2. Tujuan Pembelajaran
Secara Umum :
mampu melaksanakan pengujian pra transfusi
Secara Khusus :
Setelah mengikuti materi ini, peserta latih mampu :
Prinsip uji pra transfusi
Standar uji pra transfusi
Kegiatan uji pra transfusi
Pencatatan uji pra transfusi
3. Pemeriksaan kompatibilitas pra-transfusi
mengacu pada PP No. 7/2011 tentang Pelayanan darah &
PMK No. 91/2015 ttg Standar Pelayanan Transfusi Darah
Adalah suatu rangkaian prosedur
pemeriksaan mencocokkan darah resipien
dan darah donor yang diperlukan sebelum
darah diberikan kepada resipien.
Untuk memastikan ada tidaknya alloantibodi
pada darah resipien yang akan bereaksi
dengan darah donor bila ditransfusikan
dan/atau sebaliknya.
5. Hal-hal diperlukan dalam pemeriksaan
uji pra-transfusi
Ada SPO pemeriksaan pra transfusi.
Ada sistem dokumentasi untuk semua
pemeriksaan yang dilakukan.
Ada pemeriksaan kesesuaian formulir
permintaan darah dan sampel darah serta
kondisi sampel darah pasien oleh petugas
penerima di BDRS.
Dilakukan oleh petugas laboratorium BDRS yang
kompeten.
6. Tahapan transfusi
Pra-Analitik
• Mengisi formulir
permintaan
• Identifikasi
pasien
• Pengambilan
sampel
• Review riwayat
transfusi pasien
Analitik
• Pemeriksaan
serologis :
• Gol darah
• Skrining
antibodi
• Crossmatch
Post-Analitik
• Pembuatan
label
• Inspeksi visual
kantong darah
• Pengeluaran
kantong darah
• Ricek di
bedside
7. STANDAR PENERIMAAN PERMINTAAN
DARAH
No Kegiatan
1 Cek apakah formulir permintaan darah lengkap dan terbaca?
2 Cek kesesuaian identitas pasien pada formulir permintaan dengan
yang ada label sampel darah
3 Periksa kondisi sampel
Jika kondisi sampel tidak layak (lisis, menggumpal, volume
kurang, label tidak sesuai dengan formulir permintaan
darah atau sampel tanpa label) sampel darah dibuang
dan harus dimintakan sampel darah yang baru
8. USIA SAMPEL
Jenis sampel Suhu simpan Maksimal usia sampel
Darah EDTA 18 – 250C 24 jam
Darah EDTA 40C 3 hari
Serum/Plasma 40C 1 minggu
10. Pemeriksaan Golongan Darah ABO
dan Rhesus pada Pasien dan Donor.
Metode pemeriksaan :
cell typing untuk mendeteksi antigen ABO dan Rhesus
(D) yang terdapat pada sel darah merah
serum typing untuk mendeteksi antibodi ABO yang
terdapat pada serum/plasma.
12. METODE PEMERIKSAAN GOL DARAH
ABO & RH
Column
Agglutination
Technique (CAT)
Slide Test
Bioplate
Tube Test
13. PRINSIP PEMERIKSAAN
GOL DARAH
Harus menyiapkan reagensia
Antisera
minimal Anti-A, Anti-B,
Anti-D (monoklonal)
Test cell
minimal Sel-A, Sel-B, Sel-O
Lakukan Cell Typing dan Serum Typing
Hasil pemeriksaan HARUS SINKRON (> 2+)
14. HASIL & INTERPRETASI
HASIL PEMERIKSAAN GOL DARAH ABO &
RH(D)
Gol
Darah
Anti-A Anti-B Anti-
AB
Sel-A Sel-B Sel-O AK Anti-D Bov
Alb
4+ 0 4+ 0 4+ 0 0 4+ 0
0 4+ 4+ 4+ 0 0 0 4+ 0
4+ 4+ 4+ 0 0 0 0 4+ 0
0 0 0 4+ 4+ 0 0 4+ 0
A
B
AB
O
15. AUTOANTIBODI (TIPE DINGIN)
CELL GROUPING GOLONGAN AB
HASIL CELL GROUPING DAN SERUM
GROUPING TIDAK SINKRON
PERSIAPAN SAMPEL AUTOAGLUTINASI
Anti-A Anti-B Sel A Sel B Sel O AK Gol Drh
4+ 4+ 2+ 2+ 2+ 4+ AB ?
16. GOL DARAH ?
CELL GROUPING GOLONGAN O
SERUM GROUPING GOLONGAN A
HASIL CELL GROUPING DAN SERUM GROUPING TIDAK
SINKRON
PERLU PEMERIKSAAN LANJUTAN ANTISERA TAMBAHAN
(ANTI-A1) ATAU METODE TAMBAHAN
Anti-A Anti-B Sel A Sel B Sel O AK Gol Drh
Neg Neg Neg 4+ Neg Neg O ? A ?
