SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Download to read offline
1
Memupuk Jiwa Qanâ’ah
Hidup di dunia memang penuh kesibukan. Sibuk belajar, sibuk
bekerja, sibuk mencari kedudukan dan setumpuk kesibukan lainnya. Tidak
jarang, kesibukan-kesibukan duniawi itu melalaikan manusia terhadap
kewajibannya untuk mengabdi kepada Allah SWT, padahal, kesibukan-
kesibukan duniawi itu pada hakikatnya hanyalah sekadar ‘alat’ untuk
mendekatkan diri kepada Allah.
Agar tidak terjun bebas dalam mengejar kehidupan duniawi, seorang
mukmin (orang yang beriman) yang baik dituntut agar memiliki jiwa qanâ’ah.
Secara harfiyah, qanâ’ah artinya adalah merasa cukup. Dalam istilah agama,
qanâ’ah kemudian dimaknai sebagai suatu sikap merasa cukup dan ridha atas
karunia dan rezeki yang diberikan Allah SWT.
Rasulullah saw bersabda:
ً‫ع‬ِ‫ر‬َ‫و‬ ْ‫ن‬
ُ
‫ك‬-‫ا‬ً‫ع‬ِ‫ن‬
َ
‫ق‬ ْ‫ن‬
ُ
‫ك‬َ‫و‬ ، ِ‫اس‬َ‫اّنل‬
َ
‫د‬َ‫ب‬
ْ
‫ع‬
َ
‫أ‬ ْ‫ن‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ت‬-ِ‫اس‬َ‫اّنل‬ َ‫ر‬
َ
‫ك‬
ْ
‫ش‬
َ
‫أ‬ ْ‫ن‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ت‬
“Jadilah engkau orang yang wara’, niscaya engkau akan menjadi orang yang
paling ahli ibadah; dan jadilah engkau yang selalu merasa cukup (qanâ’ah),
niscaya engkau menjadi orang yang paling pandai bersyukur.” (Hadits Riwayat
Ibnu Majah dari Abu Hurairah r.a., Sunan ibn Mâjah, juz V, hal. 229, hadits
no. 4217)
Memiliki sifat qanâ’ah bukan berarti mengharuskan seseorang untuk
menjadi pasrah dan apatis. Pasrah dan apatis bukanlah sifat yang baik. Sikap
pasrah dan apatis adalah sikap putus asa terhadap rahmat Allah. Allah SWT
melarang umat manusia untuk berputus asa terhadap rahmat Allah
sebagaimana yang terdapat di dalam al-Quran,
َ
‫ل‬َ‫و‬ ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫خ‬
َ
‫أ‬َ‫و‬
َ
‫ف‬ُ‫وس‬ُ‫ي‬ ‫ن‬ِ‫م‬ ‫وا‬ ُ‫ّس‬ َ‫ّس‬َ‫ح‬َ‫ت‬
َ
‫ف‬ ‫وا‬ُ‫ب‬
َ
‫ه‬
ْ
‫اذ‬ َ
ِ‫يِن‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ي‬ِ
َ
‫اّل‬ ِِْ‫و‬َ‫ر‬ ‫ن‬ِ‫م‬ ‫وا‬ُ‫س‬
َ
َْ‫ي‬
َ
َ
ۖ
َ
‫ون‬ُ‫ر‬ِ‫ف‬
َ
‫َك‬
ْ
‫ال‬ ُ‫م‬ْ‫و‬
َ
‫ق‬
ْ
‫ال‬
َ
‫ل‬ِ‫إ‬ ِ
َ
‫اّل‬ ِِْ‫و‬َ‫ر‬ ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫س‬
َ
َْ‫ي‬
َ
‫ي‬
َ
‫ل‬
ُ
‫ه‬
َ
‫ّن‬ِ‫إ‬
“Hai anak-anakku, Pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS
Yûsuf/12: 87).
Berbeda dengan sikap pasrah dan apatis, sikap qanâ’ah memerlukan
upaya dan ikhtiar. HAMKA, dalam bukunya Tasawuf Modern, memersyaratkan
lima perkara untuk menjadi seorang yang bersikap qanâ’ah.
2
Pertama, menerima dengan rela akan apa yang ada. Orang yang rela
menerima segala bentuk karunia dan rezeki yang diberikan Allah adalah orang
yang benar-benar berbahagia. Kebahagiaan seseorang tidaklah diukur sejauh
mana ia memiliki harta tetapi lebih pada sejauh mana ia merasa puas terhadap
apa yang dimilikinya. Orang yang memiliki orientasi hidup pada upaya
pencarian harta adalah orang yang tidak pernah puas. Akibatnya, ia akan
berusaha dengan berbagai cara untuk memperoleh harta tersebut walaupun
dengan menghalalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah. Dikhawatirkan,
perilaku seperti ini akan melalaikannya dari mengingat Allah.
Kedua, memohon kepada Allah tambahan rezeki yang pantas disertai
dengan ikhtiar dan usaha. Berdoa saja tidak cukup. Diperlukan kerja keras
untuk mendapatkan tambahan rezeki dari Allah. Berikhtiar adalah merupakan
kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia. Allah tidak akan merubah
keadaan seseorang sebelum orang tersebut berusaha dan bekerja keras untuk
merubahnya. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS al-Ra’d/13: 11,
