Dokumen tersebut membahas tentang partisipasi masyarakat terhadap penerapan e-government dalam pelayanan perizinan di Kabupaten Boyolali. Secara keseluruhan, partisipasi masyarakat dinilai cukup dengan skor 4237 meskipun masih ditemukan beberapa faktor yang menghambat seperti rendahnya kemampuan masyarakat dalam menggunakan teknologi.
3. Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah merambah ke dunia
pemerintahan. Tuntutan reformasi birokrasi membawa teknologi informasi
untuk ikut serta berperan dalam pemerintahan terutama dalam inovasi
pelayanan publik. Di Indonesia sudah banyak E-Government yang diterapkan
oleh pemerintah seperti e-KTP,e-passport service, e-procurement (pengadan
barang dan jasa), dsb. Oleh karena itu Sejak penggunaan ICT (Information
Communication Technology) telah merambah secara luas ke dalam kehidupan
organisasi sektor publik, ternyata pemanfaatan teknologi tersebut tidak hanya
mampu menggiring atas terjadinya pergeseran yang positif dibidang proses dan
prosedur penyusunan kebijakan publik, tetapi juga mampu menciptakan
terjadinya peningkatan tranparansi dan akuntabilitas hampir diseluruh fungsi
pemerintahan, dan dapat pula meningkatkan jumlah cost saving pada kegiatan
administrasi pemerintahan. Bahkan lebih dari pada itu penerapan E-
Government secara kuantitatif mampu memperluas cakupan pelayanan,
sedangkan secara kualitatif juga sangat efektif dalam menumbuhkan tingkat
kepuasan masyarakat penerima jasa layanan yang disedikan oleh pihak
pemerintah sebagai provider-nya. Dengan kata lain dapat pula dikatakan bahwa
penerapan E-Government secara esensial merupakan tindakan inovatif bagi
terselenggarakannya pelayanan publik yang dapat menciptakan kepercayaan
dan kepuasan masyarakat kepada pemerintah.
4.
5. United Nations (UN) e-Government Survey 2020
telah menempatkan Indonesia pada peringkat 88
atas pengembangan dan pelaksanaan e-
government atau sistem pemerintahan berbasis
elektronik (SPBE). Hasil di tahun 2020 yang
dirilis pada bulan Juli, menunjukkan kenaikan 19
peringkat dibandingkan tahun 2018 yang berada
di urutan 107 dan urutan 116 di tahun 2016.
6. Secara keseluruhan, Indonesia mencetak skor
0.6612 di dalam grup High e-Government
Development Index (EGDI) di UN e-Government
Survey 2020 sehingga berhasil menempatkan
Indonesia masuk 100 besar peringkat dunia di posisi
88 dari 193 negara. Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) mempredikatkan negara-negara yang
mendapatkan poin lebih dari 0.75 sebagai Very High
EGDI, untuk poin 0.50 sampai 0.75 sebagai High
EGDI, poin 0.25 sampai 0.50 sebagai Middle EGDI,
dan kurang dari 0.25 sebagai Low EGDI.
7. Survei PBB kali ini mengusung tema Digital
Government in the Decade of Action for
Sustainable Development. Tujuan dari survei ini
adalah sebagai alat bantu pembangunan bagi
negara-negara anggota PBB untuk
mengidentifikasi kekuatan dan tantangan masing-
masing dalam upaya mempertajam implementasi
kebijakan dan strategi pengembangan penerapan
sistem pemerintahan berbasis elektronik.
8. Indonesia juga patut berbangga, karena dalam rilis
yang dikeluarkan oleh EGDI, Indonesia berhasil
melompat naik 35 peringkat pada e-Participation
Index tahun 2020, dari yang sebelumnya peringkat
92 pada tahun 2018, menjadi peringkat 53 pada
tahun 2020 dengan skor 0.7500. Skor ini sudah di
atas rata-rata dunia dengan skor 0.5677, di atas
rata-rata Regional Asia dengan skor 0.6294, dan
juga di atas rata-rata Regional Asia Tenggara
dengan skor 0.6126. Hal ini membuat Indonesia
naik predikat dari yang sebelumnya termasuk
dalam grup High e-Participation Index menjadi
grup Very High e-Participation Index.
