihad yang berpandangan bahwa hukum syara’ merupakan sesuatu yang dapat ditelaah esensi-esensi yang mendasari ketentuan-ketentuan doktrinnya yang mengacu pada kemaslahatan kehidupan manusia. Dalam hal ini, para mujtahid rasionalis mengkaji illat untuk setiap norma hukum dengan melihat pada sisi yang memungkinkannya untuk memperoleh illat sebanyak-banyaknya, sehingga mereka dapat leluasa melakukan kajian analogis dengan memelihara kepentingan kehidupan manusia dan masyarakat secara keseluruhan.
Qaedah fiqh adalah perkara penting yang boleh membantu ummah dalah membuat keputusan dengan baik dan menghampiri ajaran Islam. Ianya adalah petunjuk dan pertimbangan yang asal dari alQuran dan Sunnah Nabi saw
Roket Cuka Sederhana, dibuat dengan menggabungkan 2 konsep sekaligus. Yakni konsep kekekalan momentum pada fisika, dan reaksi asam basa pada kimia. Jika keduanya digabung maka akan menghasilkan tekanan yang berfungsi untuk menerbangkan roket. Ini adalah makalah dari video di bawah ini. Semoga bermanfaat
https://www.youtube.com/watch?v=NZnZtogir6c
3. Kelompok 3
Nama Kelompok:
1. Ahmad Shohibul Hidayat (02)
2. Ahya’ Al Aula (03)
3. Ayu Vandani Wulan (06)
4. M. Ababil Fanani (20)
5. Rinzani Cyzaria Putri (29)
6. Risa Febrianti (30)
7. Varadinda Tami Widijayanti (34)
4. Hai Teman-
teman,
Taukah kalian
apa itu
Thaharah ?
Dan tahukah
kamu siapa Imam
Maliki itu ?
Kami akan
mempresentasikan
tentang Thaharah
menurut Imam
Maliki
Tidak
!!!
5. 1. Biografi Imam Maliki
2. Pengambilan Dasar Hukum
3. Thaharah
4. Kesimpulan
6. 1. Biografi Imam Maliki
Nama lengkap Imam Malik adalah Malik Bin Anas Bin Abi Amr. Beliau dilahirkan di
kota Madinah pada tahun 93 H. Dan beliu meninggal pada tahun 179 H.
Imam Malik adalah seorang yang sangat cerdas dan genius, Imam Malik
mempunyai hafalan yang sangat kuat. Jika beliau mendengar sesuatu yang beliau dengar,
beliau langsung dapat menghafal dan tidak pernah lupa. Pernah suatu hari beliau
mendengar 40 hadist sekaligus dan kemudian besok harinya dikemukakan kembali kepada
gurunya hafalan-hafalan hadist tersebut dan tidak satu pun yang luput dari ingatan beliau.
Diceritakan bahwa kecermelangan dan kecerdasannya, Imam Malik dalam usia
yang relatif cukup muda – lebih kurang usia tujuh belas tahun – telah mendapat
kepercayaan dan izin dari gurunya untuk mengajar di Masjid Madinah.
Sebagai mana diungkapkan oleh Sya’ban Muhammad Isma’il, bahwa Imam Malik
berkomentar tentang keizinan yang diberikan kepadanya untuk mengajar di Masjid
Madinah yaitu “Ma jalastu lilfutya wa al-Hadist hatta syahida li sab’una syaikhan min ahli al-
‘ilm anni mardat lizalik” (saya tidaklah mungkin menduduki posisi seperti ini untuk berfatwa
dan mengajarkan Hadist kecuali setelah mendapat kasaksian dari tujuh puluh orang syaikh
ahli ilmu serta saya ttelah di izinkan untuk itu).
7. 2. Pengambilan Dasar Hukum
a. Kitab al-Qur’an
b. Al-Sunnah
c. Al-ijma’
d. Qoul Sahabat
e. Amal Ahli Madinah
f. Al-Qiyas
g. Al-Masalih al-Mursalah
h. Al-Istihsan
i. Al-Zarai’
j. Al-‘Urf
k. Al-Istishab
8. Sebagai mana telah disinggung sebelum ini, tentang sumber dalil dalam Hukum
Islam, maka al-Qur’an merupakan sumber utama dalam pembinaan hukum Islam.