...ْ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫ّس‬
ُ
‫ّنف‬
َ
َِ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫وا‬ُ ‫ر‬
ِ‫ِي‬
َ
‫غ‬
ُ
‫ي‬ ٰ َ‫َّت‬َ‫ح‬ ٍ‫م‬ْ‫و‬
َ
‫ق‬ِ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ ‫ر‬
ِ‫ِي‬
َ
‫غ‬
ُ
‫ي‬
َ
‫ل‬ َ َ
‫اّل‬
َ
‫ن‬ِ‫إ‬...
"… sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum kecuali
mereka sendiri yang mengubahnya…" Ikhtiar dan usaha inilah yang
membedakan antara sikap qanâ’ah dengan sikap pasrah dan putus asa.
Ketiga, menerima dengan sabar segala taqdîr Allah. Menerima taqdir
dan ketentuan Allah adalah bagian fundamental dari keimanan seseorang.
Orang yang sabar terhadap taqdir dan ketentuan Allah adalah orang yang
menyadari bahwa Allah SWT memiliki kekuasaan meliputi langit dan bumi.
Karena itu, cobaan apa pun yang datang dari Allah harus dihadapi dengan
penuh kesabaran. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS al-Baqarah/2:
177,
...ِ‫س‬
ْ
ََ ْ
‫اْل‬ َ‫ني‬ِ‫ح‬َ‫و‬ ِ‫ء‬‫ا‬َ َ
‫الرَّض‬َ‫و‬ ِ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬
ْ
ََ ْ
‫اْل‬ ِ‫ِف‬ َ‫ين‬ِ‫ر‬ِ‫اب‬ َ‫الّص‬َ‫و‬َۗ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬
َ
‫ك‬ِ‫ئ‬ٰ‫ـ‬
َ
‫ول‬
ُ
‫أ‬
‫وا‬
ُ
‫ق‬
َ
‫د‬ َ‫ص‬ۖ
َ
‫ون‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ت‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬ ُ‫م‬
ُ
‫ه‬
َ
‫ك‬ِ‫ئ‬ٰ‫ـ‬
َ
‫ول‬
ُ
‫أ‬َ‫و‬
“…dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka
itulah orang-orang yang bertakwa”.
Keempat, bertawakkal kepada Allah. Tawakkal berarti berserah diri
kepada Allah. Orang yang beriman sudah sepantasnya menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Allah. Segala rintangan dan halangan yang dihadapi dalam
kehidupan akan menjadi ringan jika semua itu diserahkan kepada Allah. Hal
ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Al-Thalaq ayat 3 yang berbunyi,
"Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya".
3
Kelima, tidak tertipu oleh tipu daya dunia. Orang yang qanâ’ah
adalah orang yang meyakini bahwa gemerlap kehidupan dunia hanya bersifat
sementara. Harta benda, kedudukan, keluarga, sahabat, dan segala urusan
dunia akan berlalu jika seseorang telah dipanggil menghadap Allah. Karena itu,
kecintaan terhadap dunia tidak boleh melalaikan seseorang dari tujuan
utamanya dalam menggapai ridha Allah. Hal ini sejalan dengan peringatan
Allah dalam QS al-Munâfiqûn/63: 9,
‫ا‬َ‫ه‬
ُ
‫ي‬
َ
‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ر‬
ْ
‫ك‬ِ‫ذ‬ ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬
ُ
‫ك‬
ُ
‫د‬
َ
‫ل‬ْ‫و‬
َ
‫أ‬
َ
‫ل‬َ‫و‬ ْ‫م‬
ُ
‫ك‬
ُ
‫ال‬َ‫و‬
ْ
‫م‬
َ
‫أ‬ ْ‫م‬
ُ
‫ك‬ِ‫ه‬
ْ
‫ل‬
ُ
‫ت‬
َ
‫ل‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬
ِ
َ
‫اّل‬ۚ
َ
‫ذ‬
ْ
‫ل‬َ‫ع‬
ْ
‫ف‬
َ
‫ي‬ ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ٰ
َ
‫ون‬ُ ِِ‫ار‬َْ
ْ‫اخ‬ ُ‫م‬
ُ
‫ه‬
َ
‫ك‬ِ‫ئ‬ٰ‫ـ‬
َ
‫ول‬
ُ
َ
َ
‫ف‬
َ
‫ك‬ِ‫ل‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
Orang yang memiliki sifat qanâ’ah adalah orang yang bahagia. Orang
yang memiliki sifat qanâ’ah laksana orang yang memiliki harta yang banyak.
Itulah makna tersirat dari hadits Rasulullah SAW yang berbunyi,
ُ‫د‬
َ
‫ف‬
ْ
‫ن‬
َ
‫ي‬
َ
‫ل‬
ٌ
‫ال‬َ‫م‬
ُ
‫ة‬َ‫اع‬
َ
‫ن‬
َ
‫ق‬
ْ
‫ال‬َ‫ن‬
ْ
‫ف‬
َ
‫ي‬
َ
‫ل‬ ٌ ْ
‫ْن‬
َ
‫ك‬ َ‫و‬
"Qanâ’ah itu adalah harta yang tak akan hilang dan simpanan yang tidak akan
lenyap."(Hadits Riwayat Ath-Thabrani dari Jabir bin Abdullah). Dengan
qanâ’ah, seseorang akan tetap mampu menjaga dirinya agar tetap dalam iman
dan takwa kepada Allah SWT.
Wallâhu A’lamu bish-Shawâb.
Yogyakarta, 26 Maret 2016

