1. 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah menberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyeleseikan tugas makalah yang berjudul “Iman dan Taqwa” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam II yang diampu oleh Bapak Abdul Hamid Aly S.Pd, M.Pd. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang keimanan dan ketaqwaan bagi
para pembaca dan juga penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul
Hamid Aly S.Pd, M.Pd. yang telah memberikan tugas sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penulisan makalah ini sehingga kami dapat menyeleseikan makalah ini. Kami
menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Malang, Maret 2020
2. 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..3
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….3
1.3 Tujuan Pembelajaran…………………………………………………………….3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Makna iman dan taqwa, Keterkaitan iman dan taqwa………………………….4
2.2 Ciri-ciri mukmin sejati dalam Al-Qur’an………………………………………5
2.3 Perbedaan kafir, dlolim, dan munafiq…………………………………………..7
2.4 Upaya peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaannya……………………..8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..10
3.2 Saran…………………………………………………………………………....10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………11
3. 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain atau dengan
kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial manusia harus
memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidak mengalami hambatan
atau masalah dengan manusia lain. Proses pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah
keimanan dan ketakwaan seseorang. Keimanan dan Ketakwaan seseorang berbanding lurus
dengan akhlak seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimanan dan ketakwaan
seseorang maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan
adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan ketakwaan
sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak ia lahir dan melekat pada dirinya hanya saja
sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh
lingkungan sekitarnya maka potensi tersebut akan semakin muncul atau sebaliknya potensi
itu akan hilang secara perlahan.
1.2 Rumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang diatas, maka kami dapat mengambil perumusan
masalah sebagai berikut :
a. Apa makna iman dan taqwa, Keterkaitan iman dan taqwa?
b. Bagaimana ciri-ciri mukmin sejati dalam Al-Qur’an?
c. Apa perbedaan kafir, dlolim, dan munafiq?
d. Bagaimana upaya peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaannya?
1.3 Tujuan
Maka berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan prnulisan makalah ini adalah
sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui makna iman dan taqwa serta keterkaitan antara keduanya
b. Untuk mengetahui ciri-ciri mukmin sejati dalam Al-Qur’an
c. Untuk mengetahui perbedaan kafir, dlolim, dan munafiq
d. Untuk mengetahui upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Makna iman dan taqwa, Keterkaitan iman dan taqwa
Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan
demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus
diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja
amina-yu’manu – amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya
menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada
Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap
kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang
telah dipercayainya, masih disebut orang yang beriman. Hal itu disebabkan karena
adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah
dan dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi Islam.
Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-
orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-
orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan
dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal
perbuatan (Al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil arkaan).
Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan
laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau
gaya hidup.
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa
dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan
ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).
Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah
Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.
Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan
kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.
5. 5
Keterkaitannya Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang
berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni
orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan
rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah. Orang yang bertakwa adalah orang
yang benar imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki
sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang
berakhlak mulia merupakan cirri-ciri dari orang yang bertaqwa.
Tahuid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan
Sifat, dan keesaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan
Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau
konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan
yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber
semua wujud.
Tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal
ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa
ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengartian tauhid
praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan
kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah
Allah semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan
langkah.
2.2 Ciri-ciri mukmin sejati dalam Al-Qur’an
Orang beriman dalam Alquran disebut mukmin. Mukmin ialah orang yang
benar-benar beriman kepada Allah SWT. Mematuhi segala perintah dan menjauhi
seluruh larangan-Nya. Itulah mukmin sejati. Mukmin sejati kelak akan mendapatkan
surga dan keridaan Allah SWT. Di dalam Al Qur’an Allah. tidak mengakui keimanan
seseorang manakala kepribadiannya tidak mencerminkan seorang Muslim sejati.
Sebagaimana Allah Subhanahu Wata’ala berfirman yang artinya: ٨ َمََِٱ نا ِ مَن ي نِا
منِنِابَٱِه ََ ما ِۡ ِِيۡل ِِِم َِه ِ ََِِه مَنناَ
“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allahdan Hari
Kemudian,’ padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”
(Al-Baqarah:8). berikut ini adalah penjelasan singkat tentang ciri-ciri orang yang
beriman:
1. Takut pada Allah
Ciri yang utama pada seorang yang beriman adalah ia takut pada Allah SWT.