Seluruh fuqoha’ dan umat Islam menyatakan bahwa al-Quran’ adalah sumber
utama dari hukum Islam. Dilihat dari sumber kebenarannya sebagai sumber, maka
al-Quran adalah merupakan sumber dari beberapa sumber.
Dengan kata lain, al-Qur’an menempati posisi paling awal dari tertib sumber
hukum dalam berhujjah. Adapun sumber-sumber lainnya merupakan pelengkap
dari cabang dari Al-Qur’an. Karena pada dasarnya sumber-sumber lain itu akan
kembali kepada Al-Quran. Al-Gozali, malah mengatakan, bahwa hakikatnya
sumber hukum ita adalah satu, yaitu firman Allah SWT. Sebab, Sabda Rosululloh
bukanlah hukum, tetepi sabda beliau merupakan pemberitaan tentang bermacam-
macam hukum.
a. Kitab al-Qur’an
9. Dilihat dari segi pembagian sunnah menjadi mutawattir, masyhur dan
ahad, saebagaiman telah disebutkan diatas, maka sunnah mutawttir,masyhur dan
ahad, merupakan sumber dan dasar pembinaan hukum Islam.
Namun demikian, dari ketiga macam pembagian sunnah yang telah disebutkan di
atas, maka terhadap sunnah mutawatir seluruh baik Ulama ushul maupun ahli
hadis sepakat atas kehujjahannya. Demikian pula terhadap sunnah masyhur dan
sunnah ahad. Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat tentang persyaratan
pengamalan sunnah ahad.
Sikap mendahulukan amal ahli Madinah (praktek penduduk Madinah)
dari sunnah ahad adalah didasarkan pada kenyataan bahwa kehidupan penduduk
Madinah dipengaruhi oleh tradisi hidup nabi SAW dan tradisi kenabian ini
terefleksi dalam sikap hidup penduduk Madinah yang secara faktual dijadikan
sebagai dasar dalam melegalisasi berbagai persoalan tasyri’.
b. Al- Sunnah
10. c. Al-ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan/consensus yang terjadi antara para ulama, baik
secara terbuka maupun tertutup. Yang dimaksud di sini adalah Ijma’sahabat
maupun Ijma’para mujtahid
Imam Malik sebagai salah seorang tokoh ulama Madinah juga berhujjah
dengan Ijma’. Hasbi as-Shidqi menjelaskan bahwa Imam Malik paling banyak
menyandarkan pendapatnya atas Ijma’ dan dalam kitab Muwaththa’ sering
ditemukan pernyataan-pernyataan sesuatu yang telah menjadi kesepakatan
maka berarti hal tersebut merupakan Ijma’ ahli fiqh dan ahli ilmu yang mana
mereka tidak berselisih padanya.
Dari sini, Malik hanya menerima Ijma’ yang bersumber dari para ahli
ijtihad. Dan di samping itu Imam Malik juga membicarakan secara khusus
tentang tentang Ijma’ ahli Madinah lebih didahulukan dari khabar ahad dalam
melakukan istinbat hukum. Dengan demikian, Ijma’ yang menjadi hujjah bagi
Malik dilihat dari pembentukannya ada dua macam yaitu Ijma’ ahli Madinah
yang berdasarkan kesepakatan para mujtahid dan Ijma’ ahli Madinah yang
berasal dari praktik penduduk Madinah. Akan tetapi, Ijma’ ahli Madinah yang
diklaim oleh Malik sebagai suatu doktrin hukum, umumnya ditentang
mayoritas ulama’ lainnya.
11. Imam Malik menjelaskan bahwa qoul sahabat adalah hadis atau dianggap
sebagai hadis yang wajib diamalkan, misalnya fatwa sahabat tentang manasik
haji.
“Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA tatkala dua kota ini (Kufah dan Basrah)
telah ditaklukkan, mereka menghadap Umar dan mengadu; wahai Amirul
Mukminin sesungguhnya Rasulullah SAW telah menentukan Qarnu al-Manazil
sebagai Miqat bagi penduduk Najd yang melengkung dari jalur kami,
sehingga memberatkan kalau kami harus melewatinya. Umar berkata:
perhatikan garis hadapnya (jarak pintasnya) dari jalurmu. Maka beliau
menentukan Dzatu ‘Irqin sebagai Miqat bagi mereka.”(HR. Bukhari)
d. Qoul Sahabat
12. ‘Amal Ahli Madinah (praktek penduduk Madinah) dianggap hujjah (dalil)
oleh Imam Malik dengan alasan (1) pelakunya orang banyak (penduduk
Madinah), maka mustahil bersepakat untuk berbohong; (2) penduduk Madinah
secara berantai menerima pelajaran agama dari generasi sebelumnya sampai
kepada Nabi; (3) ayat, hadis dan praktek hukum Islam hamper semuanya terjadi
di Madinah, sehingga penduduk Madinah adalah yang pantas dianggap paling
mengetahui pelaksanaannya.
e. Amal Ahli Madinah
13. Qiyas adalah menghubungkan suatu masalah yang tidak nas hukumnya dengan
masalah lain yang sudah ada nas hukumnya karena adanya kemiripan ‘illat
hukum.
Ulama’ ushul berpendapat bahwa aplikasi qiyas harus bertumpu pada empat
rukun yang disebutkan ini. Dengan bertumpu pada empat rukun ini akan
menghasilkan ketentuan hukum yang sebanding atau sama antara pokok dengan
cabang. Berkenaan dengan rukun Qiyass ini, dalam sejumlah buku-buku ushul
fiqh, ditemukan tiga versi unsur yang berbeda yaitu: pertama menyebutkan asal,
fur’u (furu’), hukum asal dan ‘ilat; kedua menyebutkan asal, fur’u dan hukum
asal dan ketiga; menyabutkan, asal, hukum asal, fur’u dan ‘ilat.
Dalam penggunaan qiyas Imam Malik sangat ketat; hal ini berbeda dengan Abu
Hanifah yang leluasa menggunakannya.
f. Al-Qiyas
14. Al-Masalih al-Mursalah adalah kemaslahatan yang menjadi tujuan syara’
bukan kemaslahatan yang semata-mata berdasarkan keinginan dan hawa nafsu
manusia saja. Sebab, disadari sepenuhnya, bahwa tujuan pensyari’atan hukum
tidak lain adalah untuk merealisir kemaslahatan bagi manusia dalam berbagai
segi dan aspek kehidupan mereka di dunia dan terhindar dari berbagai bentuk
yang bisa membawa kepada kerusakan. Dengan kata lain, setiap ketentuan
hukum yang telah digaris oleh syari’ adalah bertujuan untuk menciptakan
kemaslahatan bagi manusia.
Al-Masalihul Mursalah adalah suatu metode istinbat hukum yang didasarkan
atas pertimbangan adanya kemaslahatan/kebaikan yang tidak tampak dalam
dalil khusus. Metode ini dapat dikategorikan teori rasional. Menurut Ali Yafie,
Imam Malik mempunyai doktrin bahwa rasio harus diperhatikan guna
pertimbangan kemaslahatan.
Tidak dapat disangka bahwa di kalangan mazhab ushul memang terdapat
perbedaan pendapat tentang kedudukan maslahat mursalah dan kehujjahannya
dalam hukum Islam baik yang menerima maupun yang menolak.
g. Al-Masalih al-Mursalah
15. Pada dasarnya Istihsan adalah berkaitan dengan penerapan atau pelaksanaan
ketentuan hukum yang sudah jelas dasar dan kaidahnya secara umum baik nas,
ijma’, atau qiyas, tetapi ketentuan hukum yang sudah jelas ini tidak dapat
diberlakukan dan harus diubah karena berhadapan dengan persoalan yang
khusus dan spesifik.
Dengan kata lain, istihsan pada dasarnya mengenyampingkan ketentuan
umum yang sudah jelas dan pindah kepada ketentuan yang khusus karena
adanya alas an kuat yang menghendakinya. Artinya, persoalan khusus yang
seharusnya tercakup pada ketentuan yang sudah jelas, tetapi karena tidak
mungkin dan malah tidak tepat diterapkan, maka harus berlaku ketentuan
khusus sebagai pengecualian dari ketentuan umum atau yang sudah jelas tadi.
Bagi kalangan Malikiyah istihsan ialah mengamalkan dan memilih dalil
yang terkuat dari dua dalil yaitu :
h. Al-Istihsan
الدليلين بأقوى العمل هو
16. Az-Zarai’ merupakan metode istinbat hukum yang ditarik dengan aturan
logika berikut: apa yang membawa haram adalah haram, apa yang membawa halal
adalah halal, apa yang mendatangkan kemaslahatan adalah dituntut, dan apa yang
mendatangkan kerusakan diharamkan.