More Related Content

What's hot

Presentase Sifat Terpuji.
Presentase Sifat Terpuji. Presentase Sifat Terpuji.
Presentase Sifat Terpuji.
Shuryy Maibi
 
Makalah aqidah (iman kepada allah)
Makalah aqidah (iman kepada allah)Makalah aqidah (iman kepada allah)
Makalah aqidah (iman kepada allah)
hilman shodri
 
2 akhlak kpd allah
2 akhlak kpd allah2 akhlak kpd allah
2 akhlak kpd allah
Agus Candra
 

What's hot (20)

2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain
2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain
2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain
 
2.5 kalimatullahi hiyal 'ulya
2.5 kalimatullahi hiyal 'ulya2.5 kalimatullahi hiyal 'ulya
2.5 kalimatullahi hiyal 'ulya
 
Menggapai ridha allah
Menggapai ridha allahMenggapai ridha allah
Menggapai ridha allah
 
3.8 al hayatu fi zhilalit tauhid
3.8 al hayatu fi zhilalit tauhid3.8 al hayatu fi zhilalit tauhid
3.8 al hayatu fi zhilalit tauhid
 
Pembinaan Iman dan Taqwa Bagi Generasi Muda
Pembinaan Iman dan Taqwa Bagi Generasi MudaPembinaan Iman dan Taqwa Bagi Generasi Muda
Pembinaan Iman dan Taqwa Bagi Generasi Muda
 
173568320 makalah-tauhid
173568320 makalah-tauhid173568320 makalah-tauhid
173568320 makalah-tauhid
 
Presentase Sifat Terpuji.
Presentase Sifat Terpuji. Presentase Sifat Terpuji.
Presentase Sifat Terpuji.
 