Ia tidak akan berani melanggar apapun larangan Allah dan akan selalu mentaati setiap
perintah Allah SWT. Allah Ta’ala berfirman:
ُ َوَهَِمَْ ُت ِج َ َِي ِۡرََ نَِا ٱنِيَ ي َِْنِاُبَٱُي مٱَمِا
6. 6
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka” (QS. Al-Anfal: 2).
2. Khusyu’ saat sholat
Ciri kedua dari orang yang beriman adalah lebih khusyu’ dalam sholat baik
sholat wajib maupun sunnat. Orang yang telah memiliki keimanan yang kuat akan
lebih khusyu’ dalam sholat meski banyak gangguan. Allah Ta’ala berfirman:
َِْيَِمِ ُ ِوِ َا ِِِ ُ ََ ٱنِيَ ن
(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya (Q.S. Al-Mukminun 23: 2)
3. Senang mendengar bacaan ayat Al Quran
Orang yang beriman juga selalu senang mendengan lantunan ayat suci Al
Quran. Tak hanya itu saja, keimanan dalam hati mereka juga semakin bertambah
ketika mendengar ayat-ayat Allah. Allah Ta’ala berfirman:
مَن ِٱٱِا ُ َوُ نعَ ََِِْْنٱَ ُ ِوُممد ُتمِمَ نَِا
“dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)”
(QS. Al-Anfal: 2)
4. Senang berinfak
Orang yang beriman juga sangat senang berinfak karena ia tahu bahwa infak
dan sedekah adalah bukti keimanan seseorang. Allah Ta’ala berfirman:
ََِِْ َنٱ ُ َوِنَُْن مَٱِا
“dan yang menginfakkan rizki yang Kami berikan kepada mereka” (QS. Al-Anfal: 3).
5. Tidak mengerjakan hal yang sia-sia
Orang yang beriman tidak akan melakukan hal yang sia-sia atau tidak
bermanfaat. Ia justru terlalu sibuk untuk melakukan ibadah yang akan menambah
keimanannya. Allah Ta’ala berfirman:
ََُِِّم ن ِند ُ ََ ٱنِيَ ن َِِْ ُِۡيَا
“dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang sia-
sia.” (Q.S. Al-Mukminun 23: 3)
7. 7
2.3 Perbedaan kafir, dlolim, dan munafiq
1. KAFIR
Kafir bermakna orang yang ingkar,yang tidak beriman (tidak percaya) atau
tidak beragama Islam. Dengan kata lain orang kafir adalah orang yang tidak mahu
memperhatikan serta menolak terhadap segala hukum Allah atau hukum Islam
disampaikan melalui para Rasul (Muhammad SAW) atau para penyampai
dakwah/risalah. Perbuatan yang semacam ini disebut dengan kufur. Kufur pula
bermaksud menutupi dan menyamarkan sesuatu perkara. Sedangkan menurut istilah
ialah menolak terhadap sesuatu perkara yang telah diperjelaskan adanya perkara yang
tersebut dalam Al Quran. Penolakan tersebut baik langsung terhadap kitabnya ataupun
menolak terhadap rasul sebagai pembawanya.
Tanda Orang Kafir:
1.Suka pecah belahkan antara perintah dan larangan Allah dengan RasulNya.
2.Kafir (ingkar) perintah dan larangan Allah dan RasulNya.
3.Iman kepada sebahagian perintah dan larangan Allah (dari Ayat Al Quran), tapi
menolak sebahagian daripadanya.
4.Suka berperang dijalan Syaitan (Thoghut).
5.Mengatakan Nabi IsaALMasihi adalah anak Tuhan.
6.Agama menjadi bahan senda gurau atau permainan .
7.Lebih suka kehidupan duniawi sehingga aktiviti yang dikerjakan hanya mengikut
hawa nafsu mereka, tanpa menghiraukan hukum Allah yang telah diturunkan.
