1. Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh
menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini
mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung atas : ketepatgunaan cairan
jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan
ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan
subendotel dan membentuk agregasi. Bila trombosit
Prinsip pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak terjadi luka kecil pada
permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang standard. Ada 2 teknik yang dapat
digunakan, yaitu teknik Ivy dan Duke. Kepekaan teknik Ivy lebih baik dengan nilai normal 1-6
menit. Teknik Duke nilai normal 1-8 menit. Teknik Ivy menggunakan lengan bawah untuk insisi
merupakan teknik yang paling terkenal. Aspirin dan antiinflamasi dapat memperlama waktu
perdarahan.
Uji ini tidak boleh dilakukan jika penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan atau aspirin;
pengobatan harus ditangguhkan dulu selama 3 – 7 hari.
Prosedur
1. Metode Ivy
o Pasang manset tensimeter pada lengan atas pasien kemudian atur tekanan pada 40
mmHg. Tekanan ini dipertahankan hingga pemeriksaan selesai.
o Pilih lokasi penusukan pada satu tempat kira-kira 3 cm di bawah lipat siku.
Bersihkan lokasi tersebut dengan kapas alkohol 70 %, tunggu hingga kering.
o Tusuk kulit dengan lancet sedalam 3 mm. Hindari menusuk vena.
o Hidupkan stopwatch saat darah mulai keluar kemudian isap darah yang keluar
dengan kertas saring setiap 30 detik.
o Matikan stopwatch pada saat darah berhenti mengalir.
o Kurangi tekanan hingga 0 mmHg lalu lepas manset tensimeter.
o Hitung masa perdarahan dengan menghitung jumlah noktah darah yang ada pada
kertas saring. Jika telah lewat 10 menit perdarahan masih berlangsung, maka
hentikan pemeriksaan ini.
2. Metode Duke
o Bersihkan anak daun telinga dengan kapas alkohol 70 %, tunggu hingga kering.
o Tusuk pinggir anak daun telinga dengan lancet sedalam 2 mm.
o Hidupkan stopwatch saat darah mulai keluar kemudian isap darah yang keluar
dengan kertas saring setiap 30 detik.
o Matikan stopwatch pada saat darah berhenti mengalir.
o Kurangi tekanan hingga 0 mmHg lalu lepas manset tensimeter.
o Hitung masa perdarahan dengan menghitung jumlah noktah darah yang ada pada
kertas saring.
Masalah Klinis
2. HASIL MEMENDEK : Penyakit Hodgkin
HASIL MEMANJANG : idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), abnormalitas trombosit,
abnormalitas vascular, leukemia, penyakit hati serius, disseminated intravascular coagulation
(DIC), anemia aplastik, defisiensi faktor koagulasi (V, VII, XI). Pengaruh obat : salisilat
(aspirin), dekstran, mitramisin, warfarin (Coumadin), streptokinase (streptodornasi, agens
fibrinolitik).
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Metode yang digunakan; teknik yang tidak tepat – bila terjadi luka pungsi yang mungkin
lebih dalam daripada yang seharusnya. Bila tetesan darah ditekan paksa pada permukaan
kertas dan tidak menunggu tetesan darah benar-benar terisap dengan sendirinya pada
kertas penghisap, hal ini dapat merusak partikel fibrin sehingga memperlama perdarahan.
Obat aspirin dan antikoagulan dapat memperlama perdarahan.
Pemeriksaan Masa Pembekuan Darah ( CLOTTING TIME )
3. CLOTTING TIME
(Masa pembekuan)
Tes masa masa pembekuan menurut Lee - White merupakan tes yang paling tua dan
kurang ketelitiannya . Tes ini mengukur waktu yang diperlukan oleh darah lengkap untuk
membeku di dalam tabung.