17. PEMERIKSAAN LANJUTAN
• Hasil pemeriksaan dengan antisera tambahan atau
metode tambahan :
• Anti-A1 Neg, Anti-AB Pos
• Inkubasi tambahan pada suhu dingin : Neg
• Metode absorb / eluate : Pos dengan sel A
• GOLONGAN DARAH DIDUGA : SUBGROUP A
Hasil pemeriksaan dengan antisera tambahan atau metode
tambahan :
Anti-A1 Neg, Anti-AB Pos
Inkubasi tambahan pada suhu dingin : Pos dengan sel A
Metode absorb / eluate : Neg
GOLONGAN DARAH DIDUGA : O
18. GOL DARAH ?
CELL GROUPING GOLONGAN O
SERUM GROUPING GOLONGAN AB
HASIL CELL GROUPING DAN SERUM GROUPING TIDAK
SINKRON
LIHAT USIA PASIEN ATAU DIAGNOSIS
Misalnya NEONATUS Diduga Gol O pemeriksaan ulang >3 bln
Anti-A Anti-B Sel A Sel B Sel O AK Gol Drh
Neg Neg Neg Neg Neg Neg O ? AB ?
19. Sistem Rhesus
• Klasifikasi Rh pos dan Rh neg berdasarkan ada
tidaknya antigen D pada membran eritrosit.
• 5 Antigen utama : D, C, E, c, e
• 50 antigen dan variasinya
• Imunogenisitas antigen D > c > E > C > e. Salah satu
bentuk variasi antigen : weak D
20. ANTIBODI ANTI-D
Tidak memiliki antibodi kecuali bila telah terpapar
dengan antigen melalui transfusi darah atau
kehamilan.
50-80% individu rh neg akan membentuk anti-D
bila ditransfusi Ag D pertama.
Tipe antibodi anti-D adalah IgG
Darah Rh positif tidak boleh ditransfusikan ke
pasien Rh neg
21. Variasi Antigen D
Weak D :
• Jumlah antigen D lebih
sedikit (<20% R1r)
• Mutasi gen-D
• Indirect antiglobulin test
Partial D
Antigen/Rhesus D
variant
• Ada perubahan struktur
antigen D karena mutasi.
• D variant VI dapat
membentuk alloantibodi
lbh cepat dibandingkan
varian lainnya.
• Monoclonal IgG/IgM : neg
Policlonal anti-D : positif
Rh null
• Tidak adanya fenotip sist
rhesus : tdk ada antigen
rhesus pada membran
eritrosit.
• Sangat jarang
• Disebabkan tidak ada gen
sist rhesus.
22. Prinsip pemberian rhesus pada
pasien
Bila Hasil Rhesus
meragukan
Diduga Weak D/Rh D
Varian
Transfusi dengan
RHESUS NEG
23. Penetapan Status Individu dengan
antigen weak D
Bila donor darah memiliki antigen weak D/variant
Darahnya tetap dianggap rhesus positif
karena ada antigen D walau lemah/sedikit
Bila diberi ke pasien rhesus negatif imunisasi
terbentuk anti-D
Bila resipien darah memiliki antigen weak D/variant
Darahnya harus dianggap rhesus negatif karena bila
diberikan rhesus pos dapat membentuk antibodi
Atau ada jenis D mosaik yang memiliki anti D
reaksi antigen-antibodi (reaksi transfusi)
24. PEMILIHAN ANTISERA ANTI-D
Pasien
• Tidak perlu dilanjutkan
ke ICT
• Hasil pemeriksaan Anti-D
monoklonal NEG
transfusi dengan Rh Neg
Donor
• HARUS DILANJUTKAN ke
ICT dan dengan antisera
tambahan (Anti-D
Poliklonal atau antisera
yang dapat deteksi Rh D
Varian)
• HARUS DIPASTIKAN
WEAK D/RH D VARIAN
DIANGGAP SBG RH POS
25. Cara Pemeriksaan Weak D
Ada beberapa tingkatan antigen weak D.
Tingkat antigen weak D lebih tinggi dapat
beraglutinasi dengan anti-D tertentu sedangkan
yang lebih rendah dapat dideteksi dengan
pemeriksaan antiglobulin indirek.
26. Prinsip pemeriksaan weak D
Mensensitisasi SDM dengan IgG anti-D
kemudian direaksikan dengan anti human
globulin (AHG).
Hasil aglutinasi : positif (Antigen Weak D)
Bila kontrol : positif IAT invalid (artinya SDM
telah diselubungi oleh antibodi sebelumnya).
28. PEMILIHAN DARAH BILA ADA KESULITAN
INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN
GOLONGAN DARAH
Selesaikan permasalahan pada pemeriksaan golongan darah
terlebih dahulu sebelum melakukan transfusi.
Ketidaksesuaian golongan darah harus diinformasikan ke
ruangan dan dimintakan sampel darah baru untuk
pemeriksaan ulang sebelum darah tersebut dikeluarkan untuk
transfusi
Bila harus segera ditransfusikan :
Berikan golongan darah O untuk permintaan PRC
Berikan golongan darah AB untuk permintaan plasma
Berikan Rhesus negatif bila ada kesulitan penentuan rhesus
29. CARA DETEKSI MEDIA PEMBANTU /
POTENTIATOR
MENURUNKAN
KEKUATAN ION
30. STANDAR PENYIMPANAN SAMPEL
SETELAH UJI SILANG SERASI
Kegiatan Persyaratan
Penyimpanan
sampel darah
donor dan
resipien
- Dilakukan setelah darah donor diberi identitas/label
kecocokan
- Sampel darah resipien dan donor (dari selang
kantong darah donor yang sudah dipotong) diikat
menjadi satu
- Sampel darah resipien dan donor disimpan dalam
blood bank selama 7 (tujuh) hari
- Didalam blood bank penyimpanan, sampel darah
donor dan resipien disusun menurut hari
- Sampel darah ini dapat dipakai sebagai bahan
pemeriksaan kalau ada laporan reaksi transfusi