9. Menurut laporan e-Government Survey 2020,
meskipun dihadapkan dengan banyak tantangan,
negara-negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk
Indonesia mampu membuat kemajuan menuju
transformasi digital. Salah satu contohnya, Indonesia
telah memiliki sistem pencatatan sosial berbasis
digital yang berfungsi sebagai pintu gerbang dalam
program perlindungan sosial dengan bantuan langsung
tunai dan bantuan darurat yang dikirim langsung ke
masyarakat yang membutuhkan. Sistem registrasi
digital seperti ini memungkinkan transparansi dan
akuntabilitas dalam rangka memastikan perlindungan
sosial di suatu negara. Inisiatif yang dimaksud adalah
Standar Pengelolaan Basis Data Terpadu Untuk
Program Perlindungan Sosial.
Hasil ini tentu saja menjadi kabar yang
baik bagi penyelenggaraan SPBE di
Indonesia. Diharapkan, seluruh aspek
bangsa terus mampu berkomitmen
penuh untuk mendukung pemerintahan
digital dan pembangunan berkelanjutan
dalam rangka memenangkan persaingan
global
10. 1. Kesempatan untuk berpartisipasi dengan skor 1530 dinilai Cukup, dengan
tingkat keterbukaan informasi DPMPTSP dan ketersediaan fasilitas layanan
informasi yang memadai. Akan tetapi masih ada beberapa faktor kesempatan
untuk berpartisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan E-Government masih
rendah, diantaranya masyarakat tidak tahu tentang adanya sosialisasi
mengenai perizinan online meskipun sosialisasi sudah dilaksanakan oleh
11. 2. Kemauan untuk berpartisipasi dengan skor 1499 dinilai Cukup, dengan
antusias masyarakat yang menggunakan fasilitas layanan informasi yang
tinggi, tingkat masyarakat yang menginginkan perubahan cara lama ke cara
baru yang sangat besar serta masyarakat yang menilai bahwa perzinan online
lebih baik daripada pelayanan manual yang sangat besar pula. Akan tetapi
masih ada beberapa faktor yang membuat kemauan untuk berpartisipasi
masyarakat terhadap pelaksanaan E-Government masih rendah, diantaranya
12. 3. Kemampuan untuk berpartisipasi dengan
skor 1208 dinilia Buruk, Hal ini
ditunjukkan hampir keseluruhan indikator
menunjukkan skor yang sangat
rendah seperti, kemampuan menggunakan
internet, kemmpuan mengakses
website resmi DPMPTSP, kemampuan
menggunakan perizinan online, dan
kebiasan menggunakan pelayanan online.
Disisi lain keahlian masyarakat
dalam menggunakan laptop/handphone
berdasarkan alasan yang diberikan
oleh masyarakat menunjukkan mayoritas
13. secara keseluruhan yang mempengaruhi rendahnya partisipasi
masyarakat kaitannya dengan E-Government sebagai inovasi pelayanan publik
dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat terhadap E-Government dalam
mendorong pelayanan perizinan di Kabupaten Boyolali dengan skor 4237 dinilai
CUKUP. Akan tetapi partisipasi masyarakat masih dianggap belum maksimal,
karena masih ditemukan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat
enggan untuk menggunakan perizinan online sebagai bentuk penerapan E-
14.
15. Makna isu dalam lingkup analisis kebijakan
publik, termasuk kebijakan
pendidikan bukanlah seperti sebagaimana
masyarakat awam memaknainya dalam
pembicaraan sehari-hari. Dalam makna
sehari-hari, terminologi isu dimaknai secara
salah kaprah. la dimaknai dengan konofasi
yang negatif. Isu dimaknai identik
dengan "kabar burung".
16. suatu kebijakan yang masih kontoversi, semisal kebijakan pendidikan tentang
Kurikulum Timgkat Satuan Pendidikan, Sertifikasi guru, bahkan Badan Hukum
Pendidikan sekalipun telah masuk dalam Sisdiknas, namun masyarakat yang
peduli akan pendidikan, apalagi masyarakat yang berorientasi populis, semuanya
masih kontroversi. Hal tersebut masih merupakan sebuah isu kebijakan.