Muhasabah doc
Muhasabah docMuhasabah doc
Muhasabah doc
 
Uzlah & tafakur
Uzlah & tafakurUzlah & tafakur
Uzlah & tafakur
 
Makalah aqidah (iman kepada allah)
Makalah aqidah (iman kepada allah)Makalah aqidah (iman kepada allah)
Makalah aqidah (iman kepada allah)
 
Bab 1 dalil aqli dan naqli
Bab 1 dalil aqli dan naqliBab 1 dalil aqli dan naqli
Bab 1 dalil aqli dan naqli
 
Iman dan Taqwa
Iman dan TaqwaIman dan Taqwa
Iman dan Taqwa
 
Akhlak - Ruh
Akhlak - RuhAkhlak - Ruh
Akhlak - Ruh
 
2 akhlak kpd allah
2 akhlak kpd allah2 akhlak kpd allah
2 akhlak kpd allah
 
Bab 4 perilaku terpuji
Bab 4 perilaku terpujiBab 4 perilaku terpuji
Bab 4 perilaku terpuji
 
3.13 ma'iyyatullah
3.13 ma'iyyatullah3.13 ma'iyyatullah
3.13 ma'iyyatullah
 
Qadar
QadarQadar
Qadar
 
Beriman Kepada Rasul
Beriman Kepada RasulBeriman Kepada Rasul
Beriman Kepada Rasul
 
membiasakan perilaku terpuji
membiasakan perilaku terpujimembiasakan perilaku terpuji
membiasakan perilaku terpuji
 
Bab 6 akidah
Bab 6 akidahBab 6 akidah
Bab 6 akidah
 

Similar to Memupuk jiwa qana'ah

al islam semester 1 kelas 11
al islam semester 1 kelas 11al islam semester 1 kelas 11
al islam semester 1 kelas 11
desikapyromaniacs
 
43. rizki berkah
43. rizki berkah43. rizki berkah
43. rizki berkah
Tiara Fida
 
H viii akhlakul karimah
H viii akhlakul karimahH viii akhlakul karimah
H viii akhlakul karimah
Fajar Zain
 
Perilaku Terpuji kelas 12 Science
Perilaku Terpuji kelas 12 SciencePerilaku Terpuji kelas 12 Science
Perilaku Terpuji kelas 12 Science
Yuan Yuanita
 

Similar to Memupuk jiwa qana'ah (20)

Taqwa
TaqwaTaqwa
Taqwa
 
Harta dari perspektif islam
Harta dari perspektif islamHarta dari perspektif islam
Harta dari perspektif islam
 
al islam semester 1 kelas 11
al islam semester 1 kelas 11al islam semester 1 kelas 11
al islam semester 1 kelas 11
 
Iman kepada qada dan qadar
Iman kepada qada dan qadarIman kepada qada dan qadar
Iman kepada qada dan qadar
 
‘AQABAH KEEMPAT Aqabah Gangguan Rintangan
‘AQABAH KEEMPAT Aqabah Gangguan Rintangan‘AQABAH KEEMPAT Aqabah Gangguan Rintangan
‘AQABAH KEEMPAT Aqabah Gangguan Rintangan
 
Perilaku terpuji_Lisa Sapriati Pertiwi
Perilaku terpuji_Lisa Sapriati PertiwiPerilaku terpuji_Lisa Sapriati Pertiwi
Perilaku terpuji_Lisa Sapriati Pertiwi
 
Akhlakul karimah amirul m
Akhlakul karimah amirul mAkhlakul karimah amirul m
Akhlakul karimah amirul m
 
Sifat sifat terpuji
Sifat sifat terpujiSifat sifat terpuji
Sifat sifat terpuji
 
Akhlak kepada allah swt
Akhlak kepada allah swtAkhlak kepada allah swt
Akhlak kepada allah swt
 
aqidah akhlak
aqidah akhlakaqidah akhlak
aqidah akhlak
 
43. rizki berkah
43. rizki berkah43. rizki berkah
43. rizki berkah
 
tawadhu-taat-qanaah-sabar.pptx
tawadhu-taat-qanaah-sabar.pptxtawadhu-taat-qanaah-sabar.pptx
tawadhu-taat-qanaah-sabar.pptx
 