Metode Lee - White menggunakan 4 tabung masing - masing terisi 1 ml darah lengkap,
diinkubasi dalam suhu 370
C. Tabung perlahan - lahan dimiringkan setiap 30 detik supaya darah
bersentuhan dengan dinding tabung sekaligus melihat sudah terjadinya pembekuan. Darah
normal membeku 4 - 10 menit dalam suhu 370
C.
Uji ini menentukan lamanya waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku. Hasilnya menjadi
ukuran aktivitas faktor-faktor koagulasi, terutama faktor-faktor yang membentuk tromboplastin
dan faktor-faktor yang berasal dari trombosit, juga kadar fibrinogen
Defisiensi faktor pembekuan dari ringan sampai sedang belum dapat dideteksi dengan
metode ini, baru dapat mendeteksi defisiensi faktor pembekuan yang berat.
3. .
A. Pra Analitik
1. Persiapan pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan sample: darah vena
3. Prinsip:
Diambil darah vena dan dimasukkan kedalam tabung kemudian dibiarkan membeku . Selang
waktu dari saat pengambilan darah sampai saat darah membeku dicatat sebagai masa pembekuan
4. Alat dan bahan
Tabung reaksi 10 X 100 mm = 4 buah
Stop watch
Water bath
B. Analitik
I.Metode Tabung
Cara kerja :
1. Tempatkan ke 4 tabung reaksi ke dalam water bath (370
C)
2. Ambil darah vena 4 ml, segera jalankan stop watch pada saat darah tampak di dalam jarum .
Tuangkan 1 ml kedalam setiap tabung.
3. Setelah 3 menit mulailah mengamati tabung 1 . Angkat tabung keluar dari water bath dalam
posisi tegak lurus, lalu miringkan perhatikan apakah darah masih bergerak atau tida(membeku ).
Lakukan hal ini pada semua tabung setiap selang waktu 30 detik sampai terlihat darah dalam
tabung sudah tidak bergerak (darah sudah membeku ).
4. Catat selang waktu dari saat pengambilan darah sampai darah membeku sebagal masa
pembekuan.
Rumus : Rata - rata dari tabung 2,3,dan 4, hasil dibulatkan 0,5 menit.
Catatan : Nlilai rujukan 4-10 menit (370
C). Tes dapat dilakukan tanpa menggunakan water bath
, masa pembekuan pada suhu kamar lebih panjang. Disarankan tiap laboratorium untuk membuat
nilai rujukan masing - masing.
4. II. Metode kapiler
Alat
Kapas
Alkohol 70%
Lanset
Objek glass
Stopwatch
Cara kerja:
1. Basahi kapas dengan alcohol 70%
2. Desinfeksi ujung jari dengan dengan kapas alkohol dan biarkan kering
3. Ujung jari ditusuk dengan lanset sedalam 3 mm hingga keluar darah
4. Darah diteteskan sebanyak 2 tetes pada objek glass dan stopwatch dijalankan
5. Darah tadi diangkat dengan jarum tiap 30 detik sampai terlihat adanya benang fibrin
6. Waktunya dicatat
C. Pasca Analitik
Nilai rujukan :
I. 4 – 10 menit (37o
C)
II. 2 – 6 menit
Pemeriksaan Rumple Leed bertujuan untuk mendeteksi kelainan system vaskuler dan trombosit.
Metode yang biasa digunakan adalah DUKE atau metode IVY, dan metode yang digunakan pada
praktikum kali ini adalah metode DUKE. Sedangkan tujuan pemeriksaan waktu pendarahan adalah untuk
menilai factor-faktor hemostasis yang letaknya ekstravaskuler, tetapi keadaan dinding vaskuler dan
trombosit juga berpengaruh. Praktikum terakhir yaitu pemeriksaan waktu pembekuan, akan diperoleh
hasil yang dijadikan ukuran aktivitas factor-faktor koagulasi.