Dalil-dalil/kehujjahan Zarai’adalah:
a.Al-Quran
واسمعوا انظرنا وقولوا راعنا تقولوا ال امنوا اللذين يايها)البقرة:2/104(
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada
Muhammad): "Raa'ina", tetapi katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah (al
Baqarah: 2/104)
Dan Firman Allah
يعدون إذ البحر حاضرة كانت التي القرية عن وسئلهم
يسبتون ال ويوم شرعا سبتهم يوم حيتانهم تأتيهم اذ السبت في
يفسقون كانوا بما نبلوهم كذلك تأتيهم ال)األعراف:7/163(
i. Al-Zarai’
Lanjutannya
17. Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeriyang terletak di dekat laut
ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka
ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan
di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka.
Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. (al-A’raf:
7/163)
b.Al-Sunnah
يريبك ال ما الى يريبك ما دع
Tinggalkan apa yang membuatmu ragu, beralihlah kepada yang tidak
meragukan.
متشبهات أمور وبينهما بين الحرام وان بين الحالل ان
Sesungguhnya perkara halal adalah jelas, dan perkara haram juga jelas,
sedangkan di antara keduanya adalah sesuatu yang samar.
18. ‘Urf secara bahasa memiliki beberapa makna: sesuatu yang biasa yang
dianggap baik dan sesesuatu yang luhur, firman Alloh: dan di atas A'raafitu ada
orang-orang (QS. Al-A’raf: 46), berkesinambungan, firman Allah, Demi
malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan (QS. Al-mursalat: 1).
Sedangkan secara istilahi adalah apa yang biasa dilakukan oleh manusia baik
perbuatan maupun ucapan.
Dalil-dalil ‘Urf:
1. Al-Qur’an:
Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf,
serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al-A’raf:
199)
2. Hadist:
Apa yang dilihat umat Islam baik maka di sisi Allah juga baik dan apa
yang dilihat oleh umat Islam buruk maka disisi Allah juga buruk. (HR.
Ibnu Mas’ud)
Contoh ‘Urf, Imam Malik membolehkan menjual buah yang ada di atas pohon
dan tampak dan ada yang tidak tampak seperti, mangga, rambutan dan lain-lain.
Karena urusan untuk dagang sebagai kebiasaan ‘Urf masyarakat kebanyakan.
j. Al-‘Urf
19. Ibnu Hazm mendefinisikan Al-Istishab: tetapnya hukum asal yang terdapat
dalam nas-nas sehingga ada dalil yang merubahnya. Sedangkan menurut Maliki,
Syafi’i, Dhohiri, Hambali, istishab adalah hujjah secara mutlak untuk
menentukan hukum sampai ada dalil yang merubahnya selama tidak ada dalil
yang melarang. Misalnya keadaan orang hilang yang tidak diketahui jejaknya,
maka ia mendapat hak yang positif dari yang lain, ia mendapatkan warisan dari
orang lain dan mendapat bagian dari warisan tersebut dan berhak baginya wasiat
dengan menganggapnya dia masih hidup, dia masih mendapat hak-hak
sebagaimana sebelum dia hilang.
k.Al-Istishab
20. 3. Thaharah (Bersuci)
Pengertian
Thaharah adalah kebersihan dan terbebas dari segala jenis hadats dan najis. Dalam
kitab Lisanul ‘Arab disebutkan thohura thuhran wa thoharotan kata ath thuhur
berarti lawan dari haid.
Pembagian Thaharah
Thaharah menurut syariat terbagi menjadi dua bagian, yaitu thaharoh dari hadats
dengan cara berwudu dan mandi atau tayamum sebagai pengganti keduanya. Serta
thaharah dari hubuts.
