1. SUMBER DAN METODE HUKUM ISLAM DI INDONESIA
Sumber hukum islam berasal dari potensi-potensi insane dan sumber ilahi, pada dasarnya,
sumber hukum islam adalah sumber naqliyyah dan ‘aqliyyah.s
Penggabungan kedua sumber ini telah melahirkan sumber ketiga, yakni kasyfiyyah, yaitu
kebenaran yang bersumber dari intuisi atau kebenaran intuitif.
Sumber hukum naqliyyah ada yang bersifat “orisinal” (Ashliyy) dan bersifat “tambahan”
(taba‟iyy). Sumber hukum yang bersifat “tambahan” ini ialah ijma. Oleh karenanya pakar hukum
islam menyatakan bahwa sumber hokum ada tiga. Pertama al-Qur‟an; kedua, Sunnah, dan ketika
Ijtihad.
Sumber ijma‟ yang menjadi sumber hokum yang mempunyai kekuatan yang tetap dan
pasti (qat‟iyy) ialah ijma salaf , sesuatu yang diketahui sebagai sebagai pokok utama dalam
ajaran agama atau yang disebut para pak diiar ulama islam (Maa „ulima diini biidi dloruroh).
Contoh ijma‟ Salaf yang di jadikan sumber hukum islam yang berkualitas qath‟iyy ialah ijma‟
para Sahabat dalam menafsirkan al-Qur‟an surat Bani Isra‟il ayat 78 yang berbunyi:
Artinya : Dirikanlah shalat ketika matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah
pula) shalat subuh. Sesungguhnya shalat Suhuh itu disaksikan (oleh malaikat).
Ijma‟ Salaf tersebut di atas berdasarkan pula kepada Sunnah Rosul yang menyatakan bahwa
kewajiban shalat itu adalah lima kali sehari-semalam.
Sumber hukum kewajiban shalat lima kali dari Sunnah, antara lain, sabda Rosulullah saw.
Artinya : Shalat lima waktu itu bagaikan air sungai yang airnya bersih dan jernih yang ada
di setiap pintu rumahmu. Penghuni rumah itu mandi lima kali sehari semalam
sehingga tidaklah terdapat sedikitpun kotoran.
2. Ijma‟ yang bersifat zanny ialah ijma‟ yang di lakukan oleh mutaakhirin. Oleh karena itu, ijma‟
dalam pengertian ini sering kali di definisikan sebagai berikut:
Artinya : “Ijma‟ ialah kesepakatan para mujtahid Muslim pada waktu tertentu setelah
wafat nabi saw., tentang suatu hukum islam yang berkenaan dengan praktis
Ijtihad adalah sumber hukum islam, dan sumber kebenaran naqliyah yang di hasilkan
berdasarkan penalaran rasional yang tetap mengacu kepada sumber-sumber naqliyah.Dan sumber
hukum yang di hasilkan berdasarkan penalaran rasional yang paling banyak di sepakati ialah
Qiyas. Metode yang menghasilkan sumber hokum „aqliyah seperti: istihsan,istishab, dan
sebaginya.
Metode Naqliyah-Aqliyyah
Sumber hokum naqli yaitu al-Qur‟an dan Sunnah adalah sumber yang ditransmisi, sumber yang
diterima melalui penuturan berkesinambungan.Sumber naqliyah juga adalah sumber aqliyah.
Tiga metode bahwa al-Qur‟an itu diperoleh secara naqliyyah: al-Tajribat al-Hissiyah
(pengalaman empirik); al-Tawa „tur atau al-Mutawatirat atau transmited data (data yang
ditransmisi melalui periwayatan yang ketat), dan al-istiqa, yaitu pengujian kebenaran sumber
naqliyy secara induktif.
Al-Tajribah al-Hissiyah
Al-Tajribah al-Hissiyah, yakni pengalaman indrawi atau empirik adalah salah satu metode untuk
memperoleh pengetahuan hukum dan sumber hukum islam. Sebagaimana telah diketahui bahwa
pengalaman empiric itu diperoleh melalui penelitian dan pengamatan. Karena dalam hukum
islam terdapat hukum naqliyyah, yakni sumber kebenaran berdasarkan pengalaman orang lain,
Pengalaman empirik ialah pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh akal dan indera (al-
Hiss) secara bersama-sama. Pengetahuan yang diperoleh melalui indera (al-hiss) ada yang di
namai dengan al-Tajribah, dan ada pula yang membaginya ke dalam dua ketegori; pengetahuan
yang di peroleh melalui al-Tajribah dan melalui Hadasiyyah.