V. Alat dan Bahan :
Alat dan bahan yang digunakan pada Pemeriksaan Rumple Leed adalah:
1.Tensimeter
2.Stetoskop
Alat yang digunakan pada Pemeriksaan Waktu Pendarahan (Metode DUKE) adalah:
1. Lancet
2. Kapas alcohol
5. 3. Gelas obyek
4. Kertas saring
5. Stopwatch, penggaris
Alat yang digunakan pada Pemeriksaan Waktu Pembekuan
(Metode Lee and White) adalah:
1. Tabung Reaksi
2. Alat pengambilan darah vena
3. Stopwatch
4. Rak Tabung
5. Inkubator (kalau ada)
VI. Cara pemeriksaan :
A. Pemeriksaan Rumple Leed
Prinsip pemeriksaan :
Melakukan bendungan terhadap vena pada tekanan tertentu, bila didding kapiler kurang kuat akan
rusak/ pecah oleh bendungan dan terjadi pendarahan dibawah kulit.
Cara pemeriksaan:
1. Ukur tekanan systole dan diastole, ambil rata-ratanya.
2. Lakukan bendungan pada lengan atas pada tekanan rata-rata tersebut, mksimal 100 mmHg dan
pertahankan selama 10 menit.
3. Baca hasilnya pada volar lengan bawah kira-kira 4cm dibawah lipat siku dengan penampang 5cm.
B. Pemeriksaan Pemeriksaan Waktu Pendarahan (Metode DUKE).
Prinsip pemeriksaan:
Mengukur/ menghitung waktu yang digunakan saat keluarnya darah dari luka yang dibuat dengan
standart tertentu sampai berhentinya pendarahan lewat luka tersebut.
Cara Pemeriksaan :
1.Cuping telinga, tempat pemeriksaan dipijit-pijit atau digosok supaya hiperemis.
2. Bersihkan cuping telinga tersebut, biarkan kering.
3.Tusuk daerah tersebut (no.2) dengan lancet sedalam 2-3 mm dan biarkan darah keluar dengan bebas,
saat darah keluar jalankan stopwatch.
4. Isap darah yang keluar dengan kertas saring tiap setengah menit sampai darah berhenti mengalir
(jangan sampai kertas saring menyentuh luka), hentikan stopwatch saat darah tidak dapat dihisap lagi,
dan catat waktunya.
C. Pemeriksaan Pemeriksaan Waktu Pembekuan (Metode Lee and White)
Cara Pemeriksaan :
1. 3 tabung reaksi yang bebas dari kotoran diletakkan pada rak tabung.
2. Darah vena sebanyak 5ml diambil secara legeartis, saat darah mulai keluar jalankan stopwatch (catat
waktunya).
3. Sampel darah dimasukkan perlahan pada 2 tabung pertama dengan posisi miring masing-masing
1,5ml, sisanya masukkan dalam tabung ke-3 sebagai control.
6. 4. Diamkan 2-3 menit, kemudian setiap 0,5 menit tabung 1 digoyang (catat waktunya hingga terjadi
bekuan). Bila sudah timbul bekuan pada tabung I, lakukan hal yang sama terhadap tabung ke-2
(goyangkan dan catat waktu hingga terjadi bekuan).
5. Amati tabung ke-3, apakah sudah timbul bekuan. Bila belum tampak bekuannya, lakukan hal yang
sama seperti tabung yang lain.
VII. Hasil percobaan :
A. Pemeriksaan Rumple Leed
Tekanan systole : 90 mmHg
Tekanan diastole : 60 mmHg
Tekanan Rata-rata : 75 mmHg
Hasil : ditemukan 1 petechiae
B. Pemerikasaan Waktu Pendarahan
Waktu : 1,5 menit
C. Pemerikasaan Waktu Pembekuan
Tabung 1 membeku : 9 menit
Tabung 2 mambeku : 10,5 menit
Waktu Pembekuan : (9 + 10,5) : 2 = 9,75 menit
VIII. Pembahasan :
Proses Koagulasi diawali dengan pembentukan trombosiplastin, substansia yang cepat bertindak
terhadap mekanisme pembekuan darah, misalnya jari tangan, luka kena pisau. Selama darah mengalir
dari pembuluh yang tersayat, permukaan dimana platelet cenderung untuk berkumpul dan dihancurkan
dengan meninggalkan substansi yang dikenal sebagai faktor platelet atau pembeku darah. Dengan
adanya ion kalium dan substansi tambahan faktor platelet bereaksi dengan faktor anti hemofilik
membentuk tromboplastin. Sel-sel jaringan tetangganya yang luka kena pisau juga akan melepaskan
substansi tromboplastin.