1) Wudhu
Dalil yang mewajibkan wudhu:
ياايهاالذينآمنواإذاقمتمإلىالصالةفاغسلواوجوهكموأيديكمإلىالمرافقوامسحوابرئوسكموأرجلكمإلى
الكعبينز)المائدة:٦(
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah
kepalamu dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (al
Maidah 6)
Next
21. اليقبلّاللصالةبغيرطهوروالصدقةمنغلول)بخارى(
Artinya : Allah SWT tidak menerima shalat seseorang tanpa bersuci serta shadaqah
dari tipuan”
حديثأبىهريرةرضيهللاعنه:عنرسولّاللصمفال:ّإنّاللاليقبلصالةأحدكمإذاأحدثىّتح
ّأضيتو)بخرىومسلم(
Artinya : Diriwayatkan dari Abi Hurairah Radliallahu‘anhu, katanya Rasulullah
SAW bersabda: “Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats
sehingga dia berwudlu”. (Bukhari dan Muslim)
Siapa dan kapan diwajibkan wudhu itu
Yang diwajibkan berwudlu adalh Aqil dan Baligh. Adapun waktu yang
mewajibkan wudhu adalah ketika hendak mendirikan shalat.
Next
22. Tata cara wudhu
وعنحمرانّانعثمانرضيّاللعنهدعابوضوءفغسليهّفكثالثاتّمرّمثتمضمضواستنشقو
استنثرّمثغسلوجحهثالثاتّمرّمثغسليدهاليمنىّتحينتهيإلىالمرفقثالثاتّمرّمثاليسرىمثل
ذلكّمثمسحبرأسهّمثغسلرجلهاليمنإلىالكعبينثالثاتّمرّمثالبسرىمثلذلكّمثقال:رأيترسول
ّاللصمّأضتونحووضوءهذا.)فقّتمعليه(
Artinya : Dari Humran bahwa Utsman R.A. meminta air wudhu lalu ia
mencuci kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian berkumur
kumur dan memasukkan air ke dalam hidungnya lalu
menghembuskannya, kemudian ia membasuh wajahnya tiga kali,
kemudian ia mencuci tangan kanannya hingga siku tiga kali,
kemidian yang kiri seperti itu, kemudian ia mengusap kepalanya,
kemudian mencuci kaki kanannya hingga mata kaki tiga kali,
kemudian yang kiri seperti itu, kemudian berkata, “Aku melihat
Rasulallah SAW berwudhu seperti wudhuku ini. (Muuttafaqu ilaihi)
Next
23. 2) Mandi
Mandi terbagi menjadi 2 bagian yaitu mandi ‘urfi yaitu mandi sebagaimana
umumnya dilakukan setiap orang dalam rangka membesihkan badannya untuk
menghilangkan kotoran dan keringat yang menempel. Sedangkan mandi syar’I
adalah salah satu bentuk bersuci/thaharah yang wajib dilakukan karena hal-hal
tertentu yang ditetapkan syariah.
وإنكنتمجنبافاطهروا
Hal-hal yang mewajibkan mandi
1.Keluarnya darah perempuan:
Ada 3 macam darah perempuan yang keluar serta mewajibkan seseorang
mandi besar yaitu:
- Haid : darah yang keluar setiap bilan secara wajar
- Isthadhah : darah penyakit
-Nifas : dara yang keluar setelah melahirkan
2.Bersetubuh
عنأبىّيسعيدالحدررضيهللاعنهقالرسولهللاّلصهللاعليهوسلم:"الماءمنالماء)"رواهمسلم(
Dari Abu said Alkhudri Radiyalahu Anhu, dia berkata: “Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wai ssallam bersabda ‘air itu dari air’” (HR. Muslim lafadznya dari
Albukhori)
24. KESIMPULAN
Imam Malik adalah pendiri madzhab Maliki, ia di kenal di Madinah maupun di luar
Madinah sebagai pakar hukum dan pakar hadis. Ia hidup di masa kekhalifahan
Umayyah dan Abbasiyah, namun ia lebih banyak hidup pada era Abbasiyah.
Hampir sebagian besar kehidupannya, digunakan untuk mengajar dan menelaah
ilmu yang disebarkan kepada murid-muridnya. Tidak kurang dari tujuh puluh tahun
lamanya Imam Malik tidak kenal lelah mengajarkan ilmunya yang dikuasainya.
Setelah tampil Imam Malik dengan pemahaman tersendiri tentang ajaran Islam,
maka orang berbondong-bondong dari berbagai penjuru datang ke Madinah untuk
belajar kepada Imam Malik penuh sesak oleh orang-orang yang ingin menimba ilmu
kepada Imam Malik.