H viii akhlakul karimah
H viii akhlakul karimahH viii akhlakul karimah
H viii akhlakul karimah
 
Akhlak Terhadap ALLAH SWT.pdf
Akhlak Terhadap ALLAH SWT.pdfAkhlak Terhadap ALLAH SWT.pdf
Akhlak Terhadap ALLAH SWT.pdf
 
Ridho
RidhoRidho
Ridho
 
Perilaku Terpuji kelas 12 Science
Perilaku Terpuji kelas 12 SciencePerilaku Terpuji kelas 12 Science
Perilaku Terpuji kelas 12 Science
 
Muhasabah doc
Muhasabah docMuhasabah doc
Muhasabah doc
 
an nahl 97.pptx
an nahl 97.pptxan nahl 97.pptx
an nahl 97.pptx
 
Akidah asas dasar dalam kehidupan beragama
Akidah asas dasar dalam kehidupan beragamaAkidah asas dasar dalam kehidupan beragama
Akidah asas dasar dalam kehidupan beragama
 
Ciri beriman kepada qadha dan qadar
Ciri beriman kepada qadha dan qadarCiri beriman kepada qadha dan qadar
Ciri beriman kepada qadha dan qadar
 

More from Muhsin Hariyanto

More from Muhsin Hariyanto (20)

Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserl
 
Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01
 
Membuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMembuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunci
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulis
 
Meraih haji mabrur
Meraih haji mabrurMeraih haji mabrur
Meraih haji mabrur
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politik
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halal
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta makna
 
Belajar memberi maaf
Belajar memberi maafBelajar memberi maaf
Belajar memberi maaf
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
 
Bermuhammadiyah
BermuhammadiyahBermuhammadiyah
Bermuhammadiyah
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
 
Mimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanyaMimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanya
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyah
 

Recently uploaded (7)

APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
 
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan SundalPerintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
 
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islamKEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
 