Fase ke dua dari pembekuan darah melibatkan perubahan protrombin menjadi trombin. Protrombin
ialah salah satu protein plasma biasa, dibentuk di dalam hati membentuk vitamin K, kekurangan vitamin
K ini dapat mengakibatkan pendarahan, suatu kecenderungan tidak cukup membentuk protrombin.
Protrombin dibentuk di dalam fase untuk membantu memulai merubah protrombin. Tetapi dengan
adanya ion kalsium dan faktor penghambat tertentu cukup untuk memperlengkap reaksi tersebut.
Fase ketiga proses pembekuan darah melibatkan aksi trombin di dalam merubah Fibrinogen yang dapat
larut menjadi fibrin yang tidak dapat larut. Fibrinogen adalah plasma lain yang dihasilkan oleh hati dan
ditemukan di dalam sirkulasi plasma. Mula-mula fibrin keluar sebagai jaringan-jaringan dari benang yang
cepat menjadi padat, membentuk bekuan eritrosit. Eritrosit terperangkap di dalam perangkap fibrin,
tetapi sel-sel darah ini tidak tahu apa yang dilakukannya dengan pembekuan itu. Selama bekuan
menyusut, tampak cairan berwarna kuning bening keluar, cairan ini disebut serum, sama dengan plasma
kecuali tanpa fibrinogen dan unsur pembeku lainnya yang telah digunakan di dalam proses pembekuan
darah.
Pemeriksaan Koagulasi yang dilakukan pada praktikum kali ini meliputi :
7. A. Pemeriksaan Rumple Leed
Salah satu pemeriksaan yang paling mudah dan cepat, serta bisa dilakukan oleh semua tenaga medis
yaitu dengan pemeriksaan rumple leed (torniqute). Pemeriksaan dilakukan dengan menahan tekanan
manset atau tensi sebesar setengah dari jumlah tekanan sistol dan tekanan diastol. Sistole adalah bunyi
yang pertama terdengar, diastole adalah bunyi yang menghilang diantara bunyi yang berdetak cepat,
atau dapat pula dikatakan bunyi yang terakhir didengar. Kemudian
tekanan manset tersebut dipertahankan selama sepuluh menit.
Pemeriksaan dinyatakan positif bila ditemukan perdarahan atau petechiae sebanyak 10 buah dalam
waktu 10 menit. Pemerikssan dinyatakan negatif bila dalam waktu 10 menit tidak timbul petechiae pada
area pembacaan, atau timbul petechiae kurang dari 10 buah. Pemeriksaan dinyatakan normal bila dalam
waktu 10 menit tidak timbul petechiae, atau timbul petechiae kurang dari 5 buah.
Hasil pemeriksaan kelompok kami yaitu ditemukannya 1 buah petechiae, yang berarti normal / negatif.
Kesalahan sering terjadi saat pemeriksaan, kesalahan tersebut antara lain saat membuat daerah
pengamatan. lingkaran ini harus dibuat, diukur dengan benar, sekian jari dari fossa cubiti, dengan
diameter penampang sebesar 5 cm menggunakan penggaris. Selain itu, bila dalam waktu kurang dari 10
menit sudah tampak lebih dari 10 buah petechiae, maka percobaan dihentikan. Bila setelah 10 menit
tidak timbul peteciae, percobaan dihentikan dan tunggu selama 5 menit. Bila tak ada perubahan
penilaiaannya negatif. Sebelum percobaan dihentikan apakah ada bekas gigitan nyamuk pada daerah
pembacaan, yang mungkin menyebabkan hasil menjadi positif palsu.