8.Mengingkari adanya hari Akhirat, hari pembalasan dan syurga dan neraka.
9.Menghalangi manusia ke jalan Allah.
2. DLOLIM/ZALIM
Zalim (Arab: ,ِمظ Dzholim) dalam ajaran Islam adalah meletakkan sesuatu/
perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat zalim disebut zalimin dan lawan
kata dari zalim adalah adil. Kata zalim berasal dari bahasa Arab, dengan huruf “dzho
lam mim” (ظ م ِ ) yang bermaksud gelap. Di dalam al-Qur’an menggunakan kata
zhulm selain itu juga digunakan kata baghy, yang artinya juga sama dengan zalim
yaitu melanggar hak orang lain. Namun pengertian zalim lebih luas maknanya
ketimbang baghyu, tergantung kalimat yang disandarkannya. Kezaliman itu memiliki
berbagai bentuk di antaranya adalah syirik.
Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis,
tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan,
melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan
banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada
dasarnya sifat ini merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan
8. 8
akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan
kebaikan
3. MUNAFIK
Munafik adalah orang yang termasuk golongan orang yang tidak mendapat
hidayah atau petunjuk dari Allah, sehingga jalan hidupnya yang ditempuhi tidaklah
mengandungi nilai-nilai ibadah dan segala amal yang dikerjakan tidak mencari
keredhaan Allah. Orang munafik adalah orang yang bermuka dua, mengaku beriman
padahal hatinya ingkar. Perbuatan orang munafik disebut Nifaq. Mereka ini hanya
pada mulutnya saja, kemudian dalam perbuatannya sehari-hari tampak baik, tapi
hanya tipu belaka saja. Artinya segala amal perbuatan yang dikerjakan itu bukan
ditegakkan di atas dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah, akan tetapi hanya
didasarkan pada perasaan dan hawa nafsunya semata-mata untuk mencari muka,
penampilan, mengambil hati dalam masyarakat dan pandangan orang belaka. Segala
perbuatan baiknya itu hanya dijadikan tempat berlindung untuk menutupi segala
keburukan I'tikad dan niatnya.
Cirinya berdasarkan hadits, Nabi Muhammad mengatakan: “Tanda-tanda
orang munafik itu ada tiga, yaitu; jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari
dan jika dipercaya berkhianat”.
2.4 Upaya peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaannya
Adapun cara meningkatkan kadar keimanan sesuai dengan agama islam adalah
sebagai berikut :
1. Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadits
a. Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya.
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai
kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan
Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang
yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu
membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari
ketenangan.
b. Pelajarilah ilmu mengenai Asma’ul Husna,
Sifat-sifat Yang Maha Agung.Bila seseorang memahami sifat Allah
yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan
menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang
tidak disukai Allah. Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah,
Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk
bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi
berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya
(yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
9. 9
2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma’rifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana
alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu
menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang
rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom. Adalah
lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan manusia, pastilah
diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah
kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada
Sang Pencipta alam semesta ini.
3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap
melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan
usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk,
selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal,
penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka
buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir,
istighfar, mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak
orang lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk
bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat
berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).
10. 10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia untuk
merasakan kebahagiaan hidup. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah apabila memenuhi
tiga unsure akidah dalam islam. Yaitu: isi hati, ucapan, dan tingkah laku. Keimanan dan
ketakwaan merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan dari diri manusia. Oleh karenanya
orang yang bertakwa adalah orang yang berpandangan hidup dengan ajaran-ajaran Allah
menurut sunnah rasul. Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan
bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan
shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya
ajaran Allah.
3.2 Saran
Hendaknya umat muslim senantiasa berperilaku terpuji agar iman dalam dirinya
meningkat. Menghindari sikap tercela dan senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberi Allah
SWT. Hindari sikap seperti kafir, dlolim, dan munafik. Karena pada dasarnya sikap ini akan
membawa kesesatan bagi umat mukmin dan menjauhkan dari jalan Allah SWT.