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
 
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
 

Memupuk jiwa qana'ah

  • 1. 1 Memupuk Jiwa Qanâ’ah Hidup di dunia memang penuh kesibukan. Sibuk belajar, sibuk bekerja, sibuk mencari kedudukan dan setumpuk kesibukan lainnya. Tidak jarang, kesibukan-kesibukan duniawi itu melalaikan manusia terhadap kewajibannya untuk mengabdi kepada Allah SWT, padahal, kesibukan- kesibukan duniawi itu pada hakikatnya hanyalah sekadar ‘alat’ untuk mendekatkan diri kepada Allah. Agar tidak terjun bebas dalam mengejar kehidupan duniawi, seorang mukmin (orang yang beriman) yang baik dituntut agar memiliki jiwa qanâ’ah. Secara harfiyah, qanâ’ah artinya adalah merasa cukup. Dalam istilah agama, qanâ’ah kemudian dimaknai sebagai suatu sikap merasa cukup dan ridha atas karunia dan rezeki yang diberikan Allah SWT. Rasulullah saw bersabda: ً‫ع‬ِ‫ر‬َ‫و‬ ْ‫ن‬ ُ ‫ك‬-‫ا‬ً‫ع‬ِ‫ن‬ َ ‫ق‬ ْ‫ن‬ ُ ‫ك‬َ‫و‬ ، ِ‫اس‬َ‫اّنل‬ َ ‫د‬َ‫ب‬ ْ ‫ع‬ َ ‫أ‬ ْ‫ن‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ت‬-ِ‫اس‬َ‫اّنل‬ َ‫ر‬ َ ‫ك‬ ْ ‫ش‬ َ ‫أ‬ ْ‫ن‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ت‬ “Jadilah engkau orang yang wara’, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling ahli ibadah; dan jadilah engkau yang selalu merasa cukup (qanâ’ah), niscaya engkau menjadi orang yang paling pandai bersyukur.” (Hadits Riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah r.a., Sunan ibn Mâjah, juz V, hal. 229, hadits no. 4217) Memiliki sifat qanâ’ah bukan berarti mengharuskan seseorang untuk menjadi pasrah dan apatis. Pasrah dan apatis bukanlah sifat yang baik. Sikap pasrah dan apatis adalah sikap putus asa terhadap rahmat Allah. Allah SWT melarang umat manusia untuk berputus asa terhadap rahmat Allah sebagaimana yang terdapat di dalam al-Quran, َ ‫ل‬َ‫و‬ ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫خ‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ َ ‫ف‬ُ‫وس‬ُ‫ي‬ ‫ن‬ِ‫م‬ ‫وا‬ ُ‫ّس‬ َ‫ّس‬َ‫ح‬َ‫ت‬ َ ‫ف‬ ‫وا‬ُ‫ب‬ َ ‫ه‬ ْ ‫اذ‬ َ ِ‫يِن‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ي‬ِ َ ‫اّل‬ ِِْ‫و‬َ‫ر‬ ‫ن‬ِ‫م‬ ‫وا‬ُ‫س‬ َ َْ‫ي‬ َ َ ۖ َ ‫ون‬ُ‫ر‬ِ‫ف‬ َ ‫َك‬ ْ ‫ال‬ ُ‫م‬ْ‫و‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ل‬ِ‫إ‬ ِ َ ‫اّل‬ ِِْ‫و‬َ‫ر‬ ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫س‬ َ َْ‫ي‬ َ ‫ي‬ َ ‫ل‬ ُ ‫ه‬ َ ‫ّن‬ِ‫إ‬ “Hai anak-anakku, Pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yûsuf/12: 87). Berbeda dengan sikap pasrah dan apatis, sikap qanâ’ah memerlukan upaya dan ikhtiar. HAMKA, dalam bukunya Tasawuf Modern, memersyaratkan lima perkara untuk menjadi seorang yang bersikap qanâ’ah.
  • 2. 2 Pertama, menerima dengan rela akan apa yang ada. Orang yang rela menerima segala bentuk karunia dan rezeki yang diberikan Allah adalah orang yang benar-benar berbahagia. Kebahagiaan seseorang tidaklah diukur sejauh mana ia memiliki harta tetapi lebih pada sejauh mana ia merasa puas terhadap apa yang dimilikinya. Orang yang memiliki orientasi hidup pada upaya pencarian harta adalah orang yang tidak pernah puas. Akibatnya, ia akan berusaha dengan berbagai cara untuk memperoleh harta tersebut walaupun dengan menghalalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah. Dikhawatirkan, perilaku seperti ini akan melalaikannya dari mengingat Allah. Kedua, memohon kepada Allah tambahan rezeki yang pantas disertai dengan ikhtiar dan usaha. Berdoa saja tidak cukup. Diperlukan kerja keras untuk mendapatkan tambahan rezeki dari Allah. Berikhtiar adalah merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia. Allah tidak akan merubah keadaan seseorang sebelum orang tersebut berusaha dan bekerja keras untuk merubahnya. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS al-Ra’d/13: 11, ...ْ‫م‬ِ‫ه‬ ِ‫ّس‬ ُ ‫ّنف‬ َ َِ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫وا‬ُ ‫ر‬ ِ‫ِي‬ َ ‫غ‬ ُ ‫ي‬ ٰ َ‫َّت‬َ‫ح‬ ٍ‫م‬ْ‫و‬ َ ‫ق‬ِ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ ‫ر‬ ِ‫ِي‬ َ ‫غ‬ ُ ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ َ ‫اّل‬ َ ‫ن‬ِ‫إ‬... "… sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum kecuali mereka sendiri yang mengubahnya…" Ikhtiar dan usaha inilah yang membedakan antara sikap qanâ’ah dengan sikap pasrah dan putus asa. Ketiga, menerima dengan sabar segala taqdîr Allah. Menerima taqdir dan ketentuan Allah adalah bagian fundamental dari keimanan seseorang. Orang yang sabar terhadap taqdir dan ketentuan Allah adalah orang yang menyadari bahwa Allah SWT memiliki kekuasaan meliputi langit dan bumi. Karena itu, cobaan apa pun yang datang dari Allah harus dihadapi dengan penuh kesabaran. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS al-Baqarah/2: 177, ...ِ‫س‬ ْ ََ ْ ‫اْل‬ َ‫ني‬ِ‫ح‬َ‫و‬ ِ‫ء‬‫ا‬َ َ ‫الرَّض‬َ‫و‬ ِ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ ْ ََ ْ ‫اْل‬ ِ‫ِف‬ َ‫ين‬ِ‫ر‬ِ‫اب‬ َ‫الّص‬َ‫و‬َۗ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬ َ ‫ك‬ِ‫ئ‬ٰ‫ـ‬ َ ‫ول‬ ُ ‫أ‬ ‫وا‬ ُ ‫ق‬ َ ‫د‬ َ‫ص‬ۖ َ ‫ون‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ت‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬ ُ‫م‬ ُ ‫ه‬ َ ‫ك‬ِ‫ئ‬ٰ‫ـ‬ َ ‫ول‬ ُ ‫أ‬َ‫و‬ “…dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. Keempat, bertawakkal kepada Allah. Tawakkal berarti berserah diri kepada Allah. Orang yang beriman sudah sepantasnya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Segala rintangan dan halangan yang dihadapi dalam kehidupan akan menjadi ringan jika semua itu diserahkan kepada Allah. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Al-Thalaq ayat 3 yang berbunyi, "Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya".
  • 3. 3 Kelima, tidak tertipu oleh tipu daya dunia. Orang yang qanâ’ah adalah orang yang meyakini bahwa gemerlap kehidupan dunia hanya bersifat sementara. Harta benda, kedudukan, keluarga, sahabat, dan segala urusan dunia akan berlalu jika seseorang telah dipanggil menghadap Allah. Karena itu, kecintaan terhadap dunia tidak boleh melalaikan seseorang dari tujuan utamanya dalam menggapai ridha Allah. Hal ini sejalan dengan peringatan Allah dalam QS al-Munâfiqûn/63: 9, ‫ا‬َ‫ه‬ ُ ‫ي‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ر‬ ْ ‫ك‬ِ‫ذ‬ ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ ُ ‫د‬ َ ‫ل‬ْ‫و‬ َ ‫أ‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ ُ ‫ال‬َ‫و‬ ْ ‫م‬ َ ‫أ‬ ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ِ‫ه‬ ْ ‫ل‬ ُ ‫ت‬ َ ‫ل‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬ ِ َ ‫اّل‬ۚ َ ‫ذ‬ ْ ‫ل‬َ‫ع‬ ْ ‫ف‬ َ ‫ي‬ ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ٰ َ ‫ون‬ُ ِِ‫ار‬َْ ْ‫اخ‬ ُ‫م‬ ُ ‫ه‬ َ ‫ك‬ِ‫ئ‬ٰ‫ـ‬ َ ‫ول‬ ُ َ َ ‫ف‬ َ ‫ك‬ِ‫ل‬ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” Orang yang memiliki sifat qanâ’ah adalah orang yang bahagia. Orang yang memiliki sifat qanâ’ah laksana orang yang memiliki harta yang banyak. Itulah makna tersirat dari hadits Rasulullah SAW yang berbunyi, ُ‫د‬ َ ‫ف‬ ْ ‫ن‬ َ ‫ي‬ َ ‫ل‬ ٌ ‫ال‬َ‫م‬ ُ ‫ة‬َ‫اع‬ َ ‫ن‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ال‬َ‫ن‬ ْ ‫ف‬ َ ‫ي‬ َ ‫ل‬ ٌ ْ ‫ْن‬ َ ‫ك‬ َ‫و‬ "Qanâ’ah itu adalah harta yang tak akan hilang dan simpanan yang tidak akan lenyap."(Hadits Riwayat Ath-Thabrani dari Jabir bin Abdullah). Dengan qanâ’ah, seseorang akan tetap mampu menjaga dirinya agar tetap dalam iman dan takwa kepada Allah SWT. Wallâhu A’lamu bish-Shawâb. Yogyakarta, 26 Maret 2016