Bila hasil pemeriksaan dinyatakan positif, orang yang diperiksa kemungkinan terjadi gangguan vaskuler
maupun trombolik. Adanya gangguan ini dapat menimbulkan penyakit atau keluhan tertentu, antara lain
penyakit arteri koroner yang berat, gumpalan kecil dari trombosit bisa menyumbat arteri yang
sebelumnya telah menyempit dan memutuskan aliran darah ke jantung, sehingga terjadi serangan
jantung. Keluhan lain yaitu, mudahnya timbul memar pada kulit. Seseorang bisa mudah memar karena
kapiler yang rapuh di dalam kulit.
setiap pembuluh darah kecil ini robek maka sejumlah kecil darah akan merembes dan menimbulkan
bintik-bintik merah di kulit (peteki) atau cemar ungu kebiruan (purpura).
B. Pemeriksaan waktu pendarahan
Waktu pendarahan yang didapat oleh kelompok kami adalah 1,6 menit. Ini dinyatakan nornal, karena
hasil intrepetasi menunjukkan waktu pendarahan normal antara 1-3 menit.
Pembuluh darah merupakan penghalang pertama dalam kehilangan darah. jika sebuah pembuluh darah
mengalami cedera, maka pembuluh darah akan mengkerut sehingga aliran darah keluar menjadi lebih
lambat dan proses pembekuan bisa dimulai. Pada saat yang sama, kumpulan darah diluar pembuluh
darah (hematom) akan menekan pembuluh darah dan membantu mencegah perdarahan lebih lanjut.
Setelah pembuluh darah robek, serangkaian reaksi akan mengaktifkan trombosit sehingga trombosit
akan melekat di daerah yang mengalami cedera. perekat yang menahan trombosit pada pembuluh
darah ini adalah faktor von willebrand, yaitu suatu protein plasma yang dihasilkan oleh sel-sel di dalam
pembuluh darah. Kolagen dan protein lainnya (terutama trombin), akan muncul di daerah yang terluka
dan mempercepat perlekatan trombosit. Trombosit yang tertimbun di daerah yang terluka ini
8. membentuk suatu jaring yang menyumbat luka; bentuknya berubah dari bulat menjadi berduri dan
melepaskan protein serta zat kimia lainnya yang akan menjerat lebih banyak lagi trombosit dan
proteinpembekuan.
Selanjutnya, trombin merubah fibrinogen (suatu faktor pembekuan darah yang terlarut) menjadi serat-
serat fibrin panjang yang tidak larut, yang terbentang dari gumpalan trombosit dan membentuk suatu
jaring yang menjerat lebih banyak lagi trombosit dan sel darah. Serat fibrin ini akan memperbesar
ukuran bekuan dan membantu menahannya agar pembuluh darah tetap tersumbat.
rangkaian reaksi ini melibatkan setidaknya 10 faktor pembekuan darah.
Suatu kelainan pada setiap bagian proses hemostatik bisa menyebabkan gangguan. Pembuluh darah
yang rapuh akan lebih mudah mengalami cedera atau tidak dapat mengkerut. Pembekuan tidak akan
berlangsung secara normal jika jumlah trombosit terlalu sedikit, trombosit tidak berfungsi secara normal
atau terdapat kelainan pada faktor pembekuan. Jika terjadi kelainan pembekuan, maka cedera yang
ringan pun bisa menyebabkan kehilangan darah yang banyak.
Sebagian besar faktor pembekuan dibuat di dalam hati, sehingga kerusakan hati yang berat bisa
menyebabkan kekurangan faktor tersebut di dalam darah. Vitamin K (banyak terdapat pada sayuran
berdaun hijau) sangat penting dalam pembuatan bentuk aktif dari beberapa faktor pembekuan. Karena
itu kekurangan zat gizi atau obat-obatan yang mempengaruhi fungsi normal vitamin k (misalnya
warfarin) bisa menyebabkanperdarahan.
Kelainan perdarahan juga bisa terjadi jika pembekuan yang berlebihan telah menghabiskan sejumlah
besar faktor pembekuan dan trombosit atau jika suatu reaksi autoimun menghalangi aktivitas faktor
pembekuan.
Reaksi yang menyebabkan terbentukan suatu gumpalan fibrin diimbangi oleh reaksi lainnya yang
menghentikan proses pembekuan dan melarutkan bekuan setelah keadaan pembuluh darah membaik.
Tanpa sistem pengendalian ini, cedera pembuluh darah yang ringan bisa memicu pembekuan di seluruh
tubuh.
Jika pembekuan tidak dikendalikan, maka pembuluh darah kecil di daerah tertentu bisa tersumbat.
penyumbatan pembuluh darah otak bisa menyebabkan stroke; penyumbatan pembuluh darah jantung
bisa menyebabkan serangan jantung dan bekuan-bekuan kecil dari tungkai, pinggul atau perut bisa ikut
dalam aliran darah dan menuju ke paru-paru serta menyumbat pembuluh darah yang besar di paru-paru
(embolipulmoner).
C. Pemeriksaan waktu pembekuan
Waktu pembekuan adalah waktu yang diperlukan darah untuk membeku, hasilnya dapat dijadikan
ukuran aktivitas faktor-faktor koagulasi. Hasil pemeriksaan kelompok kami adalah 9,75 menit Ini
dinyatakan nornal, karena hasil intrepetasi menunjukkan waktu pendarahan normal antara 9-15 menit.
Kelainan mungkin terjadi, bila didapat waktu pembekuan yang memanjang (diatas 15 menit). Kelainan
ini merupakan kelainan beberapa faktor koagulasi (koagulopati) inhibitor dalam darah misalnya heparin.
Bekuan darah terganggu atau tidak terjadi, disebabkan oleh :
1. Trombositopenia : konsentrasi trombosit yang rendah di dalam darah
2. Penyakit von Willebrand : trombosit tidak melekat pada lubang di dinding pembuluh darah
3. Penyakit trombosit herediter : trombosit tidak melekat satu sama lain untuk membentuk suatu
9. sumbatan
4. Hemofilia : tidak ada faktor pembekuan VII atau IX
5. DIC (disseminated intravascular coagulation) : kekurangan faktor pembekuan karena pembekuan yang
berlebihan.
Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih populer dengan istilah aslinya, Disseminated Intravascular
Coagulation (DIC) merupakan diagnosis kompleks yang melibatkan komponen pembekuan darah akibat
penyakit lain yang mendahuluinya. Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan
koagulopati konsumtif yang parah.
Cara melakukan uji Tourniquet sebagai berikut :
1. Pasang manset pada lengan atas (ukuran manset sesuaikan dengan
umur, yaitu lebar manset = 2/3 lengan atas)
1. Pompa tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistolik dan tekanan
diastolik
2. Aliran darah pada lengan atas dibendung pada tekanan antara sistolik
dan diastolik (rata-rata tekanan sistolik dan diastolik) selama 5 menit.
(Bila telah terlihat adanya bintik-bintik merah ≥ 10 buah, pembendungan
dapat dihentikan).
3. Lihat pada bagian bawah lengan depan (daerah volar) dan atau daerah
lipatan siku (fossa cubiti), apakah timbul bintik-bintik merah, tanda
perdarahan (petekie)
1. Hasil Uji Tourniquet dinyatakan positif (+) bila ditemukan ≥ 10 bintik
perdarahan (petekiae), pada luas 1 inci persegi ( 2,8 cm2
.)